Anda di halaman 1dari 68

“UAS KRIYA TEKSTIL DASAR”

“Laporan Kerja Kriya Tekstil Dasar”

“Tenun Kartu, Macrame, Tenun ATBM, Tapestri, Batik Tulis”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Kriya Tekstil Dasar

Dosen Pengampu: Elya Febriyeni S.Pd M.Sn

: Siti Aisyah S.Pd, M.Pd,

Disusun Oleh:

Nama: Shekar Hanum Pramesty

Nim: 20020026

Seksi : 202120200073

PRODI PENDIDIKAN SENI RUPA / JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SSENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam, atas berkat rahmat dan karunianyalah penulis dapat menyelesaikan laporan
“Laporan Kriya Tekstil Dasar” dengan tepat waktu tidak lupa pula sholawat
beriringan salam tercurahkan kepada junjungan besar Baginda Rasulullah
Muhammad SAW.

Terimakasih penulis ucapkan kepada ibu Elya Febriyeni S.Pd M.Sn, dan ibu
Siti Aisyah S.Pd, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Kriya Tekstil Dasar,
yang telah membimbing penyusunan laporan ini. Penulis Juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu penyusunan laporan ini, dimana
dalam makalah ini akan dilaporkan hasil perkuliahan Kriya Teksti Dasar selama
satu semester.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca, guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi ke
depannya. Semoga laporan ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

Padang, 6 Juni 2022

Shekar Hanum Pramesty

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................I
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................1-2
B. Tujuan ........................................................................................................2
C. Kegunaan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tenun Kartu
2.1.1 Pengertian Tenun Kartu...................................................................4
2.1.2 Sejarah Tenun Kartu....................................................................5-6
2.1 3 Pengetahuan Bahan Dan alat.........................................................11
2.14 Proses Pembuatan tenun kartu....................................................12-19
2.1.5 Finishing ...................................................................................19 -20
2.2 Macrame
2.2.1 Pengertian Macrame..................................................................21-22
2.2.2 Sejarah Macrame.......................................................................23-24
2.2 3 Pengetahuan Bahan Dan alat......................................................24-25
2.2.4 Proses Pembuatan Macrame......................................................25-29
2.2.4 Finishing........................................................................................30
2.3 Tenun ATBM
2.3.1 Pengertian Tenun ATBM..........................................................31-32
2.3.2 Sejarah Tenun ATBM...............................................................32-34
2.3.3 Pengetahuan Bahan Dan alat....................................................34-36
2.3.4 Proses Pembuatan Tenun ATBM.............................................36-39
2.3.5 Finishing....................................................................................40 -41

iii
2.4 Tapestry
2.4.1 Pengertian Tapestry....................................................................42
2.4.2 Sejarah Tapestry.....................................................................42-43
2.4.3 Pengetahuan Bahan Dan alat.................................................43- 44
2.4.4 Proses Pembuatan Karya........................................................45-46
2.4.5 Finishing.................................................................................47-48
2.5 Batik
2.4.1 Pengertian Batik.......................................................................48-49
2.4.2 Sejarah Batik.............................................................................49-51
2.4.3 Pengetahuan Bahan Dan alat....................................................52-56
2.4.4 Proses Pembuatan Karya..........................................................56-61
2.4.5 Finishing........................................................................................62
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................63
B. Saran .........................................................................................................63
Daftar Pustaka......................................................................................................64

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Tekstil adalah bahan yang terbuat dari benang hasil pemintalan serat yang
kemudian ditenun, dirajut atau dengan cara penyatuan serat berbentuk lembaran
menggunakan atau tanpa bahan perekat yang dipres. secara umum serat tekstil
dapat digolongkan ke dalam serat alam, serat buatan, dan serat campuran.

Menurut para peneliti, tekstil sudah ada sejak zaman Neolitikum atau sejak
zaman Batu Baru tahun 2000-8000 SM. Bukti sejarah ini adalah penemuan alat
tenun, misalnya gelondong benang atau alat tenun batu, penemuan tersebut,
membuktikan ada pemintalan pada zaman tersebut.

Penyebaran tekstil dari timur ke barat, dimulai pada tahun 300 SM. Saat
balatentara Iskandar agung membawa pulang ke Eropa benda-benda katun dari
wilayah Pakistan. Mereka lantas mengembangkan perdagangan kain secara
besar-besaran.

Kerajinan tekstil merupakan salah satu jenis karya seni atau kerajinan yang
dibuat dengan menggunakan bahan tekstil. Sedangkan tekstil sendiri adalah
suatu bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain, dan
benang tersebut yang nantinya sebagai bahan untuk pembuatan busana, baju,
dan berbagai produk kerajinan tangan lainya.

Pengelompokkan tekstil berdasarkan jenisnya dapat dibedakan sebagai berikut:

 Berdasarkan jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, dan


benang kain product jadi
 Berdasarkan jenis bahannya: serat alam, serat sintetis dan serat
campuran.

1
 Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna,
bermotif/bergambar
 Berdasarkan konstruksinya: tenun, rajut, renda, kempa, benang tunggal,
benang ginti.

Berdasarkan kegunaannya bahan tekstil dikelompokan sebagai berikut

 Keperluan busana ( apparel textile ) untuk baju, celana, pakaian dalam,


pakaian sehari-hari, sepatu, kaus kaki dan sejenisnya
 Keperluan militer ( military textile ) untuk pakaian tempur, parasut,
tenda, ransel dan lain-lain.
 Keperluan medis ( perhotelan tekstil ) untuk perban, pakaian dokter /
perawat saat bekerja, baju pasien, perlengkapan pasien saat dirawat di
rumah sakit dan sebagainya.
 Keperluan penyangga struktur tanah menggunakan geotekstil, yaitu
jenis serat poliester dengan pembuatan khusus.
 Keperluan industri ( industri tekstil ) kemasan produk, belt, tali,
conveyor , pakaian kerja sesuai profesi misal pakaian montir, operator
mesin dan lainnya.
 Keperluan olah raga ( sport wear and sport textile ) untuk pakaian olah
raga yang berbeda-beda desain dan spesifikasinya misal sepak bola,
tenis, renang juga keperluan tekstil lainnya seperti net pingpong, layar
dan banyak lagi sesuai dengan berbagai jenis cabang olah raga.

Berdasarkan pengelompokkan tekstil di atas dapat kita lihat bahwasanya


kehidupan sehari – hari tidak terlepas dari suatu produk tekstil.

Terdapat 2 macam jenis dalam pembuatan kerajinan tekstil yaitu:

1. Tekstil terstruktur, adalah susunan dari garis – garis, bentuk, warna, dan
tekstur suatu kerajinan tekstil yang dibentuk dari bagan yang dijalin sesuai
teknik pembuatannya.
Contohnya: Macrame, Tenun ATBM, tenun Kartu, Tapestri, rajut, renda dll.

2
2. Tekstil Hias Latar. Adalah sentuhan / perlakuan yang diberikan pada
permukaan busana / kain yang memberikan efek visual dalam memperindah
tampilan.
Contohnya, Batik, Sulaman (bordiran) dll.
Dalam laporan ini akan dibahas teknik pembuatan dan proses pembuatan
tekstil terstruktur (Tenun Kartu, Tapestri, Tenun ATBM, dan Macrame).
Sedangkan proses pembuatan tekstil hias latar akan dibahas bagaimana
proses pembuatan batik tulis langkah dan teknik pengerjaannya.

B. Tujuan
 Menjelaskan tentang tenun kartu, Macrame, Tenun ATBM,
Tapestry, dan batik tulis.
 Menjelaskan tentang tenun kartu, Macrame, Tenun ATBM,
Tapestry, dan batik tulis.
 Menambah pengetahuan dan wawasan tentang dunia kriya tekstil,
dan menambah kreatifitas dalam berkreasi.
 Mengetahui jenis tekstil dan cara masing – masing pembuatannya.
 Dapat menerapkan dalam kehidupan sehari – hari sebagai benda
yang memiliki nilai pakai dan nilai hias.
C. Kegunaan
 Tenun kartu dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai gelang.
 Macrame dapat dijadikan tas, hiasan dan produk lainnya yang
memiliki nilai fungsional dan estetis.
 Tenun ATBM dapat dijadikan sebagai tas untuk Hp (memiliki nilai
guna dan hias).
 Tapestri Dapat dijadikan sebagai Hiasan Dinding.
 Batik Tulis dapat dijadikan Sebagai Taplak Meja.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tenun Kartu.


2.1.1 Pengertian Tenun Kertu.
Tenun Kartu adalah tenun yang dihasilkan dengan teknik
menggabungkan benang secara menyilang antara benang lungsi dan
pakan yang saling tegak lurus satu sama lain, dengan prinsip persilangan
anyam, dan menggunakan alat berupa kartu tablet yang diputar
berulangkali sehingga mengasilkan motif atau corak yang unik.
Dalam tenun kartu pembentukan motif sesuai / ditentukan oleh warna
yang digunakan sebagai benang lungsi. Dalam pembuatan tenun kartu,
benang pakan tidak terlihat di atas permukaan tenunan, karna benang
pakan berfungsi sebagai pengunci jalinan benang lungsi yang sudah
diputar, sehingga benang pakan berada diantara bukaan benang lungsi.
Benang lungsi adalah benang yang memanjang dan memiliki sifat
tetap, dibentang menggunakan alat tenun. Dan tidak dapat diganti.
Benang Pakan adalah benang yang melintang berfungsi untuk
membentuk anyaman, dengan cara diselipkan di antara bukaan benang
lingsi.
Tenun kartu menghasilkan corak yang unik dan menarik serta cocok
diaplikasikan untuk tenunan bidang - bidang sempit. Misalnya seperti,
gelang, ikat pinggang, tas hanpone, accesories pakaian, bandana dan
lainnya.

Gambar 1. Tenun kartu

4
2.1.2 Sejarah Tenun Kartu.
Buku Keiko Kusakabe, Textile from Sulawesi in Indonesia,
Genealogy of Sacred Cloth (2006), menyebut teknik tenun tertua di
dunia masih bisa dijumpai di Toraja Mamasa. Dari catatan Kusakabe,
peneliti Jepang yang pernah meneliti tenun Toraja selama lebih dari 10
tahun, Mamasa menjadi satu-satunya wilayah di Indonesia yang masih
menggunakan teknik tertua di zaman modern, yaitu tenun kartu.
Di teras belakang rumah yang menghadap Sungai Mamasa di Dusun
Bata, Desa Balla, Kecamatan Balla, Rachel (32) atau Mama Iin adalah
salah satu penenun yang menguasai teknik tenun kartu yang dalam
istilah lokal dikenal dengan nama pallawa’, artinya kartu. Selain tua,
teknik kartu juga memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi.
Dulu, jumlah kartu yang dipakai bisa mencapai ratusan. ”Kartu yang
digunakan biasanya berkisar antara 18-30 buah. Yang 18 menghasilkan
pallawa’ selebar 2 cm, sementara dengan 30 kartu menghasilkan
pallawa’ selebar 5 cm,” .
Kartu-kartu yang dulunya terbuat dari tanduk kerbau itu kini dibuat
dari kayu hitam dengan ukuran tidak lebih dari 2 x 2 cm. Terdapat
lubang di setiap sisi kartu. Setiap lubang diisi dengan tiga benang.
Benang-benang itulah yang kemudian ditenun oleh jari-jari Rachel yang
menari dengan lincah di sela-sela benang yang berjumlah 216 helai.
Diperlukan konsentrasi tinggi saat tangan dengan cepat membolak-balik
kartu sambil menghitung benang.

Gambar 2. Proses Tenun dengan kartu terbuat dari kayu

5
Pallawa’ umumnya digunakan sebagai lis ban untuk kain tenun yang
dijahit menjadi baju. Pallawa’ umumnya juga digunakan sebagai tali tas
perempuan Mamasa yang disebut sepu’.

Gambar 3. Tenun Kartu Sebagai Tali Tas.

Gambar 4. Tenun Beberapa Corak Tenun Kartu Sulawesi


2.1.3 Pengetahuan Bahan dan Alat.
Dalam pembuatan tenun kartu, bahan utama yang harus dipersiapkan
terlebih dahulu yaitu benang dan map plastik.

6
Benang merupakan elemen utama pembentukan tenunan, sedangkan
map dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan alat berupa kartu
tablet, bilah - bilah, dan penggulung benang, sebenarnya masih banyak
lagi bahan lain yang dapat digunakan untuk membuat kartu tablet
seperti, karton tebal, tripleks dll, namun dalam pembelajaran kali ini kita
menggunakan bahan sederhana dan mudah untuk didapatkan yaitu map
plastik tebal.

Gambar 5. Map Plastik

a. Bahan.
 Benang, Bahan utama pembuatan tenun kartu adalah
benang, Jenis benang yang dapat digunakan untuk tenun
kartu ini antara lain yaitu, benang jenis polyester dan jenis
katun.
Pada tugas kali ini kita menggunakan benang katun dengan
merek lifung.

7
Gambar 5. benang katun
b. Alat utama
 Kartu Tablet.

Gambar 6. Kartu Tablet

sebenarnya banyak bentuk kartu tablet yang dapat digunakan


dalam pembuatan tenun jenis ini, misalnya berbentuk segi tiga,
segi enam, persegi dan lainnya, namun dalam pembelajaran kali
ini, kita menggunakan kartu tablet yang berbentuk persegi dengan
ukuran 6 x 6 cm, di mana setiap sudutnya diberi lubang dengan
menggunakan bantuan pelubang kertas, lubang pada kartu tablet
berfungsi untuk pengatur benang lungsi dan pembuat bukaan di
antara benang lungsi yang akan dilalui benang pakan, kartu tablet

8
dibentuk dengan tiga sudut yang ditumpulkan / dilengkungkan dan
satu sudut yang dibiarkan runcing.

Gambar 7. Kartu tenun yang sudah diberi tanda pada setiap sudutnya.

c. Alat Penunjang.
 Spidol

Gambar 8. Spidol

 Paku.

Gambar 9. paku

9
 4 Buah Bilah – Bilah.

Gambar 10. Bilah -Bilah

 Tali rafia / ikat pinggang.

Gambar 11. Tali Rafia

 Penggulung Benang Pakan.

Gambar 12. Penggulung benang pakan

10
 Pelubang Kertas.

Gambar 12. Pelubang Kertas

 Gunting.

Gambar 13. Gunting

 Pena.

Gambar 14. Pena

11
2.1.4 Proses Pembuatan.
Langkah pembuatan tenun kartu, membuat gelang dengan
menggunakan 20 kartu.
 Membuat Desain.
Dalam pembuatan tenun kartu kita dapat membuat
desain dengan menggunakan tabel motif, dalam
pembelajaran kali ini kita akan menggunakan dua teknik
pembuatan tenunan yaitu dengan teknik searah dan teknik
bolak balik. dimana angka menunjukkaan kartu, dan huruf
A-D menunjukkan kode lubang kartu.

Gambar 15. Desain Tenun Kartu.


Desain Searah.
Desain di bawah ini merupakan gambaran corak yang akan
dihasilkan pada tenunan jika menggunakan teknik searah.

Gambar 16. Desain Tenun Kartu Searah.

12
Desain Bolak Balik.
Desain di bawah ini merupakan gambaran corak yang akan
dihasilkan pada tenunan jika menggunakan teknik bolak
balik.

Gambar 17. Desain Tenun Kartu Bolak Balik


 Memotong Benang.
Dalam pembelajaran kali ini kita akan membuat dua
gelang dengan teknik yang berbeda, jadi benang yang kita
butuhkan pada masing - masing lobang sepanjang 120 cm.
dengan jumlah 80 helai benang.
1 kartu = 4 lobang, jadi 20 kartu x 4 lobang = 80 helai
benang. pemotongan benang sesuai jumlah warna yang ada
pada tabel motif.

28 helai benang

16 helai benang

36 helai benang

Gambar 18. Cara penghitungan jumlah benang.


 Memasukkan benang lungsi pada kartu.
dalam pengerjaan tenun kartu yang sederhana, cara
memasukkan benang dibagi ke dalam dua jenis, yaitu di
mana jumlah kartu di bagi 2, separoh kartu dengan angka
rendah dimasukkan benang dari arah depan, sedangkan
separoh kartu dengan angka tinggi dimasukkan benang

13
dari arah belakang, di mana benang yang dimasukkan
sesuai dengan warna pada tabel motif yang sudah kita buat
sebelumnya. selanjutnya masing - masing benang kita
simpul pada ujung atas benang agar memudahkan kita
dalam menyusun kartu.

Gambar 19. Benang dari arah depan kartu (kartu 1-10)

Gambar 20. Benang dari arah belakang kartu (kartu 11-20)

14
 Menyusun kartu yang sudah berisi benang.
Penyusun benang yang sudah dimasukkan ke dalam
kartu dengan posisi yang berurutan pada sebuah spidol /
kayu, dimana kartu dengan angka kecil diletakkan diposisi
paling bawah dengan cara ditelungkupkan dimana angka
pada kartu berada di bawah.

Gambar 21. Penyusunan Kartu

selanjutnya setelah semua kartu sudah tersusun dengan


rapi, ikat kartu - kartu tersebut dengan hati - hati agar posisi
kartu terjaga, dan ikat benang pada spidol dengan kuat agar
saat proses menenun benang tidak lari - lari.

15
Gambar 22. Pengikatan Kartu

 Proses menenun searah.


Setelah semua benang sudah diikat selanjutnya spidol
dikaitkan pada paku / tempat yang mempermudah
pekerjaan, dan benang pada ujung lainnya kita ikatkan ke
pinggang menggunakan tali, ikat dengan kencang agar
benang yang akan ditenun meregang sehingga
menghasilkan tenunan yang rapi.
selanjutnya buka ikatan pada kartu dan mulai memutar
semua kartu ke arah depan, dan padatkan dengan pena /
penggaris, lalu masukkan bilah pertama pada bukaan
benang lungsi yang sudah di putar, lakukan pemutaran
yang sama hingga empat bilah terpasang semuanya.
setelah semua bilah terpasang maka kita kan mulai
memasukkan benang lungsi, selanjutnya padatkan, begitu
seterusnya sampai panjang tenunan sesuai panjang
pergelangan tangan kita.

16
Gambar 23 pemasangan tenunan pada paku atau setelah kayu.

Gambar 24 Proses Tenunan Searah.

17
Gambar 25 Hasil Tenunan Searah.

 Proses Tenunan Bolak Balik.


1. setelah tenunan searah sudah sesuai dengan
panjang yang kita butuhkan, berikutnya
dilanjutkan dengan teknik bolak balik, dimana
spidol dan bilah pada tenunan pertama kita buka
dan kita pindahkan ke bawah tenunan, dengan
teknik yang sama seperti tenunan sebelumnya, di
mana sebelum itu kartu - kartu tablet harus diikat
kembali terlebih dahulu.
2. berikutnya dilanjutkan dengan tenunan ke dua
dengan memasukkan ke empat bilah tersebut,
seperti tenunan awal, pada awal menenun posisi
sudut kartu yang runcing berada pada bagian
depan atas.
3. setelah keempat bilah terpasang, semua kartu di
putar ke arah depan dan bukaan benang lungsi
dipadatkan dengan pena, selanjutnya masukkan
benang pakan dan padatkan kembali dengan
pena. lakukan langkah yang sama hingga sudut
kartu yang runcing berada pada bagian depan
atas kembali.
4. selanjutnya, kartu no 1, 2 dan 19, 20 putar ke
arah depan, dan kartu no 2 -18 putar ke arah
depan, padatkan bukaan benang lungsi, dan

18
masukkan benang pakan, lakukan putaran yang
sama hingga sudut kartu yang runcing bertemu
kembali pada bagian atas depan. lakukan
langkah 3 dan 4 hingga panjang tenunan sesuai
keinginan kita.

Gambar 26 Hasil Tenunan Bolak Balik.

Saat memutar kartu, angka menghadap ke sebelah kiri.

2.1.5 Finishing.
Setelah panjang tenunan telah sesuai dengan keinginan selanjutnya
dilanjutkan dengan finishing, yaitu memotong tenunan dari sisa benang,
ujung tenunan harus ditutup dengan kain agar rapi, selanjutnya diberi
pengikat gelang sesuai keinginan kita.
Pengunci gelang / pengikat gelang banyak sekali yang dapat kita buat,
misalnya:
 Memeri gewang baju pada ujung gelang.
 Memberi pengunci dari besi.
 Memberi penempel kain (prepet).
 Membuat jalinan / ikatan, dan lainnya.

19
Dalam finishing tugas saya, saya membuat simpul dari jalinan tari agar gelang bisa
dibuka pasang dengan cara menarik sisi gelang.

Gambar 27 Finishing tenun Kartu.

20
2.2 Macrame.
2.2.1 Pengertian Macrame.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makrame
merupakan bentuk kerajinan simpul menyimpul dengan menggarap
rantaian benang awal dan akhir suatu hasil tenunan dengan membuat
berbagai simpul pada rantai benang tersebut. Sehingga terbentuk aneka
rumbai dan jumbai.
Dikutip dari buku Seni Makrame I, II, III (1986) karya Saraswati,
makrame adalah hasil kerajinan kriya tekstil dengan teknik simpul yang
menggunakan tali atau benang.
Secara Etimologis kata makrame berasal dari kata Arab “mucharam”
yang berarti susunan kisi-kisi.
Dalam bahasa Turki berasal dari kata “makrama” yang berarti
rumbai-rumbai atau juga ”migrama” yang artinya penyelesaian atau
penyempurnaan garapan lap dan selubung muka dengan.
Sumber lain mengatakan bahwa Makrame adalah kesenian
membuat anyaman simpul berbahan kain atau tali. Karena sifatnya yang
dekoratif, makrame dapat digunakan sebagai pajangan rumah atau,
dalam ukuran yang lebih kecil, sebagai aksesori busana.
Sementara itu, simpul adalah bentuk ikatan pada tali atau benang.
Ikatan ini dapat digunakan untuk barang-barang sesuai kebutuhan
ataupun hanya untuk estetika.
Sedangkan menurut Bandi Soban, mengungkapkan bahwa makrame
adalah kerajinan tangan simpul-menyimpul dengan menggunakan
berbagai macam benang. Selain itu, Cut Kamaril (2002: 4.73)
mengungkapkan bahwa makrame adalah membuat hiasan atau benda
pakai yang menggunakan bahan tali-temali dengan teknik pilin, anyam
atausimpul
Untuk dapat membuat makrame, seseorang perlu memiliki keahlian
menyimpul tali mulai dari dua buah tali, empat buah tali, dan sebagainya

21
untuk menghasilkan sebuah karya kerajinan tangan. Contoh hasil karya
makrame, yaitu gelang makrame, pita makrame, dan sebagainya.

Gambar 28 contoh produk macrame tas.

Gambar 29 contoh produk macrame gantungan pot bunga.

Gambar 30 contoh produk macrame gantungan dinding.

22
2.2.2 Sejarah Macrame.
Macrame diyakini berasal dari penenun Arab abad ke-13. Para
pengrajin Macramé membuat simpul dari banyak benang sampai tepi
kain dengan menggerak-gerakkan tangan hingga terbentuk anyaman
benang yang dekoratif berupa handuk, syal, dan kerudung. Kata
macramé berasal dari bahasa Arab migramah (‫)مقرمة‬, diyakini berarti
"handuk bergaris-garis", "hias pinggiran" atau "selubung bersulam."
Setelah penaklukan Moorish, seni dibawa ke Spanyol, dan kemudian
menyebar ke seluruh Eropa. Itu diperkenalkan ke Inggris pada masa
Maria II of England pada akhir abad ke-17. Para pelaut mengerjakan
kerajinan macramé sambil berlayar dan dijual atau diperdagangkan
ketika mereka mendarat, sehingga tersebarlah seni ini ke tempat-tempat
seperti Cina dan belahan dunia lainnya. Abad kesembilan belas pelaut
Inggris dan Amerika membuat tempat tidur gantung, bell fringe, dan ikat
pinggang dan disebut rajutan kotak, karena banyak menggunakan
simpul berbentuk kotak-kotak.
Macramé yang paling populer di zaman Victoria. Sylvia’s Book
Macramé Lace (1882), menjadi favorit, menunjukkan kepada
pembacanya bagaimana "mengerjakan banyak trimming dengan warna
hitam dan warna pilihan, baik untuk dipakai di rumah, taman pesta,
pantai, aksesories rumah-tangga dan lain-lain …"
Meskipun beberapa waktu kemudian kegemaran untuk macramé
memudar, tapi populer kembali, untuk membuat hiasan dinding, bahan
pakaian, seprai, celana pendek jean kecil, taplak meja, gorden,
gantungan tanaman dan perabotan lainnya. Perhiasan Macramé menjadi
populer di kalangan neo-hippie Amerika dan kerumunan grunge mulai
pada awal 70-an. Yang sangat dominan menggunakan simpul persegi
(square knot) dan simpul granny. Jenis ini sering dipakai untuk membuat
perhiasan tangan dengan manik-manik, kaca dan unsur-unsur alami
seperti tulang dan kulit. Kalung, gelang tangan dan gelang kaki telah
menjadi bentuk macramé yang populer. Seiring berkembangnya zaman,

23
maka penerapan seni macrame di aplikasikan dalam berbagai jenis
barang sesuai keperluan kita. Seperti tas macrame (kadang disebut tas
rajut karena motifnya mirip rajutan), dompet, ikat pinggang, bahkan
sepatu, sandal, dll, juga telah mengadopsi macramé. Meskipun tidak
disebut sebagai seni macramé (karena sebutan macramé belum begitu
populer di Indonesia, macrame lebih identik dengan anyaman), tapi
dilihat dari proses pengerjaannya, bisa dikategorikan sebagai macramé.
Yang membedakan adalah bahan, bentuk, motif dan hasil kreasinya.
2.2.3 Bahan dan Alat Pembuatan Macrame.
1. Bahan,
 bahan yang digunakan dalam pembuatan macrame adalah
benang, banyak jenis benang yang dapat dijadikan sebagai
produk macrame, namun dalam pengerjaan tugas kali ini
saya menggunakan benang katun macrame dengan diameter
3mm.

Gambar 31 Benang Katun Macrame.

 Kayu Macrame, karena tujuan dari pembuatan tugas ini


guna sebagai hiasan dinding. Maka kayu dijadikan bahan
untuk membuat / tempat gantungnya simpul macrame, kayu
macrame tang dipakai pada tugas ini yaitu dengan ukuran
30 cm. Dengan diameter 1,5 cm.

24
Gambar 32 kayu untuk Macrame.

2. Alat.
Alat utama yang digunakan dalam proses pembuatan macram yaitu:
 Gunting.

Gambar 33 Gunting

2.2.4 Proses Pembuatan Macrame.

Dalam pembuatan macrame untuk hiasan dinding. Langkah /


proses yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Membuat desain, yaitu memindahkan ide dan gagasan terhadap


karya macram yang akan kita buat / merupakan gambaran kerja.

25
Gambar 34 Sketsa Macrame
2. Memotong Benang.
Dalam pembuatan karya macrame saya memotong benang
sepanjang 2 m dengan jumlah 30 helai benang.
3. Selanjutnya membuat simpul kepala pada kayu. Simpul kepala
merupakan simpul dasar dalam pembuatan macrame.

Gambar 35 Pembentukkan simpul kepala

Gambar 36 Pembentukkan simpul kepala

26
Gambar 37 Hasil Simpul kepala

 Membuat simpul squer.

Gambar 38 Hasil Simpul squer

Pembuatan simpul macrame dilakukan pada seluruh


benang setelah menggunakan simpul kepala. Panjang
simpul squer di sesuaikan dengan motif yang telah kita buat.
 Membuat simpul ganda.

Gambar 39 ilustrasi pembuatan simpul ganda.

27
Dalam pembuatan tugas kali ini simpul ganda berperan
sebagai pembentuk dari hiasan macrame yang kita buat.
Pada tugas ini saya menggunakan simpul ganda untuk
membentuk garis / bentuk motif Love dan motif bunga
seperti desain saya sebelumnya.

Gambar 40 penggunaan simpul ganda sebagai pola motif

 Pengaplikasian simpul macrame dan squer di sesuaikan


dengan desain yang telah kita buat sebelumnya. Selanjutnya
agar macrame terlihat indah maka macrame diberi tali
gantungan, dalam pembuatan tali gantungan Macrame saya
menggunakan simpul tunggal.

Gambar 41 ilustrasi simpul tunggal

28
Gambar 42 Pengaplikasian simpul tunggal untuk tali gantungan macrame

 Setelah semua simpul telah diterapkan sesuai dengan mola


motif yang kita buat, maka macram sudah selesai, dan bisa
dilanjutkan pada tahap finishing.

Gambar 43 Macrame

29
2.2.5 Finishing.

Finishing Macrame Hiasan dinding dapat dilakukan dengan cara


memotong / merapikan benang bagian bawah membentuk lengkungan /
bentuk sesuai keinginan. Dalam pengerjaan macrame hiasan dinding
menggunakan dua teknik simpul (simpul squer dan simpul ganda) hal
inilah yang menyebabkan benang tidak sama panjang dan perlu
dirapikan, setelah benang dirapikan dengan gunting saya menyisir sisa
benang yang terjuntai agar sisa benang terlihat lebih halus dan rapi.

Gambar 44 Hasil Akhir Macrame hiasan dinding

30
2.3 Tenun ATBM

Menenun adalah menggabungkan benang lungsi dan pakan memanjang dan


melintang secara bergantian. Dalam pembuatan tenun biasanya orang
menggunakan alat tenun tradisional, dan alat tenun alat tenun bukan mesin
(ATBM). ATBM merupakan alat tenun untuk melakukan penenunan yang
digerakkan oleh manusia. Alat tenun ini dipakai untuk memegang helaian – helaian
benang lungsi sementara benang pakan dimasukkan secara melintang di antara
helaian – helaian benang lungsi.

Pola silang menyilang antara lungsi dan pakan disebut anyaman . sebagian besar
produk tenun dibuat dengan tiga teknik anyaman, yaitu anyaman polos, anyaman
kepar, dan anyaman satin.

Kain polos didapat dari hasil tenunan benang satu warna, ditenun memakai
benang warna – warni dengan desain yang artistik dan dekoratif.

Pembuatan tenun berkaitan erat dengan budaya, kepercayaan dan lingkungan


alam masing – masing daerah, serta ilmu pengetahuan masyarakat tersebut. Seni
tenun dalam Masyarakat selalu memiliki chiri khas yang direpresentasikan dari
budaya masyarakat tersebut.

Gambar 45 ATBM

31
Gambar 46 kain tenun

2.3.2 Sejarah Tenun ATBM

ATBM pada mulanya diciptakan oleh insinyur di Textiel Inrichting Bandoeng


(TIB) pada tahun 1912, sehingga alat ini juga dikenal sebagai alat tenun model TIB.
Alat ini pertama kali digunakan di Kabupaten Wajo pada tahun 1950-an untuk
memproduksi kain sarung Samarinda.

Sejarah tenun ikat di Indonesia dimulai saat Indonesia berada di bawah


pengaruh budaya asing yang berasal dari daratan tenggara asia dan bahkan lebih
jauh lagi. Hal tersebut dikarenakan letak Indonesia yang berada di persimpangan
jalur migrasi kuno sehingga menjadi rute perdagangan melalui Asia dan Pasifik.
Negara-negara lain yang singgah di Indonesia seperti Cina, India, Persia, Mesir,
dan Eropa membawa budaya mereka dan pada akhirnya memberikan pengaruh bagi
budaya Indonesia.

Di Indonesia seni tenun telah dikenal sejak zaman nenek moyang. Kepandaian
menenun diperkirakan sudah dibawa oleh nenek moyang kita bangsa Austronesia
atau yang disebut juga Malayo-Polynesia. Pada masa bercocok tanam, manusia
mulai hidup menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat-tempat
tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga. Pada

32
masa ini manusia terutama kaum wanita mulai mengenal kegiatan lain di luar sektor
pertanian, seperti membuat barang dari anyaman daun-daunan, serat pohon, dan
serat kayu. Dasar pengetahuan anyam-menganyam ini merupakan dasar dari cara-
cara menenun membuat pakaian yang mempunyai prinsip menjalin bagian yang
lurus atau vertikal dengan bagian yang melintang atau horisontal. Cukup banyak
jumlah temuan para ahli dalam bidang arkeologi yang dapat dipakai sebagai
petunjuk, bahwa tenun sudah sejak lama dikenal dan dikerjakan di Indonesia, serta
merupakan salah satu kebudayaan yang dapat dibanggakan. Temuan-temuan atau
berbagai petunjuk ini ada yang berupa alat-alat untuk keperluan memintal dan
menenun, seperti dalam situs megalitik di desa Cibuntu dalam ekskavasi Teguh
Asmar di Kuningan Cirebon.

Selain itu berbagai ekskavasi situs penguburan seperti situs Gilimanuk di Bali
ditemukan sebuah fragmen sarung belati dari kayu yang terdapat cap (teraan)
tenunan, serta ditemukan pula tiga buah kapak perunggu yang diduga merupakan
perlengkapan alat tenunan. Situs Gunung Wingko di Yogyakarta ditemukan
kepingan-kepingan tembikar atau kerèwèng, beberapa kepingan tembikar tersebut
setelah direkonstruksikan berbentuk periuk belanga dan mangkok sebagai tempat
atau wadah untuk menyimpan benda-benda cair. Pada kepingan-kepingan tembikar
tadi terdapat hiasan berupa garis-garis lurus, lekuk-lekuk yang menyerupai motif
kain tenunan dan dibentuk dengan goresan kayu kecil serta goresan ujung kerang
yang ditekan pada tanah liat yang masih basah.

Selain bukti peninggalan fisik berupa prasasti, arca maupun relief, adanya
berbagai macam cerita rakyat seperti Nyi Pohaci dari Jawa Barat serta cerita dari
Batak Toba, Dewi Si Boru Daek juga dapat digunakan sebagai petunjuk tentang
adanya tradisi menenun di Indonesia. Cerita-cerita tersebut menyebutkan tentang
adanya penggunaan alat tenun yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para
wanita.

Di pulau Jawa, kerajinan tradisional tenun gendhong terdapat di beberapa daerah,


tetapi akhir-akhir ini dapat dikatakan kerajinan tersebut hanya dikerjakan di
beberapa desa, khususnya di daerah Solo, Yogya, dan Tuban. Berbagai macam kain

33
tenun yang ada di Indonesia antara lain tenun lurik, tenun ikat, dan tenun songket.
Salah satu hasil tenun yang sangat sederhana, baik dalam penampilan maupun
dalam pengerjaannya adalah kain lurik.Meskipun sangat sederhana namun kain
lurik ini sarat dengan berbagai makna.

2.3.3 Pengetahuan Bahan Dan alat

1. Bahan.

Bahan utama yang digunakan dalam pengerjaan tenun ATBM ini yaitu
benang katun dengan merek lifung.

Gambar 47 benang katun

2.Alat.

 Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Gambar 48 ATBM

34
 Hani

Gambar 49 Hani

 Teropong pipih.

Gambar 50 teropong pipih

 Gunting

Gambar 51 gunting

 Pengait / penyucuk.

Gambar 52 penyucuk

35
 Meteran.

Gambar 53 Meteran

 Jarum jahit tangan.

Gambar 54 jarum jahit

 Jarum rajut.

Gambar 55 jarum jahit

2.3.4 Proses Pembuatan Tenun ATBM

Proses pembuatan tenun ATBM tas ponsel.

1) Membuat pola tenunan ATBM.

36
Gambar 56 Pola tenuan.
2) Memotong benang lungsi.
Dalam pengerjaan tenun ATBM untuk tas hp dengan ukuran
lebar 12 cm.
1 cm = 4 lubang mata gun – 1 lubang = helai benang.
12 cm = 12 x 4 lubang = 48 lubang
Lubang sisir 1,2,47 dan 48 + 2 helai benang = 8 helai benang
Jadi 12 cm x 4 lubang = 48 lubang x 2 helai benang = 96
helai benang + 8 benang (lubang 1,2, 47,48) =104 benang.

Jadi benang yang akan dipotong sebanyak 104 helai


benang. Pemotongan warna benang disesuaikan dengan pola
yang telah dibuat.

3) Menghani.
Adalah proses pembuatan helaian-helaian benang untuk di
jadikan lungsi pada alat yang dinamai alat hani. Teknik
pengerjaan menghani sebagai berikut:
 Membuat pola ukuran panjang lungsi pada alat hani, dengan
mengikuti pola kemudian benang diurai menjadi helaian-
helaian.
 Membuat benang lungsi sesuai dengan panjang pola ukuran
jumlah benang lungsi.
 Membuat silangan pada benang lungsi.

37
Gambar 57 proses mengahani.
4) Memasang benang lungsi pada bum lungsi.
Memasang benang lungsi pada alat tenun adalah memasang
helaian - helaian benang yang akan dijadikan benang lungsi pada
Alat Tenun Bukan mesin pada bum benang lungsi.

Gambar 58 proses pemasangan benang lungsi.


5) Penyucukan mata gun / memasukkan benang pada mata gun.
6) Penyucukan pada sisir / memasukkan benang pada sisir, sesuai
dengan corak tenun.
7) Mengikat benang lungsi pada bum kain.
8) Proses Menenun.

Gambar 59 proses penenunan


Membuat tenunan selebar 5 cm untuk acuan awala agar
tenuanan selanjutnya rata.

38
Dalam pembuatan tenunan ini saya menggunakan corak:
1. Corak rata, dengan menurunkan lum mata gun 1.3 dan 2,4
secara berulang kali.
2. Corak satin, dengan menurunkan lum mata gun 123, 234,
134,124.
3. Corak kepar, dengan menurunkan lum mata gun 34,12,23,14

Gambar 60 hasil tenunan pada alat

9). Melepaskan tenunan dari alat.

Gambar 61 hasil tenunan yang sudah di potong

39
2.3.5 Finishing

1) memasang furing tas, menggunakan tusuk jelujur.

Gambar 62 hasil pemasangan furing tas.

2) Menyatukan Sisi Luar tas dengan tusuk feston.

Gambar 63 proses menyatukan bagian tas

Gambar 64 proses hasil jahitan

40
3) menyimpul sisa benang agar benang pakan tidak lepas.

4) membuat tali tas dengan cara direnda.

Gambar 65 tali tas.

Gambar 67 proses pembuatan renda tali tas

5) memberi renda pada keliling sisi tas dan memberi


gewang batok.

Gambar 68 hasil jadi tas tenun ATBM

41
2.4 Tapestry

2.4.1 Pengertian Tapestry

Tapestri adalah suatu karya pertenunan dari benang berwarna dan tidak
berwarna (natural) yang biasa difungsikan untuk bahan penutup lantai (karpet),
pembungkus mebel dan untuk bahan penutup dinding/hiasan dinding Kata Tapestri
diambil dari bahasa Perancis Tapiesserie yang berarti penutup lantai atau bahasa
Latin Tapestrum, sejenis sulaman yang memiliki banyak teknik. Karya tenunan
Tapestri dapat digunakan sebagai benda seni maupun benda yang memiliki fungsi
pakai. Sebagai benda seni tapestri dapat dilihat berupa hiasan dinding dan sebagai
benda pakai tapestri dapat berupa korden, permadani atau karpet, dan keset.
Tapestri sendiri adalah sebuah teknik membuat karya tekstil dengan cara menenun
benang-benang, serta-serat, dan bahan lain seperti kayu, logam, dan rotan dalam
satu komposisi benda yang memiliki fungsi seni dan pakai.

Karya tenun Tapestri memiliki keindahan dan bentuk yang unik karena jalinan
tenunan benang-benang aneka warna yang menutupi bidang gambar dan paduan
unsur-unsur bahan lain. Pada umumnya tenunan tapestri akan tampil dalam bentuk
gambar-gambar dekoratif. Selain itu hasil karya tapestri dapat juga dibuat dengan
menggunakan bahan-bahan lain seperti serat-serat alam yang tampil alami maupun
yang diberi warna.

Struktur bentuk tapestri terdiri dari tenunan benang lungsi dan pakan yang
dibuat menjadi barang atau benda seni tertentu.Benang lungsi adalah jalinan
benang-benang yang menghadap kearah vertikal sedangkan benang-benang pakan
adalah benang yang mengarah horisontal dan menjadi bagian dari benang yang
membentuk bidang gambar tertentu

2.4.2 Sejarah Tapestry

Tapestri pertama kali dikenal sebagai tradisi menenun kain di Eropa pada
abad ke 12 dan 13 dengan produk permandani yang digantung di dinding istana dan
kastil guna mempertahankan kehangatan ruang di musim dingin. Tapestri dibuat
dengan teknik dasar tapestri dan teknik dekoratif aplikatif.

42
Kebanyakan penenun tapestry menggunakan benang lungsin berbahan alami
seperti benang linen atau benang katun. Benang pakan yang dipakai berupa benang
wol atau benang katun, namun bisa pula benang sutra, benang emas, benang perak,
atau alternatif media lain. Tapestry telah diproduksi dan digunakan sejak zaman
Helenis. Contoh kerajinan tapestry Yunani yang pernah ditemukan berasal dari
abad ke-3 SM dalam kondisi terawetkan di gurun Tarim Basin. Kerajinan tapestry
mencapai tahap baru produksi massal di Eropa pada awal abad ke-14 Masehi.
Gelombang pertama produksi berasal dari Jerman dan Swiss. Seiring waktu,
kerajinan diperluas ke Prancis dan Belanda.

Konotasi istilah tapestry ini juga digunakan untuk menggambarkan hasil


kerajinan tekstil yang dibuat pada perangkat tenun Jacquard. Sebelum tahun 1990-
an, tapestry yang terkenal Abad Pertengahan telah diproduksi dengan menggunakan
teknik Jacquard. Namun pada abad modernisasi, artis seperti Chuck Close dan
Magnolia Editions telah mengadaptasi proses Jacquard yang terkomputerisasi
untuk menghasilkan karya seni rupa yang indah memukau.

2.4.3 Pengetahuan Bahan Dan alat

1. Bahan.

 Benang wol, sebagai benang pakan.

Gambar 69 Benang wol

43
 Benang dengan merek sikat gigi sebagai benang lungsi.

Gambar 70 Benang merek sikat gigi

2. Alat.

 Spanram / ram kayu dengan berbentuk persegi.

Gambar 71 Gambar Spanram / ram kayu

 Gunting.

Gambar 72 Gambar Gunting

44
2.4.4 Proses Pembuatan Karya

1) Mencari desain, memilih salah satu karakter kartun.

Gambar 73 Sketsa tenun Tapestri


2) Memasang benang lungsi pada spanram / kayu, pemasangan benang
harus regang agar hasil menjadi rapi.
3) Menempelkan / menjiplakkan gambar pada benang lunsi.
4) Membuat soumak pengunci sekitas 2 cm dari bagian bawah kayu.
5) Memulai membuat latar dengan menggunakan soumak, hingga
sesuai batas pada desain yang ditempel pada kayu.

Gambar 74 ilustrasi pembuatan corak soumak.


6) Memulai membuat objek dengan menggunakan corak giordes.
Dalam pemasangan corak giordes untuk objek dan corak soumak
untuk latar, agar tidak terjadi celah maka kedua corak ini haris
dikilim dan saling dikaitkan, agar tapestri menjadi padat dan rapi.

45
Gambar 75 corak giordes

7) Lakukan pemasangan corak yang sama hingga semua desain tertutup


dan tidak terlihat lagi.

Gambar 76 corak proses pembuatan tapestry

8) Selanjutnya setelah semua desain tertutup tenun tapestri diberi


soumak pengunci kembali agar tenunan tidak lepas.

46
Gambar 77 tapestri yang sudah diberi soumak pengunci.

2.4.5 Finishing

1) Merapikan dan membentuk karakter kartun, dan memberi hiasan


pada wajah.

Gambar 78 tapestri yang sudah dibentuk dan dirapikan


2) Melepaskan tapestri dari ram.

Gambar 79 tapestri yang sudah Dilepaskan dari ram.

47
3) Memasang Bingkai.

Gambar 80 tapestri yang sudah dibingkai

2.5 Batik Tulis.

2.4.1 Pengertian Batik Tulis

Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu”tik” yang berarti
titik / matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah
”batik” (Indonesia Indah ”batik”, 1997, 14). Di samping itu mempunyai pengertian
yang berhubungan dengan membuat titik atau meneteskan malam pada kain mori.
Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik
sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa, para penulis terdahulu
menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata”Batik” akan
tetapi seharusnya”Bathik”. Hal ini mengacu pada huruf Jawa ”tha” bukan ”ta” dan
pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan
salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan
suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu
yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara pengambaran motif pada kain ialah
melalui proses pemalaman yaitu mengoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada
wadah yang bernama canting dan cap.

48
Secara esensial, batik diartikan sebagai sebuah proses atau teknik menahan
warna dengan menggunakan lilin malam. Artinya, batik adalah sebuah proses
menahan warna dengan memakai lilin malam secara berulang-ulang di atas kain.

Batik tulis adalah suatu teknik melukis di atas kain, dimana kain tersebut akan
dihias dengan tekstur dan corak batik dengan menggunakan tangan. Dalam
pembuatan batik tulis digunakan alat yang dinamakan canting. Batik tulis
merupakan batik yang didalam pembuatannya diperlukan keahlian, pengalaman,
ketelitian, kesabaran dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan batik tulis.
Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan

Gambar 81 Proses pembuatan batik tulis

2.4.2 Sejarah Batik

Batik adalah budaya khas bangsa Indonesia yang sudah dikenal sejak jaman
dulu dan diwariskan secara turun temurun. Masyarakat Dunia mengakui bahwa
batik adalah milik bangsa Indonesia karena adanya pengakuan dari UNESCO. Batik

Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan


budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible
Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.

Semenjak penetapan sebagai warisan budaya, orang Indonesia semakin gemar


mengenakan batik. Dimana-mana orang berpakaian batik. Banyak instansi baik

49
pemerintah maupun swasta yang mewajibkan karyawannya mengenakan batik.
Sekolah-sekolah mewajibkan muridnya juga mengenakan seragam batik. Batik
menjadi semakin dekat dengan masyarakat Indonesia. Pemakaian kain batik dan
kain-kain bermotif batik semakin luas dan berkembang. Dari yang sebelumnya
hanya sebagai pakaian, kini beragam benda dan aksesoris ramai mengangkat motif
batik.Sebagai warisan budaya bangsa, seharusnya kita mengerti sejarah munculnya
batik di Indonesia. Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik
di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini
kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di
sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda)mengatakan bahwa sebenarnya sebelum
ada pengaruh India datang ke Indonesia, Nusantara telah memiliki 10 unsur
kebudayaan asli yaitu, wayang, gamelan, puisi, pengecoran logam mata uang,
pelayaran, ilmu falak, budidaya padi, irigasi, pemerintahan, serta batik. Sedangkan
F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari
daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah
tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki
tradisi kuna membuat batik.Sehigga teori-teori tersebut menolak mentah-mentah
bahwa batik berasal dari India Selatan.Jika kita perhatikan relief-relief yangpada
candi Prambanan dan juga Candi Borobudur terdapat ukiran-ukiran yang
memperlihatkan motif-motif serupa motif batik.Hal itu menunjukkan, bangunan-
bangunan yang sudah berdiri semenjak abad ke-8 ini sudah menunjukkan adanya
motif batik yang pengaruhnya ada hingga sekarang.

Pada jaman Hindu sekitar abad XIII di Jawa Timur keberadaan seni batik dapat
dilihat pada busana atau pakaian yang dihias dengan motif-motif yang digunakan
pada arca yang terdapat pada bangunan candi. Hal itu menunjukkan batik sudah ada
dengan berbagai simboliknya mencerminkan norma-norma serta nilai budaya suatu
kelompok. Perangkat lambang dalam busana tidak sekedar mengandung makna,
melainkan juga menjadi perangsang untuk bersikap sesuai dengan makna lambang
tersebut (Condronegoro,1995:1)Seperti contohnya dapat dilihat pada beberapa

50
relief di Jawa Timur dalam hal ini adalah candi Penataran. Pada masa itu sudah
dikenal bentuk kain model ‘kemben’ yang tentunya dihias dengan motif, karena
reliefnya sendiri sudah tampak aus(Hari Lelono, 1999:109).

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan


Majapahit. Di Solo terkenal ada kampung bernama Laweyan. Berdirinya kampung
Laweyan ini erat kaitannya dengan jatuhnya kekuasaan Majapahit ke tangan
Kerajaan Islam yaitu Demak, Pajang dan Mataram sekaligus menjadi simbol
pelestarian budaya membatik tinggalan Majapahit. Batik yang dikembangkan di
Laweyan tak lepas dari perkembangan batik Majapahit yang dibangun oleh Adipati
Kalang pada masa pemerintahan Majapahit. Adipati Kalang saat itu menguasai
industri batik di wilayah Mojokerto dan menolak tunduk pada Majapahit. Adipati
Kalang kemudian diserang lalu dihancurkan oleh Majapahit, beberapa ahli seni
batiknya dibawa ke Keraton Majapahit dan kemudian mengajarkan batik kepada
kawula Majapahit sehingga dijadikan seni rahasia Istana.

Batik menjadi produksi paling utama di Jawa. Perkembangan Batik menjadi amat
kuat setelah ditemukannya metode penanaman serat kapas (ciam) dari tanaman
Jong yang sangat ahli dilakukan oleh orang-orang Cina di Pekajangan (Pekalongan)
pada tahun 1880. Ditemukannya serat ini membuat jiwa dagang orang Pekalongan
tumbuh.

Banyak dari saudagar-saudagar Pekalongan baik keturunan Cina atau Jawa asli
yang berpindah ke Solo dan membangun usaha Batik. Kemudian pada tahun 1898,
Sunan Pakubowono X, Raja Solo yang baru diangkat beberapa tahun sebelumnya
memerintahkan dibangun sebuah sentra perdagangan sekaligus koperasi-koperasi
bagi usaha Batik. Konsep Koperasi menjadi obsesi Sunan Solo setelah membaca
sebuah buku tentang Koperasi di Inggris tentang industri tekstil. Atas titah Sunan
inilah kemudian berdiri puluhan koperasi di Solo. Lantas kemudian diikuti
berdirinya koperasi diluar wilayah Voorstenlanden (Solo dan Yogya) yaitu di
Pekalongan, Semarang dan Cirebon.

51
2.4.3 Pengetahuan Bahan Dan alat

1. Bahan.

 Lilin / malam

Gambar 82 malam / lilin batik

 Mori (primisima).

Gambar 83 mori

 Warna sintetis.
1. Remazol.

Gambar 84 Remazol

52
2. Naptol, garam diazo, kostik soda dan Tro (pewarna Celup)

Gambar 85 Naptol, garam diazo, kostik soda dan TRO

Naptol merupakan pewarna, garam sebagai pengunci warna, kostik


untuk melarutkan naptol, dan tro untuk membuka pori – pori kain.
 Water glass.
Merupakan pengunci warna Remazol.

Gambar 86 waterlas

2. alat.
 Canting , alat untuk menulis malam pada kain. Terdiri atas tiga:
1. Canting klowong, untuk membuat pola motif.
2. Canting isen, untuk membuat isian.
3. Canting tembok, untuk memblok.

53
Gambar 87 canting klowong, isen dan tembok.

 Kompor dan wajan


Untuk memanaskan dan menaruh lilin / malam.

Gambar 88 wajan dan kompor batik

 Catond bud.
Untuk mencolet dan memberi waterglas.

Gambar 89 caton bud.

 Alat tulis (pensil untuk membuat desain).

54
 Wadah kecil untuk meletakkan warna dan waterglass

Gambar 90 wadah kecil

 Bangku / dengklik, untuk duduk saat mencanting.

Gambar 91 Dengklik plastik

 Alas membatik , untuk melindungi paha dari tetesan lilin, dapat


berupa kertas, kain atau sebagainya.
 Kertas untuk mendisain.

Gambar 92 Kertas HVS

55
 Baskom / bak pencelupan, untuk mencelup kain batik.

Gambar 93 Baskom

 Dandang Besar untuk melorod.

Gambar 94 dandang untuk melorot.

2.4.4 Proses Pembuatan Karya

1) Mendisain motif alas meja dengan ukuran 115 x 50 cm. Mendisain


merupakan pemindahan ide dan gagasan pada suatu kertas guna
memperoleh gambaran kerja.

56
Gambar 95 desain batik tulis.

2) Menjiplak, merupakan kegiatan memindahkan motif ke atas kain mori.

Gambar 96 Menjiplak

3) Mencanting dengan canting klowong, yaitu kegiatan menuliskan /


mengikuti pola motif di atas kain.

Gambar 97 Mencanting

57
4) Mengisen, merupakan kegiatan mencanting dengan menggunakan
canting isen untuk membuat isian pada pola batik.

Gambar 98 Mengisen
5) Mencolet, adalah proses pemberian warna pada bidang motif, sesuai
keinginan.

Gambar 99 Mencolet

6) Memfiksasi, adalah proses penguncian warna dengan menggunakan


waterglass, agar warna yang ada pada kain tetap bertahan.

Gambar 100 mengunci warna

58
7) Setelah kain di waterglass dan diangin – anginkan , setelah itu bilas kain,
dan diangin -anginkan kembali hingga kering

Gambar 101 membilas kain.


8) Setelah kain kering dilanjutkan dengan proses menembok, menutup
bagian motif dengan lilin menggunakan canting tembok.

Gambar 102 menembok


9) Mencelup yaitu memberi warna dasar pada kain batik dengan tahapan:
1. Ember pertama berisi larutan tro, hal ini bertujuan untuk membuka
pori – pori kain agar mudah menyerap warna.

Gambar 104 mencelup dengan tro


2. Ember kedua berisi larutan garam diazo dan kostik untuk
memperkuat warna pada kain batik.

59
Gambar 105 mencelup dengan garam diazo

3. Ember ketiga berisi larutan Naptol, yaitu untuk mewarnai batik.

Gambar 106 mencelup dengan naptol

 Membilas kain
 Selanjutnya kain di gantung untuk mengeringkan.
 Setelah agak mengering dilanjutkan dengan merendam kain
kedalam larutan tepung kanji.

Gambar 107 merendam dalam tepung kanji.

60
 Melorot, yaitu melepas lilin pada kain.

Gambar 108 melorod

 Membilas, menghilangkan lilin.

Gambar 108 membilas

Gambar 109 hasil karya batik

61
2.4.5 Finishing

Finishing tugas batik tulis dilakukan dengan cara memberi renda di sekeliling
kain batik agar terlihat rapi dan indah.

Gambar 110 finising karya batik

62
BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan
Produk tekstil tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari – hari . dapat
dikatakan bahwa tekstil mengambil peran terbesar dalam kehidupan, karna
bahan tekstil dapat dimanfaatkan sebagai pakain hingga hiasan.
Kemajuan teknologi saat ini dapat menciptakan produk tekstil yang
beraneka ragam. Kini tekstil sejalan dengan dunia fashion.
Banyak teknik dan jenis karya tekstil yang dapat kita pelajari, mulai dari
tenun kartu, macrame, tenun ATBM, tapestry, batik dan banyak lagi yang
lainnya.
B. Saran
Penulis menyadai banyak kesalahan dalam laporan ini untuk itu penulis
meminta kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan kedepannya. Semoga dengan mempelajari
tekstil kita dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan.

63
DAFTAR PUSTAKA

Seluruh file materi yang ada di elarning

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tekstil

https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/2020/11/07/184500869/
tapestri--pengertian-alat-dan-bahan-membuatnya

https://dosenpintar.com/pengertian-batik/

64

Anda mungkin juga menyukai