Penyerangan Batavia Oleh Mataram 1628-1629
Penyerangan Batavia Oleh Mataram 1628-1629
MATARAM 1628-1629
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial dengan
dosen pengampu Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum..
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyerangan Kota
Batavia Oleh Kesultanan Mataram Islam 1628-1629”. Tidak lupa juga kami ucapkan kepada dosen
yang telah memberikan kami bimbingan dan kesempatan untuk menyusun makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Penyerangan Kota
Batavia Oleh Kesultanan Mataram Islam 1628-1629”, yang kami sajikan berdasarkan materi yang
kami dapatkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sekalian, khususnya pada kami
dan semua yang pembaca makalah ini, dan mudah-mudahan juga dapat memberikan wawasan
yang lebih luas bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka
dari itu kami menerima segala kritik dan saran yang membangun dari segala pihak.
Terima kasih.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Belanda harus mengakui Sultan Agung sebagai penguasa terbesar di tanah
Jawa. Kedua, Belanda harus mengakui kedaulatan Mataram atas Batavia.
Ketiga, VOC harus mengirimkan utusan ke Mataram. Namun, ultimatum
tersebut tidak dihiraukan oleh pihak Belanda. Dengan demikian, tercetuslah
rencana penyerangan Mataram terhadap Batavia.
1. Seperti apakah hubungan VOC dengan Kesultanan Mataram pada masa awal
pertemuan keduanya?
2. Kapan dan Bagaimana hubungan antara VOC dan Kesultanan Mataram
mengalami keretakan dan berujung pada konflik?
3. Bagaimana jalannya penyerangan dan pengepungan pertama Batavia pada
1628?
4. Bagaimana jalannya penyerangan dan pengepungan kedua Batavia pada
1629?
5. Apa sajakah faktor penyebab kegagalan penyerangan kota Batavia yang
dilakukan oleh kesultanan Mataram?
6. Seperti apa hubungan antara VOC dengan Kesultanan Mataram seusai
dilakukannya penyerangan Batavia pada 1628 dan 1629?
2
2. Mengetahui apa saja penyebab, waktu terjadinya, dan mengapa hubungan
antara VOC dengan Mataram mengalami keretakan hingga berujung pada
konflik senjata.
3. Dapat memahami jalannya peperangan antara VOC dan Mataram pertama di
Batavia pada tahun 1628.
4. Dapat memahami jalannya peperangan antara VOC dan Mataram kedua di
Batavia pada tahun 1629.
5. Mampu mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan dua
serangan Mataram ke Batavia pada 1628 dan 1629.
6. Memahami bagaimana hubungan antara VOC dan Mataram seusai terjadinya
peperangan di Batavia pada 1628 dan 1629.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hubungan Awal Kesultanan Mataram dengan VOC
Kesultanan Mataram Islam berdiri dan berkembang setelah kemunculan
dan kemunduran Kesultanan Demak dan Pajang. Pusat dari masing-masing
kerajaan ini bergeser dari pesisir utara ke pedalaman selatan Jawa Tengah, yang
biasanya dilihat sebagai mewakili gradasi dari nilai-nilai Islam yang lebih
kental kepada nilai-nilai yang lebih berkarakter abangan, di samping juga
menggambarkan pergeseran kultur ekonomi yang lebih akrab dengan
perdagangan kepada yang lebih bersifat agraris.
4
dan rupanya dilihatnya juga adanya keuntungan dalam penawaran tersebut,
lebih-lebih karena beras di daerah ini berlimpahlimpah. Gubernur Jenderal
memutuskan, karenanya, mendirikan sebuah loji sementara di Jepara. Kepala
perdagangan (opperkoopman) Lambert Dirckxz Hagen ditinggal di sana
dengan uang sebanyak 2.500 rial untuk membeli beras dan sekaligus
menyelidiki barang lain yang dapat diperdagangkan. Demikianlah maka kantor
dagang Belanda kedua didirikan di tanah Jawa.
5
Sultan Agung, penguasa Mataram pada masa itu, merasa terancam
dengan kedatangan Belanda di Batavia karena beberapa alasan:
a) Belanda telah mengembangkan Batavia (Jacatra pada saat itu) menjadi pusat
perdagangan yang sangat menguntungkan. Mereka membangun pelabuhan,
benteng, dan pemukiman di daerah tersebut, yang membantu mereka
mengendalikan perdagangan rempah-rempah, terutama rempah-rempah seperti
cengkih, pala, dan lada yang sangat berharga. Sultan Agung, sebagai penguasa
Mataram, ingin memonopoli perdagangan ini untuk meningkatkan pendapatan
kerajaannya. Kehadiran kuat Belanda di Batavia merupakan persaingan
langsung terhadap upayanya untuk menguasai perdagangan tersebut.
b) Selain sebagai pusat perdagangan, Batavia juga menjadi basis militer penting
bagi Belanda di wilayah tersebut. Belanda memiliki pasukan yang kuat dan
kemampuan militer yang solid di Batavia. Sultan Agung melihat ini sebagai
ancaman langsung terhadap kedaulatan Mataram dan kekuasaannya di Jawa
Tengah.
c) Sultan Agung dan Mataram memiliki klaim teritorial atas Batavia (Jacatra).
Mereka menganggap wilayah tersebut sebagai bagian dari wilayah mereka dan
merasa bahwa Belanda telah memasuki dan membangun infrastruktur di
wilayah yang seharusnya menjadi bagian dari kekuasaan Mataram.
Kombinasi dari faktor-faktor ini membuat Sultan Agung merasa
terancam dan merasa perlu untuk bertindak untuk melindungi kedaulatan dan
kepentingan ekonomi Mataram. Inilah yang mendorongnya untuk
merencanakan serangan terhadap Batavia pada tahun 1628 & 1629 sebagai
upaya untuk mengusir Belanda dari wilayah yang ia klaim sebagai milik
Mataram.
6
warga asing tidak dapat memasuki wilayah pusat Kesultanan Mataram, mereka
semua tertahan di pelabuhan. Kantor-kantor dagang asing juga di tutup untuk
beberapa waktu. Hal ini kemudian memunculkan desas desus diantara orang-
orang asing bahwasanya orang-orang Mataram sedang merencanakan suatu
penyerangan besar-besaran ke Batavia dengan jumlah pasukan diperkirakan
48.000 hingga 100.000 prajurit.
7
karena khawatir bahwa kapal tersebut akan membagikan persenjataan kepada
rekannya. Namun, hal tersebut gagal dan pasukan Mataram mulai melakukan
serangan terhadap penjaga pasar dan benteng-benteng Belanda, bahkan
beberapa ada berhasil masuk ke dalam benteng. Meskipun pada akhirnya
serangan ini gagal dan pada pagi hari pasukan Mataram mundur terlebih
dahulu.
8
mulai menyerbu sisa pasukan Mataram yang masih bertahan di sekitar Batavia,
dalam serangan ini Tumenggung Bahureksa dan bangsawan lainnya berhasil
dibunuh Belanda.
9
orang. Untuk mengantisipasi kegagalan seperti serangan pertama terhadap
VOC, lumbung-lumbung beras didirikan di daerah Karawang dan Cirebon.
Tiga kapal Belanda telah disalurkan melalui pesisir utara Jawa. Pada
tanggal 4 Juli, Belanda menghancurkan 200 kapal, meratakan 400 rumah, dan
menghancurkan satu gunungan padi. Muncul rasa ketakutan yang
mengakibatkan tidak ada kapal milik orang Jawa yang berani melintas.
Beberapa minggu berlalu, gunungan padi kedua di Cirebon pun dimusnahkan.
Dengan insiden ini, hasil perang melawan Batavia sebenarnya sudah dapat
10
diprediksi, meskipun pasukan Mataram telah melancarkan segala usaha dan
kemahiran mereka. Kekurangan bahan makanan menyebabkan pengepungan
ini hanya bisa bertahan selama satu bulan.
11
mundur, meninggalkan mayat dan korban, gerobak kosong, serta barang-barang
lainnya. (Coen Bescheiden, jil. VI, hlm. 442).
Selama pengepungan kedua ini, kota tetap tenang tanpa ada keributan.
Semuanya berjalan dengan normal. Pihak Belanda hanya kehilangan sepuluh
hingga dua belas orang. Orang-orang Banten yang menyaksikan pertahanan
musuh terkejut dengan ketenangan yang ada. Batavia berhasil membalikkan
keadaan dalam konfrontasi dengan pengepungan Mataram.
12
Kekalahan tersebut disebabkan oleh VOC yang telah melakukan penekanan
pada rakyat dan melakukan monopoli hasil bumi yang ada, sehingga membuat
rakyat Mataram menderita. Hal ini kemudian menyebabkan terganggunya
stabilitas Kerajaan Mataram yang lalu menjadi salah satu penyebab kekalahan
kerajaan tersebut atas VOC (Abimanyu, 20115, hlm. 71). Dengan demikian,
serangan Mataram tersebut mengalami kegagalan kembali.
Jarak antara Mataram dengan Batavia terlalu jauh. Hal ini kemudian
menyebabkan melemahnya ketahanan para prajurit yang harus menempuh
perjalanan dengan jalan kaki selama satu bulan mencapai Batavia.
Selain itu, salah satu peyebab kekalahan Mataram adalah karena kurangnya
sistem persenjataan yang dimiliki. Hal ini menjadi penyebab umum kekalahan
atas kedua penyerangan yang dilakukan oleh Mataram terhadap Batavia
(Abimanyu, 2015, hlm. 73). Dalam hal ini, VOC sudah memiliki senjata yang
serba modern, sedangkan Mataram masih menggunakan senjata yang serba
trasional.
6. Pengkhianatan Portugis
13
mengingkari janjnya tersebut sehingga membuat Mataram menghadapi pihak
Batavia tanpa bantuan apapun.
Hal ini merupakan sebuah hal fatal yang terjadi dalam kegagalan
penyerangan ke Batavia oleh Mataram tersebut. Terdapat pihak pribumi yang
berkhianat dengan membeberkan usaha serrangan Mataram tersebut kepada
pihak musuh. Akibatnya, rencana penyerangan yang telah disiapkan gagal
karena berhasil diketahui oleh pihak Batavia, bahkan sebelum penyerangan itu
dimulai.
14
awaknya berjumlah 693 orang. Mereka diperintahkan untuk menghancurkan
perahu-perahu mataram dan memusnahkan Gudang-gudang perbekalan di
sepanjang Pantai utara jawa. Penyerangan tersebut tidak begitu berhasil.
Terlepas dari hal tersebut, perundingan antara hubungan Mataram dan Batavia
tetap diusahakan . Namun antara tahun 1630 sampai 1634 mataram masih
sering mengadakan penyerangan-penyerangan terhadap kapal-kapal kompeni.
Armada mataram ini diperkuat dengan dengan pembuatan perahu-perahu baru
di di jepara, dengan perahu-perahu tersebut laskar mataram membuat perairan
antara banten dan Batavia menjadi tidak aman. Mereka sangat berhasil
membuat kompeni pusing dengan penyerbuan mereka di utara Batavia. Hal ini
sangat mengganggu perdagangan orang-orang asing. Di samping serangan
kecil-kecilan yang dilancarkan oleh mataram, mereka juga terus menerus
meminta bantuan dari Malaka yang pada saat itu ada dibawah kekuasaaan
portugis. Harapan akan bantuan ini kemudian hilang pada tahun 1641 , dimana
VOC menguasai Malaka dan orang-orang portugis kehilangan tempat untuk
berpijak di Nusantara.
Hubungan antara Mataram dan Kompeni pada tahun 1942 tidak kunjung
membaik, karena tawanan-tawanan belanda tidak dilepaskan oleh mataram.
Kompeni pun berusaha mencari cara untuk membebaskan tawanan tersebut dari
mataram. Bahkan Pada akhir pemerintahan Sultan Agung hubungan antara
VOC dan Mataram tidak kunjung membaik. Bahkan Sultan agung juga
melarang orang-orang mataram untuk menjual beras atau hasil panennya
kepada kompeni. Dalam ham impor atau ekspor Mataram menggunakan
Malaka sebagai gerbang utama perdagangan.
15
Mataram mengakui kedaulatan Belanda di Batavia. Mataram boleh berdagang
secara bebas kecuali di Temate, Armbon, dan Banda. Itu berarti Belanda
mendapat pengakuan secara de facto dari Mataram dalam kedudukannya di
Batavia, dan Mataram tidak akan menyerang lagi Batavia. Mataram dibatasi
kegiatannya dalam perdagangan dan Belanda makin dapat bergerak dengan
leluasa, khususnya dalam perdagangan.
BAB III
PENUTUP
3.2. Kesimpulan
Peristiwa penyerangan Kota Batavia oleh Kesultanan Mataram Islam
pada tahun 1628-1629 adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah
Indonesia yang mencerminkan kompleksitas hubungan antara kekuatan politik,
agama, dan ekonomi pada masa itu. Gagalnya penyerangan Mataram terhadap
Batavia menimbulkan dampak-dampak penting yang memengaruhi
perkembangan sejarah di wilayah tersebut.
16
di Batavia, dan Mataram dibatasi dalam perdagangan, sementara Belanda dapat
bergerak lebih leluasa dalam perdagangan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Zamzami, R. (2018). Sejarah Agama Islam di Kerajaan Mataram pada Masa
Penembahan Senapati (1584-1601). JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban
Islam), 2(2), 153-165.
19