E-Book Rekayasapondasidangkal1
E-Book Rekayasapondasidangkal1
net/publication/367220328
CITATIONS READS
0 1,544
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Darwis Panguriseng on 18 January 2023.
Penulis
Darwis Panguriseng
Syahrul Sariman
Editor
Raihanah Ainiputri Darwis
Penerbit
TOHAR MEDIA
Rekayasa Pondasi Dangkal i
Rekayasa Pondasi Dangkal
Penulis :
Darwis Panguriseng, Syahrul Sariman
Editor :
Raihanah Ainiputri Darwis
Isbn : 978-623-5603-97-1
Desain Sampul dan Tata Letak
Ai Siti Khairunisa
Penerbit
CV. Tohar Media
Anggota IKAPI No. 022/SSL/2019
Redaksi :
JL. Rappocini Raya Lr 11 No 13 Makassar
JL. Hamzah dg. Tompo. Perumahan Nayla Regency Blok D
No.25 Gowa
Telp. 0852-9999-3635/0852-4352-7215
Email : toharmedia@yahoo.com
Website : https://toharmedia.co.id
Cetakan Pertama November 2022
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanik
termasuk memfotocopy, merekam atau dengan menggunakan
sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
“Dialah (Allah) yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikanNya tujuh langit dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS : Al-Baqarah: 29)
Dijelaskan dalam tafsir Imam Ibnu Katsir, bahwa Allah SWT memulai
ciptaanNya dengan menciptakan bumi, kemudian setelah itu lalu
menciptakan tujuh lapis langit. Melalui kalamNya Allah telah memberi
pedoman kepada hambaNya, tentang prosedur dalam membangun sesuatu,
yaitu harus dimulai dari bagian bawah, setelah itu baru membangun bagian
atasnya. Jika ayat di atas ditadabburi secara mendalam, maka inilah
sebenarnya yang kemudian menjadi prinsip dasar dalam pelaksanaan
pembangunan gedung. Bahwa setiap pembangunan sebuah gedung harus
dimulai dari pembuatan struktur pondasi yang kuat, lalu kemudian bangunan
atas sampai atap dapat dikonstruksikan. Prinsip ini pula yang kemudian
mengilhami manusia dalam menyusun konsep pelaksanaan yang disebut
sistem “bottom-up”, yang merupakan konsep natural yang dilaksanakan para
insinyur sejak zaman dahulu sampai sekarang. Konsep pelaksanaan “top-
down” yang dikembangkan para insinyur belakangan ini juga tidak murni,
karena pondasi tetap harus dibangun sebelum bangunan atas yang sudah
dirakit di tempatkan pada posisi di atas pondasi. Bukan bangunan atas
ditempatkan pada posisinya lalu dibuatkan pondasi. Hal ini sekali lagi
membuktikan bahwa sebuah sunnatullah tidak dapat diubah manusia, tetapi
manusia yang mau berpikir hanya dapat mengembangkannya.
Dari aspek penempatannya di dalam lapisan tanah, pondasi dapat
dibedakan atas dua jenis, yang masing-masing jenis dibedakan atas beberapa
tipe. Dua jenis pondasi yang diterapkan selama ini adalah : (1) Pondasi
Dangkal (shallow foundation), dan (2) Pondasi Dalam (deep foundation).
Secara khusus dalam buku ini akan dibahas tentang Rekayasa Pondasi
Dangkal, yang uraiannya meliputi : pengertian struktur pondasi, kriteria dan
klasifikasi pondasi, daya dukung pondasi dangkal, penurunan pondasi
dangkal, stabilitas dan angka keamanan pondasi dangkal, dan rekayasa
pondasi rakit.
Kekuatan dan stabilitas struktur pondasi menjadi salah satu penentu
umur suatu bangunan dan keberlanjutan pemanfaatannya. Bangunan yang
berdiri di atas pondasi yang rapuh akan mengalami keruntuhan ketika
I. PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1. Pengertian Pondasi ............................................. 2
1.2. Klasifikasi Pondasi .............................................. 6
1.3. Syarat Pertimbangan Perancangan Pondasi .... 10
1.4. Kriteria Pondasi Dangkal .................................. 12
1.5. Tekanan Tanah di bawah Pondasi .................... 14
1.6. Tegangan Vertikal dalam Massa Tanah
akibat Beban Pondasi........................................ 26
1.6.1. Tegangan Vertikal Akibat Beban
Terkonsentrasi ....................................... 28
1.6.2. Tegangan Vertikal Akibat Beban Garis .. 30
1.6.3. Tegangan Vertikal Akibat Beban
Terbagi Rata ........................................... 31
1.6.4. Tegangan Vertikal Akibat Beban
Terbagi Rata Lingkaran .......................... 32
1.6.5. Tegangan Vertikal Akibat Beban
Terbagi Rata Persegi Panjang ................ 34
1.6.6. Metode 2V : 1H ..................................... 41
1.6.7. Metode Bagan Newmark untuk
Menentukan Tegangan Vertikal ........... 43
1.6.8. Metode Tekanan Isobar untuk
Menentukan Tegangan Vertikal ........... 46
2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam dapat dibedakan atas beberapa tipe, antara
lain :
1) Pondasi Persegi atau Pondasi Lajur yang Dalam (Deep
strip, rectangular or square footings).
2) Pondasi Tiang (Pile foundation)
Yang mana :
e = eksentrisitas dari beban vertikal yang dihasilkan
V = beban vertikal yang diterapkan
ev = eksentrisitas beban vertikal yang diterapkan
M = momen total yang diterapkan
Wf = berat pondasi
L = panjang pondasi menerus
Yang mana :
q = tekanan kontak yang terdistribusi di dasar pondasi.
Ix = momen inersia penampang dasar pondasi terhadap
sumbu-x
Iy = momen inersia penampang dasar pondasi terhadap
sumbu-y
x = jarak dari titik beban ke sumbu-y
y = jarak dari titik beban ke sumbu-x
Mx = momen akibat resultan beban (R) terhadap sumbu-y
My = momen akibat resultan beban (R) terhadap sumbu-x
Untuk pondasi persegi panjang dengan dimensi lebar (B) dan
panjang (L), maka persamaan di atas dapat dituliskan sebagai :
R 6e x 6e y
q= 1 ............................................. (1.6)
B.L B L
Yang mana :
ex = eB = eksentrisitas R dalam arah-x (jarak R ke sumbu-y)
ey = eL = eksentrisitas R dalam arah-y (jarak R ke sumbu-x)
Hal yang perlu diperhatikan bahwa persamaan tersebut di atas
hanya berlaku jika :
6eB 6eL
1,00 ..................................................... (1.7)
B L
Apabila resultan beban yang bekerja pada pondasi jatuh di
luar area kern, maka penerapan persamaan (1.5) maupun
persamaan (1.6) tidak akan dipenuhi. Namun, resultan reaksi tanah
r R 4e
Untuk e ; maka q = 1 ; dimana A = πr2 ...... (1.8)
4 A r
r R
Untuk e ; maka q maks = k . ..................................... (1.9)
4 A
Nilai konstanta (k) dapat dilihat pada tabulasi di bawah ini :
Tabel 1.1. Nilai konstanta (k)
e/r 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,90
k 2,00 2,20 2,43 2,70 3,10 3,55 4,22 4,92 5,90 7,20 9,20 13,0 80,0
Yang mana :
u = tekanan air pori tanah
= berat satuan total rata-rata tanah
’ = berat satuan efektif.
Pada umumnya berat satuan dari lapisan tanah alami
meningkat seiring dengan peningkatan kedalaman yang
diakibatkan oleh berat tanah yang ada di atasnya. Oleh karena itu,
berat satuan tanah tidak dapat dianggap konstan, sehingga
tegangan vertikal geostatik dapat dinyatakan sebagai :
1
I=
1 + (r / z )
............................................................ (1.15)
2 5/ 2
Yang mana :
V = beban terpusat
I = faktor pengaruh Boussinesq
z = kedalaman titik A dari permukaan.
r = jarak titik A ke sumbu garis kerja beban terpusat.
Persamaan di atas secara umum dikenal persamaan Boussinesq.
Untuk beberapa titik yang berbeda, akan memberikan nilai
tegangan vertikal z yang berbeda dengan kedalaman z yang
bervariasi, dan r = 0, diilustrasikan pada gambar berikut :
Gambar 1.16. (a, b) Tegangan vertikal akibat beban terbagi rata dengan
panjang tak terhingga. (c) Tegangan vertikal akibat beban segitiga
dengan panjang tak terhingga
Pada gambar (a) di atas, tegangan vertikal di titik A akibat
beban terbagi rata per satuan luas (q) yang bekerja pada bidang
jalur fleksibel dengan lebar B dan panjang tak hingga, diberikan
dalam sudut dan sudut , dengan formula sebagai berikut :
q
Z = + sin cos( + 2 ) ...................................... (1.17)
Yang mana :
r.dθ.dr = dA
Dengan menyelesaikan persamaan integral di atas dengan
memasukkan nilai-nilai batas integralnya, maka akan diperoleh
persamaan berikut :
1
Z = q.1 − 3/ 2
= q.I c ................................ (1.23)
1 + (R / z ) 2
Persamaan di atas dapat digunakan secara langsung untuk
memperoleh tegangan vertikal pada kedalaman z di bawah pusat
Yang mana r2 = x2+ y2, maka persamaan untuk beban titik elemen
tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
Yang mana :
I1 = Pengaruh pada persegi panjang EIPJ.
I2 = Pengaruh pada persegi panjang FIPL.
I3 = Pengaruh pada persegi panjang HKPJ.
I4 = Pengaruh pada persegi panjang GKPL.
Nilai I1, I2, I3, I4 ; dapat dibaca pada Grafik Fadum atau diambil
dari Tabel Newmark.
Selanjutnya pada gambar (c) di atas menunjukkan letak titik P
yang terletak di tepi area yang dibebani EFGH. Untuk mencari
tegangan vertikal pada titik A dengan kedalaman z di bawah titik P,
luas tersebut dibagi menjadi dua persegi panjang yang lebih kecil
EFPJ dan JPGH. Sehingga didapat :
Z = q.(I1 + I 2 ) ................................................................. (1.31)
Yang mana :
I1 = Pengaruh pada persegi panjang EFPJ.
I2 = Pengaruh pada persegi panjang JPGH.
1.6.6. Metode 2V : 1H
Ada juga cara untuk menghitung tegangan vertikal di bawah
beban terbagi rata dengan metode perkiraan, yang disebut sebagai
metode 2V : 1H. Metode ini digunakan untuk memperkirakan
tegangan vertikal yang disebabkan oleh beban pondasi, seperti
yang digambarkan di bawah ini.
Yang mana :
R/z = ukuran relatif dari area melingkar yang menerima beban
merata (besaran non-dimensi)
z/q = rasio tekanan unik pada elemen tanah dengan
kedalaman z (besaran non-dimensi)
Selanjutnya nilai R/z yang sesuai dengan berbagai rasio
tekanan dapat dihitung dan ditabulasi, seperti yang ditunjukkan di
bawah ini :
Tabel 1.3. Nilai R/z berdasarkan nilai z/q
z/q 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0.9 1,0
R/z 0,000 0.270 0.400 0.518 0.637 0.766 0.918 1.110 1.387 1.908
Yang mana :
q = beban terbagi rata
I = 0,005 (nilai pengaruh)
M = jumlah elemen yang ditempati oleh denah rencana
pondasi.
Yang mana :
Ia = faktor pengaruh Griffiths) :
B L
I a = f (m, n);....m = ... & ...n = ............................. (1.37)
H H
z +
(2 − 2 ) z
r/z 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,75 1,0 1,5 2,0
Iw 0,557 0,529 0,458 0,369 0,286 0,217 0,109 0,058 0,021 0,010
z 2 1 + 2.
z
1/ 2
−1 1 2 1
Z =
q
cot a m 2 +
1
2 +a 2 2
=
q
IWr ( ) ...... (1.47)
2 n m n 2
Untuk = 0, maka :
1/ 2
q 1 1 1
Z = cot−1 2 + 2 + ...................... (1.48)
2 2m 2n 4m 2 n 2
Yang mana :
Faktor m dan n, dapat diambil dari grafik Newmark, tabel
Newmark atau diagram Fadum.
Dalam praktik perencanaan pondasi, sering ditemukan bahwa
estimasi penurunan yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan Boussinesq, memberikan angka penurunan yang lebih
besar daripada penurunan yang diamati. Hal ini memberikan
indikasi bahwa persamaan Boussinesq memberikan nilai tegangan
vertikal yang relatif besar. Oleh karena itu maka persamaan
Westergaard cenderung lebih diterima dan lebih banyak digunakan
58 | Rekayasa Pondasi Dangkal
B A B – II
DAYA DUKUNG
PONDASI DANGKAL
Yang mana :
qu = kapasitas daya dukung pondasi dangkal
c = kohesi tanah
= sudut geser dalam tanah
= berat volume tanah
B = lebar pondasi (sisi terkecil)
Setelah Prandtl menggambarkan pola keruntuhan pondasi
dengan formula yang masih dianggap oleh para insinyur kurang
tepat, mendorong para ahli membuat analisis yang lebih matematis
yang diawali oleh Terzaghi (1943), Meyerhof (1955), Hansen (1969),
Vesic (1975) dan beberapa ahli yang lain.
1 B B/2
qu .B + .B. tan − 2.Pp − 2.c. . sin = 0 ............ (2.3b)
2 2 cos
1
qu .B + .B 2 tan − 2.Pp − B.c. tan = 0 ............................. (2.3c)
4
1 2
( )
qult .B = 2 Pp − .B . tan + 2 Ppc + B.c. tan + 2 Ppq ... (2.5b)
4
Persamaan tersebut selanjutnya disederhanakan oleh Terzaghi
dengan mengintrodusir Faktor Daya Dukung sebagai berikut :
1 1
2 Pp − .B 2 . tan = B. .B.N ........................................ (2.6a)
4 2
2Ppc + B.c. tan = B.c.N c ...................................................... (2.6a)
a = e(0,75 − / 2 ). tan
N c = (Nq − 1). cot ............................................................... (2.8b)
1 K p .
N = tan . − 1 .................................................. (2.8c)
2 cos 2
K p = tan 2 (45o + / 2)
Persamaan tersebut lebih dikenal dengan nama Persamaan
Terzaghi, yang dijabarkan dari bentuk pondasi menerus. Dan
selanjutnya oleh Terzaghi dibuat persamaan untuk penyesuaian
beberapa bentuk pondasi dangkal, sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.1. Formula Terzaghi untuk berbagai tipe dan bentuk pondasi.
Nc Nq N Nc Nq N
0 5.70 1.00 0.00 25 25.13 12.72 8.34
1 6.00 1.10 0.01 26 27.09 14.21 9.84
2 6.30 1.22 0.04 27 29.24 15.90 11.60
3 6.62 1.35 0.06 28 31.61 17.81 13.70
4 6.97 1.49 0.10 29 34.24 19.98 16.18
5 7.34 1.64 0.14 30 37.16 22.46 19.13
6 7.73 1.81 0.20 31 40.41 25.28 22.65
7 8.15 2.00 0.27 32 44.04 28.52 26.87
8 8.60 2.21 0.35 33 48.09 32.23 31.94
9 9.09 2.44 0.44 34 52.64 36.50 38.04
10 9.61 2.69 0.56 35 57.75 41.44 45.41
11 10.16 2.98 0.69 36 63.53 47.16 54.36
12 10.76 3.29 0.85 37 70.01 53.80 65.27
13 11.41 3.63 1.04 38 77.50 61.55 78.61
14 12.11 4.02 1.26 39 85.97 70.61 95.03
15 12.86 4.45 1.52 40 95.66 81.27 115.31
16 13.68 4.92 1.82 41 106.81 93.85 140.51
17 14.60 5.45 2.18 42 119.67 108.75 171.99
18 15.12 6.04 2.59 43 134.58 126.50 211.56
19 16.57 6.70 3.07 44 151.95 147.74 261.60
20 17.69 7.44 3.64 45 172.28 173.28 325.34
21 18.92 8.26 4.31 46 196.22 204.19 407.11
22 20.27 9.19 5.09 47 224.55 241.80 512.84
23 21.75 10.23 6.00 48 258.28 287.85 650.87
24 23.36 11.40 7.08 49 298.71 344.63 831.99
25 25.13 12.72 8.34 50 347.50 415.14 1072.80
Nc Nq N Nc Nq N
0 5.14 1.00 0.00 26 22.25 11.85 8.00
1 5.38 1.09 0.002 27 23.94 13.20 9.46
2 5.63 1.20 0.01 28 25.80 14.72 11.19
3 5.90 1.31 0.02 29 27.86 16.44 13.24
4 6.19 1.43 0.04 30 30.14 18.40 15.67
5 6.49 1.57 0.07 31 32.67 20.63 18.56
6 6.81 1.72 0.11 32 35.49 23.18 22.02
7 7.16 1.88 0.15 33 38.64 26.09 26.17
8 7.53 2.06 0.21 34 42.16 29.44 31.15
9 7.92 2.25 0.28 35 46.12 33.30 37.15
10 8.35 2.47 0.37 36 50.59 37.75 44.43
11 8.80 2.71 0.47 37 55.63 42.92 53.27
12 9.28 2.97 0.60 38 61.35 48.93 64.07
13 9.81 3.26 0.74 39 67.87 55.96 77.33
14 10.37 3.59 0.92 40 75.31 64.20 93.69
15 10.98 3.94 1.13 41 83.86 73.90 113.99
16 11.63 4.34 1.38 42 93.71 85.38 139.32
17 12.34 4.77 1.66 43 105.11 99.02 171.14
18 13.10 5.26 2.00 44 118.37 115.31 211.41
19 13.93 5.80 2.40 45 133.88 134.88 262.74
20 14.83 6.40 2.87 46 152.10 158.51 328.73
21 15.82 7.07 3.42 47 173.64 187.21 414.32
22 16.88 7.82 4.07 48 199.26 222.31 526.44
23 18.05 8.66 4.82 49 229.93 265.51 674.91
24 19.32 9.60 5.72 50 266.89 319.07 873.84
25 20.72 10.66 6.77
Yang mana :
N q = e tan tan 2 45o + ....................................................... (2.14a)
2
Faktor
bq = (1-.tan)2
bc = 1 − 2.
Inklinasi
( + 2) = Inklinasi dasar b = bq
Dasar
pondasi (</4)
Pondasi
Faktor
gq = (1 – tan )2
Inklinasi
gc = gq −
(1− gq ) = kemiringan permukaan g = gq
Permukaan ( Nc .tan )
tanah (</4)
Tanah
Nc Nq N
0 5,10 1,00 0,00
2 5,63 1,20 0,01
4 6,19 1,43 0,05
6 6,81 1,72 0,11
8 7,53 2,06 0,22
10 8,34 2,47 0,39
12 9,28 2,97 0,63
14 10,37 3,59 0,97
16 11,63 4,34 1,43
18 13,10 5,26 2,08
20 14,83 6,40 2,95
22 16,88 7,82 4,13
24 19,32 9,60 5,75
26 22,25 11,85 7,94
28 25,80 14,72 10,94
30 30,14 18,40 15,07
32 35,49 23,18 20,79
34 42,16 29,44 28,77
36 50,59 37,75 40,05
38 61,35 48,93 56,18
40 75,32 64,20 79,54
42 93,71 85,38 113,96
44 118,37 115,31 165,58
46 152,10 158,51 244,65
48 199,27 222,31 368,68
50 266,89 319,07 568,59
Yang mana :
Nc, Nq, N = FDD Terzaghi
Tabel 2.7. Rumus Faktor Daya Dukung Vesic
(2 + B / L)
m= ............................................................... (2.17a)
(1 + B / L)
Untuk tinjauan pada sisi pendek (B)
(2 + L / B)
m= ............................................................... (2.17b)
(1 + L / B)
Tinjauan m, disesuaikan dengan arah inklinasi beban yang terjadi.
Selanjutnya Vesic menganjurkan untuk memperhitungkan
factor multi-layer, dengan memasukan factor Kc, bila pondasi
berdiri di atas lapisan tanah dengan jenis lapisan yang lebih dari
satu macam. Sehingga formula Vesic dapat pula dituliskan sebagai
berikut :
qu = c.Nc.Kc.sc.ic + q.Nq.sq.iq + ½.B.N.s.i............................. (2.18)
Yang mana :
(2.( B + L).H1 Cu2
Kc = + Cu ............................................ (2.19)
( B .L. Nc ) 1
Yang mana :
hc, hq, h = faktor pengaruh ketebalan lapis penetrasi.
Yang mana :
F = Faktor koreksi, yang nilainya sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 2.9. nilai F berdasarkan perkalian B)/qo
(B)/qo 0 4 8 12 15 20
Nilai F 0 1,50 1,62 1,71 1,75 1,77
Pada tanah non kohesif (cohesive soil) dan common soil (c- soil)
maka berlaku persamaan sebagai berikut :
B pondasi
qult ( pondasi) = M + N ........................................ (2.41)
Bload−test
Yang mana :
M = Nc atau Nq
N = N
B pondasi = lebar pondasi ukuran penuh
B load test = lebar pelat uji beban
Secara praktis, untuk mengekstrapolasi uji beban pelat untuk
pasir (yang sering dalam konfigurasi sehingga suku Nq sangat kecil
sehingga diabaikan), maka digunakan persamaan yang berikut ini :
B pondasi
qult ( pondasi) = qload−test x ..................................... (2.42)
Bload−test
2. Metode Housel’s
Housel (1929) dan Williams (1929), keduanya memberikan
persamaan untuk menggunakan hasil uji beban pelat untuk
mendapatkan beban yang diijinkan (Ps) sebagai berikut :
Yang mana :
A = luas pelat yang digunakan untuk uji beban, m 2 atau ft2
p = keliling pelat uji beban, m atau ft
q1 = tekanan bantalan zona interior pelat, kPa atau ksf
q2 = geser tepi pelat, kN/m atau k/ft
Untuk dapat menerapkan persamaan Housel’s dengan prosedur
sebagai berikut:
1) Lakukan dua kali atau lebih uji beban dengan menggunakan
ukuran pelat beban yang berbeda. Plot kurva baik beban
tekan (P) versus penurunan (H).
2) Pada penurunan yang diizinkan, dan diplot pada kurva P vs
(H), sehingga dihasilkan nilai beban yang menyebabkan
penurunan yang diizinkan (Ps). Nilai penurunan izin dapat
juga diambil pada alternatif angka penurunan 6 mm, 10 mm,
atau 15 mm. Jika penurunan izin tidak ditentukan, maka nilai
Ps dapat diambil sebesar ½ Pult.
No.
B (m) A (m2) p(m) Ps (kN)
Test
1 0,45 (0.45)2 = 0.2025 4 x 0,45 = 1.8 30,4
2
2 0,60 (0.60) = 0.3600 4 x 0,60 = 2.4 45,1
Tabel 2.14. Faktor kemiringan beban, faktor tanah dan dasar untuk
digunakan dalam persamaan daya dukung Hansen.
N q B' ic , B
sc , B = 1,0 + . ....................................................... (2.44c)
N c L'
N q L ' ic , L
sc , L = 1,0 + . ........................................................ (2.44d)
N c B'
Batasan: sj > 0,6 (jika kurang dari 0,6 gunakan 0,60)
2.e
Re = ; tanah kohesif ........................................... (2.48)
B
1/ 2
e
Re = ; tanah non-kohesif & 0 < e/B < 0,3 ...... (2.49)
B
Untuk eksentrisitas dua arah (ex, ey), maka dua faktor reduksi
digunakan untuk setiap jenis tanah. Menurut metode ini,
bahwa daya dukung batas yang dapat dipikul oleh pondasi
dapat dihitung sebagai berikut :
Qult = qult(e) × A = qult(e) (B.L) ...................................... (2.50)
qult ( e )
Rk = 1 − .............................................................. (2.51)
qult ( c )
k
e
Rk = a. ................................................................ (2.52)
B
e
k
Yang mana :
1
qult ( c ) = q.N q .d qd + .N .d d .................................... (2.54)
2
Faktor kedalaman dqd dan dd dihitung dengan persamaan
dari tabel berikut :
1
Qult = B.c' N c ( e ) + q.N q ( e ) + .N ( e ) ...................... (2.56)
2
1
Qult = BL. c ' N c (e) .scs (e) + q. N q (e) .s qs (e) + . N (e) .ss (e)
2 . (2.57)
Yang mana :
Scs(e), Sqs(e), dan Ss(e), faktor bentuk yang dapat
ditentukan sebagai berikut :
L
scs (e) = 1, 2 − 0,025. 1 ................................................... (2.58a)
B
2
2e B 3 e B
ss (e) = 1,0 + − 0,68 + 0, 43 − . ............ (2.58c)
B L 2 B L
H = 0,5.B tan 45 − B ......................................... (2.62)
2
wet = berat satuan volume basah tanah pada kedalaman zw
Sehingga berat satuan volume efektif, juga dapat
ditentukan sebagai :
Gambar 2.19. Ilustrasi posisi muka air tanah di atas dasar pondasi
1 − qc
cc = qc − ................................................. (2.70)
N c tan
cc = qc = c = 1 ............................................. (2.72)
Gs
Ir = .................................................... (2.73)
c + q ' tan
Gambar 2.21. Variasi faktor daya Gambar 2.22 Variasi faktor daya
dukung Meyerhof Ncq untuk dukung Meyerhof Nq untuk
tanah kohesif murni tanah berbutir murni
(pondasi pada lereng) (pondasi pada lereng).
N q .(q − 1)
c = ................................................ (2.84b)
Nq −1
Untuk tanah dengan ( = 0)
2
c = 1 − ................................................. (2.84c)
+ 2
Sedangkan menurut Vesic, bahwa dengan tidak adanya beban
akibat kemiringan, maka yang mendapat pengaruh adalah
faktor daya dukung (N), dan memiliki nilai negatif yang dapat
diberikan sebagai berikut :
2
+ .D f (1 − tan ) − .B. sin (1 − tan ) .. (2.86)
2 2
qult = c.(5,14 ). 1 −
5,14
( ) (
qult = 5,14 − 2 .c + .D f 1 − tan )2 − .B. sin (1 − tan )2 ......... (2.87)
ST = S i + S c + S s ......................................................... (3.2)
Yang mana :
ST = penurunan total/akhir (Final settlement).
Si = penurunan seketika (Immidiate settlement).
Sc = penurunan konsolidasi (Consolidation settlement).
Ss = Penurunan rangkak (Creep).
Penurunan seketika disebabkan oleh proses berdisipasinya air
pori (C), dan proses awal terdistorsinya butiran massa tanah (Kc)
yang akan memperkecil pori-pori tanah, dan kepadatan tanah
bertambah.
Penurunan sekunder disebabkan oleh distorsi butiran
lanjutan (Ks), yang terjadi hingga semua beban terpikul oleh S dan
Ks.
(1 − 2 )
Si = q.B. .m.I s ................................................ (3.3)
Es
Yang mana :
Si = penurunan seketika
q = tekanan kontak
B = lebar pondasi (sisi terpendek)
Es = modulus Elastis tanah, kondisi undrained
= angka poisson’s tanah, kondisi undrained.
m = jumlah sudut yang berkontribusi pada Si.
Untuk Si di pusat pondasi, diambil B/2 pengganti B, dan
L/2 pengganti L → m = 4.
Untuk Si di pojok pondasi, maka diambil B = B, dan L = L,
→ m = 1.
Is = faktor pengaruh dari Steinbrenner :
1 − 2
I s = I1 + I 2 ........................................................ (3.4)
1−
q.B.(1 − 2 )
Si = .Ip .................................................... (3.5)
Es
Yang mana :
Si = penurunan seketika
q = tekanan kontak
B = lebar pondasi (sisi terpendek)
Es = modulus Elastis tanah, kondisi undrained
= angka poisson’s tanah, kondisi undrained.
Ip = faktor pengaruh Terzaghi, yang nilainya tergantung
pada bentuk dan ukuran pondasi yang ditinjau.
L
1 L 2
B +1 L L
Ip = .Ln 1 + + Ln +
B L B 2 ................... (3.6)
B + 1
B
(3) Teori Fox
Menurut Fox (1948), bahwa penurunan akan berkurang ketika
lapisan tanah yang dibebani (dasar pondasi), ditempatkan pada
kedalaman tertentu di dalam tanah. Sehingga Fox menyarankan
mempertimbangkan faktor IF dalam perhitungan daya dukung
pondasi dangkal, dengan persamaan sebagai berikut :
Tabel 3.2. Nilai IF dengan variasi B/L, D/B dan Angka Poisson (μ).
Tabel 3.7. Pengaruh Faktor I2, untuk Rotasi Pondasi Rigid Berbentuk
Lingkaran, Bujur Sangkar, Persegi Panjang, dan Menerus.
Lapisan Tanah Pendukung Semi Tak Terbatas ( H B ).
Persegi panjang untuk L/B
B.Sangkar (B) Menerus
H/B Pada Sisi Pendek (B) Pada Sisi Panjang (L)
Lingkaran (D) (L/B = )
10 5 2 1 1,5 2 5 10
- 6,00 1,59 2,29 3,33 3,70 4,12 4,38 4,82 4,93 5,06
Si =
qo .Be.I G .I F .I E
Eo
( )
1 − S2 ..................................... (3.13)
Yang mana :
Si = Penurunan seketika
qo = Intensitas tekanan kontak dalam satuan Eo
Eo = Modulus elastisitas tanah yang dipertimbangkan pada
bidang kontak pondasi
Es = Eo + kz , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4
IG = Faktor pengaruh untuk variasi Es dengan kedalaman
adalah :
Eo H
IG = f = , ............................................ (3.14)
k .Be Be
Nilai IG dapat diperoleh dari Gambar 3.5
IF = Faktor koreksi kekakuan pondasi, diperoleh dari
Gambar 3.6
IE = Faktor koreksi penanaman pondasi, diperoleh dari
Gambar 3.7
s = Angka Poisson tanah
Be = Diameter setara; untuk alas persegi panjang :
C .H P0 + Pav
S c = c . log ................................... (3.18)
(1 − e0 ) P0
Untuk jenis tanah lempung berkonsolidasi berlebih (over
consolidated), maka penurunan sekunder dapat diprediksi
dengan persamaan sebagai berikut :
Cc .H Pc C .H P + Pav
S = . log + c . log 0 .... (3.19)
c
(1 + e0 ) P0 (1 + e0 )
P0
Yang mana :
Sc = Penurunan sekunder (konsolidasi)
vi = Perubahan tegangan efektif pada lapis ke-i
Hi = Ketebalan lapis ke-i
N = Jumlah jenis lapis penetrasi di bawah dasar
pondasi
mvi = Gradient modulus lapis ke-i, yang dirumuskan
sebagai berikut :
(1 − 2 )(
. 1 + )
mvi = ................................ (3.23)
Es.(1 − )
= Angka poisson’s tanah
Es = Modulus elastis tanah
Untuk pondasi di atas lapisan yang homogen, maka
penurunan konsolidasi Sc dapat dinyatakan sebagai :
H
S c = mV . 1.dz .............................................................. (3.24)
0
atau :
H
3
S c ( act) = mV . 1. A + (1 − A) .......................... (3.26)
0 1
Yang mana :
u = 3 + A.(1 – 3) ......................................... (3.27)
A = koefisien angka pori
Apabila ingin menggunakan koefisien penurunan (), dimana :
H 3
mV .1. A + (1 − A)
S c ( act ) 0 1
= =
H
........ (3.29)
Sc
mV .1.dz
0
Jenis Liat/Lempung
3 dz
= 0
H
........................................................... (3.31)
dz
0
1
Diminta :
Hitung penurunan konsolidasi (Sc) dengan metode Skempton-
Bjerrum.
Penyelesaian :
Dengan pondasi yang dirancang seperti yang digambarkan di
atas dapat dihitung penurunan (per lapisan dan penurunan
total), sebagai berikut :
Cc P + P
S oed = H i log 0
1 + e0 P0
Yang mana :
Rekayasa Pondasi Dangkal | 155
Po = tekanan efektif overburden di tengah setiap lapisan
Cc = indeks kompresi setiap lapisan
Hi = ketebalan lapisan ke-i
e0 = angka pori awal setiap lapisan
P = tekanan berlebih di tengah setiap lapisan yang diperoleh
dari teori elastis
Selanjutnya perhitungan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.10. Perhitungan Soed
Lapis P0 P P0 + P Soed
Hi (cm) Cc e0 log
ke 2
(kN/m ) (kN/m2) P0 (cm)
1 400 48,4 75 0,16 0,93 0,407 13,50
2 400 78,1 43 0,14 0,84 0,191 5,81
3 300 105,8 22 0,11 0,76 0,082 1,54
4 500 139,8 14 0,09 0,73 0,041 1,07
Total 21,92
N ( ' '
VO + V )m
S = .C .H i . log
c i =1 c ' vi. vi.H i .......... (3.34)
VO
Yang mana :
Sc = Penurunan Sekunder (Konsolidasi)
= Faktor Kekakuan Pondasi
Cc = Koefisien Kompressibilitas
Hi = Ketebalan Lapis ke-i
’vo = Tegangan efektif vertical awal (sebelum beban
bekerja)
v’ = Perubahan tegangan efektif vertical (setelah beban
bekerja)
N = Jumlah jenis lapisan tanah penetrasi.
Untuk mendapatkan nilai perubahan tegangan () di bawah
permukaan pondasi, dapat dihitung dengan berbagai teori
(Bussinenesq, Newmark, Westergaard, dan yang lain), seperti
yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
Contoh Soal 3.3
Diketahui :
Suatu pondasi lingkaran dengan diameter 8 m, terletak pada
lapisan tanah liat dengan ketebalan lapis penetrasi 4 m. Di
bawah lapisan tanah liat terdapat deposit pasir padat.
Tegangan yang bekerja pada pondasi sebesar 80 kPa.
Lapisan tanah liat mempunyai parameter sebagai berikut :
Eu = 5000 kPa Ed = 3000 kPa
u = 0,5 d = 0,2
Rekayasa Pondasi Dangkal | 157
Ditanyakan : Hitung penurunan seketika (Si) dan penurunan
konsolidasi (Sc), apabila :
a) Pondasi dianggap Lentur
b) Pondasi dianggap Kaku
Penyelesaian :
a) Bila pelat pondasi lingkaran dianggap “lentur” :
Dengan rasio H/B = 4/8 = 0,5 ; dari table Harr di dapat :
I1 = 0,23
Maka :
1) Penurunan Seketika (Si), dihitung dengan menggunakan
parameter undrained ;
Si = q.B.{(1-u2) / Eu} . I1
Si = 80.8.{(1-0,52) / 5000} . 0,23
Si = 0,022 m = 2,2 cm
2) Penurunan total akhir (ST) dihitung dengan menggunakan
parameter drained ;
ST = q.B.{(1-d2) / Ed} . I1
ST = 80.8.{(1-0,22) / 3000} . 0,23
ST = 0,071 m = 7,1 cm
Sehingga di dapat penurunan konsolidasi dengan formula
sebagai berikut :
ST = Si + Sc, atau ;
Sc = ST – Si
Sc = 7,1 – 2,2 = 4,9 cm.
b) Bila pelat pondasi lingkaran dianggap “kaku” :
Dengan rasio H/B = 4/8 = 0,5 ; dari table Harr di dapat
I1 = 0,396
Maka :
1) Penurunan Seketika (Si) dihitung dengan menggunakan
parameter undrained ;
t
Ss = C .H . log 1 ......................................................... (3.35)
t2
Yang mana :
Ss = Penurunan rangkak (creep)
C = indeks kompressibilitas sekunder
M 1− 2
tan = . .I .................................................... (3.40)
B 2 .L Es
Yang mana :
= sudut rotasi dasar pondasi
M = momen yang bekerja pada pondasi
B = lebar pondasi (sisi terpendek)
L = panjang pondasi (sisi terpanjang)
= angka poisson’s tanah (undrained)
Es = modulus elastis tanah (undrained)
I = faktor pengaruh rotasi, yang nilainya tergantung pada
L/B, dapat diambil dari tabel Taylor (1967) berikut ini :
Tabel 3.15. Faktor Pengaruh I untuk menghitung Rotasi Pondasi
M =
4.E.I
. =
( 6
)(
4 x 27,6 x10 . 2,953x10
−3
)(0,001274) = 130 kN.m
L (2,8)
Oleh karena rotasi ekivalen memunculkan Momen sebesar
= 130 kN.m, yang berlawanan arah kerja dengan momen
awal M = 90 kNm, maka momen yang bekerja pada pondasi
setelah terjadi rotasi adalah Mactual = 130 – 90 = 40 kN.m.
(2) Rotasi Pondasi Dangkal akibat Penurunan Diferensial
Penurunan pondasi secara substansial dipengaruhi oleh
”kekakuan sistem” (k), yang diwakili oleh struktur pondasi dan
tanah pondasi yang diberikan oleh persamaan :
Edasar .t 3
k= ..................................................................... (3.41)
E Def ,avl 3
Yang mana :
Ebasic = modulus elastisitas pondasi
t = tebal pondasi
S
S = S1 − S 2 maka : Rotasi = ....................................... (3.42)
b
Sehingga sudut rotasi pondasi adalah :
S
= arctan (derajat) ............................................... (3.43)
b
(
1 − dr2
H T = .D.B.
)
.I1 ............................................. (3.44)
Edr
Rekayasa Pondasi Dangkal | 171
Heave Seketika (Hi) :
(
1 − ur2
H i = .D.B.
).I
1 ............................................... (3.45)
Eur
Heave Konsolidasi (Hc) :
H c = H T − H i ................................................................ (3.46)
Yang mana :
HT = total heave yang terjadi
Hi = heave seketika
Hc = heave konsolidasi
= berat volume tanah
D = kedalaman galian
B = lebar dasar pondasi
ur = angka poisson’s tanah kondisi undrained rebound
Eur = modulus elastis tanah kondisi undrained rebound
dr = angka poisson’s tanah kondisi drained rebound
Edr = modulus elastis tanah kondisi drained rebound
I1 = factor kekakuan dari Harr (lihat table Harr)
Lapis Es Iz z (Iz/Es)xz
1 8.000 0,329 1 4,11 x 10-5
2 10.000 0,537 1 5,37 x 10-5
3 10.000 0,597 2 11,94 x 10-5
4 9.000 0,418 1 4,64 x 10-5
5 13.500 0,179 3 1,33 x 10-5
Jumlah 27,39 x 10-5
q' 17
C1 = 1 − 0,5. = 1 − 0,5 = 0,946
q − q' 175 − 17
waktu(tahun) 10
C2 = 1 + 0,2. = 1 + 0,2 = 1,40
0,1 0,1
H H
= 2 − 1,00 ........................................ (3.64)
z' z'
Catatan : H = kedalaman lapisan tanah yang kompresibel.
4) Perhitungan penurunan elastis
Penurunan elastis pondasi (Se), selanjutnya dapat dihitung
sebagai berikut :
(a) Untuk tanah yang berkonsolidasi normal, maka :
2 0,7
S
e = 0,047 0,57 1,25(L / B ) B
q
(3.66)
BR
N 60(a ) ( )
1,4 0,25 + L / B
B
R Pa
(c) Untuk tanah konsolidasi berlebih (q > ’c), dimana ’c =
tekanan konsolidasi berlebih, maka :
0, 7
S
0,57 1,25(L / B )
2
B q − 0,67 c'
e (3.67)
(N 60(a) )1,4
= 0,14
0,25 + L / B B
BR R P a
(2)Metode Meyerhof
Dengan nilai CW = 1
2
12 = 2000 B
.
1 (18 x1,12 ) ( B + Br )
Rekayasa Pondasi Dangkal | 195
B A B – IV
ANALISIS STABILITAS
DAN ANGKA KEAMANAN
PONDASI DANGKAL
B B 1 B
V . − e = (q2 .B ) + (q1 − q2 ).B. ............... (4.5)
2 2 2 3
B
2V 2 B − 3 − e
2
q1 = 2
..................................................... (4.6)
B
B
2V 3 − e − B
2
q2 = 2
....................................................... (4.7)
B
Sehingga angka perbandingan antara momen tahanan terhadap
momen guling yang disebut faktor keamanan guling (SF g), dapat
dirumuskan sebagai berikut :
B (q −q ) B
q2 .B. + 1 2 .B.
M 2 2 3
S .Fg = s = ............................ (4.8)
Mg B
V . − e
2
Yang mana :
SFg = faktor keamanan pondasi terhadap guling (1,5 s/d 2,0)
Ms = momen tahanan
Mg = momen guling
V = beban vertical
B = lebar dasar pondasi
e = eksentrisitas beban vertikal
q1 = tegangan maksimum yang terjadi pada tanah dasar
q2 = tegangan minimum yang terjadi pada tanah dasar
B B (q −q ) B
V . + q2 .B. + 1 2 .B.
M 2 2 2 3
S .Fg = s = .............. (4.11)
Mg B
H .h + V . − e
2
Yang mana :
SFg = faktor keamanan pondasi terhadap guling (1,5 s/d 2,0)
Ms = momen tahanan
Mg = momen guling
V = beban vertikal
B = lebar dasar pondasi
H = beban lateral
h = jarak garis kerja beban lateral terhadap kaki pondasi
e = eksentrisitas beban vertikal
q1 = tegangan maksimum yang terjadi pada tanah dasar
q2 = tegangan minimum yang terjadi pada tanah dasar
SFg =
M s
=
75
= 1,428 1,50 (Tidak Aman Guling)
M g 52,5
SFg =
M s
M g
105
SFg = = 1,56 1,50 (Aman Guling)
67,5
Terlihat bahwa factor keamanan yang dihasilkan masih
relative sama dengan yang diizinkan. Jika seandainya penambahan
B
2V 2 B − 3 − e
2
q1 = 2
B
SFg =
M s
M g
142
SFg = = 1,87 1,50 (Lebih Aman Guling)
76,5
R h H ........................................................................... (4.16)
SFt =
R h
........................................................................ (4.17)
H
Atau dapat pula dituliskan sebagai berikut :
SFt =
Rh1 + Rh2 + Rh3 + Rh4
H
SFt =
(V + Wb + W ). tan + c.B ...................................... (4.18)
H
SFt =
Rh
H
8,88
SFt = = 1,776 1,50 (Aman)
5
V =
V R
1,0 ................................................................. (4.20)
V D
M =
M R
1,0 .............................................................. (4.22)
M D
Yang mana :
Vmax = beban rencana untuk beban pondasi
Vatas = beban yang diterima dari bangunan atas (beban mati
dan beban hidup)
Faktor beban = konstanta pengali terhadap beban kerja dari
bangunan atas.
qa = daya dukung izin lapisan tanah pendukung.
Berbagai formula untuk menghitung daya dukung lapisan
tanah pendukung pondasi telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
Misalnya diambil salah satunya adalah formula Bowles yang
didasarkan pada hasil uji SPT, sebagai berikut :
(B + 0,305 )
2
MomenTahanan
SFG = .................................................... (5.4)
MomenGuling
L
V.
SFG = 2 ........................................................................ (5.5)
H .D
3) Kontrol terhadap geser (translation) ; keberadaan beban
lateral baik akibat gaya bangunan atas maupun akibat
tekanan aktif tanah, tidak dibolehkan sama sekali mengubah
dan/atau merusak letak dan posisi konstruksi pondasinya.
Untuk itu maka setiap pondasi dangkal harus dikontrol
terhadap bahaya bergeser, dengan memperhitungkan
angka keamanan geser dengan persamaan keseimbangan
sebagai berikut :
Total Re aksiHoriso ntal
SFt = ......................................... (5.6)
BebanHorisontal
RhTOT
SFt = ....................................................................... (5.7)
H
Yang mana :
Mt
As = ............................................................... (5.9)
0,87. a .heff
Yang mana :
As = luas penampang tulangan yang diperlukan
Mt = momen lentur yang bekerja
a = tegangan elastis baja tulangan
heff = tinggi efektif penampang beton bertulang
KASUS :
Sebuah gedung bertingkat-3 yang akan dibangun, yang mana telah
dilakukan analisis struktur atasnya, dengan data karakteristik
bangunan atas yang dihasilkan sebagai berikut :
- Dimensi kolom (bawah) = 40 cm x 40 cm.
- Beban Aksial Mati Maksimal (VD) = 60 ton
- Beban Aksial Hidup Maksimal (VL) = 18 ton
- Beban Lateral (H) = 6 ton
DIMINTA :
Insinyur Pondasi untuk merancang (lengkap) struktur
pondasi untuk menopang beban-beban tersebut, pada
lokasi yang ditunjukkan oleh pihak pemilik bangunan.
qa = 12,5.N r . .K d
B
Dari data hasil uji SPT, dapat dihitung Nr sebagai berikut :
Nr =
(N
+ N2 + N3
1 )
3
Nr =
(20 + 30 + 35) = 28,33 blow/ft
3
Sehingga daya dukung izin dapat dihitung sebagai berikut :
(2 + 0,305 )
2
STF =
(30,08) x1,34 x0,67 = 0,27
inch
(100,85)
STF = 0,27 x 2,54 = 0,69 cm < 3 cm (aman)
Catatan : Untuk bangunan gedung biasa Sizin 3,00 cm.
b. Kontrol Stabilitas Guling
Pada kasus ini bahaya guling disebabkan oleh adanya beban
lateral H = 6 ton. Dalam perancangan dibuat dengan sisi
terpanjang searah dengan arah kerja beban lateral tersebut
(H tegak lurus sisi B).
Gambar 6.2. Tipe-tipe Pondasi Rakit (a) Pelat Datar; (b) Pelat Menebal;
(c) Pelat Balok; (d) Pelat Pedestel ; dan (e) Lantai Berdinding Basement.
p0 = .D f ........................................................................... (6.1)
Maka kedalaman dasar pondasi (D f) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
p0
Df = ............................................................................. (6.2)
Misalkan tegangan vertikal rata-rata yang bekerja akibat
beban dari super struktur dan berat sendiri rakit adalah
sebesar (qs ) = 50 kPa, dan berat satuan tanah sebesar ( tanah ) =
20 kN/m 3. Untuk mendapatkan konpensasi penuh terhadap
tegangan akibat beban bangunan, maka harus terpenuhi syarat
: p 0 = q s, sehingga :
qs
Df = .............................................................................. (6.3)
50
Df = = 2,5 m.
20
Sehingga jika dasar pondasi rakit ditempatkan pada
kedalaman 2,5 m dari permukaan tanah, maka seluruh
tegangan vertikal akibat beban bangunan akan terkompensasi
100%. Misalnya pondasi rakit hanya ditanam sedalam 2 m,
250 | Rekayasa Pondasi Dangkal
maka kompensasi terhadap tegangan vertikal yang didapatkan
adalah :
.D
Kompensasi = x100(%) ............................................ (6.4)
qs
20 x 2
Kompensasi = x100 = 80%
50
Jika muka air tanah levelnya masuk pada kedalaman galian,
maka kedalaman teoritis galian (Df) pada tanah berbutir halus
(tanah kohesif), diberikan oleh Bjerrum dan Eide (1956) sebagai
berikut :
.D
Kompensasi = x100(%) ............................................ (6.5)
qs
Dan faktor keamanan terhadap heave di dasar pondasi adalah
sebesar :
Su
SF =
( .D f + q s ).N c ......................................................... (6.6)
Yang mana :
D Df
N c = 61 + 0,2 f I c Untuk 2,5 (6.7) ................... (6.7)
B B
Df
N c = 9.I c ; Untuk 2,5 ............................................... (6.8)
B
B
I c = 0,84 + 0,16 .............................................................. (6.9)
L
su = kekuatan geser tanah tak terdrainase,
qs = tegangan vertikal rata-rata di dasar pondasi,
B & L = masing-masing adalah lebar dan panjang rakit.
Rekayasa Pondasi Dangkal | 251
Jika muka air tanah berada dalam kedalaman galian yang
memungkinkan dan galian dilakukan di bawah air, ganti dengan
(sat - w) pada persamaan (6.6).
( )
qult = 5,14.Su 1 + sc' + d c' − ic' + q ........................................... (6.11)
Yang mana :
B = dimensi sisi rakit terkecil
D = kedalaman dasar pondasi rakit
Rembesan
Angkat, naik (Uplift, heaving) 1,5 – 2,5
(Seepage)
B
r = 1 − 0,25. log untuk B 2 m (6 ft)............................... (6.13)
K
Yang mana :
Untuk satuan SI ; K = 2,0
Untuk satuan fps ; K =6,0
Sehingga daya dukung izin yang terkoreksi dapat dihitung sebagai
berikut :
N 55 H a
qa = .K d (kPa) ................................................... (6.15)
0,08 25,0
qc = N k .S u + p0 ..................................................................... (6.18)
Untuk mendapatkan nilai Su, maka :
qc − p0
Su = ......................................................................... (6.19)
Nk
Yang mana :
p0 = .z = tekanan overburden di titik mana qc diukur.
Parameter p0 sesuai satuan qc, dan jenis tekanan yang sama
(misal, jika q’c adalah tekanan efektif, maka gunakan pula
sebagai p'0)
Setelah nilai Su diketahui, selanjutnya dapat digunakan
persamaan daya dukung sebagai berikut :
( )
qult = 5,14.Su 1 + sc' + d c' − ic' + .D ..................................... (6.20)
Eah3
EI b = EI f + EI bi + ........................................... (6.23)
12
Yang mana :
EIb = kekakuan lentur dari superstruktur dan pondasi rakit
E = modulus komposit elastisitas pada rangka bangunan atas
EIf = kekakuan lentur pelat dasar
Es = modulus elastisitas tanah
B = lebar alas pondasi yang tegak lurus pada arah tarikan
Rekayasa Pondasi Dangkal | 261
EI bi = kekakuan dari beberapa elemen pondasi yang
membentuk resistansi rangka yang tegak lurus
terhadap B.
Eah3
12 = kekakuan efektif dinding geser tegak lurus terhadap B;
dimana : h = tinggi dan a = tebal dinding.
Komite ACI 336 menyarankan bahwa penurunan diferensial
pondasi rait terkait dengan total estimasi penurunan pondasi (H)
dan faktor kekakuan struktur (Kr) berikut:
Tabel 6.4. Nilai Penurunan Diferensial yang Diizinkan
Diminta :
Hitung daya dukung yang diijinkan bekerja pada pondasi rakit
yang dasarnya ditempatkan pada kedalaman D = 1,5 m.
Penyelesaian :
Terlebih dahulu dapat diperkirakan daya dukung pondasi rakit
yang diijinkan berdasarkan qu, dan kemudian diperiksa
terhadap penurunan yang terjadi.
Langkah 1 :
Hitung qa berdasarkan kekuatan saja dengan SF = 3 untuk
tanah liat, sebagai berikut :
1,3.c.N c
qa = ; yang mana : c = ½ qu
F
1,3.N c qu
qa = .
F 2
qu (rata2) = 300 kPa & Nc = 5,14
1,3.(5,14) 300
Maka : qa = . = 334,10 kPa > qa
3 2
Karena : qa qu
diambil qa = qu = 300 kPa.
Langkah 2 :
Hitung qa berdasarkan asumsi penurunan sekitar 50 mm
a) Perhitungan Es rata-rata :
Kedalaman H dari dasar tikar ke batu adalah
H = (4.80 – 1,5) + 3,3 + 7 + 13,8 = 27.5 m
Es rata-rata pada masing-masing lapisan adalah :
1000 .qu
E s1 = (Nilai rata-untuk lapisan lempung)
2
q
Su = u )
2
1000 .300
E s1 = = 150 .000 kPa
2
Es 2 = 500 .( N 55 + 15) (persamaan paling konservatif)
Sumbu-Y
Sumbu – X
Diminta :
Tentukan tegangan di sudut-sudutnya pondasi tersebut (A,
B, C, D).
=
Q My.X Mx. y + q
A Iy Ix
Tegangan di titik A :
4500 250 x5,25 1500 x7,75
A = + − + 34,5
162,75 1495,27 3258,39
A = 59,45 kN/m2.
2) Perhitungan Penurunan
a) Penurunan Seketika (Si)
Karena lapisan pendukung pondasi rakit adalah tanah
lempung jenuh ( m = 0,5), maka untuk menghitung
penurunan pondasi rakit dapat dipergunakan persamaan
Janbu et al. sebagai berikut :
q .B
S i = 1 0 n ;
E
yang mana : qn = 50 kN/m2.
Penurunan pada lapisan lempung
- Kedalaman 3 – 4,5 m (H = 1,5 m)
E = 4000 kN/m2.
L 20 H 1,5
= = 1,0 = = 0,08
B 20 B 20
4.B 4 x 20
D= =
3,14
D = 22,56 m ; maka diperoleh = 0,83
Maka penurunan terkoreksi sebagai berikut :
Sc = .Sc(oed) = 0,83 x 4,3 cm
Sc = 3,569 cm.
Penurunan Total :
ST = S i + Sc
ST = 3,296 cm + 3,569 cm
ST = 6,865 cm 69 mm < 100 mm (Aman)
Catatan :
Penurunan izin untuk pondasi rakit adalah 65 mm sampai
100 mm.
278 | Rekayasa Pondasi Dangkal
DAFTAR PUSTAKA
ACI 336.2R-88 (Reapproved 1993)”, ACI Manual of Concrete Practice, American
Concrete Institute, Farmington Hills, MI, pp. 336.2R-1 to 336.2R-21 plus
discussion.
ACI Committee 336 (1993), “Suggested Analysis and Design Procedures for
Combined Footings and Mats,
Baban T.M. (2016), “Shallow Foundations Discussions and Problem Solving”. This
edition first published © 2016 by John Wiley & Sons, Ltd.
Baban, Tharwat M. (1992), “The Required Depth of Soil Exploration for a Building
Foundation.” The Scientific Journal of Salahaddin University, Vol. 5, No. 3,
pp. 77–87.
Baguelin, F., Jezequel, J. F. and Shields, D. H. (1978), “The Pressuremeter and
Foundation Engineering.” Trans Tech Publications, Clousthal, Germany.
Baldi, G., Bellotti, R., Gionna, V. and Jamiolkowski, M. (1982), “Design Parameters
for Sands from CPT,” Proceedings, Second European Symposium on
Penetration Testing, Amsterdam, Vol. 2, pp. 425–438.
Baldi, G., et al. (1986), “Flat Dilatometer Tests in Calibration Chambers,” 14th
PSC, ASCE, pp. 431–446.
Barron, R. A. (1948), “Consolidation of Fine-Grained Soils by Drain Wells”,
Transactions ASCE, 113, pp. 718–742.
Bjerrum, L. (1963),“Discussion on Compressibility of soils”, Proceedings of the
European Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering,
Wiesbaden, Vol. 2, pp. 16–17.
Bjerrum, L. (1967), “Engineering Geology of Norwegian Normally Consolidated
Marine Clays as Related to Settlement of Buildings”, Geotechnique, 17,
pp. 83–118.
Bjerrum, L. (1972), “Embankments on Soft Ground,” Proceedings of the Specialty
Conference, ASCE, Vol. 2, pp. 1–54. BOCA (1996), National Building Code,
Building Officials and Code Administrators International, Inc., Country
Club Hills, IL.
Bjerrum, L. and Eide, O. (1956), “Stability of Strutted Excavations in Clay”,
Geotechnique, 6, pp. 32–47.
Boussinesq, M. J. (1883), Application Des Potentials à l’Étude de l’Équilibre et du
Movvement Des Solides Elastiques, Gauthier-Villars, Paris (in French).
Bowles J.E. (2007), “Foundation Analysis and Design”, 5th Edition © 1996, by
McGraw-Hill Companies, Inc.
Bowles, J. E. (1976), “Mat Foundations” and “Computer Analysis of Mat
Foundations”, Proceedings, Short Course-Seminar on Analysis and Design
of Building Foundations (Lehigh University), Envo Press, Lehigh Valley, pp.
209–232 and 233–256.
Bowles, J. E. (1986), “Mat Design”, Journal of American Concrete Institute, Vol.
83, No. 6, Nov/Dec, pp. 1010–1017.
Pozzolan 2
Substructure 3, 224, 226
Upperstructure 3, 4
Superstructure 2, 3, 10, 99, 161, 114, 226
Shallow foundation 6, 8
Deep foundation 6, 8
Raft foundation 7, 20, 245
Mat Foundation 7, 280
Foundation engineer 5, 13, 229
Bearing Capacity 224
Daya dukung batas 106, 102, 103, 104, 109, 117, 118, 116, 122, 224
Beban izin 96
Beban batas 102, 106
Resultante 72, 96, 99, 102
Eksentrisitas 21, 22, 23, 24, 55, 57, 72, 99, 100, 101, 104, 105, 109, 165,
196, 198, 200, 202, 203, 205, 206, 207
Pola keruntuhan 61, 62, 63, 69, 70, 75, 80, 115
Spread footings 6, 19
Combined footings 6
Strap footings 6
Strip footings 149, 246
Square footings 7
Flexible footings 15, 17, 136
Rigid footings 16
Long footings 61
Deep strip 7
Pile foundation 7, 9
Pier foundation 8
Caisson foundation 8
Drilled caisson foundation 8
Well foundation 8
Reologi 128, 129, 130, 147
Immediate settlement 170, 262
Consolidation settlement 129, 130, 262
Final settlement 129
Elastic settlement 131
Differential settlement 260
Rekayasa Pondasi Dangkal | 287
Penurunan diferensial 60, 127, 128, 160, 161, 162, 164, 168, 169, 245,
261, 262, 263
Penurunan izin 90, 94, 261, 278
Creep 127, 129, 158, 159, 174, 176
Heave 165, 170
Piping 114, 253
Faktor kompresibilitas 115
Indeks kekakuan 116
Cohesive soil 91, 92, 93, 258
Granular soil 255
Normally consolidated 146, 171, 186
Over consolidated 158, 212
Over consolidated ratio 212
Poisson ratio 52
Angka poisson 52, 53, 131, 134, 135, 136, 138, 145, 152, 166, 171, 224
Modulus elastis 143, 146, 150, 166, 167, 171
Koefisien kompressi 148, 156, 224
Koefisien konsolidasi 274
Flotation effect 259
Bridging effects 259
Angka stabilitas 253
Angka keamanan 96, 201, 207, 208, 215, 223, 228, 248
Faktor daya dukung 65, 66, 67, 71, 73, 76, 77, 78, 81, 92, 107, 109, 118,
119, 121, 122, 123
Faktor reduksi 102, 103, 104, 105, 253, 254
Deep factor 69, 71, 77, 81
Shape factor 81, 101
Inclination factor 71
Load factor 218
Safety factor 165, 96, 213, 216, 218, 224
Foundation engineer 5, 13, 229
Skin friction 12, 13
End bearing 14
Contact pressure 14, 15
Contact settlement 14, 15
Non-cohesive 15, 16
Earth moving 13
Dish pattern 17
Kern 23, 24, 25, 56, 57, 58
Overburden soil 30