Anda di halaman 1dari 16

PERAN PLATYHELMINTES DAN NEMATODA DALAM KEGIATAN

BUDIDAYA IKAN

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Avertebrata


Dosen Pengampu Neneng Nurbaeti S.pi.m.si.

Di Susun Oleh:

Nama: Agustina : 2130411006

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami Panjatkan Atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena Atas
Berkat Dan Karunia-Nya Kami Dapat Menyelesaikan Makalah Yang Berjudul “Peran
Platyhelmintes dan Nematoda Dalam Kegiatan Budidaya Ikan”.

Pembuatan Makalah Ini Bertujuan Untuk Menyelesaikan Salah Satu Tugas Mata
Kuliah Avertebrata, Dengan Dosen Pengampu Ibu Neneng Nurbaeti S.Pi. M.Si .

Walaupun sudah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin dan
semaksimal mungkin, Saya menyadari masih terdapat banyaknya kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi pengetikan, pembahasan, penjelasan serta isi dari materi
yang di bahas. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat Saya
harapkan, guna dapat memperbaiki kesalahan dimasa mendatang.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan menjadi
ladang pahala untuk Saya selaku penulis.
Sekian terimakasih.

Sukabumi, 1 Julii 2022

Agustina

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata PEngantar....................................................................................................................I
DAFTAR ISI.......................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan MAsalah............................................................................................1
1.4 Prosedur Pemecahan Masalah.......................................................................................1
1.5 Sisitematika Penulisan...................................................................................................2

BAB II TINJAUANPUSATAKA.......................................................................................3
2.1 NEMATODA................................................................................................................3
2.2 PLATYHELMINTHES.................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................5


3.1 NEMATODA................................................................................................................5
A.KLASIFIKASI NEMATODA.........................................................................................5
B.JENIS NEMATODA.......................................................................................................5
C.ANATOMI NEMATODA...............................................................................................6
D.NEMATODA YANG HIDUP BEBAS...........................................................................7
E.NEMATODA PARASIT.................................................................................................8
3.2 PERAN NEMATODA UNTUK BUDIDAYA.............................................................8
3.3 PLATYHELMINTHES.................................................................................................9
A.KLASIFIKASI.................................................................................................................9
B.PENYAKIT YANG DIAKIBATKAN PLATYHELMINTHES.....................................9
C. CIRI-CIRI ..........................................................................................10
D.STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH............................................................................10
3.4 PERANAN PLATYHELMINTHES UNTUK BUDIDAYA........................................10

BAB IV KESIMPULAN ..........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Budidaya ikan pada saat ini mengalami beberapa kemajuan yang sangat pesat salah
satunya muncul beberapa metode budidaya yang ramah lingkungan, melibatkan aspek
aspek lain yang di adopsi pada bidang budidaya ikan khususnya air tawar.

Salah satu metode yang banyak digunakan pada saat ini karena memiliki pengaruh
prospek yang cukup menjanjikan selain dari budidaya perikanan adalah menerapkan
metode akuaponik. Tentunya dalam metode budidaya pasti ada terkena penyakit. Apa lagi
metode akuaponik ini melibatkan gabungan dua mahluk hidup yaitu ikan dan tumbuhan.

Salah satu organisme yang dapat mengganggu tanaman yaitu Nematoda. Nematoda
merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tumbuhan, walaupun demikian di
Indonesia sendiri kerusakan tanaman karena nematoda kurang disadari, mungkinkarena
hal ini dikarenakan sifat dari nematoda yang tidak dapat diamati secara visual.namun
adakah manfaat nematoda untuk kegiatan budidaya ikan?

Selaian Nematoda, salah satu jenis parasite yang dapat menyerang ikan sekaligus tanaman
adalah Platyhelminthes, salah satu jenis parasit yang hidup bebas memakan hewan-hewan
dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Namun sebenarny
adakah manfaat untuk kegiatan budidaya ikan?.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini dibuat berdasarkan salah satu bentuk dari pandangan saya terhadap peranan
nematoda dan platyhelminthes, bagai mana sebenarnya wujud nya dan pengaruh atau
dampak apa yang akan didapatkan untuk kegiatan budidaya ikan.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. mengetahui apa itu nematoda?


2. mengetahui apa itu platyhelminthes?
3. apa peran nematoda dan platyhelminthes untuk budidaya ikan?

1.4 Prosedur Pemecahan Masalah

Makalah ini diselsaikan berdasarkan beberapa referensi jurnal yang membahasa nematoda
dan platyhelmintes. Saya membaca referensi sebagai acuan penyelsaian makalah agar
makalah ini membahas bahasan yang berbobot dan tidak salah pendefinisian dan lainnya.
Saya menuangkan narasi pada makalah ini dengan Bahasa buku yang benar dan mudah
dipahami oleh pembaca.

1
1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1.4. Prosedur Pemacahan Masalah
1.5. Sistematika Penulisan Makalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN
Daftar Pustaka

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 NEMATODA
Nematoda merupakan salah satu jenis organisme, nematoda dalam istilah lain round
worm atau cacing glig, biasanya kecil dibandingkan dengan cacing pipih sehingga banyak
diantara nematoda adalah cacing yang mikroskopis (Noble dan Noble 1989).

Menurut kabata (1985), nematoda ini mempunyai tubuh Panjang dan silindris dan
dilindungi oleh lapisan kutikula yang kuat dibawahnya terdapat lapisan hypodermis.
Cacing ini sangat aktif, ramping, biasanya kedua ujungnya runcing dan mempunyai mulut
dan anus, jadi memiliki saluran pencernaan yang lengkap.

Identifikasi nematoda dilakukan berdasarkan bentuk kepala dan ekor, susunan daerah
peralihan antara esofagus, usus dan posisi lubang ekskresi. Ciri taksonomi terpenting dari
nematoda adalah terletak di bagian kepalanya, dimana mempunyai bentuk yang lonjong
dan di dalamnya terletak ganglion kepala(Kabata 1985).

Saluran pencernaan nematoda berupa tabung sederhana terdiri darisel-sel yang tersusun
dalam lapisan tunggal.Mulut menuju buccal kapsul (tidak selaluada), kemudian ke
esofagus berotot yang selanjutnya ke usus.Anus terdapat hampirdi ujung posterior cacing
dan sebuah pelebaran yang dinamakan rektum terletak tepatdi ujung anterior
anus.Makanan nematoda terdiri dari jaringan darah inang definitive atau pemotongan
jaringan dari usus inang definitif dan akhirnya dicerna (Noble &Noble 1989).

Dalam perkembangan hidupnya, nematoda menggunakan ikan sebagai inang definitif


maupun sebagai inang antara dari siklus hidup nematoda.Dari empat tingkatan larva yang
terjadi, stadia larva ke-4 merupakan stadia infektif terhadap inang definitif (Kabata 1985).

Menurut Noble & Noble (1989), nematoda biasanya dioesius dan menunjukkan
dimorfisme seksual. Keadaan ini ditunjukkan dengan salah satu jenis kelamin berbeda
dengan jenis kelamin yang lainnya dalam hal ukuran, bentuk atau warna.Sistem
reproduksi cacing betina terdiri dari satu atau dua gulungan tubulus yang menyatu
membentuk suatu vagina yang bermuara melewati vulva.Vulva biasanya terletak di
bagian anterior tubuh.

Nematoda jantan mempunyai organ reproduksi yang juga merupakan modifikasi dari
gulungan tabung yang panjang.Cacing Nematoda biasanya hanya mempunyai satu testis
yang berada di ujung distal tabung yang melanjutkan sebagaias deferens dan bersatu
dengan ujung bawah usus pada kloaka (Noble & Noble, 1989).

3
Menurut Noble & Noble (1989), sistem 16 | Parasitologi Akuatiksyaraf nematoda terdiri
dari cincin jaringan syaraf yang mengelilingi esofagus dan cincin-cincin syaraf lainnya
yang mengelilingi bagian posterior.
Sebagian parasit ini mempunyai kemampuan untuk menghentikan perkembangan dan
memasuki stadium istirahat.Untuk nematoda, penghentian perkembangan mempunyai
fungsi untuk membuat serempak daur hidup parasit (Noble & Noble 1989).

2.2 PLATTYHELMINTHES
Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan). Filum ini mencakup
semua cacing pipih kecuali Nemertea, yang dulu merupakan salah satu kelas pada
Platyhelminthes, yang telah dipisahkan.

Dilansir dari buku Campbell Biology (2008) karangan Reece dkk, filum platyhelminthes
disebut juga cacing pipih. Dikatakan demikan, karena cacing ini memiliki tubuh tipis yang
rata antara permukaan punggung dan perut.

Menurut Adun Rusyana dalam buku Zoologi Invertebrata (2018), karakteristik umum dari
filum platyhelminthes adalah:
1.Tidak memiliki rongga tubuh yang sebenarnya atau aselomata
2.Tubuhnya bersimetri bilateral dan triploblastik (terdiri dari tiga lapisan tubuh)
3.Beberapa spesies hidup secara bebas, namun ada juga yang hidup sebagai parasit
4.Tidak punya organ khusus untuk pertukaran gas
5.Memiliki alat ekskresi sederhana, berfungsi untuk menjaga keseimbangan osmotik
dengan lingkungannya.
6.Punya rongga gastrovaskuler dengan satu lubang.
7.Memiliki daya regenerasi yang tinggi.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 NEMATODA

A.KLASIFIKASI NEMATODA

Klasifikasi filum Nematoda masih mengalami perdebatan dan masih terus diteliti. Perdebatan
hubungan filogenetik dan sistematik dari filum ini terjadi karena pengetahuan yang minim
dari banyak jenis anggota filum Nematoda. Secara tradisional (1998) Nematoda terbagi
menjadi dua kelas:

Kelas Adenophorea
Kelas Secernentea
Akan tetapi penelitian tahun 2002, menyatakan setidaknya ada empat kelas, yaitu:

Kelas Chromadorea
Kelas Enoplea
Kelas Secernentea
Kelas Dorylaimea

Nematoda adalah filum dari Kingdom Animalia yang termasuk cacing gelang. Nematoda
dapat ditemukan di hampir semua jenis lingkungan dan termasuk spesies yang hidup bebas
dan parasit.

Spesies yang hidup bebas menghuni lingkungan laut dan air tawar , serta tanah dan sedimen
dari semua jenis bioma darat. Cacing gelang parasit hidup dari inangnya dan dapat
menyebabkan penyakit pada berbagai jenis tanaman dan hewan yang mereka infeksi.

Nematoda muncul sebagai cacing panjang dan tipis dan termasuk cacing kremi, cacing
tambang, dan Trichinella. Mereka adalah salah satu organisme paling banyak dan beragam di
planet ini.

B.JENIS NEMATODA
Nematoda secara luas dikategorikan menjadi dua kelompok utama: hidup bebas dan parasit.
Nematoda yang hidup bebas memakan organisme di lingkungan mereka. Jenis parasit
memakan inang dan beberapa juga hidup di dalam inang. Mayoritas nematoda adalah non-
parasit. Nematoda bervariasi dalam ukuran dari mikroskopis hingga mencapai panjang lebih
dari 3 kaki. Kebanyakan nematoda berukuran mikroskopis dan sering tidak diperhatikan.

5
C.ANATOMI NEMATODA
Nematoda adalah cacing yang tidak tersegmentasi dengan tubuh panjang dan tipis yang
menyempit di kedua ujungnya. Karakteristik anatomi utama termasuk simetri bilateral,
kutikula, pseudocoelom, dan sistem ekskresi tubular.

Kutikula:
Lapisan luar pelindung yang sebagian besar terdiri dari kolagen yang saling terkait. Lapisan
fleksibel ini bertindak sebagai kerangka luar yang membantu mempertahankan bentuk tubuh
dan memungkinkan gerakan. Molting kutikula pada berbagai tahap perkembangan
memungkinkan nematoda bertambah besar.

Hipodermis:
Hipodermis adalah epidermis yang terdiri dari lapisan sel yang tipis. Itu terletak tepat di
bawah kutikula dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan kutikula. Hipodermis menebal
dan menonjol ke dalam rongga tubuh di tempat-tempat tertentu membentuk apa yang dikenal
sebagai tali hipodermal. Tali hipodermal memanjang di sepanjang tubuh dan membentuk
akord dorsal, ventral, dan lateral.

Otot:
Lapisan otot terletak di bawah lapisan hipodermis dan berjalan secara longitudinal di
sepanjang dinding tubuh bagian dalam.
Pseudocoelom: Pseudocoelom adalah rongga tubuh berisi cairan yang memisahkan dinding
tubuh dari saluran pencernaan. Pseudocoelom bertindak sebagai kerangka hidrostatik, yang
membantu untuk menahan tekanan eksternal, membantu dalam penggerak, dan mengangkut
gas dan nutrisi ke jaringan tubuh.

Sistem Saraf:
Sistem saraf nematoda mengandung cincin saraf di dekat daerah mulut yang terhubung ke
batang saraf longitudinal yang membentang di sepanjang tubuh. Batang saraf ini
menghubungkan cincin saraf anterior (dekat mulut) ke cincin saraf posterior (dekat anus).
Selain itu, akord saraf dorsal, ventral, dan lateral terhubung ke struktur sensorik melalui
ekstensi saraf perifer. Akord saraf ini membantu dalam koordinasi gerakan dan transmisi
informasi sensorik.

Sistem Pencernaan:
Nematoda memiliki sistem pencernaan tubular tiga bagian yang terdiri dari mulut, usus, dan
anus. Nematoda memiliki bibir, beberapa memiliki gigi, dan beberapa mungkin memiliki
struktur khusus (mis. stilet) yang membantu mereka mendapatkan makanan. Setelah masuk
ke mulut, makanan masuk ke otot faring (kerongkongan) dan dipaksa ke usus. Usus
menyerap nutrisi dan mengeluarkan produk limbah. Bahan dan limbah yang tidak tercerna
dipindahkan ke rektum di mana ia melewati anus.

6
Sistem Peredaran Darah:
Nematoda tidak memiliki sistem peredaran darah independen atau sistem kardiovaskular
seperti halnya manusia. Gas dan nutrisi dipertukarkan dengan lingkungan eksternal melalui
difusi melintasi permukaan tubuh hewan.

Sistem Ekskresi:
Nematoda memiliki sistem khusus sel kelenjar dan saluran yang mengeluarkan kelebihan
nitrogen dan limbah lainnya melalui pori ekskretoris.

Sistem Reproduksi:
Nematoda berkembang biak terutama melalui reproduksi seksual . Jantan biasanya lebih
besar dari betina karena betina harus membawa telur dalam jumlah besar. Struktur reproduksi
pada wanita meliputi dua ovarium, dua uteri, satu vagina, dan pori genital yang terpisah dari
anus. Struktur reproduksi pada pria termasuk testis, vesikula seminalis, vas deferens, dan
kloaka. Kloaka adalah rongga yang berfungsi sebagai saluran umum untuk sperma dan
kotoran. Selama sanggama, pejantan menggunakan bagian tubuh reproduktif ramping yang
disebut spikula untuk membuka pori genital wanita dan membantu transfer sperma . Sperma
nematoda tidak memiliki flagela dan bermigrasi menuju telur betina menggunakan amuba-
seperti gerakan Beberapa nematoda dapat bereproduksi secara aseksual dengan
partenogenesis . Lainnya adalah hermafrodit dan memiliki organ reproduksi pria dan wanita.

D.NEMATODA YANG HIDUP BEBAS


Nematoda yang hidup bebas berada di habitat akuatik dan terestrial. Nematoda tanah
memainkan peran penting dalam pertanian dan daur ulang nutrisi dan mineral di lingkungan.

Organisme ini biasanya dikelompokkan menjadi empat jenis utama berdasarkan kebiasaan
makan mereka.

Pemakan bakteri memberi makan secara eksklusif pada bakteri . Mereka membantu
mendaur ulang nitrogen di lingkungan dengan menguraikan bakteri dan melepaskan
kelebihan nitrogen sebagai amonia.

Pemakan jamur memakan jamur . Mereka memiliki alat mulut khusus yang memungkinkan
mereka menembus dinding sel jamur dan memakan bagian internal jamur. Nematoda ini
juga membantu dalam dekomposisi dan daur ulang nutrisi di lingkungan.

Nematoda predator memakan nematoda dan protista lain, seperti alga , di lingkungan
mereka.

7
Nematoda yang omnivora memakan berbagai jenis sumber makanan. Mereka mungkin
mengkonsumsi bakteri, jamur, ganggang, atau nematoda lainnya.

E.NEMATODA PARASIT
Nematoda parasit menginfeksi berbagai jenis organisme termasuk tumbuhan , serangga,
hewan , dan manusia. Nematoda parasit tanaman biasanya hidup di tanah dan memakan sel-
sel di akar tanaman .

Nematoda ini hidup baik secara eksternal maupun internal hingga ke akar. Nematoda
herbivora ditemukan dalam ordo Rhabditida, Dorylaimida, dan Triplonchida. Infeksi oleh
nematoda tanaman merusak tanaman dan menyebabkan penurunan penyerapan air, perluasan
daun , dan laju fotosintesis .

Kerusakan jaringan tanaman yang disebabkan oleh nematoda parasit dapat membuat
tanaman rentan terhadap organisme penyebab penyakit seperti virus tanaman. Parasit
tanaman juga menyebabkan penyakit seperti busuk akar, kista, dan lesi yang mengurangi
produksi tanaman.

Parasit ini menginfeksi saluran pencernaan melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi. Beberapa nematoda juga dapat ditularkan ke manusia oleh hewan peliharaan
atau vektor serangga seperti nyamuk atau lalat.

3.2 PERAN NEMATODA UNTUK BUDIDAYA


Nematoda memainkan peranan penting dalam dekomposisi, siklus hara dan mengatur
kesuburan tanah melalui aliran energi serta perubahan dan pemanfaatan hara (Lavelle, 2001).

Nematoda lebih cenderung dianggap negatif karena menjadi hama parasit bagi beberapa
tanaman penting seperti kentang dan kedelai. Namun, belum banyak yang mengetahui
nematoda non parasit ternyata memiliki banyak peran menguntungkan.

Peneliti dari University of Oregon, Ashley Shaw, mempelajari nematoda yang hidup bebas di
lapisan udara yang mengelilingi tanah ternyata memainkan peran penting bagi kesehatan
tanaman dan sebagai umpan balik tanaman terhadap karbon tanah.

Menurut Ashley, variasi nematoda tanah sangat luar biasa dan ada di semua tingkat jaring
makanan alam. Pada tingkat jaring makanan yang lebih tinggi di kehidupan dalam tanah,
nematoda merupakan predator dan omnivora yang memakan invertebrata, protista, dan
bahkan nematoda lainnya.

8
nematoda predator juga sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Populasi mereka
sering menurun akibat gangguan tanah seperti penggunaan pestisida, pemupukan,
pengolahan, atau pemadatan tanah.

Situasi di mana tanah dikelola sangat intensif, seringkali sering kali populasi nematoda
predator sangat rendah dan populasi kelompok berbahaya lebih tinggi. Nematoda predator
juga sensitif terhadap perubahan hujan dan suhu, yang juga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan kelompok berbahaya

Selain itu, ada nematoda mikroba yang merumput dapat membantu mengembalikan nitrogen
ke tanah melalui limbahnya. Dengan demikian dapat membuat nitrogen tersedia kembali bagi
tanaman dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.

3.3 PLATYHELMINTHES

A.KLASIFIKASI

Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan). Filum ini mencakup semua
cacing pipih kecuali Nemertea, yang dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes,
yang telah dipisahkan.

latyhelminthes bisa dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar),
Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita).

Kelas Turbellaria adalah cacing pipih yang memakai bulu sebagai alat geraknya, misalnya
adalah Planaria .

Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait melekatkan diri pada
inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan binatang. Beberapa
contoh Trematod a adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis , dan Schistosoma

Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus
inang. Cacing ini adalah parasit pada binatang, misalnya adalah Taenia solium dan T.
saginata Spesies ini memakai skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi
dengan memakai telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang terkena
dikosfer.

B.PENYAKIT YANG DIAKIBATKAN PLATYHELMINTHES

9
Beberapa spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan binatang.
Salah satu di tengahnya adalah genus Schistosoma yang dapat mengakibatkan skistosomiasis,
penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia.

Jika cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan
organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. (Inggris) Kerusakan
tersebut akibat perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga
mengakibatkan reaksi kekebalan. Penyakit ini adalah salah satu penyakit endemik di
Indonesia.

Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang mengakibatkan infeksi cacing hati pada
manusia dan mamalia lainnya. Spesies ini bisa menjadi darah manusia. Pada binatang, infeksi
cacing pipih juga bisa, misalnya Scutariella didactyla yang menyerang jenis Trogocaris
dengan cara memamerkan air tubuh udang tersebut.

C. CIRI-CIRI

Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di
sungai , danau , laut , atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing golongan ini
sangat sensitif terhadap cahaya.
Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan
(panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembap (panjang sampai 60 cm),
Clonorchis sinensis , cacing hati, dan cacing pita.

D.STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH


Platyhelminthes adalah cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena mempunyai 3
lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma. Namun,
mesoderma cacing ini tidak merasakan spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan
tidak membentuk sel khusus.

Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih dinamakan sistem gastrovaskuler, dimana peredaran
makanan tidak melewati darah tetapi oleh usus.Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari
mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakangan kerongkongan ini terdapat
usus yang mempunyai cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan,
usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.

Selain itu, cacing pipih juga melaksanakan pembuangan sisa makanan melewati mulut karena
tidak mempunyai anus. Cacing pipih tidak mempunyai sistem transpor karena makanannya
diedarkan melewati sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari
tubuhnya melewati ronde difusi.

Sistem syaraf
Mempunyai beberapa jenis sistem syaraf pada cacing pipih

10
Sistem syaraf tangga tali adalah sistem syaraf yang paling sederhana.Pada sistem tersebut,
pusat struktur saraf yang dinamakan sbg ganglion otak terdapat di ronde kepala dan
berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf bidang yang
memanjang di ronde kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.

Pada cacing pipih yang semakin tinggi angkatannya, sistem saraf bisa tersusun dari sel saraf
(neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak),
sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (perantara).

Indera
Beberapa jenis cacing pipih mempunyai sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata
yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut kebanyakan berjumlah
sepasang dan terdapat di ronde anterior (kepala). Seluruh cacing pipih mempunyai indra
meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga mempunyai indra
tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor
(organ sbg mengetahui arah arus sungai). Umumnya, cacing pipih mempunyai sistem
osmoregulasi yang dinamakan protonefridia. Sistem ini terdiri dari arus berpembeluh yang
belakangnya di sel api. Lubang pengeluaran air yang dimilikinya dinamakan protonefridiofor
yang berjumlah sepasang atau semakin. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan
secara difusi melewati dinding sel.

Reproduksi
Cacing pipih bisa bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual
dengan perkawinan silang, walaupun binatang ini tergolong hermafrodit.

3.4 PERANAN PLATYHELMINTHES UNTUK BUDIDAYA


Umumnya Platyhelminthes merupakan cacing yang merugikan karena bersifat parasit pada
manusia dan hewan, namun terdapat spesies platyhelminthes (cacing pipih) yang tidak
merugikan manusia atau hewan yaitu planaria. Planaria memiliki peranan yang dimanfaatkan
sebagai makanan ikan.

Sebagai pemakan sampah, planaria tidak dapat hidup kalau tidak ada sampah di sekitarnya.
Planaria biasanya akan muncul di aquascape yang di dalamnya ada kotoran mengendapnya.
Biasanya pada aquascape low tech yang tidak disertai filter dan jarang ganti air.

Planaria akan memakan kotoran ikan dalam akuarium untuk hidup dan berkembangbiak.
Mereka dapat berkembangbiak secara generatif maupun vegetatif. Secara generatif dengan
bertelur dan vegetatif dengan fragmentasi yaitu bagian tubuh yang putus akan tumbuh lagi
menjadi hewan baru.

11
Cacing ini dapat muncul karena telur yang terbawa tanaman air yang ditanam di aquascape.
Tanaman air yang belum disterilkan sebelum ditanam dapat membawa telur planaria yang
akan menetas dalam akuarium.

Planaria dapat berkembang biak secara generatif dengan bertelur dan secara vegetatif dengan
fragmentasi. Bila bagian tubuh planaria terpotong, masing-masing bagiannya dapat tumbuh
menjadi individu baru yang utuh setelah satu minggu. Jadi bila kita memotong planaria
menjadi 3 bagian, mereka tidak akan mati malahan akan tumbuh menjadi 3 ekor planaria baru
yang identik.

BAB IV
KESIMPULAN

Nematoda memainkan peranan penting dalam dekomposisi, siklus hara dan mengatur
kesuburan tanah melalui aliran energi serta perubahan dan pemanfaatan hara (Lavelle, 2001).

Nematoda lebih cenderung dianggap negatif karena menjadi hama parasit bagi beberapa
tanaman penting seperti kentang dan kedelai. Namun, belum banyak yang mengetahui
nematoda non parasit ternyata memiliki banyak peran menguntungkan.

Peneliti dari University of Oregon, Ashley Shaw, mempelajari nematoda yang hidup bebas di
lapisan udara yang mengelilingi tanah ternyata memainkan peran penting bagi kesehatan
tanaman dan sebagai umpan balik tanaman terhadap karbon tanah.

Platyhelminthes merupakan cacing yang merugikan karena bersifat parasit pada manusia dan
hewan, namun terdapat spesies platyhelminthes (cacing pipih) yang tidak merugikan manusia
atau hewan yaitu planaria. Planaria memiliki peranan yang dimanfaatkan sebagai makanan
ikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

http:p2k.unkris.ac.id/en3/3065-2962/platyhelminthes_167394_p2k-unkris.html diakses pada


1 juli 2022 pukul 00:00 wib.

https://sariagri.id/articel/amp/71799/tak-banyak-yang-tahu-nematoda-ternyata-memiliki-
manfaat-bagi-tanaman diakses pada 1 juli 2022 pukul 00:30 wib

Budianto, Heru Bambang Rokhmani.,(2017).PARASITOLOGI


AKUATIK.Biologi,Morfologi,Diagnosa dan Pengendaliannya.Purwokerto:FGP Press

Hardi,E.H.,2015.Parasit Biota Kuatik.Mulawarman University press.Samarinda

Mustika,Ika.,2005.Konsepsi dan Str ategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman


Perkebunan di Indonesia.https://media.neliti.com diakses pada 1 juli 2022 pukul 01:00 wib

13

Anda mungkin juga menyukai