Profesionalisme Farmasis
PROF. DR. APT. MUHAMMAD DA’I, M.SI.
Apakah diperlukan Pharmacy practice?
Pola hubungan tradisional dokter dan farmasis (ataupun
dengan professional lain), selama ini dianggap
sederhana, aman dan tidak mahal. Kompleksitas
permasalahan dalam dunia pengobatan menunjukkan
pola hubungan tradisional tersebut tidak lagi sesuai, tidak
dapat meyakinkan untuk faktor keamanan, efektifitas dan
kepatuhan pada terapi obat.
4-10% pasien dinegara berkembang mengalami dampak
negatif pengobatan disebabkan karena adanya multiple
drug therapy khususnya pada pasien yang sudah tua
dan dengan penyakit yang kronis dan menjadi penyebab
kematian peringkat ke 4 – 6 di negara berkembang. Dari
sisi pembiayaan kasus tersebut memakan biaya sebesar
130 miliar dolar pertahun. Sementara di Inggris memakan
biaya 812 miliar dolar pertahun.
What is Pharmacy
Adalah suatu profesi yang concerns, commits dan competence
tentang obat (Riswaka Sudjaswadi, 2000)
Pharmacy is the health profession that links the health
sciences with the chemical sciences and it is charged with
ensuring the safe use of medication
(http://en.wikipedia.org/wiki/pharmacy)
Pharmacy is health profession who help people to maintain
good health to avoid ill health and where appropriate to acquire
and make the best use of their medicines
Pharmacist are experts on drug therapy and are the primary
health professionals who optimize medication use to provide
patients with positives health outcomes
A profession is an occupation that requires extensive
training and the study and mastery of specialized
knowledge and usually has professional association,
ethical code and process certification or licensing.
Bioavalaibility
Clinical pharmacy
Sediaan obat
Biofarmasetika dan
Farmakokinetik sosial Monitoring obat
farmasi
Aplikasi klinis
Faramakologi Medicinal
chemistry pharmaceutical
technology dan pharmacognosy
Self Appraisal
Action is moral and ethical, but not legal. Ethics Actions are ethical and legal, but not moral.
(e.g. Nurse at rural serve for medical diagnosis (e.g. Provide contraceptive freely)
and drug.)
Morals Law
ُ ْ َ َ ﱠ َْ َُ ﱡ
ْ ٱﻷ َم ٰ َن ٰ ت إ ٰٓ أ ْهل َها َو َذا َح ْم ُتم َب ْ ُ ُ َ َ ﱠ
ٱلناس أن تح موا ِ ِ ِ ِ ِإن ٱ أمر م أن تؤدوا
َ ًۢ َ َ َ ٓ ﱠ َ ﱠ َ ﱠ ْ َ
ان س ِم عا ِص ا ِ ٱلعد ِل ۚ ِإن ٱ ِن ِعما ِعظ م ِ ِهۦ ۗ ِإن ٱ
Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan
hukum dianatara manusia hendaknya kamu menetapkannya
dengan adil, sungguh Allah sebaik baiknya yang memberikan
pengajaran kepadamu, sungguh Allah Maha Mendengar dan
Maha Melihat (QS An-Nisa 58).
Hadist riwayat Abu Hurairah, Rasullullah SAW
bersabda: Jika amanah telah hilang maka
tunggulah kehancurannya. Ia bertanya, Ya
Rasullullah bagaimana orang menghilangkan
amanah itu? Rasul menjawab, yaitu apabila suatu
urusan diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya maka tunggulah saat kehancuran (HR
Bukhari)
48
Identifikasi Kasus Etika dan Hukum
Ny. S baru melahirkan, ia tak sadarkan diri selama dua hari. Telah
diagnosis hasilnya pasien (px) salah meminum obat. Seharusnya
pasien minum obat Methylergotamyne, yang tujuannya sebagai
pengontrol darah pasca persalinan dan laju kembalinya
kandungan ke arah yang normal, tetapi pihak farmasi rumah
sakit salah memberikan obat, pasien diberikan obat
Glibenclamide berfungsi menurunkan kadar gula darah atau
glukosa (untuk penderia Diabetes Mellitus), sedangkan pasien
tidak Diabetes Mellitus maka pasien koma disebabkan oleh
tubuh pasien tidak mampu mengatasi dengan cara
mengeluarkan hormon yang menaikkan kadar gula darah, sebab
pasien bukan penderita Diabetes Mellitus (Muh et al., 2016).
51
Dijelaskan terjadi akibat salah pemberian obat 1 dapat
dikenakan sanksi pidana karena pasien sampai tidak
sadarkan diri. Sesuai UU No. 36 tahun 2014, Pasal 84,
sanksi diberikan: a) Setiap seorang atau kelompok
tenaga kesehatan atau Nakes yang melakukan kelalaian
atau pelanggaran berat yang mengakibatkan Penerima
Pelayanan Kesehatan luka berat atau cacat berat maka
dipidana dengan pidana penjara paling lama tiga tahun.
tenaga kesehatan dapat dikenakan sanksi bagian a
yaitu dipidana paling lama tiga tahun karena pasien
mengalami ketidak sadaran diri atau cidera berat.
Px (Pasien) operasi otak meninggal dunia akibat
pemberian obat yang salah. Dokter yang
menangani pasien meresepkan Fosfenitoin
untuk mengurangangi kejang tetapi pekerja
farmasi keliru dalam memberikan obat, obat
yang di berikan adalah Rocuronium yaitu obat
yang berfungsi untuk melumpuhkan (Nastiti et
al., 2016).
Sesuai UU No. 36 tahun 2014, Pasal 84, b) Jika kelalaian
berat atau kesalahan berat sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 mengakibatkan kematian atau kehilangan
nyawa atau meninggal dunia, setiap tenaga kesehatan
dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun
(Poli, 2018).
Setiap kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan
hingga mengakibatkan cedara fisik dipidana tiga tahun
tetapi jika kelalaian sampai menimbulkan kehilagan
nyawa dipidana lima tahun.
Contoh-contoh pelanggaran Etika Farmasi
DI APOTEK:
Dokter menulis resep dengan kode, dan resep tersebut
hanya bisa ditebus di apotek yang ditunjuk dokter.
PSA menjual psikotropika dan pada saat membuat
laporan bekerja sama dengan dokter untuk membuatkan
resep.
Krim malam, krim pagi buatan apotek sendiri, tidak
diketahui formulanya.
DI PUSKESMAS ATAU KLINIK:
Yang menyerahkan obat kepada pasien bukan apoteker,
melainkan bidan, mantri, pera wat, karena puskesmas
tidak memiliki apoteker.
Contoh-contoh pelanggaran Etika Farmasi
DI RUMAH SAKIT:
Apoteker membuat suatu obat yang isinya campuran dari beberapa
obat (oplosan).
DI INDUSTRI:
Klaim, saling mengklaim suatu produk
Kebohongan publik, menginfokan tentang khasiat suatu obat yang
tidak benar
37