Anda di halaman 1dari 6

Nama : Cheri Maudi Chantika

Nim : 01031182227003

Gambaran Umum Etika Profesi Dalam Dunia Bisnis

1. Etika terapan

Secara umum etika dibagi menjadi etika umum dan etika khusus.

1) Etika umum berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia
untuk bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika,
lembaga-lembaga normatif (yang terpenting di antaranya adalah suara hati), dan semacamnya.
2) Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Dengan kata lain, etika sebagai refleksi kritis rasional meneropongi
dan merefleksi kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada norma dan nilai moral yang
ada di satu pihak dan,situasi khusus dari bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilaku-
kan setiap orang atau kelompok orang dalam suatu masyarakat.

Dalam kaitan dengan ini, etika khusus lalu dianggap sebagai etika terapan. Terapan, karena
aturan normatif yang bersifat umum diterapkan secara khusus sesuai dengan kekhususan dan
kekhasan bidang kehidupan dan kegiatan khusus tertentu. Maka, dapat dikatakan bahwa etika khusus
merupakan kontekstualisasi aturan moral umum dalam bidang dan situasi konkret. Pada tingkat ini,
etika lalu menjadi aktual sekaligus menarik dan menantang. Ia menantang penilaian moral yang kritis
atas dan berhadapan dengan situasi yang sangat konkret."

Etika khusus dibagi lagi menjadi tiga, yaitu etika individual, etika sosial, dan etika lingkungan
hidup.

1) Etika individual lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
Salah satu prinsip yang secara khusus relevan dalam etika individual ini adalah prinsip
integritas pribadi, yang berbicara mengenai perilaku individual tertentu dalam rangka
menjaga dan mempertahankan nama baiknya sebagai pribadi moral.
2) Etika sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya.
3) Etika lingkungan hidup merupakan cabang etika khusus yang akhir-akhir ini semakin ramai
dibicarakan. Etika lingkungan berbicara mengenai hubungan antara manusia baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok dengan lingkungan alam yang lebih luas dalam
totalitasnya, dan juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya yang
berdampak langsung atau tidak langsung pada lingkungan hidup secara keseluruhan.
2. Etika profesi

a. Pengertian profesi

Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan
mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi
(moral) yang mendalam. Dengan demikian orang profesional adalah orang yang melakukan suatu
pekerjaan purna waktu dan hidup dari Masyarakat daripada kepentingan dirinya.

b. Ciri-ciri profesi

Beberapa ciri profesi, yang sekaligus diandaikan dimiliki oleh orang-orang yang profesional.

1) Adanya keahlian dan keterampilan khusus.


2) Adanya komitmen moral yang tinggi.
3) Biasanya orang yang profesional adalah orang yang hidup dari profesinya
4) Pengabdian kepada masyarakat.
5) Pada profesi luhur biasanya ada izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut
6) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi

c. Prinsip-prinsip etika profesi

Empat prinsip etika profesi yang paling kurang berlaku untuk semua profesi pada umumnya

1) Prinsip tanggung jawab.


2) Prinsip keadilan.
3) Prinsip otonomi.
4) Prinsip integritas moral.

3. Menuju bisnis sebagai profesi leluhur

Dua pandangan dan penghayatan yang berbeda mengenai pekerjaan dan kegiatan bisnis yang dianut
oleh para pelaku bisnis.

a. Pandangan praktis-realistis

Pandangan pertama disebut pandangan praktis-realistis, karena pandangan ini terutama


bertumpu pada kenyataan (pada umumnya) yang diamati berlaku dalam dunia bisnis dewasa ini.
Pandangan ini didasarkan pada apa yang umumnya dilakukan oleh orang-orang bisnis. Pandangan ini
melihat bisnis sebagai suatu kegiatan di antare manusia yang menyangkut memproduksi, menjual, dan
membeli barang dan jasa untuk memperaleh kенторам.
Dalam pandangan ini ditegaskan secara jelas bahwa tujuan utama bisnis, bahkan tujuan satu-
satunya, adalah mencari keuntungan. Bisnis adalah suatu kegiatan profit-making. Dasar pemikirannya
adalah bahwa orang yang terjun ke dalam bisnis tidak punya keinginan dan tujuan lain selain ingin
mencari keuntungan. Kegiatan bisnis adalah kegiatan ekonomis dan bukan kegiatan sosial. Karena itu,

Adam smith sendiri berpendapat bahwa pemilik modal harus mendapat keuntungan untuk
bisa merangsangnya menanamkan modalnya dalam kegiatan produktif. Tanpa keuntungan, pemilik
modal tidak akan menanamkan modalnya, dan itu berarti tidak akan ada ke- giatan ekonomi produktif
sama sekali. Yang pada akhirnya berarti, tidak ada pekerja yang dipekerjakan dan konsumen tidak
akan mendapat barang kebutuhannya.

Asumsi adam smith adalah bahwa,

1) Pertama, dalam masyarakat modern telah terjadi pembagian kerja di mana setiap orang tidak
bisa lagi mengerjakan segala sesuatu sekaligus dan bisa memenuhi semua kebutuhan
hidupnya sendiri.
2) Kedua, semua orang tanpa terkecuali mempunyai kecenderungan dasar untuk membuat
kondisi hidupnya menjadi jauh lebih baik.

b. Pandangan ideal

Pandangan ini disebut sebagai pandangan ideal, karena dalam kenyataannya masih
merupakan suatu hal yang ideal mengenai dunia bisnis. Harus diakui bahwa sebagai pandangan yang
ideal pandangan ini baru dianut oleh segelintir orang, yang dipengaruhi oleh idealisme tertentu
berdasarkan nilai tertentu yang dianutnya. Menurut pandangan ini, bisnis tidak lain adalah suatu
kegiatan di antara manusia

Dasar pemikirannya adalah pertukaran timbal balik secara fair di antara pihak- pihak yang
terlibat. Maka, yang mau ditegakkan dalam bisnis yang menganut pandangan ini adalah keadilan
komutatif, khususnya keadilan bakar atau pertukaran dagang yang fair. Sesungguhnya pandangan ini
pun bersumber dari ekonomi klasiknya adam smith.

Menurut adam smith, pertukaran dagang terjadi karena satu orang memproduksi lebih banyak
barang tertentu sementara ia sendiri membutuhkan barang lain yang tidak bisa dibuatnya sendiri. Jadi,
sesungguhnya kegiatan bisnis terjadi karena keinginan untuk saling memenuhi kebutuhan hidup
masing-masing, itu berarti, kegiat an bisnis sesungguhnya tidak lain merupakan perwujudan hakikat
sosial manusi saling membutuhkan satu sama lain karena tanpa orang lain (dan hasil kerjanya) manu-
sia tidak bisa hidup. Dengan kata lain, tujuan utama bisnis sesungguhnya bukan untuk mencari
keuntungan melainkan untuk memenuhi kebutuhan hidup orang lain, dan melalui itu (dan menurut
adam smith, hanya melalui itu) ia bisa memperoleh apa yang dibutuhkannya.

Dengan melihat kedua pandangan berbeda di atas, dapat disimpulkan bahwa citra jelek dunia bisnis
sedikit banyaknya disebabkan oleh pandangan pertama yang melihat bisnis sekadar sebagai mencari
keuntungan. Tentu saja, pada dirinya sendiri, sebagaimana telah dikatakan, keuntungan tidak jelek.
Hanya saja sikap yang timbul dari kesadaran bahwa bisnis hanya punya satu tujuan untuk mencari
keuntung an sangat berbeda dari pandangan alternatif lainnya. Yang terjadi adalah munculnya sikap
dan perilaku yang menjurus pada menghalalkan segala cara, termasuk cara yang tidak dibenarkan
siapa pun bahkan pelaku bisnis itu sendiri ketika ia berada pada po- sisi yang dirugikan, hanya demi
memperoleh keuntungan. Akibatnya, para pelaku bisnis tersebut hidup dalam suatu dunia yang
bahkan ia sendiri, sejauh sebagai manusia, tidak diinginkannya."

Bisnis dan Etika

1. Mitos bisnis amoral

Mitos bisnis amoral mengungkapkan keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika
tidak ada hubungan sama se kali. Bisnis tidak punya sangkut paut dengan etika dan moralitas.
Keduanya adalah dua bidang yang terpisah satu sama lain. Karena itu bisnis tidak boleh dinilai
dengan menggunakan norma dan nilai-nilai etika. Bisnis dan etika adalah dua hal yang sangat berbeda
dan tidak boleh dicampuradukkan. Kalau itu dilakukan, telah terjadi sebuah kesalahan kategoris.
Bisnis hanya bisa dinilai dengan kategori dan norma-norma bisnis dan bukan dengan kategori dan
norma-norma etika. Suatu

Untuk memperlihatkan kebenaran mitos bisnis amoral tersebut muncul beberapa argumen
yang pada dasarnya mau memperlihatkan bahwa antara bisnis dan etika tidak ada hubungan sama
sekali.

1) Pertama, seperti halnya judi, atau permainan pada umumnya, bisnis adalah sebuah bentuk
persaingan (yang mengutamakan kepentingan pribadi).
2) Kedua, aturan yang dipakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda da ri aturan yang
ada dan dikenal dalam kehidupan sosial pada umumnya.
3) Ketiga, orang bisnis yang masih mau mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang
tidak menguntungkan di tengah persaingan ketat tersebut.

Argumen-argumen di atas masih diperkuat oleh dua argumen lain sebagai berikut.
1) Pertama, jika suatu permainan (judi) mempunyai aturan yang diterima dan dibenarkansecara
legal - jadi ada aturan mainnya - dengan sendirinya praktek permainan tersebut pun diterima
dan dibenarkan secara moral
2) Kedua, jika suatu praktek begitu umum diterima dan dijalankan di mana-mana sehingga
menjadi semacam norma, semua orang lain tinggal menyesuaikan diri dengan praktek
semacam itu.
2. Keuntungan dan Etika

Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal buruk Bahkan secara moral keuntungan
merupakan hal yang baik dan diterima. Karena :

1) Pertama, keuntungan memungkin suatu perusahaan bertahan dalam kegiatan bisnisnya. Yang
buruk.
2) Kedua, tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia mena- namkan
modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi
memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasio- nal.
3) Ketiga, keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat
menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang semakin baik.
Lebih dari itu, dengan keuntungan yang terus diperoleh, perusahaan dapat mengembangkan
terus usahanya dan berarti membuka lapangan kerja bagi ba- nyak orang lainnya, dan dengan
demikian memajukan ekonomi nasional.

Ada beberapa argumen yang menunjukkan bahwa justru demi memperoleh keuntungan etika
sangat dibutuhkan, sangat relevan, dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis.

1) Pertama, dalam bisnis modern dewasa ini para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-
orang profesional di bidangnya. Mereka dituntut mempunyai keahlian dan keterampilan bisnis
yang melebihi keterampilan dan keahlian bisnis orang kebanyakan lainnya. Hanya orang
profesional yang akan menang dan berhasil dalam bisnis yang penuh persaingan yang ketat.
2) Kedua, dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa
konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu, hal untuk bisa untung dan bertahan dalam
pasar penuh persaingan adalah sejauh mana yang paling pokok suatu perusahaan bisa merebut
dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
3) Ketiga, dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak
berpihak tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pihak dijamin," para pelaku
bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan peme- rintah, yang
baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya.
Berdasarkan argumen-argumen pada bagian ini, maupun pada bagian sebelumnya, terlihat
jelas bahwa mitos bisnis amoral adalah mitos yang tidak benar. Anggapan bahwa bisnis adalah
kegiatan yang amoral, yaitu kegiatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan moralitas, adalah sama
sekali tidak benar. Justru sebaliknya, bisnis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat
mengandalkan etika. Dengan kata lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis
memang relevan untuk dibicara- kan. Argumen mengenai kaitan antara tujuan bisnis mencari
keuntungan dan etika memperlihatkan secara gamblang bahwa, dalam iklim bisnis yang terbuka dan
bebas, perusahaan yang menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang
memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan
bertahan dalam kegiatan bisnisnya.

3. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis

Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis di sini.

1) Pertama, etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis pertama-
tama bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik
dan etis. Imbauan ini di satu pihak di- dasarkan pada prinsip-prinsip etika tertentu, tetapi di
pihak lain dikaitkan pula dengan kekhususan serta kondisi kegiatan bisnis itu sendiri.
2) Kedua, adalah untuk menyadar kan masyarakat, khususnya konsumen, buruh atau karyawan,
dan masyarakat luas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga.
3) Ketiga, etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu
barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi. Dalam lingkup makro semacam ini,
etika bisnis berbicara mengenai monopoli, oligopoli, kolusi, dan praktek-praktek semacamnya
yang akan sangat mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan juga baik
tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara.

Anda mungkin juga menyukai