Disusun Oleh:
Nim: 20020026
Seksi : 202120200073
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam, atas berkat rahmat dan karunianyalah penulis dapat menyelesaikan laporan
“Laporan Kriya Tekstil Dasar” dengan tepat waktu tidak lupa pula sholawat
beriringan salam tercurahkan kepada junjungan besar Baginda Rasulullah
Muhammad SAW.
Terimakasih penulis ucapkan kepada ibu Elya Febriyeni S.Pd M.Sn, dan ibu
Siti Aisyah S.Pd, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Kriya Tekstil Dasar,
yang telah membimbing penyusunan laporan ini. Penulis Juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu penyusunan laporan ini, dimana
dalam makalah ini akan dilaporkan hasil perkuliahan Kriya Teksti Dasar selama
satu semester.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca, guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi ke
depannya. Semoga laporan ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................I
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................1-2
B. Tujuan ........................................................................................................2
C. Kegunaan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tenun Kartu
2.1.1 Pengertian Tenun Kartu...................................................................4
2.1.2 Sejarah Tenun Kartu....................................................................5-6
2.1 3 Pengetahuan Bahan Dan alat.........................................................11
2.14 Proses Pembuatan tenun kartu....................................................12-19
2.1.5 Finishing ...................................................................................19 -20
2.2 Macrame
2.2.1 Pengertian Macrame..................................................................21-22
2.2.2 Sejarah Macrame.......................................................................23-24
2.2 3 Pengetahuan Bahan Dan alat......................................................24-25
2.2.4 Proses Pembuatan Macrame......................................................25-29
2.2.4 Finishing........................................................................................30
2.3 Tenun ATBM
2.3.1 Pengertian Tenun ATBM..........................................................31-32
2.3.2 Sejarah Tenun ATBM...............................................................32-34
2.3.3 Pengetahuan Bahan Dan alat....................................................34-36
2.3.4 Proses Pembuatan Tenun ATBM.............................................36-39
2.3.5 Finishing....................................................................................40 -41
iii
2.4 Tapestry
2.4.1 Pengertian Tapestry....................................................................42
2.4.2 Sejarah Tapestry.....................................................................42-43
2.4.3 Pengetahuan Bahan Dan alat.................................................43- 44
2.4.4 Proses Pembuatan Karya........................................................45-46
2.4.5 Finishing.................................................................................47-48
2.5 Batik
2.4.1 Pengertian Batik.......................................................................48-49
2.4.2 Sejarah Batik.............................................................................49-51
2.4.3 Pengetahuan Bahan Dan alat....................................................52-56
2.4.4 Proses Pembuatan Karya..........................................................56-61
2.4.5 Finishing........................................................................................62
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................63
B. Saran .........................................................................................................63
Daftar Pustaka......................................................................................................64
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Tekstil adalah bahan yang terbuat dari benang hasil pemintalan serat yang
kemudian ditenun, dirajut atau dengan cara penyatuan serat berbentuk lembaran
menggunakan atau tanpa bahan perekat yang dipres. secara umum serat tekstil
dapat digolongkan ke dalam serat alam, serat buatan, dan serat campuran.
Menurut para peneliti, tekstil sudah ada sejak zaman Neolitikum atau sejak
zaman Batu Baru tahun 2000-8000 SM. Bukti sejarah ini adalah penemuan alat
tenun, misalnya gelondong benang atau alat tenun batu, penemuan tersebut,
membuktikan ada pemintalan pada zaman tersebut.
Penyebaran tekstil dari timur ke barat, dimulai pada tahun 300 SM. Saat
balatentara Iskandar agung membawa pulang ke Eropa benda-benda katun dari
wilayah Pakistan. Mereka lantas mengembangkan perdagangan kain secara
besar-besaran.
Kerajinan tekstil merupakan salah satu jenis karya seni atau kerajinan yang
dibuat dengan menggunakan bahan tekstil. Sedangkan tekstil sendiri adalah
suatu bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain, dan
benang tersebut yang nantinya sebagai bahan untuk pembuatan busana, baju,
dan berbagai produk kerajinan tangan lainya.
1
Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna,
bermotif/bergambar
Berdasarkan konstruksinya: tenun, rajut, renda, kempa, benang tunggal,
benang ginti.
1. Tekstil terstruktur, adalah susunan dari garis – garis, bentuk, warna, dan
tekstur suatu kerajinan tekstil yang dibentuk dari bagan yang dijalin sesuai
teknik pembuatannya.
Contohnya: Macrame, Tenun ATBM, tenun Kartu, Tapestri, rajut, renda dll.
2
2. Tekstil Hias Latar. Adalah sentuhan / perlakuan yang diberikan pada
permukaan busana / kain yang memberikan efek visual dalam memperindah
tampilan.
Contohnya, Batik, Sulaman (bordiran) dll.
Dalam laporan ini akan dibahas teknik pembuatan dan proses pembuatan
tekstil terstruktur (Tenun Kartu, Tapestri, Tenun ATBM, dan Macrame).
Sedangkan proses pembuatan tekstil hias latar akan dibahas bagaimana
proses pembuatan batik tulis langkah dan teknik pengerjaannya.
B. Tujuan
Menjelaskan tentang tenun kartu, Macrame, Tenun ATBM,
Tapestry, dan batik tulis.
Menjelaskan tentang tenun kartu, Macrame, Tenun ATBM,
Tapestry, dan batik tulis.
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang dunia kriya tekstil,
dan menambah kreatifitas dalam berkreasi.
Mengetahui jenis tekstil dan cara masing – masing pembuatannya.
Dapat menerapkan dalam kehidupan sehari – hari sebagai benda
yang memiliki nilai pakai dan nilai hias.
C. Kegunaan
Tenun kartu dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai gelang.
Macrame dapat dijadikan tas, hiasan dan produk lainnya yang
memiliki nilai fungsional dan estetis.
Tenun ATBM dapat dijadikan sebagai tas untuk Hp (memiliki nilai
guna dan hias).
Tapestri Dapat dijadikan sebagai Hiasan Dinding.
Batik Tulis dapat dijadikan Sebagai Taplak Meja.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.2 Sejarah Tenun Kartu.
Buku Keiko Kusakabe, Textile from Sulawesi in Indonesia,
Genealogy of Sacred Cloth (2006), menyebut teknik tenun tertua di
dunia masih bisa dijumpai di Toraja Mamasa. Dari catatan Kusakabe,
peneliti Jepang yang pernah meneliti tenun Toraja selama lebih dari 10
tahun, Mamasa menjadi satu-satunya wilayah di Indonesia yang masih
menggunakan teknik tertua di zaman modern, yaitu tenun kartu.
Di teras belakang rumah yang menghadap Sungai Mamasa di Dusun
Bata, Desa Balla, Kecamatan Balla, Rachel (32) atau Mama Iin adalah
salah satu penenun yang menguasai teknik tenun kartu yang dalam
istilah lokal dikenal dengan nama pallawa’, artinya kartu. Selain tua,
teknik kartu juga memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi.
Dulu, jumlah kartu yang dipakai bisa mencapai ratusan. ”Kartu yang
digunakan biasanya berkisar antara 18-30 buah. Yang 18 menghasilkan
pallawa’ selebar 2 cm, sementara dengan 30 kartu menghasilkan
pallawa’ selebar 5 cm,” .
Kartu-kartu yang dulunya terbuat dari tanduk kerbau itu kini dibuat
dari kayu hitam dengan ukuran tidak lebih dari 2 x 2 cm. Terdapat
lubang di setiap sisi kartu. Setiap lubang diisi dengan tiga benang.
Benang-benang itulah yang kemudian ditenun oleh jari-jari Rachel yang
menari dengan lincah di sela-sela benang yang berjumlah 216 helai.
Diperlukan konsentrasi tinggi saat tangan dengan cepat membolak-balik
kartu sambil menghitung benang.
5
Pallawa’ umumnya digunakan sebagai lis ban untuk kain tenun yang
dijahit menjadi baju. Pallawa’ umumnya juga digunakan sebagai tali tas
perempuan Mamasa yang disebut sepu’.
6
Benang merupakan elemen utama pembentukan tenunan, sedangkan
map dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan alat berupa kartu
tablet, bilah - bilah, dan penggulung benang, sebenarnya masih banyak
lagi bahan lain yang dapat digunakan untuk membuat kartu tablet
seperti, karton tebal, tripleks dll, namun dalam pembelajaran kali ini kita
menggunakan bahan sederhana dan mudah untuk didapatkan yaitu map
plastik tebal.
a. Bahan.
Benang, Bahan utama pembuatan tenun kartu adalah
benang, Jenis benang yang dapat digunakan untuk tenun
kartu ini antara lain yaitu, benang jenis polyester dan jenis
katun.
Pada tugas kali ini kita menggunakan benang katun dengan
merek lifung.
7
Gambar 5. benang katun
b. Alat utama
Kartu Tablet.
8
dibentuk dengan tiga sudut yang ditumpulkan / dilengkungkan dan
satu sudut yang dibiarkan runcing.
Gambar 7. Kartu tenun yang sudah diberi tanda pada setiap sudutnya.
c. Alat Penunjang.
Spidol
Gambar 8. Spidol
Paku.
Gambar 9. paku
9
4 Buah Bilah – Bilah.
10
Pelubang Kertas.
Gunting.
Pena.
11
2.1.4 Proses Pembuatan.
Langkah pembuatan tenun kartu, membuat gelang dengan
menggunakan 20 kartu.
Membuat Desain.
Dalam pembuatan tenun kartu kita dapat membuat
desain dengan menggunakan tabel motif, dalam
pembelajaran kali ini kita akan menggunakan dua teknik
pembuatan tenunan yaitu dengan teknik searah dan teknik
bolak balik. dimana angka menunjukkaan kartu, dan huruf
A-D menunjukkan kode lubang kartu.
12
Desain Bolak Balik.
Desain di bawah ini merupakan gambaran corak yang akan
dihasilkan pada tenunan jika menggunakan teknik bolak
balik.
28 helai benang
16 helai benang
36 helai benang
13
dari arah belakang, di mana benang yang dimasukkan
sesuai dengan warna pada tabel motif yang sudah kita buat
sebelumnya. selanjutnya masing - masing benang kita
simpul pada ujung atas benang agar memudahkan kita
dalam menyusun kartu.
14
Menyusun kartu yang sudah berisi benang.
Penyusun benang yang sudah dimasukkan ke dalam
kartu dengan posisi yang berurutan pada sebuah spidol /
kayu, dimana kartu dengan angka kecil diletakkan diposisi
paling bawah dengan cara ditelungkupkan dimana angka
pada kartu berada di bawah.
15
Gambar 22. Pengikatan Kartu
16
Gambar 23 pemasangan tenunan pada paku atau setelah kayu.
17
Gambar 25 Hasil Tenunan Searah.
18
masukkan benang pakan, lakukan putaran yang
sama hingga sudut kartu yang runcing bertemu
kembali pada bagian atas depan. lakukan
langkah 3 dan 4 hingga panjang tenunan sesuai
keinginan kita.
2.1.5 Finishing.
Setelah panjang tenunan telah sesuai dengan keinginan selanjutnya
dilanjutkan dengan finishing, yaitu memotong tenunan dari sisa benang,
ujung tenunan harus ditutup dengan kain agar rapi, selanjutnya diberi
pengikat gelang sesuai keinginan kita.
Pengunci gelang / pengikat gelang banyak sekali yang dapat kita buat,
misalnya:
Memeri gewang baju pada ujung gelang.
Memberi pengunci dari besi.
Memberi penempel kain (prepet).
Membuat jalinan / ikatan, dan lainnya.
19
Dalam finishing tugas saya, saya membuat simpul dari jalinan tari agar gelang bisa
dibuka pasang dengan cara menarik sisi gelang.
20
2.2 Macrame.
2.2.1 Pengertian Macrame.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makrame
merupakan bentuk kerajinan simpul menyimpul dengan menggarap
rantaian benang awal dan akhir suatu hasil tenunan dengan membuat
berbagai simpul pada rantai benang tersebut. Sehingga terbentuk aneka
rumbai dan jumbai.
Dikutip dari buku Seni Makrame I, II, III (1986) karya Saraswati,
makrame adalah hasil kerajinan kriya tekstil dengan teknik simpul yang
menggunakan tali atau benang.
Secara Etimologis kata makrame berasal dari kata Arab “mucharam”
yang berarti susunan kisi-kisi.
Dalam bahasa Turki berasal dari kata “makrama” yang berarti
rumbai-rumbai atau juga ”migrama” yang artinya penyelesaian atau
penyempurnaan garapan lap dan selubung muka dengan.
Sumber lain mengatakan bahwa Makrame adalah kesenian
membuat anyaman simpul berbahan kain atau tali. Karena sifatnya yang
dekoratif, makrame dapat digunakan sebagai pajangan rumah atau,
dalam ukuran yang lebih kecil, sebagai aksesori busana.
Sementara itu, simpul adalah bentuk ikatan pada tali atau benang.
Ikatan ini dapat digunakan untuk barang-barang sesuai kebutuhan
ataupun hanya untuk estetika.
Sedangkan menurut Bandi Soban, mengungkapkan bahwa makrame
adalah kerajinan tangan simpul-menyimpul dengan menggunakan
berbagai macam benang. Selain itu, Cut Kamaril (2002: 4.73)
mengungkapkan bahwa makrame adalah membuat hiasan atau benda
pakai yang menggunakan bahan tali-temali dengan teknik pilin, anyam
atausimpul
Untuk dapat membuat makrame, seseorang perlu memiliki keahlian
menyimpul tali mulai dari dua buah tali, empat buah tali, dan sebagainya
21
untuk menghasilkan sebuah karya kerajinan tangan. Contoh hasil karya
makrame, yaitu gelang makrame, pita makrame, dan sebagainya.
22
2.2.2 Sejarah Macrame.
Macrame diyakini berasal dari penenun Arab abad ke-13. Para
pengrajin Macramé membuat simpul dari banyak benang sampai tepi
kain dengan menggerak-gerakkan tangan hingga terbentuk anyaman
benang yang dekoratif berupa handuk, syal, dan kerudung. Kata
macramé berasal dari bahasa Arab migramah ()مقرمة, diyakini berarti
"handuk bergaris-garis", "hias pinggiran" atau "selubung bersulam."
Setelah penaklukan Moorish, seni dibawa ke Spanyol, dan kemudian
menyebar ke seluruh Eropa. Itu diperkenalkan ke Inggris pada masa
Maria II of England pada akhir abad ke-17. Para pelaut mengerjakan
kerajinan macramé sambil berlayar dan dijual atau diperdagangkan
ketika mereka mendarat, sehingga tersebarlah seni ini ke tempat-tempat
seperti Cina dan belahan dunia lainnya. Abad kesembilan belas pelaut
Inggris dan Amerika membuat tempat tidur gantung, bell fringe, dan ikat
pinggang dan disebut rajutan kotak, karena banyak menggunakan
simpul berbentuk kotak-kotak.
Macramé yang paling populer di zaman Victoria. Sylvia’s Book
Macramé Lace (1882), menjadi favorit, menunjukkan kepada
pembacanya bagaimana "mengerjakan banyak trimming dengan warna
hitam dan warna pilihan, baik untuk dipakai di rumah, taman pesta,
pantai, aksesories rumah-tangga dan lain-lain …"
Meskipun beberapa waktu kemudian kegemaran untuk macramé
memudar, tapi populer kembali, untuk membuat hiasan dinding, bahan
pakaian, seprai, celana pendek jean kecil, taplak meja, gorden,
gantungan tanaman dan perabotan lainnya. Perhiasan Macramé menjadi
populer di kalangan neo-hippie Amerika dan kerumunan grunge mulai
pada awal 70-an. Yang sangat dominan menggunakan simpul persegi
(square knot) dan simpul granny. Jenis ini sering dipakai untuk membuat
perhiasan tangan dengan manik-manik, kaca dan unsur-unsur alami
seperti tulang dan kulit. Kalung, gelang tangan dan gelang kaki telah
menjadi bentuk macramé yang populer. Seiring berkembangnya zaman,
23
maka penerapan seni macrame di aplikasikan dalam berbagai jenis
barang sesuai keperluan kita. Seperti tas macrame (kadang disebut tas
rajut karena motifnya mirip rajutan), dompet, ikat pinggang, bahkan
sepatu, sandal, dll, juga telah mengadopsi macramé. Meskipun tidak
disebut sebagai seni macramé (karena sebutan macramé belum begitu
populer di Indonesia, macrame lebih identik dengan anyaman), tapi
dilihat dari proses pengerjaannya, bisa dikategorikan sebagai macramé.
Yang membedakan adalah bahan, bentuk, motif dan hasil kreasinya.
2.2.3 Bahan dan Alat Pembuatan Macrame.
1. Bahan,
bahan yang digunakan dalam pembuatan macrame adalah
benang, banyak jenis benang yang dapat dijadikan sebagai
produk macrame, namun dalam pengerjaan tugas kali ini
saya menggunakan benang katun macrame dengan diameter
3mm.
24
Gambar 32 kayu untuk Macrame.
2. Alat.
Alat utama yang digunakan dalam proses pembuatan macram yaitu:
Gunting.
Gambar 33 Gunting
25
Gambar 34 Sketsa Macrame
2. Memotong Benang.
Dalam pembuatan karya macrame saya memotong benang
sepanjang 2 m dengan jumlah 30 helai benang.
3. Selanjutnya membuat simpul kepala pada kayu. Simpul kepala
merupakan simpul dasar dalam pembuatan macrame.
26
Gambar 37 Hasil Simpul kepala
27
Dalam pembuatan tugas kali ini simpul ganda berperan
sebagai pembentuk dari hiasan macrame yang kita buat.
Pada tugas ini saya menggunakan simpul ganda untuk
membentuk garis / bentuk motif Love dan motif bunga
seperti desain saya sebelumnya.
28
Gambar 42 Pengaplikasian simpul tunggal untuk tali gantungan macrame
Gambar 43 Macrame
29
2.2.5 Finishing.
30
2.3 Tenun ATBM
Pola silang menyilang antara lungsi dan pakan disebut anyaman . sebagian besar
produk tenun dibuat dengan tiga teknik anyaman, yaitu anyaman polos, anyaman
kepar, dan anyaman satin.
Kain polos didapat dari hasil tenunan benang satu warna, ditenun memakai
benang warna – warni dengan desain yang artistik dan dekoratif.
Gambar 45 ATBM
31
Gambar 46 kain tenun
Di Indonesia seni tenun telah dikenal sejak zaman nenek moyang. Kepandaian
menenun diperkirakan sudah dibawa oleh nenek moyang kita bangsa Austronesia
atau yang disebut juga Malayo-Polynesia. Pada masa bercocok tanam, manusia
mulai hidup menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat-tempat
tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga. Pada
32
masa ini manusia terutama kaum wanita mulai mengenal kegiatan lain di luar sektor
pertanian, seperti membuat barang dari anyaman daun-daunan, serat pohon, dan
serat kayu. Dasar pengetahuan anyam-menganyam ini merupakan dasar dari cara-
cara menenun membuat pakaian yang mempunyai prinsip menjalin bagian yang
lurus atau vertikal dengan bagian yang melintang atau horisontal. Cukup banyak
jumlah temuan para ahli dalam bidang arkeologi yang dapat dipakai sebagai
petunjuk, bahwa tenun sudah sejak lama dikenal dan dikerjakan di Indonesia, serta
merupakan salah satu kebudayaan yang dapat dibanggakan. Temuan-temuan atau
berbagai petunjuk ini ada yang berupa alat-alat untuk keperluan memintal dan
menenun, seperti dalam situs megalitik di desa Cibuntu dalam ekskavasi Teguh
Asmar di Kuningan Cirebon.
Selain itu berbagai ekskavasi situs penguburan seperti situs Gilimanuk di Bali
ditemukan sebuah fragmen sarung belati dari kayu yang terdapat cap (teraan)
tenunan, serta ditemukan pula tiga buah kapak perunggu yang diduga merupakan
perlengkapan alat tenunan. Situs Gunung Wingko di Yogyakarta ditemukan
kepingan-kepingan tembikar atau kerèwèng, beberapa kepingan tembikar tersebut
setelah direkonstruksikan berbentuk periuk belanga dan mangkok sebagai tempat
atau wadah untuk menyimpan benda-benda cair. Pada kepingan-kepingan tembikar
tadi terdapat hiasan berupa garis-garis lurus, lekuk-lekuk yang menyerupai motif
kain tenunan dan dibentuk dengan goresan kayu kecil serta goresan ujung kerang
yang ditekan pada tanah liat yang masih basah.
Selain bukti peninggalan fisik berupa prasasti, arca maupun relief, adanya
berbagai macam cerita rakyat seperti Nyi Pohaci dari Jawa Barat serta cerita dari
Batak Toba, Dewi Si Boru Daek juga dapat digunakan sebagai petunjuk tentang
adanya tradisi menenun di Indonesia. Cerita-cerita tersebut menyebutkan tentang
adanya penggunaan alat tenun yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para
wanita.
33
tenun yang ada di Indonesia antara lain tenun lurik, tenun ikat, dan tenun songket.
Salah satu hasil tenun yang sangat sederhana, baik dalam penampilan maupun
dalam pengerjaannya adalah kain lurik.Meskipun sangat sederhana namun kain
lurik ini sarat dengan berbagai makna.
1. Bahan.
Bahan utama yang digunakan dalam pengerjaan tenun ATBM ini yaitu
benang katun dengan merek lifung.
2.Alat.
Gambar 48 ATBM
34
Hani
Gambar 49 Hani
Teropong pipih.
Gunting
Gambar 51 gunting
Pengait / penyucuk.
Gambar 52 penyucuk
35
Meteran.
Gambar 53 Meteran
Jarum rajut.
36
Gambar 56 Pola tenuan.
2) Memotong benang lungsi.
Dalam pengerjaan tenun ATBM untuk tas hp dengan ukuran
lebar 12 cm.
1 cm = 4 lubang mata gun – 1 lubang = helai benang.
12 cm = 12 x 4 lubang = 48 lubang
Lubang sisir 1,2,47 dan 48 + 2 helai benang = 8 helai benang
Jadi 12 cm x 4 lubang = 48 lubang x 2 helai benang = 96
helai benang + 8 benang (lubang 1,2, 47,48) =104 benang.
3) Menghani.
Adalah proses pembuatan helaian-helaian benang untuk di
jadikan lungsi pada alat yang dinamai alat hani. Teknik
pengerjaan menghani sebagai berikut:
Membuat pola ukuran panjang lungsi pada alat hani, dengan
mengikuti pola kemudian benang diurai menjadi helaian-
helaian.
Membuat benang lungsi sesuai dengan panjang pola ukuran
jumlah benang lungsi.
Membuat silangan pada benang lungsi.
37
Gambar 57 proses mengahani.
4) Memasang benang lungsi pada bum lungsi.
Memasang benang lungsi pada alat tenun adalah memasang
helaian - helaian benang yang akan dijadikan benang lungsi pada
Alat Tenun Bukan mesin pada bum benang lungsi.
38
Dalam pembuatan tenunan ini saya menggunakan corak:
1. Corak rata, dengan menurunkan lum mata gun 1.3 dan 2,4
secara berulang kali.
2. Corak satin, dengan menurunkan lum mata gun 123, 234,
134,124.
3. Corak kepar, dengan menurunkan lum mata gun 34,12,23,14
39
2.3.5 Finishing
40
3) menyimpul sisa benang agar benang pakan tidak lepas.
41
2.4 Tapestry
Tapestri adalah suatu karya pertenunan dari benang berwarna dan tidak
berwarna (natural) yang biasa difungsikan untuk bahan penutup lantai (karpet),
pembungkus mebel dan untuk bahan penutup dinding/hiasan dinding Kata Tapestri
diambil dari bahasa Perancis Tapiesserie yang berarti penutup lantai atau bahasa
Latin Tapestrum, sejenis sulaman yang memiliki banyak teknik. Karya tenunan
Tapestri dapat digunakan sebagai benda seni maupun benda yang memiliki fungsi
pakai. Sebagai benda seni tapestri dapat dilihat berupa hiasan dinding dan sebagai
benda pakai tapestri dapat berupa korden, permadani atau karpet, dan keset.
Tapestri sendiri adalah sebuah teknik membuat karya tekstil dengan cara menenun
benang-benang, serta-serat, dan bahan lain seperti kayu, logam, dan rotan dalam
satu komposisi benda yang memiliki fungsi seni dan pakai.
Karya tenun Tapestri memiliki keindahan dan bentuk yang unik karena jalinan
tenunan benang-benang aneka warna yang menutupi bidang gambar dan paduan
unsur-unsur bahan lain. Pada umumnya tenunan tapestri akan tampil dalam bentuk
gambar-gambar dekoratif. Selain itu hasil karya tapestri dapat juga dibuat dengan
menggunakan bahan-bahan lain seperti serat-serat alam yang tampil alami maupun
yang diberi warna.
Struktur bentuk tapestri terdiri dari tenunan benang lungsi dan pakan yang
dibuat menjadi barang atau benda seni tertentu.Benang lungsi adalah jalinan
benang-benang yang menghadap kearah vertikal sedangkan benang-benang pakan
adalah benang yang mengarah horisontal dan menjadi bagian dari benang yang
membentuk bidang gambar tertentu
Tapestri pertama kali dikenal sebagai tradisi menenun kain di Eropa pada
abad ke 12 dan 13 dengan produk permandani yang digantung di dinding istana dan
kastil guna mempertahankan kehangatan ruang di musim dingin. Tapestri dibuat
dengan teknik dasar tapestri dan teknik dekoratif aplikatif.
42
Kebanyakan penenun tapestry menggunakan benang lungsin berbahan alami
seperti benang linen atau benang katun. Benang pakan yang dipakai berupa benang
wol atau benang katun, namun bisa pula benang sutra, benang emas, benang perak,
atau alternatif media lain. Tapestry telah diproduksi dan digunakan sejak zaman
Helenis. Contoh kerajinan tapestry Yunani yang pernah ditemukan berasal dari
abad ke-3 SM dalam kondisi terawetkan di gurun Tarim Basin. Kerajinan tapestry
mencapai tahap baru produksi massal di Eropa pada awal abad ke-14 Masehi.
Gelombang pertama produksi berasal dari Jerman dan Swiss. Seiring waktu,
kerajinan diperluas ke Prancis dan Belanda.
1. Bahan.
43
Benang dengan merek sikat gigi sebagai benang lungsi.
2. Alat.
Gunting.
44
2.4.4 Proses Pembuatan Karya
45
Gambar 75 corak giordes
46
Gambar 77 tapestri yang sudah diberi soumak pengunci.
2.4.5 Finishing
47
3) Memasang Bingkai.
Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu”tik” yang berarti
titik / matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah
”batik” (Indonesia Indah ”batik”, 1997, 14). Di samping itu mempunyai pengertian
yang berhubungan dengan membuat titik atau meneteskan malam pada kain mori.
Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik
sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa, para penulis terdahulu
menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata”Batik” akan
tetapi seharusnya”Bathik”. Hal ini mengacu pada huruf Jawa ”tha” bukan ”ta” dan
pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan
salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan
suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu
yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara pengambaran motif pada kain ialah
melalui proses pemalaman yaitu mengoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada
wadah yang bernama canting dan cap.
48
Secara esensial, batik diartikan sebagai sebuah proses atau teknik menahan
warna dengan menggunakan lilin malam. Artinya, batik adalah sebuah proses
menahan warna dengan memakai lilin malam secara berulang-ulang di atas kain.
Batik tulis adalah suatu teknik melukis di atas kain, dimana kain tersebut akan
dihias dengan tekstur dan corak batik dengan menggunakan tangan. Dalam
pembuatan batik tulis digunakan alat yang dinamakan canting. Batik tulis
merupakan batik yang didalam pembuatannya diperlukan keahlian, pengalaman,
ketelitian, kesabaran dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan batik tulis.
Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan
Batik adalah budaya khas bangsa Indonesia yang sudah dikenal sejak jaman
dulu dan diwariskan secara turun temurun. Masyarakat Dunia mengakui bahwa
batik adalah milik bangsa Indonesia karena adanya pengakuan dari UNESCO. Batik
49
pemerintah maupun swasta yang mewajibkan karyawannya mengenakan batik.
Sekolah-sekolah mewajibkan muridnya juga mengenakan seragam batik. Batik
menjadi semakin dekat dengan masyarakat Indonesia. Pemakaian kain batik dan
kain-kain bermotif batik semakin luas dan berkembang. Dari yang sebelumnya
hanya sebagai pakaian, kini beragam benda dan aksesoris ramai mengangkat motif
batik.Sebagai warisan budaya bangsa, seharusnya kita mengerti sejarah munculnya
batik di Indonesia. Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik
di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini
kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di
sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda)mengatakan bahwa sebenarnya sebelum
ada pengaruh India datang ke Indonesia, Nusantara telah memiliki 10 unsur
kebudayaan asli yaitu, wayang, gamelan, puisi, pengecoran logam mata uang,
pelayaran, ilmu falak, budidaya padi, irigasi, pemerintahan, serta batik. Sedangkan
F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari
daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah
tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki
tradisi kuna membuat batik.Sehigga teori-teori tersebut menolak mentah-mentah
bahwa batik berasal dari India Selatan.Jika kita perhatikan relief-relief yangpada
candi Prambanan dan juga Candi Borobudur terdapat ukiran-ukiran yang
memperlihatkan motif-motif serupa motif batik.Hal itu menunjukkan, bangunan-
bangunan yang sudah berdiri semenjak abad ke-8 ini sudah menunjukkan adanya
motif batik yang pengaruhnya ada hingga sekarang.
Pada jaman Hindu sekitar abad XIII di Jawa Timur keberadaan seni batik dapat
dilihat pada busana atau pakaian yang dihias dengan motif-motif yang digunakan
pada arca yang terdapat pada bangunan candi. Hal itu menunjukkan batik sudah ada
dengan berbagai simboliknya mencerminkan norma-norma serta nilai budaya suatu
kelompok. Perangkat lambang dalam busana tidak sekedar mengandung makna,
melainkan juga menjadi perangsang untuk bersikap sesuai dengan makna lambang
tersebut (Condronegoro,1995:1)Seperti contohnya dapat dilihat pada beberapa
50
relief di Jawa Timur dalam hal ini adalah candi Penataran. Pada masa itu sudah
dikenal bentuk kain model ‘kemben’ yang tentunya dihias dengan motif, karena
reliefnya sendiri sudah tampak aus(Hari Lelono, 1999:109).
Batik menjadi produksi paling utama di Jawa. Perkembangan Batik menjadi amat
kuat setelah ditemukannya metode penanaman serat kapas (ciam) dari tanaman
Jong yang sangat ahli dilakukan oleh orang-orang Cina di Pekajangan (Pekalongan)
pada tahun 1880. Ditemukannya serat ini membuat jiwa dagang orang Pekalongan
tumbuh.
Banyak dari saudagar-saudagar Pekalongan baik keturunan Cina atau Jawa asli
yang berpindah ke Solo dan membangun usaha Batik. Kemudian pada tahun 1898,
Sunan Pakubowono X, Raja Solo yang baru diangkat beberapa tahun sebelumnya
memerintahkan dibangun sebuah sentra perdagangan sekaligus koperasi-koperasi
bagi usaha Batik. Konsep Koperasi menjadi obsesi Sunan Solo setelah membaca
sebuah buku tentang Koperasi di Inggris tentang industri tekstil. Atas titah Sunan
inilah kemudian berdiri puluhan koperasi di Solo. Lantas kemudian diikuti
berdirinya koperasi diluar wilayah Voorstenlanden (Solo dan Yogya) yaitu di
Pekalongan, Semarang dan Cirebon.
51
2.4.3 Pengetahuan Bahan Dan alat
1. Bahan.
Lilin / malam
Mori (primisima).
Gambar 83 mori
Warna sintetis.
1. Remazol.
Gambar 84 Remazol
52
2. Naptol, garam diazo, kostik soda dan Tro (pewarna Celup)
Gambar 86 waterlas
2. alat.
Canting , alat untuk menulis malam pada kain. Terdiri atas tiga:
1. Canting klowong, untuk membuat pola motif.
2. Canting isen, untuk membuat isian.
3. Canting tembok, untuk memblok.
53
Gambar 87 canting klowong, isen dan tembok.
Catond bud.
Untuk mencolet dan memberi waterglas.
54
Wadah kecil untuk meletakkan warna dan waterglass
55
Baskom / bak pencelupan, untuk mencelup kain batik.
Gambar 93 Baskom
56
Gambar 95 desain batik tulis.
Gambar 96 Menjiplak
Gambar 97 Mencanting
57
4) Mengisen, merupakan kegiatan mencanting dengan menggunakan
canting isen untuk membuat isian pada pola batik.
Gambar 98 Mengisen
5) Mencolet, adalah proses pemberian warna pada bidang motif, sesuai
keinginan.
Gambar 99 Mencolet
58
7) Setelah kain di waterglass dan diangin – anginkan , setelah itu bilas kain,
dan diangin -anginkan kembali hingga kering
59
Gambar 105 mencelup dengan garam diazo
Membilas kain
Selanjutnya kain di gantung untuk mengeringkan.
Setelah agak mengering dilanjutkan dengan merendam kain
kedalam larutan tepung kanji.
60
Melorot, yaitu melepas lilin pada kain.
61
2.4.5 Finishing
Finishing tugas batik tulis dilakukan dengan cara memberi renda di sekeliling
kain batik agar terlihat rapi dan indah.
62
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
Produk tekstil tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari – hari . dapat
dikatakan bahwa tekstil mengambil peran terbesar dalam kehidupan, karna
bahan tekstil dapat dimanfaatkan sebagai pakain hingga hiasan.
Kemajuan teknologi saat ini dapat menciptakan produk tekstil yang
beraneka ragam. Kini tekstil sejalan dengan dunia fashion.
Banyak teknik dan jenis karya tekstil yang dapat kita pelajari, mulai dari
tenun kartu, macrame, tenun ATBM, tapestry, batik dan banyak lagi yang
lainnya.
B. Saran
Penulis menyadai banyak kesalahan dalam laporan ini untuk itu penulis
meminta kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan kedepannya. Semoga dengan mempelajari
tekstil kita dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan.
63
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tekstil
https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/2020/11/07/184500869/
tapestri--pengertian-alat-dan-bahan-membuatnya
https://dosenpintar.com/pengertian-batik/
64