Anda di halaman 1dari 57

Profesi Farmasi dan

Profesionalisme Farmasis
PROF. DR. APT. MUHAMMAD DA’I, M.SI.
Apakah diperlukan Pharmacy practice?
 Pola hubungan tradisional dokter dan farmasis (ataupun
dengan professional lain), selama ini dianggap
sederhana, aman dan tidak mahal. Kompleksitas
permasalahan dalam dunia pengobatan menunjukkan
pola hubungan tradisional tersebut tidak lagi sesuai, tidak
dapat meyakinkan untuk faktor keamanan, efektifitas dan
kepatuhan pada terapi obat.
 4-10% pasien dinegara berkembang mengalami dampak
negatif pengobatan disebabkan karena adanya multiple
drug therapy khususnya pada pasien yang sudah tua
dan dengan penyakit yang kronis dan menjadi penyebab
kematian peringkat ke 4 – 6 di negara berkembang. Dari
sisi pembiayaan kasus tersebut memakan biaya sebesar
130 miliar dolar pertahun. Sementara di Inggris memakan
biaya 812 miliar dolar pertahun.
What is Pharmacy
 Adalah suatu profesi yang concerns, commits dan competence
tentang obat (Riswaka Sudjaswadi, 2000)
 Pharmacy is the health profession that links the health
sciences with the chemical sciences and it is charged with
ensuring the safe use of medication
(http://en.wikipedia.org/wiki/pharmacy)
 Pharmacy is health profession who help people to maintain
good health to avoid ill health and where appropriate to acquire
and make the best use of their medicines
 Pharmacist are experts on drug therapy and are the primary
health professionals who optimize medication use to provide
patients with positives health outcomes
A profession is an occupation that requires extensive
training and the study and mastery of specialized
knowledge and usually has professional association,
ethical code and process certification or licensing.

A profession is identified by willingness of individual


practitioner to comply with ethical and professional
standards which exceed minimum legal requirements
Ciri Profesi
memiliki pengetahuan yang khas (unusual
learning) dengan batas pengetahuan yang jelas.
memberikan layanan kepada masyarakat dalam
praktek keprofesian
memiliki himpunan profesi
menjunjung tinggi kode etik dalam pengabdian
profesinya
memiliki motivasi altruistik dalam layanan
proses pembelajaran berkelanjutan
mendapatkan jasa
Proses Profesionalisasi
Profesionalisme adalah konsep yang berkembang di sekitar
profesi tertentu. Karakteristik dasarnya meliputi empat
aspek. Aspek psikologis terdiri dari rasa harga diri, ambisi,
harga diri, dan konsep diri individu. Aspek sosial adalah
bagaimana profesional berkembang secara sosial untuk
tujuan tertentu. Aspek sosiologis berpusat pada model
profesi, kode etik, dan basis pengetahuan teoritis yang
diambil dari persyaratan pendidikan. Aspek legal-etika
meliputi hukum dan masalah moral yang berkaitan dengan
kepentingan umum. Sebaliknya, profesionalisasi adalah
proses dinamis untuk menjadi seorang profesional.
Menjadi Profesional
Proses menjadi seorang profesional dimulai dengan
masuk ke PT terkait profesi yang dikehendaki. Selama
stufi materi pendidikan dan keterampilan terkait
pemecahan masalah yang akan memungkinkan mereka
untuk berperan sesuai standar profesi yang ada.
Mahasiswa secara bertahap mengembangkan citra diri
profesional selama pendidikan mereka. Pengembangan
profesional ini terdiri dari pembelajaran dan asimilasi
sifat-sifat yang mereka perlukan untuk menjalani peran
profesional setelah lulus.
Kemampuan/ keahlian dasar farmasis:

Bioavalaibility
Clinical pharmacy
Sediaan obat
Biofarmasetika dan
Farmakokinetik sosial Monitoring obat
farmasi
Aplikasi klinis
Faramakologi Medicinal
chemistry pharmaceutical
technology dan pharmacognosy

Ilmu pengetahuan alam untuk farmasi

Kontruksi disiplin ilmu kefarmasian dan outcome proses pendidikan farmasi


Berfungsi sebagai Profesional
Profesional berperilaku dengan cara yang mewujudkan
kompetensi dan komitmen mereka untuk memberikan
layanan. Para profesional juga menganut etika yang
diterima secara umum untuk mendukung kinerja yang
paling efektif dari fungsi profesional mereka. Bukan hal
yang aneh, misalnya, seorang apoteker dipanggil di
tengah malam untuk menyelesaikan resep darurat.
Dalam arti yang lebih luas, para profesional juga
menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka
untuk memberi manfaat bagi umat manusia.
Tanggungjawab Profesional
Profesional mengembangkan rasa tanggung jawab publik
dan moral kepada orang lain dengan menginternalisasi
tujuan yang jelas, komitmen yang kuat untuk melayani
publik, dan pemahaman yang mendalam tentang etika
profesi.
Masyarakat mengharapkan dokternya menjadi kompeten,
apoteker dapat dipercaya
Para profesional juga berusaha untuk mempertahankan
kompetensi profesionalnya—umumnya melalui kegiatan
belajar mandiri atau pendidikan profesional berkelanjutan
yang diselenggarakan—untuk meningkatkan pelayanannya
kepada masyarakat.
Pendorong Perkembangan
Profesi Farmasi
1.Kompleksitas masalah terkait obat dan pengobatan
2.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3.Perkembangan profesi kesehatan lain
4.Peningkatan kesadaran pasien
5.Pengakuan posisi strategis farmasi dan pembagian
tanggung jawab profesional dalam lingkup profesi
kesehatan
6.Peningkatan kesejahteraan profesi farmasi
Faktor-faktor penghambat
1.Soliditas farmasis masih lemah
2.Image sebagai produk dispenser
3.Kompetensi dan konfidensi farmasis masih terasa kurang
4.Kompetisi dengan profesi kesehatan lain
5.Kepentingan bisnis
6.Pengharagaan kepada farmasis belum merata dan
berimbang
7.Perkembangan teknologi profesi lain dan gap skill
profesional dengan profesi lain
Strategi Penguatan Profesi
Continuing Profesional development
Farmasis menerima pembagian tanggung jawab
Memperkuat organisasi profesi
Pengembangan dan penggunaan tekonologi untuk meningkatkan
kemampuan farmasis pada segala bidang.
Memperkuat implementasi regulasi kesehatan dan kefarmasian
Sinergi dengan PT, asosiasi profesi dan stakeholder lain untuk
merumuskan dan mengimplemenatasikan konsep yang tepat dan
relevan dalam praktek profesi dengan orientasi peningkatan mutu
pelayanan berorientasi pasien
Implementasi prinsip profesionalisme
Personal assessment, performance review, audit
exercise, requirement of professional

Self Appraisal

Personal plan Identify resources


and action required
Evaluation

Evaluate Action Participate in CPD


personal
benefits and Presentation, teach,
benefit to clients short course, talking
with colleague and
expert, formal
education programmes
Documentation
Keep records of all CPD
activities

Continuing professional development process


Prinsip/ karakteristik Profesional
1.Altruisme, Menempatkan pasien sebagai pusat layanan diatas kepentingan
lainnya.
2.Accountability, Farmasis memiliki akuntabilitas/ tanggung jawab untuk
menyatakan dan memenuhi kesepakatan kerja dengan pasien mereka.
Memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dan menjalankan tugas sesuai
dengan kode etik dan standard layanan yang telah ditentukan oleh organisasi
profesi.
3.Exellence, Farmasis harus memiliki komitmen untuk selalu belajar dan
meningkatkan pengetahuan untuk melayani pasien termasuk keinginan untuk
melewati batas minimal standard layanan, menghasilkan layanan berkualitas,
memenuhi tanggung jawab dan berkomitmen membantu pasien.
4.Duty, Farmasis harus memiliki komitmen untuk melayani pasien meskipun
tidak menyenangkan bagi farmasis
5.Honor and integrity, Farmasis harus adil, jujur, menjaga kata-kata
6.Respect for other, Farmasis harus memberikan respeknya kepada farmasis
lain, tenaga profesional kesehatan lain, pasien dan keluarganya.
Pengembangan Pharmacy Practice
Pharmacist should move from behind the counter
and start serving the public by providing care
instead of pills only. There is no future in the mere
act of dispensing. That activity can and will be taken
over by the internet, machines and/ or hardly trained
technicians. The fact that pharmacist have an
academic training and act as health care proffesional
puts a burden them to better serve the community than
they currently only. (From: Pharmaceutical care,
European developments in concepts, implementation
and research)
Etika, Moral dan Hukum
 Etika: Aturan perilaku didasarkan pada
konsensus standard perilaku yang dapat
diterima (Pendekatan Konvensi)
 Moral: Persepsi absolut terkait perilaku
seseorang berdasarkan agama atau nilai-nilai
filosofis yang diyakininya. (Pendekatan
Prinsip)
 Law: Standard formal menyangkut hal yang
diperbolehkan dan yang dilarang dan
lazimnya memiliki sangsi yang tegas.
Overlap Etika, Moral dan Hukum
Kondisi Ideal, suatu tindakan adalah etis, bermoral dan legal

Action is moral and ethical, but not legal. Ethics Actions are ethical and legal, but not moral.
(e.g. Nurse at rural serve for medical diagnosis (e.g. Provide contraceptive freely)
and drug.)

Morals Law

Actions are moral and legal, but not ethical.


(e.g. Provide drug to a patients for self medication)
ETIKA
ETIKA: adalah terkait apa yang seharusnya
dilakukan atau seharusnya tidak dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip yang berlaku ataupun
berdasakan seperangkat nilai atau norma yang
berlaku dalam suatu masyarakat
KODE ETIK: Tidak dihasilkan oleh lembaga legislatif
yang dipilih melalui proses demokrasi.
PENEGAKAN: Seringkali bersifat informal (diluar
lembaga hukum, kompleks, dan kompleks).
Sumber/ landasan Etika
Nilai-nilai filosofis
Sosial Budaya dibangun oleh konstruksi sosial dan
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Religius
Agama mempunyai hubungan erat dengan moral
Agama merupakan motivasi terkuat perilaku moral atau etik
Agama merupakan sumber nilai dan norma yang paling penting
Agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan bagi
perilaku
Norma, hukum dan kebijakan
ETIKA dan AGAMA
◦ Agama mempunyai hubungan erat dengan moral,
dasar terpenting dari tingkah laku moral adalah
agama.
◦ Agama adalah sumber segala nilai dan norma yang
hendak kita tuju.
◦ Prinsip-prinsip moral terkandung dalam Agama dan
berlaku universal
Apakah yang dimaksud dengan Isu
Etik
 Ketika kita harus memutuskan mengenai benar dan
salah.
 Dihadapkan pada pilihan pilihan tindakan
 Harus memutuskan untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu
 Apakah yang seharusnya dilakukan
 Ada pertimbangan terkait potensi/ dampak dari
keputusan yang diambil
 Memunculkan dilema
Isu etik dalam pelayanan kesehatan
Isu etik biasanya terkait masalah 'besar' mis. definisi hidup,
apa itu seseorang, kualitas hidup, memperpanjang hidup,
mengakhiri hidup, hak asasi manusia.
Tetapi masalah etika sehari-hari dapat melibatkan:
Menghargai orang
Memperlakukan orang dengan bermartabat
Memperlakukan orang dengan adil
Mendukung pilihan pasien
'Prinsip' ini tercakup dalam kode etik
Kode ini merupakan sumber prinsip-prinsip etika yang
berguna dalam perawatan kesehatan
Sumber ide lain dalam etika
perawatan kesehatan
Prinsip Etika Biomedis (Beauchamp dan Childress, 2001)
Mereka membahas:
4 prinsip utama
dilengkapi dengan 4 aturan
4 Prinsip Etika Utama
autonomy
beneficence
non-maleficence
justice
Autonomy
 Hormati hak seseorang untuk membuat keputusan
sendiri
 Ajari orang untuk bisa membuat pilihan sendiri
 Dukung orang dalam pilihan masing-masing
 Jangan memaksa atau memaksa orang untuk
melakukan sesuatu
 'Informed Consent' adalah hasil penting dari prinsip
ini
Beneficence (to do good)
Tindakan kita harus bertujuan untuk 'menguntungkan'
orang – kesehatan, kesejahteraan, kenyamanan,
meningkatkan potensi seseorang, meningkatkan kualitas
hidup
'Manfaat' harus didefinisikan oleh pasien/klien itu sendiri.
Bukan apa yang kita anggap penting.
Bertindak atas nama orang-orang yang 'rentan' untuk
melindungi hak-hak mereka
Mencegah bahaya
Ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung
Bantu orang dalam krisis
Non – maleficence (to do no harm)
jangan sampai merugikan orang
tidak menyebabkan rasa sakit atau penderitaan
tidak melumpuhkan
jangan membuat pelanggaran
jangan ganggu orang
jangan bunuh
Justice
Memperlakukan orang dengan adil
Tidak memihak beberapa individu/kelompok atas yang lain
Bertindak dengan cara yang tidak diskriminatif/tidak
merugikan
Menghormati hak-hak masyarakat
Menghormati hukum
Justice
 Keadilan Distributif – berbagi sumber daya yang langka di
masyarakat dengan cara yang adil (misalnya layanan
kesehatan, waktu profesional)
 Bagaimana seharusnya kita membagikan sumber daya
kesehatan?
 Bagaimana kita membagi waktu kita dengan pasien?
 Pasien harus mendapatkan…..
 bagian yang setara?
 cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka?
 apa yang mereka pantas dapatkan?
 apa yang bisa mereka bayar?
4 ethical rules
Veracity – mengatakan kebenaran, persetujuan berdasarkan
informasi, menghormati otonomi
Privasi – hak seseorang untuk tetap pribadi, untuk tidak
mengungkapkan informasi
Kerahasiaan – hanya berbagi informasi pribadi dengan 'dasar
yang perlu diketahui'
Fidelity – kesetiaan, mempertahankan kewajiban untuk
merawat semua orang tidak peduli siapa mereka atau apa
yang mungkin telah mereka lakukan
Isu Etik (dilema etik)
Isu moral merupakan topik yang penting berhubungan
dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari,
dan berhubunngan dengan kejadian yang luar biasa
seperti menyangkut konflik, mal praktik, perang dsb.
Contoh vaksin meningitis untuk jamaah haji.
Dilema moral adalah suatu keadaan dimana
dihadapkan pada dua alternatif pilihan yang kelihatan
sama atau hampir sama dan membutuhkan
pemecahan. Ketika mencari solusi atau pemecahan
masalahharus mengingat tanggung jawab profesional
Contoh:
Anda adalah apoteker pendamping disebuah di apotek,
Seorang pasien masuk ke apotek dan meminta Robitussin
Cough and Cold. Anda tidak dapat menemukan Robitussin
Cough and Cold di bagian OTC di apotek. Saat memindai
rak OTC, Anda menyadari tidak ada produk yang
mengandung dekstrometorfan yang tersedia. Anda
menelepon APA untuk menanyakan di mana produk yang
mengandung dekstrometorfan. APA menyatakan bahwa
dekstrometorfan adalah obat yang berpotensi berbahaya
dan tidak boleh tersedia untuk pasien tanpa konseling dari
apoteker. Manajer menekankan untuk hanya memberikan
Robitussin kepada pasien jika dia benar-benar
membutuhkannya, untuk menasihatinya tentang
risikonya, dan menjualnya hanya satu botol.
Di sini kita memiliki dilema etika mengenai akses ke
obat-obatan yang dijual bebas. Dekstrometorfan (DM)
sebelumnya merupakan produk hanya tersedia
dengan resep dokter karena berpotensi
disalahgunakan. Namun, DM telah disetujui untuk
dipilih sendiri oleh pasien. Dua prinsip etika utama
yang terlibat dalam kasus ini adalah otonomi dan
benificence. Otonomi: Pasien yang kompeten dan
rasional memiliki hak untuk secara bebas memilih dan
membeli produk yang disetujui untuk dijual di lorong
OTC.
Benificence:
Tanpa konseling yang memadai, ada risiko cedera dan
bahaya pada pasien dengan penggunaan DM
Mungkin demi kepentingan terbaik pasien untuk
menghambat akses ke obat ini
Manajer tampaknya percaya bahwa dia memiliki kewajiban
untuk melindungi pasiennya dari potensi bahaya
Pertanyaan tambahan untuk dipertimbangkan: Faktor
tambahan apa yang akan Anda pertimbangkan?
Bagaimana prevalensi penyalahgunaan DM di daerah
tersebut?
Ketika dua prinsip etika bertentangan, bagaimana Anda
memutuskan mana yang didahulukan?
PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS
DALAM PRAKTEK KEFARMASIAN
Etika dalam praktek kefarmasian merupakan isu utama
dalam profesi farmasi.
Praktek kefarmasian merupakan proses yang menyangkut
dimensi: penyiapan sediaan, distribusi maupun aspek
keamanan, kemanfaatan dan kesesuaian terhadap pasien.
Hal tersebut membutuhkan seorang farmasis yang mampu
menjalankan prinsip pekerjaan kefarmasian dengan penuh
tanggung jawab dan berbasis pada prinsip moral dan
tanggung jawab yang dimilikinya.
Tujuan dan Dimensi Kode Etik
 Tujuan Kode Etik:
 Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
 Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota
 Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
 Meningkatkan mutu profesi
 Dimensi Kode Etik:
 Anggota dan klien
 Anggota dan sistem
 Anggota dan Profesi lain
 Antar Anggota
Kode Etik Farmasis Indonesia (Keputusan no: 007/2005, konggres ISFI
XVII/2005

Kewajiban umum (kewajiban terhadap profesinya):


1. Setiap apoteker/ framasis harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah apoteker/ farmasis
2. Berusaha mengamalkan dengan sungguh-sungguh kode etik apoteker/
farmasis
3. Menjalankan profesi sesuai kompetensi apoteker/ farmasis
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada
prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya
4. Selalu aktif mengikuti perkembangan dibidang kesehatan pada
umumnya dan di bidang farmasi khususnya
5. Menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata dan
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian
6. Berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain
7. Sumber informasi sesuai dengan profesinya
8. Mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dibidang
kesehatan umunya dan farmasi pada khususnya
Kewajiban terhadap penderita
Apoteker/ farmasis harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan
menghormati hak asasi penderita dan melindungi mahkluk hidup insani
Kewajiban Apoteker terhadap teman sejawat
1. Memperlakukan teman sejawat sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
2. Saling menasehati untuk mematuhi ketentuan kode etik
3. Mempergunakan kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik
sesama apoteker/ farmasis dan mempertebal rasa saling mempercayai di
dalam menunaikan tugasnya
Kewajiban terhadap tenaga kesehatan lainnya:
1. Membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan
2. Menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya/ hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas
kesehatan lain
Tuntutan Profesionalisme Medis

“Barangsiapa yang berusaha melakukan tugas


medis, sementara sebelumnya ia dikenal tidak
mengetahui ilmu pengobatan, maka ia
bertanggung jawab terhadap hasilnya (HR: Abu
Dawud). Seorang tenaga medis dan farmasis
memiliki kewajiban syar’I untuk memberikan
jaminan akan pengobatan yang dilakukan.
Tindakan tidak profesional

Malpraktek Bidang Kesehatan, contoh kasus:


◦ Tenaga non dokter melakukan diagnosis dan
terapi.
◦ Dokter melakukan diagnosis diluar pengetahuan
yang dimiliki
◦ Hal-hal tersebut memunculkan kejadian yang
tidak diinginkan yang dapat terjadi pada pasien
Bagaimana prespektif Islam terkait dengan mal
praktek?
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) aktif (active error),
merupakan pelanggaran immoral (mengabaikan aspek
moral) karena adanya unsur kesalahan
KTD aktif dapat berupa:
◦ Negligence (kelalaian)
◦ Intentional (kesengajaan, masuk dalam katagori pidana)
◦ Lack of skill (ketidakmampuan dalam menerapkan ilmu
dengan benar): (a) under competence (kompetensi
kurang/ rendah) dan (b) out of competence
Dalil Al Qur’an dan Hadist

ُ ْ َ ‫َ ﱠ‬ َْ ‫َُ ﱡ‬
ْ ‫ٱﻷ َم ٰ َن ٰ ت إ ٰٓ أ ْهل َها َو َذا َح ْم ُتم َب‬ ْ ُ ُ َ َ ‫ﱠ‬
‫ٱلناس أن تح موا‬ ِ ِ ِ ِ ‫ِإن ٱ أمر م أن تؤدوا‬
َ ًۢ َ َ َ ‫ٓ ﱠ‬ َ ‫ﱠ‬ َ ‫ﱠ‬ ْ َ
‫ان س ِم عا ِص ا‬ ‫ِ ٱلعد ِل ۚ ِإن ٱ ِن ِعما ِعظ م ِ ِهۦ ۗ ِإن ٱ‬
Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan
hukum dianatara manusia hendaknya kamu menetapkannya
dengan adil, sungguh Allah sebaik baiknya yang memberikan
pengajaran kepadamu, sungguh Allah Maha Mendengar dan
Maha Melihat (QS An-Nisa 58).
Hadist riwayat Abu Hurairah, Rasullullah SAW
bersabda: Jika amanah telah hilang maka
tunggulah kehancurannya. Ia bertanya, Ya
Rasullullah bagaimana orang menghilangkan
amanah itu? Rasul menjawab, yaitu apabila suatu
urusan diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya maka tunggulah saat kehancuran (HR
Bukhari)

48
Identifikasi Kasus Etika dan Hukum

Dalam menjalani tugas/ kewajiban profesionalnya,


seorang farmasis berpotensi menghadapi; (a)
Permasalahan hukum dan (b) Permasalahan etik
Permasalahan hukum, rujukan pada norma/ hukum
yang berlaku: UU, Peraturan Menteri dan peraturan-
peratruan lain yang mengikat profesi farmasi.
Permasalahan etik, rujukan pada kode etik, standard
etik dan standard prosedur profesi.
Hukum Pidana
Hukum pidana atau hukum publik adalah:
Menurut Soedarto Hukum Pidana yaitu Hukum
atau aturan yang tercantum dalam aturan atau
norma dengan karakter mengikatkan kepada
suatu tindakan yang memenuhi setiap tuntutan
tertentu dari perbuatan tersebut memberikan
dampak yakni berupa pidana (Iqbal et al., 2021).
Kasus Hukum dan Kasus Etik Bidang
Farmasi

Ny. S baru melahirkan, ia tak sadarkan diri selama dua hari. Telah
diagnosis hasilnya pasien (px) salah meminum obat. Seharusnya
pasien minum obat Methylergotamyne, yang tujuannya sebagai
pengontrol darah pasca persalinan dan laju kembalinya
kandungan ke arah yang normal, tetapi pihak farmasi rumah
sakit salah memberikan obat, pasien diberikan obat
Glibenclamide berfungsi menurunkan kadar gula darah atau
glukosa (untuk penderia Diabetes Mellitus), sedangkan pasien
tidak Diabetes Mellitus maka pasien koma disebabkan oleh
tubuh pasien tidak mampu mengatasi dengan cara
mengeluarkan hormon yang menaikkan kadar gula darah, sebab
pasien bukan penderita Diabetes Mellitus (Muh et al., 2016).

51
Dijelaskan terjadi akibat salah pemberian obat 1 dapat
dikenakan sanksi pidana karena pasien sampai tidak
sadarkan diri. Sesuai UU No. 36 tahun 2014, Pasal 84,
sanksi diberikan: a) Setiap seorang atau kelompok
tenaga kesehatan atau Nakes yang melakukan kelalaian
atau pelanggaran berat yang mengakibatkan Penerima
Pelayanan Kesehatan luka berat atau cacat berat maka
dipidana dengan pidana penjara paling lama tiga tahun.
tenaga kesehatan dapat dikenakan sanksi bagian a
yaitu dipidana paling lama tiga tahun karena pasien
mengalami ketidak sadaran diri atau cidera berat.
Px (Pasien) operasi otak meninggal dunia akibat
pemberian obat yang salah. Dokter yang
menangani pasien meresepkan Fosfenitoin
untuk mengurangangi kejang tetapi pekerja
farmasi keliru dalam memberikan obat, obat
yang di berikan adalah Rocuronium yaitu obat
yang berfungsi untuk melumpuhkan (Nastiti et
al., 2016).
Sesuai UU No. 36 tahun 2014, Pasal 84, b) Jika kelalaian
berat atau kesalahan berat sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 mengakibatkan kematian atau kehilangan
nyawa atau meninggal dunia, setiap tenaga kesehatan
dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun
(Poli, 2018).
Setiap kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan
hingga mengakibatkan cedara fisik dipidana tiga tahun
tetapi jika kelalaian sampai menimbulkan kehilagan
nyawa dipidana lima tahun.
Contoh-contoh pelanggaran Etika Farmasi
DI APOTEK:
Dokter menulis resep dengan kode, dan resep tersebut
hanya bisa ditebus di apotek yang ditunjuk dokter.
PSA menjual psikotropika dan pada saat membuat
laporan bekerja sama dengan dokter untuk membuatkan
resep.
Krim malam, krim pagi buatan apotek sendiri, tidak
diketahui formulanya.
DI PUSKESMAS ATAU KLINIK:
Yang menyerahkan obat kepada pasien bukan apoteker,
melainkan bidan, mantri, pera wat, karena puskesmas
tidak memiliki apoteker.
Contoh-contoh pelanggaran Etika Farmasi
DI RUMAH SAKIT:
Apoteker membuat suatu obat yang isinya campuran dari beberapa
obat (oplosan).
DI INDUSTRI:
Klaim, saling mengklaim suatu produk
Kebohongan publik, menginfokan tentang khasiat suatu obat yang
tidak benar
37

Anda mungkin juga menyukai