Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi Sehingga Makalah tentang “ Kerajaan Kutai “ ini dapat di selesaikan.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Bangko, Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................1

Daftar Isi................................................................................................................2

BAB I ....................................................................................................................

Pendahuluan..........................................................................................................3

A. Latar Belakang...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3

BAB II...................................................................................................................

Pembahasan...........................................................................................................4

1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam...........................................4


2. Masa Kepemimpinan Panembahan Senopati..........................................4
3. Masa Kepemimpinan Anyakrawati dan Adipati Martapura......................5
4. Masa Kepemimpinan Sultan Agung.........................................................5
5. Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam..................................................6
6. Runtuhnya Mataram Islam........................................................................6
7. Peninggalan Mataram Islam......................................................................7

BAB III..................................................................................................................

Penutup..................................................................................................................10

A. Kesimpulan................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................10

Daftar Pustaka.......................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kerajaan Mataram Islam merupakan kerajaan yang didirikan oleh Panembahan Senopati atau
Danang Sutawijaya pada akhir abad ke 16. Pusat pemerintahan Mataram Islam terletak di
sekitar Yogyakarta dan sempat mengalami perpindahan ke Surakarta. Karena berdiri pada
masa pemerintahan kolonial Belanda, Mataram Islam tidak luput dari konflik dan pengaruh
Belanda. Pada masa penjajahan VOC, di Keraton terjadi campurtangan pihak VOC yang
berakibat pada terpecahnya Mataram Islam menjadi dua yakni Kesultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta pada tahun 1755.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam


2. Masa Kepemimpinan Panembahan Senopati
3. Masa Kepemimpinan Anyakrawati dan Adipati Martapura
4. Masa Kepemimpinan Sultan Agung
5. Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam
6. Runtuhnya Mataram Islam
7. Peninggalan Mataram Islam

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram didirikan oleh Danang Sutawijaya pada sekitar tahun 1586. Sutawijaya
adalah anak dari Ki Ageng Pamanahan yang mendapat kepercayaan dari Raja Kerajaan
Pajang Sultan Hadiwijaya untuk memimpin wilayah Hutan Mentaok. Sutawijaya memberi
nama kawasan Hutan Mentaok menjadi Mataram, dan dia mendapat gelar Panembahan
Senopati.

Pada suatu ketika terjadi huru-hara perebutan penerus tahta kekuasaan di Kerajaan Pajang
antara Pangeran Benowo dengan Arya Pangiri. Pada tahun 1583 Arya Pangiri menjadi Raja
Kerajaan Pajang menggantikan Sultan Hadiwijaya. Namun selama berkuasa dia
mengabaikan kepentingan rakyat sehingga membuat Pangeran Benowo yang ketika itu
menjadi penguasa di Jipang memberontak.

Dengan dibantu oleh Panembahan Senopati, Pangeran Benowo menyerang Pajang yang
dipimpin Arya Pangiri. Pajang berhasil dikalahkan dan Pangeran Benowo dinobatkan
menjadi raja ketiga.

Namun kekuasaan Pangeran Benowo tidak berlangsung lama, sebab dia lebih memilih
untuk menyebarkan agama Islam. Pada tahun 1586 kekuasaan Pangeran Benowo di Pajang
berakhir tanpa meninggalkan putra mahkota.

Panembahan Senopati atau Sutawijaya kemudian menjadikan Pajang sebagai negeri


bawahan Mataram. Sejak saat itulah kemudian resmi didirikan Kerajaan Mataram. Kerajaan
Mataram resmi berdiri sekitar tahun 1586 dan dipimpin oleh Panembahan Senopati, seperti
tertulis dalam buku Kitab Terlengkap Sejarah Mataram oleh Soedjipto Abimanyu.

2. Masa Kepemimpinan Panembahan Senopati

Sebagai pemimpin pertama kerajaan Mataram, Panembahan Senopati berupaya untuk


memperluas wilayah kekuasaannya ke berbagai daerah. Madiun dan Ponorogo merupakan
dua wilayah yang berhasil ia kuasai pada tahun 1586, di awal masa kepemimpinannya.
Disusul dengan seluruh wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang berhasil ia taklukan.
Namun ada beberapa wilayah di kawasan Jawa Timur yang tidak dikuasai kerajaan Mataram,
yakni Pasuruan, Panarukan, dan Blambangan.
Perluasan wilayah kemudian berlanjut ke Jawa Barat pada tahun 1595, seperti Cirebon dan
Galuh.
Sambil memperluas wilayah kekuasan kerajaan Mataram, Panembahan Senopati juga mampu
menyelesaikan pemberontakan yang terjadi di dalam kerajaan.
Pada tahun 1601, Sutawijaya atau Panembahan Senopati wafat. Kepemimpinannya kemudian
digantikan oleh Anyakrawati atau Mas Jolang, putra dari Panembahan Senopati.

4
3. Masa Kepemimpinan Anyakrawati dan Adipati Martapura

Di masa kepemimpinan Mas Jolang, banyak kota-kota yang memberontak dan ingin
memisahkan diri dari kerajaan Mataram. Beberapa kota yang melakukan pemberontakan
untuk memisahkan diri adalah Ponorogo, Surabaya, dan Demak.

Pemberontakan dilakukan terus-menerus, bahkan hingga Mas Jolang wafat pada tahun
1613. Kemudian kepemimpinan kerajaan Mataram diserahkan kepada Adipati
Martapura. Adipati Martapura memerintah kerajaan Mataram dalam waktu yang
singkat. Ia kemudian digantikan oleh Sultan Agung.

4. Masa Kepemimpinan Sultan Agung

Dijelaskan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah sampai Masa
Proklamasi Kemerdekaan karya M. Juanedi al-Anshori bahwa Sultan Agung adalah
sebutan yang berarti raja besar yang sangat berkuasa. Ia memerintah sejak tahun 1613
hingga 1645.
Berkat pemerintahan Sultan Agung, kerajaan Mataram dapat menjadi kerajaan yang
paling berkuasa di pulau Jawa, terkhusus Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ia juga
memperluas wilayah ke Sukadana, Kalimantan dan Cirebon, Jawa Barat.
Saat ingin menguasai Banten, Sultan Agung ditantang oleh pihak Belanda yang datang
dan singgah lebih awal di Banten.
Akhirnya terjadi bentrokan di antara kerajaan Mataram dan Belanda. Maka kerajaan
Mataram harus berhasil mengalahkan Belanda terlebih dahulu agar dapat menguasai
Banten. Adapun pusat kekuasaan Belanda terletak di Batavia.
Kerajaan Mataram kemudian menjatuhkan serangan ke Batavia sebanyak dua kali.
Serangan pertama dilakukan pada 1628, tetapi hasilnya gagal. Kemudian disusul dengan
serangan kedua pada 1629. Lagi-lagi hasilnya gagal dikarenakan persenjataan Belanda
yang sangat luar biasa.
Namun Sultan Agung tidak patah semangat untuk mengalahkan Belanda. Ia melakukan
berbagai upaya, seperti membangun jalan-jalan antara Mataram dan Batavia.
Sultan Agung juga bekerja sama dengan Portugis dan Inggris untuk mengalahkan
Belanda. Namun cita-citanya tidak tercapai karena Sultan Agung wafat pada 1645.

5
5. Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung
Hanyakrakusuma pada 1613 hingga 1645 Masehi. Sultan Agung mampu memperluas
wilayah kekuasaannya di Jawa. Tidak hanya perluasan wilayah, pengaruh Sultan Agung juga
menyebar pada bidang ekonomi, agama, budaya, hukum, dan pemerintahan. Pada bidang
ekonomi Sultan Agung memberikan tanah kerajaan kepada petani dan membentuk forum
komunikasi sebagai binaan. Sultan Agung juga menerapkan pajak yang tidak membebani
rakyat.

Pada bidang pengembangan agama Islam, Sultan Agung menerapkan aturan sesuai hukum
Islam di Mataram Islam. Pengembangan penanggalan berupa kalender Jawa pada tahun 1633
yang menggabungkan kombinasi Saka dan Hijriah menjadi bukti perkembangan pesat budaya
Islam di masa kepemimpinan Sultan Agung. Pada bidang kesenian, Sultan Agung
mengembangkan berbagai jenis tarian, gamelan hingga wayang yang berkembang pesat.
Selain itu Serat Sastra Gending juga berkembang di luar Yogyakarta.

6. Runtuhnya Mataram Islam

Mataram Islam runtuh dimulai dari kekalahan Sultan Agung dalam merebut Batavia. Akibat
kekalahan tersebut, perekonomian Mataram Islam semakin melemah karena banyak
penduduk Mataram Islam dikerahkan untuk keperluan perang. Setelah Sultan Agung wafat,
ditunjuklah Susuhunan Amangkurat I, putra Sultan Agung yang kemudian menjabat raja
Mataram Islam. Keraton Mataram Islam kemudian dipindahkan ke Plered. Setelah
Amangkurat I wafat, ditunjuklah Amangkurat II yang pada saat itu mengalami kemunduran
akibat pengaruh VOC.

Sepeninggal Amangkurat II, campur tangan VOC mengakibatkan perang antara Paku
Buwono I melawan Amangkurat III. Kemenangan Paku Buwono I membuat wilayah
Mataram Islam terpecah dan mulailah era dinasti Pakubuwono di Mataram. Atas pengaruh
Belanda, Mataram Islam terjadi konflik internal hingga puncaknya terjadi Perjanjian Giyanti
pada 13 Februari 1755 yang membagi Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Perpecahan ini mengakhiri masa kejayaan
Mataram Islam.

6
7. Peninggalan Mataram Islam

Peninggalan dari Kerajaan Mataram Islam ini dapat dibagi ke dalam beberapa bidang,
misalnya saja dalam bidang seni dan sastra. Peninggalan dari Kerajaan Mataram Islam sendiri
banyak ditemukan baik di Surakarta maupun di Yogyakarta.

Berikut 11 peninggalan kerajaan Mataram Islam sebagaimana disebutkan dalam buku


Peninggalan Kerajaan Islam karya Noor Hidayati:

a. Benteng Vastenburg

b. Pasar Gedhe Hardjonagoro

c.Rumah Sakit Kadipolo

7
d. Keraton Kasunanan Surakarta

e. Taman Sriwedari

f. Masjid Agung Gedhe Kauman

g.Masjid Kotagede

8
h. Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning

i. Pasar Kotagede

j. Kompleks Makam Kerajaan Imogiri

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketika Ki Ageng Pemanahan mangkat pada 1575, Sutawijaya tampil sebagai pengganti dan
melakukan perlawanan terhadap kerajaan Pajang yang kala itu dipimpin oleh Sultan
Hadiwijaya.
Pasca kemenangan atas Pajang, Kerajaan Mataram resmi berdiri. Dan Sutawijaya
mengangkat dirinya sebagai penguasa baru di Jawa bagian tengah dengan gelar Panembahan
Senopati. Lambat laun wilayah kekuasaan Mataram makin meluas, hingga pada masa Sultan
Agung (Raden Mas Rangsang) Mataram telah berhasil menundukan Madura. Ekspansi
Mataram sendiri mengarah ke Timur, sebab di Barat sudah adah kerajaan kuat yang juga
Islam, yakni Kasultanan Cirebon.
Pada masa Sultan Agung, pusat kerajaan di pindah ke Karta. Dan pusat kerajaan kembali
dipindah ke Pleret pada masa Amangkurat I. Pada masa Amangkurat I, pemberontakan
muncul dikarenakan kebijakan dari keraton. Pemberontakan paling terkenal adalah
pemberontakan yang dilakukan oleh Trunajaya.
Jika pada masa Sultan Agung, Mataram bersikap memusuhi VOC. Namun pada masa
Amangkuat II, Mataram justru merangkul VOC. Hal ini dilakukan untuk memadamkan
pemberontakan yang dilakukan oleh Trunajaya.
Situasi Mataram menjadi tidak stabil manakala Amangkurat III naik tahta. Penguasa ini
bersikap tidak serupa pendahulunya, justru memusuhi VOC. Oleh sebab itu VOC
mengangkat Pakubuwono I sebagai raja. Maka, yang tdak dapat dihindari adalah terdapatnya
dua penguasa dalam kerajaan Mataram. Hingga akhirnya pada 13 Februari 1755 terjadi
perjanjian Giyanti yang memecah Mataram menjadi dua bagian, antara Pakubuwana (tetap
berkedudukan di Surakarta) dan Mangkubumi (pindah ke tempat asal di Yogyakarta).
Sejak peristiwa Giyanti tersebut, kerajaan Mataram Islam dapat dikatakan sudah tidak
independent. Dan perpecahan internal itu makin parah manakala Mataram Surakarta muncul
penguasa saingan Pakubuwana, yakni Mangkunegaran sedangkan di Yogyakarta muncul
Pakualaman sebagai pesaing dari Hamengkubuwono.
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat diusulkan sebagai
saran yang penulis sampaikan diantaranya yaitu :

1. Guru Sejarah hendaknya mampu menyajikan materi tentang sejarah


Kerajaan Mataram Islam , khususnya perjuangan Sultan Agung dalam
perluasan kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa, baik melalui Sea
Power dan Ekspansi Wilayah.
2. Kepada generasi muda penerus bangsa untuk lebih giat mempelajari
sejarah Kerajaan Mataram Islam sehingga dapat mewarisi sifat-sifat
perjuangan, kepahlawanan dan cinta tanah air.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/20637/87/BAB%20V.pdf

https://brainly.co.id/tugas/21772687

https://www.detik.com/edu/indeks

https://sma13smg.sch.id/materi/sejarah-kerajaan-mataram-islam/

https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama

11

Anda mungkin juga menyukai