net/publication/321289259
CITATIONS READS
0 4,361
1 author:
Fauzi Nugraha
Universitas Padjadjaran
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Fauzi Nugraha on 25 November 2017.
FAUZI NUGRAHA
230210140024
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2016
JUDUL : PENGOLAHAN SAMPEL DAN DISTRIBUSI SEDIMEN
BEDLOAD DI PERAIRARAN CIREBON
Menyetujui:
Komisi Pembimbing:
Ketua,
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Kegiatan Praktik Lapang
(PKL) dan penulisan Laporan “Distribusi dan Pengolahan Sampel Sedimen
Bedload di Perairan Cirebon”. Selama penyusunan Laporan PKL ini Penulis
mendapat bimbingan, arahan, serta dukungan dari berbagai pihak sehingga
penyusunan laporan berjalan dengan lancar. Pada kesempatan ini Penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan kepada Penulis dalam menyelesaikan
penyusunan Laporan PKL ini, terutama kepada:
1. Tim AdHoc / dosen pengampu mata kuliah PKL yang telah memberikan
pengarahan, pembekalan materi sebelum dan setelah pelaksanaan PKL.
2. Lintang Permata Sari., S.Kom.,M.Si. sebagai dosen wali dari Fauzi
Nugraha.
3. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Dr. Ir. Iskandar, M.Si.
4. Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Dra. Sri Astuty, M.Sc.
5. Kepala Pushidrosal Laksamana Muda TNI Daryanto SM. yang telah
memberi izin untuk PKL
6. Pembimbing Lapang, Mayor Laut (KH) Kuncoro, S.T.
7. Seluruh staf yang ada di Pushidrosal yang telah membantu proses kegiatan
praktik kerja lapang.
8. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya, serta
9. Teman-teman mahasiswa PKL dari Universitas Brawijaya dan Universitas
Diponegoro dan semua pihak yang membantu terselesaikannya praktik
kerja lapang ini.
Fauzi Nugraha
iii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
ABSTRAK ...................................................................................................ix
I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................ 3
1.3. Ruang Lingkup ............................................................................... 3
1.4. Tempat dan Waktu Kegiatan .......................................................... 3
II PROFIL INSTANSI ..................................................................................... 5
2.1. Letak Geografis .............................................................................. 5
2.2. Organisasi Lembaga....................................................................... 5
2.2.1. Sejarah ...................................................................................... 5
2.2.2. Visi dan Misi ................................................................................ 9
2.2.3. Tugas Pokok dan Fungsi........................................................... 10
2.2.4. Struktur Organisasi ................................................................... 11
2.3. Fasilitas Gedung........................................................................... 13
III METODE PELAKSANAAN ....................................................................... 15
3.1. Metode Kerja ................................................................................ 15
3.1.1. Studi Literatur............................................................................ 15
3.1.2. Observasi.................................................................................. 15
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................. 16
3.3. Prosedur Pelaksanaan Kerja ........................................................ 16
3.3.1. Sampling Sedimen .................................................................... 16
3.3.2. Pengolahan Sampel Sedimen ................................................... 20
3.3.3. Cara Pengukuran Butir Sedimen ............................................... 27
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 28
4.1. Analisis Besar Butir....................................................................... 28
4.2. Distribusi ukuran Butir ........................................................................ 35
V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 36
5.1. Simpulan............................................................................................ 36
iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 37
KESAN DAN PESAN SELAMA PKL ......................................................... 38
LAMPIRAN ............................................................................................... 39
Lampiran 1. Logbook Kegiatan Selama PKL ...................................... 39
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan ................................................... 41
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
ABSTRAK
Fauzi Nugraha (Dibimbing oleh Lintang Permata Sari dan Mayor Laut (KH)
Kuncoro), 2016. Pengolahan Sampel dan Distribusi Sedimen Bedload di
Perairan Cirebon, di Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut.
Praktik kerja lapang (PKL) ini di lakukan di Pusat Hidro-Oseanografi
TNI-AL (PUSHIDROSAL) merupakan mata kuliah wajib ditujukan untuk
memberikan pembekalan, pelatihan dan pengalaman kerja. Praktik Kerja
Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juli – 13 Agustus 2016. Tujuan
dari PKL di Pushidrosal ini adalah untuk mengetahui gambaran proses
transportasi dan pengendapan sedimen berdasarkan distribusi ukuran butir
sedimen. Sampel yang di gunakan merupakan sampel di perairan Cirebon
yang di ambil saat Pushidrosal melakukan survei tahunan. Analisis besar
butir sedimen di lakukan dengan menggunakan metode basah. Hasil praktik
kerja lapang menunjukkan bahwa secara umum pola sebaran sedimen
Bedload di perairan Cirebon di dominasi oleh sedimen berukuran lumpur –
pasir, di mana Lumpur atau Mud dengan persentase sebesar 67%, Clay
sebesar 33%. Kecepatan arus mempengaruhi proses transportasi,
pengendapan, dan sebaran sedimen. Kondisi arus yang lebih kuat
menyebabkan sedimen fraksi berukuran kasar lebih cepat terendapkan,
sedangkan fraksi halus tidak dapat mengendap dan terbawa ke tempat lain
yang lebih tenang. Mekanisme Transport Bedload terjadi pada faksi yang
kasar melalui pergerakan transportasi arus fraksi dalam bentuk rolling
(menggelinding), sliding (terseret), creap (merayap), dan saltasi. Arus
mempunyai sifat yang mampu menyeleksi ukuran butir yang
dipindahkannya dalam proses sedimentasi sehingga menyebabkan variasi
ukuran butir dalam lingkungan.
Kata kunci: Distribusi ukuran butir sedimen, kecepatan arus, PKL, transport
Bedload
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
5
6
MISI OPERASIONAL
1. Mampu mendukung ketersediaan dan kesiapan data dan informasi Hidros
untuk kepentingan-kepentingan militer dan pertahanan, menjamin
keselamatan pelayaran, dan pengelolaan lingkungan laut (coastal
management) di seluruh perairan yurisdiksi nasional melalui kegiatan-
kegiatan surta hidros dan penelitian kelautan serta didukung dengan sarana
dan prasarana surta hidros yang memadai.
10
2. Mampu membangun kerja sama dan ikut serta secara aktif dalam berbagai
forum Hidrografi dan Oseanografi di lingkup nasional, regional maupun
internasional, terkait dengan common concern di kawasan regional dan
internasional.
3. Mampu berperan aktif dalam perundingan penyelesaian permasalahan
batas maritim antar negara (Maritime Boundary Delimitation).
4. Mampu membangun dan menjalin jejaring (Networking) dan kerja sama
yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak terkait yang sekaligus
sebagai mitra kerja (counterparts) dan pemangku kepentingannya
(stakeholders), yaitu lembaga pemerintah / militer / swasta, Armada
Nasional (Armanas), Industri Maritim, Armada Niaga, Pelayaran Rakyat
(Pelra) dan akademisi / peneliti (scientist).
informasi Hidro-oseanografi berupa peta laut baik peta kertas maupun peta
navigasi elektronik dan publikasi nautika.
Pushidrosal ditetapkan sebagai lembaga hidrografi nasional dengan
dasar hukum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun
1951 tanggal 31 Maret 1951 (PP RI No. 23/1951) dan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 164 tahun 1960 tanggal 14 Juli 1960 (Keppres
RI No. 164/1960), mengemban fungsi sebagai Lembaga Hidrografi Militer
dan Lembaga Hidrografi Nasional Indonesia.
Sebagai pengemban fungsi hidrografi militer dan pertahanan,
Pushidrosal bertanggung jawab untuk mampu menyediakan data dan
informasi Hidro-oseanografi yang akurat dan mutakhir sebagai data dasar
yang akan digunakan sebagai bahan analisa strategi pertahanan nasional.
Sedangkan sebagai Lembaga Hidrografi Nasional Indonesia, Pushidrosal
melaksanakan fungsinya sebagai penanggung jawab untuk memberikan
jaminan keselamatan navigasi pelayaran di seluruh wilayah perairan
yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai Lembaga Hidrografi Nasional, Pushidrosal merupakan
representasi legal dan wakil pemerintah RI dalam keanggotaan resmi
organisasi internasional yaitu International Hydrographic Organization
(IHO) yang berkedudukan di Monaco dan sekaligus sebagai anggota
Komisi Hidrografi Asia Timur atau East Asia Hydrographic Commission
(EAHC). Selain itu menjadi anggota delegasi pemerintah RI di beberapa
organisasi internasional di bidang Hidrografi, Oseanografi dan Navigasi
pelayaran seperti International Maritime Organization (IMO), Inter-
Government Oceanographic Commision (IOC), United Nations Conference
on Standardization of Geographical Names (UNCSGN) dan United Nations
Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN).
2.2.4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut
disajikan dalam gambar 2 di bawah ini.
12
bersekat-sekat. Selain itu terdapat peralatan cetak (photo copy, printer), tv,
telepon, lemari dan rak untuk penyimpanan buku-buku maupun laporan
hasil survei beserta meja besar untuk pengolahan peta dan meja besar
dengan kursi-kursi untuk rapat walaupun terdapat pula ruangan-ruangan
khusus untuk rapat setiap sub dis yang dilengkapi dengan proyektor. Selain
gedung utama, terdapat pula gedung-gedung lain di antaranya masjid,
koperasi, kantin, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) Teknik
Hidro-Oseanografi, dll. Selain itu dilengkapi fasilitas lahan parkir, lapangan
apel, dan gerbang beserta pos penjaga.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
15
16
Grab Sampler adalah Instrumen atau alat yang sering digunakan dalam
pengangkatan sedimen permukaan dari dasar laut. Pengambilan dengan
grab ini biasanya ditujukan untuk keperluan seperti analisa besar butir,
analisa organisme bentos, dan analisa kimia sedimen terutama pada
lapisan atas dari sedimen sampai beberapa cm kedalaman.
Pengambilan sedimen dilakukan dengan menggunakan grab sampler
yang cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Lepaskan batu penduga sebagai pengukur kedalaman di sub stasiun. Jika
kedalamannya sesuai, catat posisi waktu pelepasan dengan GPS.
2. Lepaskan grab sampler untuk mengambil sedimen. Pengambilan sedimen
basah sebanyak ± 200 gram yang kemudian dimasukkan ke dalam kantung
plastik. Lakukan hal yang sama di setiap titik stasiun.
3. Sampel substrat yang telah dipisahkan dengan makrozoobenthos
kemudian dianalisis besar butirnya dengan penyaringan sieve shaker di
Laboratorium.
Grab sampler berfungsi untuk mengambil sedimen permukaan yang
ketebalannya tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk ke dalam
lapisan sedimen. Alat ini biasa digunakan untuk mengambil sampel
19
alat dioperasikan, sampel teraduk, dan beberapa fraksi sedimen yang halus
mungkin hilang (Pramesti, 2010).
3.3.2. Pengolahan Sampel Sedimen
3.3.2.1. Pengayakan Cara Basah
Dalam menentukan jenis sedimen dapat di lakukan dua metode yaitu
metode pengayakan secara kering dan metode pengayakan secara basah.
Dalam praktik kerja lapang ini menggunakan metode basah untuk
menentukan jenis sedimen berdasarkan ukuran butirnya, Secara umum
sampel sedimen akan melalui proses pengeringan di oven, perendaman,
pengayakan, dan pengeringan di oven kembali, serta penimbangan massa
per ukuran butir sedimen. Sampel dalam plastik atau zipslock dipindahkan
ke wadah aluminium foil dipisahkan per stasiun pengambilan sampel dari
mulai stasiun 1 sampai stasiun 15. Wadah-wadah ditata di loyang baki yang
telah diberi alas aluminium foil kemudian dipanaskan dalam oven 100°C
sampai benar-benar kering tidak berair (±24 jam). Sampel kering direndam
dengan air agar menjadi lunak kembali kemudian mulai pada proses
pengayakan basah. Pengayakan, dilakukan satu persatu dari mulai sampel
stasiun 1 sampai 15. Pada proses pengayakan, setiap ayakan disemprot
air sampai bersih tidak tertinggal sedimen yang berukuran lebih kecil dari
Mesh Size ayakannya. Terkadang sikat digunakan untuk mempermudah
lolosnya sedimen yang ukuran butirnya lebih kecil dalam ayakan sehingga
yang tertinggal di ayakan hanya benar-benar sedimen dengan ukuran yang
lebih besar dari ukuran jaringnya. Apabila pengayakan telah selesai, maka
setiap sampel yang tertinggal di ayakan dipisahkan ke dalam wadah logam
sesuai ukuran butirnya untuk dikeringkan dalam oven. Hasil penimbangan
dalam neraca analitik dicatat dalam buku dan di input ke Microsoft Excel.
Dalam menentukan ukuran butir sedimen di lakukan pengayakan, yang
mana pada dasarnya pengayakan yang di lakukan terbagi menjadi dua
yaitu pengayakan secara basah dan secara kering. Kedua jenis
pengayakan ini dilakukan untuk menentukan ukuran butiran sedimen
tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Proses pengayakan merupakan
21
pada Mesh yang terbesar berada pada paling atas. Pengayakan secara
basah ini dilakukan dengan bantuan semprotan air atau Water sprayer serta
kuas untuk mengaduk-aduk sampel agar turun menuju Mesh yang terkecil.
Gambar 13 Hasil Pengayakan Sedimen secara Basah yang di masukan ke dalam Oven
26
khusus yang telah di beri label sesuai dengan ukuran Mesh size dari
masing-masing ayakan. Hal ini mempermudah dalam menentukan jenis
dan ukuran sedimen. Selanjutnya hasil ayakan sampel sedimen tersebut di
masukan ke dalam oven lagi agar sedimen kering dan dapat dengan mudah
di analisa jenis dan ukuran sedimen tersebut.
Stasiun 1 Stasiun 2
28
29
Stasiun 7 Stasiun 9
Untuk stasiun 7 terdiri dari 0.52 gram pasir, 0.04 gram lanau dan
Lempung sebanyak 99.44 gram maka hasil dari segitiga shepard stasiun 7
termasuk ke dalam jenis sedimen Clay, stasiun 9 sebesar 2.82 gram pasir,
6.23 gram lanau dan 90.95 gram lempung maka stasiun 9 berjenis sedimen
Clay.
Stasiun 3 Stasiun 4
Stasiun 10 sebesar 0.12 gram pasir, 0.07 gram lanau, 99.82 gram
lempung maka stasiun 10 berjenis sedimen clay. Stasiun 3 sebesar 1.65
gram kerikil, 0.18 gram pasir dan lumpur sebanyak 99.81 gram maka
stasiun3 berjenis sedimen Mud. Stasiun 4 terdiri dari 0.05 gram kerikil, 1.64
pasir dan 98.30 gram lumpur maka stasiun 4 berjenis sedimen mud.
Stasiun 5 Stasiun 6
Stasiun 8 Stasiun 11
Stasiun 5 memiliki 0.09 gram kerikil, 1.04 gram pasir dan 98.78 gram
lumpur oleh karenanya stasiun 5 termasuk ke dalam jenis sedimen mud.
Stasiun 6 sebanyak 0.96 gram kerikil, 1.29 gram pasir dan 9.75 gram
lumpur sehingga stasiun 6 termasuk jenis sedimen mud. Stasiun 8 terdiri
dari 0.41 gram kerikil, 0.75 gram pasir, 98.83 gram lumpur maka stasiun 8
termasuk ke dalam sedimen jenis mud. Stasiun 11 0.07 gram kerikil, 0.83
gram pasir dan 99.1 gram lumpur maka stasiun 11 termasuk jenis sedimen
mud.
32
Stasiun 12 Stasiun 13
Stasiun 14 Stasiun 15
Stasiun 12 sebesar 0.31 gram kerikil, 1.52 gram pasir dan 98 gram
lumpur maka stasiun 12 berjenis sedimen mud. Stasiun 13 sebanyak 2.83
gram kerikil, 4.71 gram pasir dan 92.45 gram lumpur maka sedimen berjenis
mud. Stasiun 14 sebanyak 2.60 gram kerikil, pasir sebesar 4.69 gram dan
lumpur sebesar 92.70 gram maka sedimen berjenis mud.
33
Dan stasiun terakhir stasiun 15 sebesar 3.07 gram kerikil, 3.68 gram
pasir dan lumpur sebanyak 93.24 gram sehingga sedimen berjenis mud.
Persentase Jenis sedimen bedload di perairan cirebon di dominasi
oleh sedimen berjenis mud dengan persentase sebesar 67 % dan clay
sebesar 33 %.
dominasi oleh sedimen berjenis mud hal ini karena pengaruh dari DAS
(daerah aliran sungai), Kondisi perairan cirebon menunjukkan adanya aliran
turbulen. Pergerakan partikel air di aliran turbulen yang cenderung acak
akan mengurangi settling velocity (kecepatan jatuh) dari Basit partikel
sedimen. Aliran turbulen ini membantu mengabrasi bed (dasar wadah
aliran) dan membawa (entrainment) material sedimen baru. Arus
mempunyai sifat yang mampu menyeleksi ukuran butir yang
dipindahkannya dalam proses sedimentasi sehingga menyebabkan variasi
ukuran butir dalam suatu lingkungan. Transpor sedimen yang terjadi
disebabkan adanya arus sejajar pantai (longshore sediment transport.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil yang di dapat disimpulkan bahwa dari 15 stasiun
distribusi sedimen Bedload di perairan Cirebon sebagian besar terdiri dari
sedimen berjenis mud atau lumpur dengan persentase lebih dari
setengahnya yaitu sebesar 67% dan Clay sebesar 33%. Distribusi sedimen
berdasarkan gambar di atas maka untuk stasiun 1, 2, 7, 9, 10 berjenis
sedimen Clay sedangkan untuk stasiun 3, 4, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 14, 15
berjenis sedimen Mud.
5.2. Saran
Instansi lebih baik membantu dalam memberikan topik PKL agar
sesuai dengan bidang nya. Selain itu kegiatan diskusi atau kuliah umum
lebih baik di perbanyak agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan lain di
luar dari topik PKL yang di ambil.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
KESAN DAN PESAN SELAMA PKL
38
LAMPIRAN
Uraian Kegiatan
14 Juli 2016:Pengarahan dan pengenalan mengenai tata tertib, jam kerja, kegiatan yang akan
dilakukan dan ruangan di PUSHIDROSAL
39
40