Anda di halaman 1dari 8

Volume 6 Nomor 3 September 2022

p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET DALAM


MENGELOLA HARGA KARET RENDAH DI DESA SUNGAI DUREN,
KECAMATAN LEMBAK

Mayang Sari1)
1)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indo Global Mandiri Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

Corresponding author : Mayang Sari


E-mail : mayangsary518@gmail.com

Diterima 11 September 2022, Direvisi 25 September 2022, Disetujui 26 September 2022

ABSTRAK
Karet merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan salah satu
penghasil devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar setelah Thailand
dengan jumlah penduduk yang terlibat pada usaha tani karet mencapai 2,2 juta Kepala Keluarga (KK).
Sehingga dengan adanya penurunan harga karet pada tahun 2013-2021 sangat berdampak terhadap
penurunan pendapatan petani karet. Oleh Karena itu diperlukan strategi untuk meningkatkan
pendapatan petani karet agar pendapatan petani dapat stabil atau bahkan dapat meningkat.
Penelitian ini dilakukan menggunakan studi literatur untuk menelaah strategi yang dilakukan petani
karet untuk meningkatkan pendapatannya. Berdasarkan studi literature dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa strategi yang perlu dilakukan oleh petani untuk meningkatkan pendapatan petani yaitu
peningkatan adopsi klon unggul ditingkat petani, peremajaan karet tua dan pengoptimalan kebun
karet dengan memodifikasi jarak tanaman karet menjadi lebih lebar sehinggga dapat dimanfaatkan
untuk menanam tanaman sela selama siklus tanaman karet. Selain itu juga pemasaran bokar secara
terorganisir salah satunya dengan pemasaran karet melalui UPPB yang sedang digencarkan oleh
Dinas Pemerintah Daerah, pola ini dapat meningkatkan bagian harga yang diterima petani sehingga
petani mendapatkan harga yang tinggi, namun untuk mengoptimalkan pemasaran teroganisir ini
diperlukan peran aktif pemerintah daerah.

Kata kunci: pendapatan; petani; pemasaran karet

ABSTRACT
Rubber is a plantation crop that has high economic value and is one of the country's foreign exchange
earners. Indonesia is one of the largest rubber producers after Thailand with a population of 2.2
million households involved in rubber farming. So that the decline in rubber prices in 2013-2021 will
greatly affect the decline in the income of rubber farmers. Therefore, a strategy is needed to increase
the income of rubber farmers so that the income of farmers can be stable or even increase. This
research was conducted using a literature study to examine the strategies adopted by rubber farmers
to increase their income. Based on the literature study, it can be concluded that there are several
strategies that need to be carried out by farmers to increase farmers' income, namely increasing the
adoption of superior clones at the farmer level, rejuvenating old rubber and optimizing rubber
plantations by modifying the distance of rubber plants to be wider so that they can be used to plant
intercrops during the cycle. rubber plant. In addition, the marketing of bokar in an organized manner,
one of which is the marketing of rubber through the UPPB which is being intensified by the Regional
Government Service, this pattern can increase the share of the price received by farmers so that
farmers get a high price, but to optimize this organized marketing an active role of the local
government is needed.

Keywords: income; farmers; rubber marketing.

PENDAHULUAN penting dalam mendorong pertumbuhan


Karet merupakan komoditas sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah
perkebunan yang sangat penting. Selain pengembangan karet. Perkebunan karet rakyat
sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini merupakan sumber mata penghasilan bagi
juga memberikan kontribusi yang signifikan keluarga petani rakyat.
sebagai salah satu sumber devisa nonmigas, Sementara itu, pertambahan jumlah
pemasok bahan baku karet dan berperan penduduk dunia, kenaikan pendapatan dan

SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1574


Volume 6 Nomor 3 September 2022
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
perubahan preferensi konsumen telah beberapa kendala yang dihadapi oleh petani
menyebabkan permintaan terhadap produk karet di Desa Sungai Duren berdampak pada
dan jasa pertanian terus meningkat. Oleh tingkat pendapatan petani.
karena itu, sektor pertanian mempunyai Tingkat pendapatan merupakan salah
peranan yang sangat strategis saat ini dan satu indikator untuk dapat meningkatkan
dimasa yang akan datang khususnya dari segi kesejahteraan rumah tangga petani (Mosher
ekonomis. Salah satu sub sektor pertanian 1987). Pendapatan rumah tangga akan
yang cukup penting keberadaannya dalam berbanding lurus dengan kesejahteraan
pembangunan nasional adalah sub sector keluarga sehingga pendapatan merupakan
perkebunan. Komiditi perkebunan negara, dan factor pembatas bagi kesejahteraan keluarga.
perkebunan swasta. Pendapatan yang besar akan dapat memenuhi
Komoditas karet yang ada pada saat kebutuhan keluarga, sedangkan yang memiliki
ini mengalami penurunan harga menjadi pendapatan yang rendah akan menyesuaikan
sorotan masyarakat, karena petani karet dengan pengeluaran keluarga. Berdasarkan
bergantung dengan mata pencaharian sebagai latar belakang yang telah dipaparkan perlu
penyadap karet untuk memenuhi kebutuhan dilakukan penelitian untuk memperlajari
sehari-hari. Penurunan harga karet strategi peningkatan pendapatan petani karet
menyebabkan masyarakat kesusahan untuk dalam mengelola harga karet yang rendah di
mendapatkan pengahasilan banyak seperti Desa Sungai Duren. Selain itu juga, perlu
dulu pada saat harga karet tinggi, khususnya dilihat seberapa besar pendapatan yang
petani di kecamatan Lembak Kabupaten dihasilkan dari bertani karet dibandingkan
Muara Enim. Menurut Hendratno (2006), pada dengan pendapatan dari usaha di luar karet.
saat harga karet tinggi semua kebutuhan hidup Berdasarkan penelitian sebelumnya
rumah tangga petani dapat dipenuhi dari yang dilakukan oleh Syarifa et al., (2015);
usaha tani karet. Oleh karena itu, keluarga Regina, (2016); Hardiawan, (2018) dampak
petani lebih banyak mengalokasikan tenaga negatif turunnya harga karet bagi petani
kerja keluarga produktif untuk usaha tani karet. adalah: 1) banyak petani yang menghentikan
Pada saat harga karet rendah, penghasilan kegiatan usaha tani karetnya dan beralih
dari usaha tani karet tidak mampu mencukupi profesi; 2) banyak lahan karet yang dikonversi
kebutuhan rumah tangga petani. Dengan ke komoditas lain; 3) daya beli masyarakat
turunnya harga karet penghasilan masyarakat menurun; 4) tingkat kesejahteraan masyarakat
menjadi berkurang sehingga menimbulkan menurun; 5) banyak kredit kendaraan yang
pengaruh sosial ekonomi. macet; 6) kejahatan meningkat; 7) kualitas
Perkebunan karet rakyat yang tersebar kesehatan dan pendidikan menjadi rendah.
di wilayah Sumatera Selatan merupakan salah Berdasarkan permasalahan tersebut
satu sumber mata pencaharian masyarakat penulis akan merumuskan tentang strategi
petani karet di perdesaan. Berdasarkan data yang harus dilakukan oleh petani karet rakyat
(BPS Sumatera Selatan 2016), luas kebun untuk mengatasi harga karet yang rendah agar
karet rakyat di Provinsi Sumatera Selatan pendapatan petani dapat stabil dan dapat
tergolong sangat tinggi, yaitu tersebar di 17 memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan
kabupaten dan kota seluas 1.220.928 ha adanya strategi untuk meningkatkan
dengan jumlah produksi karet sebesar pendapatan petani seluruh dampak negative
1.071.452 ton. Provinsi Sumatera Selatan yang dirasakan oleh petani dapat teratasi.
memiliki kontribusi yang besar untuk
menyuplai karet alam nasional, yaitu sebesar METODE
30% dari total produksi karet alam Indonesia. Pengabdian ini dilakukan pada tahun
Salah satu desa yang memiliki peran dalam 2022 di Desa Sungai Duren, Kecamatan
memproduksi getah karet adalah Desa Sungai Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi
Duren. Sumatera Selatan. Pemilihan desa untuk
Desa Sungai Duren adalah salah satu penelitian dilakukan secara purposive
desa yang terletak di Kabupaten Muara Enim sampling dengan kriteria salah satu desa yang
Kecamatan Lembak Provinsi Sumatera jauh dari akses pemerintahan daerah. Jumlah
Selatan dengan luas wilayah Desa Sungai responden yang digunakan sebanyak 42 orang
Duren yaitu 4.395 ha. Jumlah Kepala Keluarga responden. Pemilihan responden dilakukan
yang bergerak dibidang perkebunan karet secara accidental sampling, yaitu
mencapai 605 jiwa, sedangkan untuk mata mendapatkan sampel berdasarkan sampel
pencaharian lainnya adalah sebagai pedagang, yang dapat bertemu pada saat penelitian
buruh harian lepas, serta ada pula yang berlangsung. Kriteria responden tetap
berprofesi sebagai PNS Maupun perangkat diutamakan, yaitu responden adalah petani
Desa dan BPD Sungai Duren. Adanya yang memiliki kebun karet (petani karet).

SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1575


Volume 6 Nomor 3 September 2022
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
Petani yang dijadikan responden adalah petani responden terbanyak pada umur 51-60 tahun,
yang mempunyai usaha tani karet dengan dan pada kisaran usia ini responden termasuk
kriteria tanaman yang sudah berumur 5 tahun dalam usia tidak produktif atau kurang
keatas atau sudah dapat disadap dan diambil maksimal untuk mengelola usahantaninya.
getahnya. Data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer Pendidikan
diperoleh berdasarkan hasil interview dan Tingkat pendidikan petani berpengaruh
pengamatan langsung, sedangkan data terhadap penyerapan teknologi yang dapat
sekunder berasal dari studi literatur. Teknik meningkatkan kemampuan dalam mengelola
evaluasi meliputi wawancara dan observasi usaha.
langsung kepada petani karet di Desa Sungai Tabel 2. Identitas Responden Berdasarkan
Duren serta menggunakan metode Kuisioner Status Pendidikan di Desa Sungai Duren
dan pencatatan. Pendidikan Jumlah Persentase
(orang) (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN Akademi/perguruan -
Karakteristik responden merupakan tinggi
suatu yang erat dengan hubungannya dengan SMA/SMK 3 7,16
kondisi/keadaan, serta aktifitas responden SMP 2 4,76
dalam kesehari-hariannya. Karakteristik SD 29 69,04
responden di Desa Sungai Duren kecamatan Tidak Sekolah/tidak
Lembak Kabupaten Muara Enim meliputi: tamat 8 19,04
umur, pendidikan, umur tanaman, penggunaan Jumlah 42 100
luas lahan, jumlah pohon dan jumlah tenaga
kerja. Dari data diatas responden yang paling banyak
adalah lulus Sekolah Dasar (SD) sebanyak 29
Umur orang atau 69,04 persen. Sedangkan angka
terendah pada tingkat penddidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sejumlah 2 orang
atau 4,76 persen. Karena rata rata pendidikan
responden hanya sebatas SD, maka
pengetahuan akan usahatani karet tidak
mereka dapatkan dari bangku pendidikan
melainkan hanya melalui pengalaman
langsung dari perkebunan karet tempat
mereka bekerja atau hanya meniru dari petani
Gambar 1. Kegiatan tim bersama kelompok lain yang lebih dulu melakukan usahatani. Dan
petani karet juga masyarakat yang tingkat pendidikannya
lebih tinggi cenderung lebih memlilih bekerja
Tabel 1. Identitas Responden Berdasarkan keluar desa daripada berusahatani karet.
Kelomok Umur Petani Karet Desa Sungai
Duren. Umur Tanaman
Usia Jumlah Persentase Tabel 3. Identitas Responden Berdasarkan
(tahun) (orang) (%) Umur Tanaman di Desa Sungai Duren.
21-30 thn 2 4,76 Umur Jumlah Persentase
31-40 thn 9 21,42 Tanaman (orang) (%)
41-50 thn 12 28,57 (tahun)
51-60 thn 16 38,09 5-10 33 78,57
>61 thn 3 7,16 11-15 7 16,67
Jumlah 42 100 >16 2 4,76
Jumlah 42 100
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa
jumlah petani karet terbanyak berada pada Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukkan
kisaran umur 51-60 tahun sebanyak 16 orang bahwa persentase umur tanaman terbanyak
atau 38,09 persen, selanjutnya adalah umur yaitu antara 5-10 thun atau 78,57 persen yaitu
41-50 tahun yaitu sebanyak 12 orang atau sebanyak 33 responden. Jumlah terkecil yaitu
28,07 persen dari jumlah total responden. Dan diatas 16 tahun atau 4,76 persen sebanyak 2
paling sedikit yaitu pada kisaran umur 21-30 responden. Pada hal ini tanaman karet yang
tahun sebanyak 2 orang atau 4,76 persen dari diambil dalam penelitian ini adalah tanaman
jumlah total responden. Sehingga berdasarkan yang berusia diatas 5 tahun, karena tanaman
Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa usia karet pada usia 0-5 tahun masih dalam

SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1576


Volume 6 Nomor 3 September 2022
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
perawatan dan baru dapat diambil hasilnya jika 201-400 16 38,09
sudah berusia 5 tahun ketas. Sehingga dapat >401 7 16,68
diambil kesimpulan bahwa tanaman karet yang Jumlah 42 100
diusahakan di Desa Sungai Duren termasuk
tanaman muda yaitu 5-10 tahun. Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahw rata-
rata jumlah pohon yang dimiliki responden
Penggunaan Luas Lahan paling banyak yaitu pada kisaran <200 pohon
Tabel 4. Identitas Responden Berdasarkan sebanyak 19 responden atau 45,23 persen.
Luas Lahan Petani Karet di desa Sungai Duren. Kemudian kisaran 201-400 pohon sebanyak
Luas Lahan Jumlah Persentase 16 responden atau 38,09 persen. Dan sisanya
(ha) (orang) (%) pada kisaran >401 pohon sebanyak 7
500-5000 33 78,58 responden atau 16,68 persen. Dalam hal ini
5001-10000 6 14,28 banyaknya jumlah pohon dipengaruhi oleh
>10001 3 7,14 besarnya luas lahan yang dimiliki petani dan
Jumlah 42 100 juga besarnya jarak tanam yang digunakan
petani. Akan tetapi pemikiran jarak tanam di
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan Desa Sungai Duren kurang begitu diperhatikan
bahwa penguasaan luas lahan yang dimiliki oleh petani, petani hanya berasumsi semakin
oleh petani paling banyak yaitu pada kiasaran banyak pohon yang ditanam, maka diharapkan
500-5000 m sebanyak 33 responden atau getah yang di dapatkan akan semakun banyak.
sebesar 78,58 persen. Sedangkan pada Padahal dalam kenyataannya pemakaian jarak
kisaran 5001-10.000 m sebanyak 6 responden tanam yang terlalu dekat akan mempengaruhi
atau sebesar 14,28 persen. Dan terendah kualitas tanaman, tanaman karet akan lebih
pada kisaran >10.000 m sebanyak 3 suah dalam mendapatkan sinar matahari untuk
responden atau sebesar 7,14 persen. Dari berfotosintesis dan juga tentunya dalam
hasil penelitian dapat diketahui bahwa total pencarian nutrisi yang berada di dalam tanah.
luas lahan yang digarap untuk usahatani karet Luas jarak tanam yang digunakan petani rata
yaitu sebesar 206.300 m2 dengan rata rata rata hanya sebesar 3x2 meter, padahal
luas lahan per responden sebesar 4.912 m2. idealnya jarak tanam yang karet itu 7x3 meter
Dan status kepemilikan lahan yang dijadikan atau 476 bibit/hektar (Prabowo, 2007).
untuk usahatani karet di Desa Sungai Duren
adalah lahan milik sendiri. Jumlah Tenaga Kerja
Tabel 6. Identitas Petani Berdasarkan Jumlah
Jumlah Pohon Tenaga Kerja di Desa Sungai Duren.
Tenaga Jumlah Persentase
Kerja (orang) (%)
Laki - laki
Dalam 33 58,92
Keluarga
Perempuan
Dalam 13 23,22
Keluarga
Laki - laki
Luar 1 1,78
Gambar 2. Pohon karet petani yang siap Keluarga
disadap Perempuan
Luar 9 16,07
Jumlah pohon yang dimaksud adalah Keluarga
banyaknya pohon yang dimiliki oleh petani dan Jumlah 56 100
yang sudah bisa disadap atau bisa di ambil
getahnya yaitu pada umur tanaman 5 tahun Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa
atau lebih. Sedangkan untuk tanaman umur 0- jumlah tenaga kerja petani karet dibedakan
5 tahun tidak termasuk dalam penelitian. menjadi 2 yaitu tenaga kerja dalam keluarga
dan tenaga kerja luar keluarga. Masing masing
Tabel 5. Identitas Petani Berdasarkan Rata- dibedakan lagi menurut jenis kelamin yaitu
rata Jumlah Pohon Karet di Desa Sungai tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Dari
Duren. total responden yang berjumlah 42 petani,
Jumlah Jumlah Persentase terhitung ada 56 tenaga kerja dengan rincian
Pohon (orang) (%) yaitu 33 tenaga kerja laki-laki dalam keluarga
<200 19 45,23 atau 58,92 persen, 13 tenaga kerja perempuan

SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1577


Volume 6 Nomor 3 September 2022
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
dalam keluarga atau 23,22 persen, dan juga 1 dapat meningkatkan pendapatan petani.
tenaga kerja laki-laki luar keluarga atau 1,78 Seharusnya dengan semakin lama
persen serta 9 tenaga kerja perempuan luar pengalaman berkebun karet maka akan dapat
keluarga atau 16,07 persen. Total jumlah melakukan inovasi atau dapat memperbaiki
tenaga kerja dalam keluaga sebanyak 46 dan cara berkebun karet sehingga dapat
tenaga kerja luar keluarga sebanyak 10 orang. meningkatkan pendapatan karet. Hal tersebut
Untuk status pekerjaan dari total keseluruhan menjadi salah satu alasan kenapa variable
responden yang berjumlah 42 responden, 23 pengalaman petani berpengaruh negative
responden murni sebagai petani karet dan 19 pada pendapatan. Salah satu contohnya
responden berstatus sebagai karyawan adalah petani karet yang ada di Desa Sungai
perusahaan pengolahan karet yang berada Duren masih menggunakan teknik budidaya
disekitar tempat tinggal. Adapun jenis karet dan sistem pemasaran karet secara
pekerjaan yang dilakukan dalam usahatani trasional serta masih menggunakan bibit karet
karet adalah melakukan pemanenan yaitu alam dengan kondisi tersebut telah dilakukan
dengan cara menyadap tanaman karet yang sejak dulu. Jika petani mengubah pola pikir
biasanya dilakukan antara pukul 05.00-06.30 dengan penggunaan bibit unggul, penggunaan
dan juga mengambil hasil getah yaitu antara jarak tanam, pemanfaatan kebun untuk
pukul 11.00-12.00. dalam hal ini proses bercocok tanam selama kebun karet belum
pengambilan hasil dikerjakan oleh tenaga kerja menghasilkan, maupun pemasaran karet
dalam keluarga, dan untuk pekerjaan secara teroganisasi maka petani karet dapat
pemeliharaan yang meliputi pemupukan, meningkatkan pendapatannya.
penyiangan dan juga penyemprotan biasanya
dilakukan tenaga kerja luar keluarga. Peningkatan Produktivitas Tanaman
Karet merupakan salah satu komoditi
Tingkat Pendapatan Petani Karet di Desa perkebunan penting, hal tersebut dapat dilihat
Sungai Duren dari manfaatnya bagi petani sebagai sumber
Penerimaan merupakan hasil dari pendapatan, kesempatan kerja, sedangkan
jumlah barang yang dijual sesuai dengan bagi negara merupakan sebagai penyumbang
harga barang yang telah diperjualbelikan. devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi
Keluarga petani karet di Desa Sungai Duren rakyat. Namun sebagai negara dengan luas
memiliki beberapa mata pencaharian seperti area terbesar dan produksi kedua terbesar
berkebun karet, buruh tani, dan pedagang. dunia,Indonesia masih menghadapi beberapa
Rata-rata pendapatan asli petani Desa Sungai kendala, yaitu rendahnya produktivitas.
Duren mencapai Rp 3.000.000,- nilai tersebut Rendahnya produktivitas karet di perkebunan
lebih tinggi dibandingkan dengan penerimaan umumnya disebabkan belum optimalnya
dari aktivitas non-pertanian (Pustotok et al. penerapan manajemen penggunaan klon
2014; Sari et al. 2014; Devi 2015). anjuran dengan baik. Oleh karena itu, untuk
Penerimaan petani dari hasil penjualan mengoptimalkan produktivitas tanaman karet
karet adalah sebesar 2.480.185/per bulan. dapat ditempuh dengan cara pemilihan klon
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian berproduksi tinggi (Boerhendhy, 2010; Marimin
terdahulu yang dilakukan oleh Timora (2014) et al., 2013). Produktivitas karet Indonesia
yang menyatakan bahwa penerimaan dari menduduki level terendah diantara negara
hasil penjualan getah mencapai negara produsen karet seperti Thailand dan
2.600.000/bulan. Frekuensi penjualan Malaysia. Produktivitas karet rakyat di
dilakukan sebulan sekali, sedangkan getah Indonesia yaitu sebesar 800-900 kg/ha
dijual kepada pedagang pengumpul (sistem sedangkan untuk kebun swasta baru mencapai
tradisional). Sistem penjualan secara 1.000 –1.200 kg/ha (Ditjenbun, 2007, 2008;
tradisonal merupakan sistem penjualan sendiri Indonesia Invesment,2018).
yang tidak dapat meningkatkan nilai jual Menurut Riadi et al., (2011) dan
produk tersebut (Dompak 2011; Herdiansyah Suharto, (2013) salah satu alasan kecilnya
2015; Sujarwo 2015). Penerimaan dari karet produktivitas karet Indonesia adalah lebih dari
dapat meningkat lagi jika petani sudah 40% perkebunan karet rakyat masih
menggunakan bibit klonal serta penjualan menggunakan bahan tanam yang tidak
produksi dilakukan secara berkelompok (Isma bermutu (seedling) dan tidak secara
& Fredian 2011; Wiyanto & Kusnadi 2013; menyeluruh mengadopsi teknologi yang
James et a.l 2015; Sannia et al. 2015). dianjurkan dalam melaksanakan budidaya
Meskipun pengalaman petani karet di karet. Sebagai gambaran, penggunaan
Desa Sungai Duren tergolong lama dalam tanaman klonal Malaysia 90%, Thailand 95%,
berkebun karet, budidaya karet masih India 99%, dan Vietnam 100% (Ditjenbun,
dilakukan secara konvensional sehingga tidak 2008). Oleh karena itu produktivitas negara

SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1578


Volume 6 Nomor 3 September 2022
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
produsen karet lainnya sudah mencapai 1.500- pertumbuhan tanaman karet meningkat
1.700 kg/ha kk. Sehingga salah satu strategi (Rodrigo, Silva and Munasinghe,2004;
untuk meningkatkan pertumbuhan sub sector Pathiratna and Perera, 2005; Raintree,
perkebunan dapat dilakukan dengan 2005;Pathiratna, 2006; Rosyid,2007; Ogwuche
melakukan peremajaan karet tua/rusak dengan et al., 2012; Xianhai, Mingdao and Weifu,
bibit klonal dan perluasan kebun (Budi, 2014; 2012; Pansak, 2015; Sahuri and Rosyid, 2015).
Kirana Megantara, 2017). Kebun karet tua dan Secara finansial tanaman sela juga dapat
rusak juga menyumbang penurunan memberikan tambahan pendapatan petani.
produktivitas kebun karet karena produksi per Usahatani jagung sebagai tanaman sela karet
pohon yang diikuti dengan rendahnya populasi pada saat harga rendah masih
perhektar mengakibatkan produktivitas kebun menguntungkan dengan R/C ratio 1,62,
menjadi sangat rendah sehingga tidak sedangkan pada saat harga tinggi sangat
ekonomis. Oleh karena itu, waktu pelaksanaan menguntungkan dengan R/C ratio 2,27 (Sahuri,
peremajaan perlu didasarkan pada 2017a). sehingga secara ekonomi usahatani
perhitungan jumlah produktivitas dan nilai tanaman sela memberikan keuntungan kepada
ekonomis. Kebun dengan produktivitas rendah petani meskipun pendapatan tersebut akan
(400-500 kg/ha/tahun) dengan harga pokok lebih rendah dibandingkan jika tanaman sela
karet kering Rp 7.000/kg dianjurkan untuk ditanam secara monokultur.
diremajakan karena sudah tidak ekonomis Pendapatan yang rendah tersebut
(Karyudi et al., 2001). Peningkatan disebabkan jika secara tumpang sari maka
produktivitas tanaman dengan menggunakan luasan lahan yang dimanfaatkan untuk
bibit unggul sangat berbeda dengan bibit tanaman sela tidak dapat dilakukan seluruhnya
seedling karena bibit klon unggul memiliki untuk tanaman sela selain itu juga setiap tahun
potensi produktivitas yang tinggi yaitu produksinya akan berkurang seiring dengan
mencapai 1.500 – 2.500 kg/ha (Aidi-Daslin, berkurangnya intensitas cahaya. Untuk jarak
2005; Nurhawaty and THS, 2013). tanam yang sebelumnya dianjurkan adalah 6m
Namun untuk meningkatkan x 3m, dengan jarak tanam tersebut petani
produktivitas tanaman tidak terlepas pedoman karet hanya dapat memanfaatkan tanaman
yang benar untuk membuat bibit yang benar sela diantara karet dengan optimal selama 0-3
yaitu mulai dari pemilihan batang bawah, tahun, hal tersebut pada masa itu cahaya
pemelilihan entres, dan penerapan teknik matahari belum merupakan faktor pembatas
budidaya yang meliputi pengolahan tanah, (Saptabina, 2012). Setelah lebih dari 3 tahun
pemupukan dengan takaran, frekuensi, dan maka cahaya matahari akan menjadi faktor
cara aplikasi yang tepat, dan pengendalian pembatas karena tajuk tanaman karet telah
penyakit jamur akar putih, penerapan sistem menutupi cahaya matahari sehingga tanaman
eksploitasi sesuai sifat fisiologis klon dan diantara karet tidak mendapatkan cahaya
pengendalian kekeringan alur sadap. Jika matahari yang cukup untuk proses fotosintesis.
semua tersebut sudah dilaksanakan maka Inovasi yang dapat dikembangkan agar
akan mendapatkan produktivitas tanaman tanaman sela diantara karet dapat berjalan
yang tinggi pula. Peningkatan produktivitas sepanjang tahun dengan menggunakan pola
tergolong penting karena dengan semakin jarak tanam lebar. Dengan jarak tanam
tinggi produktivitas tanaman maka hasil yang tersebut dapat memanfaatkan gawangan
diterima petani secara kuantitasnya juga akan diantara karet dengan menanam tanaman sela
meningkat dibandingkan dengan penggunaaan dengan waktu yang panjang. Inovasi tersebut
bibit alam (seedling). selain dapat mendukung program pemerintah
dalam mempercepat ketahanan pangan
Peningkatan Produktivitas Lahan (Hartati, 2015).
Kondisi harga karet yang cenderung
menurun merupakan masalah bagi petani Pemasaran Bahan Olah Karet (Bokar)
karena akan menurunkan tingkat pendapatan Pemasaran bokar adalah hasil akhir
petani. Untuk menambah pendapatan petani dari kegiatan budidaya karet yang telah petani
maka diperlukan inovasi untuk memanen hasil sadapannya. Petani karet
mengoptimalkan produktivitas lahan. Salah melakukan penyadapan untuk mengeluarkan
satu cara untuk meningkatkan produktivitas getah ayang ada didalam pohon karet dengan
lahan dengan memanfaatkan kebun karet cara melukai pembuluh lateks yang terdapat
menanam tanaman sela diantara karet. pada kulit tanaman karet. Penyadapan
Menanam tanaman sela di antara tanaman dilakukan setiap hari oleh petani. Alasan petani
karet dapat meningkatkan pendapatan petani, menyadap karet setiap hari adalah untuk
bahan organik tanah meningkat, kesuburan mendapatkan getah yang banyak sehingga
tanah meningkat baik fisikmaupun kimia, dan dapat mengahasilkan pendapatan keluarga.

SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1579


Volume 6 Nomor 3 September 2022
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
Petani menjual hasil getah seminggu sekali. terdaftar di pemerintahan kabupaten/kota.
Adanya penurunan harga jual karet sangat UPPB menjadi salah satu pilihan tepat bagi
mempengaruhi pendapatan dan kesejahteraan kelompok tani karet karena meningkatkan
petani. Berdasarkan penelitian Kurniawan, posisi tawar petani dan bagian harga petani
Nuaraini and Khosmas, (2012) dan; Hafsah, serta dapat meningkatkan kualitas bokar
Violetta and C, (2014) menyatakan bahwa (Alamsyah et al., 2017).
36,84% dari pendapatan usahatani hilangdan Rantai pemasaran UPPB ini juga
66,67% kesejahteraan petani karet plasma tergolong pendek yaitu petani atau kelompok
menurun akibat dari adanya penurunan harga tani atau gapoktan secara kolektif
jual karet. mengumpulkan getahnya disuatu lokasi
Harga karet tidak dapat dipengaruhi kemudian akan dilelang ke pembeli dari pabrik,
oleh siapapun Karena harga yang terbentuk pembeli yang menawar harga tertinggi akan
berdasarkan mekanisme pasar dunia sehingga mendapatkan getah tersebut. Dengan sistem
jika harga karet dunia turun maka harga karet ini rantai pemasaran sangat efektif dan efisien
domestic akan mengikutinya. Namun ada karena bagian harga yang diterima oleh petani
beberapa cara yang bisa dilakukan oleh petani menjadi besar dan petani tidak lagi memikirkan
untuk meningkatkan bagian harga yang biaya susut, transportasi jika langsung menjual
diterima oleh petani lebih tinggi sehingga ke pabrik. Selisih harga yang diterima oleh
harga diterima petani oleh petani juga tinggi. petani antara menggunakan pemasaran
Pada umumnya petani karet masih melalui UPPB dan tradisional mencapai Rp
menggunakan pemasaran yang tradisional 2.000-Rp 3.000 per kg (Junaidi, 2017). Pada
yaitu menjual bokar kepada pedagang desa, saat ini UPPB (Provinsi Sumsel) telah
pedagang pengumpul dan seterusnya. Rantai berkontribusi sebesar 63.000 ton per tahun
pemasaran tersebut menjadikan rantai dari jumlah 169 UPPB ke pabrik crumcb rubber
pemasaran yang tidak efisien dan posisi tawar sebagai bahan baku pabrik (Anung, 2018).
petani lemah karena masih tergantung dengan
pedagang perantara. (Lismarwati, 2016). SIMPULAN DAN SARAN
Dampak yang ditimbulkan dari pemasaran Simpulan
tradisional adalah pedagang perantara akan Penurunan harga karet merupakan
menguasai harga karet; tidak adanya permasalahan petani yang harus dihadapi oleh
transparasi harga ditingkat petani; bagian petani karet. Rendahnya harga karet tersebut
harga yang diterima petani rendah dan kualitas berdampak kepada penurunan pendapatan
karet tidak sesuai SNI. petani karet. Strategi yang dapat diterapkan
Disisi lain petani masih membutuhkan oleh petani untuk menghadapi harga karet
pedagang perantara dengan berbagai alasan adalah dengan (1) meningkatkan adopsi bibit
seperti sudah terikat hubungan emosional unggul pada saat peremajaan karet tua, (2)
(terikat pinjaman) kepada pedagang, petani mengoptimalkan kebun karet dengan
masih tidak memperhatikan mutu bokar memodifikasi jarak tanam lebar agar dapat
dengan menggunakan pembeku tidak anjuran menanam tanaman sela sepanjang tahun,
serta mencampurkan tatal kedalam bokar serta (3) meningkatkan kesadaran petani untuk
sehingga bokar lebih berat (Vachlepi, Nugraha melakukan pemasaran teroganisir melalui
and Alamsyah, 2016). Tanpa disadari oleh UPPB sehingga bagian harga yang diterima
petani, seluruh kegiatan yang dilakukan oleh petani akan lebih tinggi.
petani akan berdampak kepada mutu bokar Karakteristik petani menunjukkan
akhir yang dihasilkan akan rendah dan harga tingkat pendidikan di Desa Sungai Duren
yang diterima oleh petani juga rendah. masih rendah, mayoritas penduduk lokal, dan
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh karet merupakan kegiatan utama untuk
petani untuk meningkatkan bagian harga karet menopang pendapatan petani. Penerimaan
adalah melalui pemasaran teroganisir. Salah dari karet memiliki kontribusi 65% terhadap
satu jenis pemasaran teroganisir adalah Unit total penerimaan petani, selebihnya dari buruh
Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB). tani atau pedagang. Harga karet, umur petani,
Adanya UPPB dapat menjadi perantara dan pengalaman petani berkebun karet
pembinaan petani karet untuk selalu merupakan variable yang berpengaruh nyata
memproduksi bokar bersih dan bermutu baik. terhadap pendapatan petani pada taraf nyata
Unit pengolahan dan pemasaran bokar adalah 10%. Sementara itu, pendidikan formal, jumlah
unit usaha yang dibentuk oleh dua atau lebih tenaga kerja dalam keluarga, dan luas lahan
kelompok pekebun untuk melakukan kegiatan merupakan variable yang tidak berpengaruh
bimbingan teknis, pengolahan dan pemasaran nyata pada pendapatan petani.
bokar. UPPB memiliki legalitas dengan adanya
STR-UPPB yaitu surat tanda registrasi yang

SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1580


Volume 6 Nomor 3 September 2022
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
Saran Pelepat Kabupaten Bungo. JAS
Disarankan kepada pemerintah jika (Jurnal Agri Sains), 2(1).
dapat membantu mengusahakan semacam Ali, J., Delis, A., & Hodijah, S. (2015). Analisis
Badan usaha yang manaungi usahatani karet produksi dan pendapatan petani karet
sehingga mempermudah petani dalam di Kabupaten Bungo. Jurnal Perspektif
pengadaan saprodi maupun penjualan hasil. Pembiayaan dan Pembangunan
Sehingga dalam hal ini petani dapat terhindar Daerah, 2(4), 201-208.
dari kerugian karena fluktuasi harga yang Nugraha, I. S., & Alamsyah, A. (2019). Faktor-
disebabkan oleh permainan harga di tingkat Faktor yang Memengaruhi Tingkat
pedagang maupun pengepul. Faktor luas Pendapatan Petani Karet di Desa
lahan berpengaruh secara signifikan dengan Sako Suban, Kecamatan Batang Hari
bertambahnya luas lahan yang digarap maka Leko, Sumatera Selatan. Jurnal ilmu
pendapatan juga akan meningkat, pada pertanian Indonesia, 24(2), 93-100.
pengaplikasiannya luas lahan yang Soleh, A. (2016). ANALISIS PRODUKSI DAN
dimanfaatkan secara maksimal akan PENDAPATAN PETANI KARET
berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Oleh PENERIMA DANA TALANGAN DI
karena itu petani hendaknya bisa KABUPATEN BATANG HARI. Jurnal
memanfaatkan lahannya secara baik dan Sungkai, 4(2), 20-35.
maksimal agar dapat meningkatkan
pendapatannya.
Faktor pupuk berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan petani, oleh karena itu
disarankan petani dapat melakukan
pemupukan yang baik sehingga tanaman karet
akan tumbuh secara maksimal dan hasilnya
akan bertambah sehingga pendapatan petani
juga akan meningkat. Faktor pupuk
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
petani, oleh karena itu disarankan petani dapat
melakukan pemupukan yang baik sehingga
tanaman karet akan tumbuh secara maksimal
dan hasilnya akan bertambah sehingga
pendapatan petani juga akan meningkat.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada aparat Desa Sungai Duren beserta
masyarakat yang telah membantu dan
memberikan izin terlaksananya kegiatan
penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN
Nugraha, I. S., & Sahuri, S. (2020). STRATEGI
PENINGKATAN PENDAPATAN
PETANI KARET DALAM MERESPON
HARGA KARET RENDAH/Strategy to
Increase Rubber Farmers’ Income to
Respond Low Rubber
Price. Perspektif, 18(2), 79-86.
Stiawan, A., Wahyuningsih, S., & Nurjayanti, E.
D. (2014). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PETANI KARET (Studi Kasus di Desa
Getas Kecamatan Singorojo
Kabupaten Kendal). Mediagro, 10(2).
Yahya, M., Fikriman, F., & Afrianto, E. (2018).
Analisis Pengaruh Rendahnya Harga
Karet terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Petani Karet di Kecamatan

SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1581

Anda mungkin juga menyukai