Anda di halaman 1dari 5

Mediator (Findo) : Selamat Siang Bapak Anton dan Bapak Satrio yang saya hormati, sebelum kita

memulai mediasi izinkan saya untuk membacakan tata tertib proses mediasi yang telah kita
sepakati bersama yaitu sebagai berikut :

1. Para pihak wajib beritikad baik, hadir dan mengikuti jadwal mediasi yang telah ditentukan
serta berperan aktif dalam proses mediasi;

2. Para pihak harus berbicara secara bergantian setelah dipersilahkan mediator;

3. Para pihak tidak boleh saling memotong pembicaraan;

4. Para pihak tidak saling menyerang baik secara kata-kata maupun fisik;

Saya harap Bapak - bapak sekalian bisa menaati tata tertib yang telah disepakati tersebut.
Untuk memulai mediasi, bagaimana kalau kita mulai dengan mendengar keterangan dari pihak
Penggugat terlebih dahulu ?

Penggugat (Anton) : Jadi begini, saya dengan bapak Satrio melakukan transaksi jual beli Rumah
milik saya yang terletak di Jln Kenanga 2, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu. Sertifikat
Hak Milik 2233 dengan Luas 265 m2 (meter per segi) seharga Rp. 350.000.000 (Tiga Ratus
Lima Puluh Juta Rupiah). Sudah dibuatkan Akta Jual beli di hadapan Notaris Wahyu
Risdiantara Fitrah S.H.,M.Hum dengan Nomor 124/Pbl/2021 Tanggal 2 September 2021. Pada
waktu itu bapak Satrio membayar uang muka seharga Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah)
secara tunai, dan sepakat sisanya akan dibayar dua bulan setelah akta dibuat. Tanggal 2
November 2021 Bapak Satrio membayar sisa pembayaran/pelunasan dengan memberikan 2
lembar cek. pada Tanggal 2 November 2021 itu, Bapak Satrio membayar sisa
pembayaran/pelunasan dengan memberikan dua lembar cek yaitu sebagai berikut : 1. Cek
No. XP 279269 tanggal 8 November 2021 BCA (Bank Central Asia) Sejumlah Rp. 85.000.000
(Delapan Puluh Lima Juta Rupiah) dan 2. Cek No. XP 279251 Tanggal 8 November 2021 BCA
(Bank Central Asia) sejumlah Rp. 65.000.000 (Enam Puluh Lima Juta Rupiah). Kedua cek tersebut
atas nama Bapak Satrio. Setelah seminggu pelunasan, saya cairkan dua lembar cek tersebut
di Bank Bengkulu akan tetapi pihak Bank mengatakan ditolak karena Rekening Giro telah
ditutup. Jadi saya langsung menghubungi bapak Satrio akan tetapi bapak satrio seolah selalu
menghindar dari saya, seolah Bapak satrio tidak beritikad baik kepada saya. Dan setelah
Bapak satrio bisa ditemui, Bapak satrio justru mengatakan tidak benar dan rekening tabungan
giro atas nama nya tersebut masih aktif. Jadi karena saya merasa tidak adil dan dirugikan
disini maka saya dengan kuasa hukum saya mengajukan Gugatan.
Mediator (Findo) : Jadi kalau boleh saya simpulkan bahwa Pak Anton dengan Bapak satrio
telah melakukan Perjanjian Pengikatan Jual Beli terbukti dari fotocopy Akta yang saya terima
yaitu dengan objek Rumah di Jln Kenanga 2, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu. dengan
sertifikat Hak Milik 2233 Luas 265m2 (meter per segi). Tahap pembayaran dilakukan 2 kali
yaitu uang muka sebesar Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah) dan Tahap kedua yaitu
dua lembar cek yang masing2 nominalnya Rp. 85.000.000 dan Rp. 65.000.000. Akan tetapi
saat dicairkan dua lembar cek tersebut tidak bisa karena dinyatakan tabungan giro tutup.
Benar begitu ?

Penggugat (Anton) : Benar Pak.

Mediator (Findo) : Lalu solusi apa yang Pak Anton Inginkan dari Mediasi ini ?

Penggugat (Anton) : Seperti yang saya katakan tadi bahwa saya merasa tidak adil dan
dirugikan atas Transaksi Jual beli ini karena cek yang bapak satrio berikan tidak bisa saya
cairkan. Sedangkan mereka sudah menerima Sertifikat Hak Milik dan sedang proses
pergantian Nama. Bahwa kami ingin mengajukan usulan perdamaian sebagai berikut : 1. Bahwa
Bapak Satrio mengakui kesalahannya dan Tulus meminta maaf kepada saya 2. Bahwa Bapak
Satrio melunasi sisa pembayaran sebesar Rp. 150.000.000 (Seratus Lima Puluh Juta Rupiah);

Mediator (Findo) : Benar begitu Pak Anton ?

Penggugat (Anton) : Benar.

Mediator (findo) : Baiklah, selanjutnya saya persilahkan kepada Bapak Satrio untuk menyampaikan
permasalahannya.

Tergugat (Satrio) : Baik terimakasih kesempatannya. Memang benar saya melakukan transaksi jual
beli dengan Pak Anton. Dan benar bahwa telah dibuatkan Akta Jual beli seperti yang
dikatakan oleh Pak Anton yaitu di hadapan Notaris Wahyu Risdiantara Fitrah S.H.,M.Hum
dengan Nomor 124/Pbl/2021 Tanggal 2 September 2021. Saya telah membayar uang muka
seharga Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah) secara tunai. Saya membayar sisanya dengan
memberikan 2 lembar cek seperti yang telah dikatakan oleh Penggugat.

Mediator (Findo): Bisa dibacakan terkait 2 lembar cek tersebut ?

Tergugat (Satrio) : Cek No. XP 279269 tanggal 8 November 2021 BCA (Bank Central Asia)
Sejumlah Rp. 85.000.000 (Delapan Puluh Lima Juta Rupiah) dan Cek No. XP 279251
Tanggal 8 November 2021 BCA (Bank Central Asia) sejumlah Rp. 65.000.000 (Enam Puluh
Lima Juta Rupiah). Kedua cek tersebut atas nama Saya. Bahwa bukannya saya tidak
beritikad baik kepada Pak Anton dengan tidak membayar sisa pembayaran tersebut. Saya
yang memiliki Tabungan Giro tersebut bisa membuktikan bahwa Tabungan Giro saya masih
aktif.

Mediator (Findo) : Lalu mengapa ada pernyataan dari Pihak Bank yang menyatakan Tabungan
Giro milik Pak Satrio sudah di tutup ?

Tergugat (Satrio) : Setelah saya cek kembali, ternyata karena kesalahan saya dalam pembuatan
cek tersebut. Ada kekeliruan, sehingga cek tersebut tidak bisa dicairkan.

Mediator (Findo) : Saya simpulkan bahwa Bapak satrio membenarkan telah terjadi Transaksi Jual
Beli dengan Pak Anton, hal itu dibuktik dari Akta Jual beli yang sama dengan yang dimiliki
Pak Anton dan Sertifikat Hak Milik rumah yang merupakan objek transaksi tersebut. Bapak
Satrio telah membayar uang muka seharga Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah) secara
tunai. Dan membayar sisanya dengan dua lembar cek pada Tanggal 8 November dibuktikan dari
kwitansi pembayaran, dan nominal cek yang sama. Bahwa Bapak Satrio mengakui adanya
kekeliruan terhadap cek tersebut sehingga ceknya tidak bisa dicairkan oleh Pak Anton.
Benar begitu Bapak Satrio ?

Tergugat (Satrio) : Benar.

Mediator (Findo) : Lalu, Solusi apa yang Bapak satrio inginkan dari mediasi ini ?

Tergugat (Satrio) : Bahwa saya ingin masalah ini diselesaikan baik-baik karena permasalahan ini
hanya kesalahpahaman antara Saya dengan Pak Anton. Bahwa saya mengakui kesalahan dan
meminta maaf secara tulus kepada Pak Anton karena kekeliruan saya. Dan saya akan
membayar sisa pembayaran secepatnya, akan tetapi karena kekeliruan ini saya mohon
kepada Pak Anton untuk memberikan waktu kepada kami selama 7 hari untuk membayar sisa
pembayaran tesebut.

Mediator (Findo) : Bagaimana Pak Anton, apakah Pak Anton bersedia memaafkan Bapak Satrio?
dan bersedia memberikan batas waktu 7 hari kepada Bapak satrio untuk membayar sisa
pembayaran tersebut ?

Penggugat (Anton) : karena Pak Satrio dengan tulus meminta maaf dan akan membayar
hutangnya, maka saya maafkan dan saya setuju memberikan batas waktu 7 hari kepada
Bapak Satrio.
Mediator (Findo) : baiklah, saya rasa sudah menemukan kesepakatan. Tapi sebelumnya saya
akan membacakan kesepakatan yang telah disepakati bersama yaitu sebagai berikut : 1. Bahwa
Pihak Penggugat mensetujui Perdamaian dengan Tergugat, 2. Bahwa Pihak Tergugat
mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada Penggugat; 3. Bahwa Pihak Tergugat akan
melunasi Sisa Pembayaran Rp. 150.000.000 (Seratus Lima Puluh Juta Rupiah); 4. Bahwa Pihak
Penggugat dengan Tergugat I sepakat sisa pembayaran dilakukan paling lambat 7 Hari setelah
adanya Kesepakatan Perdamaian.Itulah tadi kesepakatan-kesepakatan yang sudah disepakati.
Saya mau bertanya kepada Bapak Anton dan Bapak Satrio apakah puas dengan hasil mediasi
ini?

Penggugat (Anton) : puas

Tergugat (Satrio) : Puas

Mediator (Findo) : baiklah selanjutnya kita akan mempersiapkan kesepakatan perdamaian yang
mana nantinya di dalam kesepakatan tersebut para pihak harus menambahkan klausul. Apakah
kesepakatan perdamaian ini dikuatkan dalam akta perdamaian ataukah hanya kesepakatan
perdamaian saja ?

Tergugat (Satrio) : Bapam Mediator saya ingin bertanya apa perbedaan Kesepakatan
perdamaian dengan akta perdamaian ?

Mediator (Findo) : Saya jelaskan, apabila hanya kesepakatan perdamaian maka Pihak Penggugat
yaitu Pak Anton wajib mencabut Gugatan dan kesepakatan Perdamaian tersebut mengikat
kedua belah pihak yaitu Pak Anton dan bapak Satrio. Apabila Kesepakatan Perdamaian
dikuatkan dalam Akta Perdamaian maka memiliki kekuatan eksekutoril dan sama halnya
dengan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Apakah Pak Anton dan
Bapak Satrio mengerti ? Atau perlu saya ulangi kembali ?

Penggugat (Anton) : Mengerti

Tergugat (Satrio) : Mengerti

Mediator (Findo) : Saya beri waktu 2 Menit kepada Pak Anton dan Bapak Satrio berdiskusi
terkait kesepakatan pedamaian ini dikukuhkan ke akta perdamaian atau tidak.

Mediator (Findo) : Baik, bagaimana Pak Anton ? Apakah Pak Anton ingin menguatkan kesepakatan
perdamaian ke Akta perdamaian ?

Penggugat (Anton) : Iya, saya ingin mengkukuhkan ke akta perdamaian.


Mediator (Findo) : Bagaimana Bapak Satrio?

Tergugat (Satrio) : Saya juga ingin dikukuhkan ke akta perdamaian.

Mediator (Findo) : Baiklah terimakasih banyak kepada Pak Anton dan Bapak Satrio atas itikad
baiknya telah mengikuti mediasi secara penuh dan berperan aktif sampai menemukan solusi
dari permasalahan. Saya harap kepada kedua belah pihak untuk saling memaafkan dan
menghilangkan perselisihan setelah selesai melakukan mediasi ini.Saya selaku mediator
meminta maaf apabila ada kesalahan, kekurangan maupun salah kata

Anda mungkin juga menyukai