Anda di halaman 1dari 73

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI

PT. BAMA PRIMA TEXTILE


SEBAGAI PRODUK KRIYA TEKSTIL

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Pendidikan Diploma II (D-2)


Program Studi Teknik Grafika Konsentrasi Desain Kriya Tekstil
Smester IV

Disusun Oleh :

Nur Hadi Fauzan

1614050125

PROGRAM STUDI DI LUAR DOMISILI


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
AKN KOTA PEKALONGAN
2016
PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI
PT. BAMA PRIMA TEXTILE
SEBAGAI PRODUK KRIYA TEKSTIL

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Pendidikan Diploma II (D-2)


Program Studi Teknik Grafika Konsentrasi Desain Kriya Tekstil
Smester IV

Disusun Oleh :

Nur Hadi Fauzan

1614050125

PROGRAM STUDI DI LUAR DOMISILI


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
AKN KOTA PEKALONGAN
2016

i
PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI
PT. BAMA PRIMA TEXTILE
SEBAGAI PRODUK KRIYA TEKSTIL

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Pendidikan Diploma II (D-2)


Program Studi Teknik Grafika Konsentrasi Desain Kriya Tekstil

Disahkan pada tanggal...................................

Pembimbing I Pembimbing II

Nova Hariyanto S.Sn Ir. Siti Wartiningsih, M.Pd


NIP : 198311262014021002 NIP : 196502271999032002

Pembimbing Industri

Hasan Sungkar
Kabag. R & D

ii
MOTTO

Masa depan selalu dimulai dari sekarang (Mark Strand)

Berusahalah untuk tidak menjadi sukses, tetapi menjadi berguna

(Albert Einstein)

Janganlah meminta beban yang ringan, tapi mintalah bahu yang kuat

(Mario Teguh)

PERSEMBAHAN

Kedua orang tua dan segenap keluarga tercinta yang selalu mendukung baik

secara mental maupun material.

Almamater tercinta.
KATA PENGANTAR
iii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat

dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Shalawat

beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kepada umatnya hingga akhir

zaman, amin. Penulisan laporan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar Diploma Muda pada Program Studi Desain Grafika

Konsentrasi Desain Kriya Tekstil, AKN Kota Pekalongan PDD Politeknik Negeri

Jakarta.Judul yang penulis ajukan adalah Pemanfaatan Limbah Industri PT.

Bama Prima Textile Sebagai Produk Kriya Tekstil. Dalam penyusunan dan

penulisan laporan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta

dukungan dari beragai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan

senang hati mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Rusydi Bachmid, selaku General Manager PT. Bama Prima Textile,

yang telah menyediaka media kepada penulis untuk memperoleh data yang

diperlukan dalam penyusunan laporan ini.

2. Bapak Anis Sungkar, selaku Manager Produksi PT. Bama Prima Textile.

3. Bapak Fauzi Dahrudj, selaku Manager Keuangan dan Administrasi PT.

Bama Prima Textile.

4. Ibu Nafi Mustakhiroh, selaku Kepala Bagian Personalia PT. Bama Prima

Textile.
5. Bapak Hasan Sungkar, selaku Pembimbing di Industri dan Kepala Bagian

R&D PT. Bama Prima Textile.

6. Bapak Eling Prasetyo, selaku Staf Desain


iv PT. Bama Prima Textile.

7. Bapak Abdul Hanan, selaku Staf Desain PT. Bama Prima Textile.

8. Bapak Primanggala, selaku Staf Desain PT. Bama Prima Textile.

9. Bapak Subagyo, selaku Kepala Bagian Tenun/Weaving PT. Bama Prima

Textile.

10. Segenap Staf dan seluruh Karyawan-karyawati PT. Bama Prima Textile,

terima kasih atas bantuan dan waktu yang diluangkan guna mendapatkan

data primer untuk kelengkapan data dalam penyelesaian laporan ini.

11. Bapak Drs. Muhajir, M.si. selaku Koordinator AKN Kota Pekalongan.

12. Bapak Sunarto S.Pd, selaku Bidang Akademik AKN Kota Pekalongan.

13. Ibu Ir. Siti Wartiningih, M.Pd. selaku Ketua Progam Studi dan Dosen

Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan laporan ini.

14. Bapak Nova Hariyanto S.Sn, selaku Dosen Pembimbing, yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan laporan ini.

15. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Negeri Jakarta.

16. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik STTT Bandung.

17. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf AKN Kota Pekalongan.

18. Orang tua serta keluarga atas doa restunya .


19. Teman-teman AKN Kota Pekalongan khususnya Program Studi Desain

Kriya Tekstil.

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang banyak

memberikan bantuan untuk menyelesikan laporan ini.

v
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan

masih banyak kekurangan yang belum bisa penulis lengkapi, untuk itu dengan

segala kerendahan hati kepada semua pihak agar memberikan saran dan kritik

yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis juga

berharap laporan ini dapat memberikan manfaat yang dapat digunakan oleh

pembaca dan penulis khusunya. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT

akan membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan baik materi maupun moril kepada penulis dalam menyelesaikan laporan

ini.

Pekalongan, Juni 2016

Penulis
DAFTAR ISI
vi

JUDUL ...........................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................................................
iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................
iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL...............................................................................................
vi
DAFTARGAMBAR...........................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi masalah
3
1.3 Rumusan Masalah
4
1.4 Pemecahan Masalah
4
1.5 Tujuan
4
1.6 Manfaat
5
1.7 Sistematika penulisan
6

BAB IILANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Kerajinan Kriya Tekstil

7
2.1.1 Konsep Dasar Kerajinan Kriya Tekstil

7
2.1.2 Prinsip - Prinsip Kriya Tekstil

8
2.1.3 Jenis - Jenis Seni Kriya Tekstil

9
2.1.4 Macam - Macam Kerajinan Kriya Tekstil

13
2.1.5 Fungsi Kerajinan Kriya Tekstil

21
2.2 Sarung

22

2.2.1 Pengertian Sarung


.....................................................................................................
.....................................................................................................
22
2.2.2 Sejarah Sarung
.....................................................................................................
.....................................................................................................
22
2.3 Seni Kerajinan Kain Perca

25
vii
2.3.1 Sejarah Kerajinan Kain Perca
.....................................................................................................
.....................................................................................................
26
2.3.2 Bentuk Guntingan Kain Perca
.....................................................................................................
.....................................................................................................
28
2.3.3 Teknik Jahitan dalam Kerajinan Kain Perca
.....................................................................................................
.....................................................................................................
29
2.3.4 Cara Memanfaaatkan Kain Perca
.....................................................................................................
.....................................................................................................
35
2.4 Cara Memulai Usaha Kerajinan Kain Perca

36

2.5 Profil PT. Bama Prima Textile


38
2.6 Tenun

39
2.7 Limbah Industri di PT. Bama Prima Textile
40

BAB III METODE PERANCANGAN


3.1 Desain Kerajinan Kriya Tekstil
42
3.2 Bahan dan Alat Pembuatan Produk Kerajinan Kriya Tekstil
43
3.3 Totebag
44
3.4 Bros

47
3.5 Kalung

48
3.6 Bando (Hair Band)

49
3.7 Konsep Berkarya
51
3.8 Proses Berkarya
51
3.8.1 Identifikasi masalah

51
3.8.2 Pencarian Ide

52
3.8.3 Persiapan Peralatan

52
3.8.4 Rough Sketch

54
3.8.5 Proses Perancangan dan Membangun Karya

54
3.8.6 Target Market

55
3.8.7 Strategi Pemasaran Kerajinan Kriya Tekstil

55

BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan
.................................................................................................................
.................................................................................................................
51
5.2 Saran
.................................................................................................................
.................................................................................................................
52

DAFTAR PUSTAKA
53

DAFTAR GAMBAR

viii
Gambar 2.1 Seni Kriya Kayu...................................................................... 9
Gambar 2.2 Seni Kriya Tekstil.................................................................... 10
Gambar 2.3 Seni Kriya Keramik................................................................. 11
Gambar 2.4 Seni Kriya Logam.................................................................... 11
Gambar 2.5 Seni Kriya Kulit....................................................................... 12
Gambar 2.6 Seni Kriya Batu....................................................................... 13
Gambar 2.7 Kerajinan Batik........................................................................ 13
Gambar 2.8 Kerajinan Sulam...................................................................... 14
Gambar 2.9 Kerajinan Jahit Kain Perca...................................................... 15
Gambar 2.10 Kerajinan Jahit Tindas............................................................. 16
Gambar 2.11 Kerajinan Cetak Saring............................................................ 17
Gambar 2.12 Kerajinan Tenun....................................................................... 17
Gambar 2.13 Kerajinan Tapestry................................................................... 18
Gambar 2.14 Kerajinan Makrame................................................................. 20
Gambar 2.15 Sarung Tenun PT. Bama Prima Textile.................................... 39
Gambar 2.16 Limbah Leno di Mesin Rapier................................................. 41
Gambar 2.17 Limbah Kain Perca.................................................................. 41
Gambar 3.1 Totebag.................................................................................... 44
Gambar 3.2 pola Totebag............................................................................. 45
Gambar 3.3 Bros.......................................................................................... 47
Gambar 3.4 Pola Bros................................................................................. 47
Gambar 3.5 Contoh Kalung dari Kain Perca............................................... 48
Gambar 3.6 Bando (Hair Band).................................................................. 49

ix
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan

sedemikian pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan

industri, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju,

terutama dalam hal industri tekstil. Permasalahan lingkungan saat ini yang

dominan salah satunya adalah limbah yang berasal dari industri. Limbah yang

tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada lingkungan. Alam

memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila

jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang cukup besar akan

menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena dapat mengakibatkan

terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan sehingga limbah tersebut

dikatakan telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah

limbah yang dihasilkan industri sebelum di buang.Kegiatan industri disamping

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah

sebagai pencemar lingkungan. Pengolahan lingkungan hidup merupakan

kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri dan

masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting mengingat Indonesia sebagai

negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat

dikategorikan sebagai negara semi industri. Salah satunya adalah industri tekstil

yang tersebar diberbagai wilayah, yang mampu menghasilkan aneka ragam

produk tekstil seperti sarung,

1
2

kain untuk bahan pakaian, handuk, benang, kain kasur dan lain-lain. PT Bama

Prima textile adalah salah satu industri texstile yang memproduksi kain sarung

palekat. Kegiatan proses produksi yang berlangsung tersebut menghasilkan

sampah yang mayoritas berupa sampah an organik yakni sampah dari sisa-sisa

produksi seperti sisa benang, kain potongan,kones bekas gulungan benang, kardus

bekas pengepak benang, dan masih banyak jenisnya lagi. Barang-barang sisa

tersebut apabila dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar melalui upaya daur

ulang menjadi produk yang memiliki nilai jual maka akan dapat memberi

keuntungan dan mengatasi berbagai masalah ekonomi setempat.

Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini, kemunculan berbagai

perusahaan baik kecil maupun besar sudah merupakan fenomena yang biasa.

Fenomena ini mengakibatkan tingkat persaingan antar perusahaan menjadi

semakin ketat. Persaingan bagi perusahaan dapat berpengaruh positif yaitu

dorongan untuk selalu meningkatkan mutu produk yang dihasilkan, akan tetapi

persaingan juga menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan, yaitu produk

mereka akan tergusur dari pasar apabila perusahaan gagal meningkatkan mutu dan

kualitas produk-produk yang dihasilkan. Selain itu penguasaan teknologi dan

kemampuan komunikasi juga sangat dibutuhkan untuk terus dapat bertahan dalam

dunia bisnis saat ini maupun di masa depan. Sekarang ini terbukti keinginan dan

kemampuan untuk membuka usaha tidak didominasi oleh kalangan swasta.

Mahasiswa bahkan lebih pintar mencari peluang bisnis yang cocok untuk

masyarakat, dengan meminimalisir biaya namun produknya menjanjikan di masa

yang akan datang.


3

Penulis mencoba mencari peluang bisnis yang agak sedikit berbeda dengan

usaha-usaha lain namun produknya tetap dibutuhkan oleh masyarakat. Mungkin

saat ini banyak industri rumah tangga yang berkembang membuat peralatan

rumah tangga seperti : gorden, taplak meja, sarung bantal, karpet, alas tempat

makan, dll.Pasar inilah yang akan penulis masuki, namun penulis membuat

inovasi dan kreasi sendiri dengan memanfaatkan bahan baku dari limbah industri

berupa kain perca (sisa kain yang telah tidak dipakai). Mengingat masih minim

produsen yang memakai bahan dasar kain perca untuk membuka usaha, biayanya

pun relatif murah, tidak terlalu menyita waktu karena pekerjaan ini dapat

dilakukan di sela-sela waktu luang,selain itu memanfaatkan barang yang sudah

tidak terpakai lagi untuk mengurangi sampah.

1.2 Identifikasi Masalah

Kain sisa produksi (kain perca) umumnya hanya dianggap sebagai bahan

sisa yang di anggap tidak ada manfaatnya, biasanya dibuang dan pada akhirnya

menjadi limbah atau sampah. Berbeda dengan pelaku industri kerajinan rumahan

yang mengolah barang bekas menjadi berbagai kerajinan tangan.Dalam industri

kerajinan kreatif kain perca sangat cocok untuk di reproduksi jadi berbagai produk

kreatif yang memiliki nilai ekonomis tinggi.Dari limbah kain percayang

tampaknya tidak memiliki nilai, bisa diolah dengan keterampilan kreatif menjadi

berbagai macam produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual cukup

tinggi. Dari latar belakang diatas sehingga dalam penulisan laporan tugas akhir ini

penulis mengambil judul Pemanfaatan Limbah Industri PT. Bama Prima Textile

Sebagai Produk Kriya Tekstil.


4

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, berikut merupakanrumusan

masalah yang perlu dipecahkan dalam laporan tugas akhir ini:

a. Bagaimana cara memanfaatkan limbah industri khususnya kain perca

menjadi kerajinan kriya tekstil ?

b. Bagaimana cara memulai usaha dengan limbah kain perca ?

1.4 Pemecahan Masalah

Dari rumusan masalah diatas maka penyelesaian masalahnya adalah sebagai

berikut :

1. Memanfaatkan limbah kain perca sebagai kerajinan kriya tekstil.

2. Membuat kerajinan kriya tekstil dari daur ulang limbah kain perca

menjadi benda hias atau benda pakai yang mempunyai nilai jual.

3. Membuka peluang usaha melalui limbah kain perca yang diolah menjadi

kerajinan kriya tekstil.

1.5 Tujuan

Tujuan Perancangan adalah suatu pencapaian akhir yang diharapkan darisuatu

perancangan yang telah disusun atau direncanakan sebelumnya. Adapuntujuan

yang ingin dicapai dari pemanfaatan limbah industri ini adalah:

1. Menghasilkan ragam kerajinan kriya tekstil berupa benda hias dan juga

benda pakai yang mempunyai nilai ekonomis tinggi

2. Menentukan peluang usaha melalui pemanfaatan limbah industri sebagai

kerajinan kriya tekstil

3. Mengurangi pencemaran lingkungan


5

1.6 Manfaat

Manfaat dari pemanfaatan limbah industri sebagai kerajinan kriya tekstil adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Meningkatkan kreativitas berkarya penulis dalam bidang desain kriya tekstil

terutama dalam pemanfaatan limbah industri menjadi kerajinan kriya tekstil.

Selain itu penulis menjadi jeli dengan permasalahan yang ada di

masyarakatdan mampu mencari pemecahan masalah yang ada serta

memberikan pengetahuan lebih dan juga keinginan untuk mendalami hal-hal

yang baru.

2. Bagi Perusahaan

Manfaat bagi PT. Bama Prima Textile adalah dapat memberikan peluang

usaha untuk masyarakat melalui limbah industri yang dihasilkannya, selain

itu juga limbah industri yang selama ini dibuang masih bisa dijual sehingga

dapat menambah omset perusahaan.

3. Bagi Lembaga

Dapat menjadi sumber informasi dan referensi mengenai pemanfaatan

limbah industri sebagai kerajinan kriya tekstil yang bergerak di bidang

yangserupa.

4. Bagi Mayarakat/Konsumen

Masyarakat dapat menciptakan peluang usaha melalui pemanfaatan limbah

industri sebagai kerajinan kriya tekstil, sehingga bisa mengurangi tingkat

pengangguran.
6

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini terdapat empat bab, Pendahuluan,

Landasan Teori, Metode Perancangan, Penutup. Setiap bab memiliki keterkaitan

satu dengan lainnya, kemudian disertai sub bab sebagai penjelas, diantaranya

yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Sebagai bab pengantar untuk pembahasan keseluruhan isi dari penulisan tugas

akhir. Dalam hal ini berisikan tentang latar belakang, alasan pemilihan tema,

identifikasi masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan dan manfaat.

BAB II TINJAUN PUSTAKA

Penjelasan tentang landasan teori dan kerangka pemikiran, bab ini diantaranya

memuat tentang pengertian limbah industri, kerajinan kriya tekstil dan profil

perusahaan.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang metode pemanfaatan limbah industri sebagai

kerajinan kriya tekstil, jenis produk yang digunakan dalam tugas akhir ini

meliputi: Totebag, Hair Band (bando), Kalung dan Bros.

BAB IV PENUTUP

Bab ini terdiri dari sub bab kesimpulan dan saran. Kesimpulan memuat

pernyataan singkat dan jelas, saran memuat berbagai usulan atau pendapat yang

membangun terhadap seluruh hal yang terkait dalam laporan tugas akhir.
7

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kerajinan Kriya Tekstil

Kerajinan kriya tekstil merupakan karya seni atau kerajinan yang dibuat atau

memakai tekstil sebagai bahan utama. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat

yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan

berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain,

pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan

tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:

1. Berdasar jenis produk atau bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain,

produk jadi (pakaian / produk kerajinan)

2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran

3. Berdasarkan jenis warna atau motifnya: putih, berwarna, bermotif atau bergambar.

4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa, benang tunggal,

benang gintir.

2.1.1 Konsep Dasar Kerajinan Kriya Tekstil

Banyak karya seni kriya atau terapan yang ada di Indonesia, benda terapan

tersebut tidak hanya sebagai hiasan saja tetapi juga berfungsi dalam kehidupan

manusia. Sebagai contoh desainer baju merancang pakaian untuk bintang film.

Produk atau hasil tersebut sudah merupakan karya terapan yang berhubungan

dengan dunia tekstil.

7
8

Produk atau hasil rancangan desainer tadi dalam bentuk baju atau pakaian yang

apabila diproduksi secara besar-besaran dan dipakai orang banyak masih tetap

sebagai karya seni terapan.Memang sebagian perajin atau seniman yang

menyatakan bahwa karya seni kriya tekstil tidak dapat digolongkan pada karya

seni karena kualitas serta nilai kandungan seninya rendah. Tetapi hal ini kurang

benar karena perlu di pahami bahwa karya seni rupa telah dikelompokkan dalam

tiga kelompok seni rupa tersebut terletak pengguna dalam konteks kehidupan

sehari-hari.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Kriya Tekstil

Seni adalah pengalaman estetik yang diwujudkan melalui kegiatan kreatif

yang menghasilkan karya yang indah. Seni erat hubungannya dengan kegiatan

menciptakan atau mewujudkan sesuatu, sesuatu disini adalah ide yang dapat

berbentuk gagasan, pengalaman, pengetahuan dan sebagainya. Ide yang ingin

diwujudkan atau diciptakan tersebut bisa sampai dan mudah diterima oleh

masyarakat, maka perwujudannya harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Unity (kesatuan), suatu benda yang dikatakan memiliki nilai seni estetis,

harus merupakan kesatuan dan perpaduan dari unsur-unsur pembentuknya

secara baik dan sempurna.

2. Complexity (kerumitan), suatu benda yang memiliki nilai estetis pada

dasarnya tidaklah sederhana, dalam pengertian mengandung unsur-unsur

yang berpadu dengan kerumitan tertentu seperti saling bertentangan,

berlawanan, dan saling menyeimbangkan.


9

3. Intensity (kesungguhan), suatu benda yang dikatakan yang memiliki nilai

estetis bukanlah suatu benda yang kosong, melainkan memiliki kualitas

yang menonjol dalam penampilannya. Nilai itu bisa bersifat lembut atau

kasar, gembira atau duka, suram atau ceria yang ditampilkan secara

sungguh-sungguh.

2.1.3 Jenis-jenis seni Kriya

Bentuk karya seni kriya nusantara sangat beragam dan juga bahan alam yang

digunakan. Dari berbagai karya tersebut ada yang masih mempertahankan

keanekaragaman hiasan tradisional dan ada juga yang telah mengembangkannya

karena tuntutan pasar.Berikut ini adalah Jenis-jenis seni kriya berdasarkan bahan

yang digunakan :

1. Seni Kriya Kayu

Kriya kayu merupakan suatu jenis seni kriya dalam pekerjaannya membuat

benda selalu menggabungkan antara nilai fungsi sekaligus hias dengan

menggunakan bahan kayu. Dalam seni kriya kayu, terdapat pekerjaan

dengan tingkat dasar atau tingkat permulaan. Kayu sangat banyak

dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai benda kerajinan seperti patung,

wayang golek, topeng, furnitur, dan hiasan ukir-ukiran.


10

Gambar 2.1 Seni Kriya Kayu

2. Seni Kriya Tekstil

Seni kriya tekstil adalah kriya dengan bahan dasar kain. Istilah tekstil

memiliki lingkup yang luas dan mencakup dengan macam aneka jenis kain

yang cara pembuatannya baik dengan cara diikat, ditenun dipres dan masih

banyak cara teknik pembuatan kain.

Umumnya kain terbuat dari serat yang dipintar atau dipin untuk

menghasilkan benang yang panjang dan selanjutnya ditenun atau dirajut

agar menghasilkan kain berupa barang jadi. Jenis seni kriya tektil nusantara

dikelompokkan menjadi dua macam yaitu karya batik dan karya tenun.

Gambar 2.2 Seni Kriya Tekstil

3. Seni Kriya Keramik

Seni kriya keramik adalah benda yang terbuat dari tanah liat yang dibakar.

Pembuatan seni kriya keramik adalah dengan teknik slab/lempeng,

putar/throwing, pilin/pinching, dan cetak tuang. Daerah-daerah penghasil


11

seni kriya keramik adalah bandung, jepara, cirebon, banjarnegara, malang,

purwerejo, jogyakarta, banjar negara, dan sulawesi selatan.

Gambar 2.3 Seni Kriya Keramik

4. Seni kriya logam

Seni kriya logam adalah seni kriya yang mengolah logam menjadi berbagai

macam benda kerajinan. Tekhnik pembuatan seni kriya logam terdiri dari

dua macam teknik yaitu a cire perdue/cetak lilin, dan teknik bivalve.
12

Gambar 2.4 Seni Kriya Logam

5. Seni Kriya Kulit

Seni kriya kulit adalah karya seni yang menggunakan kulit sebagai bahan

bakunya. Kulit yang umumnya digunakan dalam seni kriya kulit adalah kulit

kambing, sapi, buaya, kerbau dan ular. Kulit tersebut menjalani serangkaian

proses pengolahan yang panjang, dimana dimulai dari pemisahan dari

daging hewan, pencucian menggunakan cairan tertentu, pembersihan,

perendaman dengan menggunakan zat kimia tertentu (penyamakan),

perwarnaan, perentangan kulit agar tidak mengkerut, pengeringan dan

penghalusan. Setelah itu barulah dipotong-potong agar sesuai dengan

ukuran dari benda yang akan dibuat. Contoh hasil dari seni kriya kulit

adalah tas, sepatu, ikat pinggang, wayang kulit, dompet, pakaian (jaket), alat

musik rebana, dan tempat HP. Daerah-daerah penghasil seni kriya kulit

adalah yogyakarta, garut, dan bali.


13

Gambar 2.5 Seni Kriya Kulit

6. Seni Kriya Batu

Seni kriya batu merupakan seni kriya dengan bahan dasar batu yang

dibentuk sedemikian rupa agar terlihat indah. Batu dengan tektur keras, dan

kaku ternyata dapat diolah. Contoh di daerah sukami dan sukaraja. Daerah

tersebut sering ditemukan hiasan-hiasan dan dekorasi rumah dari batu.

Contohnya batu akik, fosil, jesper, dan batu permata seta masih banyak lagi.

Gambar 2.6 Seni Kriya Batu

2.1.4 Macam-macam Kerajinan Kriya Tekstil

1. Kerajinan Batik
14

Gambar 2.7 Kerajinan Batik


Membatik merupakan kegiatan berkarya seni menggunakan bahan lilin yang

dipanaskan dan menggunakan alat canting atau kuas untuk membuat pola

gambar/motif yang dioleskan di atas selembar kain. Teknik pewarnaannya

menggunakan teknik tutup celup. Karya seni batik ini merupakan salah satu

seni terapan Nusantara yang menjadi ciri khas kebanggaan bangsa

Indonesia.

2. Kerajinan Sulam

Gambar 2.8 Kerajinan Sulam

Bordir atau sulaman adalah hiasan yang dibuat di atas kain atau bahan-

bahan lain dengan jarum jahit dan benang. Selain benang, hiasan untuk

sulaman atau bordir dapat menggunakan bahan-bahan seperti potongan


15

logam, mutiara, manik-manik, bulu burung, danpayet, hasil akhir sulaman

dapat dibedakan menjadi 3 diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Sulam datar

Hasil sulaman rata dengan permukaan kain

b. Sulam terawang (kerawang)

Hasil sulaman berlubang-lubang, misalnya untuk taplak meja dan

pinggiran kebaya

c. Sulam timbul

Hasil sulaman membentuk gelombang di permukaan kain sesuai lekuk

gambar.

Jenis bordiran dan sulaman :

1) Sulam bebas atau sulam benang

Dalam sulam benang, benang dijahit di atas kain dengan mengabaikan

pola tenun kain. Teknik sulam seperti ini dipakai dalam sulam wol

seperti bordir tradisional Cina dan Jepang.

2) Sulam hitung jahitan

Sulaman dibuat sambil menghitung jumlah jahitan yang dibuat,

sulaman dilakukan di atas kain tenunan sejajar seperti kain kanvas,kain

aida, kain strimin, dan kain linen. Jenis sulaman yang termasuk sulam

hitung jahitan adalah kruistik, sulam Assisi, needlepoint, dan

blackwork.

3. Kerajinan Jahit Perca


16

Gambar 2.9 Kerajinan Jahit Perca


Perca adalah sisa-sisa guntingan kain yang ada setelah membuat pakaian

atau karya kerajinan tekstil lainnya. Jahit perca/tambal seribu/patchwork

adalah proses pembuatan suatu produk kerajinan tekstil yang terbuat dari

potongan-potongan kain perca yang digabungkan dengan cara dijahit sesuai

dengan rencana. Jahit perca pada dasarnya dipelajari keteknikannya bukan

pada bahannya.

4. Kerajinan Jahit Tindas

Gambar 2.10Kerajinan Jahit Tindas

Jahit tindas (quilting) adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara

melapisi atau mengisi kain dengan bahan pelapis atau pengisi kemudian

dijahit tindas pada permukaan kain sesuai dengan rencana.Jahit tindas


17

adalah teknik pembuatan suatu benda kerajinan tekstil dengan cara mengisi

atau melapiskan kain dengan bahan pelapis, kemudian dijahit pada bagian

atas kain sesuai dengan desain.

5. Kerajinan Cetak Saring

Gambar 2.11Kerajinan Cetak Saring

Cetak saring adalah salah satu teknik proses cetak yang menggunakan layar

(screen) dengan kerapatan tertentu dan umumnya barbahan dasar nylon atau

sutra. Layar ini kemudian diberi pola yang berasal dari negatif desain yang

dibuat sebelumnya. Kain ini direntangkan dengan kuat agar menghasilkan

layar dan hasil cetakan yang datar. Setelah diberi fotoresis dan disinari, akan

terbentuk bagian-bagian yang bisa dilalui tinta dan tidak. Salah satu contoh

kerajinan cetak saring adalah sablon.

6. Kerajinan Tenun
18

Gambar 2.12 Kerajinan Tenun


Tenunan yang dikembangkan oleh setiap suku/ etnis di Nusa Tenggara

Timur merupakan seni kerajinan tangan turun-temurun yang diajarkan

kepada anak cucu demi kelestarian seni tenun tersebut. Motif tenunan yang

dipakai seseorang akan dikenal atau sebagai ciri khas dari suku atau pulau

mana orang itu berasal, setiap orang akan senang dan bangga mengenakan

tenunan asal sukunya.Pada suku atau daerah tertentu, corak/motif binatang

atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan seperti Sumba Timur dengan

corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan, pohon tengkorak

dan lain-lain, sedangkan Timor Tengah Selatan banyak menonjolkan corak

motif burung, cecak, buaya dan motif kaif. Bagi daerah-daerah lain corak

motif bunga-bunga atau daun-daun lebih ditonjolkan sedangkan corak motif

binatang hanya sebagai pemanisnya saja.

7. Kerajinan Tapestry
19

Gambar 2.13Kerajinan Tapestry

Tapestry adalah sebuah bentuk seni tekstil berupa tenun tradisional

yang biasa dilakukan pada alat tenun vertikal. Namun, juga dapat dilakukan

di lantai juga. Proses tenun ini terdiri dari dua arah benang yang

bersilangan, yang sejajar dengan panjang disebut warp / benang lungsin

dan sejajar dengan lebar disebut weft / benang pakan.Kebanyakan

penenun tapestry menggunakan benang lungsin berbahan alami seperti

benang linen atau benang katun. Benang pakan yang dipakai berupa benang

wol atau benang katun, namun bisa pula benang sutra, benang emas, benang

perak, ataualternatif media lain.Tapestry telah diproduksi dan digunakan

sejak zaman Helenis. Contoh kerajinan tapestry Yunani yang pernah

ditemukan berasal dari abad ke-3 SM dalam kondisi terawetkan di gurun

Tarim Basin. Kerajinan tapestry mencapai tahap baru produksi massal di

Eropa pada awal abad ke-14 Masehi. Gelombang pertama produksi berasal

dari Jerman dan Swiss. Seiring waktu, kerajinan diperluas ke Prancis dan

Belanda. Konotasi istilah tapestry ini juga digunakan untuk menggambarkan

hasil kerajinan tekstil yang dibuat pada alat tenun Jacquard. Sebelum tahun

1990-an, tapestry yang terkenal Abad Pertengahan telah diproduksi dengan

menggunakan teknik Jacquard. Namun pada abad modernisasi, artis seperti


20

Chuck Close dan Magnolia Editions telah mengadaptasi proses Jacquard

yang terkomputerisasi untuk menghasilkan karya seni rupa yang indah

memukau.

8. Kerajinan Makrame

Gambar 2.14 Kerajinan Makrame

Makrame adalah bentuk seni kerajinan simpul-menyimpul dengan

menggarap rantaian benang awal dan akhir suatu hasil tenunan, dengan

membuat berbagai simpul pada rantai benang tersebut sehingga terbentuk

aneka rumbai dan jumbai. Dalam membuat makrame, ada beberapa teknik

yang digunakan antara lain teknik pilin,simpul,anyam, atau rajut.Hasil karya

kerajinan makrame memiliki kesesuaian fungsi, kekuatan, dan keindahan

yang berbeda-beda. Fungsi karya kerajinan dapat dilihat dari penggunan


21

benda tersebut. Kekuatan dari karya kerajinan ditentukan dari kualitas bahan

dasar yang digunakan. Apabila bahan dasar yang digunakan kuat maka

kualitasnya akan bagus. Keindahan karya kerajinan makrame dapat dilihat

dari model benda yang dibuat, corak, hiasan atau aksesoris dari benda

tersebut.

2.1.5 Fungsi Kerajinan kriya Tekstil

Secara garis besar fungsi kerajinan kriya tekstil adalah sebagai berikut :

1. Sebagai Dekorasi (hiasan/aksesoris)

Produk-produk seni kriya banyak diciptakan untuk berfungsi sebagai benda-

benda pajangan. Dengan berfungsi sebagai benda pajangan, maka nilai

estetik sangat dibutuhkan. Berikut adalah contoh-contoh karya seni kriya

yang berfungsi sebagai benda pajangan atau benda hias : Topeng kayu,

Patung kayu, Ukiran, Guci, Makrame dan lain-lain.

2. Sebagai Benda Terapan (fungsional)

Di samping sekedar sebagai benda pajangan, karya seni kriya juga memiliki

fungsi praktis, karena fungsi merupakan hal yang diprioritaskan dalam seni

kriya. Seni kriya pada dasarnya mengutamakan fungsi, sedangkan unsur

rupa/hiasan merupakan unsur pendukung saja.Berikut adalah contoh seni

kriya yang siap pakai (fungsional) Kursi dan meja, cangkir dan teko, Sarung

bantal kursi, Tas, ikat pinggang, sepatu dll.

3. Sebagai Mainan

Di samping sebagai benda pajangan dan terapan, karya seni kriya juga

berfungsi sebagai benda mainan. Meskipun sebagai benda mainan, karya


22

seni kriya jenis ini tetap mempertahankan nilai-nilai estetika. Berikut adalah

beberapa macam contoh karya seni kriya yang berfungsi sebagai benda

mainan Dakon, yoyo (Kriya kayu), Wayang (Kriya kulit), Boneka (Kriya

tekstil).

2.2 Sarung

2.2.1 Pengertian Sarung

Dalam pengertian busana internasional, sarung (sarong) berarti sepotong

kain lebar yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang untuk menutup bagian

bawah tubuh (pinggang ke bawah).Sarung sudah lekat dengan ciri khas

masyarakat muslim di Indonesia, walau sesungguhnya pemakain sarung tak

menunjuk pada identitas agama tertentu. Karena sarung juga digunakan oleh

berbagai kalangan di berbagai suku yang ada. Kain sarung dibuat dari bermacam-

macam bahan: katun, poliester, atau sutera. Penggunaan sarung sangat luas, untuk

santai di rumah hingga pada penggunaan resmi seperti ibadah atau upacara

perkawinan. Pada umumnya penggunaan kain sarung pada acara resmi terkait

sebagai pelengkap baju daerah tertentu.

2.2.2 Sejarah Sarung

Menurut catatan sejarah, sarung berasal dari Yaman. Di negeri itu sarung

biasa disebut futah. Sarung juga dikenal dengan nama izaar, wazaar atau

ma'awis.Masyarakat di negara Oman menyebut sarung dengan nama wizaar.

Orang Arab Saudi mengenalnya dengan nama izaapenggunaan sarung telah

meluas, tak hanya di Semenanjung Arab, namun juga mencapai Asia Selatan, Asia
23

Tenggara, Afrika hingga Amerika dan Eropa. Sarung pertama kali masuk ke

Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat.Indonesia

identik dengan kebudayaan Islam.Tekstil merupakan industri pelopor di era

Islam, ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk

Islamic Technology: An Illustrated History.

Pada era itu, standar tekstil masyarakat Muslim di Semenajung Arab sangat tinggi.

Tak heran, jika industri tekstil di era Islam berpengaruh sangat besar terhadap

Barat. Dalam Ensiklopedia Britanica, disebutkan, sarung telah menjadi pakaian

tradisonal masyarakat Yaman. Sarung diyakini telah diproduksi dan digunakan

masyarakat tradisional Yaman sejak zaman dulu. Hingga kini, tradisi itu masih

tetap melekat kuat. Bahkan, hingga saat ini, futah atau sarung Yaman menjadi

salah satu oleh-oleh khas tradisional dari Yaman.Orang-orang yang berkunjung ke

Yaman biasanya tidak lupa membeli sarung sebagai buah tangan bagi para

kerabatnya. Sarung awalnya digunakan suku badui yang tinggal di Yaman. Sarung

dari Yaman itu berasal dari kain putih yang dicelupkan ke dalam neel yaitu bahan

pewarna yang berwarna hitam.

Sarung Yaman terdiri dari beberapa variasi, diantaranya model assafi, al-

kada, dan annaqshah. Sebenarnya di dunia Arab, sarung bukanlah pakaian yang

diidentikkan untuk melakukan ibadah seperti sholat. Bahkan di Mesir sarung

dianggap tidak pantas dipakai ke masjid maupununtuk keperluan menghadiri

acara-acara formal dan penting lainnya. Di Mesir, sarung berfungsi sebagai baju

tidur yang hanya dipakai saat di kamar tidur.Di Indonesia, sarung menjadi salah

satu pakaian kehormatan dan menunjukkan nilai kesopanan yang tinggi. Tak heran
24

jika sebagian masyarakat Indonesia sering mengenakan sarung untuk sholat di

masjid. Laki-laki mengenakan atasan baju koko dan bawahan sarung untuk sholat,

begitu pula wanita mengenakan atasan mukena dan bawahan sarung untuk

sholat.Pada zaman penjajahan Belanda, sarung identik dengan perjuangan

melawan budaya barat yang dibawa para penjajah.

Para santri di zaman kolonial Belanda menggunakan sarung sebagai simbol

perlawanan terhadap budaya Barat yang dibawa kaum penjajah. Sikap konsisten

penggunaan sarung juga dijalankan oleh salah seorang pejuang Muslim Nusantara

yakni KH Abdul Wahab Chasbullah, seorang tokoh sentral di Nahdhatul Ulama

(NU). Suatu ketika, Abdul Wahab pernah diundang Presiden Soekarno. Protokol

kepresidenan memintanya untuk berpakaian lengkap dengan jas dan dasi. Namun,

saat menghadiri upacara kenegaraan, ia datang menggunakan jas tetapi

bawahannya sarung. Padahal biasanya orang mengenakan jas dilengkapi dengan

celana panjang. Sebagai seorang pejuang yang sudah berkali-kali terjun langsung

bertempur melawan penjajah Belanda dan Jepang, Abdul Wahab tetap konsisten

menggunakan sarung untuk simbol perlawanannya terhadap budaya Barat.Ia ingin

menunjukkan harkat dan martabat bangsanya di hadapan para penjajah.

Yang membedakan sarung Indonesia dengan sarung negara lain adalah

sarung yang terbuat dari kain tenun, songket, dan tapis. Masing-masing jenis

bahan sarung tersebut berasal dari daerah yang berbeda di Indonesia. Bahan yang

terbuat dari tenun, lebih dikenal berasal dari area Indonesia Timur seperti Nusa

Tenggara Barat, Nusat Tenggara Timur, Sulawesi, dan Bali. Sedangkan songket,

sangat identik dengan ciri khas adat Minangkabau dan Palembang. Sementara
25

tapis, kita mengenal bahan ini berasal dari Lampung. Sarung tradisional tidak

bermotif kotak-kotak, sarung yang terbuat dari tenun, diciptakan paling sederhana,

cenderung bermain warna, dibanding motif yang 'ramai'. Sedangkan tapis dan

songket, sekilas akan terlihat sama.

Hanya, motif tapis memiliki unsur alam, seperti flora dan fauna, sedangkan motif

songket, terlihat lebih meriah dengan motif yang mengisi seluruh isi bahan. Ada

kesamaan diantara tapis dan songket, yaitu keduanya terbuat dari benang emas

dan perak. Sarung pada umumnya bermotif kotak-kotak, nilai filosofis motif

sarung kotak-kotak mengartikan, setiap melangkah baik ke kanan, kiri, atas

ataupun bawah, akan ada konsekuensinya. Lihat gradasi bermotif papan catur

seperti sarung bali. Saat berada di titik putih, melangkah ke manapun, perbedaan

menghadang. Sedangkan cara amannya adalah melangkah secara gontai ke arah

diagonal. Dampaknya, bukannya maju ke depan malahan menjauhi target. Jadi

orang yang berani menghadang cobaan adalah orang yang akan cepat menuai

harapannya.

2.3 Seni Kerajinan Kain Perca

Kerajinan kain perca merupakan salah satu kerajinan yang menjadi bagian

dari dunia jahit-menjahit. Kerajinan ini dibuat dengan menggunakan bahan yang

tergolong limbah, yaitu bermacam-macam kain perca. Kain ini digunakan untuk

membuat sebuah karya kerajinan yang indah dan bahkan memiliki nilai seni

tinggi.Caranya adalah dengan memotong-motong beragam kain sisa menjadi

berbagai bentuk, kemudian menggabungkan potongan-potongan tersebut dengan


26

menjahitnya kembali. Tentunya perpaduan warna dan pola kain juga harus

diperhatikan agar bisa tercipta sebuah kerajinan perca yang indah.

Kerajinan kain perca saat ini sudah menjadi salah satu kerajinan yang paling

dikagumi dan diminati oleh banyak orang Indonesia, bahkan juga di seluruh

dunia.

Awalnyakerajinan ini merupakan salah satu kerajinan tradisional. Namun,

sekarang kerajinan ini malah menjadi salah satu tren baru di dunia kerajinan.Ini

disebabkan oleh adanya sentuhan-sentuhan kontemporer yang diberikan pada

kreasi-kreasi baru yang tercipta. Sekarang ini banyak kerajinan kain dalam

beragam jenis kreasi serta pola yang indah dan bernilai seni tinggi seperti bed

cover, taplak meja cantik, baju, tas, sajadah dan hiasan dinding. Seni Kerajinan

Perca merupakan perpaduan antara seni tradisional dan kontemporer. Kerajinan

Perca merupakan gabungan dua lembar kain yang tengahnya diisi dengan bahan

penghangat batting dari silikon. Lapisan atas kerajinan perca bisa terdiri dari

gabungan atau salah satu dari patch work atau aplikasi. Ketiga lapisan berbentuk

sandwhich dijahit dengan jahitan mesin atau tangan (Delujur).

2.3.1 Sejarah Kerajinan Kain Perca

Kerajinan kain perca termasuk kerajinan paling tua, Teknik penggabungan

berbagai macam potongan kain untuk menciptakan motif unik dan satu kain lebar

baru ternyata sudah tercipta sejak ribuan tahun lalu. Bukti sejarah menunjukkan

bahwa kerajinan perca sudah ada sejak zaman Mesir Kuno dan Cina kuno. Di

masa abad pertengahan, kerajinanperca juga digunakan oleh berbagai bangsa

untuk melapisi baju perang para prajurit mereka yang terbuat dari baja. Semakin
27

lama, teknik kerajinan kain perca semakin berkembang. Di abad XI hingga abad

XIII, orang-orang di Eropa sudah mulai menggunakan teknik kerajinan ini

untukmembuat berbagai kebutuhan rumah tangga, termasuk selimut, dan baju. Hal

ini seiring dengan perubahan cuaca yang menjadi semakin dingin.

Kemudian, kreasi dan motif-motif baru dalam kerajinan kain ini juga semakin

berkembang hingga menjadi salah satu kesenian yang indah. Tradisi pembuatan

kerajinan perca ini kemudian tersebar ke seluruh dunia karena dibawa oleh para

pengembara dan musafir. Seiring dengan berjalannya waktu dan tersebarnya seni

kerajinan perca ke penjuru dunia, semakin banyak pula kreasi dan motif

penggabungan kain yang tercipta. Semula kerajinan ini diciptakan hanya untuk

menggabungkan beberapa potongan kain dan membuat pakaian yang lebih bisa

menghangatkan. Tujuan pembuatannya semakin berkembang dan lebih bernilai

seni tinggi. Bahkan sekarang, pembuatan kerajinan kain perca tidak hanya dengan

tujuan pemanfaatan limbah kain saja. Kerajinan perca juga dibuat dengan tujuan

kenyamanan dan keindahan saat di pakai. Cukup banyak juga para pengrajin

kerajinan perca yang menggunakan 100% bahan baru yang dipotong-potong.

Potongan kain tersebut kemudian dibentuk kembali dengan teknik kerajinan kain

ini sehingga hasilnya lebih berkualitas, baik dari segi kenyamanan maupun nilai

estetikanya. Bahkan motif perca juga sering menjadi ide para desainer untuk

menciptakan karya-karya unik dan indah yang baru.

Kain perca memiliki sejarah yang panjang, bahkan telah ditemukan ribuan

tahun yang lalu. Bangsa Cina dan Mesir Kuno melapisi baju perangnya yang

terbuat dari besi dari kain perca. Pada tahun 1100 sampai 1300 kain perca dipakai
28

untuk membuat selimut dan baju untuk melindungi tubuh dari dinginnya musim

dingin di Eropa.Setelah abad tersebut, perca mulai menyebar ke seluruh dunia.

Seni Kerajinan Perca atau Quilting sudah ada sejak abad ke-19 di USA, Mesir,

China dan Eropa. Sekarang sudah menyebar ke seluruh dunia.

Walaupun di Indonesia seni kerajinan perca sudah ada sejak dulu, beberapa tahun

belakangan ini mulai berkembang menjadi kesenian modern. Paduan warna dan

bahan katun yang nyaman dipakai ini mulai menghiasi butik-butik di kota besar di

Indonesia.

2.3.2 Bentuk Guntingan Kain Perca

Ada beberapa bentuk guntingan yang biasa dibuat dalam mempersiapkan

potongan-potongan kain dalam kerajinan ini. Hal ini dilakuakn sebelum

digabungkan dan dijahit kembali secara detil dan rapih.

1. Bentuk Segitiga

Potongan kain dipotong menjadi bentuk segitiga dengan beragam ukuran,

potongan kain segitiga banyak dipakai untuk membentuk motif sisik, dan

rumput. Bentuk ini adalah bentuk yang paling sederhana.

2. Bentuk Persegi

Bentuk persegi ataupun bentuk persegi panjang, cocok bagi para pemula,

karena bentuk ini juga sama mudahnya dengan segitiga untuk dipotong,

bentuk persegi ini bisa dipakai dalam berbagai motif seperti papan catur, dll.

3. Bentuk Geometri lainnya

Selain bentuk persegi dan segitiga, masih banyak lagi bentuk geometri

lainnya seperti segi lima dan segi enam. Semakin banyak sisinya maka
29

semakin sulit untuk dipotong, contoh bentuk yang diaplikasikan untuk motif

adalah segi delapan untuk motif sarang lebah.

4. Bentuk Manusia, Hewan dan Tumbuhan

Biasanya bentuk ini dipakai sebagai pemanis, tapi banyak juga yang

memakai bentuk ini untuk motif utama. Bentuknya yang lucu dan bervariatif

membuat banyak orang menyukai bentuk yang satu ini.

2.3.3 Teknik Jahitan dalam Kerajinan Kain Perca

Kerajinan kain ini bisa dibuat dengan dijahit menggunakan mesin jahit

ataupun tangan. Semakin kecil dan tidak teraturnya potongan kain yang

disediakan, maka semakin sulit pula cara menggabungkannya. Untuk membuat

kerajinan perca dengan potongan-potongan kain berbentuk segi empat.Pola yang

paling sederhana yang bisa di buat yaitu pola seperti papan catur berwarna-warni

kontras, bisa juga dengan menggabungkan potongan-potongan kain tersebut

membentuk pola zig zag dan bintang. Pusatkan beberapa detil di bagian tengah

kerajinan dengan warna kontras sehingga bisa menjadi lebih menarik.Kemudian

bisa juga membuat semacam frame yang juga terbuat dari potongan kain dengan

warna berbeda sehingga polanya terlihat. Memang menjadi salah satu hal yang

harus diketahui oleh para penjahit. Tidak hanya digunakan dalam teknik membuat

hiasan pada sebuah pakaian, beragam macam tusuk ini juga menjadi sebuah

metode dalam pembuatan kerajinan kriya tekstil. Dalam perkembangannya,

terdapat beberapa jenis tusukan, yaitu tusuk dasar dan tusuk hias. Sama seperti
30

yang telah disebutkan, tusuk dasar merupakan teknik tusuk yang menggunakan

peralatan yang sederhana, yaitu dengan jarum tangan. Sedangkan untuk tusuk hias

sendiri merupakan teknik tusuk yang digunakan sebagai penghias dalam sebuah

pakaian atau kerajinan kain perca.

A. Macam-macam Tusuk Dasar

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tusuk dasar merupakan sebuah

teknik tusukan yang biasa digunakan dalam merajut atau menjahit pakaian. Dalam

perkembangannya, ada beberapa macam tusuk dasar yang biasa digunakan dalam

menjahit sebuah pakaian. Berikut adalah beberapa tusuk dasar dalam proses

merajut atau menjahit pakaian.

1. Tusuk Jelujur
Tusuk jelujur merupakan salah satu teknik tusuk yang dilakukan dari mulai

tusukan sebelah kanan ke sebelah kiri. Fungsi dari tusuk jelujur ini adalah

untuk membuat jahitan lebih rapi dan sempurna. Dalam perkembangannya,

tusuk jelujur ini dibedakan menjadi beberapa bentuk, di antaranya adalah

sebagai berikut:
a. Tusuk jelujur biasa, tusuk jelujur yang satu ini dilakukan dengan

menggunakan jarak yang tidak sama alias secara sembarangan.


b. Tusuk jelujur dengan jarak tertentu, tusuk jelujur ini merupakan

tusukukan yang dibuat dengan jarak sama atau konsisten. Jenis tusuk

jelujur ini berguna untuk tusukan sementara.


c. Tusuk jelujur renggang, tusuk jelujur ini juga biasa disebut dengan

tusuk renggang, yaitu tusuk jelujur ini menggunakan satu spasi.

Tusukan jelujur renggang ini biasanya digunakan sebagai tanda ketika

menjahit pakaian.
31

d. Tusuk ini dibuat dengan menggunakan rangkap benang yang nantinya

akan digunting, sehingga bekas tusukan tersebut akan meninggalkan

jarak dari benang yang digunakan sebagai tanda dalam menjahit

pakaian.

2. Tusuk Tikam Jejak

Tusuk tikam jejak merupakan salah satu teknik dari macam-macam tusuk

dasar. Tusuk tikam jejak adalah tusuk jahitan dengan membuat bentuk

jahitan yang jika dilihat dari bagian atas, tusukan jarum tersebut terlihat

seperti jahitan mesin. Dan jika dilihat dari bagian bawah tusukan maka

jahitan tersebut akan terlihat seperti jahitan yang dibuat rangkap. Jarak tusuk

jahitan di bagian bawah terlihat dua kali jarak dari tusukan bagian atas.

Teknik menjahit yang digunakan pada tusukan ini adalah dengan tusukan

langkah maju sebelum nantinya akan dibuat tusukan mundur dengan jarak

yang sama. Dalam perkembangannya, tusuk tikam jejak ini sangat berguna

untuk menggantikan teknik tusuk jarum pada mesin jahit.

3. Tusuk Flanel

Bagi sebagian orang, tusuk flanel lebih dikenal dengan teknik kelim atau

pengeliman pakaian. Tusuk flanel ini biasanya digunakan ketika proses

pengobrasan dalam pembuatan pakaian. Akan tetapi, dalam

perkembangannya, tusuk flanel juga digunakan sebagai hiasan dalam sebuah


32

pakaian agar pakaian yang dibuat tersebut memiliki detail jahitan berupa

obrasan.

4. Tusuk Feston

Tusuk feston merupakan teknik tusuk yang digunakan dalam penyelesaian

jahitan tiras. Jahitan tiras ini biasanya terdapat pada lingkaran lengan atau

pada pinggiran pada pakaian bayi. Tusuk feston juga sering digunakan

sebagai tusuk hiasan. Jika digunakan sebagai jahitan hias, benang yang

digunakan dalam tusuk feston ini adalah benang hias atau benang sulam.

Dengan menggunakan benang hias maka jahitan yang dibuat akan

menghiasi pakaian dengan kombinasi warna yang dapat disesuaikan.

5. Tusuk Balut

Tusuk balut biasanya digunakan untuk menyempurnakan jahitan pada

bagian tiras. Penyempurnaan jahitan tiras ini dibuat pada bagian kampuh

untuk pengeliman rol. Selain itu, tusuk balut digunakan sebagai jahitan

penyelesaian pada teknik aplikasi sebuah pakaian. Teknik menjahit pada

tusukan ini dimulai dari bagian kiri ke kanan atau sebaliknya dengan

memberi kesan benang yang ditusukan sedikit miring.

6. Tusuk Tangkai atau Tusuk Batang

Tusuk tangkai atau batang biasanya digunakan sebagai jahitan hiasan.

Dalam prosesnya, tusuk ini akan menghasilkan tusuk tangkai yang

dilakukan tusukan maju dan tusukan mundur. Untuk membuat tusuk jahitan
33

yang lebih besar maka hal tersebut dapat dilakukan dengan merapatkan

jarak pada tusukan dan mengaitkan lebih banyak kain.

7. Tusuk Rantai

Tusuk rantai merupakan teknik tusukan yang berguna untuk membuat

hiasan. Sama seperti dengan namanya, tusukan rantai ini akan menghasilkan

jahitan yang sambung-menyambung seperti rantai. Oleh karena itulah,

teknik tusukan ini disebut dengan tusukan rantai.

8. Tusuk Silang

Tusuk silang merupakan teknik tusukan yang berfungsi sebagai jahitan

hiasan. Dari tusukan ini maka akan dihasilkan sebuah jahitan yang berupa

tanda silang (XXX) yang sambung menyambung atau bisa diberi jarak

sesuai kebutuhan.

9. Tusuk Piquar

Tusuk piquar merupakan teknik tusukan yang berfungsi sebagai jahitan yang

dapat memasangkan bahan yang berbulu pada matel, jaket, atau jas. Selain

itu, tusuk piquar juga dapat digunakan sebagai teknik tusuk hiasan pada

beberapa jenis busana. Teknik-teknik tusuk dasar tersebut menjadi teknik

dasar dalam teknik menjahit pakaian. Untuk itu, teknik ini banyak diketahui

oleh para penjahit pada umumnya.


34

B. Macam-macam Tusuk Hias

Jika sebelumnya sudah dijelaskan mengenai macam macam tusuk dasar maka

ragam tusuk lainnya adalah tusuk hias. Dalam perkembangannya, ragam tusuk

hias banyak digunakan dalam teknik menyulam.

Dalam teknik menyulam, ragam tusuk hias juga digunakan pada sulaman untuk

merubah atau menambahkan corak sulaman. Ada beberapa teknik dalam tusukan

hias, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Tusuk Silang

Tusuk silang atau lebih dikenal dengan teknik cross stitch merupakan teknik

tusukan dalam sulaman. Jenis tusukan hias ini digunakan untuk mengubah

corak pada sulaman. Dalam penerpannya, jenis tusukan in akan

menghasilkan sulaman berbentuk seperti huruf X. Jika jenis tusukan ini

dibuat secara bertumpuk atau tersusun maka jenis tusuk silang ini akan

menghasilkan sebuah motif atau desain yang indah.

2. Tusuk Rantai

Tusuk rantai atau tusuk lazy daisy stitch merupakan salah satu jenis tusuk

hias yang banyak digunakan. Selain digunakan untuk hiasan, teknik tusuk

rantai ini juga biasa digunakan dalam teknik menjahit. Dari jenis tusuk

rantai ini, motif atau desain yang bisa dibuat sangatlah beragam. Mulai dari

kelopak bunga, hiasan di pinggir kain atau sulaman, penambah garis,

pengeliman pada pakaian, dan lain sebagainya. Selain itu, tusuk rantai ini

juga bisa dibuat melingkar sehingga menghasilkan sebuah motif yang


35

berbeda dan unik. Selain menjadikan sulaman atau jahitan menjadi indah,

tusuk silang juga menjadi sebuah jahitan yang mampu menjadikan jahitan

lebih sempurna.

3. Tusuk Setik Lurus

Jenis tusuk terakhir dari macam tusuk hias adalah tusuk setik lurus. Tusuk

setik lurus merupakan teknik dasar dalam penyulaman. Dalam penyulaman,

teknik setik lurus atau straight stitch ini menjadi teknik dasar ketika

memulai menyulam. Selain mudah dilakukan, teknik setik lurus ini juga

memudahkan bagian awal dalam teknik sulam. Dalam perkembangannya,

macam-macam tusuk hias ini memang lebh banyak digunakan dalam

metode menyulam. Akan tetapi, beberapa dari tusuk hias juag sering

digunakan dalam metode penyulaman.

2.3.4 Cara Memanfaatkan Kain Perca Sarung Palekat

Banyak orang yang tidak tahu bahwa kain perca sangat bermanfaat,

terutama kain perca sarung palekat khususnya. Biasanya setelah sehelai kain

sarung palekat selesai dijahit atau dibuat pakaian, sisanya akan terbuang sia-sia.

Padahal sisa-sisa kain itu masih bisa dimanfaatkan menjadi bermacam-macam

kerajinan yang fungsional.Ada beberapa jenis kain perca sarung palekat yang

masing-masing berbeda jenis bahan. Dua diantaranya yang paling banyak adalah

jenis kain sarung palekat dari bahan tetron dan rayon.Kain perca sarung palekat

bisa dimanfaatkan menjadi beberapa bentuk kerajinan yang fungsional dan

bernilai jual, misalnya: Tas, Dompet, Kalung, Sandal, Taplak meja, Sprei, sarung

bantal, sarung guling, Tudung saji dan tutup gelas, Bros, Keset, Rok atau daster.
36

Memanfaatkan kain perca sebagai bahan baku utama pembuatan aneka kerajinan

ternyata bisa menjadi salah satu peluang bisnis yang sangat menguntungkan.

Dari kain sisa jahitan yang awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi

berbagai macam produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual cukup

tinggi.Dengan memproduksi aneka macam produk kerajinan kain perca, tentunya

bisa membidik pangsa pasar yang cukup luas. Sebut saja produk kebutuhan rumah

tangga seperti bed cover dan sprei dapat di pasarkan untuk kalangan ibu-ibu.

Sedangkan untuk produk boneka, kotak pensil, tas, dan dompet handpone, bisa di

tujukan untuk konsumen anak-anak maupun kaum remaja.

2.4 Cara Memulai Usaha Kerajinan Kriya Tekstil

Untuk memulai bisnis kerajinan kain perca, ada beberapa persiapan yang harus di

perhatikan :

1. Pertama-tama tentukan ide dan desain produk yang akan di produksi,

sesuaikan desain yang dibuat dengan target pasar yang akan di bidik.

Contoh : Desain warna-warni cerah untuk konsumen anak-anak dan remaja,

sedangkan untuk konsumen ibu-ibu bisa memilih desain yang lebih simpel

dengan warna yang lebih kalem.

2. Perluas pengetahuan dan kemampuan dengan membaca buku-buku kreasi

perca maupun searching model-model baru dari internet. Langkah ini cukup

penting agar produk yang di produksi tidak ketinggalan zaman.

3. Persiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan selama proses

produksi berlangsung. Mulai dari mesin jahit, benang, jarum, gunting, dan

lain sebagainya.
37

4. Jalin kerjasama dengan pemasok kain perca. Misalnya pabrik garmen,

pabrik tekstil tenun atau dari toko-toko kain yang memiliki sisa potongan

kain yang cukup banyak.

Bisnis kerajinan kain perca termasuk salah satu peluang usaha yang bisa

dijalankan dengan modal kecil namun menjanjikan untung yang cukup besar bagi

pelakunya. Bahan baku kain perca bisa di dapatkan dengan harga murah dari para

penjahit maupun pabrik yang ada di sekitar lokasi. Bahkan bila sudah menjalin

hubungan baik dengan pabrik atau pelaku bisnis konveksi, pasokan potongan kain

perca bisa di dapatkan secara cuma-cuma.Kendala yang sering dihadapi para

pelaku usaha yaitu tingkat persaingan produk yang semakin ketat. Saat ini sudah

banyak pelaku bisnis yang memproduksi aneka macam barang daur ulang untuk

merebut perhatian konsumen. Selain itu, terkadang bahan kain perca yang di

dapatkan tidak semuanya berkualitas bagus. Hal ini membuat kualitas produk juga

akan ikut menurun. Karenanya untuk menghindari resiko tersebut, sebelumnya

lakukanlah penyortiran untuk memisahkan kain perca yang berkualitas bagus dan

yang kurang berkualitas.


38

2.5 Profil PT. Bama Prima Textile Pekalongan

Gambar 2.9
Logo PT. Bama Prima Textile

PT.Bama Prima Textile adalah perusahaan textile sarung tenun palekat yang

berdiri pada tahun 1983 dengan nama PT. Maratex yang kemudian beralih nama

menjadi PT. Bama Prima Textile pada tahun 2008, PT. Bama Prima Textile

Pekalongan terletak di atas tanah seluas 1 ha di Jl. Pramuka 512, Kelurahan

Simbang Wetan, Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. Pemasaran sarung

tenun palekat produksi PT. Bama Prima textile ini meluas di seluruh Indonesia,

dengan brand unggulannya sarung tenun Asaatid, Biji Korma, Gajah kursi dan

Darlin mampu bersaing di kelasnya.Kegiatan operasional PT. Bama Prima Textile

dibagi menjadi tiga shift, pagi, sihft siang malam, shift pagi dimulai dari pukul

06.00 - 14.00, sedangkan untuk shift siang dimulai dari pukul 14.00 - 22.00. Pada

shift malam aktifitas dimulai dari pukul 22.00 - 06.00. Pergantian shift dimulai

setelah tiga hari dengan hari libur jumat untuk bagian produksi, dan libur hari

minggu untuk bagian staf kantor.Pada bagian yang non shift aktifitas kerja dimulai

dari pukul 08.00 - 16.00. Proses pembuatan sarung tenun di PT.Bama Prima

Textile dimulai dari proses Desain, Relling, Pencelupan (dyeing), Persiapan,

Pertenunan (weaving) dan finishing.


39

Jumlah karyawan di PT.Bama Prima Textile sekitar 1000 orang, dengan didukung

mesin-mesin yang canggih dan modern serta tenaga kerja yang ahli dibidangnya

sehingga PT. Bama Prima Textile mampu menghasilkan produk yang bermutu dan

berkualitas internasional.

2.6 Tenun

Tenun merupakan teknik pembuatan kain dengan prinsip yang sederhana,

yaitudengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Dengan

katalain bersilangnya antara benang lungsin (vertikal) dan pakan (horizontal)

secarabergantian, pola ini juga seringkali disebut dengan anyaman.Kain tenun

biasanyaterbuat dari serat kayu, kapas, sutera, dan lain-lain.Seni tenun berkaitan

erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan,lingkungan alam, dan

sistem organisasi sosial dalam masyarakat. Karena kultursosial dalam masyarakat

beragam, maka seni tenun pada masing-masing daerahmemiliki perbedaan. Oleh

sebab itu, seni tenun dalam masyarakat selalu bersifatpartikular atau memiliki ciri

khas, dan merupakan bagian dari representasi budayamasyarakat tersebut.

Gambar 2.15
Sarung Tenun PT. Bama Prima Textile
40

2.7 Limbah Industri di PT Bama Prima textile

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik ( rumah tangga ), yang kehadirannya pada suatu saat

dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai

ekonomis.

1. Karakteristik Limbah

a. Berukuran mikro

b. Dinamis

c. Berdampak luas ( penyebarannya )

d. Berdampak jangka panjang

2. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Limbah

a. Volume limbah

b. Kandungan bahan pencemar

c. Frekuansi pembuangan limbah

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4

diantaranya :

1) Limbah cair

2) Limbah padat

3) Limbah gas dan partikel

4) Limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun )


41

Gambar 2.16
Limbah Leno di Mesin Rapir

Gambar 2.17
Limbah Kain Perca
42

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1 Kerajinan kriya Tekstil

Kerajinan tekstil yang akan diwujudkan menjadi karya seni akan terwujud

secara maksimal apabila melalui tahap pembuatan produk kerajinan tekstil.

Desain merupakan langkah awal dalam mewujudkan suatu karya seni, dan desain

merupakan rancangan yang akan memudahkan dalam pencapaian tujuan atau

penciptaan karya seni. Dengan demikian desain dapat diartikan sebagai suatu

rancangan gambar yang nantinya dilaksanakan dengan tujuan tertentu yang berupa

susunan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur. Untuk mendapatkan suatu produk

kerajinan tekstil yang baik memerlukan sebuah perencanaan yang didalamnya

terdapat kesatuan antara bahan yang digunakan dengan fungsi serta jenis benda

yang dibuat, kerumitan dalam pengerjaannya yaitu perpaduan yang seimbang,

berlawanan, atau saling bertentangan yang menghasilkan nilai estetis pada benda

tersebut. Suatu desain yang baik akan memperlihatkan susunan yang teratur dari

bahan-bahan yang dipergunakan sehingga menghasilkan suatu benda yang indah

dan dapat dipergunakan. Pembuatan produk kerajinan tekstil dilakukan dengan

cara menentukan jenis benda apa yang akan dibuat (benda hias atau benda pakai),

membuat desain produk, membuat desain hiasan pada produk, menyiapkan bahan

dan alat serta langkah kerja pembuatan produk kerajinan tekstil.


43

3.2 Bahan dan Alat Pembuatan Produk Kerajinan Tekstil

Bahan yang dapat digunakan dalam


42 pembuatan produk kerajinan tekstil
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: bahan utama dan bahan pelengkap.

Pada pembuatan produk kerajinan tekstil bahan yang digunakan harus disesuaikan

dengan jenis benda yang akan dibuat, fungsi dari benda tersebut, serta teknik yang

akan digunakan.Secara umum bahan utama yang dapat dipergunakan dalam

pembuatan produk kerajinan tekstil adalah bahan tekstil yang tebuat dari serat

alam atau serat polyester baik itu berupa kain tenun, rajut, kempa, ataupun berupa

benang/tali, bahan-bahan tekstil yang dapat dipergunakan dalam pembuatan

produk kriya tekstil adalah kain katun, kain satin, benang katun, benang nylon, tali

koor, kain flanel, dan pita.Pada pembuatan produk kerajinan tekstil bahan

pelengkap memiliki fungsi memperindah atau menyempurnakan tampilan benda

yang dibuat. Penggunaan bahan pelengkap juga sama dengan bahan utama yaitu

harus disesuaikan dengan jenis benda yang dibuat,fungsi benda, serta teknik

pembuatan yang digunakan. Bahan pelengkap yang umumnya digunakan adalah

bahan tekstil yang terbuat dari serat alam ataupun polyester seperti kain

pelapis/pengeras, busa pelapis, dakron, kain furing, renda, pita dan retsluiting.Alat

yang dapat digunakan dalam pembuatan produk kerajinan tekstil dikelompokkan

menjadi dua bagian yaitu: alat utama dan alat penunjang. Alat utama terdiri dari:

mesin jahit, alat-alat menjahit, gunting, pita ukur, papan landasan dan lain-lain.

Adapun alat penunjang terdiri dari: mata itik, lem, lilin bakar, pemidangan, jarum
44

T dan lain-lain. Dalam laporan tugas akhir ini produk yang akan dirancang

menggunakan bahan dari limbah industri berupa kain perca.

Kain perca adalah kain sisa potongan yang sudah tidak terpakai dan dianggap

sebagai sampah lingkungan yang tidak mempunyai nilai jual. Kain perca akan

dirancang dan dimanfaatkan menjadi produk kerajinan kriya tekstil berupa benda

pakai dan benda hias yang trendi dan tentunya bermanfaat.

3.3 Totebag
Totebag termasuk dalam kategori tas jinjing yang bisa digunakan untuk

membawa buku, kosmetik, peralatan maupun penggunaan lain. Secara praktis

dapat dikatakan, tote bag bisa digunakan untuk membawa apa saja. Istilah tote bag

sendiri adalah istilah yang terbuka. bisa berukuran besar,menengah maupun kecil

dengan tambahan pegangan pada bagian atasnya. Jenis paling umum bahan tote

bag adalah kanvas. Bahan kanvas memang terkenal kuat dan bisa digunakan untuk

membawa barang-barang belanjaan serta kebutuhan lainnya. Selain tentu saja

karena kanvas harganya lebih murah. Tote bag lebih simpel saat tidak digunakan

bisa dilipat dan lebih multifungsi.


45

Gambar 3.1 Totebag


Alat dan bahan :

1. Kain perca

2. lem tembak

3. gunting

4. Manik- manik

5. Pensil

6. Jarum

Pola :

D 41 cm

37 cm

30 cm
C
30 cm
A

B
10cm
37 cm6 cm

Gambar 3.2 Pola Totebag


46

Cara membuat :

1. Gunting kain sesuai pola A sebanyak 2 lembar dan 1 lembar sesuai pola B

untuk bagian luar.

2. Gunting kain sesuai pola C untuk tali sebanyak 2 lembar.

3. Gunting kain untuk bagian dalam sesuai pola D.

4. Untuk membuat tali, lipat memanjang kain pola C ke arah luar, jahit sisinya

lalu balik, jahit tindas kembali bagian kanan kirinya

5. Untuk bagian luar tas, satukan kain B diantara kedua lembar kain A, lipat

menjadi 2 bagian ke arah luar, jahit sisi kanan dan kirinya, biarkan dalam

posisi terbalik.

6. Untuk bagian dalam tas, lipat kain pola D menjadi 2 bagian ke arah luar,

jahit sisi kanan dan kirinya, sisakan sedikit lubang disalah satu sisinya untuk

membalik jahitan, kemudian balik hasil jahitan.

7. Masukan bagian dalam tas ( pola D ) di sebelah dalam kain A, selipkan tali

di bagian tengah, tahan dengan jarum pentul.

8. Jahit keliling di bagian atasnya, balik jahitan melalui lubang kecil yang telah

dibuat, tutup lubang dengan jahitan tangan atau jahit tindas dengan mesin.
47

3.4 Bros

Bros adalah benda perhiasan dekoratif yang dirancang agar dapat terpasang

disematkan ke pakaian atau media lain. Pada bagian belakang bros terdapat jarum

dan kait seperti peniti untuk menyematkan perhiasan ini pada kain.

Gambar 3.3 Bros


Alat dan bahan :

1. Kain perca

2. lem tembak

3. gunting

4. Manik- manik

5. Pensil

Pola :

7cmB
A
2.5
40 cm

Gambar 3.4 Pola Bros


48

Cara membuat :

1. Potong 2 buah kain sesuai pola A

2. Potong 2 buah kain sesuai pola B

3. Buat satu buah kuncup bunga dan satu buah kelopak dengan kain lurik.

4. Susun kuncup bunga diatas kelopak, lalu satukan dengan lem tembak.

5. Pasang sebuah manik-manik untuk mempercantik bros

6. Tempelkan kain dari pola B di bagian belakang bros, lalu pasang peniti.

3.5 Kalung

Gambar 3.5 Contoh Kalung dari Kain Perca

Alat dan bahan :

1. Kain perca

2. lem tembak

3. gunting

4. Manik- manik

5. Pensil

6. Jarum
49

Cara membuat :

1. Gunting kain perca dengan ukuran lebar 3 cm dan panjang sesuai kebutuhan

(bila perca tidak cukup panjang, maka dapat disambung dengan perca lain).

2. Jahit kain di bagian tengah sehingga membentuk selangBubuhi seluruh

bagian gelang dengan lem

3. Segera tutupi seluruh bagian permukaan gelang dengan kain tersebut,

dimulai dari kedua ujung bagia kain dan hanya menyisakan bagian tengah

sebagai kalung.

4. Jahit kembali bagian sambungan antara kalung dengan gelang tadi

5. Beri hiasan kawat tembaga dan manik manik di sekeliling gelang atau

liontin di bagian tengah gelang.

6. Diamkan selama 10 menit hingga lem mongering

7. Kalung siap digunakan

3.6 Bando (Hair Band)


50

Gambar 3.6 Bando (Hair Band)

Alat dan bahan :

1. Bando

2. lem tembak

3. gunting

4. kain perca

Cara membuat :

1. Buat pola lingkaran pada kain dengan menggunakan tutup gelas, buat

sebanyak lima lembar atau sesuai selera

2. Bentuk lingkaran menjadi setengah lingkaran

3. Kemudian lipat kedua ujung sisi setengah lingkaran temukan pada satu

titik.

4. Jahit jelujur seperempat lingkaran.

5. Setelah itu tarik benang hingga pola yang tadi dijahit membentuk kelopak

bunga

6. Ulangi langkah-langka sebelumnya pada pola lingkaran yang tersisa

7. Sambungkan jahitan dari kelopak terakhir ke kelopak pertama untuk

menyatukannya menjadi bunga.


51

8. Tambahkan kancing ditengah bunga yang sudah jadi sebagai hiasan. Jadi

deh bunga cantiknya.

9. Potong kain perca berukuran 2 x 50 cm

10. Bakar pinggiran kain perca agar rapih

11. Siapkan bando yang akan dihias, lalu mulailah menempel kain perca

panjang di ujung bando

12. Lilit dan tempel kain perca panjang tadi sampai rapih dengan

menggunakan lem tembak

13. Rapikan sampai seluruh bagian bando tertutupi

14. Percantik bando dengan menggunakan bunga dari kain perca yang kita

buat sebelumnya,

3.7 Konsep Berkarya

Dalam tugas akhir ini, perancangan pemanfaatan limbah industri sebagai

kerajinan kriya tekstil dari limbah tenun Sarung produksi PT. Bama Prima Textile

ini dibuat bukan hanya sebagai penarik konsumenuntuk membeli produk saja,

namun juga syarat dengan pengetahuan tambahanmengenai bagaimana cara

memanfaatkan limbah indsutri yang selama ini dianggap sampah oleh masyarakat.

Yang diharapkan dari serangkaian media perancangan pemanfaatan limbah

industri ini adalah agar mahasiswa dan masyarakat lebih kreatif dalam

memanfaatkan dan membuat produk kerajinan kriya dari bahan sisa produksi.
52

Kain perca yang dianggap sampah akan dirancang dengan berbagai macam

kreasi sehingga bisa menjadi produk yang fungsional dan memiliki nilai ekonomis

atau nilai jual yang tinggi.

3.8 Proses Berkarya

3.8.1 Identifikasi Masalah

Proses berkarya diawali dengan proses mengidentifikasi masalah

yangterjadi dalam sebuah perusahaan, yang pemecahannya dapat dilakukan

denganmenggunakan pendekatan Desain Kriya.

3.8.2 Pencarian Ide

Proses pencarian ide diawali dengan mengumpulkan data mengenaimasalah

yang akan dicarikan pemecahannya melalui dokumen-dokumen yangsesuai

berupa buku dan literatur. Selain pengumpulan datadokumen, juga dilakukan

observasi dan wawancara langsung pada pihak PT.Bama Prima Textile, juga

pengumpulan materi untuk desain yang berkaitan dengankerajinan kriya tekstil.

Selain pengumpulan data, pencarian ide dilanjutkan dengan menyimpulkanlatar

belakang dan tujuan dari laporan tugas akhir ini. Kemudian dilakukan

eksplorasidiri, yaitu mengembangkan ide berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman pribadi. Pencarian ide juga bisa dilakukan dengan melakukan

pengembangan daridesain-desain yang telah ada sebagai inspirasi.

3.8.3 Persiapan Peralatan

Setelah kegiatan pencarian ide, kemudian dilanjutkan dengan persiapan peralatan

yang akan digunakan dalam proses selanjutnya yaitu proses perancangan dan
53

pembuatan produk. Alat-alat yang dipersiapkan adalah alat yang akan digunakan

untukproses perancangan atau mendesain dan alat untuk membuat produk

kerajinan kriya.

A. Bahan

1. Kain Perca Sarung Palekat

Digunakan untuk membuat gambar aplikasi.

2. Kain spundbond

Digunakan sebagai bahan pelapis/vuring dibagian dalam produk kreasi.

3. Viselin

Kain berwarna putih tipis dengan lapisan perekat di salah satu

permukaannya, viselin berguna untuk membuat perca lebih kaku dan

memudahkan saat memotong bentuk gambar.

4. Benang sulam

Untuk menjahit aplikasi perca dan membuat sulaman.

5. Benang jahit

Untuk menjahit akhir produk.

6. Perekat/velcro

Untuk merekatkan kain.

7. Ritsleting

Berfungsi sebagai penutup pada produk.

8. Akesoris

Untuk tambahan aplikasi atau hiasan pada produk.


54

B. Alat

1. Pulpen/pensil

Untuk membuat pola atau menjiplak gambar diatas perca yang telah diberi

viselin.

2. Pensil pola

Untuk menggambar pola atau membuat garis bantu pada saat menyulam.

3. Gunting

Digunakan untuk menggunting kertas dan kain.

4. Jarum jahit

Untuk menyulam dan menjahit perca.

5. Jarum pentul

Untuk menusuk kain dengan pola agar pada saat dipotong tidak bergeser.

6. Lem

Untuk menempelkan gambar aplikasi pada bahan yang akan disulam

7. Setrika

Untuk menggabungkan viselin pada kain perca.

3.8.4 Rough Sketch

Setelah melakukan pencarian ide, kemudian dilanjutkan denganpembuatan

Rough Sketch, yaitu hasil pemikiran yang dituangkan ke dalam sketsakasar

dengan menggunakan alat tulis pensil atau tinta pada kertas.

3.8.5 Proses Pembuatan dan Membangun Karya


55

Setelah semua desain telah jadi dan dilakukan perbaikan, desain telah siap

untuk diterapkan menjadi produk dengan teknik-teknik yang disesuaikan dengan

bentuk dan desain produk kriya. Teknik dasar pembuatan produk kriya tekstil

adalah sebgai berikut :

A. Membuat pola

1. Siapkan mal dari karton, gambar pola diatas kain perca menggunakan kain

perca.

2. Gunting kain perca sesuai pola dengan melebihkan kampuh 4.5 cm.

B. Teknik membuat aplikasi perca

1. Buat desain aplikasi yang diinginkan pada kertas HVS, lalu siapkan

cetakan dari karton.

2. Lapisi kain perca dengan viselin dengan bagian yang berperekat/lengket

menghadap kebawah.

3. Panaskan dengan strika hingga kain menempel,suhu pada setrika diatur

sesuai jenis kain.

4. Jiblak pola gambar pada belakang kain yang telah diberi viselin

5. Gunting kain perca sesuai gambar

6. Susun gambar perca, beri sedikit lem agar gambar tidak bergeser.

3.8.6 Target market

Sasaran utama untuk memasarkan produk kerajinan kriya tekstil adalah

masyarakat umum dan mahasiswa.


56

Masyarakat umum menurut penulis masih sangat menjanjikan untuk menjadi

konsumen karena mereka adalah kalangan yang paling besar mendominasi dari

sebagian konsumen. Bahkan mereka selalu menginginkan kerajinan-kerajinan

kriya tekstil sebagai aksesoris ataupun benda pakai yang akan digunakan dalam

kehidupan sehari-hari maupun untuk menghiasi isi tempat tinggal mereka.

3.8.7 Strategi Pemasaran Kerajinan Kriya Tekstil

Dalam laporan tugas akhir ini Strategi pemasaran yang akan diterapkan

dalam mempromosikan dan menjual produk kerajinan kriya tekstil adalah sebagai

berikut:

1. Memasarkan produk kerajinan kriya tekstil dengan cara menitipkan hasil

kreasi yang telah dibuat ke beberapa kios souvenir atau toko perabot rumah

tangga. Strategi pemasaran ini menggunakan sistem konsinyasi (titip jual)

maupun sistem jual putus kepada partner bisnis.


2. Memperluas pasar dengan mengikuti berbagai kegiatan pameran maupun

bazar produk UKM yang diadakan pihak pemerintah maupun swasta.

Melalui event seperti pameran dan bazar, sehingga bisa mengenalkan

produk kerajinan daur ulang kain perca kepada masyarakat luas, sehingga

peluang untuk mendapatkan pelanggan maupun partner kerja yang cukup

potensial semakin terbuka lebar.


3. Strategi promosi melalui jaringan internet, seperti website, blog, facebook,

twitter, atau bergabung dengan forum-forum diskusi via online untuk

memperluas peluang pasar.


57

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tujuan dari pembuatan laporan tugas akhir yang berjudul Pemanfaatan

Limbah Industri PT. Bama Prima Textile Sebagai Produk Kriya Tekstil adalah

menghasilkan ragam produk kerajinan kriya tekstil dari daur ulang limbah sisa-

sisa produksi seperti sisa benang dan kain potongan. Karya-karya produk kriya

tekstil yang dibuat antara lain kerajinan Totebag, Bros, Kalung dan Bando (Hair

Band). Kemudian mencari idedan berkonsultasi dengan klien, selanjutnya

dilakukan proses produksi yaitupersiapan peralatan, membuat sketsa, pola, proses

pembuatan sketsa menggunakan pensil 2B dan kertas HVS, selanjutnya ke proses

menjiblak gambar pada kain, pemotongan kain dan kemudian menentukan sasaran

/pemasaran produk.Pada perancangan produk kriya dari daur ulang limbah

produksi PT. Bama Prima Textile ini, citra produk yang disampaikan bukan hanya

sebuah produk pakai atau produk hiasan saja, namun lebih luas lagi, yaitu juga
58

sebagai sebuah item fhasion yang didalamnya terdapat nilai kearifan lokal yang

berkaitan dengan motif-motif khas Indonsia. Dengan adanya pemanfaatan limbah

industri sebagai produk kriya tekstil ini, diharapkan selain dapat mengurangi

sampah lingkungan, juga dapat mengurangi jumlah pengangguran, sehingga

anggapan masyarakat tentang limbah industri yang selama ini hanya dianggap

sebagai sampah kini bisa menjadi sebuah produk yang fungsional dan mempunyai

nilai ekonomis atau nilai jual yang tinggi.

4.2 Saran
57 untuk mengurangi sampah lingkungan
Sebuah produk kriya tekstil dibuat

dan juga sebagai produk yang fungsional. Produk yang baik bukan hanya unik dan

menarikagar mudah diingat, namun harus terdapat pesan yang bermakna

didalamnya yang dapat mempengaruhi perasaan konsumensesuai yang diharapkan

dan juga dapat menambah wawasan bagi siapapun yangmenggunakannya. Desain

kriya tekstil harus dapat mewakili karakter sebuahproduk, yang disampaikan

melalui warna, objek, dan mode serta fungsi dari produk tersebut. Sama halnya

dengan seniman, desainer juga bertugas menyampaikanpesan melalui karyanya,

perbedaan terletak pada tujuan dari penggunaan karyamasing-masing. Melalui

sebuah karya, seniman secara bebas dapatmengungkapkan perasaan pribadinya

maupun harapan pribadi atau banyak orang.Namun seorang desainer, harus lebih

cermat dan lebih peka lagi dalam berkarya,yaitu untuk menciptakan sesuatu yang

harus bermakna dan berguna bagikehidupan banyak orang yang sesuai dengan

kondisi yang ada di sekitarnya dalamsegala aspek kehidupan.


59

DAFTAR PUSTAKA

Fadhilah,Laili. 2015. Branding dan Desain di 2++Itooplusplus Decovisual Group

PT. Decovisual Indonesia. Laporan Praktik Industri : Politeknik Negeri

Jakarta.

Kurniati, Een. Membuat Kalung dari Perca.http://abiummi.com/menjadi-

muslimah-kreatif-dalam-membuat-kalung-dari-kain-perca/(diunduh tanggal

20 Mei 2016)

Mamen, Labels. Pengertian Seni Kriya.

http://www.blogmamen.com/2012/08/pengertian-seni-kriya-dan-

contohnya.html (diunduh tanggal 14 Mei 2016)

Nugroho,Eko. 2006. Perancangan Promosi Kerajinan Aluminium Himmah Mulia.

Skripsi : Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sulistyo,Sari. 2012. Kreasi Apik dari Kain Lurik. Jakarta. Penerbit : Kriya

Pustaka, Group Puspa Swara Anggota IKAPI.

Sandipras. Sejarah Kain Sarung.


60

http://www.apakabardunia.com/2013/07/asal-muasal-kain-sarung.html

(diunduh tanggal 14 Mei 2016)

Anda mungkin juga menyukai