Anda di halaman 1dari 11

Ilmu Bahan Listrik

BAB I

ILMU BAHAN LISTRIK

Tujuan Pembelajaran:
 Mahasiswa memahami sifat-sifat benda padat dan mampu menerapkannya, pita
energi dan klasifikasi bahan listrik

A. Pengantar

Bahan listrik dalam sistem tenaga listrik merupakan salah satu elemen penting
yang akan menentukan kualitas penyaluran energi listrik itu sendiri. Bahan listrik yang
sangat popular selama ini meliputi konduktor, semi konduktor dan isolator. Satu lagi
yang dikenal dengan super konduktor, namun masih dalam penelitian intensif para ahli.
Ketiga bahan tadi secara integratif dalam sistem kelistrikan dimanfaatkan secara
optimal. Seperti misalnya konduktor adalah salah material paling besar yang dipakai
dalam penyaluran tenaga listrik baik alumunium maupun tembaga atau campuran
dengan bahan lain. Demikian pula isolator dipakai banyak sekali untuk menyekat
bagian bagian bertegangan dengan bagian yang kontak langsung dengan manusia.
Dalam teknik listrik, khususnya pada pelajaran praktek, mempelajari dan memahami
bermacam-macam bahan beserta sifat-sifatnya merupakan hal yang sangat penting,
guna memilih suatu bahan penyekat misalnya, bahan tadi perlu disesuaikan dengan
penggunaannya, umpamanya penyekat harus memiliki sifat-sifat tahanan jenis yang
besar, tahan terhadap lembab, tahan panas, tahan terhadap reaksi bahan kimia dan
sebagainya. Selain sifat, bahan juga mempunyai bermacam-macam bentuk. Pada
umumnya kita mengenal tiga macam bentuk, yaitu padat, cair, dan gas. Ada pula
bahan-bahan yang memiliki ketiga bentuk tersebut pada suhu-suhu tertentu. Sebagai
contoh dapat kita ambil air. Dalam keadaan biasa air berbentuk cair. Jika air kita
panaskan hingga suhunya naik sampai 1000C atau lebih, air mulai menguap berarti
bentuk cairnya berubah menjadi bentuk gas. Pendinginan kembali uap itu sampai suhu
semula, akan merubah bentuknya lagi menjadi cair. Bilamana pendinginan tersebut
diteruskan sampai suhunya mencapai sama dengan atau kecil dari 00C, bentuknya

1
Ilmu Bahan Listrik

berubah menjadi padat. Dalam bentuk padat ini, air dikenal dengan nama es. Ada
kalanya bahan-bahan yang dalam keadaan biasa berbentuk padat, melalui proses
pemanasan dijadikan cair, supaya dapat dituangkan ke dalam acuan (cetakan),
kemudian setelah didinginkan kembali menjadi padat lagi dengan bentuk sebagai
barang jadi, misalnya: bahan bakelit, besi dan tembaga.

B. Sifat-sifat Benda Padat

1. Sifat Fisis
Benda padat mempunyai bentuk yang tetap (bentuk sendiri), dimana pada suhu
yang tetap benda padat mempunyai isi yang tetap pula. Isi akan bertambah atau memuai
jika mengalami kenaikkan suhu dan sebaliknya benda akan menyusut jika suhunya
menurun. Karena berat benda tetap , maka kepadatan benda akan bertambah, sehingga
dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Jika isi (volume) bertambah (memuai), maka kepadatannya akan berkurang
 Jika isinya berkurang (menyusut), maka kepadatan akan bertambah
 Jadi benda lebih padat dalam keadaan dingin daripada dalam keadaan panas
M
Hubungan tentang kepadatan ini dapat dirumuskan : p 
V
Dengan
P : kepadatan dengan satuan gram/cm3
M : massa dengan satuan gram
V : isi atau volume dengan satua cm3 (cc : centimeter cubic).
Pemuaian benda antara yang satu dengan yang lain berbeda, tergantung dari
koefisien muai ruang dari benda. Koefisien muai ruang atau panjang benda padat dapat
dilihat pada Tabel 1. Ketentuan bahwa koefisien muai ruang suatu benda adalah
bilangan yang menunjukkan pertambahan ruang dalam cm3 suatu benda yang isinya 1
cm3 , bilamana suhunya dinaikkan 10C. Dalam rumus ketentuan ini dapat ditulis :
Vt 2  Vt1 1   (t2  t1
dimana Vt1 : volume benda pada suhu t10C atau cc, Vt2 : volume benda pada suhu t20C
atau cc, t1 : suhu benda sebelum dipanasi, t2 : suhu benda sesudah dipanasi, dan  :
koefisien muai ruang (alpha).

2
Ilmu Bahan Listrik

Tabel 1. Koefisien muai-panjang dan muai-ruang benda padat

No. Jenis bahan Koefisien muai Koefisien muai


panjang (  ) ruang (  )

1. Besi 0,000012 0,000036


2. Marmer 0,000012 0,000036
3. Nikel 0,000013 0,000039
4. Emas 0,000014 0,000042
5. Kuningan 0,000019 0,000057
6. Platina 0,000019 0,000057
7. aluminium 0,000024 0,000072

Jika akan menghitung perpanjangan saja, maka dapat menggunakan koefisien muai-
panjang  (lambda), menyatakan bahwa koefisien muai-panjang sustu benda adalah
bilangan yang menunjukkan pertambahan panjang dalam cm dari suatu benda yang
panjangnya 1 cm bila dinaikkan suhunya 10C. Untuk jelasnya dapat dirumuskan dalam
persamaan : Lt2  Lt1 1   (t 2  t1 
Dengan
Lt1 : panjang benda pada suhu t10C atau cc,

Lt 2 : panjang benda pada suhu t20C atau cc,

t1 : suhu benda sebelum dipanasi,


t2 : suhu benda sesudah dipanasi, dan  : koefisien muai-panjang (lambda).

a. Panas jenis bahan padat


Panas jenis suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan berapa kalori yang
diperlukan oleh 1 gram zat itu pada tiap kenaikkan suhu 10C. Pada Tabel 2 berikut
adalah tabel panas-jenis beberapa bahan padat.
Tabel 2. Panas jenis bahan padat
No. Nama bahan Panas jenis No. Nama bahan Panas jenis
1. Emas 0,03 7. Nikel 0,11
2. Timah 0,03 8. Gelas 0,20
3. Perak 0,06 9. Aluminium 0,21
4. Kuningan 0,09 10. Naphtalin 0,31
5. Tembaga 0,09 11. Es 0,50

3
Ilmu Bahan Listrik

6. Besi 0,10

b. Pangkal cair/beku bahan padat


Jika 1 gram tembaga dipanaskan hingga suhunya naik terus, maka setelah suhu
mencapai 10830C tembaga akan mulai mencair. Suhu 10830C ini disebut pangkal cair
tembaga. Kemudian dipanaskan terus hingga seluruhnya mencair. Selama pencairan
awal sampai akhir suhu tetap 10830C tidak naik walaupun dipanaskan terus. Bila telah
mencair seluruhnya dan tetap dipanaskan, maka suhu cair tembaga itu akan naik
melebihi pangkal cair. Sebaliknya, jika tembaga yang sedang mencair pada suhu lebih
tinggi dari 10830C itu mulai didinginkan, maka suhu sedikit demi sedikit akan turun
dan setelah mencapai suhu 10830C tembaga mulai membeku lagi. Jadi suhu 10830C
juga merupakan pangkal beku dari tembaga. Berarti pangkal cair = pangkal beku.
Ketentuan : pangkal cair/beku suatu zat adalah suhu yang pada saat
pencairan/pembekuan zat itu terjadi. Tabel 3 adalah tabel menjelaskan tentang pangkal
cair/beku bahan padat.
Tabel 3. Pangkal cair/beku bahan padat
No. Nama bahan Pangkal cair/beku No. Nama bahan Pangkal cair/beku
1. Es 00C. 8. Emas 10630C.
2. Naphtalin 800C. 9. Tembaga 10830C.
3. Bismuth 2710C. 10. Nikel 14520C.
4. Timah 3270C. 11. Besi 15300C.
5. Seng 4190C. 12. Platina 17550C.
6. Aluminium 6590C. 13. wolfram 34000C.
7. Perak 9610C.

c. Kalor lebur dan kalor beku


Ketentuan menyatakan bahwa kalor lebur suatu zat adalah bilangan yang
menunjukkan berapa kalori yang diperlukan untuk mencairkan 1 gram zat padat itu
pada pangkal cair. Sedangkan kalor beku suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan
banyaknya kalori yang dikeluarkan oleh 1 gram zat ketika membeku pada pangkal
bekunya.

4
Ilmu Bahan Listrik

Contoh 1.
Sebatang aluminium pada suhu 300C panjangnya 40 cm. Jika dipanaskan sampai
1000C, dengan koefisien muai panjang aluminium  = 0,000024, berapakah panjang
aluminium setelah dipanaskan?
Jawab : Lt 2  Lt1 1   (t 2  t1  = 40 {1 + 0,000024 (100 – 30)} = 40,0672

Jadi panjangnya setelah dipanaskan sampai 1000C menjadi 40,0672 cm.


Contoh 2.
Sebuah benda pejal dibuat dari kuningan pada suhu 300C volumenya 30 cc. Jika
dipanasi sampai 1200C dengan koefisien muai-ruang  = 0,000057. Berapakah
volumenya setelah dipanaskan?
Jawab : Vt 2  Vt1 1   (t2  t1 = 30 {1+0,000057(120 – 30)} = 30,1539

Jadi volume kuningan setelah dipanaskan sampai 1200C menjadi 30,1539 cc.

2. Sifat Mekanis
Sifat mekanis adalah perubahan bentuk dari suatu benda padat akibat adanya
gaya-gaya dari luar yang bekerja pada benda tersebut. Jadi adanya perubahan itu
tergantung kepada besar kecilnya gaya, bentuk benda, dan dari bahan apa benda
tersebut dibuat. Jika tidak ada gaya dari luar yang bekerja, maka ada tiga kemungkinan
yang akan terjadi pada suatu benda :
 Bentuk benda akan kembali ke bentuk semula, hal ini karena benda mempunyai
sifat kenyal (elastis)
 Bentuk benda sebagian saja akan kembali ke bentuk semula, hal ini hanya
sebagian saja yang dapat kembali ke bentuk semula karena besar gaya yang
bekerja melampaui batas kekenyalan sehingga sifat kekenyalan menjadi
berkurang.
 Bentuk benda berubah sama sekali, hal ini dapat terjadi karena besar gaya yang
bekerja jauh melampaui batas kekenyalan sehingga sifat kekenyalan sama sekali
hilang.
a. Tegangan patah.
Tiap bahan yang mengalami pembebanan jika ditambah terus menerus, mula-
mula mengalami perubahan bentuk dan akhirnya akan patah. Tegangan patah adalah

5
Ilmu Bahan Listrik

batas tegangan dalam kg/cm2, dimana bahan akan patah apabila bebannya melampaui
batas. Sedangkan yang dimaksud dengan tegangan tarik/tekan dalam satua kg/cm2 yaitu
besarnya gaya yang bekerja (kg) dalam satuan luas (cm2), dan dapat ditulis dengan
P
persamaan : t  , dimana t : tegangan (kg/cm2), P : gaya yang bekerja (kg) ,
q
dan q : luas potongan normal (cm2).
Besar batas-proporsional, batas-elastis, batas-cair dan batas-patah untuk tiap-tiap
_
bahan dapat diperoleh dengan percobaan. Kecuali besar tegangan yang diizinkan (  )
dapat pula tergantung kepada macam muatannya, antara lain :
a. Muatan yang bersifat diam dan besarnya tetap, disebut muatan statis.
b. Muatan santak mempunyaim satu atah, tetapi berubah antara nol dan nilai tertinggi.
Untuk muatan ini tegangan yang diizinkan 2/3 dari tegangan muatan statis.
c. Muatan berganti-ganti bekerja dengan arah berganti-ganti. Tegangan yang diizinkan
1/3 dari tegangan yang diizinkan untuk muatan statis.
Contoh 3.
_
Jika pada muatan statis suatu bahan mempunyai  = 1200 kg/cm2, maka pada muatan
_
santaks diambil  = 2/3 x 1200 = 800 kg/cm2. Pada muatan berganti-ganti harus
_
diambil  = 1/3 x 1200 = 400 kg/cm2.
Angka keamanan, yaitu perbandingan antara tegangan patah dengan tegangan yang
p
diizinkan, atau dirumuskan : v _
, dimana v :angka keamanan, p : tegangan patah
t
_
dan  t : tegangan yang diizinkan.
Contoh 4.
Suatu bahan mempunyai tegangan patah 4000 kg/cm2, dan untuk tegangan yang
diizinkan sebesar 800 kg/cm2. Hitung berapa besar angka keamanannya dari bahan
tersebut?
p 4000
Jawab : v  _
  5
800
t

6
Ilmu Bahan Listrik

Angka keamanan selalu diambil lebih besar dari satu, sehingga makin besar angka
keamanan suatu bangunan maka makin aman bangunan tersebut.

b. Perubahan Bentuk karena Beban


Jika suatu batang mengalami beban tarik/tekan, maka akan memanjang atau
memendek. Menurut percobaan Robert Hooke menyatakan : batang yang panjangnya 1
cm dibawah batas muatan tertentu, maka pemanjangan atau pemendekannya :
a. Berbanding lusur dengan gaya tarik/tekan (P)
b. Berbanding lusur dengan panjang semula (l)
c. Berbanding terbalik dengan luas potongan (q)
d. Tergantung pada macam bahan batang tersebut.
Ditulis dalam bentuk persamaan ( disebut rumus Hooke) sebagai berikut :
P. l
l 
E.q

dimana l : perpanjangan/perpendekan (cm), P : besar beban (kg), l : panjang batang


sebelum dibebani (cm), E : modulus elastis (tergantung macam bahan), q : luas
potongan (cm2).

c. Tegangan Geser
Tegangan geser biasanya deiberi tanda  (baca : tau) dapat ditulis dengan
persamaan :
P
 dimana P : besar beban (kg), q : luas potongan normal (cm2), dan  : tegangan
q
geser yang diizinkan (kg/cm2).

3. Sifat Kimia
Berkarat adalah termasuk sifat kimia dari suatu bahan yang terbuat dari logam.
Hal ini terjadi karena reaksi kimia dari bahan itu sendiri dengan sekitarnya atau bahan
itu sendiri dengan bahan cairan. Biasanya reaksi kimia dengan bahan cairan itulah yang
disebut berkarat atau korosi. Sedangkan reaksi kimia dengan sekitarnya disebut
pemburaman.

7
Ilmu Bahan Listrik

C. Benda Padat dan Pita Energi


Benda padat sebagai molekul raksasa dimana setiap centimeter kubiknya
mengandung sekitar 1023 atom, tentunya akan memiliki berbagai sifat yang tergantung
pada ikatan-ikatan electron, atom dan molekul yang membangunnya. Atom-atom pada
suatu benda terikat satu dengan lainnya menurut bernagai cara seperti yang telah
diuraikan didepan. Misal, garam dapur terdiri atas atom-atom Natrium dan Clor yang
terikat secara ionic. Intan terdiri atas atom-atom Karbon yang saling terikat secara
kovalen. Kawat tembaga terdiri atas atom-atom tembaga yang saling terikat menurut
ikatan logam. Metan padat pada suhu yang rendah adalah merupakan kumpulan atom-
atom Karbon dan Hidrogen yang berpasangan secara kovalen dalam molekul CH4 dan
kemudian mo;ekul-molekul tersebut saling mengikat dengan ikatan Van der Waals.
Dengan menggunakan sinar cahaya yang mempunyai panjang gelombang antara
4000 s/d 8000 Angstrom, kita tidak akan dapat mengamati bagaimana secara tepatnya
atom-atom itu mengatur dirinya dalam molekul raksasa, sebab diperkirakan jarak antara
atom-atom dalam zat padat hanya beberapa Angstrom saja.
Sinar X dengan panjang gelombang beberapa Angstrom, jika dikenakan pada zat
padat kebanyakan dapat menghasilkan gambar pola-pola difraksi. Hal ini menunjukan
keteraturan letak atom-atom tersebut pada zat padat yang bersangkutan.
Ada juga zat padat yang tidak dapat memberikan pola difraksi yang jelas ketika
disinari dengan sinar X, misalnya bahan Gelas. Rupanya aturan atom-atom dalam
bahan semacam ini tidak serapi bahan kristal. Bahan yang demikian ini dinamakan
bahan AMORF (tanpa bentuk).
Selain itu sifat-sifat zat padat ternyata tidak semata-mata ditentukan oleh atom-
atom pembentuknya. Kristal Intan misalnya, terdiri atas atom-atom Karbon yang
tersusun menurut aturan tertentu, bahan ini terkenal sangat keras dan berwarna bening,
sehingga merupakan batu perhiasan yang sangat mahal harganya. Di lain pihak, Arang
juga terdiri atas atom-atom Karbon akan tetapi warnanya hitam, tidak keras dan mudah
sekali dibuat sehingga harganya murah. Dari penyelidikan sinar X ternyata bahwa
kristalarang mamiliki struktur kristal Intan. Hal ini menunjukan bahwa betapa
perubahan cara mengatur atom saja dapat merubah bahan padat. Saat ini sudah terdapat
intan-intan buatan yang berasal dari arang dimana letak atom-atom karbonnya diatur
sehingga menjadi aturan intan.

8
Ilmu Bahan Listrik

Gambar 1. Diagram pita energi pada suatu benda

Keterangan:
 Masing-masing pita energi menunjukan bahwa disitu boleh terdapat electron (ada
quantum state electron) akan tetapi belum tentu ada. Pita energi yang demikian
disebut ALLOWED BAND.
 Antara allowed band dipisahkan oleh celah atau gap. Didalam celah ini tidak
boleh ada electron. Energi gap atau celah energi demikian ini disebut
FORBIDDEN BAND.

Gambar 2. Pita Energi


Elektron yang terdapat pada benda padat dapat dibedakan dalam 3 keadaan :
 Elektron bebas, artinya electron yang bebas bergerak dari satu atom ke atom yang
lain, yang dapat digambarkan sebagai kabut electron yang mengelilingi atom.
Benda padat yang demikian (yang mempunyai electron bebas) mudah
menyalurkan arus listrik.
 Elektron konduksi.

9
Ilmu Bahan Listrik

Elektron konduksi adalah electron bebas yang dihasilkan oleh karena adanya
pengaruh dari luar (dapat berbentuk panas dan sebagainya), biasanya terdapat
pada bahan semikonduktor.
 Elektron tak bebas.
Electron ini tidak mudah lepas dari ikatan intinya, walaupun terdapat ekstasi dari
luar. Biasanya electron tak bebas ini terdapat pada benda padat (metal) dengan
hantaran listrik yang kecil atau sering disebut juga bahan isolator.
Jadi suatu energi band (pita energi) selalu mengandung pita valensi dan allowed
band yang berada diatasnya yang disebut pita konduksi.

D. Klasifikasi Bahan Listrik


Dengan mempelajari diagram pita energi ini, maka dapatlah ditentukan apakah
suatu bahan termasuk dalam keluarga bahan penghantar, penyekat atau bahan semi
konduktor.
1. Bahan Konduktor (Penghantar)
Pada diagram pita energi bahan konduktor (Gambar 2) tidak terdapat celah
energi/fprbidden band, dan bahkan terdapat over lapping (tumpang- tindih) antara pita
konduksi dan pita valensi, sehingga dengan mudah electron bebas dapat berpindah dari
pita valensi kepita konduksi. Oleh karena itu bahan konduktor mempunyai banyak
sekali pembawa muatan.
2. Bahan Semikonduktor
Energi gap pada bahan semi konduktor (Gambar 2) adalah kecil sekali, dengan
adanya celah ini meskipun kecil maka electron yang terdapat dalam pita valensi tidak
dapat berpindah kepita konduksi. Apabila temperaturnya dinikkan, maka terdapat
sejumlah kecil electron pada pita valensi yang berpindah ke pita konduksi (karena
adanya petambahan temperature akan menimbulkan tenaga termis yang cukup untuk
dapat memindahkan/mengeluarkan electron dari ikatannya), dan bertugas sebagai
pembawa muatan.

3. Bahan Isolator
Pada bahan isolator (Gambar 2) terdapat celah energi besar sekali, sehingga
electron yang terdapat pada pita valensi sulit untuk dapat berpindah kepita konduksi

10
Ilmu Bahan Listrik

meskipun temperatur dinaikkan. Oleh karena itu pada pita konduksi tidak terdapat
pembawa muatan.

11

Anda mungkin juga menyukai