net/publication/360064112
CITATIONS READS
0 1,234
2 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani on 20 April 2022.
Disusun oleh:
Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST, M.Keb, Ph.D
Dewi Susanti, SST, M.Keb.
PENDIDIKAN KARAKTER
BAGI MAHASISISWA KEBIDANAN
Penulis:
Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST, M.Keb, Ph.D
Dewi Susanti, SST,M.Keb.
Editor:
Diajeng Ragil Pangestuti, S.S.
Desain Sampul:
Daffa Farras Shidiq
Penata Letak:
Rachmat Fitriadi Caesar
ISBN: 978-623-5877-12-9
Diterbitkan Oleh:
CV Penulis Cerdas Indonesia
Anggota IKAPI No. 280/JTI/2021
Jalan Selat Karimata E6/No. 1
Kota Malang
E-mail: Idbookstore.ofcial@gmail.com
Website: Idbookstore.id
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat
serta karunia-Nya sehingga buku ini dapat terselesaikan dengan baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
penyusunan buku ini, sejak awal mula hingga proses penerbitan
selesai. Tidak dapat dipungkiri buku ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis memohon maaf atas kekurangan buku ini dan akan
berusaha mengembangkan diri dari segi menulis untuk karya-karya ke
depannya.
Besar harapan penulis buku ini dapat menjadi sumber bacaan yang
bermanfaat bagi orang-orang yang membacanya.
Malang 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENGANTAR 1
BAB I HAKIKAT MANUSIA 6
A. Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan 7
B. Manusia Sebagai Makhluk Individu 8
C. Manusia Sebagai Makhluk Sosial 11
D. Manusia Sebagai Makhluk yang Unik dan Multidimensi 13
BAB II KONSEP DASAR KARAKTER DAN KEPRIBADIAN 15
A. Pengertian Karakter 15
B. Proses Pembentukan Karakter Manusia 16
BAB III PEMBENTUKAN KARAKTER 21
A. Konsep Dasar 21
B. Pembentukan Karakter Bidan 31
C. Membangun Pilar Sikap Pendidikan Bidan 33
BAB IV KONSEP DIRI 35
A. Pengertian Konsep Diri 35
B. Komponen Konsep Diri 35
C. Memahami Diri Sendiri 37
D. Kepribadian 38
E. Kebiasaan Baik Dalam Menjalankan Agama 38
F. Bentuk Penghormatan Pada Diri Sendiri 39
G. Etika Baik dan Buruk 40
H. Mengelola Emosi dan Pengendalian Diri 41
ii
BAB V PERILAKU JUJUR 43
A. Konsep Dasar Kejujuran 43
B. Butir Kejujuran 44
C. Sikap Jujur di Kegiatan Sehari-hari 46
D. Mengasah Kejujuran 47
BAB VI PERILAKU DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB 48
A. Disiplin dan Tanggung Jawab 48
B. Disiplin dan Tanggung Jawab di Kehidupan Sehari-hari 49
BAB VII KERJA KERAS 50
A. Konsep Dasar Kerja Keras 50
B. Membangun Etos Kerja 51
BAB VIII KONSEP BERANI 53
A. Konsep Dasar Berani 53
B. Butir Keberanian 53
C. Sikap Berani di Kehidupan Sehari-hari 54
BAB IX MEMAHAMI ORANG LAIN 55
A. Konsep Dasar Memahami Orang Lain 55
B. Bentuk Penghormatan Kepada Orang Lain 56
C. Peduli Kesehatan Sesama 58
D. Perilaku Hormat, Santun, dan Peduli Sesama 60
BAB X PERILAKU ADIL 62
A. Konsep Dasar Adil 62
B. Keadilan di Kehidupan Masyarakat 62
C. Keadilan Profesi 63
BAB XI MEMBANGUN KARAKTER BIDAN 64
A. Konsep Dasar 64
B. Melatih Komunikasi 69
C. Mengasah Kejujuran 72
iii
D. Keteladanan 73
E. Membangun Sikap Terbuka 73
F. Tidak Memberikan Sanksi Berlebihan 74
G. Melatih Kerja Sama 74
BAB XII PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN 76
A. Konsep Dasar 76
B. Faktor Pengaruh Penyesuaian Diri 78
C. Manajemen Konflik Sebagai Penyesuaian Diri 78
iv
PENGANTAR
URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER
1
Kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter sudah lama
dirasakan oleh pemikir/pemangku kebijakan bidang pendidikan,
pendidik, orangtua dan masyarakat. Berbagai studi yang dilakukan
membuktikan bahwa pentingnya menanamkan kejujuran,
ketelitian, kedisiplinan, saling menghormati dan menghargai, dan
sopan santun. Hasil penelitian US Departement of Health and
Human Service menunjukkan, faktor yang memengaruhi gagalnya
sistem belajar di sekolah bukan kemampuan kognitif psikososial
(kecerdasan emosi dan sosial), rasa percaya diri (self confidence),
ingin tahu (curiosity) motivasi, kontrol diri (self-control), bekerja
sama (coorperation), mudah bergaul, konsentrasi, empati dan
kemampuan berkomunikasi.
2
ciri beraktualisasi diri melalui hati/qalbu untuk menumbuhkan dan
memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, termasuk
budi pekerti luhur dan kepribadian unggul yang diyakini bahwa
semua itu bersumber pada karakter dan jati diri.
3
Pendidikan karakter bidan merupakan pendidikan untuk
membentuk kebiasaan baik di kehidupan sehari-hari. Kebiasaan
baik disadari dengan kesadaran, keyakinan, dan kepekaan dalam
diri bidan. Hal ini merupakan upaya yang berkelanjutan harus
dilakukan di bidang pendidikan.
4
dunia kerja. Mengasah dan mengembangkan karakter yang baik
melalui pembiasaan di lingkungan pendidikan dapat diterapkan
dalam proses belajar mengajar, pergaulan di lingkungan akademik
dan kegiatan ekstrakurikuler. Aspek tersebut akan terus berkembang
begitu mahasiswa masuk ke lingkungan belajar di luar kampus
seperti praktik di lapangan dan kegiatan kemahasiswaan lain.
5
BAB I
HAKIKAT MANUSIA
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (sanskerta) dan
“mens” (latin) yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang
mampu menguasai makhluk lain. Dalam hal ini manusia adalah individu
yang paling sempurna dibandingkan makhluk yang lain. Manusia dapat
diartikan sebagai konsep, gagasan, realitas, kelompok, atau individu.
6
dan berusaha membuat dunia menjadi lebih baik.
6. Manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya
merupakan individu yang mudah terpengaruh oleh
lingkungan terutama dalam bidan sosial.
7
yang lebih baik. Dengan demikian, manusia akan berusaha untuk
melakukan yang terbaik dalam mengemban tanggung jawab
dalam memelihara dan mengelola bumi serta seisinya. Manusia
juga perlu menyadari bahwa setelah kehidupan di dunia akan ada
kehidupan di akhirat, dimana ia akan mempertanggungjawabkan
perilakunya di dunia. Tentu saja, kepercayaan itu akan mengontrol
sikap dan perbuatannya. Pemahaman akan rendah dan tidak
berartinya manusia di mata Tuhan akan membuat manusia
berusaha meningkatkan kualitas dirinya dalam upaya membuat
dirinya bermakna. Hal tersebut akan menghindarkan manusia dari
perilaku sombong dan membuatnya sadar bahwa manusia jauh
dari kata sempurna. Sikap optimis dan keyakinan akan kapasitas
menjadi manusia baik merupakan pertanda pemahaman yang baik.
8
lahir/faktor keturunan, sedangkan faktor fenotip adalah ciri fisik
dan karakter yang dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor fenotip
berperan dalam pembentukan karakteristik khas dari seseorang
yang membuat ia unik dan berbeda dari individu lain. Istilah
lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya yang berpengaruh
terhadap pembentukan individu secara utuh.
9
dalam mempertanggungjawabkan perilakunya, manusia sendiri
lah yang harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
10
Sejalan dengan hal tersebut, Bung Karno dalam risalah sidang
BPUPKI-PPKI 1998 menerangkan tentang seimbangnya dua sifat
tersebut dengan ungkapan, “Internasionalisme tidak dapat hidup
subur kalau tidak berakar dalam bumi nasionalisme, nasionalisme
tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme”. Panduan
harmoni antara individu dan sosial dalam diri bangsa Indonesia
diungkapkan dalam sila kedua dan ketiga pancasila. Indonesia
menempatkan kepentingan bersama tanpa mengorbankan hak
manusia sebagai individu.
11
orang lain dalam beberapa aspek kehidupan tertentu.
12
bermasyarakat juga akan mengembangkan kemampuan manusia di
berbagai aspek yang kemudian mengantarkan manusia ke tujuan
hidup yang ingin dicapai olehnya.
13
merupakan daya nalar dan logika seseorang berupa mempelajari
keterampilan baru, menganalisis dan kemampuan intelektual
lain. Orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi mampu
bekerja sama secara abstrak, mampu mengenali dan belajar
menggunakan abstraksi, serta mampu menyelesaikan masalah.
Pengembangan potensi intelektual dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan faktor internal. Individu dengan intelektual kreatif
memiliki kemampuan berpikir lancar, lebih banyak mengajukan
pertanyaan dan jawaban dengan gagasan solutif dalam berbagai
keadaan, berpikir luwes, berpikir orisinil, memiliki ketelitian
dalam mengevaluasi, kritis dan imajinatif, mendeteksi dan
memverifikasi, analitis dan sintetis.
14
BAB II
KONSEP DASAR KARAKTER DAN KEPRIBADIAN
A. Pengertian Karakter
Karakter merupakan tata nilai yang menuju pada sistem yang
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku manusia (Simon Philips,
2008). Pemahaman lain dari karakter ialah sebagai ciri, gaya, atau
sifat khas dari seorang individu yang dibentuk oleh lingkungannya.
15
Respon manusia yang berbeda menyimpulkan bahwa dalam
menghadapi satu masalah yang sama setiap manusia memiliki
perspektif berbeda terhadap masalah tersebut sehingga respon
untuk menyelesaikan masalahnya pun akan berbeda. Hal ini
bergantung pada kepercayaan dan pola pikir dari setiap individu
itu sendiri.
16
Joseph Murphy dan Adi W. Gunawan lebih rinci menjelaskan
tentang pentingnya pikiran dalam diri seseorang, dalam diri
seseorang terdapat dua pikiran, yaitu pikiran sadar dan pikiran
bawah sadar. Pikiran sadar atau objektif (consious mind) yang
berhubungan dengan panca indra sebagai media yang bersifat
menalar. Pikiran sadar atau subjektif (subconsious mind) berisikan
emosi dan memori, bersifat irasional tidak menalar, dan tidak
dapat membantah.
17
Terdapat tiga macam pola asuh, yaitu otoriter, demokratis, dan
permisif.
1. Pola asuh otoriter (Orang tua memegang kuasa penuh atas
anak)
• Tidak ada kebebasan berpendapat bagi anak
• Anak harus ikut pada perintah orang tua
• Tidak ada diskusi untuk memutuskan sesuatu
• Jika berbuat salah maka anak akan dihukum
2. Pola asuh demokratis (Orang tua mengajak anak diskusi
dalam menentukan sesuatu)
• Anak diberi kebebasan berpendapat
• Orang tua dan anak melakukan diskusi untuk
memutuskan sesuatu
• Orang tua dapat mengambil keputusan bijak
dengan pertimbangan dari pendapat anak
• Masalah apapun dibicarakan secara demokratis
3. Pola asuh permisif (Orang tua memberikan kebebasan
sepenuhnya pada anak)
• Orang tua memberikan kepercayaan penuh pada
anak
• Anak bebas melakukan sesuatu tanpa perlu
berdiskusi dengan orang tua
• Orang tua terkesan tidak mengawasi anak
• Anak memutuskan sendiri apa yang baik untuknya
Pola asuh tidak hanya dilakukan saat anak berada di usia 0-5
tahun, pola asuh merupakan kegiatan yang dilakukan seumur
hidup, dimana orang tua mengasuh anaknya hingga berada di usia
tertentu yang dianggap dewasa. Penerapan pola asuh yang keliru
akan memengaruhi karakter dari seorang anak, dampaknya tentu
saja akan terus dirasakan sepanjang hidupnya.
18
Orang tua sebagai tiang pendiri keluarga harus memperhatikan
banyak hal, termasuk lingkungan tempat tinggal yang juga
memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang anak secara
fisik maupun mental. Selain memperhatikan lingkungan tempat
keluarganya tinggal, orang tua juga harus bersikap sewajarnya
saat berada di depan anak. Hindari bertengkar di depan anak,
karena hal tersebut akan berpengaruh pada kondisi mental dan
juga pembentukan karakternya. Bagaimana orang tua bersikap,
memilih tempat tinggal, dan memilih pendidikan untuk anaknya
akan memiliki dampak besar bagi sang anak. Banyak hal perlu
diperhatikan oleh orang tua demi mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak.
19
Dengan kata lain, setiap individu akhirnya memiliki sistem
kepercayaan (belief system), citra diri (self-image) dan kebiasaan
(habit) yang unik. Karakter ideal akan terbangun sejalan dengan
perkembangan karakternya selama individu tersebut sadar untuk
terus bertumbuh baik dalam segi karakter. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan lingkungan sosial seorang
individu.
20
BAB III
PEMBENTUKAN KARAKTER
A. Konsep Dasar
Karakter dimaknai sebagai dimensi yang positif dan konstruktif.
Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Dengan kata lain,
karakter merupakan tabiat dan watak. Bidan diharapkan memiliki
karakter berkualitas, bermoral, dan berakhlak budi pekerti yang
baik. Bidan harus memiliki karakter yang kuat dan tangguh dalam
mengahadapi persoalan, ulet, memiliki daya juang yang kuat, dan
pantang menyerah.
1) Pengetahun Moral
a. Kesadaran Moral
Manusia sebagai individu bisa saja mengalami kegagalan
moral atau kebutaan moral. Kondisi ini adalah kondisi
dimana seorang individu gagal dalam memahami situasi yang
berkaitan dengan moral di hadapannya. Melihat kompleksnya
sistem pelayanan kesehatan saat ini yang tidak lepas dari
peran kebijakan, sumber daya manusia, fasilitas pelayanan
dan faktor pasien yang dipengaruhi oleh adat, kebiasaan,
dan budaya, menyebabkan aplikasi pelayanan kebidanan
terkadang tidak sesuai antara teori dan kenyataan di lapangan.
Sebagai tenaga kesehatan sudah sepatutnya dapat mengenali
kondisi yang ada di hadapannya, kemudian mempertanyakan
apakah yang dilakukannya benar secara medis dan diterima
secara budaya.
21
Di berbagai pelayanan kesehatan, terdapat ketidaksesuaian
metode pemberian asuhan kebidanan dikarenakan perbedaan
paradigma keilmuan tim yang terlibat dalam memberikan
asuhan. Pasien yang seharusnya tidak memerlukan intervensi
berlebihan akhirnya menerima pelayanan tersebut. Ibu
bersalin yang seharusnya bisa menjalani persalinannya
melalui pertolongan persalinan normal akhirnya mendapatkan
intervensi berupa pemberian oxytocin.
22
dan apa yang salah, serta apa yang dapat ia lakukan untuk
menangani kasus tersebut. Mahasiswa juga diminta untuk
mencari informasi tindakan terbaik apa yang dapat ia lakukan
terhadap pasien.
23
c. Pengambilan Perspektif
Bidan akan sering dihadapkan dengan kasus dimana dirinya
harus berpikir dari berbagai sudut pandang. Kemampuan
ini merupakan salah satu aspek keberhasilan bidan dalam
memberikan asuhan. Bidan harus mampu melihat situasi dari
sudut pandang orang lain, berpikir seakan mereka lah yang
berada di posisi tersebut. Hal itu merupakan pertimbangan
dalam mengambil keputusan yang berdasarkan pada moral.
Kita tidak dapat menghormati orang lain dengan baik dan
bertindak dengan adil tehadap mereka jika tidak memahami
mereka. Tujuan dasar dari pendidikan moral seharusnya
membantu mahasiswa bidan untuk merasakan dunia dari
sudut pandang orang lain (pasien, keluarga, masyarakat, teman
sejawat, antar profesi dan antar sektor).
d. Penalaran Moral
Dalam mengambil keputusan atas dasar moral, diperlukan
penalaran yang baik. Perkembangan penalaran moral terjadi
secara bertahap, mulai dari mempelajari hal-hal apa saja yang
termasuk sebagai nalar moral ketika melibatkan pemahaman
24
terhadap beberapa prinsip moral klasik, seperti “Hormatilah
martabat setiap individu”, “Perbanyaklah berbuat baik”,
“Bersikaplah sebagaimana engkau mengharapkan orang lain
bersikap padamu“. Perbuatan inilah yang menuntun perbuatan
moral dalam berbagai situasi.
e. Membuat Keputusan
Setelah melalui rangkaian pemikiran berdasarkan moral,
pengambilan keputusan merupakan langkah selanjutnya.
Bidan harus mampu mengambil keputusan dalam menghadapi
persoalan moral, hal itu disebut sebagai keterampilan reflektif.
Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengajukan
pertanyaan “Apa saja perilaku?“ dan “ Apa saja konsekuensinya?”.
25
Dalam mengambil keputusan yang bijak, bidan harus melakukan
refleksi, apa yang menjadi pilihannya dalam menangani pasien,
jika ia sudah mengambil pilihan terbaik, maka ia perlu memikirkan
konsekuensi apa yang akan diterimanya atas keputusan tersebut.
2) Perasaan Moral
Sisi emosional dan intelektual seorang individu harus berjalan
seimbang untuk menjadi karakter yang ideal. Kedua sisi tersebut
sama pentingnya dalam perkembangan karakter seseorang. Dalam
beberapa aspek kehidupan, seorang individu akan dituntut untuk
berperilaku berdasarkan pada emosionalnya, di aspek lain ia harus
bersikap berdasarkan intelektualnya. Begitu juga dalam persoalan
yang menyangkut moral. Individu harus mengendalikan dirinya
berdasarkan pada kedua sisi ini.
26
a. Hati Nurani
Hati nurani memiliki dua sisi, yaitu kognitif dan emosional.
Sisi kognitif menuntun dalam menentukan hal yang besar,
sedangkan sisi emosional menjadikan kita merasa berkewajiban
untuk melakukan hal yang benar. Penggunaan hati nurani
akan membawa individu pada rasa bersalah konstruktif.
Di saat nurani seorang individu berkata ia harus melakukan
sesuatu, ia akan merasa bersalah jika tidak melakukan hal
tersebut. Hal ini berkaitan dengan standar yang ditetapkan
oleh dirinya, standar ini dapat membantu seorang individu
dalam upaya menahan diri agar tidak melakukan hal di luar
standar tersebut.
b. Penghargaan Diri
Sebagai individu kita harus miliki penghargaan diri, dimana
kita menghargai dan menghormati diri sendiri. Prinsip bahwa diri
ini patut dihargai dan dihormati membuat individu tidak akan
membiarkan dirinya tertindas atau tidak dihargai oleh orang lain.
Dalam hal ini, individu harus memandang positif dirinya,
dimana dirinya patut dihargai dan dihormati. Dengan begitu,
ia juga akan melakukan hal yang sama kepada orang lain.
27
c. Empati
Empati merupakan sisi emosional dari pengambilan
perspektif. Bidan akan berhadapan dengan manusia lain, maka
dari itu empati dalam diri bidan haruslah besar. Sikap empati
yang berkembang dengan baik membantu bidan menggunakan
perasaan secara konstruktif didukung dengan pengetahuan dan
keterampilan dalam melayani.
d. Menyukai Kebaikan
Ketertarikan atau kecintaan terhadap kebaikan merupakan
ciri dari karakter yang mulia. Bidan dengan karakter mencintai
kebaikan akan melakukan tugasnya dengan sepenuh hati
karena berprinsip apa yang dikerjakannya adalah untuk
kebaikan orang lain. Rasa ini dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan melalui berbagai cara, seperti kegiatan
atau program yang berbasis pada pengembangan karakter
mencintai kebaikan untuk bidan.
e. Kontrol Diri
Untuk meminimalkan kegagalan moral, kontrol diri sangat
diperlukan. Seorang individu harus mampu mengendalikan
dirinya dalam melakukan atau mengejar sesuatu agar tidak
jatuh pada suatu kegagalan. Sebagai individu kita sering kali
mengikuti kemana nafsu membawa kita, kontrol diri akan
membantu kita mengatur kemana arah dan tujuan hidup kita,
mengurangi penggunaan nafsu sesaat. Di dunia kebidanan,
kontrol diri diperlukan untuk menjauhkan bidan dari
kesenangan duniawi. Bidan dituntut untuk memiliki kontrol diri
agar terhindar dari penyimpangan yang menjerumuskannya
kepada perilaku tidak terpuji.
28
f. Kerendahan Hati
Bersikap rendah hati membuktikan bahwa seorang individu
telah memahami dirinya. Kerendahan hati berarti paham atas diri,
membuka diri untuk hal baru, dan memperbaiki apa yang gagal
sebelumnya. Kerendahan hati juga akan menjauhkan diri dari sikap
sombong dan perilaku tidak baik lainnya.
29
3) Institusi menciptakan kesadaran komunitas di seluruh
lingkungan.
a. Mendorong civitas akademik untuk mengapresiasi
tindakan peduli yang dilakukan orang lain.
b. Menciptakan kesempatan bagi mahasiswa untuk saling
mengenal dengan kegiatan ekstrakurikuler.
c. Mengupayakan sebanyak mungkin mahasiswa terlibat
dalam kegiatan ekstrakurikuler.
d. Menegakkan sportivitas yang baik.
e. Memanfaatkan pertemuan kampus untuk mendorong
nilai-nilai komunitas dan nilai-nilai yang baik.
f. Mengarahkan semua mahasiswa punya tanggung jawab
atas tugas yang berkontribusi terhadap kampus.
30
b. Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan
bersama, apabila keputusan tersebut ada kaitannya
langsung dengan masalah yang sedang dihadapi.
31
Ibu sebagai pendidik utama dalam keluarga mesti memahami
karakter apa saja yang akan ditanamkan kepada anak sesuai dengan
tindakan dan pengajaran serta pembiasaan yang dibangun di rumah.
32
4) Sensory motor dan psikomotorik, yaitu gerak keseimbangan
yang berkaitan dengan motorik.
5) Orientasi dan morbiditas, merupakan konsep yang pasti tentang
lingkungan. Konsep spatial, lalulintas dan pengaturannya,
pengenalan pribadi tentang lingkungan, keberanian, dan lain
sebagainya.
6) Kebiasaan hidup sehari-hari, meliputi kebiasaan personal hygiene,
pakaian, perawatan pakaian, pelajaran tentang penjagaan dan
kebersihan rumah, money management, penggunaan telepon,
pengenalan makanan dan persiapannya.
7) Karir dan pendidikan kejuruan/vokasi. Ketanggapan dengan
karier, pendidikan kejuruan, interview dan lain-lainnya.
33
3. Pilar membangun integrasi
Integritas yang tinggi akan membuat mereka memiliki
kemampuan untuk bekerja dalam situasi diversifikasi dan
mencapai tujuan yang lebih besar. Oleh karena itu, harus
dilengkapi dengan kemampuan berintegrasi, komunikasi,
bekerja kelompok dalam timm yang baik agar terbiasa bekerja
dengan alur yang jelas dan terukur di setiap pekerjaan.
4. Pilar sikap konstruktif
Sikap konstruktif sangat diperlukan dalam pembentukan
bidan berkarakter, sikap konstruktif ini terdiri dari solusi,
positif, maju dan solutif.
34
BAB IV
KONSEP DIRI
35
2) Ideal Diri (Self Ideal)
Individu harus memiliki standar ideal bagi dirinya
sendiri, dimana ia bertindak dan berperilaku atas dasar yang
ditetapkannya. Hal ini berkaitan dengan apresiasi, nilai, dan
tujuan yang ingin dicapai. Ideal diri berperan sebagai pengatur
internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan
menghadapi konflik. Idea diri dibentuk sejak diri dengan
pengaruh dari orang sekitar, seiring berjalannya waktu individu
akan membentuk dasar ideal diri.
3) Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisis kesesuaian tingkah laku dengan
ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain, seperti dicintai, dihormati, dan dihargai. Mereka yang
menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan
dapat menyesuaikan diri.
4) Peran (Self Rool)
Peran berhubungan dengan fungsi individu di dalam
kelompok sosial masyarakat. Individu harus melakukan
perannya di dalam masyarakat tanpa melepas ideal diri dan
harga diri yang sudah tertanam dari dirinya. Hal itu akan
membuatnya menjadi pribadi yang berkarakter kuat.
5) Identitas Diri (Self Idencity)
Identitas diri merupakan kesadaran individu bahwa dirinya
berbeda dengan orang lain. Dalam proses menemukan identitas
diri, individu mengalami berbagai fase mulai sejak usia dini
hingga dewasa. Dengan mengetahui identitas diri, akan timbul
menghargai diri, menguasi diri, mengatur diri dan menerima diri.
36
C. Memahami Diri Sendiri
Untuk mengenal dan memahami diri, individu perlu menentukan
identitas diri melalui berbagai fase dalam hidup. Terdapat lima
dimensi identitas diri, yaitu:
1. Bersifat sosial dan psikologis. Konsepnya adalah psikologis
manusia tidak hanya dipengaruhi oleh DNA, namun juga oleh
kondisi di sekitarnya (lingkungan sosial). Kedua hal tersebut
tidak dapat dipisahkan.
2. Bersifat emosional. Terlepas dari sisi intelektual yang dimiliki
individu, respons, pikiran, dan perilakunya akan selalu
dipengaruhi oleh kondisi emosinya.
3. Pusat dari kesadaran, pengambil keputusan, dan pengendalian
diri. Sebagai kontrol pusat atas tindakan yang dilakukannya.
Pengendalian diri tidak hanya untuk sesuatu yang buruk
seperti amarah, cemburu, dan iri, akan tetapi juga untuk
emosi yang baik seperti cinta dan sayang.
4. Bersifat yang lunak dan lentur dalam dua hal, yaitu menyamar
sebagai wujud yang berbeda (dari segi perilaku) dan mengalami
pendewasaan sepanjang waktu (dapat dipengaruhi faktor
traumatis).
5. Memiliki aspek spiritual yang sering kali tidak berkembang
atau dorman. Aspek spiritual sering kali berhubungan dengan
sikap dan perilaku individu, dimana saat individu itu menganut
suatu kepercayaan yang membuatnya tidak boleh melakukan
sesuatu maka ia tidak akan melakukan hal tersebut.
37
D. Kepribadian
Kepribadian (Personality) mengacu pada perbedaan individu
dalam karakteristik pola pikir, perasaan, dan perilaku. Salah satu
tes kepribadian yang populer adalah Myers-Briggs Type Indicator
(MBTI). MBTI mengelompokkan preferensi kepribadian ke dalam
empat dimensi, yaitu:
• Dunia favorit: Apakah seseorang lebih memilih untuk fokus
pada dunia luar atau di dunia batinnya sendiri? Ini disebut
extraversi (E) atau introversi (I).
• Informasi: Apakah seseorang lebih memilih untuk fokus
pada informasi dasar yang diterima atau lebih memilih
untuk menafsirkan dan menambahkan makna? Ini disebut
pengindraan (S) atau intuisi (N).
• Keputusan: Ketika membuat keputusan, apakah seseorang
lebih memilih untuk pertama melihat logika dan konsistensi
atau pertama melihat orang-orang dan keadaan-keadaan
khusus? Ini disebut berpikir (T) atau merasakan (F).
• Struktur: Dalam berurusan dengan dunia luar, seseorang lebih
memilih untuk menerima hal-hal yang telah diputuskan atau
lebih memilih untuk tetap terbuka terhadap informasi baru
dan pilihan? Ini disebut menilai (J) atau mengartikan (P).
38
Dalam agama Islam, Allah telah berfirman, “Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.” (Arra’du: 11)
Hormat pada diri sendiri akan memberikan efek positif yang tidak
kalah besar dari menghormati sesama. Hormat pada diri sendiri berarti
dapat menentukan dan mengontrol tindakan agar tidak menyakiti,
39
mencelakai, mengotori, menodai, dan merusak diri sendiri secara
jasmani maupun rohani. Rasa hormat, baik kepada sesama maupun
diri sendiri, merupakan hal penting dan termasuk ke dalam norma
kehidupan.
40
2) Positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan
ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang
benar dan menolak aktivitas yang berkenaan dengan metafisik.
Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data
empiris. Aliran ini menolak spekulasi teoritis sebagai sarana
memperoleh pengetahuan. Positivisme terpaku pada data
empiris yang kemudian menjadi kesimpulan yang logis.
3) Naturalisme
Naturalisme memiliki ukuran baik dan buruk perbuatan
manusia, yaitu perbuatan yang sesuai fitrah (lahir dan batin)
atau naluri manusia sendiri. Naturalisme berpandangan segala
sesuatu di dunia ini menuju kepada suatu tujuan tertentu.
Dengan memenuhi panggilan natur (alam), segala sesuatu akan
sampai pada kesempurnaan. Akal pikiran merupakan wasilah
bagi manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan.
4) Idealisme
Idealisme mementingkan eksistensi akal pikiran manusia
karena manusia sendiri merupakan sumber ide. Ungkapan,
“Segala yang ada hanyalah yang tiada” merupakan gambaran
dari alam pikiran (bersifat tiruan) dan sebaik apapun tiruan tidak
akan seindah aslinya (ide). Karena itu, hal baik hanya terdapat
pada apa yang ada di dalam ide itu sendiri.
41
Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk menghentikan serangan
emosi terlebih lagi di saat dunia maya dipenuhi dengan berbagai
hal yang menyulut emosi.
42
BAB V
PERILAKU JUJUR
43
B. Butir Kejujuran
Jujur merupakan sikap yang mahal. Untuk lebih memahami
sikap jujur, berikut ini merupakan butir kejujuran yang harus
dimiliki setiap individu untuk membentuk karakter yang baik.
1) Berani berterus terang
Berani berterus terang merupakan suatu sikap yang hebat,
terlebih lagi di zaman serba canggih seperti saat ini. Sikap ini
merupakan bagian dari sikap jujur. Dalam interaksi dengan
pelayanan kesehatan seperti bidan sikap berterus terang
sangat diharuskan, hal ini berkaitan dengan tindakan yang
harus dilakukan berdasarkan keluhan yang benar dirasakan.
Hal tersebut akan memudahkan bidan atau tenaga kesehatan
lain dalam memberikan keputusan pelayanan apa yang tepat
untuk pasien, serta meminimalisir terjadinya kesalahan dalam
pemberian pelayanan atau tindakan. Meskipun begitu, sangat
disayangkan masih banyak masyarakat yang memilih untuk tidak
berterus terang dan memberikan informasi setengah-setengah
pada bidan atau tenaga kesehatan yang melayaninya.
2) Berbuat sesuai aturan
Dalam bidang pekerjaan apapun, mengikuti aturan yang
berlaku merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh pekerja.
Jika tidak, maka risiko terburuk ialah kehilangan pekerjaan
atau dipecat. Sering kali hal ini terkesan seperti paksaan, bukan
sesuatu yang memang tertanam dalam diri individu. Padahal
aturan dibuat agar tidak terjadi kesalahan yang mungkin
merugikan. Contoh kasus berbuat sesuai aturan adalah pada
kegawatdaruratan pada ibu bersalin. Salah satunya adalah
atonia uteri, saat rahim tidak berkontraksi. Bidan harus
melakukan upaya berdasarkan pada kewenangan yang pantas.
44
Bersikap hati-hati sesuai kewenangan yang ada tidak akan
menimbulkan rasa takut atau bersalah pada individu tertentu.
Tetapi jika perbuatan tidak sesuai dengan aturan, secara
psikologis individu akan merasa bersalah.
3) Berani mengakui kesalahan
Melakukan kesalahan merupakan hal yang manusiawi,
tetapi tidak dengan kesalahan yang disengaja. Tidak jarang
individu berlindung di balik permintaan maaf dan kata ‘khilaf’
setelah melakukan kesalahan. Namun, mengakui kesalahan
dan berusaha untuk memperbaiki dampak yang ditimbulkan
merupakan hal baik dan mendapat nilai tambah. Di beberapa
bidang, sikap mengakui kesalahan ini justru akan membawa
individu pada keringanan sanksi atau semacamnya.
4) Bertanggung jawab
Tanggung jawab merupakan sikap wajib yang harus dimiliki
oleh individu. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Sikap
bertanggung jawab akan membawa individu untuk melakukan
tindakan yang sebaik-baiknya untuk meminimalisir risiko
yang ditimbulkan. Dalam hidup, semua tindakan memiliki
konsekuensi yang tentunya akan pertanggungjawabankan.
5) Berani meminta maaf
Saat terlibat dalam suatu konflik, meminta maaf bukanlah
tanda kalah atau lemah. Sikap ini justru menunjukkan
bahwa seorang individu memiliki mental yang kuat sehingga
berhasil melawan rasa egoisnya. Meminta maaf adalah
kesempatan untuk menjalin komunikasi yang sehat dan
baik. Sikap berani meminta maaf mencerminkan kebaikan
dan ketentraman dalam menjalani komunikasi atau
interaksi dengan siapapun. Dalam pelayanan kebidanan,
sebagai tenaga kesehatan sikap ini sangat diperlukan.
45
Bukan karena status sosial, namun bagaimana menyikapi
kesalahan yang telah dilakukan dan mungkin merugikan orang
lain. Dengan demikian akan timbul rasa saling percaya dan
menghargai satu sama lain, antara bidan dan pasien.
46
Perilaku curang tersebut akan mencoreng nama baiknya, yang
berujung pada perasaan tidak percaya dari anggota organisasi
kepadanya. Dampak lain tentu saja akan menimbulkan efek negatif
pada kelangsungan organisasi tersebut.
D. Mengasah Kejujuran
Untuk menanamkan sikap jujur tentu perlu melakukan hal-hal
yang kemudian menjadikan berperilaku jujur sebagai kebiasaan.
Sebaiknya, pembiasaan berperilaku jujur dilakukan sejak dini.
Orang tua sebagai pengasuh utama anak dapat mencontohkan
sikap jujur di berbagai aspek kehidupan, baik di rumah maupun di
luar rumah, mengingat anak usia dini cenderung belajar dari apa
yang ia lihat kemudian meniru sikap yang dilihatnya. Dalam agama
islam, sikap jujur (shiddiq) merupakan sikap baik yang dimiliki
oleh para nabi dan rasul. Membiasakan diri untuk bersikap jujur
memang tidak mudah, terlebih jika tidak dibiasakan sejak usia
dini. Lingkungan sekitar sangat memengaruhi sikap seseorang,
lingkungan yang positif akan menghasilkan individu yang positif,
begitu juga sebaliknya.
47
BAB VI
PERILAKU DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB
48
B. Disiplin dan Tanggung Jawab di Kehidupan Sehari-hari
Sikap dispilin dan tanggung jawab di kehidupan sehari-
hari merupakan sebuah keharusan. Individu yang disiplin dan
bertanggung jawab adalah individu yang tidak lalai dengan tugas
atau kewajiban yang harus dikerjakannya. Misalnya di lingkungan
akademik, mahasiswa/pelajar harus disiplin dan bertanggung jawab
dalam mengerjakan tugas sekolah atau kuliah, menyelesaikan
pekerjaan tepat waktu, dan mampu mempertanggungjawabkan
tugas yang dikerjakannya.
49
BAB VII
KERJA KERAS
50
seseorang atau kelompok membuat sebuah pekerjaan menjadi
peluang untuk menghasilkan keuntungan.
51
Dalam pembentukan sikap etos kerja tentu saja terdapat faktor
yang memengaruhinya. Adapun faktor yang memengaruhi sikap
etos kerja adalah sebagai berikut.
1) Agama. Agama sebagai sistem nilai tentu akan mempengaruhi
pola hidup individu yang menganutnya, mulai dari cara
hidup, bersikap, dan bertindak.
2) Budaya. Budaya masyarakat di sekitar individu memengaruhi
etos kerjanya, hal ini berkaitan dengan efek positif atau
negatif dari masyarakat di sekitarnya.
3) Sosial politik. Struktur sosial politik dapat mendorong
masyarakat untuk bekerja keras.
4) Lingkungan geografis. Bagaimana individu atau kelompok
memanfaatkan, mengelola, dan mengambil sumber dari
lingkungannya merupakan salah satu bentuk etos kerja.
5) Pendidikan. Etos kerja termasuk dalam kualitas sumber
daya manusia yang dapat dibentuk melalui pendidikan, baik
formal maupun non formal.
6) Struktur ekonomi. Etos kerja dapat terbentuk dari keadaan
ekonomi, dimana individu berusaha untuk mengubah
kondisi ekonominya dengan menanamkan etos kerja demi
mendapatkan hasil terbaik atau mencapai tujuan tertentu.
7) Motivasi. Motivasi yang mendorong individu dapat
memengaruhi apakah ia akan menerapkan etos kerja atau
tidak.
52
BAB VIII
KONSEP DASAR BERANI
B. Butir Keberanian
Dibutuhkan keberanian untuk mendorong diri sendiri menuju
tujuan hidup yang diinginkan. Berikut adalah butir-butir dari
keberanian yang harus dimiliki oleh individu.
1) Semangat pantang menyerah
2) Berpikir untuk menciptakan kemajuan
3) Bertekat kuat
4) Siap menanggung risiko
5) Konsisten
6) Optimisme
53
7) Berpikir sebelum bertindak
8) Mampu memotivasi diri maupun orang lain
9) Tahu kapasitas diri, rendah hati, dan berbudi pekerti baik
10) Bertindak nyata dan elegan
54
BAB IX
MEMAHAMI ORANG LAIN
55
2) Banyak tertawa. Orang yang banyak tertawa tidak
selalu benar-benar bahagia, bisa jadi mereka sedang
menyembunyikan kesedihan yang mereka rasakan.
3) Sedikit bicara tetapi cepat. Orang itu sedang menyimpan
rahasia yang mungkin terbongkar jika ia bicara terlalu
lambat atau terlalu banyak.
4) Tidak bisa menangis. Menangis merupakan tindakan meluapkan
emosi yang berada di dalam diri, orang yang tidak bisa menangis
bisa saja sedang menahan luapan emosi dalam diri mereka.
5) Makan dengan cara yang tidak normal. Perasaan gugup atau
tegang menyebabkan orang makan dengan cara yang aneh.
6) Menangis karena hal yang kecil. Menunjukkan hati yang
lembut, mudah tersentuh akan sesuatu yang kemudian
membuatnya menangis.
7) Mudah marah. Menyembunyikan kelemahannya dengan cara
marah, namun sebenarnya ia butuh cinta dan kasih sayang.
56
mata orang tersebut dan memberikannya perhatian penuh
dengan tidak memegang ponsel atau menggulirkan pandangan
ke arah lain.
3) Menghargai waktu dan tidak mengganggu privasi orang lain.
Bagi orang berkarakter baik, waktu adalah hal yang berharga,
jika ingin waktumu dihargai maka hargailah waktu orang lain.
Salah satu cara menghargai waktu orang lain adalah tidak
datang terlambat saat memiliki janji dengan orang lain. Selain
itu, tidak mengganggu privasi orang lain adalah hal yang
dilakukan oleh orang bijak dan dewasa. Pahamilah bahwa
setiap individu, bahkan diri sendiri, memiliki privasi yang tidak
sembarang orang boleh melewatinya.
4) Menanggapi gagasan orang lain dengan cara yang baik. Tetap
berikan perhatian penuh saat seseorang mengutarakan
pendapat atau gagasan, jika ingin menanggapi gunakanlah
bahasa yang sopan dan baik. Hindari menggunakan kata-kata
yang mungkin menyinggung atau menyakiti perasaan orang
tersebut.
5) Membudayakan perilaku baik. Ingat tiga kata ajaib, maaf, tolong,
dan terima kasih. Kata itu merupakan kunci bertutur sopan dan
mengapresiasi orang lain. Gunakan kata-kata tersebut sesuai
dengan konteks. Misalnya, pada saat terlambat menghadiri
suatu rapat, ucapkan maaf atas keterlambatan dan terima kasih
pada orang-orang yang sudah bersedia menunggu.
57
2) Menumbuhkan rasa empati. Menumbuhkan rasa empati
dapat dilakukan sejak usia dini melalui pola asuh dari
orang tua pada anak. Orang tua dapat mencontohkan
bagaimana berempati dengan berempati pada anak,
maka anak akan mencontoh perilaku orang tua tersebut.
3) Mengucapkan kata maaf, tolong, dan terima kasih. Tidak
ada salahnya mengucapkan kata tolong sebelum meminta
bantuan orang lain, justru sikap itu termasuk ke dalam
sopan santun yang menjadi kewajiban. Meminta maaf
bukan berarti kalah, sikap ini sama dengan menghargai
perasaan orang lain. Mengucapkan terima kasih berarti
mengapresiasi apa yang dilakukan orang lain kepada
kita.
58
Pola hidup semasa mudah menjamin kesehatan di masa tua.
Jika individu menerapkan pola hidup bersih dan sehat sejak di usia
muda, maka risiko terserang penyakit di masa tua akan berkurang.
M. AR. Gayo (1990:67) mengemukakan hal-hal yang dapat
dilakukan untuk memelihara kesehatan, yaitu:
1) Tidak Merokok. Semua orang pasti mengetahui dampak
negatif dari rokok, bahkan penelitian menunjukkan lebih
dari 11.000 orang meninggal akibat rokok. Bahaya ini tidak
hanya mengancam perokok aktif, tapi juga perokok pasif
(orang yang tidak merokok tapi berada di jarak yang cukup
dekat dengan hembusan asap rokok).
2) Menjaga Kebersihan. Menjaga kebersihan diri dan
lingkungan sekitar adalah kewajiban yang diemban
individu dan kelompok masyarakat. Banyaknya sampah di
pemukiman akan menimbulkan berbagai efek negatif seperti
penyakit dan juga pencemaran lingkungan, menyediakan
tempat pembuangan sampah yang memadai dan melakukan
pengelolaan sampah yang benar akan menciptakan
lingkungan yang bersih dan jauh dari pencemaran.
3) Tidak Meminum Minuman Beralkohol. Minuman beralkohol
menimbulkan efek berupa euforia ringan dan stimulasi
terhadap perilaku yang semakin meningkat bersamaan dengan
semakin banyaknya konsentrasi alkohol di dalam tubuh.
Efek mabuk yang dihasilkan dari minuman beralkohol dapat
membuat seseorang tidak sadar atas dirinya. Tidak jarang hal
ini mengantarkan seseorang pada perbuatan kriminal.
4) Menjauhi Narkoba. Narkoba (Narkotika, Psikotropika
dan Bahan Adiktif) merupakan zat yang jika masuk ke
dalam tubuh manusia akan menimbulkan efek melayang,
perubahan suasana hati, dan perubahan perilaku.
59
Berdasarkan efeknya, narkoba dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
upper, downer, dan halusinogen. Dampak penyalahgunaan
narkoba dapat terlihat secara fisik maupun mental.
60
Bidan bekerja dan berinteraksi langsung dengan masyarakat,
dalam praktiknya ia harus menghormati keputusan pasien,
memperlakukan pasien dengan sopan, berperilaku santun, dan
tentunya menanamkan rasa peduli pada pasien agar asuhan yang
diberikan dapat berjalan dengan baik. Bidan juga harus memiliki
rasa hormat terhadap profesinya. Di dunia kebidanan, terdapat
istilah ‘Informed Consent’ yang berarti suatu persetujuan diberikan
setelah mendapatkan informasi, dimana pasien/keluarga pasien
memberikan persetujuan setelah bidan memberikan informasi
mengenai tindakan medis dan risiko dari tindakan tersebut.
Informed consent dirumuskan sebagai suatu kesepakatan/
persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter/
tenaga kesehatan terhadap dirinya setelah memperoleh informasi
dari mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong
dirinya disertai risiko yang mungkin terjadi.
61
BAB X
PERILAKU ADIL
A. Konsep Dasar Adil
Perilaku adil merupakan salah satu perilaku terpuji. Secara
bahasa adil memiliki arti meletakkan sesuatu pada tempatnya,
tidak memihak ke salah satu pihak, bersikap proporsional, dan
memihak kepada yang benar. Perilaku adil merupakan tindakan
yang berdasarkan kepada kebenaran, bukan mengikuti kehendak
nafsu pribadi. Adapun macam-macam perilaku adil, yaitu:
1) Berlaku adil kepada Tuhan.
2) Berlaku adil kepada diri sendiri.
3) Berlaku adil kepada orang lain.
62
C. Keadilan Profesi
Dalam profesi kebidanan keadilan harus diutamakan, terlebih
lagi pada bagian memberikan pelayanan kepada pasien. Petugas
kesehatan atau bidan harus bersikap adil terhadap semua pasien,
sesuai dengan sumpah dan janji yang telah diucapkan. Adil
dalam pelayanan kebidanan berarti menyamaratakan pelayanan
kebidanan tanpa memandang status sosial masyarakat. Meskipun
sudah disumpah, tidak sedikit bidan yang masih bersikap tidak adil
dalam memberikan pelayanan. Hal ini sering berkaitan dengan
uang, jabatan, golongan, dan keturunan. Rasa segan atau hormat
boleh saja, namun tidak dalam pelayanan kesehatan karena setiap
warga negara berhak atas pelayanan kesehatan yang setara.
63
BAB XI
MEMBANGUN KARAKTER BIDAN
A. Konsep Dasar
Kebidanan adalah profesi yang berbeda dan sangat bermanfaat
bagi suatu bangsa. Melatih bidan menjadi berkualitas adalah untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai dan standar yang telah ditentukan.
Bidan yang berkualitas akan dihormati di seluruh dunia. Pengelolaan
pendidikan bidan dengan baik sebagai upaya untuk menghasilkan
tenaga yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan dan
harapan pengguna. Merujuk kepada pengelolaan pendidikan
bidan yang ditetapkan oleh Nursing Ang Midwifery Council dalam
Guideline On Profesional Conduct For Nursing And Midwifery
Student, dinyatakan 4 (empat) pedoman utama perilaku profesional
untuk mahasiswa bidan yaitu:
1) Merawat pasien sebagai perhatian utama, memperlakukan
pasien sebagai individu menghormati martabatnya.
• Bersikap sopan, baik, peduli dan penuh kasih.
• Tidak diskriminasi dalam bentuk apapun untuk setiap pasien
yang menjadi tanggung jawab perawatannya.
• Mengakui keragaman dan menghormati perbedaan budaya,
nilai- nilai dan keyakinan orang lain.
• Menghormati hak-hak pasien, dan menjamin kerahasiaannya.
• Tidak mengungkapkan informasi kepada siapapun yang tidak
berhak.
• Selalu meminta saran dari pelatih, mentor, tutor sebelum
mengungkapkan informasi, jika sedang menghadapi pasien
64
yang mempunyai risiko bahaya.
• Mengikuti pedoman dan kebijakan kerahasisaan seperti
yang ditetapkan institusi pendidikan dan lahan praktik.
• Menyadari dan mengikuti pedoman NMC berkaitan dengan
karahasiaan.
• Membuat anonim dan informasi dalam setiap pelatihan
yang diikuti atau penilaian secara langsung atau tidak
langsung, mengidentifikasi pasien, staf, kerabat, penjaga/
penyedia penempatan klinis.
• Mengikuti pedoman kebijakan tentang etika, ketika terlibat
dalam penelitian dari institusi pendidikan dan lahan praktik.
• Memberikan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan
dan menjaga kesehatannya.
• Mendengarkan dan menanggapi pendapat para ahli.
• Memberikan informasi dan saran yang mudah dipahami
sehingga mereka dapat membuat pilihan dengan keputusan
yang tepat tentang perawatannya.
• Bekerja dalam kemitraan dengan keluarga pasien dan tim
kesehatan lain.
• Memastikan bahwa sudah mendapatkan persetujuan pasien
sebelum memulai perawatan.
• Memastikan bahwa semua orang tahu bahwa anda adalah
seorang mahasiswa.
• Menghormati hak pasien untuk meminta perawatan dari
seorang profesional terdaftar.
• Menjaga batas-batas profesional dalam hubungan dengan
orang lain terutama dengan orang dewasa yang rentan dan
anak-anak.
• Menolak hadiah apapun, pemberian atau keramahan
sebagai upaya untuk mendapatkan perlakuan istimewa.
65
• Tidak meminta atau menerima pinjaman dari siapa pun,
pasien dan keluarganya.
• Selalu menjaga batas seksual yang jelas dengan pasien,
keluarga dan kolega.
• Menyadari dan mengikuti pedoman NMC dalam pemeliharaan
batas seksual yang jelas.
2) Bekerja sama dalam melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan melalui perawatan kesehatan.
• Sadar akan peran dan tanggung jawab orang lain yang
terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan.
• Bekerja sama dalam tim dan menghormati keterampilan,
keahlian dan kontribusi dari semua orang yang terlibat
dalam memberikan pelayanan kesehatan dan sosial.
• Memperlakukan semua rekan, anggota tim dan mereka
yang bekerja sama dan belajar seadil-adilnya tanpa ada
diskriminasi.
• Menginformasikan kepada dosen dan mentor apabila pasien
yang dirawat, kolega dan orang lain memiliki risiko bahaya.
• Memberikan standar yang tinggi dalam praktik dan
perawatan rutin.
• Mengakui dan tetap pada batas-batas kompetensi.
3) Bekerja hanya di bawah pengawasan dan dukungan dari
profesional, dan meminta bantuan dari pelatih dan guru jika
membutuhkan.
4) Bekerja dengan pembimbing klinik dan dosen untuk memantau
kualitas pekerjaan dan menjaga keselamatan pasien.
• Mencari bantuan dari tenaga ahli kesehatan sesegera
mungkin jika kinerja atau keputusan memberikan dampak
terhadap kesehatan mahasiswa.
• Mengambil tanggung jawab untuk belajar sendiri.
66
• Mengikuti kebijakan pada pertemuan yang diatur universitas
dan lahan praktik.
• Mengikuti kebijakan pada pengajuan kursus dan
penyelesaian penilaian klinis sebagaimana yang diatur
universitas dan lahan praktik.
• Merefleksikan dan tanggap terhadap tindakan yang
diberikan.
• Berusaha untuk memberikan perawatan yang terbaik.
• Memastikan bahwa sudah familiar dengan catatan dan SOP.
• Memastikan bahwa telah mengikuti kebijakan lokal yang
terkait dengan pencatatan.
5) Bersikap terbuka dan jujur, bertindak dengan integritas dan
menjunjung tinggi reputasi profesi kebidanan.
• Jujur dalam melakukan tugas.
• Tidak melakukan plagiat dan memalsukan segala yang
berkaitan dengan praktik dan penilaian klinis.
• Memastikan telah menyelesaikan CV dan formulir aplikasi
secara jujur dan akurat.
• Memastikan tidak terpengaruh oleh insentif komersial.
• Bertindak dengan integritas.
• Menunjukkan komitmen pribadi dan profesional untuk
kesetaraan dan keragaman
• Mematuhi hukum negara, dan melaporkan pada institusi
apabila melanggar hukum atau berurusan dengan polisi.
• Melaporkan institusi apabila menjalani hukuman yang
terkait dengan kriminalitas.
• Memastikan sudah memahami aturan, prosedur universitas
dan lahan praktik.
• Mematuhi segala peraturan setempat.
• Memahami tata cara penggunaan status jejaring sosial.
67
• Mencari bantuan dan nasehat dari mentor dan dosen.
• Menjunjung tinggi reputasi profesi kebidanan
• Menggunakan seragam sesuai ketentuan institusi.
• Meminta bantuan apabila mengalami kesulitan dalam hal
akademis.
68
• Fairness, bidan memiliki karakter dengan pemikiran terbuka
dan tidak memanfaatkan orang lain.
• Caring, seorang bidan mempunyai sifat peduli dan perhatian
kepada orang lain, pasien, dan keadaan sosial di sekitarnya.
• Respect, bidan selalu menghargai dan menghormati orang lain.
• Citizenship, karakter bidan yang selalu taat hukum dan aturan,
serta selalu peduli terhadap lingkungan.
• Responsibility, bidan selalu bertanggung jawab, disiplin, dan
melakukan hal dengan baik.
B. Melatih Komunikasi
69
Seorang bidan tetap harus berupaya memberikan perhatian
dan pelayanan yang maksimal sesuai dengan standar pelaksanaan.
Pada saat berkomunikasi dengan pasien harus diperkirakan
standar yang dapat menimbulkan kepuasan yang paling optimal
bagi pasien. Untuk mencapai pelayanan maksimal, bidan dan ibu
hamil perlu melakukan komunikasi yang efektif.
70
4. Merespons dengan mengulang kata-kata pasien, mengulang kata-
kata pasien menunjukkan bahwa bidan mengerti dan berharap
komunikasi berlanjut.
5. Klarifikasi, bidan perlu melakukan klarifikasi apabila
kesalahpahaman terjadi agar informasi yang disampaikan valid.
6. Memfokuskan, topik pembicaraan dibatasi agar lebih spesifik dan
mendetail.
7. Menginformasikan hasil observasi, hasil pengamatan perlu
diinformasikan bidan kepada pasien, sehingga pasien mengetahui
apakah pesan tersampaikan dengan benar.
8. Menawarkan informasi, informasi tambahan yang diberikan dapat
memberikan pemahaman lebih bagi klien terhadap kondisinya.
9. Diam, memungkinkan kita berkomunikasi terhadap diri kita,
merapikan pikiran, dan memproses berbagai informasi. Diam
berguna ketika pasien sedang mengambil keputusan.
10. Meringkas, memberikan kesimpulan singkat dari topik pembicaraan.
11. Menghargai pasien, memanggil pasien dengan namanya, sadar akan
perubahan pada pasien, menghargai klien sebagai manusia seutuhnya.
12. Menawarkan diri, menawarkan kehadiran dan rasa tertarik agar
pasien mengungkapkan perasaannya.
13. Memberikan klien kesempatan untuk memulai pembicaraan,
membiarkan pasien berinisiatif untuk memulai pembicaraan.
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan, menganjurkan pasien
untuk lebih mengikuti pembicaraan dan topik selanjutnya. Bidan
menafsirkan pembicaraan dibandingkan mengarahkan untuk diskusi.
15. Menempatkan kejadian dengan teratur agar pasien dapat melihat
dari berbagai perspektif, membiarkan pasien melihat satu kejadian
setelah kejadian lainnya.
16. Menganjurkan pasien untuk mengutarakan pendapatnya.
17. Refleksi, membantu klien untuk berani mengungkapkan perasaan.
71
Latihan kepekaan serta ketajaman perasaan diperlukan untuk
menerapkan teknik komunikasi terapeutik, karena kejujuran
merupakan kata kunci dari etika dan moralitas. Jujur tanpa
menutupi suatu apapun dengan alasan apapun, termasuk alasan
takut dan malu karena kejujuran. Salah satu risiko kejujuran adalah
kenyataan pahit yang harus diterima.
C. Mengasah Kejujuran
Jujur diartikan sebagai lurus hati, tidak bohong dan tidak curang
(tidak merugikan orang lain) dan senantiasa mengikuti peraturan
yang berlaku. Kejujuran akan memberikan ketenangan di dalam
hati. Menerapkan kejujuran pada mahasiswa dapat dilakukan
melalui penanaman rasa percaya dan tanggung jawab.
72
Akan tetapi, pelanggaran hukum pidana seperti plagiarisme atau
pelanggaran HAKI dapat juga tersentuh akibat dari pelanggaran
kejujuran akademik. Mengingat menanamkan kejujuran akademik
adalah mutlak, maka konsekuensinya tidak cukup dengan
pemberian nasihat saja, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu:
kesempitan pikiran, budaya hedonis (cinta dunia yang berlebihan),
kebiasaan buruk, stres menghadapi beban studi overload (terlalu
banyak) dan kegagalan menentukan tauladan yang baik. Beberapa
strategi dapat dilakukan oleh institusi pendidikan bidan dalam
membangun kejujuran akademik adalah:
1. Pemahaman makna kejujuran
Terdapat tiga aspek dalam memberikan pembelajaran kejujuran,
yaitu menyampaikan indikator, memaknai dan memikirkan
kejujuran, dan mengevaluasi diri.
2. Menciptakan suasana untuk menumbuhkan sikap jujur
Penyediaan fasilitas yang mendukung terciptanya sikap jujur
dari mahasiswa.
D. Keteladanan
Sifat jujur dapat ditumbuhkan melalui meniru, dalam hal ini
sebagai civitas akademik perlu mencontohkan (menjadi role model)
kejujuran sehingga terbentuk sistem yang jujur di lingkungan
akademik. Sistem yang jujur tersebut akan menjadi teladan bagi
mahasiswa, kemudian tumbuhlah sikap jujur di di dalam diri mereka.
73
prosedur pembelajaran, proses evaluasi maupun hasil evaluasi
mahasiswa. Dengan membangun sikap keterbukaan ini diharapkan
mahasiswa ia tidak berbuat semaunya.
74
lingkup profesi bidan, di antaranya adalah:
1. Kerja sama dengan teman sejawat
2. Kerja sama dengan pasien
3. Kerja sama dengan keluarga pasien
4. Kerja sama dengan masyarakat
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain
6. Kerja sama secara multisektoral
75
BAB XII
PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN
A. Konsep Dasar
Seorang individu perlu menyesuaikan dirinya di lingkungan
tempat dirinya berada, karena pada dasarnya saat berada di satu
lingkungan sosial tertentu individu harus mengikuti nilai dan norma
yang berlaku. Sejauh mana seorang individu dapat beradaptasi
dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan bergantung pada
dirinya sendiri.
1) Penyesuaian Diri
• Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian atau adaptasi merupakan kemampuan untuk
mempertahankan eksistensi dan dapat memuaskan tuntutan
sosial, dapat diartikan sebagai pemenuhan standar atau
prinsip. Penyesuaian dapat dikuasai ketika mampu untuk
membuat dan mengorganisir rencana sehingga tidak terjadi
konflik. Kemampuan individu dalam menghadapi realitas
sosial dapat dilakukan saat sudah mengalami kematangan
emosional. Kematangan emosional merupakan respon di tiap
situasi. Penyesuaian merupakan usaha diri untuk mencapai
keharmonisan antara diri sendiri dan lingkungan.
• Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan proses ketika individu
menyeimbangkan antara diri dengan lingkungan.
Penyesuaian diri terjadi apabila keseimbangan tercipta
antara diri dan lingkungan sehingga fungsi berjalan normal.
76
Penyesuaian diri bersifat proses sepanjang hayat (lifelong
process) guna mencapai pribadi yang sehat. Respon baik atau
buruk dari penyesuaian diri bergantung pada sikap pribadi
dalam menghadapi konflik, tekanan, dan rasa frustrasi.
Penyesuaian diri dikatakan berhasil apabila individu dapat
memenuhi kebutuhannya secara wajar tanpa merugikan sekitar.
• Karakteristik Penyesuaian Diri
Pada beberapa aspek, penyesuaian diri bisa saja gagal. Faktor
yang mendukung kegagalan diri dalam menyesuaikan diri dapat
datang dari diri sendiri maupun lingkungan. Meskipun tidak
menutup kemungkinan seorang individu mampu menghadapi
faktor-faktor kegagalan tersebut dengan cara yang positif.
77
• Menyesuaikan diri dengan belajar
• Memiliki kontrol diri
• Memiliki perencanaan cermat
78
dalam diri seseorang belum dikeluarkan atau ditunjukkan.
2. Konflik mendahului. Kondisi dimana konflik tersembunyi mulai
mengganggu dan menimbulkan nilai atau tujuan yang berbeda.
3. Konflik yang dapat diamati. Muncul setelah konflik timbul
kepermukaan.
4. Konflik terwujud. Konflik sudah terjadi, individu ataupun
kelompok mulai mencari jalan keluar untuk meredakan atau
menyelesaikan konflik dengan mempertahankan nilai.
79
Manajemen konflik yang baik akan memberikan dampak berupa
tercapainya produktivitas kerja dan terselesaikannya masalah yang
sempat menghambat.
80
DAFTAR PUSTAKA
Elfindri, dkk (2012). Pendidikan karakter : Kerangka, Metode dan Ap-
likasi untuk Pendidik dan Profesional. Bouduse Media Jakarta.
Jakarta.
Linkona T (2013). Pendidikan Karakter, Panduan Lengkap Mendidik
Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Nusa Media. Bandung
Naim N (2012). Character Building (2012). Arruz Media. Jogjakarta.
Copp, David (2001) Morality Normativity, and Society. Oxford New
York: Oxford University Press. Cet.II.
Nucci, Larry P and Narvez, Darcia (200). Handbook of Moral and Char-
acter Education. Newyork: Routledge. Cet. I.
Zuchadi, Darmiyati. (2008). Humanisasi Pendidikan : Menemukan kem-
bali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Cet.I.
Alberta Education. (2005). The Heart of Matter : Character and Citizen-
ship Education in Alberta Schools. Alberta, Canada: Minister of
Educations
The Royal College of Midwives. (2019). Seven steps to strengthen mid-
wifery leadership. Strengthening Midwifery Leadership : A Mani-
festo for Better Maternity Care.
Standards, G. (1987). International Confederation of Midwives, 21:st
Congress. Jordemodern, 100(11), 348–374.
ICM. (2013). Companion Guidelines for ICM Global Standards for Mid-
wifery Education 2010; amended June 2013. International Con-
federation of Midwives, June, 31. http://www.nurse.or.jp/nurs-
ing/international/icm/definition/kihon.html
81
82