Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH SEJARAH KOLONIAL

DISUSUN OLEH:
M
NIM 1762041019
TEMA : PERLAWANAN RAKYAT BANTEN

PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, Maret 2019

Moh Ainun Rosidi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
BAB I ........................................................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... iv
A. Latar Belakang ............................................................................................................................... iv
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... iv
BAB II........................................................................................................................................................... 1
ISI.................................................................................................................................................................. 1
B. Munculnya Kembali Perlawanan Banten dan Politik Adu Domba VOC.................................. 2
C. Akhir Perlawanan Banten Terhadap VOC .................................................................................. 2
BAB III ......................................................................................................................................................... 4
PENUTUP .................................................................................................................................................... 4

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banten merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Nusantara pada abad ke 16. Dengan adanya
lada, para pedagang baik dari Cina, Arab, maupun bangsa Eropa tertarik untuk berdagang di
Banten. Saat Belanda pertama kali mendarat dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, mereka
terkagum-kagum dengan pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat ini. Cornelis de Houtman
memperkirakan Banten memiliki luas yang mungkin sama dengan Amsterdam. Dengan potensi
yang ada pada Banten, maka VOC yang kemudian mewadahi kongsi dagang Belanda hendak
menguasai Banten dan memonopoli perdagangan secara keseluruhan. Hal tersebut sangat
ditentang oleh sultan yang berkuasa saat itu, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa.

B. Rumusan Masalah
1. Faktor apa yang melatarbelakangi perlawanan kesultanan Banten terhadap VOC tersebut
?
2. Bagaimana kronologis perlawanan kesultanan Banten dari awal sampai akhir terhadap
VOC ?

iv
BAB II

ISI

A. Penyebab Perlawanan Banten Terhadap VOC

Pada tahun 1651 sampai dengan 1682, Banten diperintah oleh Pangeran Surya dengan
gelar Pangeran Ratu Ing Banten dan setelah kembali dari Mekah mendapat gelar Sultan
Abdulfath Abdulfatah atau lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa setelah sebelumnya
Banten diperintah oleh kakek dari Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Sultan Abdulmafakhir Mahmud
Abdulkadir. Sultan Ageng Tirtayasa merupakan anak dari Sultan Abul Ma’ali Ahmad.

Sultan Ageng Tirtayasa selama memerintah kesultanan Banten sangat menentang segala
bentuk penjajahan asing atas daerah kekuasaannya, termasuk kehadiran VOC yang hendak
menguasai Banten sangat ditentang oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Oleh sebab itu, VOC yang
berusaha melakukan blokade terhadap pelabuhan Banten dengan menyerang kapal-kapal yang
hendak berdagang di Banten mendapatkan perlawanan dari pasukan Banten.

Sultan Ageng Tirtayasa selama memerintah kesultanan Banten sangat menentang segala
bentuk penjajahan asing atas daerah kekuasaannya, termasuk kehadiran VOC yang hendak
menguasai Banten sangat ditentang oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Oleh sebab itu, VOC yang
berusaha melakukan blokade terhadap pelabuhan Banten dengan menyerang kapal-kapal yang
hendak berdagang di Banten, mendapatkan perlawanan dari pasukan Banten.Perlawanan itu
awalnya diwujudkan dengan perusakan terhadap segala instalasi milik VOC di wilayah
kekuasaan kesultanan Banten. Dengan tindakan perlawanan demikian, Sultan Ageng Tirtayasa
mengharapkan agar VOC segera meninggalkan Banten. Untuk meredakan perlawanan tersebut,
VOC mengirimkan utusan sebanyak dua kali pada tahun 1655 dengan menawarkan pembaharuan
perjanjian tahun 1645 disertai hadiahhadiah yang menarik, namun keseluruhannya ditolak oleh
Sultan Ageng Tirtayasa. Bahkan Sultan Ageng Tirtayasa menanggapinya dengan memerintahkan
pasukan Banten pada tahun 1656 untuk melakukan gerilya besar-besaran dengan mengadakan
pengerusakan terhadap kebun-kebun tebu, pencegatan serdadu patroli VOC, pembakaran markas
patroli, dan pembunuhan terhadap beberapa orang Belanda yang keseluruhan dilakukan pada
malam hari. Selain itu, pasukan Banten juga merusak kapal-kapal milik Belanda yang berada di
pelabuhan Benten, sehingga untuk memasuki Banten, diperlukan pasukan yang kuat untuk
mengawal kapal-kapal tersebut. Tangerang dan Angke dijadikan sebagai garis terdepan
pertahanan dalam menghadapi VOC.

Pasukan Banten menyerang Batavia pada 1652 juga dimulai dari Tangerang dan Angke.
Saat perlawanan sering terjadi, Sultan Ageng Tirtayasa seringkali mengadakan hubungan
kerjasama dengan kesultanan lain, seperti kesultanan Cirebon dan Mataram serta dengan Turki,
Inggris, Perancis, dan Denmark. Hal ini dilakukan agar Banten dapat memperkuat kedudukan
dan kekuatannya dalam menghadapi kekuatan VOC. Dari Turki, Inggris, Perancis, dan Denmark
inilah Banten mendapatkan banyak bantuan berupa senjata api. Sultan Ageng Tirtayasa pun
melakukan penyatuan terhadap daerah yang dikuasai oleh kesultanan Banten, yaitu Lampung,
Bangka, Salebar, Indragiri dalam kesatuanpasukan Surosowan

B. Munculnya Kembali Perlawanan Banten dan Politik Adu Domba VOC

Setelah perjanjian gencatan senjata, VOC menggunakan kesempatan tersebut untukmempersulit


kedudukan Banten. Cara yang dilakukan adalah dengan mengadakan kerjasama dengan
kesultanan Cirebon dan kesultanan Mataram. Puncaknya adalah ketika Amangkurat II
menandatangani perjanjian dengan VOC. Selain itu, Cirebon pun berada di bawah kekuasaan
VOC pada tahun 1681. Dengan Mataram dan Cirebon dibawah kendali VOC, maka posisi
Banten semakin terjepit karena Mataram dan Cirebon merupakan kesultanan yang memiliki
hubungan baik dengan Banten.

Posisi tersebut makin sulit dengan terjadinya perpecahan di dalam kesultanan Banten
sendiri.Putra Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Pangeran Gusti dan Pangeran Arya Purbaya
mendapatkan kekuasaan, masing-masing untuk mengurusi kedaulatan ke dalam kesultanan.
Sementara kedaulatan keluar kesultanan masih dikendalikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Pemisahan kekuasaan ini diketahui oleh wakil Belanda di Banten, yaitu W. Caeff yang kemudian
mendekati dan menghasut Pangeran Gusti untuk mencurigai ayahnya dan saudaranya sendiri.

Pada saat itu, Pangeran Gusti pergi ke Mekkah dengan meninggalkan kekuasaannya
untuk sementara waktu dan kekuasaan tersebut diberikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa kepada
adiknya yaitu Pangeran Arya Purbaya. Sekembalinya Pangeran Gusti yang bergelar Sultan Abu
Nasr Abdul Kahar atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji dari Mekah, kekuasaan yang
dimiliki oleh Pangeran Purbaya semakin meluas sehingga membuat Sultan Haji iri. Hal tersebut
yang dimanfaatkan oleh VOC untuk mengadu-domba antara Sultan Haji dengan ayahnya sendiri,
yaitu Sultan Ageng Tirtayasa dan adiknya, yaitu Pangeran Arya Purbaya. Konflik ini
dimanfaatkan oleh VOC untuk memadamkan dan memperlemah kekuatan Banten.

C. Akhir Perlawanan Banten Terhadap VOC

Pada 27 Februari 1682 pecahlah perang saudara, pasukan Sultan Ageng menyerbu Surosowan, di
mana Sultan Haji bersemayam. Loji dipertahankan bersama dengan pasukan VOC di bawah
Caeff sambil menunggu bantuan dari Batavia. Bantuan itu dijanjikan dengan kondisi bahwa
Sultan Haji akan memberi hak monopoli kepada VOC di Banten. Pada 7 April bala bantuan itu
datang dan berhasil membebaskan loji dari kepungan pasukan Sultan Ageng. Sebagai tindakan
balasan semua pedagang asing Eropa diusir dari Banten dan VOC menggunakan kesempatan
untuk memindahkan pedagang Cina yang kaya ke Batavia.

2
Sementara itu Sultan Ageng secara gigih meneruskan perjuangannya, dibantu oleh kontingen
Makassar, Bali, dan Melayu. Markas besar barisannya ada di Margasama, di mana Pangeran
Suriadiwangsa bersama 6 sampai 800 prajurit; Pangeran Yogya bersama pasukan kurang lebih
400 orang ada di Kanari; Kiai Arya Jungpati dengan 120 orang di Kartasana, di Serang ada
pasukan sejumlah 400 orang; di Jambangan ada pasukan dari 4 sampai 500 orang di Tlrtakaya
500 orang; dl Bojonglopang 100 orang. Serangan pasukan Kumpeni di bawah Jonker, St. Martin,
dan Tack berhasil mendesak barisan Banten dan Margasana dapat diduduki. Kacarabunan,
Tangerang dikuasai juga oleh Kumpeni. Sultan Ageng mengundurkan diri ke Tirtayasa yang
dijadikan pusat pertahanannya, Tanara dan Pontang juga diperkuat pertahannya. Di Kademangan
ada barisan sebesar 1200 orang di bawah Arya Wangsadiraja. Mereka cukup lama dapat bertahan
tetapi pada 2 Desember 1682 Kademangan akhirnya jatuh setelah terjadi pertempuran sengit
antara kedua pasukan. Pada kedua pihak banyak yang gugur. Banyak dari pasukan Banten
mengungsi ke Ciapus, Pagutan, dan Jasinga, dengan jatuhnya pertahanan Kademangan tinggal
Tirtasaya yang menjadi bulan-bulanan Kumpeni. Serbuan umum di mulai dari daerah pantai
menuju Tanara dan Tengkurak. Pada 28 Desember pasukan Jonker, Tack, dan MichieIsz
menyerang Pontang, Tanara dan Tirtayasa, dan dibakarnya. Ledakan-ledakan mesin
menghancurkan Tirtayasa. Sultan Ageng berhasil menyelamatkan diri ke pedalaman. Pangeran
Ardi, Pangeran Yogya, dan banyak pemimpin menyerahkan diri bersama dengan pasukannya
sedang Pangeran Purbaya mengungsi diikuti oleh anak buahnya. Pihak Kumpeni berusaha
berapa kali untuk mencari Sultan Ageng dan membujuknya untuk menghentikan perlawanannya
dan turun ke Banten. Sultan Haji mengutus 52 orang keluarganya menjemput ayahnya di Ketos
dan pada malam menjelang 15 Maret iring-iringan Sultan Ageng masuk Surosowan. Setelah
berhasil dibujuk, Sultan Haji dan VOC menerapkan tipu muslihat dengan mengepung iring-
iringan Sultan Ageng Tirtayasa menuju ke istana Surosowan pada tanggal 14 Maret 1683. Sultan
Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap, namun Pangeran Arya Purbaya berhasil lolos. Kemudian
Sultan Ageng Tirtayasa dipenjarakan di Batavia sampai meninggal pada tahun 1692. Sultan Haji
sendiri akhirnya naik tahta dengan restu VOC, memerintah dari tahun 1682 sampai dengan 1687.
Pada tanggal 17 April 1684, ditandatanganilah perjanjian dalam bahasa Belanda, Jawa, dan
Melayu yang berisi 10 pasal. Perjanjian inilah yang menandai berakhirnya kekuasaan kesultanan
Banten, dan dimulainya monopoli VOC atas Banten. Dengan demikian berakhirlah perlawanan
Sultan Ageng Tirtayasasetelah

3
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Banten merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Nusantara dengan letak yang stategis di
ujung barat pulau Jawa dekat dengan selat Sunda yang merupakan titik pertemuan jalur
perdagangan Asia bahkan dunia setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada 1511. Hal
tersebut membuat Banten selalu ramai oleh lalu lintas perdagangan Karena hali itu Gubernur
Jendral Joan Maetsuyker (1653-1678) berkeinginan untuk menguasai Banten, menjadikannya
sebagai pusat pertemuan (Rendez-vous) sekaligus memonopoli perdagangan rempah-rempah,
khususnya lada. Untuk memenuhi kehendaknya, VOC mulai menggunakan siasat blokade
ekonomi dengan tujuan agar Banten mau tunduk kepada VOC. Hal tersebut dilakukan dengan
menyerang kapal-kapal asing yang hendak berdagang di Banten. Kondisi ini membuat Banten
mengalami penurunan dalam hal kegiatan perekonomian. Menaggapi hal tersebut, Sultan Ageng
Tirtayasa memerintahkan untuk melakukan perlawanan terhadap VOC. Pelawanan tersebut
terjadi sampai dengan adanya tawaran perjanjian gencatan senjata pada tanggal 29 April 1658.
Namun, perjanjian tersebut ditolak oleh Banten dan mulailah kembali perlawanan dari bulan Mei
1658 yang berlangsung terus menerus sampai diadakannya perjanjian gencatan senjata tanggal
10 Juli 1659.

Gubernur Jendral Ryklop van Goens yang menggantikan Gubernur Jendral Joan Maetsuyker
kemudian memerintahkan untuk menghancurkan Banten. Kekuasaan Banten mulai melemah
ketika Cirebon pada tahun 1681 dan Mataram yang memiliki hubungan baik dengan Banten
bekerjasama dan tunduk atas VOC. Selain itu, adanya pembagian kekuasaan di kesultanan
Banten, dimana Sultan Haji dan Pangeran Arya Purbaya yang merupakan anak dari Sultan
Ageng Tirtayasa, mendapat kekuasaan intern kesultanan. Hal tersebut diketahui oleh W. Caeff,
wakil VOC di Banten, sehingga VOC memanfaatkan pembagian kekuasaan tersebut untuk
mengadu domba Sultan Haji dengan Pangeran Arya Purbaya dan Sultan Ageng Tirtayasa,
sampai pada akhirnya terjadi perang saudara yang menyebabkan berakhirnya kekuasaan Sultan
Ageng Tirtayasa pada tahun 1682.

4
Daftar Pustaka

Kartodirdjo, Sartono. 2014. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 Dari emporium sampai
Imperium. Yogyakarta :Penerbit Ombak,
Siregar.P. 2017. Perjuangan Rakyat Banten Melawan Belanda Studi Tentang K.H. Wasyid. 23(1)
: 58-59
Shavab O.A.K. Impelemtasi Pembelajaran Nilai Kejuangan Sultan Ageng Tirtayasa Dalam
Membangun Semangat Kebangsaan. hal 8-9.
Guillot, Claude, 2008. Banten Sejarah dan Peradaban Abad X – XVII, Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia,

Anda mungkin juga menyukai