ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Penulis :
Aiza Raihani 0801171111
Dhea Afriesa Adisty 0801173403
Halimah Hilwani Hsb 0801173382
Indah Ainun Mardiyah 0801173349
Marlina Yusnita Hasution 0801171083
Melda Chairunnisha Hasibuan 0801172186
Nila Sari Dalimunthe 0801171057
Rahmi Yunita Sari Sihombing 0801171064
Safira Nurulita 0801173347
Shinta Devi 0801171082
Tika Kisamiani 0801173364
Dosen Pembimbing :
dr. Nofi Susanti, M.Kes 198311292019032002
Sosial Media :
Instagram pblfkm29
Youtube Pbl Fkm29
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrohmanirrahim.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Pendahuluan 1
Pengenalan ISPA 3
Macam – Macam ISPA 6
Etologi ISPA 11
Faktor Penyebab Terjadinya ISPA 12
Penularan ISPA 18
Tanda atau Gejala ISPA 19
Pencegahan ISPA 21
Pengobatan ISPA 23
Kesimpulan iii
Daftar Pustaka iv
ii
Pendahuluan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dikenal sebagai
salah satu penyebab kematian utamapada bayi dan anak
balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari
15 juta kematian pada anak berusia di bawah lima tahun
pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian
tersebut adalah bayi (WHO, 2003). ISPA merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit
menular di dunua. Hampir empat juta orang meniggal akibat
ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran
pernapasan bawah. Tingkat mortalitas akibat ISPA pada bayi,
anak dan orang lanjut usia tergolong tinggi terutama di
negara – negara dengan pendapatan per kapita rendah dan
menengah. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama
kondultasi atau rawat inap di sarna palayanan kesehatan
terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007).
1
salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana
pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40 – 60 % kunjungan
berobat di Puskesmas dan 15 – 30 % kunjungan berobat di
rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI, 2009).
2
ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi
akut yang menyerang salah satu atau lebih dari saluran
pernapasan mulai dari hidung sampai alveoli termasuk
jaringan adneksa yang meliputi sinus, rongga telinga tengah
dan pleura (Kementerian Kesehatan RI, 2011b).
3
hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
1. Bukan Pneumonia
Mencakup kelompok pada pasien balita dengan batuk
yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi
napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding
dada bagian bawah ke arah dalam. Contohnya adalah
common cold, faringetis, tonsilitis dan otitis.
2. Pneumonia
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
pernapasan. Diagnosa gejala ini berdasarkan umur.
Batas frekuensi nafas cepat pada anak usia < 1 tahun
50 kali per menit dan untuk anak usia 1 sampai < 5
tahun adalah 40 kali per menit.
3. Pneumonia Berat
Pneumonia berat dengan tanda – tanda nafas cepat
4
dan tarikan dinding dada pada bagian bawah ke arah
dalam. Frekuensi nafas cepat pada usia < 2 bulan yaitu
> 60 x per menit.
5
MACAM – MACAM ISPA
Macam – macam ISPA antara lain :
b. Faringitis Akut
70 persen pharingitis akut disebabkan oleh virus pada
anak usia muda. Infeksi streptokokus jarang terjadi pada
anak di bawah usia 5 tahun, tapi lebih sering pada yang lebih
6
5 tahun. Gejala khasnya adalah kemerahan dan
pembengkakan yang ringan pada faring serta pembesaran
tonsil. Seringkali disertai dengan rhinitis, tonsilitis ataupun
laringitis. Di negara dengan kondisi kehidupan dan populasi
yang padat, yang mempunyai predisposisi genetik, gejala
sisa setelah infeksi streptokokus seperti demam reumatik
akut dan kanditis adalah umum terjadi pada anak pra dan
usia sekolah.
7
terjadinya perforasi kendang telinga atau ketulian. Infeksi
telinga yang berulang dapat menyebabkan mastoiditis yang
pada gilirannya dapat menyebarkan infeksi ke meningen
(selaput otak). Otitis media ini disebabkan oleh terbuntunya
saluran tuba eustachius oleh karena rinitis dan bisa juga
karena alergi. Gejalanya ditandai dengan adanya
peradangan lokal, otorrhea, otalgia, demam dan bisa juga
malaise. Oleh karena akumulasi mukus dan cairan sebagai
akibat dari odema pada tuba eustachius, bakteri dapat
menginfeksi pula. Yang paling sering menyerang anak-anak
adalah bakteri streptokokus pneumoniae, haemophilus
influenzae, dan moraxella catharralis.
e. Influenza
Influenza atau “flu” disebabkan oleh tiga
ortomyxoviruses, dengan antigenik yang berbeda. Tipe-tipe
A dan B yang menyebabkan penyakit epiddemic dan tipe C
yang tidak penting secara epidemiologis. Virus mengalami
perubahan signifikan dari waktu ke waktu. Perubahan utama
terjadi pada interval biasanya 5 sampai 10 tahun yang
disebut antigenic shift: variasi minor di dalam subtipe yang
sama antigenic drift, terjadi hampir setiap tahun. Karenanya,
8
antigenic drift dapat mempengaruhi virus, secara memadai
yang mengakibatkan kerentanan individu, ke jenis yang
sebelum mereka diimunisasi atau terinfeksi.
f. Sinusitis
Sinusitis adalah infeksi pada mukosa rongga sinus
paranasal. Dengan gejala hidung tersumbat, sekret dari
hidung yang kental jernih atau berwarna, berbau, nyeri
tekan pada daerah wajah atau pipi, bisa disertai batuk,
demam tinggi, nyeri kepala dan malaise. Terjadinya bisa akut
yang berlangsung kurang dari 30 hari, sub akut yang
berlangsung antara 30 hari sampai dengan 6 minggu, dan
kronis jika berlangsung lebih dari 6 minggu. Penyebab bisa
oleh karena bakteri, virus atau penyebab yang lain, seperti:
polip, alergi, infeksi gigi serta tumor. Bakteri penyebab yang
paling sering adalah streptokokus pneumoniae, haemophilus
influenzae, dan moraxella catharralis. Ditularkan lewat
kontak langsung dengan penderita melalui udara. Dan
seharusnya dapat dicegah dengan pemakaian masker serta
cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
9
g. Laring Akut
Infeksi laring akut adalah penyakit umum pada anak-
anak dan remaja. Bayi dan anak kecil memiliki keterlibatan
yang lebih umum. Virus adalah faktor yang biasa
menyebabkan dan keluhan utama adalah suara serak yang
disertai dengan gejala pernapasan atas lainya misalnya,
(coryza, sakit tenggorokan, hidung tersumbat) dan
manifestasi sistemik (misalnya, demam, sakit kepala,
myalgia).
10
ETIOLOGI ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bateri penyebab ISPA antara lain adalah genus
Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus,
Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara
lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus,
Picornavirus, Mycoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Sedangkan jamur penyebab ISPA berasal dari Aspergillus sp,
Candida albicarus dan Histoplasma.
11
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ISPA
ISPA bisa disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia.
Infeksi bakterial merupakan penyulit ISPA oleh virus
terutama bila ada epidemi/ pandemi Bakteri penyebab ISPA
misalnya dari genus Streptococcus, Haemophylus,
Stafilococcus, Pneumococcus, Bordetella, dan
Corynebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain grup
Mixovirus (virus influenza, parainfluenza, respiratory
syncytial virus), Enterovirus (Coxsackie virus, echovirus),
Adenovirus, Rhinovirus, Herpesvirus, Sitomegalovirus, virus
Epstein-Barr. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergillus sp,
Candidia albicans, Blastomyces dermatitidis, Histoplasma
capsulatum, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans.
Selain itu ISPA pada anak disebabkan kurangnya
pengetahuan dan sikap ibu tentang ISPA.
12
Faktor Intrinsik
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor resiko terhadap
kejadian ISPA yaitu laki – laki lebih berisiko di banding
perempuan, hal ini disebabkan aktivitas anak laki – laki lebih
bayak dari pada anak perempuan sehingga peluang unuk
terpapar oleh agent lebih banyak.
2. Umur
Umur mempunyai pengaruh cukup besar untuk
terjadiya ISPA. Anak dengan umur < 2 tahun merupakan
faktor resiko terjadinya ISPA. Hal ini disebabkan karena anak
dibawah dua tahun imunisasinya belum sempurna dan
saluran napas lebih sempit.
13
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai
cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap
penyakit infeksi. Juka keadaan gizi menjadi buruk maka
reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti
kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
serangan infeksi menjadi turun.
4. Sutatus Imunisasi
Imunisasi berarti memberikan kekebalan terhadap
suatu penYakit tertentu. Salah satu strategi untuk
mengurangi kesakitan dan kematian akibat ISPA pada anak
adalah dengan pemberian imunisasi. Pemberian imunisasi
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
balita terutama penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
FAKTOR EKSTRINSIK
1. Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian dalam rumah merupakan
keputusan menteri kesehatan nomor
829.MENKES/SK/VII/1999 tentag persyaratan kesehatan
rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8 m2.
Dengan
14
kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan
penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal
yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah
yang telah ada.
15
4. Tingkat Pengetahuan Ibu
Tingkat pengetahuan ibu berperan besar terhadap
kejadian pneumonia pada balita. Pendidikan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan. semakin tinggi
pendidikan responden, diharapkan wawasan yang
dimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuanpun
juga akan meningkat, danini merupakan salah salah satu
upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian
pneumonia.
16
2. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan
jumlah populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi
dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah,
akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan
penyakit ISPA.
17
PENULARAN ISPA
Pada ISPA dikenal tiga cara penuaran infeksi, yaitu :
18
TANDA ATAU GEJALA
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan
dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan,
pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik. Nanum sebagian anak yang
menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi ini tidak
segera diobati dengan antibiotik maka akan menyebabkan
kematian.
19
b. ISPA Sedang. Ditandai dengan gejala ISPA Ringan
ditambah satu atau lebih gejala berikut :
- Pernapasan Cepat
- Umur 1 - 4 tahun : 40 kali / menit atau lebih
- Wheezing (napas menciut – ciut)
- Sakit atau keluar cairan dari telinga
- Bercak kemerahan (pada bayi)
20
PENCEGAHAN
Hal – hal yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit ISPA pada Balita antara lain :
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi baik
a. Bayi harus diberi ASI selama 2 tahun.
b. Pemberian makanan pada anak disesuaikan
umurnya.
c. Makanan yang bergizi tidak mesti yang mahal,
yang penting mengandung unsur protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
d. Bayi dan balita secara teratur ditimbang.
21
c. Aliran udara dalam rumah harus selalu cukup baik.
d. Asap tidak boleh berkumpul dalam rumah.
22
PENGOBATAN
1. Bukan pneumonia
Tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas
yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak
nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening
di leher dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcus dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya
harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
selanjutnya.39
2. Pneumonia
Diberi obat antibiotik Kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberikan kotrimoksasol atau
mungkin dengan pemberian kotrimoksasol keadaan
penderita menetap, dapat diberikan obat antibiotik
pengganti
23
pengganti seperti ampisilin, amoksilin atau penisilin
prokain.39
3. Pneumonia Berat
Dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigen dan sebagainya.
24
kurang dari dua bulan diberikan prokain penisilin dan
gentamicin suntikan.
25
Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banya di
derita bayi dan anak – anak, penyebab kematian ISPA yang
terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA
tergantung kepada pemeriksaan dan tanda – tanda bahaya
yang diperhatikan panderita. Pencegahan ISPA dapat
dilakukan dengan perbaikan gizi pada balita, penyusunan
atau pengaturan menu, cara pengolahan makanan, variasi
menu, perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan
kesehatan perorangan.
iii
Daftar Pustaka
Ahmad, Irsan. “Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Anak Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Manipi Kec. Sinjai Barat Kab. Sinjai Tahun
2010, Makasar”. Skripsi Sarjana, Fakultas Kesehatan, UIN
Alauddin Makasar 2010.
iv
Widiyono. “Penyakit Tropik : epidemiologi, penularan,
pencegahan dan pemberantasan”. Semarang : Erlangga,
2008, Ciracas, Jakarta 13740 www.erlangga.co.id
v
Rahmawati, dwi dan Hartono. ISPA. Gangguan
Pernafasan pada anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
vi