Anda di halaman 1dari 12

Budaya Aimai Dalam Anime Flying Witch

Devi Haryanti Oktavia1, Mangatur Sinaga 2, Intan Suri 3


1
Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
2
Universitas Riau, Pekanbaru, Indonnesia
3
Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
Email:1devi.haryanti4982@students.unri.ac.id
2
mangatur.sinaga@lecturer.unri.ac.id
3
intan.suri@lecturer.unri.ac.id

Abstrak

Dalam masyarakat Jepang salah satu budaya komunikasi yang menjadi perhatian penting
adalah budaya aimai atau ambiguitas. Penggunaan aimai di dalam komunikasi
masyarakat bertujuan untuk menjaga keharmonisan. Aimai sebagai salah satu budaya
komunikasi tidak hanya digunakan dalam keadaan nyata di dalam masyarakat juga
dituangkan dalam karya-karya seperti anime, film, dan manga salah satunya adalah anime
berjudul Flying Witch. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
bentuk dan penggunaan aimai di dalam anime Flying Witch. Hasil penelitian menyatakan
bahwa aimai dalam bahasa Jepang dapat berupa kata, kalimat, dan kalimat tanya. Aimai
di dalam anime Flying Witch digunakan untuk mengekspresikan pendapat secara tidak
langsung, menyamarkan penolakan, serta menyatakan keraguan atau ketidakpastian.
Kata kunci: aimai; budaya; komunikasi

Abstract

In Japanese society, one of the communication cultures that becomes an important


concern is the Aimai or ambiguity. The use aimai in community communication aims to
maintain harmony. Aimai as a communication culture is not only used in real situations
in society, it is also expressed in works such as anime, films, and manga, one of which is
an anime entitled flying witch. The purpose of this study is to find out how the form and
use of aimai in the anime flying witch is. The results of the study stated that aimai in
Japanese can be in the form of words, sentences, and interrogative sentences. Aimai in
the flying witch anime is used to express opinions indirectly, disguise rejection, and
express doubt or uncertainty.
Keywords: Aimai; communication; culture

A. Pendahuluan masyarakat tersebut (Budiyanto,


Bahasa merupakan medium 2013: 77). Secara sosial, setiap
untuk berkomunikasi. Jika berbicara kelompok masyarakat pada dasarnya
tentang komunikasi berarti berbicara memiliki kekhasan budayanya
mengenai masyarakat dan masing-masing. Kekhasan budaya
kebudayaan yang tumbuh di dalam tersebut berpengaruh pada
bagaimana suatu masyarakat mengutarakan keinginan atau
berkomunikasi baik di antara para pendapat, masyarakat Jepang
anggotanya maupun dengan anggota cenderung menggunakan ungkapan
kelompok masyarakat lain samar (aimai). Hal ini juga berlaku
(Budiyanto, 2013: 4). saat sedang membicarakan diri
Budaya komunikasi setiap sendiri atau saat menolak sesuatu.
bangsa berbeda-beda. Hall (dalam Davies dan Ikeno (2002: 9)
Ratna, 2019: 22) menyatakan bahwa mendefinisikan aimai sebagai
di dunia ini ada dua konsep budaya keadaan terdapat lebih dari satu
komunikasi yaitu kebudayaan makna yang dimaksudkan sehingga
konteks rendah (low context culture) mengakibatkan ketidakjelasan,
dan kebudayaan konteks tinggi (high kesuraman, dan ketidakpastian.
context culture). Masyarakat yang
Tsuji (1999) mengatakan
memiliki kebudayaan konteks tinggi
bahwa aimai mempunyai tiga fungsi,
di dalam berkomunikasi memiliki
yaitu sebagai berikut.
kecenderungan tertutup, implisit,
1. Membuat kabur isi pembicaraan.
lebih banyak menggunakan bentuk
Pola kalimat seperti “toka”,
nonverbal daripada bentuk verbal.
“nanka”, “demo”, “shi”, dan
Sikap dan gagasan yang disampaikan
sebagainya merupakan kata-kata
melalui bentuk verbal belum tentu
yang dapat membuat makna utama
merupakan sikap dan maksudnya,
dari suatu percakapan yang rancu
melainkan berbeda atau bahkan
dan tidak jelas.
berlawanan dari apa yang
2. Menjadikan subjek pembicaraan
dinyatakan.
menjadi bentuk metabahasa.
Masyarakat Jepang menganut
Orang Jepang sering kali
konsep kebudayaan konteks tinggi.
menggunakan kata-kata seperti “tte
Artinya, masyarakat Jepang saat
kanji”, “~kana”, “~mitaina”, “tte iu
berkomunikasi sangat menghindari
ka” dalam pembicaraan yang sekilas
ungkapan langsung dan tegas dalam
mirip dengan fungsi pertama namun
kehidupan sosial bermasyarakat.
sebenarnya berfungsi menjadikan
Sebagai gantinya, saat ingin
subjek pada suatu pembicaraan ke percakapan ini layak menjadi
dalam bentuk metabahasa. perhatian penting dalam rangka
3. Melibatkan petutur menjadi menambah pengetahuan mengenai
rekan pelaku. budaya dalam komunikasi berbahasa
Fungsi yang ketiga ini Jepang terutama untuk
mempunyai ciri khas yaitu adanya mengidentifikasi berbagai bentuk
aksentuasi maupun intonasi berbicara tuturan dan penggunaan aimai dalam
yang berfungsi sebagai tanda tanya anime Flying Witch.
yang ditujukan kepada lawan bicara. B. Metode Penelitian
Pola ini disebut sebagai “pertanyaan Metode pengumpulan data yang
yang menggantung” karena biasanya digunakan adalah metode simak-
nada bertanya tersebut terletak di catat. Dalam hal ini, peneliti akan
tengah-tengah kalimat. Misalnya menyimak dengan saksama
kalimat-kalimat yang menggunakan percakapan yang terdapat dalam
“njanai desuka” atau dalam bentuk anime Flying Witch lalu mencatat
nonformal cukup “njanai”. percakapan yang mengandung aimai
Aimai sebagai salah satu di dalamnya.
bentuk budaya komunikasi yang Selanjutnya, metode analisis
penting tidak hanya berada dalam yang digunakan adalah metode
komunikasi bermasyarakat saja, analisis kontekstual. Metode analisis
namun juga dituangkan dalam karya- kontekstual adalah cara analisis
karya seperti anime, manga, dan yang diterapkan pada data dengan
film. Salah satunya adalah anime mendasarkan dan mengaitkan pada
berjudul Flying Witch yang dirilis konteks yang terjadi pada
tahun 2016 lalu. Anime ini percakapan (Rahardi, 2009: 36).
mengandung banyak ungkapan-
ungkapan yang samar atau ambigu C. Hasil dan Pembahasan
yang untuk memahaminya Dari 12 episode anime Flying
diperlukan perasaan dari para pelaku Witch, berikut beberapa penerapan
komunikasi. Ungkapan-ungkapan aimai dalam percakapan antartokoh
ambigu (aimai) yang terjadi di dalam dalam anime tersebut.
Data 1 kemudian hanya menjawab “Tarinai
nichi youhin toka ‘ “Seperti
Makoto : そうだけい君、近くに雑貨
屋さんか何かありません perlengkapan sehari-hari yang belum
か?
Souda Kei kun, chikaku ni cukup,” ’ seakan-akan membiarkan
zakkaya san ka nani ka
arimasenka? Kei menebak sendiri apa yang ingin
‘Oiya Kei, di sekitar sini ada dibeli olehnya atau Makoto hanya
toserba atau semacamnya?’
Kei : 雑貨屋?ホームーセンターな tidak ingin menjelaskannya saja.
らあるけど、何買うの?
Zakkaya? Hoomuu sentaa Apabila Kei merasa ingin tahu dan
nara aru kedo, nani kau no? bertanya kembali mengenai barang
‘Toserba? Home store ada
sih, mau beli apa?’ yang ingin dibeli Makoto, keduanya
Makoto : たりない日用品とか、
Tarinai nichiyouhin toka, akan memunculkan perasaan tidak
‘Seperti perlengkapan sehari- enak.
hari yang belum cukup.’
(Flying Witch. Eps. 1, 08:30-08:33)
Data 2
Aimai pada data 1 adalah
partikel toka di akhir kalimat yang Chinatsu: お姉ちゃんがどこから来た
の?
menyebabkan pernyataan penutur Oneechan ga doko kara kita
no?
seperti masih tersambung. Namun, ‘Kakak datang dari mana?’
penutur tidak melanjutkan Makoto: 出身ですか。私は横浜って
所から来たんですよ。
penjelasannya karena suatu alasan. Shusshin desuka? Watashi
wa Yokohama tte tokoro kara
Partikel toka sebenarnya digunakan kitan desu yo.
untuk menyebutkan benda yang ‘Tempat kelahiran? Saya
berasal dari tempat
seharusnya terdiri atas beberapa (bernama) Yokohama.’
Chinatsu: わ!横浜知ってる。東京の
benda. Namun pada kalimat tersebut ことのでしょう。
Makoto hanya menyebutkan satu Wa! Yokohama shitteru.
Tokyo no koto no deshou.
benda yang bersifat umum tanpa ‘Wa! Aku tau Yokohama.
Yang di Tokyo kan?’
meneruskan lagi kalimatnya. Hal ini Makoto: ああ、それはちょっと、
membuat kalimat yang dinyatakan Aa, sore wa chotto,
‘Aa, Hmm gimana ya,’
oleh Makoto menjadi aimai (samar). (Flying Witch, Eps. 1, 09:47-10:02)
Ada maksud lain dalam kalimat
Aimai dalam data 2 terdapat
Makoto, saat Kei bertanya apa yang
pada kata chotto yang digunakan
ingin dibeli olehnya. Makoto
untuk menyatakan ketidaksetujuan 血縁関係、考えられるあな
たのすべて情報が書いてく
secara tidak langsung terhadap apa ださい。
Chouhitomazu, denwa bangou,
yang disampaikan oleh penutur. yuubin bangou, juusho, kazoku
Konteks percakapan ini adalah kousei, ketsuen kankei,
kangaerareru anata no subete
Chinatsu menanyakan tempat asal jouhou ga kaite kudasai.
‘Untuk saat ini, tolong tuliskan
Makoto. Lalu, Makoto menjelaskan nomor telepon, kode pos,
bahwa ia berasal dari Yokohama. alamat, struktur keluarga,
hubungan kerabat, apa yag
Chinatsu mengira bahwa Yokohama kamu pikirkan, dan semua
informasi tentang anda.’
itu adalah Tokyo walau sebenarnya Makoto: え?あのう、さすがにそこ
Yokohama hanya berjarak 30 KM まではちょっと、
E? Anou, sasuga ni soko
dari Tokyo. Namun, keduanya adalah made wa, chotto,
‘E? Itu tidak seharusnya,
kota yang berbeda. Makoto tidak saya tidak bisa,’
ingin membuat Chinatsu merasa (Flying Witch, Eps. 4, 08:07-08:25)

tidak enakan, sehingga untuk Aimai yang terdapat pada


menyatakan bahwa itu salah, Makoto data 3 adalah kata chotto. Kata ini
tidak menggunakan kata ‘tidak’ atau digunakan untuk menolak secara
‘bukan’. Dengan menggunakan kata halus. Kata chotto di sini dimaknai
‘chotto’, Makoto menyampaikan dengan “tidak bisa”. Konteks dalam
ketidaksetujuannya dengan percakapan tersebut adalah Makoto
pernyataan Chinatsu. akan diramal oleh Inukai. Pertama,
Inukai hanya meminta untuk
Data 3 menuliskan namanya. Selanjutnya, ia
Inukai: あのう、うらないに成功する meminta menuliskan informasi
ためにですね、もう一つ書
いて欲しいんです。 pribadi, yang dalam masyarakat
Anou, uranai ni seikou suru Jepang hal ini sangatlah tidak sopan.
tame ni desu ne. Mou hitotsu
kaite hoshiin desu. Makoto menolaknya dengan hanya
‘Untuk keberhasilan
ramalannya, saya ingin Anda menyatakan chotto tanpa
menuliskan satu hal lagi.’ meneruskan kalimatnya dengan
Makoto: はい。
Hai. harapan Inukai mengerti bahwa ia
‘Iya.’
Inukai: ちょうひとまず、電話番号、
menolak melakukannya.
郵便番号、住所、家族構成、
Data 4 deshi tori toka shite nai shi,” ‘
“Karena saya tidak pernah
Akane: 相変わらず寛容な親御さんな
こと。 mengangkat murid,” ’.
Aikawarazu kanyouna oyago
san na koto
‘Seperti biasa, orang tua dan
anak yang toleran.’ Data 5
Chinatsu: じゃ、弟子にしてくれる?
Ja, deishi ni shite kureru? Akane: うまい
‘Kalau begitu, bisakah saya Umai
menjadi murid kakak?’ ‘Enak’
Akane: あたし、弟子取りとかしてな Kei : どちが?
いし、 Dochi ga?
Atashi, deshi tori toka shitenai ‘Yang mana?’
shi, Makoto: もう昼間からお酒なんて、
‘Sebenarnya saya tidak pernah よくないんですよ。
mengangkat murid,’ Mou hiruma kara osake nante
(Flying Witch, Eps. 6, 06:31-06:40) yokunaindesu yo
‘Masih siang minum sake, ga
Aimai yang terdapat pada data bagus lho.’
Akane: 昼間からいいんじゃ
4 adalah partikel shi yang digunakan ない?
Hiruma kara iin ja nai?
untuk menyatakan penolakan secara ‘Justru karena siang makanya
halus. Konteks percakapan ini adalah enak.’
(Flying Witch, Eps. 7, 11:53-12:04)
Chinatsu ingin menjadi penyihir dan
Aimai yang terdapat pada data
ingin berguru kepada Akane. Akane
5 adalah pola ja nai digunakan untuk
yang selama ini pergi mengembara
menyatakan pendapat penutur
dan melakukan penelitian ke seluruh
tentang sesuatu dan digunakan juga
dunia tidak pernah mempunyai murid
untuk mendapatkan persetujuan dari
sebelumnya. Hal ini membuat Akane
petutur tentang apa yang sudah
merasa bahwa itu adalah tanggung
disampaikan penutur. Konteks
jawab yang sangat besar. Di satu sisi,
percakapan ini adalah Akane sedang
Chinatsu adalah manusia biasa dan
minum sake saat siang terik. Lalu,
bukan keturunan penyihir. Akane
Makoto menegurnya. Akane
khawatir keinginan Chinatsu
bukannya berhenti malah
nantinya akan membawa dampak
mengatakan bahwa siang hari itu
buruk pada kehidupannya. Untuk
adalah waktu yang baik untuk
menolak hal itu secara halus, Akane
minum sake karena rasanya (menurut
menyatakan pernyataan “Atashi,
Akane) terasa lebih enak. Data 7

Hina: あんずと年の近そうな魔女
Data 6 だからさ、お知り合いなっ
たほうがいいんじゃない?
Anzu: 違うお客さんか? Anzu to toshi no shika souna
Chigau okyakusan ka? majo da kara sa, oshiriai ni natta
‘Pelanggan yang berbeda ya?’ houga iin ja nai?
Hina: うん、あの髪の長い子、魔女 ‘Sepertinya penyihir itu seumuran
だと思うよ。 dengan Anzu, bukannya bagus ya
Un, ano kami no nagai ko, majo jika saling kenal.’
da to omou yo Anzu: うん、挨拶してくよ。
‘Iya, anak yang berambut Un, aisatsu shiteku yo
panjang itu sepertinya penyihir.’ ‘Iya, aku akan memberi salam
Anzu: え、見ない人ね。 padanya.’
E, minai hito da ne. (Flying Witch, Eps. 8, 03:28-
‘E, orang yang tak pernah ku lihat 03:36
ya.’
Hina: 最近ここあたりに来たって言 Aimai yang terdapat pada data 7
う新米魔女じゃないかな?
Saikin koko atari ni kita tte iu adalah pola ja nai pada yang
shinmai majo ja nai kana?
‘Mungkin dia penyihir yang digunakan untuk menyarankan bukan
baru pindah ke sini ya?’ untuk menyatakan kalimat negatif.
(Flying Witch, Eps. 8, 03:16-03:27)
Konteks pada percakapan ini yakni,
Aimai yang terdapat pada
Hina menyarankan kepada Anzu
data 6 adalah pola kana yang
untuk berkenalan dengan Makoto
digunakan untuk menyatakan
yang baru saja pindah ke kota
keraguan penutur. Konteks pada
tersebut.
percakapan ini adalah Hina
menyatakan pendapatnya mengenai
Data 8
Makoto. Ia menduga bahwa Makoto
Nao: けい、一番失敗しやすいのど
adalah penyihir baru yang pindah ke れ?
kota ini. Penggunaan kana ini Kei, ichiban shippai shi yasui wa
dore?”
membuat tuturan Hina menjadi tidak ‘Kei, yang mana yang paling
mudah gagal (masakannya)?’
pasti. Jadi, jika nanti tuturan Hina Kei: ハンバーガーじゃないかな。
tidak benar, ia tidak merasa Hambaagaa ja nai kana?
‘Mungkin hamburger.’
bertanggungjawab karena itu hanya (Flying Witch, Eps. 10, 03:16-03:27)
dugaan belaka.
Aimai yang terdapat pada
data 8 adalah pola kana yang
digunakan untuk menyatakan alasan bahwa ia juga tidak punya
keraguan penutur sekaligus rencana lain di hari itu.
pendapatnya. Konteks pada
Data 10
percakapan ini adalah Nao, Kei dan
Makoto sedang berada di kelas Chinatsu: わ、広い。
Wa, hiroi.
memasak. Mereka bertiga membagi ‘Wah, luasnya.’
tugas. Tiga menu yang harus Makoto: ここって、
Koko tte,
dimasak adalah kare, hamburger, dan ‘Ini kan,’
salad. Nao bertanya kepada Kei Akane: 多分神殿か何かじゃない
かな。
menu apa yang paling sulit dibuat. Tabun shinden ka nani ka ja
nai kana.
Menurut Kei, hamburger adalah ‘Mungkin kuil atau
menu yang paling sulit. Namun, Kei semacamnya ya kan?’
(Flying Witch, Eps. 11, 06:46-06:53)
tidak menyatakannya secara jelas,
melainkan menyamarkan tuturannya Aimai yang terdapat pada

dengan menggunakan ja nai kana. data 10 adalah pola ja nai kana yang
digunakan Akane untuk bertanya

Data 9 kepada dirinya sendiri atau


bergumam. Konteks pada percakapan
Chinatsu: あかねねちゃんもう
一緒に行こうよ。 ini adalah Chinatsu, Makoto, dan
Akane ne chan mou isshoni
ikou yo Akane sedang berada di atas tubuh
‘Kak Akane juga ikut yuk.’ ikan paus terbang. Lalu, mereka
Akane: そうだね。予定もないし、行
こうかな。 melihat banyak bangunan di atasnya.
Sou da ne. Yotei mo nai shi,
ikou kana. Akane menduga bahwa itu adalah
‘Iya ya, Lagi pula tidak ada bangunan kuil atau semacamnya.
rencana sih.’
(Flying Witch, Eps. 10, 12:24-12:29)
Data 11
Aimai yang terdapat pada data
9 adalah partikel shi digunakan untuk Akane : あんず、よかったら家でご飯
食べて行かない?
menyatakan “lagi pula”. Chinatsu Anzu, yokattara ie de gohan
tabete ikanai?
mengajak Akane ke kebun apel
‘Anzu, jika berkenan mau ikut
keluarga mereka. Akane menyetujui sarapan di rumah?’
Makoto: そうだ、来てくださいよ。
hal tersebut dengan menyertakan くじらの話もっと聞かせて
ください。 percakapan ini adalah Mama
Sou da, kite kudasai yo. Kujira
no hanashi motto kikasete bertanya kepada Chinatsu apa warna
kudasai.
kesukaannya. Chinatsu menjawabnya
‘Iya, datanglah. Saya ingin
mendengar lebih banyak dengan ragu “akai kana” karena
tentang ikan paus.’
Akane: おいでよ。 mungkin Chintasu mempunyai warna
Oide yo lain yang ia suka.
‘Datang ya.’
Anzu: うん、じゃ行こうかな。 Dari 12 data aimai yang
Un, ja ikou kana.
‘Iya, kalau begitu aku ikut.’ ditemukan, bentuk aimai yang
(Flying Witch, Eps. 11, 10:20-10:37) terlihat adalah bentuk kata dan
Aimai yang terdapat pada data bentuk kalimat. Kata yang tergolong
11 adalah partikel kana yang ke dalam aimai adalah kata chotto
menyatakan persetujuan secara tidak yang dapat digunakan dalam
langsung. Konteks percakapan ini berbagai konteks. Misalnya, data 2
adalah Akane mengajak Anzu untuk yang menyatakan ketidaksetujuan
sarapan di rumah Chinatsu. Anzu secara tidak langsung terhadap apa
menyatakan “Un, ja, ikou kana” yang disampaikan oleh petutur. Lalu,
walau ada sedikit keraguan, namun ia data 3 yang digunakan untuk
tetap menyetujuinya. menolak secara tidak langsung.
Selanjutnya, aimai yang
Data 12 tergolong ke dalam kalimat ditandai
dengan adanya penggunaan partikel
Mama: ちなつ何色好きだっけ?
Chinatsu, nan iro suki dakke? toka, shi, dan kana yang meluas dari
‘Chinatsu suka warna apa?’
Chinatsu: 赤いかな。 fungsi sebenarnya. Misalnya, partikel
Akai kana. toka dan shi biasanya digunakan
‘Merah.’
Mama: はい、赤いね。 untuk menyebut beberapa contoh
Hai, akai ne
‘Baiklah, merah ya.’ yang setara, namun pada beberapa
(Flying Witch, Eps. 12, 10:55-11:00) percakapan ditemukan hanya ada
Aimai yang terdapat pada data satu contoh yang disebutkan. Hal itu
12 adalah partikel kana yang dimaksudkan agar petutur sendiri
digunakan untuk menyatakan yang menyimpulkan apa yang
keraguan penutur. Konteks hendak dimaksud oleh penutur.
Penggunaan partikel kana secara tidak langsung, melemahkan
juga menjadikan sebuah kalimat tangung jawab penutur terhadap apa
menjadi tidak jelas. Partikel kana yang disampaikannya, serta
yang ditemukan dalam percakapan memperhalus tuturan. Masyarakat
anime Flying Witch kebanyakan Jepang umumnya tidak dapat
dimaksudkan untuk mengaburkan berterus terang dalam
suatu pesan dan juga melemahkan berkomunikasi, sehingga
tanggung jawab penutur terhadap apa menggunakan aimai untuk menjaga
yang disampaikannya. keharmonisan hubungan sesamanya.
Terakhir, kalimat dengan pola
ja nai digunakan secara berbeda. Daftar Pustaka
Pola ini biasanya menyatakan bentuk
Adnyani, K. E. K. (2020). Kuuki
negatif kasual dalam bahasa Jepang. Yomenai: The Importance of
Understanding Meaning
Namun, pada 2 percakapan yang
Ambiguity in Japanese
muncul, pola ja nai digunakan untuk (Aimai). Dipetik Oktober 26,
2021 dari researchgate.net
bertanya dan biasanya dengan
mengganti hatsuon (pelafalan) di
akhir kalimat menjadi agak naik. Aulyana, S. N. (2008). Analisis
Konsep Aimai dalam
Selain itu, pola ini secara tidak Penggunaan Bahasa pada
langsung memaksa petutur harus Komik Lovely Complex
Melalui Honne dan Tatemae.
menyetujui apa yang dikatakan oleh Dipetik Agustus 25, 2021,
penutur. dari E-Prints Repository
Software:http://eprints.binus.
ac.id/2788/
D. Simpulan
Dari data yang ditemukan dalam
Budiyanto, H. (2013). Komunikasi
anime Flying Witch ini terlihat Indonesia untuk Membangun
Peradaban Bangsa. e-
bentuk aimai berupa kata dan
proceeding Serial Call for
kalimat dengan beragam Paper dan Konferensi
Nasional Ilmu Komunikasi
penggunaan. Penggunaan tersebut
Palembang 26-27 Februari
mencakup membuat kabur isi (hal. 1-77). Jakarta: Pusat
Studi Komunikasi dan Bisnis
pembicaraan, menyatakan penolakan
Program Pascasarjana
Universitas Mercu Buana Bahasa Jepang (Kajian
Jakarta. Pragmatik. Bandung:
Universitas Kristen
Maranatha.
Davies, R. J, dan Osamu Ikeno.
2002. The Japanese Mind Lisamayasari. 2013. Aimai dalam
Understanding Implikatur Percakapan
Contemporary Japanese Bahasa Jepang. Medan:
Culture. Tokyo: Tuttle Universitas Sumatera Utara.
Publishing.

Hall. Edward T. 1989. The Hidden Oe, K. 1992. Japan, the Ambiguous
Dimension. New York: and My Self. Tokyo:
Doubleday. Kondansha International.

Haugh, M. (2003). Japanese and


Non-Japanese Perceptions of Ratna, M. P. (2019). Aimai Hyougen
Japanese Communication. sebagai Cerminan
New Zealand Journal of Komunikasi Implisit
Asian Studies 5, 156-177. Jepang. IZUMI, 8(1), 20-
25. https://doi.org/10.14710/i
zumi.8.1.20-25.
Hudson, R. 1995. Sociolinguistic.
Dalam R. &. Djamil,
Sosiolinguistik (hal. 327 hal). Sunarni, N., & Johana, J. (2017).
Jakarta: Departemen Eufemisme dalam Bahasa
Pendidikan dan Kebudayaan. Jepang. Prosodi, 119-126.
Kishie, Shinsuke. 2007. Sunagawa, Yuriko dkk. 1998.
Tsukatteimasenka Aimai Nihongo Bunkei Jiten.
Kotoba. Ohayou Cetakan II. Tokyo: Kurosio
Tokushima. Publishers.
Landis, Dan. dan Dharm P.S.Bhawuk Tsuji, Daisuke (1999). Young
(Eds). 2020. The Cambridge People's New Speech Style
Hanbook of Intercultural and Their Interpersonal
Training: Japanese Relationship : The Reseults
Psychology and Intercultural of A Preliminary Survey on
Training. Published Online University Students. 17-42.
by: Cambridge University
Press.
Leech, Geoffrey. 1993. Principle of Zaim, M. 2014. Metode Penelitian
Pragmatic. London: Bahasa Pendekatan
Longman. Struktural. Padang: Sukabina
Press.
Lestari, P. P. 2008. Aimai dalam

Anda mungkin juga menyukai