Anda di halaman 1dari 47

L meratap menangisi segala yang terusak

’’KEKACAUAN” YANG NIKMAT


;*.h.gla„ dari hidup y,„g „.,ep,k dan ™,.„kkan i™
Kepada kami dikembahkan orang sehelai Pujangga Bam yang penuh " tuk meT"" y“S.g''-""S-gembira berjuang memecahkan kulit telurnya
ber-coreng2 tmta dan dibubuhi catatan seperti: Kalimat itu jelek bunyi-
nya, susunan itu bukan susunan Melayu, perkataan itu perkataan surat »itu £i5,r2 ’’'"■‘I’" "’'“'■•t pumbung.
Kabar dll. Dan da am sebuah briefkaart yang kami terima ber-sama2 itu
kepada kamt dinasehatkan; Dalam lopan yang mahahebat yang mengamuk dalam hntan babaaa
Dari hal prosa: sayang, bahasanya belum banyak berbeda dengan
bahasa s.k. hanan, meskipun umurnya - kalau2 saya tak salah lebih ae^la yang repas dan rapuh, kami tiadalah hendak meniadi peS-
dan 1 tahun. Akan mencapai majalah literair. pikiran saya wajib (Ul ranting mati yang jatuh ke bumi. pengum
1 untut dan pada redaksinya: volkomen beheersching van de Mai. Pekeijaan itu kami serahkan kepada perempuan tua, yang telah buns-
taal en een goede stijl, serta mempunyai literaire aanleg, inzicht ik badannya, lemah anggotanya dan kabur matenya ^
dan tentu saja berekend voor eenvoudig correctiewerk.
Mula2 maksud kami hendak mendiamkan hal itu. Sebabnya dalam su- lb
h, memekik menjent, berseru bersorak, tergelak sama mengaduh
dan terbahak menee-
dalam ifa
rat kabar, dalam majalah sering kelihatan ”ahli2” bahasa mencoba mem- la an^n yang mahadahsyat membadai, tiada ter-tahan2
perhhatkan kepandaiannya, mengajar orang cara mengarang dan aturan Bukanlah kacau balau topan yang mahahebat ini' '
Dahasa yang bark: mana yang benar menurut ilmu syaraf, menurut pera- Bukan jcerusakan gugurnya ranting dan kerisik ke bumi'
saan Me ayu sejati; mana yang tiada. Pun dalam percakapan2 menghadap Jatuh, jatuhlah ranting!
cangkir teh gum2 senng memperlihatkan jijiknya akan bahasa yang dipa- Gugur, gugurlah kerisik !
kai dalam surat kabar, dalam rapat. ^ ^
nikniatnya derita berjuang memecah kulit.
Perbuatan yang demikian tak ada ganjilnya.
1 akWrnya terasa juga kepada kami, bahwa ada juga baiknya, ka-
lau dalam hal ini kami kemukakan pendirian kami yang agak berbeda da- Tuan tiada tahu artinya hidup !
ri pada pendirian mereka itu.
■perti meluap diri j"waTuk!rM ^ menggunung dalam susunan bahasa
Sejak dari semula kami tiada menyertai perbantahan pengarang ini de-
ngan pengarang itu, surat kabar ini dengan surat kabar itu tentang ketu-
lenan bahasa. Tiada pernah kami me-ngejar2 pengarang2 yang kurang lan- —- -a di langit senja.
* bahasa, atau sekalipun salah memakai bahasanya, malahan amar mencahari tanah daratan tiLd rb
bahasa Melayu-Tionghoa yang sering diejekkan itu kami beri haknya yang Yang hanya tuan tahu ialah eia^r> ^ J^^h-di tengah Samudera.
selayaknya (Lihat P.B. tahun II No. 4). z z e ’salah" tempatnya, jalan bahasa yang atau awalanyang
K bukan kebetulan, tetapi lahir dari pendirian yang nyata. Se- engar............................. ^ama dengan yang biasa tuan
ab dalam kekacauan dan kerusakan yang di-canang2kan orang itu, kami
lada nampak kekacauan dan kerusakan, malahan sebaliknya: penvusun- ‘'TS r .man dida-
an dan perbaikan. ■ ^ ^ ngan terlumbuk tarn .*“■ Sobek. batil
Yang lama sudah mati, pemalutnya saja yang tinggal lagi. Dan jiwa 6.nt„k,e,lim„,„dZei ‘“f"' mat. tuan sndah me-
yang baru yang menjelma dalam bahasa Indonesia sekarang ini tiada da-
pat memakai bungkusan yang lama itu. Disini ia terlampau sempit disana k ™:rear,Tn,CmSra'’S.b
terlampau pendek. encaharijalannya ke laut. gunung, akan dapat sendiri
Dan terasalah jiwa yang penuh kehidupan itu mendesak ke segala pen-
mpauizaman.panSr2ya^^^“ di muka bumi ini, apabila ia-telah-rtie-
juru dengan kekuatan dan kegembiraan muda remajanya: disini berderak, *

64
65
Tidak, tidak, bayi yang bam lahir ini cukup sehatnya. la tidak has-
ratkan gerita yang sempit dan bedung yang rapat membelit. Biarkan pa-
kaiannya se-lapang2nya, sebab tenaga tumbuhnya yang bergerak dari da- MENUJU KONGRES BAHASA KEBANGSAAN
lam sehat se-sehat2nya.
Kongres bahasa Jawa yang.diadakan oleh Java-Instityut di Yogyakar-
Dari: PUJANGGA BAKUJvm 1935. sudah selesai. Membaca verslag-verslagnya dalam surat kabar, dan ber-
ara dengan orang yang mengunjungi kongres itu, tiada dapat saya men-
hkan dari hati saya satu perasaan dan keyakinan, Yaitu bahwa kong-
; yang bam diadakan itu sangat kunstmatig.
.Kunsmatig saya katakan, oleh sebab dalam soal2 kongres itu dan pem-
■araannya payah saya hendak bertemu dengan semangat yang selayak-
semangat yang semestinya, yaitu semangat kesungguhan dan cita2
atu bangsa, yang hendak mengatur soai bahasanya se-baik2nya dan
Tiulia2nya bagi dirinya, sekarang dan di masa yang akan datang.
Tuduhan ini berat selali dan saya hams membuktikannya. Pertama sa-
hendak menunjukkan hal yang ganjil berhubung dengan soal bahasa
a sebagai bahasa pelajaran pada sekolah Mulo. Dalam tahun 1936 se-
ah lahir nabi Isa sesuatu bangsa yang mempunyai kesusasteraan yang
ur, masih menjadikan soal tentang bisa ^au tidak bisanya bahasanya
kai sebagai -bahasa pelajaran pada sekolah Mulo. Benark^ telah demi-
ah msaknya kepercayaan bangsa kita akan dirinya, sehingga soal yang
pa itu masih perlu dijadikannya soal kongres? Adakah sesuatu bahasa
dunia yang terbukti hingga sekarang tiada dapat dipakai sebagai bahasa
ajaran dalam sekolah sambungan? Dan sesudah dengan susah payah me-
elidiki dan bertukar pikiran tentang soal itu, tiada pula beranii diam-
sesuatu mosi yang nyata. Kongres se-olah2 kaget dan takut akan hasil
yelidikannya sendiri.
.Sesungguhnya salahnya disini ialah tentaiig sifat kongres itu. Kongres
ti^k .didorong oleh keinginan bangsa yang empUnya bahasa untuk
bereskan soal bahasanya. Kongres itu tidak tersusun dalam peker-
n reconstmetie sesuatu bangsa, yang menghendaki tempat yang layak
dirinya disisi bangsa yang lain. Kongres itu diadakan hanya sekadar
dak mengadakan kongres, bukan se-kali2 ia hendak mendapat kepu-
an yang hams dil^ukan, atau se-kurang2nya yang hams menjadi cita2
g hams dikejar. Hal ini terbukti benar kepada kita dalam sikap kong-
dt diucapkan, yaitu sifat kongres itu se-mata2 taal-
dig, se-mata2 menumt ilmu bahasa.
er-ulang2 diucapkan pemimpin rapat, bahwa soal poUtik tidak bo-
ada’”wt^^^^Tf demikian, lebih nyata lagi
da lata waktu membicarakan soal bahasa Jawa berhubung dengan
soal bahasa di Regentschapsraden se-
a2 dan jurusan ilmu bahasa, perbuatan itu tidak dapat saya sebut la-

66 67
segolongan2 dalam zaman seperti sekarang ini, lebih banyak mem-
in dari pada hersengymnastiek, didalamnya tiada tersimpul kesungguhan
a bahaya perpecahan dari pada membawa keuntungan.
hati untuk mencapai sesuatu keputusan yang se-baik2nya hendak dipakai
Kita hams mengadakan kongres bahasa kebangsaan untuk menyata-
bagi kemajuan bangsa.
einginan dan cita2 kita, untuk menetapkan pekerjaan- dan pedoman
Demikianlah telab selayaknya pembicaraan datam kongres itu menjadi
eqaan dalam reconstmctiearbeid bangsa kita yang luas.
steriel, tiada membawa keputusan yang dapat menyenangkan, oleh karena
soal bahasa yang rapat berjalin dengan segala soal penghidupan lahir ba-
tin sesuatu bangsa yang hidup dan beijuang, dipindahkan kedalam ruang Dari; PUJANGGA BARU, Mi 1936.
yang terkunci dan terpisab, raangilmu’bahasa se-mata2.
Kongres yang baru dilakukan di Yogyakarta barn ini menunjukkan ke-
pada kita, bagaimana kita tidak boleh mengadakan kongres. Kongres ba­
hasa yang menghendaki hash yang nyata, hams lahir dari masyarakat de­
ngan mengingatkan keperluan dan cita2 masyarakat itu. Bahasa sebagai
alat perhubungan masyarakat yang terpenting, bahasa sebagai alat manu-
sia menyatakan dan bertukaran perasaan dan pikirannya di segala iapang-
an penghidupan, tiada dapat diceraikan dari pada soal2 masyarakat selu-
ruhnya: sosial, ekonomi, seni, agama, politik dll. Dan temtama bagi se­
suatu bangsa, yang sedang menyusun dan membangunkan masyarakatnya
sendiri, soal bahasa itu tiada dapat diceraikan dari pada soal susunan dan
pembangunan masyarakat itu di selumh lapangan*
Maka sesungguhnya masyarakat kita telah masak untuk sesuatu pembi­
caraan bahasa yang panjang lebar, berhubung dengan kedudukannya da-
lam pekerjaan reconstructie bangsa kita seumumnya. Sesungguhnya da-
lam susunan pekeijaan reconstmctie kita telah sampai saatnya kita- me­
nunjukkan keinginan kita dan cita2 kita tentang baliasa kita, selaras de­
ngan segala keperluan, gerak dan cita2 masyarakat kita.
Kongres bahasa kebangsaan hams tiba !
Tetapi kita tidak akan mengadakan pertukaran pikiran yang stene/. De­
ngan daging badan kita sendiri, kita tidak akan mengadakan operasi ha-
nya sekadar hendak mengoperasi. Tiap2 kita menyayatkan pisau di badan
kita sendiri, kita hams mendapat keuntungan yang nyata bagi kesehatan
badan kita selumhnya.
Banyak soal2 bahasa yang telah lama hams diselesaikan dengan nyata.
Bagaimana perhubungan antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah?
Bagaimana- kedudukan bahasa daerah seperti bahasa Jawa yang diperca-
kapkan oleh 30.000.000 }iwa disisi bahasa persatuan, disisi bahasa daerah
yang lain yang kecil2? Betapa kedudukan bahasa itu masing2 dalam pen-
(hdikan bangsa, dalam jumalistik, dalam pe'rgerakan agama, sosial, poli­
tik, pemiagaan, dan. Iain2. Dan diantara soal2 itu; soal2 bahasa seperti
ejaan, gramatika, dll. mempunyai kedudukannya pula.
Ber-bagai2 golongan yang serta dalam reconstmctiearbeid bangsa kita
hams mengemukakan pikirannya tentang bahasa, agar kita dapat menca­
pai keputusan yang dapat dip^ai sebagai pedoman dalam pekerjaan te-
constructie itu. Tiap2 usaha untuk menyelesaikan soal bahasa sendiri2

68 69
d^atlah kita betranya : Siapakah dan golongan manakah yang pernah
l^ata, bahwa kemajuan bahasa persatuan kita itu tersangkut atau ber-
^tung kepada habis atau tidaknya pertikaian tentang nama itu, ataupun
BAHASA MELAYU, BAHASA INDONESIA 1) ktpada kepandaian atau mahirnya ahli teori mengatur ejaan atau menyu-
(Sambutan kepada tuan H.A. SALIM) saraf nahu? Bodoh benar orang yang menyangka, bahwa basa seba-
alat jiwa manusia dan alat masyarakat yang terpenting bergantung pa-
satu hal atau pasal. Sebanyak itu yang mempengaruhi jiwa manusia
Dalam surat kabar 2) beberapa minggu y.l. termuat ber-turut2 karangan (]^ masyarakat, sebanyak itu pula yang menentukan keadaan basa. Tetapi
tuan H.A. Salim, yang berkepala sebagai diatas. Didalamnya diorak dan di-
Sianjutnya pula hendaklah kita bertanya : Tidakkah semangat bangsa
pecah2kan beberapa soal yang berhubung dengan bahasa dan pertarung-
ytog hidup menghendaki nama bagi basa, yang sesuai dengan semangat
an tentang bahasa sekarang ini. itu. Dan demikian pulalah-hidupnya semangat bangsalah yang menyebab-
Tetapi sangat sayang apa yang sudah diorak dan di-pecah2kannya de­
kan, maka diantara bangsa. itu timbul aliran hendak mengatur ejaan atau
ngan ketajaman pikiran, dibiarkannya terbengkalai, sehingga karangan itu
i^nyusun nahu. Sebab semangat yang melambung-lambung yang tidak
sifatnya sangat negatif, steriel negatief. Sesungguhnya pada susunan ka-
melahirkan usalia yang nyata ke arah mana sekalipun, bukanlah semangat
hniat dan pilihan katanyapun dapat kita merasa, bahwa sekaliannya ter-
yang hidup namanya.
istimewa lahir dari nafsu hendak ’’memberi pemandangan”, meskipun ti-
Setelah mundur maju ber-putar2 sekeliling kata2 bahasa ’’Melayu dan
dak ada yang terang yang hendak ditunjukkan, hendak dianjurkaa Disisi Indonesia”, maka diberinya typeering tentang angkatan muda sebagai ber-
itu beberapa kata seperti ’’mendakwa keahlian”, ’’murid dan peniru Be- ikut:
landa”, ’’kekerasan rasa nafsu politik” dll. membuktikan pula, bahwa ka­
Sebab itu kita tidak hendak menyangkal atau membantah aliran,
rangan itu ditulis dengan perasaan kesal mengkal. yang menganjurkan nama ’’basa Indonesia”. Terutama sekali, karena
Dan sesung^hnya tidaklah saya akan menyambut tulisan itu, kalau ia
dalam aliran itu kita melihat kekerasan rasa nafsu,politik dari
tidak mengenai golongan Pujangga Baru. (disana disebut ”satu angkatan
pada satu ’’angkatan muda”, yang masih dapat menyaksikan per-
muda ) dan memberi uraian yang oleh kepandaiannya menyusun kalimat
gerakan politik yang ramai waktu kecilnya, tapi besarnya menda-
dan kata, boleh mengelirukan.
patkan medan politik hampir2 tertutup, langkali politik bertambat.
Satu contoh hendak saya kemukakan tentang kepandaian menyusun
Maka segala perasaan dan kemauan politik yang dihidupkan oleh pe­
kalimat dan kata itu:
rasaan kebangsaan ber-tumpuk2 didalam dada mereka me-nyesak2
Tetapi kita percaya, bahwa kemajuan basa persatuan bangsa kita,
mencarijalankeluar. Dan tatkala jalan2 suara dan usaha.politik, me-
sebagai juga kemajuan basa Belanda, tidak akan tersangkut atau ter-’
lakukan propaganda, menyusun organisasi dan mengatur pergerakan
gantung kepada habis atau tidaknya pertikaian tentang nama itu
(bahasa Melayu atau bahasa Indonesia S.T.A.). Dan tidak pula kema­ tak dapat ditempuh, tampaklah perasaan kebangsaan dan nafsu per-
lawanan mengeluar di jalan|’’pembaruan basa” dan ’’peijuangan ba­
juan itu tersangkut atau tergantung-kepada kepandaian atau mahir-
sa”, yang meletakkan keddamnya sifat kebatinan. Cita2 kemerde-
nya ahli theorie mengatur ejaan atau menyusun saraf dan nahu.
kaan, kemajuan kepada derajat kemuliaan, yang tak dapat diikhti-
Hidupnya basa bergantung kepada hidupnya semangat bangsa
arkan di medan kehidupan yang sesungguhnya, rindu dan dendam
yang menggunakan dia sebagai alat pembentuk dan penggambar pa-
itu dari alam lahir dipindalikan tujuannya, ke alam kebatinan; Se­
ham dan pikirannya, perasaan dan cita2nya”.
bagai juga cita2 perbaikan masyarakat, yang tak dapat diusahakan
Sekali lihat benar semuanya yang tertulis dalam kalimat2 itu. Tetapi
dalam perjuangan politik dan ekonomi dalam kalangan rakyat, ba-
nyak dipindahkan tujuannya ke alam kebatinan, menurut ’’keutama-
an” dan ’’keluhuran” dan ’’kemanusiaan” dalam ber-puluh2 perhim-
1) Tentang beda basa Melayu dengan basa Indonesia ada saya tulis dalam punan kebatinan, yang ada pada masa ini didalam bangsa kita.
karangan saya ’’Bahasa Indonesia” (Puj. Baru tahun I No. 5). Menurut pe- Pemandangan yang serupa ini, yang mengatakan, bahwa usalia dan per-
mandangan sayapun menurut ilmu bahasa kedua nama itu melingkungi bahasa juangan di lapangan baliasa sekarang ini ’’verkapte politik”, atau sesuatu
yang satu. Yang berbeda hanyalah semangat yang dikandung nama itu masing2. yang dalam ilmu jiwa disebut ’’arrangement”, yaitu usaha jiwa menc'a-
2) Antaranya Suara Umum 12 dan 16 Agustus. hari jalan yang memuaskan didalam batin kepada ketakutannya berusaha

70
71
di alam lahir, harus dibantah se-kuat2nya, terutama pula oleh karena su- ya Itu tersembunyi perasaan kesal mengkal seseorang, ;
sunan kalimat dan katanya sangat baik dan lancar, sehingga dapat mem-^ Irga dirinya, tetapi merasa dikebelakangkan.
beri pemandangan yang sangat logis rupanya. Sengaja saya katakan rupa- i Sementara itu tentang hal ini orang tak usah cemas, kami angkatan
nya oleh karena ia berdiri pada praemisse yang salah, yaitu bahwa yang luda meski bagaimana sekalipun akan kejamnya terhadap- kepada tong
ada hanya satu peijuangan yaitu perjuangan lahir, dan bahwa tiap2 per- Dsong yang ribut, insya Allah tak akan lupa menghargai dimana yang
juangan batin itu hanyalah untuk mengel^an atau untuk lari dari per^ jitut dihargai. Tuan H.A. Salim sesungguhnya dalam banyak hal orang*
juangan lahir. Salah pula oleh karena peijuangan basa itu bukan peiju­ ang lahir terdahulu dari zamannya. Ketajaman otaknya dan keluasan
angan batin, tetapi perjuangan di dunia lahir juga, nampak gerak-^eralc fengetahuannya, ditambah pula perasaan bahasanya yang payah dicahari
dan tujuannya, nampak langkah dan usahanya, seperti kelihatan pada " idingannya, menyebabkan ia jauh mendahului zamannya dan sejak sa-
kongres basa Indonesia di Solo baru ini. Salah pula, oleh karena dasar _ dapat menghargai basa hingga sekarang saya selalu kagum akan padu
yang trga (persatuan tanah air, persatuan bangsa dan persatuan bahasa, In kukuh susunan kata dan pikirannya.- Pengakuan ini keluar dengan
ke-tiga2nya bernama Indonesia) yang dikemukakan dalam tahun 1928 lyaal, tidak tertangguh-tangguh.
itu diartikannya sangat sempit, yaitu se-mata2 rasa kekerasan nafsu Tetapi sebaliknya apabila ia hendak menyamaratakan pembaharuan ba-
politik. 4Sa kita dalam setengah abad ini dan 'menuduh, bahwa ’’ribut-ribut ba-
Dan tuan H.A. Salim bukanlah tuan H.A. Salim, kalau ia tidak tahu 6sa sekarang ini hanya disebabkan oleh tukang politik yang kehilang- i
bahwa rasa kekerasan nafsu politik itu hanya sebahagian, hanya la lapangan”, maka se-kurang2nya ia melupakan, bahwa dalam tiap2 pem-
suatu pihak dari cita2 kebesaran dan kemuliaan bangsa yang tersembu- paruan terang kelihatan pendahuluan atau bayang2 pembaharuan
nyi dalam perkataan Indonesia ; tentang ekonomi, tentang kebudayaan in pembaharuan yang sebenarnya. Apa yang terasa oleh golongan per-
tentang seni, tentang agama dan sebagainya. |ma kabur2, sebagai instinctieve reactie, yang tidak terinsafkan dan di-
Tuan H.A. Salim bukan tuan H.A. Salim, kalau ia tidak tahu, bahwa Isafkan benar2, bagi golongan yang kedua telah menjadi bewuste belij-
tiap2 manusia itu mempunyai pembawaannya masing2, atau seperti .me- enis, terang tujuannya, terang semboyannya, terang jalan yang akan di-
nurut struktuurpsychologie Spranger, manusia itu ada manusia teori, ma-. |mpuhnya.
nusia ekonomi, manusia seni, manusia masyarakat, manusia politik, ma­ I Pemandangan yang menyamaratakan ini lebUi nyata lagi dalam baha-
nusia agama dan tiap2 golongan itu tertarik .kepada yang sesuai dengan |an karangan H.A. Salim itu yang kedua, yang membantah pertentangan
pembawaannya masing2. litara dinamis dan setatis, antara bergerak dan diam:
Dan jika tuan H.A. Salim disini membuat kesalahan, maka sesung- I Tetapi amat ajaib kekeliruan mereka menyangkakan zaman ’’ge^
guhnyalah hal itu bukan kesalahan, sebab otak yang setajam itu dan pe­ i rak” waktu ini didahului oleh zaman ”diam” atau zaman ’’berhen-
mandangan yang seluas itu tidak akan mungkin membuat kesalahan yang
sempa itu. Lebih tepat rasanya, kalau kita pakaikan kepadanya vers- II ti”.
Zaman ”diam” atau zaman ’’berhenti” itu tidak ada bertemu di-
chijnsel ilmu jiwa yang dis'ebut ’’arrangement” itu, yang dengan kelim
i dalam perjalanan riwayat. Tabiat ’’dinamis” dalam segala keadaah
dicobanya pakaikan kepada ’’angkatan muda”. Maka akan nyatalah kepa­ sudah ada dari bermula, tidak menantikan waktu orang kita atau
da kita, bahwa kesalahan itu lahirnya dari perasaan kesal mengkal, yang sebagian orang kita mengenal ’’kata” itu atau lahir ke dunia.
sudah saya sebutkan pada permulaan karangan ini. Dan peraSaan kesal Pemandangan inipun sangat mengelirukan dan mengaburkan soal oleh
mengkal itu nyata benar pada kutipan yang berikut dari karangannya ihijnologikanya, yang mencampur-adukkan arti yang absolut dengan arti
itu : Hng biasa. Dalam arti yang absolut segala sesuatu yang hidup di dunia
Itulah sebabnya, maka gerak perubahan basa, yang sudah sete li bergerak, berubah. Perkataan diam bolehlah dibuang dari bahasa manu-
ngah abad berlaku dengan sendirinya dan ber-ulang2 dengan , sebab segala sesuatu yang mengambil tempat dan waktu di dunia ini
am at pesatnya, Jcarena hajat yang tak boleh tidak, dengan ti­ Tgerak, mengalir. Pantai rei, kata Heraclitus. Tetapi sebaliknya berge-
dak menimbulkan perbantahan, datang-datang beroleh si- ik dan bergerakpun ada dua, malahan kadang2 sangat besar bedanya,
fat pertentangan dan perjuangan dicampuri nafsu panas 'perti gerak pedati sapi dengan gerak mesin terbang. Dalam pemandang-
rrvemanas dan kekejaman. 1 serupa inilah, yang terlepas dari pada gila mencahari menang, perten-
Siapa yang dapat membaca yang tersirat dan bukan saja yang tersurat, fangan setatis dan dinamis itu mempunyai arti. Dinamis bagi-kami mengan-
akan merasakan, bahwa dalam kata2 yang sengaja saya jarangkan cetak- 4ing arti dengan insaf merasakan, men^endakf dan“ mengusahakan ge-

72
73
rak kemajuan itu, sangat berlainan dengan gerak di zaman yang setatis,
yang bergerak dengan sendirinya, mendekati keadaan didalam tumbuh2-
an dan hewan. Hal inipun tentu sangat relatif dan tidaklah kita dapat me- BAHASA INDONESIA DENGAN SEKOLAH TINGGI
netapkan hari, jam dan menitnya. KESUSASTERAAN
Cukuplah sekian sambutan ini. Yang lain seperti pembahagian tentan
’’pembaharuan” ada yang Janggal, ada yang cuma2, demikian juga pemb' 'iapa yang mengikut sejarah bahasa Melayu dalam abad kedua puluh
hagian tentang ’’lama” ada yang bahari, ada yang kuno dan ada yan pasti akan melihat suatu kejadian yang bertambah lama bertambali
usang, dapat kita lalui saja, sebab artinya tak lebih dari pada permainan ta : bahasa Melayu yang ber-abad2 menjadi bahasa pergaulan antara
kata pengindah karangan. Penulisnya sendiri tidak akan mun^in mem la golongah yang tidak sebahasa di Asia Selatan ini, bahasa Melayu
beri watas2 isi kata itu masing2, yang dapat menempuh ujian zaman. pada permulaan abad yang keduapuluh ini mendapat arti yang bam
: la menjadi alat yang terpenting dalam pergerakan kebangunan bang-
Dari: PUJANGGA BAKU, Agustus 1938 ndonesia yang melingkungi ber-bagai2 bangsa di kepulauan ini. Dalam
t dan dalam pers ia makin lama makin banyak dipakai orang.
Tan dalam artinya yang baru itu kedudukan bahasa Melayu itu ber-
bali lama bertambah penting juga. Sedangkan mula2 ia se-mata2 di-
1 oleh karena peraktisnya saja dan karena tidak ada alat yang lain,
udian ia dengan insaf dijadikan lambang persatuan pergerakan keba-
an rakyat. Saat yang penting itu ialah waktu kongres pemuda pada
ggal 28 Oktober 1928, ketika diambil keputusan : kami putera dan
'ri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia,
ebaliknya bahasa Melayu itu rupanya makin lama makin menjauh da-
, emerintah dan sebahagian besar dari golongan Barat di negeri ini. Di
“rapa sekolah bahasa Melayu dikurangkan atau dihapuskan dan diganti
,gan bahasa daer^h. Aliran membangkitkan bahasa daerali itu sampai
imbulkan perotes dari pergerakan rakyat. Ingat saja akan usaha mem-
bahasa Aceh dan bahasa Minangkabau menjadi bahasa pelajaran di
lali ! Ingat aksi pastoor van Lith dahulu, ingat akan ucapan dr. Nieu-
rhuis dalam kitabnya Het Nederlandsch in Indie, baliwa tiap2 usaha
k memajukan bahasa Melayu berarti mendesak bahasa dan kebuda-
Belanda di daerah ini.
ertentangan antara Pemerintah dan golongan Barat dengan pergerakan
yat tentang soal bahasa makin lama makin dalam, pihak yang satu se-
2 tidak dapat mengerti pihak yang lain dan demikian pula sebaliknya.
2 usaha Pemerintah untuk memajukan bahasa daerah, dari pihak per-
akan rakyat kelihatan sebagai tindakan politik untuk mencerai-berai-
sebaliknya pula tidak kurang pers dan pergerakan politik Barat.yang
mandang bahasa Indonesia itu se-mata2 sebagai alat politik di tangan
m extremist untuk menentang Pemerintah dan orang Barat di negeri

Tidaklah mengherankan, bahwa kongres bahasa Indonesia di Solo da-


tahun 1938 oleh beberapa golongan dicap sebagai demonstrasi poli-
Dan sesudah itu, ketika bahasa Indonesia itu dibawa oleh pergerakan
yat kedalam dewan2 (Volksraad dan Gemeenteraad), maka pertentang-

75
r

an antara kedua golongan itu rupa2nya tidak akan dapat diredakan lagi, paya lebih baik kita dapat men^argai kejadian2 yang penting, yang ter-
Berhubung • dengan ini suatu hal yang menarik hati pula ; minat da- jadi ber-tumt2 dalam waktu yang akhir ini.
ri pihak ahU2 bahasa Timur kepada bahasa Melayu dalam 30 tahun yang Teranglah kepada kita, bahwa dalam semangat pertentangan dan ceri-
akhir ini sangat sedikit. Hal itu tentu banyak sebabnya, tetapi salah satu ga-mencetigai sempa itu bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu tiada-
sebab yang penting ialah oleh karena bahasa Melayu yang tiba2 sangat iah dapat maju seperti semestinya. Dan terang pulalah, bahwa hal itu ber-
banyak dipakai dalam rapat dan surat kabar itu, sangat kacau. Macam2 arti suatu kerugian, baik bagi pihak Pemerintah dan golongan Barat di
pengaruh masuk kedalamnya. Bagi orang yang se-mata2 mendapat didik- negeri ini, maupun bagi pihak bangsa Indonesia yang Jiendak menjunjung
an tentang bahasa lama (kebanyakan kaum ahU bahasa Timur) dalam ba­
bahasa persatuannya.
hasa Melayu yang baru itu tidak ada tempat berpegang. Segala aturan Kerugian bagi bangsa Indonesia, oleh karena seperti telah dikatakan
yang lama se-olah2 mntuh, sedangkan aturan yang bam belum kelihatan. diatas, tenaganya tiada kuat untuk menumbuhkan bahasa persatuannya
Maka mempelajari bahasa Melayu itu menjadi pekeijaan yang sangat sulit itu dengan sempurna. Dalam kalangan bangsa Indonesia tidak ada orang
dan tidaklah mengherankan, bahwa kebanyakan dari pada ahli2 bahasa yang cakap- dan cukup waktunya untuk menulis buku ilmu bahasa, ka-
Timur itu lebih tertarik kepada bahasa daerah yang terpencil dan kecil2, mus dll. dan mengadakan penyelidikan ^perti semestinya.
yang kurang berguncang dan kacau keadaannya dari b^asa Melayu. Pe- Kemgian bagi Pemerintah, oleh karena suatu bahasa yang dipakai se­
nyelidikan tentang bahasa daerah itu lebih lekas mendatangkan hasil. bagai alat di ber-bagai2' cabang pekeijaan negeri, sangat kacau dan tiada
Demikian boleh kita katakan, bahwa ilmu bahasa Melayu' dalam dua teratur. Lagi pula oleh sikap Pemerintah mengabaikan bahasa Melayu itu,
tiga puluh^tahun yang akliir'-ini terhenti. Yang .diajarkan-dan dipelajari di maka oleh golongan kiri dalam politik bahasa itu lebih mudah dipakai
Leiden umumnya bahasa Melayu kuno, sebelum abad keduapuluh.
sebagai alat peijuangan terhadap Pemerintah.
Keputusan menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan oleh Kerugian bagi golongan Barat seumumnya, oleh karena mereka tiada
pergerakan rakyat, tentulah memikulkan kewajiban memelihara dan me- dapat memakai kesempatan yang terbuka oleh bahasa Indonesia untuk
majukan bahasa itu. mengenah apa yang hidup dan tumbuh di kalangan rakyat di negeri ini
[Dan sesungguhnya timbul usaha yang demikian di beberapa kalangan
zaman sekarang.
bangsa Indonesia yang insaf. Makin sehari makin banyak jumlah penga- Keadaan yang merugikan segala pihak ini tentu lambat-laun akan ke­
rang yang menulis dengan bahasa-yang teratur : roman, sajak, rencaha lihatan juga kepada golongan yang berkepentingan. Tetapi dalam suasana
dll. |Di segala golongan per-lahan2 mulai terdapat orang yang dengan poUtik yang hebat bertentangan, dalam suasana ceriga-mencerigai itu, ke­
sungguh2 mempelajari bahasa Indonesia. Siapa yang melihat karangan dua belah pihak susahlah mengerti akan kehendak masing2. Berhubung
marhum Sutomo dalam bahasa Indonesia yang mula2 sekali dan mem- dengan hal itu patutlah disebutkan disini dua nama yang melihat dan
bandingkannya dengan ,kisah' perjalanannya tiada lama sebelum ia ber- merasakan keadaan yang merugikan segala pihak itu dan berani mengucap-
pulang, akan insaf, ^etapa sungguh2nya pemimpin itu bemsaha untuk me-
kan pemandangannya dengan terus terang. Pertama ialah Prof. C.C. Berg
makai bahasa Indonesia se-baik2nya. Dalam pada itu kepada orang yang dalam pidatonya ’’Indie’s talenweelde en Indie’s taalproblemen , pada
bermata untuk melihat dan berhati untuk merasakan, pasti akan nam- tanggal 28 Oktober tahun yang lalu dihadapan SekolA Hakim Tinggi;
pak pula, bahwa bahasa surat kabar dan rapatpun dalam dua puluh ta­ dalam pidato itu diberi tempat yang layak kepada bahasa Indonesia se­
hun ini sangat majunya, bertambah lama bertambah baik. Dan akhirnya bagai bahasa perhubungan^ dalam lingkungan kepulauan ini pada sekalian
lahimya Pujangga Baru tujuh delapan tahun yang lalu dan kongres baha­ sekolah menengah. Yang kedua ialah Dr. C. Hooykaas yang dalam ka-
sa Indonesia dalam tahun 1938 di Solo, haruslah kita anggap sebagai usa­ ranpnnya ’’Modern Maleisch, zijn verspreiding, bruikbaarheid en toe-
ha itu juga. komst” dalam Koloniale Studien hjo. 5 tahun 1939, menunjukkan lebih
Tetapi meski bagaimana sekahpun besarnya keinginan dari pihak bang­ nyata lag) kedudukan dan kemajuan bahasa Melayu sebagai bahasa per-
sa Indonesia untuk memajukan dan menyempurnakan bahasa persatuan- gaulan dan i bahasa pergaulan dan bahasa kebudayaan.
nya itu, hasil usahanya tiadalah seberapa, oleh karena kekurangan uang Tetapi siapakah yang menduga, bahwa tidak sampai setahun sesudah
dan kekurangan tenaga yang terdidik, cakap dan mempunyai minat dan kejadian yang penting itu dengan tidak usah memungut suara lagi, bahasa
waktu. Segala cita2 kongres bahasa Indonesia misalnya hingga sekarang Melayu rliterima didalam Volksraad untuk diajarkan pada sekalian seko­
tinggal cita2 belaka, oleh sebab2 itulah. lah menengah? Dan bahwa Pemerintah menyetujui keputusan itu dan
Pemandangan .ini bukan maksudnya untuk membangkit-bangkit keada- berjanji akan menjalankan se-lekas2nya?
an di masa yang silam. Tetapi sekaliannya ini perlu dikemukakan, agar su- Bagi kita yang dari semula insaf akan keuntungan bagi segala pihak.

76 77
apabila mereka sama2 tahu akan kepentingan bahasa Indonesia dalam ma-
syarakat ini, kejadian yang tidak ter-sangka2 ini sangatlah menggirang- bulat lagi, sudah retak dan rerak, ada yang banyak, ada yang sedikit ru-
kai| hati. Dan kegirangan itu bertambah besar lagi, oleh karena persetu- saknya. Sebaliknya acuan kebudayaan yang baru, yang nyata isinya, yang
juan Pemerintah untuk memasukkan bahasa Indonesia kedalam daftar tentu bentuknya masih belum ada, belum siap. Dan bahasa sebagai alat
perigajaran di sekolah menengah itu disertai pula oleh kesanggupannya kebudayaan, sebagai alat jiwa, sebagai alat berpikir yang terpenting, ten-
tulah memperlihatkan kerisis kebudayaan yang hebat itu. Siapa yang su-'
untuk mengadakan sekolah tinggi kesusasteraan, yang akan dibuka da­
lam bulan ini juga, dah biasa membukakan matanya dan menghidupkan pikirannya, akan me-
Sebabnya sesungguhnyalah hanya suatu sekolah tinggi, yang lengkap lihat perjuangan kebudayaan, perjuangan jiwa, perjuangan cara berpikir
dengan alat2 penyelidikan bahasa, yang dapat menghadapi soal2 bahasa itu dalam tiap2 karangan, malahan dalam tiap2 kalimat yang ditulis di
Indonesia yang ada sekarang ini karena soal2 yang dihadapi bahasa Indo­ zaman ini.
nesia dalam zaman ini bukanlah mudah, malahan sangat banyak seluk- Pada beberapa golongan pequangan itu menimbulkan dalam bahasanya
beluknya. kekacauan, diffusiteit, tidak berpendirian, karakterloosheid, kekakuan,
Pada suatu pihak harus kita ingatkan, bahwa bahasa Indonesia itu keadaan yang serba tanggung, sebab dua dunia yang bertempur itu tidak
asalnya suatu bahasa daerah, yang lambat-laun dipakai oleh ber-bagai2 dapat didamaikannya, tidak dapat mencapai suatu kesetimbangan. Pada pi­
golongan penduduk. Oleh karenanya timbullah soal, bagaimanakah kese- hak yang lain kelihatan kegelisahan, lompat-melompat, leting-meleting ti-
timbangan antara bahasa Melayu ash dengan pengaruh2 yang diperoleh- ada berketentuan seperti ulat nangka oleh karena diantara yang baru yang
nya dari bahasa2 daerah yang lain ? Kesetimbangan tentang struktuur datangnya sangat cepat dan banyak itu, mereka tidak dapat membeda-
dan alat2, kesetimbangan tentang cara menyusun kalimat, cara memakai kan dan memilih, sehingga mereka menjadi permainan dan kurban ser­
awalan dan akhiran dan lain2. Disini tersimpul ber-bagai2 pokok perti- ba yang baru itu. Pada golongan yang lain lagi kelihatan kelumpuhan,
kaian, malahan yang sekarangpun telah sering menjadi pertengkaran. kekurangan semangat, mati akal dan usaha, oleh karena jiwa yang lama
Pasal yang tak kurang pula pentingnya: Selj^ruh kebudayaan bangsa yang masih bersemaharajalela dalam dada mereka, tiada dapat mengerti
kita didalam kerisis oleh pertemuan bangsa kita dengan bangsa Barat, ma­ dan mencerena zat2 baru yang segar.
lahan dengan seluruh dunia. Ber-bagai2 pengertian baru datang menyer- Tetapi mujurlah disisi kekacauan dan kekakuM, disisi_kelumpuhan
bu kedalam bahasa Indonesia, ada yang melanggar dan mendesak, ada dan mati akal dan ,usaha, disisi kegelisahan dan tiada tentu sikap itu,
yang mengatur dan menyusun dan ada yang menambah dan memperka- lambat-laun bangkit suatu golongan, yang dengan susah pay ah, dengan
ya pengertian lama. Tentang seni, tentang ilmu pengetahuan, tentang pen- jatuh berdid kembali, dengan perjuangan yang tiada putus2nya dapat
didikan, tentang filsafat, tentang tekhnik, tentang peperangan, tentang melepaskan'dirinya dari kerisis kebudayaan yang hebat itu. Mereka me-
hukum, tentang'pakaian, ya, tentang segala lapangan kebudayaan moderen, rasa, bahwa mereka tiada dapat meniadakan yang lama, meniadakan se-
dari bagian yang se-besar2nya sampai kepada bagian yang se-kecil2nya. jarah, sebaliknya pengetahuannya yang diperolehnya karena membari-
Betapakah perhubungan pengertian baru itu dengan yang lama? Disini dingkan tumbuh kebudayaan di tempat yang lain, ditambah pula oleh
kata yang lama mendapat arti baru, tidak bersangkut paut dengan arti penghargaannya kepada buah kebudayaan yang datang dari seberang laut-
lama, disana timbul kata atau kombinasi kata baru; pada tempat yang an, dari Barat dan bahagian dunia yang lain, menyebabkan mereka da­
lain diambil kata asing dengan diubah Cara menyebutnya atau tidak. pat men^argai yang lama itu seperti sepatutnya, tiada ber-lebih2an, me-
Sekaliannya ini- mungkin menimbulkan ber-bagai2 soal yang sulit: soal numt nilaian zaman sekarang. Sesuatu cultuurmatrijs baru sedang tim-
kata majemuk, soal jumlah satu atau banyak, (enkelvoud en meervoud), hul, tempat kebudayaan, jiwa, cara berpikir yang lama mendapat kese­
soal letak kata yang menerangkan dengan kata yang diterangkan, soal eja- timbangan dengan kebudayaan, jiwa dan cara berpikir yang moderen,
an, dll., terlampau banyak untuk disebut satu persatu. yang bersemaharaja di dunia sekarang. Kesetimbangan yang sedang
Tetapi bukan pengertian dan kata baru saja yang didapat oleh per- timbul di golongan yang kecil, tetapi makin lama makin besar ini, ten-
gaulan di zaman moderen ini., tulah nyata juga kelihatan pada bahasanya. Mereka bukan ulat iwng-
Bagaimana sekaUpun terpencilnya letak sesuatu tempat, zaman moderen ka lagi yang leting-meleting tidak tentu, sebaliknya dari pada lumpuh
datang masuk kesana membawa perubahan di lapangan, pemerintahan, mereka miilai merasakan 'tenaga mencipta didalam dirinya, per-lahan2
ekonomi, perkauman, seni dan lain2, sehingga hampir tidak adalah lagi dapat mereka melepaskan dirinya dari kekacauan, dari difussiteit zatnan.
yang tinggal asli benar. Malahan, siapa yang pandai mendengar dan merasakan, pada beberapa
Cultuurmatrijs atau acuan kebudayaan yang lama dimana-mana tidak orang telah nampak stijl, gaya sendiri : lain jalan kalimatnya, lain su-

78 79
sunan katanya, lain caesuur dan tekanan kalimatnya dari bahasa Melayu akan dapat memberi kepada kita pedoman untuk masa yang akan da-
yang lama. Suatu kesetimbangan yang barn sedang tumbuh. g. Dan oleh karena kepada pelajar2 la akan' memberi kecakapan me-
Sekalian soal ini terlampau banyak seluk-beluknya untuk diuraikan iai bahasa yang se-baik2nya, maka golongan yang terkemuka dalam
satu persatu dalam sebuah karangan kecil serupa ini; tetapi beberapa per- syarakat kita disiapkannya untuk melakukan pekeijaan creatief, pe-
tanyaan boleh -dikemukakan untuk mendapat gambaran sekedarnya ten- rjaan mencipta di kalangan bahasa dan kebudayaan yang sedang tum-
tang soal bahasa yang sangat sulitnya sekarang ini : di negeri ini, dan yang didalam beberapa hal pasti akan bersamaan
Hingga kemana peroses abstraheering, yang menjadi pangkal cara ber- ngan kebudayaan internasional sekarang.
pikir ilmu pengetahuan, masuk kedalam bahasa Indonesia dan bagaima- Hanya dengan jalan demikian sekolah tinggi itu akan menjadi tenaga
na cara masuknya itu? Hingga kemana peroses itu mengubah setruktur pmbangunan yang positif dalam masyarakat.
bahasa Melayu lama ? Kemajuan apakah yang dibawanya dan hingga ma- Sekolah Tingg Kesusasteraan !
nakahperoses itu mesti disokong ? Apakah pengaruhnya atas kata, atas Mudah2an dapatlah engkau mengerti kehendak zaman dan dapatlalV
kalimat, atas akhiran dan awalan dll. dalam bahasa Melayu lama ? gkau mempersatukan tenaga2 yang gelisah hendak bekerja ber-sama2,
Dan kalau disini disebut peroses abstraheering yang ditimbulkan oleh ng terdapat diantara ber-bagai2 golongan penduduk sekarang ini !
pertemuan kebudayaan kita yang lama dengan kebudayaan Barat moderen
dalam bahasa kita, maka disisi itu dapatlah dikemukakan ber-bagal2 pero­ Dari: PUJANGGA BARU, Sept.-Okt. 1940.
ses yang lain: peroses individualiseering, demokratiseering, dynamiseering,
verZakelijking, differentieering, dan lain2. Sekaliannya ini yang mempe-
ngaruhi tumbuh bahasa sekarang ini, tidak lain dari pada bayangan peru-
bahan masyarakat dan jiwa bangsa Indonesia seumumirya.
Segala pekeijaan yang penting, yang mesti dilakukan dalam bahasa
Indonesia sekarang ini, seperti menetapkan gramatika, kamus, kata2 il­
mu pengetahuan, teknik dan sebagainya-, hanya dapat dilangsungkan de­
ngan memuaskan, apabila kita insaf se-insaf2nya akan sekalian peroses
yang sedang berlaku di seluruh masyarakat dan kebudayaan kita itu. In­
saf akan peroses itu artinya dalam soal bahasa : kita insaf akan tenaga2
yang tersembunyi dalam bahasa yang lama, kita mengerti akan apa yang
teqadi dengan bahasa sekarang ini dan kita dapat melihat dan merasakan
apa yang akan teijadi di masa yang akan datang.
Hanya dengan keinsafan dan pengetahuan ini bahasa Indonesia akan
mungkin menjadi alat yang penting dalam masyarakat baru yang sedang
tumbuh di negeri ini, akan menjadi bahagian yang pentihg dari kebuda­
yaan yang sedang tumbuh.
Dalam pemandangan serupa ini, maka sekolah tinggi kesusasteraan itu
akan menjadi tempat, mafahan akan menjadi centrum, pusat, yang sa­
ngat pentingnya untuk membangunkan kebudayaan baru, yang akan men­
jadi tempat kesetimbangan antara lama dengan baru, Timur dengan Ba­
rat, asli dengan yang datang. Oleh pengetahuan yang dikumpulkannya
tentang inasa yang silam, sekolah tinggi itu akan dapat memperlihatkan
kepada kita tenaga2 dan keindahan, yang tersembunyi dalam bahasa yang
lama; oleh pengetahuan yang dikumpulkannya tentang masa sekarang,
yang diperoleh karena penyeUdika^ masyarakat dan pertempuran kebu­
dayaan yang teijadi di negeri kita dewasa ini serta dengan pengetahuan
tentang gerak2 kebudayaan di bagian2 yang terkemuka di dunia sekarang,

80
Haji Agoes Salim atau Sanoesi Pane itu, kita' perlihatkan kepada gum,
maka bahasa mereka sekaliannya itu penuh dengan tinta merah, salah-
nya bukan satu dua, tetapi berpuluh.' Dan diantara salah2 itu, menumt
si guru, terdapat salah yang bukan salah kecil2, tetapi salah yang se-
DINAMIK DALAM PEMANDANGAN BAHASA.
besar2nya, yang kata mereka berlawanan dengan idioom, dengan aturan
Sering benar kita mendengar orang mengucapkan, bahwa bahasa In­ gramatika dan sebagainya.
Mereka tidak doyan akan kata ’’kenapa” dan ’’begitu”, perkataan
donesia seperti dipakai dalam surat kabar, dalam buku dan dalam rapat
’’sepak terjang” mesti ditulis ’’sepak terajang”, dll. Kata mereka sekali-
itu kacau. Ukurannya tidak ada. Temtama ucapan yang demikian sering
an pengarang dan pembicara sekarang selalii salah memakai kata ini
benar diucapkan golongan guru. Di sekolah mereka mempunyai ukuran
dan ”itu”, selalu mencampur-adukkan awalan me, ber, di dan ter dan
yang tetap, yang diwatasi oleh kitab ilmu syaraf, kitab pelajaran bahasa
dan kitab logat. Dan dalam lingkungan watas ukuran yang tetap ini me­ akhiran i dan kan.
Kalau sekalian pengarang berbuat salah (diantaranya banyak pula ter­
reka merasa dirinya sangat teratur dan seringlah rendah mereka meman-
dapat gum) dan kalau salah mereka sebanyak dan se-besar2 itu, maka
dang keluar, ke golongan jurnalis, ke golongan pembicara dalam rapat dan
tak dapat tidak timbullah pertanyaan dalam pikiran kita: siapakah yang
golongan pengarang. Kalau mereka mendapat kesempatan, di-mana2 me­
bersalah. Sebabnya kalau dua golongan berhadapan dan sa^ golongan me­
reka akan memakai tinta merahnya untuk memperbaiki, menunjukkan ke-
ngatakan golongan yang lain salah, sedangkan golongan itu tidak mene-
salahan, ywtu segala, sesuatu yang berlainan dengan kitab logat yang di-
rima ucapan itu, maka kesalahan itu boleh terletak pada yang disalahkan,
tetapkan ba^ mereka, kitab pelajaran bahasa yang mereka pakai setiap
tetapi mungkin juga pada yang menyalahkan. Soal ini mesti dijawab de­
hari, kitab ilmu syaraf yang menjadi kitab injil bagi mereka.
Sesungguhnya sayapun tidak hendak mengatakan, bahwa bahasa yang ngan cara yang luas dan principieel.
dipakai oleh surat kabar, oleh' rapat, oleh pengarang dalam segala hal Sesungguhnya adalah dua macam cara mengeritik sesuatu, yaitu im-
mannent atau dari dalam dan transcendent atau dari luar. Tiap2 pe-
teratur, sesungguhnya disana banyak kekacauan. Tetapi kekacauan ini-
mandangan yang teratur benar dipandang dari dalam, ’sebaliknya sering
pun hams kita beda2kan, kita tidak boleh menyamaratakan seperti umum^ kacau mpanya dari luar, sebab kita tidak tahu aturannya. Demikianlah
nya dilakukan oleh kebanyakan gum. Suatu golongan kekacauan tidak bagi golongan gum yang mempunyai ukuran sendiri itu brihasa pengarang2
usah kita percakapkan lagi, yaitu kekacauan oleh karena orang yang me­
moderen bahasa yang ,rusak dan kacau, sebab mereka hanya kelihatan
makai bahasa itu tidak pernah belajar bahasa dan tidak pernah mempe-
kesalahan2nya dari pehdirian mereka sendiri. Mereka tidak bemsaha me-
lajari bahasa itu. Kekacauan sempa ini terdapat dalam segala bahasa.
ngaji apa sebabnya, maka pengarang2 moderen itu menulis demikian. De­
Jika seorang kuM pelabuhan di negeri Belanda, seorang tukang, seorang
mikianlah mereka tidak pernah mungkin mengerti, sebab mereka hanya
tani bersahaja, mencoba membuat sebuah karangan untuk sesuatu su­
melihat dari luar, dari pendirian yang tertentu saja. Mereka tiada per­
rat kabar atau mencoba berpidato dalam bahasa algemeen beschaafd Ne-
nah berusaha,^ supaya dapat mengerti mengapa pengarang2 moderen itu
derlandsch, bahasanya itu kacau. Sesungguhnya bahasa yang kacau yang
sekaliannya menulis demikian, mengapa maka mereka sekaliannya me-
demikian itu di negeri kita lebih umum dari di negeri Belanda, oleh
langgar aturan2 yang sudah ada. Kalau kita pergi ke ilmu alam, maka sa­
karena golongan yang tiada pernah belajar bahasa di negeri kita lebih
lah pemandangan kaum gum itu dapatlah kita bandingkan dengan kesa­
besar, sampai2 terdapat diantara kaum terpelajar, yaitu disebabkan keada-
lahan seseorang yang memasukkan sepotong kayu kedalam air dan me­
an pengajaran di negeri kita sekarang ini. Tetapi disisi golongan ini ma-
lihat kayu itu bengkok.' Maka dikatakannya kayu itu didalam air beng-
kin lama makin besar pula jumlahnya mereka yang menulis dan berbi-
kok, pada hal ia yang salah, yaitu sebab brekingsindex didalam air ber-
cara, tidak serampangan saja.- Siapa yang membaca bahasa Soeman Hs,
lainan dari brekingsindex didalam udara, sebab didalam air arah cahaya
bahasa R.M. Soedarjo Tjokrosisworo, bahasa Mangunsarkoro, bahasa
lain dari di udara, sebab air itu stmktureel berlainan dengan udara. Con-
Poerwadarminta, bahasa Moeh. Kasim, bahasa Dr. Amir, bahasa Abdoel
toh ini saya populerkan lagi : kalau ayam menetaskan telurnya, maka
Moeis dan berpuluh pengarang dan jurnalis yang lain, kita tidak ber-
hak mengatakan, bahwa bahasa mereka itu kacau pula. Sebabnya masing2 dipandang dari luar, pada ketika telur itu pecah keadaan telur itu msak,
mereka itu berdaya upaya dengan segala tenaganya menyusun bahasa- kacau. Tetapi dipandang dmi dalam, dari anak yang hendak keluar, ma­
ka pecahnya, msaknya telur itu suatu syarat yang tidak boleh tidak un­
nya se-teratur2nya.
Tetapi menumt pengalaman saya, apabila bahasa Soeman Hs, Soedar­ tuk hidup dan tumbuh.
Kembali kita ke gelanggang perjuangan bahasa. Kalau kita lihat
jo Tjokrosisworo, Poerwadarminta dan lain2, malahan sampai2 kepada

83
82
pengarang2 baru lain memakai kata ”ini” dan ”itu”, lebih banyak me-
makai awalan me dari awalan di, jika dibandingkan dengan pengarang2 Lebih jelas lagi hal itu dapat kita lihat, apabila kita bandingkan be­
dahulu, maka sebaliknya dari menyalahkan saja, hendaklah kita berta- tapa sekarang ini orang lebih banyak memakai awalan me dan di dari
nya dan meiiyelidiki^ mengapakah maka demikian. Berani mengemuka- dahulu. Kalau penjelmaan dalam bahasa ini kita bawa ke lapangan masya­
kan pertanyaan demikian berarti berani mengaji soal sampai ke pokok rakat dan jiwa, maka harus kita berkata : orang sekarang lebih merasa di-
dan akarnya, berani melepaskan pemandangan picik dan sempit untuk rinya berbuat sesuatu dari orang dahulu.
mengetahui Kakekat yang sebenarnya. Sebab disini soal bahasa sam­ Orang sekarang lebih mengemukakan dirinya, lebih homocentrisch
pai kepada soal psikologi. Sebab bahasa tidaklah lain dari pada pen- dan egocentrisch dari orang dahulu. Kita lebih mengemukakan persoon-
jelmaan jiwa manusia, perijelmaan pikirannya dan perasaannya. Dan pi- lijkheid manusia dan bukan kebetulan dari beberapa 'pihak sudah diusaha-
kiran dan perasaan manusia sangat kuat pula dipengaruhi oleh keadaan kan untuk mengadakan kata Indonesia bagi ipengerjian persoonlijkheid
dalam masyarakat. Maka disini soal bahasa sesungguhnya sebahagian da­ itu. Mangunsarkoro memakai kata orang serenjang dalam pidatonya di-
ri pada soal kebudayaan yang luas, yang timbul sejak masyarakat bang- hadapan Balai Pengetahuan Masyarakat Indonesia dan Soedarjo Tjokro-
sa kita tertarik kedalam pergaulan internasional dan sangat dipenganihi sisworo mencoba memakai kata mahadiri.
oleh dunia moderen. Siapa yang tiada melihat soal ini dari lapangan yang fentu tentang hal ini kita dapat berkata, bahwa sekaliannya itu oleh
luas serupa ini, pekerjaannya akan tetap sebagai pekeijaan orang yang pengaruh bahasa Belanda, tetapi jangan pula kita lupa, bahwa bahasa Be­
me-nambal2 telur yang pecah, sedangkai. didalam telur itu telah gelisah landa itupun bagi kita penjelmaan dunia moderen, yang telah mence-
anakayanrJiendak keluar. rena sekaTian pikiran moderen.
Soal ini sangat banyak seluk-belukhya, ia berhubungan dengan soal eko- Demikianl^ .apabila kfta melihat dari dalam, banyak yang-daTrluar
nomi dan poltik, dengan soal agama dan adat, dengan soal kesusastera- salah rupanya, se-mata2 sesuatu yang telah semestinya demikian. Dan sia­
an dan seni, soal ini di segala lapangan mengenai perjuangan antara go- pa yang tiada hendak melihat dari dalam serupa ini oleh karena kesom-
iongan lama dengan angkatan baru. Seharang bukanlah waktunya untuk bongannya akan pengetahuannya tentang bahasa, pekerjaannya akan te­
menyinari sekaliannya itu, tetapi satu dua contoh baik juga dikemuka- tap sebagai pekerjaan orang yang menambal telur ayam yang pecah, se-
kan betapa kita harus menyelesaikan pertentangan yang ada sekarang dangkan dari dalam telur itu anak ayam dengan susah beijuang hendak
ini, yaitu dengan jalan mengerti gerak2 dalam masyarakat dan jiwa keluar. Maka oleh kepicikan pemandangannya, ia membunuh jiwa yang
pengararig2 baru; ambil contoh tentang cara memakai kata ini dan itu. baru lahir, ia berlaku sangat reactionnair.
Dalam kitab2 lama itu sangat banyak dipakai, artinya sering tiada bera- Suatu bukti pula, bahwa kekacauan yang terdapat dalam bahasa pe­
pa banyak bedanya dengan lidwoord bahasa Belanda. ngarang sekarang ini, hanya kesalahan guru2 melihat saja, ialah, bahwa ma-
Dalam karangan pengarang baru jumlah itu sangat banyak kurang dan lahan di kalangan pengarang2 moderen inilah, baikla jurnalis ataupun
disisi itu kelihatan pula kepada kita, bahwa orang lebih banyak memakai lain2, yang sangat besar hasrat akan peraturan bahasa. Peraturan yang
kata ini dari dahulu. ada sekarang tiada dapat diterima mereka dan mereka menghendaki aturan
Kalau kita menilik soal ini dari perubahan dalam masyarakat kita dan yang baru.
jiwa angkatan baru, yang dipengaruhi dunia moderen, maka hal itu mudah Sebelum menutup karangan ini, saya hendak meninjau sebentar ukur­
benar kita mengerti : orang sekarang melihat sesuatu lebih rieel, dan an yang dipakai sekarang ini oleh guru2 kita dalam buku dan pengajaran
concreet; soal yang dipercakapkannya lebih dirapatkannya kepada diri- sekolah. Umumnya ukuran itu disebut ukuran Melayu Riau. Sebenarnya
nya dari orang dahulu. Siapa yang memperhatikan sajak dan perosa baru, kita boleh sangsi hingga mana ukuran itu sesungguhnya ukuran Melayu
dan membandingkannya dengan yang lama, maka perbedaan seperti ter- Riau. Agaknya lebih'baik kita katakan ukuran yang diperoleh dari buku2
bayang dalam cara memakai kata ini dan itu, akan terlihat kepadanya Melayu yang lama, disana sini ditambah dengan penyelidikan kecil2 di
dalam selumh cara menyusun roman dan memakai bahasa, dalam roman negeri yang memakai bahasa Melayu. Tetapi sebaliknya kalau kita per-
itu. Orang sekarang lebih direct, lebih langsung, ia lebih merasa di- hatikan bahasa Melayu yang lama, akan kelihatanlah' kepada kita, bahwa
tengah2 percakapannya dari orang dahulu. Disini kelihatan kepada kita, buku Hang Tuah dengan buku Sejarah Melayu berbeda bahasanya, demi­
bahwa apa yang salah menurut ukuran yang lama, menurut ukuran yang kian juga antara Seri Rama dengan cerita2 Panji. Jadi sebahagian besar
baru sesuatu yang semestinya mesti demikian. Sesuatu yang menurut dari pada ukuran itu tentulah se-mata2 akibat keputusan si' penyusun
ukuran yang lama sesuatu kesalahan, menurut ukuran yang baru.suatu ilmu syaraf, berdasarkan pengetahuannya yang sangat terwatas. Tetapi
kebaikan dan keuntungan. misalkan ukuran itu memberi pemandangan yang benar tentang bahasa

84 85
Melayu kelasik„tetapi nyata puhlah, bahwa ukuran itu tiada dapat dipa ng lama itu mencapai kesempurnaannya untuk zaman sekarang dalam
kai untuk mengukur bahasa pengarang2 moderen. Dalam dua puluh ta- uran yang bam.
hun im bahasa Melayu sudah tiba ke tingkat yang lain, sebagai bahasa per- Seperti orang besar bukan kanak2 lagi, tetapi sebaliknya kesempur-
^ulan dalam masyarakat ini, oleh karena dipakai dalam pers dan buku2 'n kanak2 yang tumbuh, demikianlah ukuran bahasa Melayu lama men-
dalam rapat dan pergaulan antara penduduk ber-bagai2 daerah, dan ter- i lenyap dan sempurna dalam ukuran bahasa Indonesia.
istimewa oleh karena rapatnya bergaul dengan dunia moderen. Disinilah tersembunyinya , inamik pemandangan bahasa golongan
Kedudukan negeri Mau dan bangsa Riau dalam pergaulan Indonesia ang muda, oleh karena mereka menganggap bahasa itu sebagai sesuatu
yang baru, dalam bahasa dan kesusasteraan, sudah sangat berubah Da- ig bergerak, yang senantiasa bembah menumt pembahan zaman. Se-
am bahasa Melayu yang disebutkan bahasa Indonesia itu, pengaruh dan liknya dari pada suatu susunan bahasa yang abstract dan tiada ber-
kedudukan pengarang2 ’’Melayu sejati” sangat kecil, berhubung de­ ah2, aturan bahasa mereka rapat berhubung, organisch bersenyawa de-
ngan perubahan2 dalam politik, ekonomi dan kebudayaan dalam seluruh ■^an jiwa manusia dan masyarakat yang senantiasa bembah.
masyarakat kita. Pusat kebudayaan bahasa Indonesia sekarang bukanlah
se-kali2 Riau dan daerah Melayu lagi, tetapi telah berpindah, berserak
Dari: PUJANGGA BARU, April 1941.
ke seluruh kepulauan ini, kepada kaum pengarang dan pembicara moderen.
Dan alangkah gilanya, kalau pembicara dan penulis moderen, yang hi-
dup dalam suasana yang lain dari suasana di Riau lima puluh tahun yang
lalu, hams dikenakan ukuran Riau itu juga. Apakah bedanya dengan hal ka­
lau kita mengangkat menjadi burgemeester kota Betawi dengan tiba2
seorang kepala kampung dari Riau. Tentulah segala sesuatu di Betawi
dikatakannya kacau, sebab ia hanya .tahu'aturan kampung di Riau.
Dengan mudah kita merasa, bahwa ukuran yang demikian gila benar,
tidak se-kali2 pada tempatnya. Demikian juga tidak se-kali2 pada tem-
patnya, apabila kita hendak mengukijr pengarang2 moderen dengan ukur-.
an Hang Tuah atau Sejarah Melayu.
Betapakah kata orang Belanda sekarang, apabila kita mengukur het
algemeen beschaafd Nederlandsch dengan bahasa Maerlant atau bahasa
Cats. Kita akan ditertawakannya.
Sebab itulah seperti saya katakan pada kongres bahasa Indonesia di
Solo, kita hams mendapat ukuran baru yang sesuai dengan setruktur ji-
wa dan masyarakat kita sekarang ini, yang mengingat segala perubahan
dalam selumh kebudayaan dan masyarakat kita. Dan jalan untuk men­
dapat ukuran yang baru itu tidaklah lain dari pada mempelajari karangan2
pengarang yang moderen yang terdapat di seluruh Indonesia sekarang ini,
yaitu mereka yang mempelajari atau tahu bahasa lama dan telah men-
cerna dengan sepenuhnya kebudayaan moderen. Aturan yang demikian
tentu hanya dapat disusun pula oleh orang yang dengan ke dua belah kaki-
nya berdiri di zaman moderen, dan yang merasa segala tendensi dalam
bahasa moderen itu.
Dan kalau orang bertanya, betapakah perhubungan ukuran yang bam
im dengan ukuran lama, saya akan menjawab: ukuran lama itu lenyap
dart terangkat dalam ukuran yang baru. Lenyap oleh karena aturan yang
bam Itu bukanlah se-kali2 aturan Melayu Riau; terangkat oleh karena

87
paksa membiarkan bahasa Indonesia, malahan iapun terpaksa memakai-
nya dalam perhubungannya dengan bangsa Indonesia, baik dalam peme­
PENDAHULUAN rintahan dan pergaulan se-hari2, maupun dalam propaganda dan penga-
jaran. Demikianlah dengan tidak di-sangka2, bahasa Indonesia mengalami
Tidak dapat disangkal, bahwa dalam empat puluh tahun yang akhir masa kejayaan: dengan sekaligus ia menjadi bahasa yang terpenting
ini, di kepulauan Indonesia ini dengan pesat tumbuh suatu bahasa oer- di kepulauan ’ini. Malahan pihak Jepang maju selangkah lagi, mereka
hubungan dan persatuan oleh kemajuan bangsa Indonesia di segala lapang- mengadakan tindakan untuk menyempurnakan bahasa Indonesia itu,
an kehidupan dan penghidupannya. Oleh timbulnya pergerakan kebang- bukan saja sebagai propaganda, tetapi tak kurang juga oleh karena me­
saan, atau lebih luas lagi, oleh bangunnya bangsa Indonesia tentang po- reka merasa, bahwa - meskipun hanya untuk sementara - bahasa In­
f litik, ekonomi, kebudayaan dan kemasyarakatan, makin sehari makin donesia yang tidak tetap kata2nya, kurang pasti aturannya, serta menyu-
perlulah terasa suatu bahasa yang dapat dipakai baik dengan lisan, mau- sahkan pemerintah mereka juga. Dari sudut inilah harus kita melihat
pun dengan tulisan bagi segala golongan dan lapisan rakyat yang men- dan menilai tindakan Kantor Pengajaran Balatentera Jepang pada tang-
diami kepulauan ini. Demikianlah bahasa Melayu yang sejak lama men- gal 20 Oktober 1942 mendirikan Komisi (menyempurnakan) Bahasa In­
jadi bahasa perhubungan antara ber-bagai2 bangsa di seluruh Asia Selatan donesia atas desakan dari beberapa pihak bangsa Indonesia.
mendapat kesempatan yang baru, uhtuk lebih meluas dan mendalam da­
lam pergaulan penduduk di kepulauan ini. Bahasa Melayu yang sejak ber- Susunan Komisi Bahasa Indonesia itu adalah sebagai berikut:
abad2 dipakai di pelabuhan dan di pasar, bahasa Melayu yang banyak Ketua : tuan Mori (Pemimpin Kantor Pengajaran).
dipakai dalam surat-menyurat antara raja2 dan dalam lingkungan admi- Wakil Ketua : tuan Ichiki
nistrasi pemerintah jajahan Belanda, bahasa Melayu yang dipakai oleh tuan Kagami
orang2 Islam, Zending dan Missie untuk menyebarkan agamanya masing2, 3r' Penulis: tuan Mr. R. Soewandi
bahasa Melayu itu dipakai oleh pergerakan rakyat yang bersemboyan Penulis ahli: tuan Mr. S. Takdir Alisjahbana
persatuan segala golongan dan lapisan untuk mencapai segala golong­ Anggota ; tuan2 Abas St. Pamoentjak n.s.-, Mr. Amir Sjarifoedin, Ar-
an dan lapisan yang hendak digerakkan dan dipersatukannya itu. De­ mijn Pane, Dr. Aulia, St. -P. Boestami, Prof. Dr. P.A. Hoesein Djajadi-
mikianlah segera bahasa Melayu menjadi umum dipakai dalam surat ka- ningrat, Drs. M. Hatta, S. Mangoensarkoro, Minami, K. St. Pamoentjak,
bar dan buku, dalam pidato dan permusyawaratan. Selangkah lagi dari Dr. R. Ng. Poerbatjaraka^ R.P. Prawiradinata, Dr. R. Prijono, H.A. Salim,
alat perhubungan bahasa Melayu itu diangkat menjadi lambang persatu­ Sanoesi Pane, Ir. S. Tjokronolo, Mr. R. Soedjono, Ir. R. Soekarno, Mr. R.
an dan itulah saatnya nama 'Melayu diubah menjadi nama Indonesia. M. Soemanang, M. Soetardjo, Prof. Uehara.
Dalam perang dunia yang kedua ini tiba2 bahasa Indonesia itu men­ Baik anggota komisi maupun pengurusnya beberapa kali berubah.
dapat kemajuan yang baru, yang tiada ter-sangka2. Hal itu telah miilai Yang masuk kemudian ialah tiian2 Moh. Halil, Mr. R. Soenario, Johannes,
ketika Negeri Belanda jatuh tangpl 14 Mai 1940. Oleh kehilangan ta- Ir. Sakirman, Dr. Soetarman, Drs. Adam Bachtiar, Soetan Sanif, Adiwi-
nah airnya orang2 Belanda disini tiba2 merasa, betapa terasing hidup djaja dan nona E. Djajadiningrat.
mereka selama ini dari masyarakat sekelilingnya. Salah satu dari pada
Dalam melakukan pekeijaannya komisi itu terbagi atas tiga bahagian :
usaha mereka untuk mendekati dan mengenali masyarakat bangsa Indo­
Seksi Pertama, yang menyelenggarakan tatabahasa, dipimpin oleh
nesia ialah mempelajari bahasa Indonesia. Ketika itu jugalah timbul alir-
tuan Prof. Dr. P.A. Hoesein Djajadiningrat.
an untuk memasukkan bahasa Indonesia sebagai vak pelajaran kedalam
Seksi Kedua, yang menyelenggarakan kata2 baru yang timbul dalam
sekolah2 yang sebahagian terbesar dikunjungi oleh bangsa Belanda.
masyarakat, dipimpin oleh tuan S. Mangoensarkoro.
Tetapi kemajuan bahasa Indonesia yang lebih pesat lagi ialah ketika
III. Seksi Ketiga, yang menyelenggarakan Kata2 istilah, dipimpin oleh
balatentera Jepang telah berkuasa di Indonesia. Meskipun bagi orang yang
tuan Drs. Moh. Hatta, dan terbagi atas beberapa Seksi Kecil yaitu
tahu akan sifat pemerintahan dan sifat cita2 Jepang waktu itu, tidak ada,
kebimbangan sedikit juapun, bahwa akhir2nya di negeri ini hanya akan untuk tiap2 vak.
Waktu mulai bekeija terasa sekali, bahwa mendirikan Komisi Bahasa
berkuasa bahasa Jepang seperti se-sungguh2nya teijadi di Korea dan For­
Indonesia itu dari pihak Pemerintah Jepang tidak dilakukan dengan tu-
mosa, tetapi dalam waktu yang mula2, selama di kalangan bangSa Indo­
lus dan sepenuh hati. Demikianlah dari permulaan didirikan sampai di-
nesia belum banyak orang yang pandai bahasa Jepang, pihak Jepang ter-

88 89
bubarkan, riwayat komisi bahasa itu tidak lain dari pada tumpukan alang-
uah kata atau sesuatu pengertian, se-olah2 tak adalah yang lebih pen­
an dan kesukaran. Sekaliannya itu tidak usah diuraikan disini, cukup- ding dari pada itu. Tetapi dalam satu hal mereka nyata kuat: sedan^an
lah kalau dikemukakan beberapa pasal yang menyolok mata saja: ‘0gala sesuatu diresapi dan dikuasai oleh propaganda Jepang, mereka de-
1. Setelah beberapa kali didesak, barulah setahun setelah komisi didi- ^an puas dapat berkata, bahrya pekerjaan yang mereka l^ukan itu, meski
rikan, diadakan kantor bahasa, yang mengeijakan pekerjaan komi­ ;^il sekalipun artinya, terang tidak ragu2 se-mata2 pekerjaan pemba-
si se-hari2. Susunan pegawainya adalah sebagai berikut: ^unan masyarakat dan kebudayaan bangsa Indonesia. Kesadaran dan ke-
Pemimpin : tuan Mr. S. Takdir Alisjahbana. iimgguhan bekeija dalam lingkungan yang kecil itu dapat kita tunjukkan
Bahagian tatabahasa : nona Ida Nasoetion. ^ngan menyebut nama seperti tuan Johannes, tuan Bahder Djohan, yang
Bahagian kata2 baru dalam masyarakat dan menyusun kamus : 'itetiap saat sedia dengan segala tenaganya dengan tidak mengemukakan
tuan Moh. Halil dan tuan Soebadio. '^ri sedikit juapun, dengan menyebut guru2 sekolah yang dengan girang
Bahagian Istilah : tuan H.A. Salim dan nona R.A. Mirjam Ma- Snemakai waktu senggang mereka yang sedikit untuk menetapkan kata2
ngoendiningrat. Istilah vak mereka masing2. Dalam lingkungan pegawai kantor bahasa
Jumlah pegawai ini jauh sekali dari cukup, sehingga banyak benar keinsafan akan perlunya pekerjaan yang mereka lakukan, nyata pada ke-
pekerjaan yang tidak dapat dilakukan. Tuan H.A. Salim hanya beker- jRiauan beberapa orang untuk sukarela setiap hari masuk setengah jam
ja beberapa bulan saja, sebab segera dipindahkan dan tidak diganti lagi. ;|ebih dahulu dan pulang setengah jam lebih lambat dari waktu yang di-
Demikianlah sampai waktu komisi dibubarkan pekerjaan menyelengga- ffetapkan, hanya se-mata2‘ agar dapat juga mengerjakan kamus yang un-
rakan tatabahasa dan menyusun kamus, tidak dapat dijalankan. 7tuknya tidak ada disediakan pegawai. Teristimewa dalam beberapa bu-
' 2. Soal nama bahasa Indonesia selalu ditunda; waktu yang terakhir, Tan terakhir tahun 1944, di kantor bahasa hampir setiap hari diadakan
ketika telah nyata, bahwa Jepang pasti akan kalah, barulah diizin- ■lapat Seksi KecU ber-bagai2 vak, se-olah2 telah terasa, bahwa Komisi
kan memakai nama Indonesia. i^asa Indonesia telah dekat sampai ajalnya.
3. Kantor Pengajaran tidak pernah menyampaikan kata2 ya.ng sudah Tetapi salah pula kalau disangka,’ bahwa suasana di kantor bahasa itu,
diputuskan kepada sekolah dan jabatan yang berkepentingan. *iasana kesungguhan dan kesadaran bekerja se-mata2; kelucuan, kegirang-
4. Keputusan komisi tidak diumumkan, kecuali keputusan yang per- ;an dan humorpun tidak kurangnya. Bukan saja hal- itu sudah terjamin
. tama dalam Kan Poo no. 37, 38 dan 39. dengan sendirinya oleh hadirnya tuan Dr. Poerbatjaraka dalam rapat Sek-
5. Janji uhtuk mengangkat pada tiap2-kantor dan jabatan seseorang a Kedua tiap2 minggu, tetapi ditengah pertukaran pikiran tentang kata
yang mengeijakan pekerjaan komisi, tidak pernah ditepati. An pengertian yang se-sulit2nya dan se-hambar2nya sekalipun, mung-
6. Pihak Jepang, baik yang menjadi anggota, maupun yang berkuasa kin sekali2 terbit humor oleh kelik pembicaraan yang tiba2, tak ter-
di Kantor Pengajaran, boleh dikatakan tidak berminat sedikit jua- sangka2.
pun akan pekerjaan komisi. ' Dalam suasana bebas bekerja, terlepas dari propaganda dan campur
itangan pihak Jepang serupa itu, tidaklah mengherankan, rapat2 dan wak-
Kalau Komisi Bahasa Indonesia masih dapat juga mengemukakan ba­ -tu senggang di kantor bahasa itu sering dipakai untuk pembicaraan
sil yang nyata, seperti kelihatan dalam kamus istilah ini, dll., maka hal
^yang tidak langsung berhubungan dengan kata2 yang sedang dibicarakan:
itu terutama sekali oleh karena keinsafan segolongan bangsa Indonesia
uraian tuan Dr. Poerbatjaraka tentang bahasa, kebudayaan, dan lain2
yang menjadi anggota komisi dan yang bekeija di kantor, serta anggota2 yang sering panjang lebar dan jauh mendalam disilih oleh pemandangan
seksi Kecil untuk tiap2 vak.
4uan Halil yang sering bercorak Freud, perundingan Soebadio yang ti­
Waktu bagi tiap2 orang yang hendak melihat dan menimbang dengan
dak habis2nya dengan pemuda teman2nya, pertukaran pikiran antara
tulus, telah nyata sekali, bahwa se-gala2nya ditujukan oleh propaganda
pegawai kantor, maupun dengan tetamu yang datang tentang politik,
yang gemuruh Ke arah ’’kemenangan terakhir” dan sehidup semati dengan ekonomi, mistik, kesusasteraan, filsafat, kabar luar negeri yang gelap,
Jepang, yang akan membinasakan bangsa kita, rapat2 di kantor bahasa
dan seribu satu soal sehari2 di kalangan pemerintah, rakyat dan pe-
mempunyai suasana yang tersendiri, sepi terpencil, tenang dan sadar be- mimpin. Ditengah suasana serba ragam sempa itu telah selayaknya pula
kerja untuk masa yang jauh. Di-tengah2 peperangan yang membakar se-
sering sekali ber-bagai2 tali perselisihan diluar, pertikaian di kalangan pe­
luruh dunia, sesungguhnya agak ganjil rupanya melihat ber-jam2, ber-
muda, peijuangan dalam lingkungan kebudayaan, melalui kantor bahasa.
hari2 orang bertukar pikiran, berdebat, kadang2 berseregang tentang Sering benar hati dalam kantor itu ber-debar2 menantikan hasil penyeli-

90 91
1

dikan Kenpei atau polisi, hingga akhirnya pada permulaan bulan Janua-
telah dimulailah suatu pekeijaan pengaturan bahasa yang akan
ri 1945 beberapa orang pegawai kantor bahasa itu ditangkap dan ditahan
pengaruhnya untuk kemajuan^ ilmu, kepandaian dan lain2 bagi
polisi. Dan sehari sebelum mereka dilepaskan pada tanggal 30 April
Indonesia.
1945, Komisi Bahasa Indonesia serta kantomya dimatikan, kata pihak
;a2 dapatlah pekerjaan ini di masa yang akan datang diteruskan
Jepang supaya dapat didirikan kembali kelak dalam Indonesia merdeka.
lebili pesat, lengkap dan sempurna.
Dalam Kamus Istilah ini sekarang dimuatkan sekalian kata yang
sudah diputuskan dalam rapat lengkap. Cara bekerja menetapkan .kata2
ini ialah sebagai berikut; mula2 kata istilah tentang sesuatu vak Dari: KAMUS ISTILAH ASJNG, Oktober 1945.
dikumpulkan oleh seseorang atau beberapa orang, sesudah itu dibicarakan
dalam rapat Seksi Kecil untuk vak itu, kemudian dalam rapat Seksi
Ketiga, sesudah itu dalam rapat kombinasi Seksi Pertama, Kedua dan
Ketiga dan akhirnya ditetapkan dengan resmi dalam rapat lengkap
yang diketuai oleh kepala Kantor Pengajaran.
Diantara kata2 yang dimuatkan ini terdapat Istilah ;Umum,'Keuangan
dan Pangreh Praja 493 kata, istilah Hukum 605 kata', istilah Dokter
3132 kata, istilah Ilmu Kimia 867 kata, istilah Administrasi 164 kata,
istilah Aljabar 521 kata, istilah Ilmu Fisik 990 kata. Tentu saja pem-
bahagian istilah2 ini tidak dapat dilakukan dengan watas yang nyata be-
nar, sebab umumnya antara vak yang satu dengan vale yang lain selalu
ada hubungannya, sehingga banyak kata2 yang serempak masuk ber-
bagai2 ilmu.
Susunan Seksi2 kecil yang serta menetapkan kata istilah kamus.
ini adalah seperti berikut:
Seksi KecU Keuangan: tuan2 Mr; Soedarisman, Moekti, Moetalib,
Mr. R. Rem, Noegroho dan Mr. L. Hakimi, Seksi Kecil Hukum:
tuan2 Mr. R. Soenarjo, Thaib Dalimoente, Oerip Adiwidjaja, Katja-
soengkana, Mr. Samjono, nona Salijah; Seksi Kecil j Dokter: tuan2
Dr. AuUa, Dr. Bahder Djohan, Dr. Ramali dna Pamoentjak; Seksi
Kecil Kimia; tuan2 Ir. Tjokronolo, Ir. Soerachman, Dr.> Soetarman dan
Poemomo; Seksi Kecil Ilmu Pasti dan ilmu fisik: tuan2 Ir. Tjokronolo,
Ir. Sakirman dan tuan2 dan nona2 guru ,SekoIah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Tinggi, Sekolah guru Puteri dan Sekolah Teknik di
Jakarta.
, Selain dari pada kata istilah yang telah ditetapkan ini, masih ada^
beberapa ribu kata -istilah Rumah Tangga untuk Sekolali Kepandaian
Puteri, kata istilah Ilmu Tumbuh2an dan Ilmu Hewan, yang tidak
dimuatkan disini, oleh karena belum dibicarakan diaih rapat Seksi
Ketiga maupun rapat lengkap. Selain dari pada itu masih ada ber-
puluh dan beratus ribu kata istilah teknik, pelayaran, pengairan, ke-
hutanan dan lain2 yang belum sama sekali dibicarakan.
Jadi meskipun isi kamus ini masih jauh sekali dari lengkap dan
sempuma, tetapi tak dapat disangkal, bahwa kalau kata2 ini telah
tersebar, teristimewa di sekolah dan di Jabatan2 yang berkepentingan.

92 93
lapat antara pikiran dan bahasa itu nyata juga dari penyelidikan
Stern, yaitu seorang ahli jiwa yang terkenal, atas Helen Keller, yaitu
seorang perempuan Amerika, yang meskipun ia buta dan bisu-tuli, da­
MEMPERSATUKAN BAHASA DALAM LINGKUNGAN pat sampai mencapai gelar doctor.
MEMPERSATUKAN RANGSA Tetapi selainnya dari beberapa penyelidikan yang khusus ini, per­
hubungan antara bahasa dengan pikiran itu dapat juga kita kaji dari
Kita sekarang hidup dalam zaman persatuan dan mempersatukan. ®ra manusia berpikir sendiri. Terkecuali dalam beberapa hal seperti
Di Eropa orang berusaha mengadakan Eropa Serikat. Cita2 Pan tWam ilmu mistik atau suluk, manusia itu berpikir tidak boleh tidak
Amerika telah lama digerakkan. Bangsa Arab telah bersatu dalam fflesti dengan memakai bahasa. Dalam kata2 manusia mengikat apa yang
liga Arab. Di Indonesia hanya soal waktu saja lagi seluruh kepulauan tnasuk dalam pancainderanya dan menjadi pengertian dalam pikirari-
ini bersatu dalam suatu negara yang besar. Dan tiap2 kesatuan itu ttya. Kalau telalr demikian dengan kata2 nama benda yang nyata
di zaman bom atom ini tidak boleh tidak pada suatu ketika akan feperti batu, pehon, kambing dll., maka kedudukan kata2 bagi penger-
menuju kepada persatuan yang terbesar, yaitu persatuan dunia dan Man yang absetrak lebihlah penting lagi. Dalam kata2 sebagai agama,
lebudayaan dll., susunan pikiran yang banyak seluk-beluknya dan
kemanusiaan.
Dalam aliran ke arah persatuan ini, sangat meharik hati dan ber- Sabang2nya mendapat perhentian, mendapat tempat berpegang.
faedah menyelidiki, apakah artinya dan bagaimanakah kedudukannya -i Lebih nyata lagi, kalau kita ambil contoh dalam suatu lapangan
usaha yang dilakukan untuk mempersatukan bahasa Indonesia; mem­ fcu pengetahuan. Dalam ilmu alam orang membuat molekul untuk
ftenghentikan pikirannya. Pengertian molekul itu hanya buatan pikiran
persatukan kata2, mempersatukan ejaan, mempersatukan tatabahasa dan
Aja, tiada seorangpun yang pemah melihatnya. Dengan men^dakan
jalan kalimat.
feata untuk pengertian itu, pikiran mendapat tempat berpegang untuk
Untuk maksud itu soal bahasa itu hendaklah .disinari dari sudut
Isms berpikir. Dan oleh terus berpikir itu nyatalah, tempat berhenti
perhubungan yang rapat antara bahasa dengan pikiran manusia.
%n berpegang im masih belum memuaskan. Demikian pikiran manusia
Bagi kaum guru yang kenal akan karangan2 Dr. Nieuwenhuis, per­
fcaju pula dan dibuatnya pula kata yang lain, tempat berhenti dan
hubungan antara bahasa dengan pikiran itu tentulah bukan asing la-
gj. Bukankah salah satu semboyannya yang terkenal: Bahasa kadang2 |«la, yaitu kata atom.
berupa bunyi, kadang2 berupa tanda, tetapi selalu berupa pikiran. / Kalau perhubungan yang sulit dan banyak seluk-beluknya antara
l^asa dengan pikiran ini hendak kita mudahkan, dapatlah kita ambil
Ahli2 ilmu bahasa yang_ berminat kepada soal bagaimanakah tim-
^san seorang yang memanjat pohon kelapa yang belum bertakuk.
bulnya bahasa2 manusia, sudah lama memikirkan, yang manakah le-
bih dahulu: manusia pandai berpikirkah atau manusia mempunyai prang yang memanjat itu dapat kita'misalkan pikiran manusia dan
Ittkuk pohon kelapa itu ialah kata. Tiap2 kali orang itu tiba pada
bahasa? W. Wundt, salah seorang dari mereka misalnya berpendapat,
^tu takuk, bamlah ia dapat menjangkau lebih tinggi ke atas untuk
banwa keduanya itu tumbuh serempak, bahwa bahasa itu tidak lain ^mbiiat takuk yang baru. Hanya kalau ada takuk yang baru itu, ia
dari pada penjelmaan pikiran. Demikianlah apabila kita dapat berkata,
bahwa pikiranlah yang membedakan manusia dengan hewan, kitapun
dapat berkata, bahwa bahasalah yang membedakan manusia dengan
t ^ an mungkin naik ke atas lagi.
Dalam ilmu pengetaliuan perhubungan antara pikiran dan bahasa
yt dikatakan diaiektis. Artinya seperti tinggi takuk yang ada pada
hewan! Atau seperti dikatakan oleh Max Muller: Bahasa itu ialah
Johon kelapa itu mewatasi tinggi orang dapat memanjat, demikian
Rubicon (maksudnya: watas, yaitu menurut nama sebuah sungai di
kata2 yang ada mewatasi tingginya pikiran dapat naik ke atas,
Itali) yang belum diseberangi oleh hewan.
®Pat maju. Seperti juga untuk dapat memanjat lebih tinggi, orang mes-
Perhubungan yang rapat antara bahasa dan pikiran itu ditunjuk-
berpijak pada takuk yang ada itu untuk membuat takuk yang
kan dengan khusus oleh Dr. Nanninga-Boon dalam disertasi atau surat
™ tinggi lagi, demikian ju^ kata yang mewatasi pikiran itu harus
ujiannya tentang anaknya sendiri, yang bisu dan tuli. Dengan sabar
Pijak dan dilangkahi oleh pikiran Wta. Tetapi apabila kata itu su-
dan penuh kasih sayang ibu yang mdang itu mempelajari anaknya dan^
dilangkahi, perlu pula membuat kata yang baru tempat berpijak
per-lahan2, selangkah2 diajarkannya bahasa. Maka nyatalah kepada-
iia.
nya, bahwa per-lahan2 dengan bertambahnya bahasa yang diketahui Kalau perhubungan antara bahasa dan pikiran ini kita bawa ke la-
oleh anak yang malang itu, tumbuh .pula pikiranriya. Perhubungan yang

94 95
pangan sesuatu bangsa, sesuatu masyarakat, sesuatu kebudayaan, maka r nipun kebenaran itu terletak di tengah2, perhubtmgan antara bahasa
akan lebih nyata lagi kepada kita, bagaimana pentingnya keduduk- | dan pikiran itupun dialektis, bertangga. Bahasa yang teratur dan banyak
an bahasa sebagai alat dan tangga pikiran. Bukan saja manusia yang j katainya menyediakan jalan yang baik bagi pikiran dan pikiran yang
seorang boleh dikatakan tiada dapat menyampaikan pikirannya kepada i tajam dan teratur memperbaiki susunan b^asa dan menambah kata2
manusia yang lain kalau tak ada babasa, tetapi dalam bahasa yang’ tiada sebagai pegangan pikiran.
teratur, dalam bahasa yang kurang kata2nya pertukaran pikiran antara Kalau pekeijaan mengatur, mempersatukan dan menambah kata2
manusia seorang dengan manusia yang lain amat sukar, terlampau bahasa Indonesia, yang sedang dikeqakan di-mana2 sekarang ini, di­
banyak alangannya. Orang dari dunia dagang misalnya, tentu t^u, lihat dari jurusan gerak ke arah persatuan seperti dinyatakan pada
bahwa perdagangan yang agak besai sukar jalannya, kalau nama, rupa permulaan karangan ini, maka dalam perhubungan yang rapat antara-
dan jenis barang2 yang diperaagangkan itu tiada tentu, selalu ber- bahasa dengan pikiran, pekeijaan itu mendapat arti yang amat luas
ubah2, sehingga si pembeli dan si penjual tiada berpegangan. Kalau , dan pentingnya. Mengatur bahasa berarti mengatur pikiran bangsa, me­
dalam dunia dagang yang bekerja dengan barang2 yang dapat diraba, : nambah kata2 bahasa berarti menumbuhkan pikiran bangsa, menyatukan
dilihat, dicium dan dirasa, telah demikian sulitnya, kalau tak ada kata ; bahasa berarti menyatukan pikiran bangsa. Dan karena bangsa Indonesia
dan pengertian yang tetap, betapa pulakah lebih sukarnya dalam la- ; berpikir dan mesti berpikir dalam segala lapangan kehidupan masyara­
pangan ilmu pengetahuan yang teliti. Disana umumnya orang bekerja kat dan kebudayaan, maka tidak boleh tidak pula, mengatur dan
dengan pengertian yang tiada dapat dilihat, diraba, dicium dan dirasa, mempersatukan bahasa itu mempengaruhi segala pikiran di segala
disana kata2 itu sesungguhnya alat tempat pikiran berpegang, berpijak lapangan masyarakat dan kebudayaan. Bukan saja oleh karena baha­
dan susunan kalimat itu ialah jalan teinpat pikiran mengalir. Kalau sa yang satu coraknya, teratur dan kaya akan kata, si Doel akan mudah
kata2nya tiada- tersusun, maka kalau saya ambil bandingan yang- muaan bertukar pikiran dengan si Wongso tentang apa sekalipun, tetapi disisi
dipahamkan, peijalanan pikiran dalam bahasa itu adalah sebagai perja- itu pula pikiran yaiig terdapat dalam tiap2 cabang masyarakat dan
lanan seseorang pada jambatan yang bukan saja putus2, tetapi yang kebudayaan akan mendapat alat dan tangga yang baik akan maju.
berguncang pula ke kiri ke kahan, sehingga orang itu pasti tiada Dan selangkah lagi, b^asa yang teratur dan satu memperhubung-
dapat sampai ke seberang, sebelum jambatan itu ditetapkan tempatnya kan cabang2 masyarakat dan kebudayaan yang banyak itu, sehingga
dan disambung dimana ia terputus. yang satu dapat mempengaruhi, menyokong aan mencocokkan diri
Tetapi -yang lebih penting lagi, bahasa sebagai persatuan susunan kepada yang lain. Dan sesungguhnya siapa yang biasa melihat masyara­
tanda dan bunyi yang terdapat pada suatu bangsa dalam suatu zaman, kat dan kebudayaan sesuatu bangsa sebagai suatu persatuan yang bulat,
ialah pula ukuran dan watas dari pada pikiran bangsa itu pada ketika yang hidup dan tumbuh, malahan yang berjiwa, dan siapa yang pernah
itu. Pada kata2 dan susunan suatu bahasa dapat kita lihat hingga mana memikirkan, bahwa jiwa sesuatu bangsa pada suatu tempat dan se­
kemajuan pikiran bangsa itu sebagai persatuan dalam segala lapangan suatu masa itu tiada lain dari cara bangsa itu berpikir, ia akan in-
kehidupannya. saf betapa pentingnya pekerjaan mengatur dan mempersatukan ba­
Saya pernah mendengar . seorang mahaguru berkata, bahwa soal il­ hasa. Dan kepadanya akan nyata pekeijaan yang dilakukan di ber-bagai2
mu pengetahuan dan filsafat yang sulit2 amat sukar menguraikannya jabatan dan kantor, di lapangan ekonomi, hukum dll. untuk mengatur
dalam bahasa Inggeris, untuk itu lebih memuaskan bahasa Jerman. han mempersatukan bahasa itu sebagai pekerjaan yang satu untuk
Sebab itu bukan kebetulan, bahasa Jerman lebih banyak menghasilkan bersatu. Sebabnya sesungguhnya baik seni, maupun ekonomi ataupun
ahli pikir. Boleh jadi sekali ucapan itu agak di-lebih2kan, tetapi siapa filsafat dU. itu pada hakekatnya satu, yaitu penjelmaan pikiran manusia
vang tahu memandang bahasa sebagai alat dan tangga pikiran, ia akan ke ber-bagai2 jurusan dengan ber-bagai2 alat.
mehgerti akan kebenaran yang tersimpuT didalamnya. Malah boleh
dijadikan soal, apakah sebenarnya yang lebih dahulu, bahasa Jerman
Dari: PEMBINA BAHASA INDONESIA, Juli 1948.
yang sempurna itukah, ataukah ahli2 pikirnya. Tentu akan ada go-
longan yang mengatakan, bahwa karena sempurnanya bahasa Jermanlah,
maka ahli2 pikirnya dapat menjalankan pikiran sejauh itu. Sebaliknya go-
longan yang lain boleh. berkata, bahasa Jerman y.ahg seihpurna un­
tuk ilmu -pengetahuan dan filsafat itu disebabkan oleh karena tajam-
nya dan teratumya ahh2 pikir bangsa Jerman berpikir. Agaknya disi-
Kalau peroses seperti ini dibiarkan terus, ,maka tak boleh tidak dalam
tatabahasa Indonesia .akan masuk suatu unsur barn yang teijelma dalam
perubahan -asi menjadi -ir atau sebaliknya.
Dilihat dari jurusan pekerjaan jumalis yang serba cepat, kita me-
PETUNJUK MENERJEMAHKAN ngerti orang mencari jalan yang mudah ini, tetapi dilihat dari jurusan
pembinaan bahasa, kita berharap supaya kaum jumalis kita sudi me-
h mikirkan usaha mengatur bahasa Indonesia dan menjauhi perbuatan
yang hanya menyulitkan tumbuhnya bahasa Indonesia.
Telah selayaknya, bahwa oleh cepatnya maju dan meluasnya pe-
Dalam hal yang seperti ini sebaik-baiknya dari kata asing itu di-
makaian bahasa Indonesia sekarang, banyak sekali kata2 asing yang
pilih satu "bentuk saja, misalnya bentuk substantif. Substantif rafto«a/r-
dijadikan kata Indonesia, atau deiigan pendek diindonesiakan. Kejadi-
an yang serupa ini bukan kejadian yang baru dalam sejarah bahasa-
satie dalam bahasa Belanda menjadi substantif rasionalisasi dalam ba­
hasa Indonesia, tetapi bentuk katakeija rationaliseren dalam bahasa
bahasa Indonesia. Dari bahasa Sansekerta, daii bahasa Arab, dari bahasa
Belanda hendaknya jangan kita jadikan merasionalisir, tetapi merasio-
Tionghoa, dari bahasa Portugis dsb. telah banyak benar diambil kata2
nalisasL Demikian juga :
dan dijadikan kata Indonesia. Orahg Indonesia yang memakainya tidak
insaf lagi, bahwa kata yang dipakainya itu asal mulanya kata asing. aationalisatie dijadikan nasionalisasi,
Tentang bentuknya, tentang ucapannya dan tentang cara memakainya, nationaliseren dijadikan menasionalisasi;
kata2 yang demikian itu sesungguhnya telah menjadi kata Indonesia. P'oclamatie dijadikan proklamasi..
Boleh jadi di waktu yang akan datang kita akan rnendapat kesem- proklamere?i dijadikan memproklamasi;
organisatie dijadikan organisasi,
patan untuk membicarakan bagaimaha kata2 Sansekerta, Arab, Tiopghoa,
dsb. itu masuk kedalam bahasa Indonesia, bagaimana- bentuknya, cara organiseren dijadikan mengorganisasi; dsb.
memakainya dan ucapannya sering sekali terpengaruh oleh salah faham Berhubung dengan sulitnya kata sabotage, kita pendekkan men­
dan berbagai hal yang lain. jadi sabot, sehmgga katakerjanya menyabot, (sekarang sering ditulis
Dalam karangan ini, kami hanya hendak membicarakan, jalan yang orang menyabotir). Tentarig hal bentuk2 kata bom, bombarderen,
mana yang se-baik2nya kita tempuli dalam mengindonesiaikan kata2 bombardement, bentuk Indonesianya sangat bersahaja, yaitu bom, mem-
Belanda atau Eropa yang lain yang banyak benar masuk kedalam bahasa
bom, (bukan membombardir) dan pemboman
Usaha untuk membuat dari kata2 asing kata2 Indonesia yang ber­
Indonesia sekarang ini.
sahaja, tidak selalu mudah seperti pada contoh2 diatas ini. Kata
Seperti diketahui, dalam bahasa2 Barat umumnya antara lain dibeda-
Belanda seperti natie, nationad, nationalist^), ag?ik sulit mengembali-
bedakan bentuk substantif atau katabenda, bentuk verbum atau kata-
^^annya kepada satu katadasar seperti kita lakukan dengan perkataan
keija, bentuk adjektif atau katakeadaan. AmbU sebagai contoh sebuali
bom, bombarderen, bombardement, yang kita kembalikan pada kata­
katabenda seperti controle, yang dalam katakerjanya controleren; k^-
dasar bom Perkataan natie, kalau diindonesiakan menjadi nasi Tetapi
tabenda rationalisatie dalam bentuk katakerjanya adalah rationaliseren;
katabenda bom dalam bentuk katakerjanya iiah bombarderen, disisi orang tak hendak menulisnya demikian, sehab terlampau mengingatkan
-flasr yang berarti beras yang dimasak. Agaknya lebih baik, kalau diin-
itu ada pula 'katabenda bombardement; kata sabotage disisi sabiteren,
■donesiakan menjadi nasiqn, yaitu sejalan dengan bahasa Inggeris, Pe-
kata proclarmtie disisi kata proclameren, dsb.
Dalam mengindonesiakan kata2 seperti ini, terutama kaum jumalis rancis dan Jerman. Teijemahan uatie dengan bangsa sering sekali tidak
dan kaum pembicara kita menempuh jalan yang semudali-mudahnya rnemuaskan oleh karena arti perkataan bangsa terlampau luas. Perkata-
baginya. Dalam bahasa Indonesia dipakai kata proklamasi sebagai kata-.
nasiorial sebagai pengindonesiaan nationaal telah umum benar dalam
bahasa Indonesia. Tetapi kalau kita ambil kata nasion sebagai katadasai,
benda, sedangkan sebagai katakeija dipakai memproklamirkan. Bagi
®Wuran -d itu agak membingungkan.
orang yang tak tahu bahasa asing, menjadi suatu teka teki mengapa
Dalam bahasa Indonesia sekarang kata nasional dipaKai se-olah2
bunyi -asi dalam proklamasi menjadi -ir dalam memproklamirkan, sebab
hal yang seperti ini tid^ ada dalam bahasa Indonesia. Demikian juga
halnya dengan rasionalisasi dan merasionalisir, koordinasi dan meng-
koordinir, nasionalisasi dan mmasiomlisir. 1) Disini belum dibicatakan bentuk mtionalisma dan nationalistik.

99
98
terlepas dari pengertian nasion yang teliti. Sementara itu untuk perka- asanya mudah dipahiamkan oleh rakyat banyak. Kalimatnya hen-'
taan nasional itu ada kata Indonesianya yang tepat, yaitu kebangsaaH. ^daknya lancar dan tidak ber-belit2. Istilah2 yang kurang diketa-
Tiba pada perkataan nasionalis sebagai pengindonesiaan nationalist kita |hui umum tidak ada salahnya diganti dengan uraian yang mudah di-
berhadapan dengan akhiran -is yang lebih banyak kelihatan dalam ba- Jpahamkan. Pendeknya si peneijemah pertama sekali hams men^gat-
hasa Indonesia sekarang dari akhiran -al. Disisi kata kapital ada kapi- ian orang banyak yang hanis membaca atau mendengar uraian itu.
tails, disisi kata sosial ada sosialis, disisi federal ada federalis, ma- ^ Berbeda sekali teijemahan undang2, yang tiap2 katanya mesti
lahan sampai ada orang yang menambah akhiran -is itu pada kata2 vteliti, oleh karena kata2 itu akan menjadi tempat orang berpegang.
yang asalnya kata Indonesia, seperti anggota Parindra disebut Parindris, ;:Dalam hal ini tentu kita berusaha juga, supaya bahasanya mudah
orang yang pro-Belanda disebut Belandis. Mungkih sekali akhiran -h Jdipahamkan orang. Tentu! Sementara itu jangan kita lupa, bahwa
dalam keadaan seperti sekarang susah hendak menolaknya dan mungkin 3undang2 sering hanya dapat dipahamkan oleh orang yang ahli ten-
juga lambat-laun menjadi akhiran Indonesia. Usaha untuk menghidupkan ^tang itu. Demikianlah orang tidak mengerti teijemahan undang2, mungkin
kembali akhiran Indonesia -wan dan -man untuk menyatakan orang ’■sekali bukan id tiada mengerti bahasanya, tetapi pengetahuannya tentang
yang mempunyai, bersifat, penganut, dsb. seperti dalam kata dermawan, -undang2 yang dibacanya itu kurang banyak. Hal yang seperti ini umum
hartawan, budiman, setiawan, gunawan, dll. belum berhasil seluruhnya, fterdapat dalam segala bahasa.
sehingga dapat mendesak akhiran -is itu. Dalam kata2 yang barn seperti I Kesukaran dalam bahasa Indonesia sekarang ialah, oleh karena se­
wartawan, seniman, akhiran itu telah pada tempatnya benar. Tetapi izing istilah hukum yang dipakai belum diketahui orang. Tentang hal
kata2 seperti usahawan untuk ondememer, modalwan untuk kapitalis fini, ‘tidak ada salahnya, kalau sekali2 pada istilah yang belum umum
belum umum dipakai orang. ;jtu dikurungkan di belakangnya istilah itu dalam bahasa asing atau
Bagaimana akhirnya nanti persaingan antara akhiran -is dengan akhir mraian tentang artinya.
an -man dan -wan, dari sekarang belum dapat diramalkan. Mungkin juga Tentulah berbeda sekali halnya, apabila yang diteijemahkan itu
yang satu akan tetap hidup disisi yang lain; kalau demikian mungkin ibukan undang2 yang'-harus dibuat orang tempat berpegang, tetapi
sekali dalam tatabahasa Indonesia yang baru mesti dimuatkan akhiran hanya penerangan bagi umum tentang imdang2 itu. Si penerjemA
yang baru, akhiran -is. dalam hal ini jauh lebih bebas.
Bahwa bahasa undang2 sering agak kaku, itu telah jamak. Oleh
II. karena yang dipentingkan ketelitian artinya dan bukan bagus baha­
sanya, si peneijemah tak usah takut2, apabila pada suatu ketika
Barangkali ada juga paedahnya, apabila disini dikemukakan beberapa kalimatnya itu agak kaku. Tetapi ucapan ini jangan dianggap, bahwa-
petunjuk umum tentang meneijemahkan. bahasa undang2 itu mesti kaku. Orang yang telah mahir meneijemahkan
Pertama hendak kami ingatkan kepada para peneijemah, jaiiganlah tentu dapat juga membuat bahasa undang2 terang dan lancar.
menerjemahkan sesuatu, sebelum mengerti isi yang hendak diterjemah- Tentang terjemahan kitab2 ilmu, hendaklah dibedakan tingkat2
kan itu. Hal ini baik mengenai karangan, maupun mengenai kaUmat / orang yang haras membaca kitab2 ilmu itu. Banyak yang diucapkan
^tau kata. Kalau kita terns menerjemahkan juga sesuatu yang kita tentang bahasa undang2 dapat dipakai untuk bahasa ilmu. Hanya
belum mengerti, samalah kita me-nerka2 saja. Sebab itu dalam me­ si peneijemah agak besar sedikit kebebasannya, sebab dalam ilmu
nerjemahkan, janganlah segan2 bertanya kepada orang yang tahu orang kurang berpegang pada k^ta2 seperti dalam undang2. Si peneijemah
tentang isi karangan itu, bertanya tentang makna kalimat atau kata, kitab ilmu lebih mudah menjaga gaya bahasanya, sehingga bahasa
membuka kamus atau kitab2 yang lain untuk meridapat keterangan. ilmu tak usah sekaku bahasa undang2. Sementara itu kesatuan istilah-
Kita tak usah malu2, oleh karena tidak seorang juapun yang tahu pun disini sangat penting.
tentang segala sesuatu di dunia ini. Ketiga baik benar memperhatikan- teijeniahan orang2 yang pan-
Kedua hendaklah pahamkan dahjulu, apa yang dimaksud dengan dai menerjemahkan, seperti H.A. Salim, Sanusi Pane, K.S. Pamun-
teijemahan itu. Teijemahan yang maksudnya memberi penerangan ke­ tjak dll. Sebab akhir2nya menerjemahkan itupun tidak dapat dipe-
pada orang banyak, berbeda sifatnya dari teijemahan kitab Umu atau lajari dengan mengetahui satu dua aturan, tetapi harus tumbuh pelahan2,
undang2, yang tiap2 katanya hams dibuat menjadi tempat Jberpegang. dengan bertambahnya pengalaman seseorang tentang meneijemahkan
Teijemahan yang bersifat penerangan untuk umum, hendaklah ba- dan tentang bahasa dan pengetahuan seumumnya.

100 101
Umumnya dapatlah kita katakan, bahwa untuk mendapat teije-
mahan yang baik, orang yang meneqemahkan itu, bukan saja hams lah, bahwa dengan jalan sempa itu, teijemahan itu bembah sekali
pandai tentang bahasa, tetapi hams juga banyak pengetahuannya ten- sifatnya. Bukan lagi digambarkannya keadaan dan suas^a di negeri
tang berbagai-bagai hal., asing, tetapi suasana di Indonesia, sedangkan yang tinggal asing hanya­
Disini belum dibicarakan teijemahan yang bersifat kesusasteraan. lah nama-nama orang dan tempat yang terdapat dalam cerita itu.
Dengan demikian sebenarnya si pembaca tertipu, ia mendapat peman-
III. dangan yang picik dan salah tentang dunia di luar.
Mujuflah sekarang anggapan tentang cara meneijemahkan telah
bembah sama sekali. Kalau kita meneijemahkan sesuatu buah ke­
Meneijemahkan karangan kesusasteraan mempunyai syarat2nya
susasteraan, artinya kita hendak memperkenalkan brang2 kita de­
sendiri pula. Sebelum membicarakah soal meneijemahkan karangan
ngan cerita, dengan soal2, dengan suasana di negeri asing. Umumnya
kesusasteraan, hendak dibicarakan dahulu disini suatu jenis mener- rakyat kita tid^ sebodoh itu, sehingga bagi mereka segala sesuatu
jeinahkan yang pada hakekatnya bukan meneijemahkan. Yang dimak- raesti di-kunyah2kan sehingga lenyap mpa dan rasanya yang semula.
sud ialah menceriterakan kembali sesuatu karangan dengan kata'2 Merekapun dapat merasakan keadaan yang berbeda dari keada­
sendiri, artinya dengan tidak mengikuti sebaris2 kitab bahasa asing an di sekitarnya, malahan oleh mengenal keadaan yang berbeda da­
itu. Hal yang sempa ini sering benar dilakukan orang bukan Saja ri di sekitarnya pengetahuannya bertambah dan fahamnya tentang ma-
tentang ceritera2 lama, yang diceriterakan kembali kedalam bahasa nusia menjadi lebih luas. Disinilah letaknya pentingnya menerjemah-
sekarang, tetapi juga dari bahasa asing sering benar i diambil jalan kan kitab2 kesusasteraan dari bahasa asing. Selain dari pada itu
ceriteranya, sudah itu diceriterakan kembali kedalam bahasa Indone­ jangan kita lupakan, bahwa soal2 yang dibicarakan dalam kesusasteraan
sia dengan menyebut atau menyembunyikan nama pengarang kitab akhir2nya umum bagi manusia di seluruh dunia, sehingga kita tidak usah
aslinya. Dalam menceriterakan kembali sempa ini, orang yang menceri­ takut amat buah kesusasteraan suatu bangsa tak dapat dipahamkan oleh
terakan kembali itu bukan saja bebas benar ferhadap bahasa^ dan
bangsas-yang lain. Dan kalau sesungguhnya.dnlam sesuatu buah kesusaste-
susunan ceritera yang asli, tetapi sering juga nama2 orang, nama2 tern-
laah ada ,baha^an yang asing benar bagi negeri2 lain, oleh perBedaan iklim,
pat diubah sama sekali, diindonesiakan juga. Hasilnya ialah kita men­ oleh perbedaan adat-istiadat, oleh perbedaan agamay dsb., maka tentang
dapat cerita Indonesia yang berlaku di bumi Indonesia. Hanyalah
hal itu dapat dibicarakan dalam kata pendahuluan kitab itu.
orang yang kenal cerita aslinya yang tahu, bahwa isi cerita itu diambil
Sekarang tinggallah lagi soal, bagaimanakah semestinya menerjemahkan
dari bahasa asing. Pada hakekatnya cerita J'ang terjadi dengan jalan
kitab kesusasteraan.
begini ialah cerita bam dan derajatnya bergantung kepada derajat si
Umumnya meneijemahkan kitab kesusasteraan se-baik2nya dilaku­
penceritakannya kembali itu.
kan se-rapat2nya kepada kalimat dan kata dalam kitab yang diter-
Mengeijakan sesuatu roman, sebuah dongeng atau cerita sempa
jemalikan itu. Maksudnya ialah supaya perasaan, pikiran dan- sua-;
ini tidak kita masukkan meneijemahkan. Untuk ini ada juga orang
Sana dalam buku asli teijelma se-baik2nya dalam terjemahannya. ■
memakai perkataan menyadur.
Tetapi hal ini bukanlah se-kali2 berarti, bahwa kita haras meneqe-
Sebelum perang dunia kedua ada orang yang beranggapan, kalau
niahkan sekata2, seperti biasanya kelihatan pada teijemahan risa-
kita meneijemahkan sesuatu roman, (meskipun kita dengan teliti me­
ngikuti jalan roman itu sebaris2) hendakl^ roman itu kita sesuai- lah ujian kaum ahli Timur tentang' sebuah cerita kuno bangsa kita.
Umumnya. terjemahan yang teliti sekali demjkian amat kaku rasanya;
kan dengan pengalaman, pengetahuan dan suasana pembaca kita; se-
hingga ia merasa se-olah2 cerita itu berlaku di sekitarnya sendiri. orang biasa takkan tertarik membacanya.
Disinilali letak kesulitan bagi orang yang meneijemahkan buah
Kami pemah membaca teijemahan sebuah roman Turki kedalam baha­
r kesusasteraan. la hams mempertahankan jalan kalimat, kata2, kias-
sa Indonesia yang aneh sekali. Si peneijemah bemsaha mengubah
dan perbandingan dari bahasa asing itu se-dapat2nya, tetapi di-
suasana Turki itu menjadi suasana Indonesia, sehingga misalnya orang2
I sisi itu ia harus pula membuat bahasa Indonesia yang enak dibaca,
Turki itu disuruhnya mengcuapkan pepatah danjperibahasaMinangkabau.
Sikap meneijemahkan sempa ini dahulu dipertahankan orang dengan y^ng membayangkan perasaan, irama dan suasana bahasa kitab yang
asli.
alasan, bahwa rakyat kita tidak mengerti akan jalan cerita itu, kalau
Dilihat dari jumsan ini sesungguhnya meneqemahkan buah ke­
suasana cerita itu tidak dijadikan suasana Indonesia. Bagi kita terang-
susasteraan itu pekeqaan yang amat sukar. Si peneijemah terikat

102
103
dengan kaki tangannya dari segala pihak. Dan dalam banyak hal
sesungguhnya meneijemahkan sesuatu dengan baik, jauh lebih sulit Het gezin van AminD. Amin dan anak isterinya.
dari mengarang sendiri, dimana si pengarang besar sekali kebebasannya.
Sebab itulah jarang sekali kita mendapat terjemahan buah kesusas- Amin wil zich even voorstellen Amin mau berkenalan dengan
teraan yang sesungguhnya baik. Teristimewa hal ini tentang buah aan de lezer. 2) pembaca.
kesusasteraan yang bahasanya terikat. Siapakah dari orang Indonesia Hij is vijf en dertig jaar en Umurnya tigapuluh lima tahun
sekarang yang hendak mencoba meneijemahkan salah satu derama visser van broep. dan kerjanya menangkap ikan.
Shakespeare atau Faust karangan Goethe dengan bersajak ? Met zijn gezin woent hij in een Dia tinggal ^engan anak isteri­
Untuk dapat melakukan itu bukan saja orang itu hams menge- dorpje aan de kust, ver van de nya di suatu desa di pinggir laut,
tahui dan merasakan sungguh2 Shakespeare dan Goethe serta grote stad. jauh dari kota.
karangan yang hendak diterjemahkannya, tetapi juga tangannya ha­ Met zijn vrouw Aisiah heeft hij Isterinya iaiah Aisah dan anak
ms ahli benar memainkan bahasa Indonesia. Percobaan2 kearahitu twee zoons en een dochter. mereka dua orang laki2 dan se-
tak dapat dilakukan oleh orang yang tanggung2. orang perempuan.
Sesungguhnya meneijemahkan buah kesusasteraan yang baik, iaiah Zijn oudste zoon, Ahmad, is Anak yang sulung, Ahmad, se­
suatu kecakapan yang luar biasa. Malahan dalam tangan yang ahli nu twaalf jaar. karang duabelas tahun umurnya.
mungkin teqadi sebuah teijemahan lebih baik dari pada aslinya. R.J. Zijn jongste zoon, Moehidin, is Anak yang kedua, Muhidin, se-
Wilkinson pandai benar meneijemahkan pantun Indonesia, beberapa tien jaar, terwijl zijn dochter, Siti, puluh tahun, sedang anaknya yang
terjemahannya malahan lebih indah dari pantun itu dalam bahasa acht jaar oud is. perempuan dan yang bungsu dela-
Indonesia. Belum berapa lama dalam majdah Orientatie dimuatkan pan tahun.
salinan sajak Chairil Anwar yang dalam beberapa hal lebih baik Bovendien woont zijn moeder, Lagi pula bersama dengan dia
dari sajak aslinya. Mungkin timbul pertanyaan: Masih dapatkah kita Mak Amin bij hem in huis. tinggal ibunya, mak Amin.
berkata tentang teijemahan dalam hal yang sempa ini ? Dalam bahasa Zijn oudste zoon heeft juist de Anaknya yang sulung bam ta-
Inggeris terkenal benar teijemahan Kitab Injil yang masuk salah satu lagere school met zes leerjaren met mat sekolah rendah yang enam
dari pada monumen bahasa Inggeris. vrucht doorlopen. tahun.
Bulan depan ia akan masuk se­
De volgende maand gaat hij naar
IV. kolah nelayan, sebab ia mau men-
de visserijschool, want hij wil visser
jadi nelayan.
Worden.
Dalam mang petunjuk meneijemahkan ini selain daripada peman- Muhidin dan Siti ke-dua2nya ma­
Moehidin en Siti gaan beiden
dangan dan uraian biasa, sering akan kami muatkan contoh2 teqe- sih sekolah rendah.
nog naar de lagere school.
mahan agar orang2 yang banyak mengeijakan teijemahan atau hendak Muhidin duduk di kelas empat
Moehidin zit in klas vier en
belajar meneijemahkan mehdapat manfaat daripadanya. Kami mulai dan Siti di kelas dua.
Siti in klas twee.
dengan contoh terjemahan yang amat bersahaja. Barangkali diantara
pembaca ada yang akan mencebil melihat karangan bahasa Belanda 1) Het gezin van Amin.
yang kami teqemahkan sekali ini oleh karena amat mudahnya. Tetapi Mengapa disiid diteijemahkan ; Amin dan anak isterinya . Menu-
menunit pengalaman kami, sukar meneijemahkan itu tidak selalu mt kamus istilah gezin diteijemahkan batik. Kalau kita tuliskan disini
harus sejalan dengan sukar isi karangan yang hams diteijemahkan itu. batik Amin, teijemahan ini benar menumt arti gezin yang sesungguhnya.
Banyak sekali orang malahan yang tidak pandai meneijemahkan yang Tetapi teijemahan ini tidak dapat kita pakai oleh karena dalam lukisan
mudah2, oleh karena pikirannya biasa melambung terlampau tinggi. ini yang dimaksud dengan gezin bukan gezin menumt pengertian undang2
Seoerti sudah kami katakan dahulu, pertama hendaklah kita ^kirkan, barat, tetapi iaiah ’’gezin” dalam arti kumpulan orang Indonesia seke-
untuk siapa teijemahan kita itu. liling ibu dan bapak. Dalam hal ini tepat betul kalau diterjemahkan :
Teqemahan ini iaiah untuk kitab bacaan pemberantasan butahuraf. Si Amin dan seisi ntmaknya. Pengertian seisi rumak ja^ lebih luas
Jadi bahasanya dan isinya hams dibuat bersahaja dan sesuai dengan daripada pengertian gezin dalam bahasa Belanda. Agak lebih dekat kepa-
pengertian orang2 yang bam pandai membaca dan menulis itu. da pengertian Belanda itu iaiah ; anak isterinya. Dan sesungguhnya
dalam kehidupan se-hari2 sering dikatakan seperti itu.

104 105
Kemungkinan yang Iain pula ialah : keluarga Amin atati kerabat
Amin yang banyak dipjkai dalam waktu yang akhir ini untuk me-
iieijemahkan gezin. Kedua perkataan ini menurut pendapat kami ku-
rang i>aik, karena pengertian keluarga dan kerabat jauh lebih luas SOAL DAN PEDOMAN MENYUSUN TATABAHASA
daripada pengertian anak isterl Menurut kamus, istilah keluarga di- INDONESIA BARD
pakai sebagai teijemahan familie, bloedverwanten, keluarga sedarah,
aanwerwanten, keluarga semenda. Meskipun familie dan gezin, kelu­ SOAL TATABAHASA INDONESIA
arga dan batik dalam penghidupan se-hari2 sering dicampur-adukkan,
dalam teijemahan yang agak teliti yang hendak menuntun bahasa Ilmu tatabahasa dalam arti yang luas keijanya ialah menyelidiki
Indonesia, hal ini se-dapat2nya baik kita elakkan. Jadi teijemahan kecocokan hukum jiwa dengan hukum bunyi, atau dengan kata yang
yang se-baik2nya ialah r Amin dan seisi rumahnya atau Amin dan anak lain; hukum bahasa.
isterinya. Terhadap kepada Amin dan anak isterinya dapat dikemuka- Sultinya dalam hal ini ialah, bahwa bentukbahasa yang dipakai
kan keberatan, bahwa dalam karangan ini diceriterakan juga tentang oleh manusia di dunia untuk mengucapkan sesuatu isibahasa tidak
ibu si Amin ymg tinggal dalam rumahnya. Tetapi terhadap keberatan sama, malahan sangat banyak bedanya. Atau .dengan kata yang lain,
ini dapdt -dikemukakan, bahwa seluruh di ceritera sebenamya berputar di dunia amat TTanyak jumlah (bentuk) bahasa yang besar2 bedanya.
sekeliling Amin dan anak „ isterinya, sedangkan ibu si Amin disebut Apa sebabnya maka sebanyak itu (bentuk) bahasa manusia, hingga
sebagai sambHan saja. sekarang belum seorang juapun yang dapat menjawabnya, meskipun
sebanyak itu ahli yang telah bemsaha menyelidiki dan memikirkannya.
2) Amin wil zich even voorstdlen aan lezers. Demikianlah bentukbahasa itu bergantung kepada lingkungbahasa
Teijemahan yang sebenamya : Amin mau memperkenalkan dirinya Pekeijaan ilmu. tatabahasa sesuatu bahasa ialah menyelidiki aturan
kepada pembaca. Tetapi cara berpikir sefupa ini agak susah dipahamkan yang terdapat antara isibahasa dengan bentukbahasa dalam bahasa
orang2 bangsa kita yang bersahaja dan nyata berpikir seperti dalam itu, atau dengan perkataan yang lain, menyelidiki hukum bahasa itu.
bahasa Belanda. Yang lebih sesuai dengan cara berpikir bangsa kita Jadi pekeijaan tatabahasa Indonesia ialah menyelidiki hukum bahasa
dan lebih bersahaja ialah : Amin mau berkenalan dengan pembaca dalam bahasa Indonesia. _
Kalimat ini lebih bersahaja, lebih sewajamya dan lebih enak bunyinya, Tentulah segala sesuatu yang berlaku untuk tatabahasa dalam arti
sedangkan artinya yang sebenamya tak seberapa bedanya. yang umum, berlaku juga untuk tatabahasa Indonesia. Sementara itu
Pembaca perhatikanlah sendiri teijemahan ini selanjutnya dan coba- sebagai tatabahasa dari sesuatu bahasa yang istimewa, telah selayaknya
lah memikirkannya seperti kami uraikan -diatas. pula tatabahasa Indonesia itu mempunyar soal2 dan syarat2 sendiri,
yang khusus baginya.
Dari: PEMBINA BAHASA INDONESIA, Juli-Agust.-Sept. ’48-Jan. ’49. Soal yang pertama sekali kita hadapi tentang tatabahasa Indonesia
ialah, bahwa bahasa Indonesia itu dalam artinya seperti kita pakai
sekarang ialah suatu bahasa yang bam tumbuh, seperti juga bangsa
Indonesia seperti yang kita maksud ialah suatu bangsa yang bam
tumbuh. Sejarah yang terletak dibelakang bam kira2 tiga empat puluh
tahun. Dalam waktu yang sependek itu ddam segala lapangan masya-
rakat dan kebudayaan, yang disebut Indonesia itu belum mempunyai
corak yang pasti, aturan2nya belum kentara kelihatan. Demikian di
lapangan bahasa, watas bahasa daerah dengan bahasa Indonesia belum
tetap, malahan di-mana2 masih kabur dari bercampur-aduk.
Sesungguhnya dalam segala bahasa sedikit banyaknya soal yang
demikian ada juga,. hanyalah dalam bahasa Indonesia soal itu lebih
niwat, lebih sulit oleh karena perpaduan dalam masyarakat dan ke­
budayaan Indonesia bam mulai benar. Tradisi bahasa Indonesia yang
bam masih sedikit benar; pembicara dan pengarang yang berbahasa

107
Indonesia sebagai bahasa persatuan yang dapat dipakai sebagai ukuran "termasuk ber-bagai2 pengamh, yang serta menetapkan sifat2 bahasa
masih belum tentu; perbedaan antara pengarang dan pembicara yang sa- Indonesia itu. Pengaruh itu ialah pertama sekali pengaruh bahasa2
tu dengan yang lain masih terlampau kentara ataii belum diselidiki daerah dan pengamh bahasa2 dan pikiran moderen.
dan diinsafkan benar. Dalam beberapa hal percampuran bahasa Melayu, bahasa2 daerah
dan bahasa dan pikiran moderen, menimbulkan sesuatu kekacauan ba­
SIFAT KHUSUS hasa, yang hams kita selesaikan, antara lain dalam tatabahasa Indo­
Dalam keadaan yang demikian sifat tatabahasa Indonesia, yang mes- nesia bam, agar bahasa Indonesia itu dapat menjadi alat kebudayaan
ti disusun sekarang ini, tidaklah mungkin se-mata2 menyelidiki bahasa dan pikiran yang baik di zaman. ini. Dalam menyelesaikan itu kita
yang dipakai orang dengan lisan atau tulisan. Tatabahasa Indonesia menghadapi beberapa kesulitan. Terlampau berpegang kepada tatabahasa
untuk zaman ini mesti lebih dari pada itu, ia mesti mengadakan Melayu Riau yang ada sekarang akan berakibat kita mendapat bahasa
ketetapan dalam keadaan yang belum tetap, ia mesti memilih diantara yang kaku, yang besar bedanya dengan bahasa yang dipakai dalam
ber-bagal2 aturan yang ber-beda2 itu, yang mana yang se-baik2nya buku, suratkabar dan pembicaraan. Lagi pula kita mesti ingat, bahwa
menurut kehendak zaman dan kebudayaan Indonesia yang sedang tum- dalam tatabahasa yang lama, yang ada sekarang, sangat hanyak soal
buh. Dengan pendek ia mesti bersifat normatif. yang belum diselesaikan, sedang susunannyapun telah tidak sesuai lagi
Dalam mengerjakan sekalian itu, maka waktu menyusun tatabahasa dengan paham ahli2 bahasa yang terkemuka zaman ini I). Terlampau
Indonesia yang baru itu. hamslah kita mengingatkan hal2 yang berikut • membiarkan pengamh dari bahasa2 daerah, kita akan mendapat suatu
Pertama bahasa yang kita sebut bahasa Indonesia itu ialah sambungan bahasa yang mudah dipakai se-hari2, tetapi kemudahan memakai se-
salah satu bahasa"2 Indonesia, Bahasa2 yang disebut bahasa Melayu. hari2 itu akan memgikannya sebagai bahasa persatuan dan bahasa yaiig
Bahasa2 Austria dipakai dalam lapangan kebudayaan yang tinggi. Sebabnya dalam keadaan
yang demikian kesatuan dan kepaduan aturannya akan lenyap. Pada
hal, seperti sesuatu kebudayaan itu kesatuan organis yang hidup, demi­
Bahasa2 Austro-Asia Bahasa2 Austronesia kian juga bahasa sebagai alat dan bahan kebudayaan, tak boleh- tidak
Semang ^1 mesti juga begitu : sekalian aturan yang terdapat dalam sesuatu bahasa
Sakai Bahasa2 Oseania mesti tersusun sebagai suatu kesatuan* yang hidup, lengkap dan bulat.
Polang
Hal ini hams dipegang benar2, sebab bahasa Indonesia sebagai
Mon Khmer
dsb. Polinesia bahasa yang tumbuh dari pergaulan yang ramai di pasar, di penjara,
di tangsi, di korhn, dll., menumt sejarahnya suka akan kelonggaran
Melanesia
aturan, belum insaf benar akan faedah ketelitian disiplin. Dan akhimya
banyhk membiarkan pengaruh bahasa dan pikiran moderen akan me-
Bahasa2 Indonesia nyebabkan bahasa Indonesia akan hilang sifatnya sebagai bahasa dari
rumpun bahasa2 Indonesia dan akan menimbulkan bagi kita ber-bagai2
kesukaran yang dari sekarang belum dapat diduga.
Bahasa2 Bagian Barat Bahasa2 Bagian Timur Kita hendaknya hams dapat membedakan aturan yang perlu dan
Melayu Solor menguntungkan bahasa Indonesia, oleh karena aturan itu berarti men-
Jawa Roti cocokkan diri kepada cara berpikir moderen, dengan aturan yang se-
Sunda Kisar mata2 terbawa dalam salah satu bahasa moderen (baca Indo Jerman)
Madura Tetun (Flores T.)
dan tidak bersangkut paut dengan syarat2 cara berpikir.
Tagalog Kupong ^ores B.)
Demikianlah menyusun tatabahasa Indonesia itu berarti mencahari
dsb. suatu kesetimbangan menghadapi bahaya2 tersebut dalam usaha menyu­
Rancangan pembagian bahasa, menurut W. Schmidt dalam Sprach- sun suatu kesatuan sifat dan syarat yang padu dalam bahasa Indonesia,
familien und Sprachkreise der Erde, Heidelberg 1926. sebagai alat dan bahan untuk pikiran dan kebudayaan di zaman ini.
Dengan perkataan sambungan itu dimaksud, bahwa antara bahasa
Melayu zaman yang lampau atau bahasa Melayu yang disebut Melayu 1) Bandingkan J. Gonda: Over oude Grammatika’s en ouds in de Grammatika
Riau dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sekarang ada Indische Gids, th. 58, hal. 865—878.

108 109

/
Sekaliannya ini mesti diingatkan dalam menyusun tatabahasa yang
baru itu. Supaya diketahui juga bagaimana cara menjalankannya, di ba-
wah ini dituliskan pekeijaan ber-turut2 yang dilakukan :
PERIBAHASA 1).

CARA BEKERJA.
I. Membuat daftar perbandingan dari isi kitab2 tatabahasa Melayu '’Bahasa ialah fiwa bangsa”
yang ada sekarang, supaya mendapat pemandangan yang jelas tentang i Sesungguhnya ucapan ini telah teramat sering diucapkan, sehingga ar-
aturan2 bahasa Melayu dan supaya dengan jalan demikian dapat diketahui feya telah mendangkal. Tetapi untuk mengerti akan arti dan kedudukan
soal2 tatabahasa Indonesia. Jeribahasa dalam kehidupan hangsa dan bahasa tidak boleh tidak kita
II. Membandingkan aturan2 tatabahasa Melayu itu se-dapat2nya de­ torus mendalami dan mendalamkannya kembali.
ngan aturan2 yang mengenai soal yang sama dengan dalam bahasa ' Sesungguhnya tidak ada bagian kebudayaan sesuatu bangsa yang lebih
daerah supaya mendapat pemandangan tentang susunan dan aturan Sjyata, lebih lengkap dan lebih luas menunjukkan persatuan sesuatu bangsa
y^g umum (asli ?) bagi segala bahasa2 Indonesia. tori pada bahasa bangsa itu. -Bukan saja karena bahasa yang sama suatu
III. Menyelidiki hal2 yang berhubungan dengan soal2 tatabahasa itu tongsa mempunyai tanda dan bunyi yang sama untuk henda, kejadian,-
dalam karangan 20' pengarang Indonesia yang moderen yang dipUih jerbuatan, pendeknya untuk pengertian yang terdapat dalam lingkungan
dengan teliti agar kesimpulan aturan2 tatabahasa yang diperoleh dari langsa itu, sehingga an^ota2 bangsa itu dapat saling mengerti, dapat
perbandingan I dan II dapat disesuaikan se-baik2nya dengan keadaan hertukar pikiran dan sampai-menyampaikan perasaan antara sesamanya,
zaman sekarang. tetapi disisi itu sebagai alat dan akibat pikiran, bahasa itu ialah pula
IV. Mempelajari ejaan2 bahasa2 Indonesia, bahasa MMaya dan yang Mmpanan perbendaharaan kekayaan batin hangsa itu. Tiap2 yang tertang-
dipakai dalam ilmu pengetahuan dan menyusun ejaan yang baru bagi Icap oleh pancaindera, tiap2 yang pernah terasa, terangan-angan, baik
bahasa Indonesia yang cocok ' dengan sifat2 bahasa Indonesia dengan ■fi penghidupan se-hari2 maupun pada kejadian y'ang luar biasa, baik
mengingat ejaan yang banyak terpakai di dunia ramai. dal^ ekonomi, politik, hukum 4sb. maupun dalam agama dan seni,
V. Mempelajari cara mengucapkan bahasa Indonesia di kalangan per- pendeknya tiap2 yang pernah terpikirkan oleh anggota2 bangsa itu, tidak
gaulan yang sopan, agar dapat menetapkan suatu cara mengucapkan i T)oleh tidak se-kurang2nya terjelma dalam .perbendaharaan kata2 bahasa
bahasa Indonesia yang dapat dipakai sebagai ukuran di zaman iiii. itu. Selain dari pada itu dengan tidak diinsafkan aturan bahasa itu me-
Dengan jalan T, II, III, IV dan V dapatlali tersusun tatabahasa Indo­ fflimpin pikiran tiap2 orang yang memakai bahasa itu menurut sesuatu
nesia yang bersahaja, yang dengan mengingat susunan bahasa2 Indonesia aluran yang tertentu. Lebih luas lagi kelihatanlah bahasa, yang tak lain
seumumnya, disesuaikan pula dengan bahasa Indonesia seperti yang ter­ dari pada penjelmaan pikiran dan cara berpikir sesuatu bangsa itu,
pakai oleh pengairang2 zaman ini. sebagai susunan aturan dan gambaran bagaimana bangsa itu meman-
Tentulah pekeijaaa- ini seluruhnya didasarkan kepada paham saijana2 dang dan memikirkan alam sekelilingnya dan menyusunkan hidupnya
tentang tatabahasa moderen dan uraian2 tentang perbandingan bahasa2 dalam alam yang amat banyak kemungkinannya.
Indonesia. Sebagai penjelmaan pikiran sudah kita lihat, bahwa tiap2 kata itu
mengandung pengertian. Seperti juga pikiran bergerak dan bersusun,
demikianlah kata2 itu bergerak dan bersusun. Susunan pikiran atau
Dari: PEMBINA BAHASA INDONESIA, Juli 1948. kata2 itu dalam masyarakat moderen merupakan pidato, uraian ilmu
pengetahuan, suatu roman, sandiwara, -sajak, dll. Pidato tersusun dan
sesudah diucapkan ia terorak pula. Roman tinggal ber-tahun2, dibaca
manusia ber-ulang2.
Dalam dunia moderen yang telah umum orang pandai membaca dan

1) Disini saya memakai pembagian saya sendin: peribahasa ialah nama umum
Untuk sekaliannya; pepatah sama dengan bidal, ibarat sama dengan.perumpamaan,
kiasan ialah perbandingan yang sudah menjadi peribahasa.

Ill
no
menulis, mudah tersimpan susunan pikiran yang panjang2 dalam buku, dikehendaki; pendeknya dengan saran yang biasanya berupa suatu per-
ber-tahun2 tiada ber-ubah2. Tetapi dalam masyarakat yang masih ber- bandingan.
sahaja susunan pikiran itu tersimpan dalam ingatap rakyat seumurnnya, Bagi kita telah teranglah bagaimana besarnya perbedaan antara pepatah
atau dalam ingatan orang2 tuanya. Disinilah juga terletak bedanya antara dengan ucapan bu,ah pikiran yang langsung. Tetapi oleh karena pada ha-
kesusasteraan dalam dunia bersahaja dan dunia moderen. bentuk kesusas- kekatnya tiap2 pengalaman itu suatu buah pikiran juga, malahan oleh
teraan dalam dunia bersahaja ialah teka-teki, mentera, dongeng kejadian karena tak adalah pengajaran dan bukti bagi manusia yang lebih tepat
bumi dan negeri, dongeng nenek-moyang turun ke dunia, orang2 yang dari pengalaman, mudahlah kita merigerti, apa sebabnya banyak pepatah
dimuhakan, dsb. yang diceritakan orang tua kepada anaknya. Serins yang dipakai orang sebagai pegangan hidup, sebagai nasihat, sebagai petua,
sekahannya itu berirama dan bersajak, supaya mudah diingatkan dan sebagai ajaran, sebagai bukti, sebagai aturan. Disini pepatah itu bersatu
supaya lebih sakti tenaganya. atau menjadi kabur watasnya dengan kata adat, dengan kata nasihat,
Sesungguhnya untuk memahamkan maka peribahasa sebagai buah dengan ucapan buah pikiran. Lagi pula sesungguhnya menurut asalnya
kesusasteraan, yaitu gerak jiwa manusia yang terikat dalam bahasa yang in- ada pepatah yang bermula pada ucapan buah pikiran, yang diucapkan
dah, hendaklah ia kita bawa ke sekitarnya, yaitu ke masyarakat2 oleh seorang yang besar, yang terkemuka, yang pandai. Oleh karena te-
bersahaja tempat ia lahir dan tumbuhjl). patnya cara ia mengucapkan itu, seringlah ucapan itu diulang orang, se-
Dalam peribahasa itu, masyarakat yang bersahaja yang tiada berapa Wngga lambat-laun turunlah kepada rakyat yang banyak dan terlupalah
luas Ungkungannya, yang penduduknya rapat bersatu lahir dan batin, si pencipta yang mula2 sekali mengucapkannya.
menyimpan sekalian pengalamannya dan buah pikirannya turun-temurun Dalam masyarakat moderen, di lapisan orang yang terpelajar, di lapisan
dalam bentuk2 yang singkat dan indah. Sengaja saya dahulukan perkataan pekeijaan manusia lebih ber-pisah2, di lapisan orang berpikiran lebih
pengalaman, sebab bahagian peribahasa yang terpenting, yaitu pepatah dalam khusus, sehingga orang lebih banyak perlu akan pikiran yang ter-
atau bidal, biasanya berbentuk sebagai ucapan pengalaman. Misalnya : istimewa, yaitu hasil dari pada pertimbangan dan perjuangan seorang2,
Seorang yang kepandaiannya atau tenaganya tiada seberapa, men-coba2 kedudukan pepatah sebagai penyimpan dan sumbar pikiran bertambah
mengeijakan sesuatu yang terlampau berat baginya; menurut pengalaman berkurang. Sebagai buah pikiran, sebagai bukti, sebagai nasihat, pepatah
pekeqaan itu tiada akan berhasil. Kalau orang melihat pekeijaan demikian itu. diganti oleh sitat (kutipan) dari orang ahli, yang sudah menyelidiki
itu tiada berhasil, maka dikatakan oranglah : "Kalau kail panjang sejeng- dan mempertimbangkan ucapannya itu se-dalam2nya, atau se-kurang2-
kal, jangan laut hendak diduga" Orang yang pergi merantau, meski bagai- nya yang dapat dijamin keahliannya. Sementara itu dalam masyarakat
mana jauhnya dm lamanya, biasanya akhirnya kembali juga ke negerinya, moderen ada sesuatu bentuk kesusasteraan yang bentuk dan gunanya sa-
e kampung halamannya. Dalam hal yang serupa itu kata orang : "Se- ngat banyak persamaan dengan pepatah dalam masyarakat bersahaja, yai­
tinggi2 terhang bangau, kembalinya ke punggung kerbau juga”. Orang tu aforismus atau kata budiman. Sedangkan pepatah itu mengandung pe­
yang amat mahir mengeijakan sesuatu, tetapi pada suatu hari m'embuat ngalaman dan buah pikiran masyarakat yang padu bersatu, aforismus
kesalman, dikatakan orang : ”Se-pandai2 tupai melompat, sekali terjatuh kata budiman itu sebagai buah masyarakat moderen yang lebih ber-
pecah-belah, menyimpulkan pikiran seseorang.
juga
Demilaanlah isi pepatah itu biasanya suatu pengalaman yang umum. Persamaan pepatah dengan peribahasa yang lain seperti kata adat,
Tetapi pengalaman itu bukan diucapkan sebagai suatu kesimpulan pi­ Verumpamaan dan kiasan, terletak se-mata2 dalam-cara mengucapkan
kiran yang langsung, seperti : ’’Kalau tenaga tiada cukup, janganlah me­ Gsuatu pildran . sekaliannya tiada memakai jalan yang langsung, teta-
ngeijakan pekeijaan yang berat”. ”Se-jauh2 orang merantau, kembalinya Pi memakai perbandingan. Tetapi perbandingan dalam sesuatu pepatah
ke negerinya juga”. ”Se-pandai2 orang tentu membuat salah”. ^rmg benar berbeda dengan perbandingan setiap hari, malahan dengan
Cara mengucapkannya itu ialah dengan tiada langsung, dengan me- ^roandingan yang terdapat dalam kiasan atau perumpamaan. Kiau kita
ngemukakan suatu gambaran, yang boleh membangkitkan pikiran yang akan, dagunya sebagai lebah bergantung, keadaannya sebagai telur di
mng tanduk atau seperti air di daun tales, maka sekalian kiasan itu
masih dapat ditimbang dengan syarat2 perbandingan yang biasa. Tetapi
1) Tentang masyarakat bersahaja itu bacalah: ’’Puisi Lama .sebagai pancaran ^rhatikan pepatah : "Air cucuran atop, jatuhnya ke pelimbahan juga”.
masyarakat lama daiam kitab: Puisi Lama. Peribahasa umumnya termasuk bahasa ^pakah yang dikiaskan dengan air cucuran atap ? Apakah dengan pelim-
berirama, sehingga baik juga dibaca uraian tentang itu. ^nan ? Tiada sekali2 terang, malahan kalau ditilik benar2, kita harus

112 113
mengakui, bahwa perbandingan dalam pepatah itu sebenamya berlawanan
dengan sifat perbandingan yang baik. Disini tampak lagi kelebihan sifat
pepatah sebagai buah kesusasteraan, yang mengemukakan sesuatu buah
pikiran atau perasaan sebagai denyaran kilat, sebagai lontaran saran pikir-
an yang cepat dan tepat. Hati harus terbuka menerimanya, analisis pikiran
yang cerewet tiada akan mungkin mengartikannya.
Sementara itu umuinnya pepatah, kata adat, perumpamaan dan kiasan
memakai perbandingan yang indah. Dalam perumpamaan atau ibarat
perbandingan itu boleh sangat panjang, sampai menjadi sebuah cerita
yang dihadapkan kepada manusia sebagai kaca perbandingan.
Tentang indahnya perbandingan, perhatikanlah pepatah yang berikut :
Lalang yang terbakar secerek menumpang mati. Dan: PEMBINA BAHASA INDONESIA, Agustus 1948.
Kukur apa kepada kukur, kelapa juga yang binasa.
Lihat pula dalam perbandingan dalam kata adat seperti:
Dimana ranting dipatah, disitu air disauk.
£^S)miana lanakdipijaki diskuianpt dijunfung.
Akar terjumbai tempat si amang berpegang, dahan menganjiv tempat
tupai menegun.
Sekalian perbandingan dalam pepatah, kata alat, perumpamaan dan
kiasan itu terang benar menyatakan kepada kita, betapa rapatnya peng-
hidupan nenek moyang kita beijalin dengan alam sekelilingnya, betapa
tajamnya ig melihat alam dan betapa mesranya alam itu terasa kepadanya
sebagai kaca perbandingan dari pada hidupnya, Dibandingkan dengan me-
reka, pujangga2 angkatan baru masih tercecer, masih banyak yang harus
diusahakannya. Masih banyak mereka harus belajar memakai matanya
dan membuka hatinya untuk alam kepada "pujangga” masyarakat lama
”yang tiada bernama'’ itu.
Tetapi bukan saja tentang tepat dan mesranya perbandinpn periba-
hasa itu angkatan baru dapat belajar dengan khidmat, tentang hal yang
lain2pun peribahasa lama itu sering tiada teratasi indahnya. Alangkah
penuh artinya, alangkah kayanya akan isi ucapan seperti : "Air jemih
ikannya jinak". Dan perhatikanlah betapa ringkasnya ucapan : "Kalah
jadi abu, menang jadi arang” dan saktinya dan dalamnya ucapan "Sela-
ma air hilir, selatna gagak hitam”.
Selain daripada itu bagi telinga yang mendengar, dalam ketiga peri­
bahasa yang aldiirJni bersinar irama yang khas, sesuai benar dengan bunyi
dan isi kata2nya. Alangkah indahnya, alangkah pandainya nenek moyang
kita memakai alat bahasa nintuk menyatakan isi kalbunya. Alangkah
indahnya dal^ peribahasa lama itu bersatu sekalian syarat2 "budi ke­
susasteraan yang mumi : kiasan, bunyi, irama, sekaliannya padu bersatu
untuk menyatakan gerak jiwa manusia.
Tidaklah puas2nya saya menasihatkan angkatan baru : ’’Perhati­
kanlah ! Perhatikanlah ! ........................ Bukan, bukan untuk bersimpuh

114
115
bahasa itu, atau dengan perkataan lain, menyelidiki hukum bahasa itu.
Jadi pekerjaan tatabahasa bahasa Indonesia ialah menyelidiki hukum
bahasa dalam lingkunganbahasa Indonesia.
ARTI DAN GUNA TATABAHASA
Tatabahasa dalam kebudayaan.
Batasan. Dalam tatabahasa itu pikiran manusia memikirkan (ucapan-) pikiran
Bahasa ialah ucapan pikiran dan perasaanil) manusia dengan teratur manusia; jadi pikiran manusia dalam arti yang luas (sebagai penjelmaan
pikiran dunia yang luas atau budi) membagi dirinya 'dalam dua bagian,
dengan memakai alat suara.
Menurut batasan ini bahasa itu terbagi dua bahagian. Pertama bahagian yaitu bahagian yang dipikirkan atau bahagiah objektif, dan bahagian
modi atau isi : yaitu pikiran. Tidak ada bahasa kalau tidak ada pikiran. yang memikirkan atau bahagian subjektif. Demikian kedudukan tataba­
hasa yang ditimbulkan pertemuan atau perkenalan kembali keduanya
Kedua ialah bahagian zahiri, atau bahagian cara : yaitu suara yang ter-
itu, ialah suatu tingkat ymg penting dalam tumbuh pUdran manusia un­
atur. tuk sadar akan dirinya sendiri, sebagai suatu tenaga yang tidak habis2-
Kalau seseorang berbicara tidak boleh tidak ia mengucapkan pikiran
yang berbentuk suara, atau dengan perkataan lain : ia mengemukakan nya menciptakan.
Berhubung dengan ini, kalau kita selidiki bagaimana kedudukan ilmu
suatu isibahasa dalam suatu bentukbahasa.
tatabahasa. dalam.^,tumbuhnya kebudayaan? .sebagai-.penjelmaan„j)ikiran..
'JM kita- aelidiki'-leBanarijut ternyatalah kepada Mta, bahwa beda an-
manusia, maka nyatalah kepada kita, bahwa timbulnya ilmu tatabahasa
tara isibahasa dengan bentukbahasa amat besar. Isibahasa atau pikiran
ialah suatu peristiwa dalam jiwa manusia, sedangkan suara ialah suatu dalam lingkungan suatu b^ngsa menunjukkan kemajuan pikiran dan kebu­
peristiwa pada badan manusia. Baik peristiwa pikiran maupun peristiwa dayaan bangsa itu sampai kepada suatu tingkat kecerdasan yang nyata.
suara menurut hukumnya masing2, yaitu pikiran menurut hukum ilmu Tiap2 bangsa, meski bagaimana sekaUpun bersahajanya, tidak boleh
jiwa (dan logika atau mantik), sedangkan suara menurut “hukum ilmu tidak mengucafdcan pikirannya dengan teratur, tetapi dalam tingkatan ke­
alam. Tetapi didalam bahasa hukum kedua peristiwa yang amat besar be­ cerdasan yang mula2 manusia tiada pernah menginsafkan dirinya akan
da sifatnya itu mendapat suatu kecocokan, sehingga kita menghadapi aturan itu. Manusia mengucapkan pildrannya dengan sendirinya, seperti
suatu persatuan yang baru, yang- mempunyai hukum sendiri, yang kita se- segala sesuatu didalam alam berlaku teratur dengan sendirinya.
Tetapi lambat-laun manusia itu mulai sadar akan aturan yang terdapat
but bahasa.
Ilmu tatabahasa dalam arti yang luas kerjanya ialah menyelidikt ke- di-mana2 dan mulai memikirkannya.
cocokan hukum jiwa dengan hukum suara, atau dengan kata yang lain ■ Telah selayaknya yang mula2 sekali dipikirkannya itu yang rapat ber-
hubungan dengan keperluan peri kehidupannya, seperti makanan, pem-
hukum bahasa. belaan diri, dsb. Lama benar baru manusia yang bersahaja itu sampai ke
Sulitnya dalam hal ini ialah, bahwa bentukbahasa yang dipakai oleh
manusia di dunia untuk mengucapkan suatu isibdiasa tidak sama, ma- tingkat memikirkan alam dengan tiada langsung berhubungan dengan
lahan sangat banyak bedanya. Atau dengan kata yang lain, di d"nia keperluan peri kehidupannya. Dan dalam hal ini pemikiran diri sendiri
amat banyak jumlah (bentuk -) bahasa yang besar bedanya. Apa sebabnya ialah salah satu lan^ahnya yang terakhir, yang menghendaki tumbuh
maka sebanyak itu (bentuk -) bahasa manusia, hingga sekarang belum pikiran manusia yang lebih lanjut dan kebebasan manusia yang lebih
seorang juapun yang dapat menjawabnya, meskipun sebanyak itu ahli besar dari alam.
yang telah berusaha menyelidiki dan memikirkannya. Demikianlah tatabahasa yang tertua di dunia terdapat di negeri tempat
Demikianlah bentukbahasa itu bergantung kepada lingkunganbahasa. kecerdasan pikiran manusia, tempat filsafat mula2 sekali mencapai kema­
Pekerjaan ilmu tatabahasa sesuatu bahasa ialah m^nyehdiki aturan juan. Di. India, terdapat ahli2 ilmu tatabahasa di abad keempat sebelum
yang terdapat antara isibahasa dengan bentukbahasa dalam lingkungan- Masehi.
Nama Panini masih mengagumkan orang zaman sekarang. Dan bukan
kebetulan di benua Eropa ilmu tatabahasa timbul di zaman kemegahan
1) Kombinasi perasaan dan pikiran ini sebenainya tidak betul, sebab dalam
bahasa perasaan itupun sebagai segala sesuatu yang lain, ialah pengertian, jadi filsafat Yunani, ketika orang melepaskan dirinya dari belenggu keperca-
yaan kepada dewa dan kebiasaan, dan menghadapi alam dan diri sendiri
sebentuk pikiian juga. Sebab itu selanjutnya akan dipakai perkataan pikiran saja.

116 117
terbesar dan terpenting timbul dari pada kebudayaan- manusia,
dengan penyelidikan dan pikiran yang bebas. Nama Plato dan Aristoteles, sebaliknya serta pula menetapkan arah tujuan, malahan serta pula menim-
bulkan kebudayaan. Sebabnya tidak ada suatu ciptaan kebudayaan yang
yaitu kedua kemuncak filsafat Yunani yang gilang-gemilang itu, rapat be-
ijaru, yang tidak telah tersedia bahan dan pedomannya dalam bahasa.
nar terjalin dengan sejarah timbulnya ilmu tatabahasa di Eropa.
Dalam perhubungan bahasa dan kebudayaan yang dialektis inilah, ter-
nyata kepentingan ilmu tatabahasa sebagai ilmu aturan bahasa manusia,
Gum tatabahasa.
yaitu apabila manusia itu telah tiba ke tingkat ia berdaya upaya dengan
Setelah mengetahui, apa yang dinamakan tatabahasa dalam arti yang hisaf untuk memajukan kebudayaan. Sebagai orang tani yang menyemai-
luas dan kedudukannya dalam tumbuh kebudayaan. sebagai peroses bang- kan bib'itnya tiada dapat memperoleh hasil baik, apabila ia tidak tahu
kitnya kesadaran manusia, timbuUah pertanyaan, apakah gunanya ilmu sifat tanah tempat ia menyemai,- demikian pula tiap orang yang bekeija
tatabahasa itu bagi kita. di lapangan kebudayaan seperti yang disebut diatas, tiada akan dapat ha­
Guna yang nyata ilmu tatabahasa itu ialah, oleh karena mengetahui sil yang memadai apabila ia tiada tahu sifat2 bahasa yang dipakainya,
hukum sesuatu bahasa itu membantu kita mengerti ucapan dalam bahasa bahasa yang menjadi pesemaian tempat kebudayaan tumbuh. Dan demi-
itu. Disini sengaja dikatakan ntembantu, oleh karena masih banyak kianlah dalam zaman moderen ini ilmu tatabahasa telah menjadi salah
orang salah faham, menyangka bahwa tatabahasa itu ihengajar kita mema- satu ilmu dan cabang kebudayaan yang penting.
kai atau mengerti bahasa, atau tatabahasa itu menetapkan aturan bahasa.
Bahasa ialah suatu kebiasaan; kalau kita menulis : saya sakit dan says ^ntukbdhasa,
menderita, maka pedoman kita menulis itu se-mata2 tidak lain,dari pada
kebiasaan; tatabahasa hanya menerima saja sebagai suatu atutanyang ada Kalau kita disini memakai perkataan bentukbahasa, sesungguhnya isi
dalam bahasa. Tetapi sebaliknya, kalau idta menghadapi sebuah kalimat perkataan itu sangat luas. Segala sesuatu cara bahasa terjelma, dapat kita
sebut bentukbahasa. Sebab itu pengertian bentukbahasa itu harus kita
yang sulit yang kita tidak mengerti, baik karena sulit susunan katanya,
tinggalkan pula, kita ganti dengan pengertian yang .lebih nyata, agar kita
maiipun karena sulit bentuk katanya, biasanya kita berusaha mempersa-
dapat memulai penyelidikan kita.
hajakan kalimat itu; kita bawa ia ke susunan dan bentuk yang biasa, se-
hingga susunkaUmat dan bentukkata itu lebih jelas bagi kita. Demikian
Bahasa lisan dan bahasa tulisan.
juga dalam menyusunkan pikiran yang sulit dalam bentukbahasa, penge- t
tahuan tentang tatabahasa banyak benar dapat menolong kita. Bentukbahasa itu dapat merupai suatu pembicaraah, suatu pidato, suatu
Kepentingan kedua peristiwa ini lebih nyata lagi, apabila kita mem- pertunjukan sandiwara, suatu sajak, suatu roman atau hikayat, dsb., De­
pelajari bahasa asing, yaitu bahasa yang bukan kita ketahui dengan sen- ngan pendek bentukbahasa itu dapat diucapkan atau dituliskan, sehingga
dirinya. Sementara itu bagi tiap2 orang biasanya dalam bahasanya sendiri ada bentukbahasa ucapan atau lisan dan ada bentukbahasa tulisan.
sekalipun ada susunan atau bentuk yang pada suatu ketika atau tempat, Dalam bahasa lisan kita mendengar seleretan bunyi, yang diseling
sedikit banyaknya asing baginya. oleh perhentian yang panjang atau pendek. Lagi pula leretan bunyi
Tetapi selain dari pada guna yang.peraktis ini ada lagi paedah tatabahasa Itu tidak rata atau tenang saja, tetapi berlagu turun'naik, mempunyai
yang lebih dalam dan luas, baik bagi manusia seorahg2,'maupun bagi bang- tekanan suara keras atau lembut, tinggi atau rendah, sedangkan bahagian2
sa sebagai suatu satuan kebudayaan. Untuk mengetahuinya, hendaklah bunyi atau suara itu mungkin ada yang dipanjangkan atau dipendekkan.
kita insafkan, bahwa bahasa itu bukan saja alat pergaulan, alat mengucap- ^kaliannya ini rapat sekali perhubungannya dengan keadaan pikiran atau
kan pikiran dalam kehidupan se-hari2, tetapi tak kurang, malahan lebih isibahasa. ■
besar lagi kepentingannya sebagai alat yang dipakai oleh tiap2 cabang Dalam benfukbahasa tuUsan bunyi atau suara bentukbahasa lisan
kebudayaan. Dan teristimewa di cabang2 kebudayaan yang tinggi, seperti itu dipindahkan kepada tanda tulisan. Telah selayaknya tidak sekalian
ilmu pengetahuan, filsafat, seni, agama, dll., bahasa yang hanya diketahui bunyi yang diucapkan itu dapat diganti dengan, tanda. Dalam bahasa
dari kehidupan se-hari2 itu tiadalah memadai lagi. Di bahagian2 ini ter- Indonesia lebih banyak bunyi yang terdengar dari pada yang dapat
nyata, bahwa bahasa itu bukan saja suatu alat yang dipakai oleh kebu­ dinyatakan dengan 26 buah huruf abjad Latin atau 28 huruf abjad
dayaan (baca ; pikiran), tetapi tak kurang pula vasn]2i^ suatu faktor yang Arab. Demikian juga lagu, tekanan, jangka dan perhentian dalam ba­
hasa lisan, tidak dapat diganti dengan sempuma oleh tanda2 seper- i
terutama untuk kemajuan kebudayaan.
Bahasa sebagai suatu kumpulan aturan dan pengertian yang sebahagian
119
118
I

ti , . ! ? dsb. Dalam bahasa tulisan banyak benar yang terserah kepada Dalam bentukbahasa lisan mungkin sekali kita mendengar orang
pengalaman orang yang membaca tulisan itu. Kekurangan pengalaman berkata; sayadudukdikursi.
itu terasa benar kepada kita, apabila kita membaca tulisan bahasa asing, Segala suara bersatu. Tetapi teristimewa dalam bahasa tuhsan kehhatan
yang kita belum paham. bahwa kalimat itu terbagi dalam beberapa satuan kumpulan huruf yang
Untuk memudahkan sekadarnya orang membaca tulisan, maka diada- boleh dikatakan tetap dan selalu kembali. Kalau kita perhatikan benar2
kan ejaan yang teratur, yang menetapkan bunyi bagi tiap2 tan da tulisan. dalam bentukbahasa lisanpun terdapat satuan kumpulan bunyi yang
Perbedaan tanda dengan bunyi itu membawa perbedaan yang lain, selalu kembali dan yang boleh dikatakan tetap itu. Satuan huruf atau
yang tak kurang pentingnya. Selainnya dari pada alat bunyi itu lebih bunyi yang demikian itu disebut orang kata.
sempurna dari alat tanda, dalam bercakap si pembicara mempunyai Kata yang tercerai berdiri sendiri biasanya artinya tiada nyata, tetapi
alat sama cepatnya dengan jalan pikirannya, yang setiap saat dapat dalam kekaburannya itu tidak se-kali2 kita dapat berkata, bahwa ia ko-
di-ubah2 sesuka hati. Lagi pula segala sesuatu yang kurang dalam song, sebab ia mengandung beberapa kemungkinan artil),yang baru ken-
suara, dapat ditambah dengan gerak muka, cahaya mata, gerak tangan, tara dan tegas dalam hubungan kalimat yang tertentu. Kalau seseorang me-
dsb. nyebut perkataan anak, kita belum mungkin tahu apa yang dimaksudnya,
Dalam bahasa tulisan si penulis terpaksa lebih tenang dari si 'pembi­ meskipun perkataan anak itu telah mulai mengarahkan pikiran kita ke
cara, karena pekerjaan menulis lebih banyak memakan waktu dari peker- suatu tujuan. Beberapa kemungkinan terbayang kepada kita : anak ma-
jaan mengeluarkan suara. Sebaliknya karena itu dalam tulisan pikiran nusia, anak hewan, anak yang sakit, anak yang pandai dsb. Kita barulah
itu sering dikeluarkan lebih sempurna, lebih lengkap. Lagi pula segala mendapat kepastian yang se-benar2nya tentang arti yang dikandung da­
sesuatu yang kekurangan pada tanda tulisan dari pada bunyi, harus di- lam kata anak itu, apabila perkataan anak itu tersusun dalam kalimat,
ganti oleh si penulis dengan alat yang lain. Sering misalnya si penulis yaitu di-tengah2 pengertian yang lain. Saya mengajak anak saya yang
lebih banyak harus memakai kata dari si pembicara.
bungsu ber-jalan2.
Tentulah, baik bentukbahasa lisan, maupun bentukbahasa tulisan Kalau dipikirkan lebih lanjut tentulah kalimat ini sebahagian dari suatu
dapat pula dibagi dalam beberapa bahagian. Bentukbahasa sandiwara cerita atau uraian yang lebih panjang.
lain dari pada bentukbahasa pidato, bentukbahasa percakapan di rumah Sekarang kita telah mendapat dua pengertian yaitu : kata dan kalimat.
lain dari pada bentukbahasa pertukaran pikiran antara ahli politik. Kata ialah satuan kumpulan bunyi atau huruf yang terkecil yang me­
Bentukbahasa sajak lain dari pada bentukbahasa roman, bentukbahasa
ngandung arti atau pengertian.
surat dagang lain dari pada bentukbahasa ilmu pengfetahuan. Kalimat ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung
susunan pikiran yang lengkap.
Kalimat dan kata. Di atas tadi dikatakan, bahwa arti sebuah kata itu bergantung benar ke­
Selain dari pembahagian bentukbahasa atas bentukbahasa lisan dan pada kahmat tempat kata itu tersusun. Tetapi oleh karena kalimat itu
bentukbahasa tulisan, bentukbahasa itu dapat juga dibagi menurut luas teqadi dari kata2, malahan oleh karena kalimat itu tidak lain dari pada
leretan kata2 yang masing2 menentukan arti sesamanya, telah semestinya
dan lengkapnya pikiran terucapkan dalam bentukbahasa itu.
Di atas sudah kita lihat, bahwa susunan pikiran itu mungkin ber- pulalah kalimat itu sangat bergantung kepada kata, sehingga pergantungan
antara kata dan kalimat itu ialah pergantungan yang bertimpal balik.
bentuk suatu percakapan, suatu sandiwara, suatu uraian ilmu pengeta-
huan atau suatu sajak. Sekaliannya itu boleh kita anggap satu satuan
Kmu tatabahasa dalam arti yang umum.
susunan pikiran yang lengkap. Tetapi suatu susunan pikiran seperti suatu
Ilmu tatabahasa dalam arti yang umum dan sering dipakai orang ialah
uraian ilmu atau suatu roman itu tersusun dari satuan pikiran yang
ilmu yang teristimewa menyelidiki dan menguraikan aturan pemakaian
kecil2, yang diucapkan dalam satuan bentukbahasa yang disebut kalimat.
Demikianlah kalimat ialah satuan bentukbahasa yang terkecil yang mengu- kalimat dan kata dalam perhubungan pikiran manusia yang memakai ben­
capkan suatu pikiran yang lengkap. Dalam bentukbahasa lisan kalimat tukbahasa.
itu ialah leretan bunyi yang lengkap dengan lagu, tekanan, jangka dan
Dari: PEMBINA BAHASA INDONESIA, Nopember 1948!
perhentianpya. Dalam bentukbahasa tulisan kalimat itu kelihatan sebagai
suatu leretan beberapa kumpulan huruf yang biasanj^a dimulai oleh 1) Keterangan arti kata dalam kamus sebenarnya tak lain dari kemungkinan2
huruf besar dan diakhiri oleh . , ! ? dsb.
arti kata, itupun tak pernah lengkap benar.

120 121
“onesia yang se-mudah2nya dan se-efisien2nya. Sebab sebagai orang
fevasa yang mempunyai kerjanya sendiri, waktu mereka tidak berapa
feyak, sedangkan kecakapan mereka untuk menghafalkan kata2 telah
teh lebih kurang dari kanak2.
Kalau disini dikemukakan bagi orang2 dewasa, pada hakekatnya hal
MERASIONALISASIPELAJARAN BAHASA INDONESIA it« penting juga bagi pelajaran bahasa untuk kanak2 di sekolah. Suasana
di sekolah yang berbeda dari suasana di riimah ditambah pula dengan
Tentang kedudukan bahasa Indonesia di masa sekarang dan di masa ber-bagai2 vak yang baru, bagi kanak2 telah cukup membawa kesukaran,
yang akan datang dalam masyarakat Indonesia, bolehlah kita katakan, ti- pula ditambah lagi oleh beban yang lain, yaitu metoda menga-
dak adalah lagi orang yang sangsi. Bahasa Indonesia bukan saja sudah Jarkan bahasa yang tidak efisien.
diakui sebagai bahasa persatuan, tetapi sudah diterima di seluruh kepulau- Sementara itu dalam beberapa puluh tahun yang akhir ini, soal mera-
an kita sebagai bahasa resmi. sionalisasi pelajaran bahasa telah menjadi soal umum di kalangan kaum
Berhubung dengan ini mestilah kita sekarang berusaha supaya tiap2 pengajar bahasa. Nama2 Thorndike, Purin, West, Palmer dll. telah terkenal
orang Indonesia bukan saja dapat mengerti bahasa Indonesia itu, tetapi sekali oleh usaha mereka untuk membuat pelajaran bahasa yang berdasar-
dapat juga memakainya dengan baik. kan penyelidikan dan penghitungan kata2 yang terbanyak dipakai dalam
Seperti umum sudah diketahui, orang2 Indonesia yang memakai ba­ Hngkiingan sesuatu bahasa, sehingga pelajaran bahasa itu menjadi efisien
hasa Indonesia sebagai bahasa se-hari2, atau dengan kata yang lain, se­ dan mudah. Dan di Indonesia ini sebelum perang Alb. de la Court sudah
bagai bahasa yang diterimanya dari orang tuanya, amat sedikit jumlah- berusaha pula merasionalisasi pelajaran bahasa Belanda. Dalam tahun
nya. Hal itu disebabkan oleh karena di kepulauan kita ini amat banyak 1934 terbit risalah “Rationeel Taalonderwijs” oleh H. Bongers dan Alb.
jumlah bahasa yang dipercakapkan. Meskipun sekalian bahasa2 itu ber- de la Court dan dalam tahun 1937 telah terbit hasil penyelidikan di-
saudara dengan bahasa Indonesia, tetapi perbedaannya cukup besarnya, bawah pimpinan Alb. de la Court tentang kata2 dan hubungan kata2
sehingga bagi banyak orang Indonesia pada hakekatnya bahasa Indonesia bahasa Belanda berhubung dengan seringnya' terpakai (frekuensinya, di-
itu balrasa asing yang mesti dipelajarinya, meskipun tidak'seasing bahasa katakan orang dalam bahasa asing) sebagai dasar pengajaran bahasa Belan­
Inggeris, bahasa Belanda, bahasa Hindustani, atau bahasa Tionghoa, yang da yan^dirasionalisasi.
masuk rumpun bahasa yang lain. Demikianlah ber-juta2 bangsa Indonesia Apakah dimaksud dengan merasionalisasi pelajaran bahasa ?
tiada akan dapat mengerti atau memakai bahasa Indonesia dengan baik, Palmer, salah seorang yang paling terkenal, diantara ahli pemudahkan
apabila mereka tidak diberi pelajaran bahasa itu. Malahan kita dapat maju pelajaran bahasa itu, berkata tentang metodanya :
selangkah lagi : orang2 yang iberasal dari daerah yang dinamakan daerah “Grading” berarti meningkat dari yang sudah diketahui kepada
Melayu sekalipun, masih mesti belajar bahasa Indonesia, oleh karena yang belum diketahui dengan cara yang mudah. Tiap2 tingkat meru-
antara logat2 bahasa Melayu itu dengan bahasa Indonesia yang kita sebut pakan persiapan tingkat berikut. Dalam pelajaran bahasa yang te­
bahasa persatuan atau bahasa resmi sekarang, ada perbedaan yangbesar. lah disusun ber-tingkat2 dengan baik, kata2 yang berguna akan
Jadi bagaimana soal ini diputar balik, untuk kemajuan kebudayaan dan dipelajari lebih dahulu daripada kata2 yang kurang gunanya. Hen-
masyarakat kepulauan kita ini dalam arti yang se-luas2nya, perlu sekali daknya kita ingat, bahwa ada 2 macam kata2 yang berguna :
diadakan pelajaran bahasa Indonesia yang se-luas2nya, bukan saja di Pertama, kata2 yang berguna, karena artinya sendiri, arti intrisik-
sekolah, tetapi juga diluar sekolah. Teiutama oleh karena baik di daerah nya. Kedua, kata2 yang berguna sebagai pembentuk kalimat.
Republik, maupun di daerah Indonesia Timur dll., orang telah mulai Kecepatan kemajuan si murid sangat bergantung kepada cara
memberantas butahuruf, perlu sekali pelajaran bahasa Indonesia itu diper- menyusun tingkat2 kata2 tadi. Dengan 25 perkataan yang terpilih
hatikan benar2. Pemberantasan butahuruf, yang tidak sejalan dengan dapat kita membentuk lebih banyak kalimat2 yang berguna daripada
pelajaran bahasa Indonesia yang agak baik, tidak ada paedahnya, sebab sangka kebanyakan orang, dengan 500 kata yang terpilih, tidak
kebanyakan kitab2, suratkabar dan majalah tertulis dalam bahasa Indone­ terhitung banyaknya kalimat2 yang berhatga yang dapat dibentuk...
sia. Orang yang tidak pandai bahasa Indonesia itu masih tetap akan buta­ Jumlah kata2 yang tidak seberapa itu membentuk suatu inti
huruf juga, meskipun sudah pandai menulis dan membaca, apabila ia ti­ yang subur, dan inti itu ada dua manfaatnya ; Bukan saja ia mem-
dak pandai bahasa Indonesia. berikan perkataan yang berguna bagi si murid, tetapi iapun men­
Teristimewa bagi golongan yang besar, yang segera akan pandai mem­ jadi pusat penarik bahan bahasa yang baru”.
baca dan menulis inilah kita perlu sekali suatu cara mengajarkan bahasa

122
Dan ditempat yang lain ia berkata :
’’Kalau dimasukkan kata2 bentuk2 yang jarang dipakai, yang
kuno dan tak berguna, sedangkan beberapa bahan bahasa yang
paling banyak dipakai dan paling berguna tidak dimasukkan, hal TUMBUHNYA BAHASA INDONESIA DAN SOAL2NYA.
itu bertentangan sekali dengan dasar susunan tingkat dan juga de-
ngan dasar proporsi”. Peijuangan untuk bahasa Indonesia pada hakekatnya sejalan dengan
Metoda menyelidiki dan menghitung frekuensi kata2, dll. ini se'be- kebangunan bangsa Indonesia dan perjuangannya untuk kemerdekaaimya
narnya tidak lain yang dikehendakinya dengan apa yang telah kita laku- diantara bangsa2 yang lain. Dalam usaha bangsa Indonesia untuk menaik-
kan pada pelajaran ilmu bumi, yaitu kita mulai mengajarkan kota2, kan derajatnya, pertama sekali amat besar hasratnya, untuk mempelajari
gunung2, sungai2, hasil2, dsb. yang terbesar dan terpenting dan dari sana bahasa Belanda, oleh karena bahasa Belanda dianggapnya sebagai jalan
meningkat kepada yang kurang besar dan kurang penting, dan demikian yang se-baik2nya dan se-langsung2nya untuk mendapat kepandaian, ilmu
selanjutnya. dan derajat yang sama dengan bangsa Belanda. Demikian pada permulaan
Dalam keadaan masyarakat Indonesia seperti sekarang ini pada hake- abad ini permintaan untuk masuk ke sekolah Belanda bertambah lam.
katnya merasionalisasi pelajaran bahasa Indonesia buat sekolah dan buat bertambah besar. Antara lain Pemerintah Hindia Belanda mengadakan
orang dewasa itu lebih mendesak. Sebab itu dengan karangan ini kami sekolah : Hollandsch Ini. Scholen untuk memenuhi hasrat itu sekedar-
hendak menarik minat golongan2 ahli pendidikan dan bahasa serta nya; segera ternyata bahwa di-mana2 jumlah orang yang minta masuk
golongan2 yang bertanggung jawab tentang pengajaran kepada soal ini. sekolah itu jauh lebih besar dari jumlah tempat yang disediakan. Pada
waktu itu bahasa Belanda mempunyai kesempatan yang baik benar untuk
Dalam waktu yang cepat kita mesti mempunyai daftar tentang fre­
menjadi bahasa pergaulan di seluruh masyarakat Indonesia.
kuensi kata2 dalam bahasa Indonesia. Bahwa membuat daftar yang serupa
Ahli pendidik Belanda yang terbesar yang pernah ada di Indonesia
itu Untuk bahasa Indonesia agak lebih sukar dari untuk bahasa Belanda,
yaitu Dr. G.J. Nieuwenhuis, insaf akan hal itu dan senantiasa ia meng-
oleh karena bahasa Indonesia belum tumbuh benar dan kesatuannya belum
anjurkan penyebaran bahasa Belanda. Antara lain ia berkata, kalau
tetap, tak usah diuraikan lagi. Tetapi sementara itu kesukaran itu bukan-
semiliun saja orang Indonesia yang pandai berbahasa Belanda, maka
lah kesukaran yang tidak akan dapat diatasi.
kitab2 Belanda dan barang2 Belanda akan lebih banyak dan lebih lama
Berdasarkan daftar frekuensi daripada kata2 Indonesia yang serupa laku di Indonesia. Ditunjukkannya akan contoh Sepanyol, yang se­
itu dapatlah kita merhbuat kitab pelajaran dan kitab bacaan yang dirasio-
karang sudah menjadi negara kecil, tetapi masih penting juga artinya
nalisasi buat sekolah dan buat orang dewasa. Kalau kita perhatikan
diantara bangsa2 di dunia, karena bahasa,Sepanyol dipakai di Amerika
kitab2 pelajaran bahasa yang ada sekarang, yang kata2nya tidak diselidiki
Selatan dan di Pilipina, dan lebih jelas lagi hal itu tentang kerajaan Ing-
sedikit juapun, dengan mudah dapat kita mengemukakan kata2 dan
geris yang bahasanya sekarang ini menjadi bahasa dunia. Penyebaran
hubungan kata2 yang frekuensinya amat sedikit, sehingga bukan saja
bahasa dan bersama dengan itu penyebaran kebudayaan ialah pertahanan
banyak membuang waktu, tetapi juga amat menyukarkan pelajaran baha­
ekonomi yang se-pasti2nya, kata Nieuwenhuis. Tetapi pemandangan Dr.
sa Indonesia itu. Keadaan ini mesti cepat berubah.
G.J. Nieuwenhuis yangluas dan jauh itu tidak didengarkan oleh golongan2
Suatu hal yang baik juga dikemukakan disini ialah, bahwa pelajaran
Belanda, yang mulai takut melihat tiap2 tahun bertambah banyak bangsa
bahasa untuk seluruh rakyat yang memakai daftar kata2 yang telah dise-
Indonesia yang pandai bahasa Belanda dan menjadi terpelajar dan me-
hdiki serupa itu, sedikit banyaknya akan serta pula membantu mengu-
minta kedudukan yang sama dengan bangsa Belanda.
kuhkan kesatuan bahasa Indonesia.
Pada masa itulah didirikan Hollandsch Inlandsch Onderwijscommissie
Dari: PEMBINA BAHASA INDONESIA, November 1948. yang dengan ber-bagai2 alasan yang bukan2 akhimya mengambil kesim-
pulan untuk mewatasi (contingenteren) bahasa Belanda bagi bangsa In­
donesia.
Sementara itu sejak timbul pergerakan kebangsaan di Indonesia soal
bahasa itu mempunyai corak yang lain pula. Kaum pergerakan yang ber-
naaksud menyusun tenaga rakyat mencari jalan bagaimana mencapai jum­
lah rakyat yang se-besar2nya dan menyusun mereka dalam organisasi

124 125
Pih* Jepang sampai n,ela.angJ>rangi_Monesla «'n.*ainya
sitii kelihatan bahwa bangsa Jepang belrmaksud imtuk menjadikanjbah
diketahui orang di Indonesia „t/mereka tertuiu kepada bahasa Me- StpS S S Stog bagi dae,ah2 yang “^k
maksSdnya itu hanya akan dapat dilakukannya dengan per-lahan2. Untuk
Telah
lavu yang Asia
/selLh *”f”d?SSi
telah ber-aoaQai mcuj bahasa perhubungai.
ceoertidan parganlan
Serikat Islam
di -luruh sementara mereka harus memilih jalan yang _semudah2nya dan yang
neTaktis Taitu memakai bahasa Indonesia yang paling tersebar di seluruh
dan Partai Komunis Indonesia S pan ketika pihak teoulauan ini. Demikianlah sejak dari semula bahasa2 daerah tidak me -
Indonesia, tidak pernah ragu2 ™ memoelaiari bahasa Belanda, kaum dapat kesempatan untuk bersaingan dengan bahasa Indonesia. Sebab kalau
Belanda membatasi kesempatan Melayu itu, oleh karena Safbaha’^sal daerah yang anral banyak junrlalmya rtu, beta saj
akL menyukarkan pemerintah dan banyak memakan ^ P
iuga bagi pihak Jepang hal itu tak dapat dilakukan oleh karena dengan
sekaliguT Lnyak betul bahasa2 yang harus dipelajan oleh mereka.
DeSIikianlah dalam waktu permulaan pendudukan ^ P .
ripada kedua keadaan ini. ^„nia icpdiia sesuneeuhnya telah nyata Jepang terpaksa menumbuhkan bahasa Indonesia se.cepat2nya agar segala

ah “tncSk men^^ X! usLa pemerintahan, ekonomi, P^ngajaran perhubungn dsb.^bena^^^_

"peTknmpXVmuda Indonem dalam


bertanah air satu. berbangsa satu dan berbahasa satm
bahasa Melayu berubah menjadi ^ ^ kebangsaan dan kesatuan
yang dalam. ^bab .Udalar^y. "SC SSx'l>»daya.„ dan
seluruh kepulauan Indies . V antaralain memper-
kesusasteraan Pujangga Puia^ngga Barulah timbul usa-
iiianekan bahasa Indonesia. Dan Imgkungan ri^jangga d S lapS" tSS SjS sekeli dl.empnhny. terpaksa
ha mtngadakan kongies Bahasa "f* * ^ ^ msya,akat sebalum
Tatapl tanagal yang ada serta ““ ^.Snesla to dalam
:S S'“ntenianah;sa yang resnsi di kepnhnan Indo-
Lis thLrSSbSSSlf SSSs, yang
.. aissnis. kpdiia keadaan politik dan masya-

SS^sLfrSsaSnb ^
deS LW S^SSSdntaSh LsnksampS L desa2 i.«, h mlyebarkan bahasa .ndonesra ke ...p2

SSSi -S-kan merekalah, mempelajari ^^sa '“d°nesU_ "'‘SikSTahL Indonesia bnkan saja tnmbuh
TSani kSan amaTcepat berubah; bangsa Jepang menduduki Indonesia membawa satu perasaan yangbaru bagi ^^ngsa hidonesia^ Orang bertam
sehineea ahran baru'di kalangan'bangsa Belanda itu Udak sempat kelihatan bah kma bertambah fasilr memakainya dan bersama dengan itu
bu^hSa. Dan sesungguhnya perubahan yang terbesar tentang bahasa In sa kenada bangsa Indonesia kekuatan bersatu mem'akai bahasa Indonesia
?u ^baLa Indonesia menjadi lambang kesatuan kebangsaan terhadap
donesia berlaku, setelah Jepang menduduki negeri ini.
Siam keadaan bangsa Jepang dengan tiba2 menghadapi pendudi^ usaha pihak Jepang untuk memasukkan bahasa dan kebudayaan Jepang
daerah Indonesia yang seluas ini, ^ereka tidak dapat mem
St'ii bangsa Jepang menyerah, tak dapat disangkal la^, bahwa kedU'
mesti memakai bahasa Indonesia untuk dengan cepat dapat herhuDung
an dengan rakyat yang 70 milyun jumlahnya ini dan TOemba^a ke dukan bahasa Indonesia telah sangat berbeda
arah yang dikehendakinya. Bahasa Belanda dengan sendirmya latuh d suk ke Indonesia. Malahan dapat kita berkata, bahw
kedudukannya sebagai bahasa resmi dan bahasa pergaulan yang terpenting
127
126
? |[diantaranya yang terpenting bahasa Jawa, Sunda, Minangkabau, dialek
kuatlah kedudukan bahasa Indonesia, bukan saja terhadap bahasa Belanda, %karta) dan bahasa dan pikiran moderen, menimbulkan sesuatu kekacauan
tetapi juga terhadap bahasa2 daerah yang tak mendapat kesempatan bahasa yang haras diselesaikan. Dalam penyelesalan itu dihadapi ber-
untuk berkembang. bagai2 kesulitan : Terlampau berpegang kepada bahasa Melayu akan ber-
Sesudah penyerahan Jepang kedudukan bahasa Indonesia itu bertani- skibat bahasa Indonesia itu akan kaku dan banyak bedanya dengan bahasa
bah lama bertambah kuat. Pemerintah Republik segera menjadikannya yang dipakai se-hari2 dalam suratkabar, majalah, buku dan pidato. Terlam­
bahasa resmi dan dalam 4 tahun yang lalu ini kita lihat hal itu ber-turut2 pau dibiarkan pengaruh bahasa daerah, yang menarik bahasa Indonesia
dilakukan juga di daerah2 yang lain, sehingga pada waktu ini telah pastUah itu ke ber-bagai2 jurusan, akan berakibat suatu bahasa Indonesia yang
kedudukan bahasa Indonesia itu. Konferensi Antar-Indonesia baharu ini mudah dipakai se-hari2 dalam pergaulan hidup, tetapi kemudahan mema-
telah mengambil keputusan, bahwa Republik Indonesia Serikat akan kai se-hari2 itu akan merugikannya sebagai bahasa persatuan dan bahasa
berbahasa Indonesia. Sementara itu dalam keadaan yang seperti ini soal
yang dipakai di lapangan kebudayaan yang agak tinggi. Sebab dalarn
bagi bahasa Indonesia iaiah, bagaimana ia se-cepat2nya dapat memenuhi keadaan yang demikian ke'satuan dan kebulatannya akan lenyap, dia ti­
syarat2 suatu bahasa moderen, sehingga sesungguhnya dalam segala lapang-
dak akan mempunyai watak dan setruktur sendiri.
an ia dapat menggantikan kedudukan bahasa Belanda sebelum perang.
Terlampau banyak membiarkan pengaruh bahasa2 dan pikiran moderen
Penyesuaian bahasa2 Barat yang moderen iaiah suatu peroses yang berlaku
akan menyebabkan bahasa Indonesia itu akan kehilangan sifatnya sebagai
be-ratus2 tahun lamanya. Dan apa yang berlaku pada bahasa Inggeris,
suatu bahasa yang masuk rumpun bahasa2 Melayu-Polinesia. Hal ini akan
Belanda, dsb. itu be-ratus2 tahun, hams berlaku pada bahasa Indonesia
menimbulkan ber-bagai2 kesukaran baru yaiig dari sekarang belum dapat
dalam waktu yang cepat, dalam waktu lima atau se-lambat2nya 10
tahun. Kalau tidak, peresmian bahasa Indonesia sebagai pengganti bahasa diduga.
Demikianlah penyesuaian bahasa Indonesia akan kewajibannya sebagai
Belanda itu hanyalah suatu kerugian : bangsa Indonesia akan bertambah
bahasa persatuan dan bahasa yang resmi menghendaki penyelidikan dan
jauh dari kemajuan dunia moderen. tuntutan yang sangat hati2. Kesulitan yang terbesar dalam hal ini iaiah
Kalau kita perhatikan syarat2 apa yang haras dipenuhi bahasa
oleh karena dalam 30 tahun yang terakhir ini bahasa Melayu dan sebagai
Indonesia untuk menjadi bahasa moderen yang sejajar den^an bahasa
lanjutannya bahasa Indonesia, jika dibandingkan dengan bahasa Jawa
Barat seperti bahasa Inggeris, Perancis, Belanda dll. sekarang ini, maka
dan bahasa daerah yang lain sangat kurang diselidiki oleh ahli2 bangsa
dapatlah kita bagi dalam beberapa bahagian. Belanda, sedangkan ahli2 bahasa bangsa Indonesia amat sedikit jumlahnya.
Pertama tentang hal kata2 : Kehidupan moderen dalam arti yang se- Selain daripada kesukaran2 dan soal2 yang mengenai kata2 istilah
luas2nya mempunyai suatu kumpulan yang tersimpan dal^m sejumlah
dan setruktur bahasa Indonesia ini, ada lagi suatu pasal yang penting
kata2. Hal ini terasa benar dalam lingkungan ilmu dan teknik, tetapi pada
yang akan menentukan arti bahasa Indonesia itu, yaitu bacaan yang
hakekatnya terdapat dalam segala bahagian kebudayaan. Untuk memenuhi
ada dalam bahasa Indonesia itu. Seperti diketahui hingga sdkaraiig segala
sekadarnya keperluan akan kata2 itu, yang perlu untuk sekolah, untuk
kehidupan ilmu kecerdasan yang moderen di Indonesia memakai bahasa
undang2, untuk ber-bagai2 jabatan dan pekeijaan, di zaman Jepang diben- Belanda. Bukan saja majalah2 dan kitab yang bersifat ilmu tertulis dalam
tuk Komisi Bahasa Indonesia, yang keijanya antara lain menetapkan bahasa Belanda, malahan penyelidikan dan uraian2 yang penting2 ten­
ber-bagai2 kata istilah. Tetapi lapangan kehidupan moderen amat luas, tang Indonesiapun memakai bahasa tersebut dan boleh dikatakan kaum
sehingga masih lama baru akan dapat tersusun selengkapnya istilah2, terpelajar bangsa Indonesia sebagian besar memenuhi hasratnya akan
bukan saja untuk ilmu dan teknik, tetapi juga untuk segala lapangan ilmu dari buku2 dan majalah2 Belanda itu. Bahasa Indonesia hanya akan
usaha dan kerja manusia yang lain. dapat melakukan kewajibannya sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi
Satu hal yang penting juga iaiah, bahwa banasa Indonesia itu iaiah- itu, apabila dalam waktu yang pendek ia akan dapat pula menggantikan
lanjutan dari bahasa Melayu. Apabila disini dikatakan lanjutan maka kedudukan bahasa -Belanda dalam lapangan itu. Untuk itu perlu se-
dimaksud, bahwa antara bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang diang- cepat2nya dan se-banyak2nya diadakan terjemahan2 yang baik dari kitab2
gap sebagai bahasa persatuan sekarang ada termasuk ber-bagai2 pengaruh ' yang terpenting kedalam bahasa Indonesia. Dan hal yang tak dapat dice-
yang serta menetapkan sifat bahasa Indonesia itu. Pengaruh itu iaiah raikan dengan ini iaiah, bangsa Indonesia mesti dengan cepat di segala
pertama sekali pengaruh bahasa2 daerah dan pengaruh bahasa2 dan pikir- lapangan berpikir dan menulis dalam bahasa Indonesia, sehingga dalam
an moderen. waktu yang pendek akan timbul dalam bahasa Indonesia ber-bagai2 maja-
Dalam beberapa hal percampuran bahasa Melayu, bahasa2 daerah
lah dan buku yang penting untuk segala cabang kehidupan zaman moderen.
Kesulitan2 yang dihadapai tentang hal ini amat banyak dan rapat ber-
hubung dengan keadaan politik, sosial dan ekonomi di Indonesia. Keka- AWALAN BER- DAN ME-
cauan dalam keadaan politik bukanlah suasana yang baik bagi kaum inte-
letuil untuk berpikir dan menulis, sedangkan jumlah kaum intelektuil Soal akhiran dan awalan dalam bahasa Indonesia sekarang ini sangat su-
Indonesia itu amat sedikit berhubung dengan setruktur pengajaran jajahan , oleh karena ber-bagai2 bahasa daerah berpengaruh atas bahasa Indonesia
sebelum perang. Malahan jumlah orang2 yang akan dapat. menerjemahkan ^angkan pengaruh itu sering belum setimbang yang satu dengan yang la-
dari bahasa2 moderen kedalam bahasa Indonesiapun amat sedikit berhu­ sehingga banyak benar kita lihat perbedaan cara memakainya, sedang-
bung dengarr barunya bahasa Indonesia dan kekurangan pengajaran di tiap2 cara memakainya itupun tidak pula konsekuen. Dibawah ini
Indonesia di zaman sebelum perang. Kemiskinan rakyat dan banyaknya nuatkan suatu contoh dari usaha bagaimana menyelesaikannya, yaitu
jumlah orang2 butahuruf menyebabkan jumlah pembeli majalah dan "gan memakai perbandingan bahasa Indonesia se-Jauh2nya dan mengi-
kitab tidak besar. Oplaag buku2 dan majalah sering jauh dibawah 5000 -atkan zaman sekarang se-konsekuen2nya. Kami mengharapkan tambah-
lembar. dan keritik dari pihak orang2 yang ahli tentang bahasa2 daerah mau-
Tetapi sekalian kesulitan yang diuraikan dengan singkat ini, tidak un orang yang memikirkan bahasa Indonesia sekarang.
Tcurang membuat bahasa Indonesia sekarang ini salah satu bahasa yang
menarik hati di dunia. Suatu bangsa yang muda sedang membentuk Dalam bahasa Indonesia sekarang ada dua awalan yang sulit me-
suatu bahasa yang baru, yang akan menjadi salah satu bahasa yang ter- akainya sehingga sering menimbulkan perbedaan faham, yaitu awalan
besar di dunia, yaitu akan dipakai oleh 70 milyun orang, malahan mung- e- dan ber-. Misalnya kalimat bersahaja Si AH bemyanyi, dalam
kin akan menjadi bahasa yang terpenting di seluruh Asia Selatan. aktu yang akhir ini sering benar dituliskan orang Si AH menyanyi.
Selain daripada "itu sering benar orang menambahkan awalan ber-
Uau me- kepada kata yang sediakala tiada mendapat awalan itu atau-
Dari: PEMBINA BAHASA INDONESIA, Agustus 1949. “un melenyapkan awalan ber- atau me- dari kata yang sediakala men-
^apat awalan itu.I)
Sementara itu umumnya terang terasa kepada orang zaman sekarang
erbedaan arti antara dua kalimat:
Saya bertinju dengan si Amat.
Saya meninju si Amat.

1) Sekedar untuk mengelahui saja, saya coba mem-balik2 lembar surat kabar Asia
aya (Jakarta) dan Suara Asia (Surabaya). Dalam bulan Mei 2605 ternyata dalam
angan advertensi Asia Raya dimuatkan 17 pengumuman tentang perkawinan yang
emakai perkataan nikah. Diantaranya 10 kali perkataan nikah itu diberi awalan
e- dan 7 kali tidak.
Dalam Suara Asia (Surabaya) bulan Februari, 2605 . dimuatkan 30 kali advertensi
yang demikian dan sekaliaimya memakai menikah. Rupa2nya bertambah lama ber-
mbah disukai orang memakai awalan me- dihadapan kata nikah, meskipun biasanya
,dalam bahasa Melayu perkataan nikah tidak mendapat awalan me- maupun her-. Da-
~m Merdeka 10 Oktober - 9 Nopember 1949 hanya empat kali termuat advertensi
memakai kata nikah dan ke-empat2nya mendapat awalan me-. Sekali2 dalam adver­
tensi dipakai orang juga perkataan kawin, tetapi dengan awalan ber-, (lih. Asia Raya 3
Maret dan 11 April 2605).
Dalam Asia Raya bulan Mei termuat 10 kali advertensi yang memakai perkataan
/
dukacita, semuanya memakai awalan ber-. Tetapi dalam Suara Asia bulan Februari
termuat 10 berawalan ber- dan 14 kali tiada berawalan.

130 131
Kata bertinju menyatakan sesuatu keadaan saya dengan si Amat,
asa Karo:
^dan^an kata meninfu menyatakan apa yang saya keijakan terha-
er-gelar = bergelar
dap si Amat. Dengan ucapan cara sekarang dikatakan: meniniu = aktif
. er-sinalsal = bersinar
transitif ■' : ■’ er^uma = bersawah
Tetapi apabila awalan ber- dan me- itu kita kembalikan kepada ■ er-kuda = berkuda
bunyidasar b dan m dan kita selidiki awalan2 yang teijadi daripada-
nya dalam ber-bagai2 bahasa Indonesia, baik di masa sekarang man- j^asa Madura:
pun di masa yang lampau, segeralah nyata kepada kita, bahwa kemung- a-sepatu = bersepatu
kmm akan kekacauan itu terletak dalam sifat dan sejarah kedua a-kelambi = berkelambi
awalan yang mengandung bunyidasar b dan m itu benar. Awalan a- dalam bahasa Madura yang sama artinya dengan awal-
Dal^ zaman ini masih kelihatan kepada kita nama2 gunung seperti
ber- dalam bahasa Indonesia, dengan sendirinya membawa kita
Merapi dan Merbabu, yang artinya nyata sekali berapi dan berabu. kepada bahasa Jawa Kuno yang mempunyai awalan a- dan ma- yang
Dalam bahasa Toba kita dapati awalan mar- dan mor- yang berarti dapat disamakan pokok artinya: mempunyai:
mempunyai, memakai.
a-hayu ma-hayu (ber)cantik
mor-hepeng = beruang
a-hala ma-hala (ber)jahat
mor-hoda = berkuda, memakai kuda
a-kweh ma-kweh (ber)banyak
mor-abit = berbaju, memakai baju
a-putih ma-putih (ber)putih
Awalan mor- atau mar- dalam bahasa Toba ini berbunyi dalam a-kemul putih (ber)kemul putfli
bahasa Dairi mer- dan dalam bahasa Karo er- (bahasa Toba, Karo dan
Dairi ini berdekatan sekali). Awalan a- dan ma-t) serupa ini sangat luas terdapat diantara bahasa2
Kalau kita perhatikan awalan mor-, mer-, er- d^i ber- itu, se- Indonesia: a- dan ma- dalam bahasa Makasar, Bugis, ma- dalam ba-
sungguhnya bedanya tiada berapa banyak. Mungkin sekali asalnya hasa Batak, bahasa2 Pilipina, Sangir, Samoa, Maori, Malagasi dll.,
agaknya bunyidasar b, sedangkan mor- dan mer- itu hanya persengaii- ba- dan ha- dalam bahasa Dayak. Menurut Kern disisi pasangan awal-
annya belaka. Tetapi dengan tiada mengingat yang mana yang lebih ® a- dan ma- yang menyatakan suatu keadaan dan berarti mem-
dahulu sekalipun, bagi kita terang, bahwa bunyi h dan m itu berdekat- ^nyai ini terdapat lagi sepasang awalan yang lain yang dapat kita
m letaknya dalam mulut, yaitu ke-dua2nya bunyibibir, (m bunyisengau, tuliskan a’ dan ma’, yang menyatakan sesuatu pekeijaan. Awalan a-
bersuara; b bunyiletus, bersuara), sehingga perubahan dari yang satu dan ma’- ini berupa ag- dalam bahasa Iloko, mag- dalam bahasa Ta-
kepada yang lain tidak usah mengherankan kita sedikit juapun. lalok, Bisaya, Bikol, Ibanak, ma(h) — dalam bahasa Tombulu, mar-,
Sementara itu jika kita perhatikan arti awalan mor-, mer- dan Wor- dan mer- dalam bahasa Batak, mi- dalam bahasa Malagasi, ber-
ber- itu nyata kepada kita, bahwa artinya sama dengan kata bora 1) dalam bahasa Melayu. Tentang awalan a’ dan ma’ yang menyatakan
dalam bahasa Dayak, boga dalam bahasa Sunda, wwara dalam bahasa ^kerjaan .in|j Kem 2) mengemukakan beberapa contoh: bahasa Iloko:
Jawa Kuno, bada dalam bahasa Madura, ada dalam bahasa Melayu ^basa (berbasuh), agani (memotong padi), ag-tulung2 (ber-tolong2-
dan aya dalam bahasa Sunda. Dengan memakai hukum rid dan rgh
dapat kita mengetahui, bahwa sekalian kata2 itu sama belaka. Dari
penjelmaan kata bara itu dalam ber-bagaj2 bahasa Indonesia, nyata 1) Awalan ma- ini cocok sekali dengan ma- dalam bahasa Toba: ma-rara tber)
kepada kita, bagamana lenyapnya bunyidasar b, sehingga tidaklah *>erah, ma-timbo (ber) tinggi. Dalam bahasa se-hari2 ma- ini telah lenyap. Lih. J.H.
men^erankan sedikit juapun ber- dalam bahasa Indonesia itu ber­ Meerwaldt: Handleiding tot de beoefening der Bataksche taal, hal. 16.
bunyi dalam bahasa Karo er- dalam bahasa Madura a-. Dalam bahasa Melayu kita dapati asin dan masin, asam dan masam yang artinya
1 &ma menyatakan keadaan. Tetapi kata asin dan asam mungkin juga kita anggap
;»ienyatakan benda, sedangkan awalan m disini mungkin sekali sama dengan awalan
= mempunyai.
1) ’’Dajacksch-Deutsches Wdrtenbuch” oleh Aug. Hardeland: Meerwaldt menunjukkan juga contoh serupa ini dalam bahasa Toba: ma-bugang
la bara ramo, er hat Outer = ist reich. {bugang = luka), ma-run (kependekan ma-arun = demam).
Aton ikau bara arut, hast du ein Boot? 2) H. Kern: Verspreide Geschriften, jilid VIII, hal. 201 dst.

132 133
an); bahasa Ibanak: magamat (mencuci muka), magagal (memanggil)'
bahasa Tagalok: magahit (bercukur); magkastila (berlaku sebagai orang pula ganjil sekali Kern membedakan ba- bahasa Dayak (disamakan-
Sepanyol; magkap//a«,(mempunyai derajat kapitan, jadi kapitan); ba­ nya dengan ma-), dengan ber- bahasa Melayu (disamakannya dengan
hasa Batak: marabit (berbaju); (berbunga).
ma’-) sehingga terpaksa ia mengambil kesimpulan, bahwa peroses dalam
Kern sendiri memakai contoh yang akhir ini untuk menyatakan,
bahasa Melayu sebaliknya dari peroses dalam bahasa Jawa, yaitu ber-
bagaimana dalam pengertian marbunga atau berbunga arti mempunyai
yUng menyatakan pekeijaan meluas menjadi ber- yang menyatakan
bunga yang menyatakan suatu keadaan berdekatan sekali letaknya
keadaan dan berarti mempunyai
dengan arti mengadakan atau memperoleh bunga. Demikian* juga da- Berhubung dengan sekaliannya ini agaknya mungkin sekali kita
Jam pengertian marabit atau berbaju pengertian ada baju dipakai de-
menganggap bara dalam bahasa Dayak itu sebagai pokok dari sekalian
kat sekali letaknya dengan pengertian mengenakan baju. Perubahan
bentuk2 awalan ber-, me- dalam ber-bagai2 bahasa Indonesia dan
dari arti ada atau mempunyai kepada arti mendapat atau mengena­
kata ada dalam ber-bagai2 bahasa Indonesia.
kan, ialah perubahan dari ada dalam sesuatu keadaan menjadi mamk Sementara itu suatu hal yang masih belum dapat kita terangkan,
kedalam suatu keadaan, atau dengan kata yang lain: dari diam ke yaitu bagaimanakah timbul persengauan yang lebih terang lagi me­
gerak. Menurut Kern dalam awalan a’- dan ma’- bahasa Jawa Kuno nyatakan keija dalam bahasa sekarang.
yang menyatakan keadaan dan berarti mempunyai itu telah termasuk Tentang persengauan itu dalam bahasa Melayu kelihatan beberapa
juga awalan a'- dan ma’- yang menyatakan pekerjaan. Hal yang de-
contoh, bagaimana orang mengubah bunyi r menjadi bunyi sengau:
mikian katanya telah teijadi juga dalam bahasa Makasar, Bugis dan
Dayak. Sebaliknya ber- bahasa Melayu yang sama dasarnya dengan parajurit penjurit
mag- bahasa Pilipina telah menggantikan ba- bahasa Dayak dan ma- prajurit
bahasa Makasar dan Bugis. Sebab itu dalam bahasa Melayu kita da- marapulai mempelai
pati juga ber- yang berarti mempunyai (misalnya: bernama), disisi marapalam mempelam
ber-, yang menyatakan pekeijaan (misalnya berlayar). Dalam bahasa Indonesia orang yang hersawah, namanya penya-
Uraian Kern tentang awalan a- dan ma- ini dibimbangi oleh C.C. wah, dalam bahasa Karo masih dUcatakan petjuma (equma = ber-
Berg 1), tetapi sayang sekali Berg tidak menguraikan pikirannya sen­
sawah). Selain daripada itu yang dalam bahasa Minangkabau dikata-
diri lebih lanjut.
kan dengan awalan ber- dengan arti mencari, dalam bahasa Melayu
Menurut dugaan saya (sengaja saya pakai perkataan dugaan, se­
dikatakan dengan awalan me-:
bab tentang ini se-sungguh2nya masih banyak yang hams diselidiki)
bukan ada dua pasang awalan a-ma- dengan a’-ma’- yang dalam ber- Minangkabau Melayu
bagai2 bahasa Indonesia bertemu menjadi satu, tetapi bunyidasar yang badama mendamar
menjelma sebagai awalan ber-, ba-, ma-, me-, mer-, mar-, mor-, ha-, barotan merotan
ch, er-, ang-, mang-, mem-, ng dll. asal mulanya satu, tetapi kemudian
berpencar dan bercampur aduk sesamanya. Pada pikiran saya bentuk berdamar ialah Minangkabau,- sedangkan
Mun^in sekali ketiga bunyidasar ini berpokok pada bunyidasar bentuk mendamar lebih Melayu.
, sehingga bunyidasar m itu dapat kita anggap persengauannya, Disini kita lihat, bahwa dalam bahasa Melayu ada suatu cende-
sedan^an bunyidasar a itu hanyalah sisa yang tinggal setelah lenyap ning untuk persengauan huruf r, yang agaknya .dapat mengarahkan
bunyidasar b, seperti kita lihat pada penjelmaan kata bara bahasa pikiran kita kepada persamaan asal antara awalan ber- dan me- per­
Dayak kedalam bahasa2 Indonesia yang lain. Pada pikiran saya tidak sengauan. Sementara itu kalau kita peihatikan bahasa Melayu yang
ada alasan untuk membedakan asal awalan a dan ma dengan asal ®gak lama, temyata kepada kita, bahwa banyak sekali yang sekarang
awalan a’ dan ma’, sebab bunyi yang menjelma sebagai r. g atau h ditulis dengan me- persengauan itu dalam bahasa yang agak lama itu
atau lenyap sama sekali itu, terang sekali menumt hukum rgh. Lagi dituliskan dengan ber-.

Baiklah engkau sekalian bersimpan kitab2 kamu ini (Abu Nawas).


1) C.C. Berg; Tnleiding tot de studie van het Oud-Javaansch, dalam catatan Tahu-tqhu tuan berhambakan diri pada Maharaja Boma (Sang
hal. 207. Boma, BP hal 27).

134
135
Maka Bagawan Anggi dan Bagawan Karanda Dewapun beper-
sembahkan halnya itu kepada Batara Krisna (Sang Boma BP 49).
berdesir
Maka segala wazir dengan segala orang besar2 dan bentara dan
atelor (Madura: bertelur)
penggawa di negeri itupun, bertunggulah masing2 kepada tempat-
marbunga (Toba: berbunga)
nya. makuren (Jawa Kuno: beristeri)
(Bayan Budiman BP 109).
ngendog (Jawa sekarang: bertelur)
....................................... tiadalah hamba mau berceritakan................... merotan = berotan
(Bayan Budiman BP 78) mengeluh, menggonggong
Kedua pihak tentara itu terlalu ramainya berperang-perangan, berlaku seperti, melakukan pekerjaan:
serta bertetakkan pedangnya, dan yang berkeris bertikamkan keris- berkuli.
nya, yang bertombak bertikamkan tombaknya, yang berkuda ber-
ambhramara (Jawa Kuno: berlaku seperti lebah)
gigitkan kudanya dan yang bergajah berjuangkan gajahnya. magkastila (Tagalok: berlaku sebagai orang Kastila = Sepanyol)
(Langlang Buana BP 14) menajalela, membeo
Contoh2 serupa ini dengan mudah dapat ditambah. Terang sekali
Kalau arti mempunyai; ada ini dipakai dihadapan katakeija, maka
ia menyatakan, bahwa perbedaan antara ber- dan me- persengauan
artinya:
dalam bahasa Indonesia itu tiada berapa besar dan mungkin sekali
juga belum berapa tua umurnya. selalu atau berulang melakukan atau dalam sesuatu keadaan me­
Arti dasar awalan ber-, me-, dsb. lakukan; tidak transitif:
bernafas
Setelah kita sekadarnya mempunyai pemandangan tentang
berenang
kemungkinan2 bentuk yang timbul sejajar dengan awalan ber-, me-,
bermain
sekarang ini telah bolehlah kita agaknya menyelidiki pula kemungkinan2
agheilaq (Madura: gelak)
arti yang ditimbulkan oleh bentuk2 itu.
morlanja (Toba: selalu- memikul)
erkes^ (Karo: bemafas)
I. Dari uraian kita yang lalu nyata sekali, bahwa pokok arti awalan
mengantuk, melompat.
ketiga bunyidasar ini ialah: mempunyai, ada.
beruang dihadapan katakeija yang aktif transitif, mempunyai, ada ber-
ergelar (Karo: bergelar) arti: mendapat. Oleh karena dalam hal mendapat- itu subjek
mawak (Bali: berbadan) menjadi pasif, ni^a awalan yang timbul disini dekat sekali ke-
mangaran (JawaKuno: bemama) dudukannya dengan awalan di- dalam bahasa Indonesia:
berdengar (Katanya tiada berdengar)
II. Kalau arti mempunyai itu kita gerakkan, nyata kepada kita,
aghendhung (Madura: bergendong, digendong)
bahwa amat berdekatan dengan dia terletak arti: /
mabelah (Bali: dibelah)
1. memakai, mengerfakan, mengusahakan: mawprung (Makelai: menjadi kurus, dikuruskan)
berbaju
eijuma (Karo: bersawah) ■3. dihadapan katakeija yang aktif transitif, mungkin sekali ber-
asepatu (Madura: bersepatu), alanduq (mencangkul) arti melakukan pekeijaan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain,
morhoda (Toba: berkuda) dalam hal yang serupa ini subjek dan objek sama:
makemul (Jawa Kuno: berkemul) berhias
memacul, melinggis ' aghantong (Madura: bergantung), ac6c6 (menikam diri sendiri)
mamarat (Tob&: melintangkan diri sendiri)
2. mengadakan, membuat, mengambil: madius (Jawa Kuno: mandi, memandikan diri sendiri)
bertelur mencebur (Madura: acabbdr = bercebur)
beristeri

136
137
IV. Dekat sekali dengan ini ialah awalan yang terletak dihadapan
katakeija yang berobjek yang berdiri sendiri. atau be-. Sebuah kecuali ialah perkataan ajar, yang mengubah awalan
Tetapi oleh karena objek itu amat rapat hubungannya dengan her- menjadi bel-. Be- dipakai dihadapan kata yang mulai dengar r
katakeija, boleh agaknya kita anggap katakeija dengan objek dan sering juga dalam kata2 yang suku pertama mengandung bunyi er-.
itu sebuah katamajemuk:
beijualnasi (band, ber-kedainasi) Arti awalan ber-.
I. Pokok arti awalan ber- ialah mempunyai, ada, misalnya: ber-
V. Selangkah lagi objek itu terpisah benar dan KaiaKCija. Kemung-
kinan ini biasanya dalam b^asa2 Indonesia dinyatakan dengan uang, bemama, berambut, berbadan, berguna, beristerf, berduri.
bentuk yang dinamakan penyengauan. II. Apabila kita maju selangkah, maka kelihatanlah kepada kita,
Maka katakeija yang berawalan ini se-penuh2nya aktif dan transitif: bahwa mempunyai itu mengandung pengertian memakai, mem-
bertikamkan kens (Langlang Buana hal. 16) pergunakan, mengerjakan atau mengusahakan. Apakah gunanya
aberri (Madura: memberi) mempunyai sesuatu, kalau tidak memakai, mempergunakan, me­
mangdius (Jawa Kuno: memandikan) ngerjakan atau mengusahakan? Berbaju berarti mempunyai baju
mambuat boru (Toba: mengambil gadis (jadi isteri) dalam arti memakai baju. Demikian juga bersawah berarti mem­
menjual beras. punyai sawah dalam arti mengerjakan atau mengusahakan sawah.
Setelah kita melihat kemungkinan2 bentuk yang timbul sejajar Sebab itu telah selayaknya benar, awalan ber- itu berarti pula
dengan awalan ber- dan me-, setelah kita melihat pula kemungkinan2 memakai, mempergunakan, mengerjakan dan mengusahakan.
arti yang ditimbulkaii oleh bentuk2 itu dan setelah kita mendapat
1. Memakai atau mempergunakan: berbaju, berlayar, berbedak,
pemandangan sekadarnya dan mengerti akan kekacauan oleh percam- bertinju, berjalan, berbendi, berkayuh, berkuda. beraku, bereng-
pur-adukan ber-bagai2 kemungkinan arti dan bentuk itu, dapatlal.
kau, berencik dll.
agaknya kita sekarang membuat suatu rancangan tentang cara me- 2. Mengerjakan atau mengusahakan: bersawah, berkebun, berla-
makai awalan itu yang dapat dipertanggungjawabkan.
dang, berkedai
Telah kita nyatakan, bahwa perbedaan arti yang terdapat antara 3. Dekat sekali kepada arti memakai ialah meminta bantuan
awalan ber- dan Me- dalam bahasr Indonesia sekarailg ial^: awalan
kepada: berguru, berdukun.
ber- lebih menyatakan keadaan, awalan me- lebih menyatakan pekerfaan.
III. Kalau kita mundur selangkah, maka kita melihat kepada asal
Oleh karena watas antara pekeijaan dan keadaan menurut hake-
mempunyai itu. Sebelufn ada mempunyai, kita harus mengada-
katnya aendiri mudah menjadi kabur sebab tiap2 pekeijaan itu pada hake-
kan lebih dahulu, barulah mempunyai. Tidaklah mengherankan,
katnya suatu keadaan dan keadaan itu mungkin bersifat suatu pekeijaan,
bahwa awalan ber- itu berarti juga mengadakan, membuat, meng­
sedangkan dalam bahasa Indonesia perbedaan yang nyata dalam hal
bentuk antara keija dan keadaan tidak ada, maka dalam menyusun ambil, mencari, memperoleh.
1. Mengadakan atau membuat: bertelur 1), berdesir, bersiul, berkata,
rancangan arti ini, arti awalan ber- per-lahan2 akan ditumbuhkan dari
keadaan sampai'menjadi kerja dan arti awalan me- sebaliknya dari kerja berdentum, berkicau dsb.
2. Mengambil atau mencari: berotan, berdamar, berkerang 2).
menjadi keadaan.
Tentu dengan ini soal yang seruwat ini belum selesai oleh karena
pada tiap2 saat masih dapat dipersoalkan peristiwa yang diucapkan
sesuatu kalimat itu menyatakan sesuatu keadaankah atau sesuatu pe­ 1) Dalam bahasa Jawa ngendog, bahasa Jakarta menelor: disini pekeijaan itu ke-
•ihatan lebih aktif. Dalam bahasa Indonesia ada juga bentuk yang memakai me- se-
keijaan. Tetapi hal yang seperti ini terdapat pada tiap2 bahasa yang hidup,
perti ini, ialah •/nendentum, mendesir, mencicit, menyanyi (sering juga bernyanyi),
sebab bahasa bukanlah ilmu pasti. Bagi kita padalah apabila kita dapat
Perti ini, ialah: mendentum, mendesir, mencicit, menyanyi (sering juga bernyanyi),
memakai tiap2 awalan itu dengan sadar dan berpengertian.
^engaum, mengeong, melenguh.

AWALAN BER- 2) Untuk menyatakan arti mengambil atau mencari ini dipakai juga awalan me-:
nierotan, mendamar.^enurut timbangan saya lebih baik dipakai awalan ber-, sedang­
Bentuk awalan ber- kan yang berawalan me- diberi arti yang lain, misalnya merotan = memukul dengan
Bentuk awalan ber- dalam bahasa Indonesia hanya ada dua: ber- rotan; mendamar = menjadi seperti damar, dsb.

139
3. Memperoleh atau kena; berhujan, berpanas, berembun, bera- Kalau kalimat hendak dilengkapi dengan objek, maka hams di­
ngin. pakai katadepan dengan: Si AH bergelut dengan si Amat.
IV. Suatu jenis mempunyai juga ialah bukan mempunyai makhluk
atau benda itu sendiri, tetapi mempunyai sifatnya atau peker-
IX. Dekat juga dengan ini ialah awalan ber- yang terletak dihadap­
jaannya. Pengertian ini dapat juga kita artikan dengan berlaku an kata- yang menyatakan keija yang berobjek yang berdiri sen­
seperti, melakukan pekerjaan: berkuli^), bertukang, berdukun. diri. Tetapi oleh karena objeknya amat rapat hubungannya de­
V. Apabila awalan ber- berdiri dihadapan kata yang menyatakan ngan kata itu, boleh agaknya kita anggap kata itu dengan objeknya
sesuatu keadaan, maka arti mempunyai menjelma menjadi dalam sebuah katamajemuk: berjual nasi dekat sekali artinya dengan
keadaan: bermalas, bersukacita, bersusah. ber-kedainasi = mempunyai kedai nasi
VI. Apabila awalan ber- berdiri dihadapan katabilangan, maka arti
mempunyai menjelma menjadi menjadi atau terkumpul terjadi
dari: bersatu, berdua, bertiga, berpuluh. Dalam hal ini beda arti berjual nasi dengan menjual nasi, ialah
oleh karena dalam hal awalan me- lebih terkemuka pekerjaan men­
VII. 1. Kalau arti mempunyai ini dipakai dihadapan kata yang me-
jual nasi, sedangkan dalam hal awalan ber- lebih terkemuka mem­
ngandung suatu laku, perbuatan, kerja 2), maka artinya dalam
punyai pekerjaan menjual nasi. Demikian juga: berburu, berdagang,
suatu keadaan melakuMn 3): bekerja, berenang, berlari, berjudi,
dll.
bermain, bergelut, berhitung, bertanak. Sering juga perbedaan ini dikatakan orang:
2. Kalau arti memperoleh atau kena dipakai dihadapan kata
menjual nasi sedang melakukan penjualan nasi.
yang mengandung suatu laku atau perbuatan, maka kita ber-
berjual nasi => mempunyai penghidupan menjual nasi, jadi mungkin
hadapan dengan subjek yang pasif: katanya berjawab; perintah-
pada saat itu ia sedang .mengerjakan pekerjaan lain.
nya berturut; padi bertumbuk, dsb. Oleh karena dalam hal ini
subjek pasif, maka awalan ber- itu dekat sekali dengan awalan
di- yang meayatakan'^pasif. Catatan:
VIII. I. Dihadapan kata yang mengandung suatu laku atau perbuatan Apabila kita telah membagi arti awalan ber- sebanyak ini, tentu-
yang mun^in berobjek, awalan ber- mungkin berarti melakukan lah setiap waktu kita hams awas, bahwa awalan ber- dapat dilihat
pekerjaan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain subjek dan dari ber-bagai2 jumsan: Berdukun mungkin berarti mengerjakan pe­
objek sama: berhias, bersiram, bercukur, berangkat, bertolak. kerjaan dukun atau minta bantuan kepada dukun. Bersiram mungkin
berlindung, berjernur, berbalik. berarti menyirami diri (mandi), tetapi mungkin juga berarti disiram.
2. Agak dekat dengan ini ialah kata2 yang menyatakan perbuat­ Bertinju mungkin berarti memakai' tinju dan mungkin juga saling
an yang tidak dapat dilakukan orang seorang atau suatu pihak. tinju. Beristeri mungkin berarti mempunyai isteri atau membuat atau
Awalan ber- disini dapat kita artikan saling: berperang, ber- mengambil isteri. Berkata mungkin berarti mengadakan kata atau me­
tinju, berkelahi, berdamai, berjanji, bergelut, berlaga. makai kata. Berdamar mungkin berarti mempunyai damar atau men-
cari damar. Bercukur mungkin berarti mencukur. diri atau dicukur.
Kemungkinan yang ber-macam2 ini bukan saja bergantung kepada
hubungan kata itu dalam kalimat, tetapi sering juga kepada cara
1) Dalam bahasa Jawa, Jakarta nguli; disinipun pekerjaan itu kelihatan lebih aktif-
menerangkan dan memilih pendirian.
Disisi awalan ber- dipakai juga untuk ini awalan me-: membeo, merajateia, menukang-
Untuk kata2 yang baru agaknya lebih baik dipakai awalan me- ini yang berarti
Bentuk awalan me-
berlaku seperti atau menjadi seperti
2) Seal yang sulit ialah, bahwa dalam bahasa Indonesia amat/susah membedakan Dalam memakai awalan me- sering timbul sesuatu persengauan,
katakeija dari kata2 yang lain. yang sebangsa dengan bunyi atau humf pertama katadasar yang dijadi-
3) Arti awalan ber- ini dapat juga kita batasi seperti berikut: mempunyai keadaan karmya katajadian.
mengerjakan.

140 141
Aturan persengauannya itu adalah seperti beiikut. menikam, menanam, membawa, memasak, menanti, melihat, meng-
eret, mengorak, memakan; menangkap, mencahari, mengukur, men-
dengar, mencium, menyiksa, memufi, meminta, mencela, meraba.
Bunyi C o n t o h
Huruf pertama 2. Katadasar katabenda:
sengau
a. dihadapan katabenda noma alat, awalan me- itu menyata­
Katadasar Katajadian
Lembut Tajam kan bekerfa dengan alat yang disebutkan oleh katadasar:
menggergaji, memahat, menyengat, memarang, menyabit, me-
k ng kacau mengacau linggis, memacul, menombak, menggunting, menanduk, me-
sembah menyembah
s ny ngetam, menuai, memanah, menggurdi (membor), mengapak,
tambah menambah
t n mencambuk, menyapu, merigikir, membedil, mengunci, mengail,
pukul memukul
P m mengait, menuang, memukat, menjaring, menimba, menjala,
ng .gantung menggantung meminang 1).
g menghabiskan
h ng habis
jual menjual Boleh juga dimasukkan dalam golongan ini kata2 yang menya­
Ji
n
dukung mendukung takan bahan:
d n
bunuh membunuh
b m mengobat, mencat, mengapur, menyemen, merekat, mengas-
pal, menawar, menggetah, menyepuh, mencap.
raba meraba
r _ Dekat juga dengan arti ini ialah memakai seperti teijelma dalam
1 lempar melempar
- menyala kata merokok.
bunyisengau nyala
ny —
nanti menanti b. Awalan me- menyatakan membuat, mengadakan yang disebut
bunyisengau n —
mati mematikan oleh katadasar:
bunyisengau m —
isi mengisi menyambal, mencontoh, menggulai, menumis, meneladan, me-
vokal ng
ngesup, merendang.
Arti awalan me-. 3. Katadasar katakeadaan:
Telah kita nyatakan, bahwa perbedaan antara arti awalan ber-
Ada juga dibentuk katakerja transitif berawalan me- dari kata­
dengan awalan me- dalam bahasa Indonesia sekarang ialah oleh karena keadaan, yaitu oleh pengaruh beberapa bahasa daerah.
awalan me- itu lebih terang menyatakan sesuatu pekerjaan dari awal­
melengah anak, menyu^h hati, memecah-belah persatuan.
an ber- yang lebih menyatakan sesuatu keadaan. Dalam menyatakan
sesuatu pekeijaan itu awalan me- dapat pula kita bagi, yaitu dari Menurut pikiran saya dalam hal ini, baik dipakai akhiran -kan
untuk kesempumaan aturan bahasa Indonesia. Lih. II. 3.
yang se-aktif2nya sampai kepada yang mendekati keadaan.
1. Dalam menyatakan sesuatu pekeijaan awalan me- itu yang ter- IL Sementara itu banyak juga awalan me- itu bentuk katakerja
jauh dan tersempurna apabila ia membentuk suatu katakeija yang tidak berobjek, jadi juga tidak transitif. Dalam hal yang
yang berobjek. Dalam hal ini katakerja yang aktif itu transi- serupa ini persamaan dengan awalan ber- lebih besar.
tif pula, yaitu dapat diubah dari mengemukakan subjek menjadi Dan sesungguhnya'dalam hal tidak transitif ini sering benar awal­
mengemuicakan objek dengan jalan perubahan bentuknya dari an ber- dan me- itu dicampur-adukkan, atau dipakai ke-dua2nya.
Seperti telah dikatakan, umumnya perbedaan antara keduanya
bentuk aktif menjadi bentuk pasif.
ialah oleh karena menurut perasaan sekarang, ber- itu lebih me­
Si Dul melempar anjing. Anjing dilempar si Dul. nyatakan sesuatu keadaan, sedangkan me- lebih menyatakan se­
Dalam hal ini katakeija-jadian itu mungkin teijadi d?ri: suatu pekerjaan atau perbuatan.
1. Katadasar yang menyatakan suatu perbuatan atau keija, se-
hingga awalan me- berarti melakukan keija itu: 1) Bandingkan dengan awalan ber- II. I. Disini kelihatan kepada kita alat benar2.
memukul, menembak, mengusir, membunuh, menumbuk, menulis. Apa bedanya; dia mandi bertimba dengan dia menimba.

142 143
Dalam hal ini katakeija-jadian itu mungkin terjadi dari; Pada uraian tentang ber- telah dikatakan, bahwa arti yang serupa
ini dapat juga diucapkan oleh awalan ber-, seperti berkuli.
1. Katadasar yang menyatakan suatu perbuatan atau keija:
Untuk selanjutnya dalam hal ini lebih baik dihidupkan awalan me-.
menangis, menyanyi, menari, melenggang, menggeleng, mengang- f. dihadapan katadasar benda yang biasa dicari atau dikumpulkan,
guk, menganga, mengelak dsb.l)
awalan me- mungkin juga berarti mencari atau mengumpulkan:
2. Katadasar katabenda: merotan, mendamar, meramu, merumput. Sudah dikatakan,
a. Didepan katabenda yang menyatakan sesuatu alat atau ke- bahwa tentang hal ini baik dipakai awalan ber-.
perluan yang dipakai manusia, artinya memakai alat atau ke- 3. Katadasar katakeadaan:
perluan itu;
menyirih, mengopi, mengidah, menyugi, merokok 2). Awalan me- berarti menjadi:
meninggi, mengurus, memecah, merendah, menyiisah, menua,
b. awalan me- menyatakan membuat, menjadikan atau menghasil-
/ memanfang, merugi, menghebat, meluar, memuda, merapuh,
kan apa yang disebut oleh katadasar:
mengancang, meluas, mengurai, melintang, mendurhaka, me­
mengembik, menguak, mencicit, mengeong, mengaumi menga-
mecah helah, membelah dua, memuiih, menghitam.
duh, mengeluh, menderu, mendengung, mengehai, meringkik.
menciap-ciap, menderam, mendengkur, mengakak, mengaku, 4. dihadapan katabilangan:
menfika. awalan me- berarti menjadi atau melakukan untuk kesekian
c. Kalau katadasarnya menyatakan tempat, maka awalan me- kali:
itu berarti menuju atau menempuh tempat itu: mendua, meniga, mengempat puluh, menujuh, menyeratus.
menyeberang, menghilir, memudlk, mendarat, membarat, meran- Apabila ditambah kata hari dibelakangnya, maka yang dimaksud
tau, menganan, mengiri, memantai, rrienepi, menengah, me- ialah memperingati atau merayakan.
minggir, melaut, mengawan, melangit, menanjung, menyimpang, Dalam kalimat Kuda itu mendua, yang dimaksud kuda itu ber-
menyisi, mengatas, menyisih, meninggi. lari dengan kakinya digerakkannya dua2 serempak.
d. dalam beberapa hal awalan me- berarti mencari:
mkrotan, meramu, mendamar. Catatari:
Waktu membicarakan -awalan ber- sudah dikatakan, bahwa dalam Seperti awalan ber- awalan me- ini dapat dilihat dari ber-bagai2
hal ini baik dipakai awalan ber-. jurusan. Memecah mungkin berarti menjadi pecah: Ombak memecah
e. Kalau katadasarnya menyatakan sesuatu makhluk atau benda di tepi pantai.
yang nyata mempunyai sesuatu sifat, maka awalan mer itu Awalan me- dalam perkataan mengopi mungkin berarti minum ko-
artinya berlaku seperti atau menjadi (seperti): pi dan mungkin juga berarti berubah menjadi seperti kopi.
merajalela, membeo, membabibuta, meraja, menukang, meranda, Awalan me- dalam perkataan melaut mungkin berarti menuju ke
membidan, mengepala, mewaris, menjeriang, menggembala, me- laut atau menempuh laut, tetapi mungkin juga seperti laut.
risau, menguda, mengerbau, menyemut, membujang, mengantara. Awalan me- dalam perkataan menduapxm ber-beda2 artinya:
Masuk golongan ini juga ialah: Hatinya mendua; kuda itu mendua.
mengekor, membantu, membukit, menghutan, mengijuk, meran- Demikian juga awalan me- dalam perkataan menggergaji mungkin
ting, membatang, meranggas, menganak sungai, menjarum, me- berarti memakai alat gergaji, tetapi mungkin juga menyerupai gergaji
ngembang bakung, meranting aur^meranda tua, membesar kepala', atau menjadi seperti.
Dalam hal inipun kita hams melihat kalimat dalam menentukan
membatu rubuh, melampung pukat, menggigi belalang.
/
dari jurasan inana kita hendak melihat soalnya.
1) Ada dikatakan: dia menyanyi Indonesia Raya, dia menari tariBalL Kedua kali-
AWALAN BER- DAN ME- BERKOMBINASI DENGAN
mat ini agak ganjil, katena objek Indonesia Raya maupun tari Bali tidak dapat di-
AWALAN DAN AKHIRAN
jadikan subjek penderita. Mennrut tatabahasa lebih benar kalau dikatakan:
nyanyikan, menarikan; bandingkan menggelengkan, dsb.
2) ^Merokok mungkin transitif. Baik awalan ber- maupun awalan me- mungkin berkombinasi dengan

144 145
awalan dan akhiran:
ber- dengan akhiran -an dan -kan
me- dengan awalan per- dan akhiran -kan dan -L
Dari kombinasi ini hanya akan dibicarakan disini kombinasi ber- -kan. PERBANDINGAN ANTARA BUNYIDASAR K DAN T
Dalam kombinasi ini akhiran -kan sebenamya akhiran semu, oleh
karena akhiran -kan tidak lain daripada kependekan katadepan akan Dalam bahasa2 Indonesia banyak benar terdapat bunyidasar iiii
yang dalam bahasa Indonesia moderen biasa dilenyapkan. Kalau akhiran sebagai awalan dan artinya dapat kita bagi dalam tiga bahagian:
ini masih dipakai juga dalam kata2, maka biasanya untuk pemanis
atau untuk irama: bersuntingkan, bertaburkan, bertatahkan dsb. /. Berarti arah.
Oleh karena arti kombinasi2 yang lain telah terang dari arti awal­ Sebenamya dalam arti arah ini bunyi dasar k ini suatu katadepan,
an dan akhiran itu sendiri maka arti kombinasi dengan awalan2 tetapi berhubimg dengan cara menulisnya dalam bahasa Indonesia
dan akhiran2 itu tidak usah diterangkan satu persatu. Lihat saja awalan sekarang (yaitu sekata dengan kata2 berikutnya), dan berhubung dengan
dan akhiran itu satu persatu. rapat hubungannya dengan awalan yang lain yang berasal dari bunyi­
dasar k ini juga, maka dalam tatabahasa ini awalan k yang berarti
arah ini saya masukkan juga kedalam golongan awalan. Dalam ba­
Dari: PEMBINA BAHASA INDONESIA, Nop.-Des. 1949 - Januari 1950. hasa Indonesia kita dapati ke rumah, ke Bandung, kedalam, kesana,
dalam bahasa Sunda dengan arti ini juga kita dapati dalam bentuk ka.
Perkataan Indonesia kini hams kita anggap keini. Berhubung dengan
arti bunyidasar k di bahagian II dibawah ini, baik juga dikemukakan
disini, bahwa dalam bahasa Batak untuk menyatakan arti arah seperti
ini dipakai awalan bunyi dasar t, yaitu tu. Nunga laho ibana tu huta =
Telah pergi ayah ke kota l). Dalam bahasa Karo dipakai ku: Bapa
ku rumah .= Bapa ke rumah 2).
Awalan bunyidasar k dihadapan bilangan seperti kelima, kesepuluh
dll. yang menyatakan tingkat dapat juga kita anggap berasal dari arti
, arah atau tempat. Yang keempat berarti yang di tempat bilangan empat.
Atau kalau hendak melihatnya dari jumsan yang agak bergerak, yang di-
tempatkan kepada bilangan empat (bandingkan arti yang berikut).
Demikian juga halnya dengan awalan bunyidasar k yang dihadap­
an bilangan yang menyatakan sekumpulan: Kesembilan pencuri
itu sudah ditangkap. Dalam kedua arti akhir ini yang berbeda bukan.
arti awalan ke-, tetapi arti bilangannya, yaitu tiap2 bilangan mengan-
dung kemungkinan berarti dua. Pertama sebagai nomor atau tingkat
dan kedua sebagai jumlah.
1) J.'H. Meerwaldt: Handleiding tot de beoefening der Bataksche taal.
2) J. H. Neumann: Schets der Karo-Bataksche Spraakkunst. Ganjilnya dalam
bahasa Karo disini ku kita dapatkan awalan ki dalam katakerja, yang artmya berde-
1 katan juga; Wrantmg = mencari ranting, kirawa = lari ke hutan, disini awalan ki- mer
/ nyatakan pergi ke- (mencari, mengambil). Sebenamya ki- se- bagai awalan katakerja
tinipun tidak usali- mengherankan benar.. Sebab dalam kalimat: Si Ali kesekolah;
kesekolahpun dapat dianggap sebagai katakerja. Tentu tentang hal ini menjadi soal
^ ^lakah yang dinamakan katakerja? Lihat bab pembaglan kata!

146 147
bahwa awalan bunyidasar t itu mungkin juga menyatakan tempat.
ll.Berarti pasif, yaitu tiba atau berada dalam sesuatu keadaan
atau menjadi tujuan sesuatu keadaan atau menjadi sesuatu keadaan.
Padang berarti dalam bahasa Jawa terang, dalam bahasa Indonesia
tempat yang terang, berlawanan dengan hutan.. Baik padang m^upun
Sebagai awalan akarkata kita lihat dalam kata2 Jav?a. katon, tiba
terang berasal dari akarkata rang (hukum rid). Jadi awalan bunyi­
dalam keadaan dapat dilihat; kandeg, tiba dalam keadaan berhenti;
dasar t yang menyatakan pasif arti yang terkandung dalam akarkata
kanggek, tiba dalam keadaan tertahan. rang, sama dengan awalan bunyidasar p dalam padang, yang berarti
Dalam bahasa Indonesia kita dapati tersembunyi dalam Imlah. yaitn
dalam bahasa Jawa pasif akarkata rang dan dalam bahasa Indonesia
•tiba dalam keadaan alah atau teralah. Barangkali serupa juga dengan
berubah menjadi tempat. Lagi pula dalam contoh arti awalan bunyi
kalah ini kapung = terapmg, kuntal = teruntal, kantil = terantil. (Bahwa
dasar k I telah kita lihat, bahwa dalam bahasa Batak awalan bunyidasar
awalan ke tidak terasa lagi temyata dari kebiasaan orang sekarang mengata-
t itu berarti tempat, sehingga tak ada ganjilnya, kalau terang atau
kan teralah, ter-kapmg2, terkuntal-kantil). padang pada suatu ketika mungkin berarti tempat yang diterangi 1).
Pada contoh2 yang akhir ini ternyata, bahwa awalan bunyidasar
k dengan awalan bunyi dasar t mungkin bersamaan artinya. Hampir III. Awalan bunyidasar k berarti menjadikan katabenda.
sekalian awalan ka (atau ke) bahasa Jawa dapat disalin dengan awa - Menilik kepadk' uraian bunyidasar k II tidaklah ganjilnya awalan
an ter- dalam bahasa Indonesia: katon = terlihat, kocap - terucap.oli. tersebut berarti pula katabenda, terutama katabenda yang pasif, apa-
Seperti dalam bahasa Indonesia awalan ter- sebagai pasif sejalan dengan lagi kalau kita pikirkan, bahwa dalam bahasa2 Indonesia tidak ada
awalan di- demikian juga awalan ka bahasa Jawa sejalan dengan awalan perbedaan bentuk yang pasti antara katakerja atau katasifat dengan
di- atau dipun-. Selain daripada itu rupanya di zaman yang lalupun, katabenda (bandingkanlah arti terang dalam catatan halaman yang
dalam bahasa Indonesia terdapat juga awalan ka- itu, seperti ternyata lalu). Perkataan gila boleh berarti kata-sifat, boleh berarti katabenda
dari batu bertulis dari zaman Sriwijaya yang antara lain memperlihatkan. absetrak nama penyakit, dan boleh juga berarti katabenda yang
teliwat dan fazlalu, dalam arti terliwat dan ferlalu. Sementara itu menyatakan orang yang gila, misalnya si gila. Berhubung dengan ini
kalau kita perhatikan bahasa2 Indonesia yang lain akan nyata ke- tidak mengherankan sekali, bahwa dalam bahasa Jawa kawruh berarti
pada kita, bahwa persamaan antara bunyidasar k dan t sebagai pa­ yang diweruhi atau pengetahuan, karep yang diarepi, kajeng yang
sif itu lebih luas tersebar. Ada bahasa -yang sekarang se- diajengi, dll. Dalam bahasa Indonesia kita dapati kata kekasih, yang
mata2 mempunyai awalan bunyidasar t saja seperti bahasa Indone­ berarti yang dikasihi (sebenarnya-awalan fee- yang pertama kelebihan,
sia dan Sunda (ti), ada bahasa yang-sekarang se-mata2 ineinpunyai sebab dalam kata asih sudah ada awalan k, sebab katadasarnya asih),
awalan bunyidasar k saja seperti bahasa Jawa 1), tetapi disisi itu ada ke-tua, yang dituai (kan)j kehendak = yang dikehendaki. Dalam kata
pula beberapa bahasa yang mempunyai kedua awalan bunyi dasar itu kalahpxm kita lihat arti teralah berubah menjadi arti katabenda. Kalah
ber-sama2 dalam arti yang sama, seperti bahasa Toba {ka, dan tar, si AH seratus rupiah. Selanjutnya kata kerambil dan kelapa ~ yang
misalnya), diambil dan yang dialap.
Sementara itu soal ini dapat juga kita lihat dari sudut yang lain.
bahasa Dairi {ke- dan ter-)
Dalam bahasa Bare’e awalan ma yang menjadikan katasifat atau
bahasa Makasar {ka- dan M-)
bahasa Bugis {ka-, ca- dan far-) adjektif sejalan dengan katajadian yang berawalan ka-, yang (menya­
takan derajat, sifat atau hal terkandung oleh katadasar.
bahasa Fuji {ka- dan ta-)
Kalau kita perhatikan benar2 mungkin sekali arti awalan bunyi­ Kalau katadasar itu katakerja, maka kedudukaji katajadian yang
dasar k I sama dengan arti awalan bunyidasar k II. Ada dalam keadaan berawalan ka- itu sama dengan imperatif (suruhan), (dalam bahasa
sesuatu mungkin sekali artinya menjadi tuiuan sesuatu keadaan: ka­ Indonesia imperatif teijadi dengan melenyapkan segala awalan dari
ton berarti tiba dalam keadaan (dapat) dilihat. Tetapi maju se- katakerja: Ambil! Pukul!) Tetapi kalau katadasarnya terjadi dari ka­
langkah berarti lihatan ditujukan kepadanya, sehingga ia terlihat. tasifat tentulah jarang tersua imperatif itu, dalam hal yang demikian
Berhubung dengan ini ada sesuatu contoh yang terang menyatakan, bentuk awalan ka- itu berarti katabenda yang absetrak, seperti juga
kata Indonesia sakit mungkin berarti katasifat atau katabenda abr
D Sementara itu dalam bahasa Jawapun ada kata2 yang berawalan bunyi das^ setrak. Contoh: nunjaa kadagonya = apakah baiknya (kebaikan-
t '■ teiwaca, tarbuka (tentang pikiran dan hati), tartamtu, terkadang. Boleh ja
katajadian2 ini sisa dari zaman yang lampau. Lih. Dr. M. Prijohutomo: Javaansche
1) Bandingkan: Saya pergi keterang, disini berarti tempat.
Spiaakkunst.

149
148
nya); ma’ai kadagonya = sangat baiknya (kebaikannya). Selanjutnya I arti hingga ke- itu ialah arti dekat, kiral.. Dalam bahasa Bare’e kita
kaombo berarti jatuh, dalam arti katabenda atau imperatif 1). dapati dalam kata tepapitu yang berarti: kira2 tujuh, dekat tujuh 1).
Dari uraian tentang bahasa Bare’e ini nyata juga kepada kita, Dalam bahasa Mori kita dapati juga arti yang serupa ini: ta te pato
bahwa awalan bunyi dasar k sebagai pembentuk katadepan dan ter- bangka = kira2 empat kapal penuh;nra nte’ opaa (ira) = kira2 empat
utama katabenda yang absetrak tiadalah sesuatu yang ganjil. (orang) 2). Arti kira2 ini kata Esser mudah sekali kita terangkan dari
Sementara itu imperatif berawalan ka- dalam bahasa Bare’e inipun arti = menjadi, sampai ke- 3).
dapat kita bandingkan dengan awalan ki- dalam bahasa Karo: kiranting Awalan bunyidasar t sebagai pembentuk pasif kita dapati dalam
(mencari ranting), kilaut (mengambil air), kirawa (lari ke hutan). Da­ beberapa bentuk. Umumnya pasif itu disebut orang accidenteel, yaitu
lam bahasa Karo ini awalan ki- itu menjadikan katakerja dari katabenda tiba2, dengan tidak disengajai, yaitu berbeda dengan pasif awalan di­
(dalam bahasa Indonesia untuk ini dipakai awalan be- dan me-). Im- din bersamaan dengan awalan bunyi dasar k.
peratifnya tentulah akan tetap k/ranting, Maut, kirawa dll. Arti ini sangat dekat dengan arti yang mengatakan dengan sen-
Dari uraian tentang awalan bunyidasar k nyata kepada kita, bahwa dirinya tiba kedalam sesuatu keadaan: terduduk = tiba dalam ke-
dalam ketiga arti awalan bunyidasar tersebut, yaitu sebagai penyataan adaan duduk dengan sendirinya. Dalam bahasa Mori kita dapati terpoturi
arah, sebagai pembentuk pasif, sebagai pembentuk katabenda mungkin = tiba dalam keadaan baring atau terbaring; tekoturi = tiba dalam keadaan
sekali arti dan jabatan awalan bunyidasar itu sama benar dengan awalan tidur atau tertidur.
bunyidasar t. Didahului oleh kata tidak atau yang searti dengan itu, awalan
Sekarang' marilah kita melihat persamaan ini pula dari jurusan bu­ bunyi dasar t itu mungkin sekali mendapat arti = sanggup, dapat,
nyidasar t. mungkin. Tami teto’, ori doano 4) dalam bahasa Mori sama benar
Telah kita lihat, bahwa awalan bunyidasar t dalam bahasa Batak dengan bahasa Indonesia fak terketahui jumlahnya. Teto’ori dan terketahui
sama benar kedudukannya dengan awalan atau katadepan bunyidasar berarti tak dapat atau tak sanggup diketahui.
k yang menyatakan arah, atau lebih luas tempat. Dalam hal ini bahasa Arti dapat, sanggup atau mungkin yang masuk kedalam awalan
Batak tidak se-kali2 terpencil. Dalam bahasa Gayo katadepan yang bunyidasar t ini sebenarnya tidak mengherankan sedikit juga. Awalan
telah menjadi awalan ter atau te pun menyatakan tempat: Ter bur bunyidasar t yang berarti pasif yang sudah berlaku itu dengan perkataan
umahd, ter paluh umahku 2) (di-, ke-) sebelah gunung rumahnya, di- tidak dihadapkannya memasukkan dengan ■ sendiri- arti tidak sanggup,
(ke-) sebelah lembah rumahku. (Perbedaan antara awalan ke- dan di- tidak dapat, tidak mungkin kedalamnya, sebabnya apabila yang ter-
dalam bahasa Indonesia sendiripun sering tidak besar; sampai atau tiba kandung dalam awalan bunyi dasar t itu tidak berlaku tentulah oleh
di- atau ke-). Dalam bahasa Busang (Bah. Dayak daerah Mahakam) karena tidak sanggup, tidak dapat atau tidak mungkin.
kita dapati juga awalan ti, yang menyatakan tempat juga: te uma’ Suatu arti awalan dasar t yang langsung dan juga dari arti tiba
= dalam rumah, di rumah 3). Lain daripada itu dalam bahasa Karo | dalam suatu keadaan, merijadi............... ialah arti yang menyatakan
kita dapati awalan ter- yang dekat sekali artinya dengan menyatakan menjadi sangat............. dalam keadaan yang paling........... Dalam bahasa
tempat: tertiwen = sampai ke lutut, terbites - sampai ke betis (Ter- Indonesia kita dapati arti ini dalam hubungan katasifat: tertinggi =
tiwen kami arah kubang = sampai ke lutut kami melalui ku- paling tinggi, dan mungkin juga berarti terlampau tinggi. Dalam ar­
bangan 4). Selangkah lagi awalan ter- ini kelihatan juga dalam bahasa ti yang akhir ini nampak lagi kepada kita betapa sejajarnya per-
Karo sebagai awalan katabilangan dengan arti sampai ke- (hingga): jalanan arti awalan dasar t dengan arti awalan dasarbunyi k. (keting-
dag6 ter-25 rupiah sekalak = jadi, hingga 25 rupiah seorang. Dalam gian = terlampau tinggi). Dalam bahasa Mori 5) bukan saja dipakai
bahasa Bare’e awalan te- berarti serupa ini juga dihadapan katabilang­ dihadapan katasifat dan katatambah, tetapi juga dihadapan kata­
an yang suku pertamanya diulang, yaitu sekumpulan2 yang sama ■ bilangan dan jabatannya ialah untuk lebih lagi mengemukakan kata
jumlahnya dalam sesuatu pembahagian: tesasamba’a = satu-satu atau j
satu persatu, teraradua = dua-dua 5). Suatu lanjutan yang lain- dari
1) Dr. N. Adriani: Spraakkunst der Bare’e-taal, hal. 231.
1) Di. N. Adriani: Spraakkunst der Bare’e-taal. 2) S. J. Esser: Klank- en Vormleer van het Morisch I. hal. 288.
2) Dr. G. A. J. Hazeau: Gajosch - Nederlandschwoordenboek,'hal. 1945.
3) J. P. J. Barth: Boesangsch - Nederlandsch, haL 29. 3) idem hal. 329.
4) S.J. Esser: Klank- en Vormleer van het Morisch II. hal. 228
4) J. H. Neumann: Schets der Karo-Bataksch Spraakkunst, hal. 75.
5) Dr. N. Adriani: Spraakkunst der Bare’e-taal, 333 5) idem hal. 224.
bilangan itu. Lebih mengemukakan katasifat atau katatambah sudah
selayaknya berarti: paling, terlarrtpau dan serupa itu.
Maju selangkah lagi kepada awalan bunyidasar t itu masuk arti PROF. FOKKER TENTANG BAHASA INDONESIA DAN
kemauan yang keras dan menjadilah ia imperatif atau kualitatif voluntatif;
BAHASA DAERAH
temoiko = perbaiki, baik2, awas, hati2.
Temempale = lekas. Tentang hal dihadapan katabilangan terang
Dibawah ukutan dan tidak membawa pemandangan baru.
sekali dalam contoh yang berikut: puuriakono ia mpuheno tepempaa
= tiup diatas pusatnya, empat kali; tepudu pana2-ku, poweweuakune Pada tanggal 4 Desember 1950 yang lalu Fakultet Sastera dan
te’asapo mbo’u = panah2 saya patah, buatkan satu lagi untuk saya. filsafat Perguruan Tinggi Republik Indonesia, yaitu bekas fakultet
Disini nyatalah kepada kita, bahwa imperatif berawalan ka- dalam pre-federal di Jakarta mengadakan upacara peringatan sepuluh tahun
bahasa' Bare’e itupun tiada ganjilnya. berdirinya. Sesungguhnya, kejadian yang pentiiig, yang ada dipakai se-
Dalam arti yang ketiga, yaitu arti membentuk katabendapun terdapat bagai penutup waktu penjajahan, yang tidak dapat kita pertanggung-
juga awalan bunyidasar Seperti tentang hal awalan bunyidasar k, jawabkan sepenuhnya dan permulaan waktu yang baru, waktu nasional,
arti inipun dapat kita lanjutkan dari arti pasif; dalam bahasa Bare’e 1)
seperti sering disebutkan orang zaman sekarang. Berhubung dengan
kita dapati torea = sisa, yaitu makanan yang telah di-derai2kan (rea); itu telah pada tempatnya, apabila pada hari itu kita mendengar di-
tentoru = air yang terlalu dari lubang renik batu, bandingkan dengan ucapkan sebuah pidato tentang ’’Bahasa Indonesia dan bahasa daerah”,
kata terns bahasa Indonesia. yang akan dapat memaparkan soal2 bahasa di Indonesia sekarang dan
yang dengan keahlian menunjukkan jalan yang akan ditempuh di
masa yang akan datang. Tetapi apabila kita melihat, bahwa Prof.
Dari: PEMBINA BAHASA INDONESIA, Nopember 1950 Fokker dan bukan gurubesar bahasa Indonesia Prof. Prijono, yang
mengucapkan pidato itu, se-kurang2nya kita agak heran, teristimewa
jika kita ingatkan betapa banyaknya dalam waktu yang akhir ini,
baik dari kalangan, Kementerian maupun dari kalangan Perguruan
Tinggi diucapkan kata2 untuk menasionalkan Perguruan Tinggi dan
kebudayaan Indonesia secepat mungkin. Soal ’’Bahasa Indonesia dan
bahasa daerah”, yang typis soal nasional, malahan yang suatu hagian
yang penting dari politik dan kebudayaan nasional, ganjil sekali se-
tahun setelah dilakukan penyerahan kedaulatan masih mungkin di­
ucapkan oleh seorang gurubesar asing terhadap pendengar2 Indonesia.
Telah teranglah, bahwa dalam hal ini Prof. Fokker tidak dapat di-
persalahkan, malahan mungkin kita hams berterima kasih kepadanya,
bahwa ia telah sudi memikirkan soal2 politik kebudayaan kita sampai
sejauh itu, oleh karena gurubesar2 Indonesia sendiri tidak ada yang
mau atau sanggup melakukannya.
Sementara itu ucapan yang akhir ini bukan se-kali2 berarti, bahwa
kita setuju dengan isi pidato Prof. Fokker itu dan mengagumi taraf
keilmuannya. Meskipun sudah terang, bahwa pidato tentang ’’Bahasa
Indonesia dan bahasa daerah” bukanlah terutama sekali pidato ilmu
' bahasa, melainkan pidato yang bersifat politik bahasa, tetapi sebagai
1
' uraian tentang politik bahasapun pidato yang diucapkan dihadapan
Perguruan Tinggi mesti memenuhi beberapa syarat keilmuan, yang
tidak kelihatan kepada kita dalam pidato Prof. Fokker itu. Prof. Fokker
1) Dr. N. Adiiani: Spraakkunst der Bare’e-taal, hal 228. •rupanya amat girang dapat mengucapkan pidatonya dalam bahasa In-

152
kan kebenaran, bahwa hakekat bahasa yang sebenarnya ialah pikiran,
donesia dan terhanyut dalam retorik seperti ”tidak tepermanai la- oleh karena tiap2 kata dan susunan kata itu menjelmakan pengertian,
gunya”, ’’kekayaan bahasa daerah yang mentakjubkan, keindahannya yaitu pikiran. Malahan dalam bahasa yang menjelmakan perasaanpun
yang mengharumkan”, dll., terlepaslah disiplin dan ketelitian pikiran- perasaan itu mesti ditransponir dahulu kedalam kategori pikiran, se­
nya dan menjadi amat abailah ia tentang yang dikemukakannya, se- hingga jerit orang kesakitan yang tidak memakai kata2 atau peng­
hingga pidatonya itu dilihat dari jurusan ilmu jauh dibawah ukuran. ertian seperti juga bunyi anjing menyalak, belum sampai ke tingkat
Bukan saja cara berpikir yang dipakai oleh Prof. Fokkw itu sa- bahasa. Bahwa bahasa Sunda berlainan (bukan lebih banyak atau lebih
ngat populer dan me-lompat2, tetapi penuh pula ber-bagai2 perten- sempuma) menjelmakan perasaan dari bahasa Indonesia, tak usah di-
tangan, se-olah2 terasa kepada kita, bukan konsepsi dan logikanya terangkan lagi, sebab telah terang, oleh karena dalam setruktur bahasa
yang memimpinnya, tetapi sesungguhnya kelancaran lidahnya meng- Sunda yang sebagian dari setruktur kebudayaan Sunda yang tradisionil
hubungkan ber-bagai2 kata dan kalimat Indonesia yang lazim. Saya itu kedudukan dan penjelmaan perasaan berbeda dari dalam setruktur
katakan cara berpikir Prof. Fokker itu sangat populer, malahan bahasa Indonesia, yang sebagian pula dari setruktur kebudayaan b^ngsa
kadang2 naif, oleh karena ber-turut2 dengan dada diganggu oleh Indonesia yang moderen. Benar sekali, bahwa banyak penjelmaan pe­
sangsi sedikit juapun ia mengemukakan ber-bagai2 pertentangan de­ rasaan dalam bahasa Sunda atau bahasa daerah yang lain, yang su-
ngan mutlak; nuance antara yang dipertentangkannya itu tiadalah te­ sah diteijemahkan kedalam bahasa Indonesia, tetapi Prof. Fokker se-
rasa kepadanya. Bahasa Indonesia dipertentangkannya dengan bahasa baliknya lupa, bahwa pasti se-kurang2nya sama benarnya, bahwa pen­
daerah sambil melupakan, bahwa teristimewa di Indonesia batas antara jelmaan perasaan dalam bahasa Indonesia tak kurang sulitnya diterjemah-
keduanya itu masih senantiasa dalam bergerak, karena bahasa Indo­ kan kedalam bahasa daerah. Malahan saya berani berkata, bahwa
nesia sebagai bahasa persatuan masih dalam tumbuh, sedangkan perasaan seperti yang terjelma dalam sajak2 Indonesia moderen (sajak
bahasa daerah disana sini menghadapi kerisis yang hebat (perhatikan Chairil Anwar misalnya) akan lebih susah diteijemahkan ke bahasa
misalnya bahasa Jawa majalah Penyebar Semangat dan suratkabar daerah dari menerjemahkan sajak2 bahasa daerah yang bagaimanapun
Expres di Surabaya). Dipertentangkannya pula antara pemandangan sukarnya kedalam bahasa Indonesia.
ilmu bahasa dahulu yang katanya mengutarakan fikiran dan kecerdasan Dalam pemandangannya yang ongenuanceerd mempertentangkan itu
dan berdasarkan filsafat yang sombong, deng^ pemandangan ilmu taklah mengherankan, bahwa ia melihat suatu perselisihan paham yang
bahasa sekarang, yang katanya oleh pengaruh ilmu jiwa mengutama- tajam didalam masyarakat antara aliran yang hendak menjadikan ba­
kan perasaan, dengan melupakan, bahwa pertentangan yang setajam hasa Indonesia sungguh2 bahasa ibu seluruh bangsa Indonesia, yang
itu hanya pildran umum yang populer sebab antara filsafat dan ilmu menganggap bahasa2 daerah bahaya yang mengancam persatuan, dengan
sepanjang zaman ada perhubungan yeng erat, sehingga pemandangan golongan yang mengatakan kami mempertahankan bahasa daerah kami
ilmu bahasa yang baru itupun pada hakekatnya berdasarkan filsafat sendiri oleh karena hanya dalam bahasa itulah teijelma hati sanubari kami.
yang sombong juga. Dalam mempertentangkan bahasa Indonesia dan Disini sebenarnya Prof. Fokker telah tiba di lapangan yang sangat
bahasa daerah dipertentangkannya dengan mutlak, bahwa yang pertama berbahaya baginya: pertama ucapannya itu tidak berdasarkan kenyata-
bersifat intelektuil -dan yang kedua bersifat emosionil, pada.hal sebehmi an sedikit juapun. Di Indonesia tidak ada aliran yang hendak men­
itu (inilah pertentangan Prof. Fokker dalam dirinya sendiri) ia berkata, jadikan bahasa Indonesia bahasa ibu untuk seluruh bangsa Indonesia,
bahwa dalam tiap2 manusia hidup dua tendensi, pertama untuk me- seperti juga di Negeri Belanda tidak ada aliran yang hendak menjadikan
ngabarkan maksud dan pikiran dan kedua untuk mencurahkan isi hati bahasa Belanda Algemeen Beschaafd itu bahasa ibu seluruh bangsa
(kursif dari saya). Dalam hubungan inilah dikemukakannya benar Belanda. Soal bagi orang2 yang mengemukakan bahasa Indonesia dewasa
kekayaan bahasa daerah dan teristimewa bahasa Sunda ^an kata2 ini ialah, bagaimana menyempurnakan bahasa itu sehingga menjadi alat
yang menyatakan perasaan dan dilupakannya sama sekali seluruh yang baik dalam masyarakat moderen. Dan tidak ada juga golongan yang
kekayaan kesusasteraan bahasa Indonesia yang baru, yang notabene hendak mempertahankan bahasa daerah oleh karena hanya dalam bahasa
sebagian besar bersifat romantik. Tidakkah romantik kesusasteraan daerah itulah mereka dapat menjelmakan sanubari mereka; rakyat Indone­
bahasa Indonesia itu masuk perasaan? Dalam cara berpiMrnya yang sia disisi mengucapkan pikirannya menjelmakan juga perasaannya dalam
mempertentangkan dan sendiri penuh pertentangan itu lupalah ia, bahasa Indonesia, baik dengan tulisan maupun dengan lisan. Salah benar
bahwa tiap2 kalimat dan tiap2 kata, bahwa tiap2 pikiran mungkin di- sangka Prof. Fokker, apabila ia menyangka; bahwa bahasa Indonesia
sertai oleh perasaan. Dan hal yang akhir ini tidak mungkin mengurang-

155
154
scperti diucapkan dalam rapat raksas^, dalam sidang perwakilan rakyat,
dalam suratkabar, tidak menjelmakan perasaan; keadaan yang sebenarnya ^%tau penyelesaian yang baru: Soal bahasa Indonesia dan bahasa daerah
ialah sebaliknya, sering perasaanlah yang amat me-luap2. yyang sebenarnya ditinggalkannya masih tetap pada tingkat tiga puluh
Ucapan Prof. Fokker ini bertentangan benar dengan objektiviteit :■ iahun yang lain.
ilmu, karena ia mengadakan dan mengemukakan pertentangan dimana
tidak ada pertentangan, dengan tidak pula mengemukakan bukti2 yang
nyata, sehingga beralasan sekali orang menduga: tidakkah mungkin Dari: PEMBINA BAHASA INDONESIA, Desember 1950.
disini Prof. Fokker mengemukakan lagu lama, yaitu diam2 memasukkan
jarum perpecahan di kalangan bangsa Indonesia? Prof. Fokker menolak
dugaan itu dalam Penibina Bahasa Indonesia no. 2. Baiklah tentang hal
ini saya tidak berkata apa2.
Tetapi selain dari hal2 yang tidak benar diatas itu, ia mengemuka­
kan hal yang tidak benar pula, apabila dikatakannya, bahwa Pemerintah
Republik Indonesia dan bersama dengan itu bangsa Indonesia belum
memilih dan menentukan sikap tentang bahasa Indonesia dan bahasa
daerah. Dalam usahanya untuk mempertentangkan itu Prof. Fokker
rupanya lupa pula, bahwa di sekolah2 Republik pada tiga kelas yang
pertama sekolah rakyat bahasa daerahlah yang rtEnjadi bahasa peng-
antar, sedangkan sampai di kelas tinggi sekolah rakyat bahasa daerah
masih diajarkan.
Betapa tidak telitinya Prof. Fokker menyelidiki, ternyata apabila
ia berkata, bahwa bahasa Arab seperti bahasa Sangsekerta sudah lama
berhenti pengaruhnya di negeri ini. JCalau diinsafkannya sebentar,
bahwa agama Islam itu agama yang hidup bagi sebagian terbesar dari
penduduk kepulauan ini dan tiap2 tahun be-ribu2 orang Indonesia
pergi dan belajar ke tanah Arab, agaknya tidaklah ia mengucajpkan
yang sia2 serupa itu. Ingatkan sajalah nama H. A. Salim dan dian-
taranya yang muda Bahrum Rangkuti.
Pemandangan soal bahasa Indonesia dan bahasa daerah dari ju-
rusan masyarakat dan ilmu bahasa yang dijanjikan Prof. Fokker da-
lam\ pidatonya itu kepada kita, tidak banyak^kelihatanf-huahnya, oleh’
karena cara Prof. Fokker berpikir dan menguraikan terlampau me-
lompat2. Kalau ia dengan sesungguhnya melanjutkan uraiannya menilik
soal yang dihadapinya itu dari jurusan masyarakat dan ilmu bahasa,
mungkin sekali banyak segi yang akan dapat dikemukakannya dan akan
dapat ia memberi beberapa analisis yang berfaedah. Demikian juga
ber-bagai2 contoh yang diberikannya tentang soal bahasa di Irlandia,
di India dsb. terlampau fragmentaris dan tergantung di awang2, se­
hingga tak banyak manfaatnya.
Sebenarnya cacat uraian Prof. Fokker itu ialah tidak adanya kon-
sepsi yang jelas, jalan pikiran yang me-lompat2 dan teristimewa p'e-
ninjauan yang tidak berdasarkan kenyataan. Tidaklah mengherankan,
bahwa oleh karena itu uraiannya itu tidak membawa pemandangan

156

Anda mungkin juga menyukai