Anda di halaman 1dari 89

BAB I

KONSEP DASAR RANGKAIAN LISTRIK

Pada bab ini akan dibicarakan difinisi besaran-besaran yang berhubungan dengan
hal yang akan kita tinjau . Besaran – besaran dalam hal ini kita perkenalkan sejumlah
konsep – konsep listrik. Masing-masing konsep dapat diuraikan dalam istilah yang
lebih sederhana atau menurut hubungannya dengan satuan dasar .
Tujuan Instruksional Khusus
Dalam mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. mengetahui besaran-besaran listrik
2. mengetahui hubungan antara masing-masing konsep listrik
3. menentukan konversi dari satuan satu kesatuan yang lain
Kemampuan Awal (Entry Behavior)
Sebelum dapat menjabarkan konsep listrik berikut ini diberikan penjelasan awal
sejumlah konsep-konsep listrik yaitu: satuan sistem Internasional, gaya, energi, arus
listrik, tegangan atau potensial, simbol sumber tegangan dan arus, selanjutnya
diberikan pertanyaan-pertanyaan atau tes tulis sehingga dapat diketahui
pemahamannya.
Pentingnya Mempelajari Bab ini adalah
Dapat memahami satuan-satuan internasional dan satuan tambahan serta besaran
listrik yang dapat dipakai sebagai acuan kapasitas arus , tegangan, muatan, frekwensi
, daya dan energi. Disamping itu, diharapkan memahami definisi dan fungsi dari
besaran-besaran tersebut.
A. Definisi-definisi
Rangkaian listrik adalah kumpulan komponen listrik yang saling dihubungkan dengan
cara-cara tertentudan palin sedikit memiliki suatu rangkaian tertutup.
Komponen listrik dapat dikelompokkan berdasar jumlah terminal yaitu:
1. Kompoen listrik dua terminal
a. Sumber tegangan
b. Sumber arus
c. Resistor (R)
d. Induktor (L)
e. Kapasitor (C)
2. Komponen listrik lebih dari dua terminal
a. Transistor b. IC
1. Satuan
1.1. Satuan Sistem Internasional
Sistem satuan yang digunakan pada buku ini adalah Sistem Satuan
Internasional yang lazim disebut SI. Ketiga besaran dasar lain beserta satuan SI-nya,
tidak tampak dalam tabel tersebut, adalah temperatur dalam derajat Kelvin (K),
banyaknya zat dalam mole (mole), dan intensitas cahaya dalam Kandela (cd). Semua

1
satuan lain dapat diturunkan dari ketujuh satuan dasar itu. Besaran listrik berikut
simbol-simbol yang biasa digunakan dalam analisis rangkaian listrik dicantumkan
pada tabel 1-1. Dua besaran pelengkap adalah sudut bidang datar (juga dinamakan sudut fasa
dalam analisis rangkaian listrik ) dan sudut ruang. Satuan SI untuk besaran –besaran tersebut
adalah radian (rad) dan steradian (sr). Untuk sudut fasa dalam fungsi sinusoidal hampir selalu
digunakan satuan derajat, contohnya Cos(t + 300).
a. Satuan panjang dalam meter (m)
b. Satuan massa dalam kilogram (kg)
c. Satuan waktu dalam detik (secon-s)
d. Satuan arus listrik dalam amper (A)
e. Satuan suhu dalam kelvin (K)
f. satuan kuat cahaya dalam kandela (candela-d)
1.2. Satuan Turunan
Sejumlah satuan-satuan lain yang merupakan satuan-satuan tambahan dan satuan-
satuan yang diturunkan seperti pada Tabel 1-1 dan Tabel 1-2.
Tabel 1-1
Daftar Satuan Tambahan

Kwantitas Simbol Unit Lambang


Gaya F Newton N
Energi w Joule j
Daya p Watt W
Muatan q Coulomb C
Tegangan v Volt V
Medan magnit E Volt/meter V/m
Fluk magnit  Weber Wb
Resistansi R Ohm 
Konduktansi G Siemens S
Kapasitansi C Farad F
Induktansi L Henry H

Tabel 1-2
Daftar Awalan Satuan

KELIPATAN AWALAN LAMBANG


109 Giga G
106 Mega M
103 Kilo k
102 Hekto h
101 Deka da
10-1 Deci d
10-2 Centi c
10-3 Milli m
10-6 Micro 
10-9 Nano n
10-12 Pico a

2
2. Besaran Listrik
2.1. Arus dan Muatan
Uraian masalah rangkaian listrik, perlu diketahui arti tentang listrik, jika memahami
listrik terlebih dahulu paham tentang arus.
Symbol arus adalah I (berasal dari bahasa perancis intensite), didefinisikan
sebagai perubahan kecepatan terhadap waktu. Dengan kata lain, yaitu muatan yang
mengalir dalam satuan waktu. Sehingga arus dikatakan muatan yang bergerak. Selama
muatan bergerak maka akan mucul arus, muatan bergerak jika ada energy dari luar
yang mempengaruhi dari luar dan muatan sebagai satuan terkecil dari atom. Atom
terdiri dari partikel inti (proton yang bermuatan (+) dan neutron yang bersifat netral)
yang dikelilingi muatan electron (-).
Coulomb adalah unit dasar dari International System of Unit (SI) digunakan
untuk mengukur muatan listrik.
Simbol : Q = muatan konstan
q = muatan listrik
muatan 1 elektron = - 1,6021 x 10-19 Coulomb
1 coulomb = - 6,24 x 1018 elektron
dq
Secara matematis, arus didefinisikan : i =
dt
Satuan arus : Amper (A)

Macam-macam arus:
a. Arus searah (Direct Current / DC)
Arus searah merupakan arus yang
mempunyai nilai polaritas yan
tetap atau konstan terhadap
satuan waktu.
i

Gambar : 1-1 gelombang arus searah


b. Arus bolak balik (Alternating Current / AC)
Arus bolak-balik merupakan arus
,VI
yang memiliki polaritas berubah-
ubah terhadap satuan waktu.
Padsatu waktu nilai polaritas
positif, dan pada waktu lain
0
t berpolarias negatif

Gambar : 1-2 gelombang arus bolak-balik


2.2. Tegangan
Tegangan atau Voltage juga dikenal sebagai beda potensial yaitu kerja yang
dilakukan untuk menggerakkan muatan sebesar 1 Coulomb dari satu tempat ketempat

3
lainnya. Atau pengertian lain, muatan 1 Coulomb digerakkan atau dipindahkan,
sehingga akan terdapat beda potensial pada kedua terminal.
Kerja yang dilakukan adalah energy yang dikeluarkan, dengan kata lai, tegangan
merupakan energy persatuan muatan.
Adapun matematisnya:
dw
v= satuannya ; Volt (V) X Y
dq + V -
Gambar 1-3 tegangan drop
Pada gambar 1-3 , terminal X mempunyai potensial lebih tinggi dari pada
potensial di terminal Y. Dilapangan terdapat 2 istilah yaitu:
a. Tegangan Turun / Voltage drop
Jika dipandang dari potensial lebih tinggi ke potensial lebih rendah dalam hal n yakni
dari terminal X ke terinal B.
b. Tegangan naik/ Voltage Rise
Jika dilihat dari potensal lebh rendah ke potensial lebih tinggi dalam hal ini dari
terminal Y ke terminal X.

A
+ +

10 Volt - 10 Volt

B
- +
Gambar 1-4 terminal potensial
2.3. Energi
Energi adalah kerja yang dilakukan gaya sebesar satu Newton sejauh satu meter.
Contoh pada pembangkit listrik, energi dari air yang bergerak akan berpindah menjadi
energi yang menghasilkan energi listrik, energi listrik akan berpindah menjadi energi
cahaya jika energi listrik melewati suatu lampu, dan energi cahaya berpindah menjadi
energi panas jika bola lampu dipakai dalam waktu lama, demikian seterusnya.
Berdasarkan energy yang dihasilkan, elemen listrik digolongkan menjadi:
a. Elemen yang meneyerap energi
Jika arus positif meninggalkan terminal positif (terminal positif berada diluar elemen
energi tersebut ) atau arus positif memasuki terminal positif (terminal positif berada
diujung elemen tersebut), maka dikatakan bahwa elemen tersebut menyerap energy
dari luar, atau energy dari luar dikirim ke elemen tersebut.
+

Gambar 1-5 elemen menyerap energi

4
b. Elemen yang mengirim energi
Jika arus positif memasuki terminal positif ( terminal positif berada diluar elemen
tersebut) atau arus positif meninggalkan terminal positif (terminal positif berada
diujung elemen tersebut), maka dikatakan bahwa elemen tersebut mengirim energy
ke luar atau energy dari elemen dikirim ke luar.

+ i

Gambar 1-6 elemen mengirim energi


Energy yang diserap/dikirim pada suatu elemen yang bertegangan V dengan muatan
yang melewatinya sebesar q adalah:
W = V. q (J) W = P x t (Wh)
Satuannya : Joule (J) WattJam
2.4. Daya
Daya merupakan jumlah energy yang diserap/dihasilkan dalam sebuah rangkaian
listrik.
dw dw dq
Daya secara matematis : P = = . = v.i
dt dq dt
Satuannya : Watt (W)

2.5. Sumber dan Unsur Rangkaian


a. Sumber Tegangan
Suatu rangkaian listrik umumnya dicirikan adanya satu atau lebih sumber yang
dihubungkan dengan satu atau lebih beban.
Gambar 1-7a Gambar 1-7b
A A

6 volt 6 volt

B B

Gambar 1-7a dan 1-7b Sumber Tegangan

Sebuah besaran dan polaritas harus ditetapkan guna menjelaskan potensial atau
tegangan secara lengkap. Tanda-tanda polaritas di dalam rangkaian ditempatkan di
dekat kedua penghantar di mana tegangan didefinisikan. Pada gambar 1- 7a dan 1-7b ,
terminal A adalah positip terhadap terminal B. Bila beberapa sumber tegangan di seri
akan mendapatkan besar tegangan dari penjumlahan tegangan-tegangan tersebut.
Jika tegangan terdiri dari VS1 , VS2 , VS3 dan VS4 dihubungkan seri akan
meghasilkan rangkaian seperti pada gambar 1- 8

5
Selanjutnya jika beberapa sumber di hubungkan paralel maka masing-masing
sumber besar tegangannya adalah sama.
Gambar 1- 8 Sumber Tegangan seri
Vs2 Vs3

Vs1 Vs4

Vs total = Vs1 + Vs2 + Vs3 + Vs4 1-1

Seperti Pada gambar 1- 9 terdapat tiga tegangan Vs1, Vs2 dan Vs3 diparalelkan.

Gambar 1- 9 Sumber Tegangan Paralel

Vs1 Vs2 Vs3

Sehingga nilai tegangan totalnya adalah

VTotal = Vs1 = Vs2 = Vs3 1-2

Aplikasi rangkaian tegangan ini seperti baterai di seri dapat ditemui pada lampu
senter 2 atau 3 baterei sedangkan hubungan tegangan paralel coba dilihat bila
tukang strom aki dimana warna kabel pada charge ditaruh pada sebuah aki.
Jika sumber tegangan beroposisi (berbalikan) seperti gambar 1-10 dibawah
ini yaitu:
Jika V1 = V2 maka tidak ada arus meskipun kutub-kutub luar di hubung singkat.Bila
V1  V2 maka gambar 1-10a arus mengalir dari kiri ke kanan terus ke beban,
sedangkan gambar 1-10b arus mengalir dari kanan kekiri .

Gambar 1-10a Gambar 1-10b

V1 V2

V2 V1

arus arus
R R

Gambar 1-10 Sumber Tegangan berbalikan

6
b. Sumber Arus
Sumber arus sempurna ditujukkan oleh gambar 1-11, pada gambar tersebut arah anak
panah menunjukkan arus-arus positif.

Gambar 1-11 Sumber arus

Sumber arus sempurna dicirikan oleh suatu sumber


yang arusnya tidak tergantung pada sambungan yang
Arus 1A
dipasangkan diantara kutub-kutubnya.

c. Resistansi

Yaitu unsur rangkaian yang mengalir memerlukan tegangan sebanding dengan


arus yang mengalir didalamnya . Benda fisis yang sifat utamanya resistansi disebut
resistor atau tahanan atau pelawan.
Gambar 1-12 Resistor

R
V=IR

Hukum Ohm menerangkan bahwa hubungan yang terdapat dalam suatu rangkaian
listrik yaitu antara arus I dalam amper . Tegangan dalam V satuan Volt dan resistansi
dalam Ohm, salah satu bentuk persamaan :

V Volt
I= Amper = 1-3
A Ohm
Hasil-hasil percobaan membuktikan bahwa resistansi hampir semua penghantar logam
berubah menurut suhu. Jika resistansi suatu logam pada suhu t1 adalah R1 , maka
untuk kawasan suhu yang wajar resistansinya pada suhu t2 diberikan oleh :
R2 = R1 1+  (t2 – t1)  1-4

Dimana  adalah koefisien suhu resistansi dan suhunya diukur dengan derajat celcius.
Bentuk tahanan atau pelawan ini dapat dilihat pada aplikasi di peralatan listrik seperti
Termistor yang dalam suhu ruang 250C mempunyai perlawanan 100 Kohm dengan
koefisien suhu –5% per 0C akan berharga 95 kohm pada suhu 260C.

Tabel 1-3
Daftar Koefisien Suhu Resistansi
Beberapa Logam

Koefisien suhu
Logam
resistansi
Aluminium 0,004
Baja 0,006

7
Besi tuang 0,001
Konstantan (paduan tembaga, nikel dan 0,000005
aluminium)
Manganin (paduan tembaga, nikel dan mangan) 0,00005
Nikelin (paduan tembaga, nikel dan seng) 0,0003
Nikhrom (paduan nikel, khrom, besi dan mangan) 0,00016
Perak 0,0035
Platina 0,0032
Tembaga 0,004
Wolfram 0,0045

Kemudian LDR dalam keadaan gelap, perlawanan yang sangat tinggi, dianggap
sebagai isolator. Kalau ada cahaya yang kuat perlawanannya turun tinggal beberapa
ohm hinga boleh dianggap hubung singkat. Seringkali hukum Ohm dinyatakan
sebagai :

I = G .V Amper

Dimana :
1
G= 1-5
R

Tabel 1-4
Daftar Resistivitas Beberapa Penghantar

Penghantar Resistivitas pada 200C


ohm-meter
Alumunium 2,83 x 10-8
Baja 13,00 x 10-8
Besi tuang 50,00 x 10-8
Konstantan 44,00 x 10-8
Manganin 43,00 x 10-8
Nikelin 42,00 x 10-8
Nikhrom 110,00 x10-8
Perak 1,60 x 10-8
Tembaga 1,72 x 10-8
Wolfram 4,90 x 10-8

Gambar 1-13a Gambar 1-13b

Gambar 1-13 JenisLDR

Kebalikan resistansi , G, ini disebut konduktansi dan diukur dalam mho atau siemens
jadi :

8
 .L
R= 1-6
A
Dimana ;
L = panjang penghantar dalam meter
A = luas penampang penghantar dalam m
 = Resistansi bahan
Contoh gelas, mika dan udara dalam keadaan tertentu sebagai isolator.

d. Kapasitansi

Kapasitor juga dikenal sebagai kapasitansi atau kondensator) adalah elemen rangkaian
yang menyimpan dan mengembalikan energi, penyimpanan berlangsung di dalam suatu
medan listrik. Simbul kapasitor seperti gambar 1-14 dibawah ini :
Gambar 1-14 Simbol Kapasitor

Satuan-satuan kecil kapasitor:


C
1 mikroFarad (F) = 10-6 F
1 pF = 10-12 F

Untuk satuan-satuan besarnya menurut SI adalah farad (F) Penentuan kapasitor seperti
dalam persamaan :
q q
C = dalamFarad V = .volt 1- 7
V C
q =  i.dt.coulomb

Sedang : q dalam coulomb dan V dalam volt serta i dalam Amper. Bila dinyatakan
secara kwantitas arus adalah:
dv
I= C Amper 1-8
dt
Tegangan unsur itu dapat diturunkan dari persamaan arus diatas berupa
1
C
V= I .dt . 1-9

Konstanta pembanding C menyatakan sifat penyimpan muatan dalam unsur itu dan
disebut kapasitansi . V adalah tegangan jatuh pada arah arusnya. Daya yang
berhubungan dengan pengaruh kapasitansi adalah
dv
p = v.i = C.v .watt 1-10
dt
Sedangkan tenaga yang ada pada kapasitor:
dv 1
W =  p.dt =  C.v. .dt =  Cv.dv = Cv 2 .Joule 1-11
dt 2
Jenis-jenis kapasitor terdiri dari mika, kertas, keramik, milar dan elektrolit. Dibawah
jenis-jenis kapasitor yang banyak di pakai dalam praktek.

9
Gambar 1-15
Jenis Kapasitor

Mika Milar : warna hijau mengkilat, coklat mengkilat


500V 473k 100V

Kertas Keramik 1000F


2000pf/63V 192J 50V
KCK

e. Induktansi
Kemampuan untuk menyimpan energi dalam bentuk medan magnit disebut
induktansi . Induktansi erat hubungannya dengan medan magnit juga merupakan suatu
unsur rangkaian rangkaian yang mampu menyimpan tenaga dalam bentuk medan flux
magnit.Gulungan-gulungan kumparan dalam motor listrik, transformator dan alat-alat
yang serupa memiliki induktansi dalam model-model rangkaiannya.Satuan inductor
adalah henry , dengan simbul L
Gambar 1-16 Simbol Induktor
V = L di/dt
1 mH Maka tegangannya adalah

di
V= L 1-12
dt
Konstanta pembadig L adalah iduktansi sediri atau cukup disebut iduktansi , jika v, i
dan t berturut-turut dinyatakan dalam volt, amper dan sekon, induktansi L diyatakan
henry (H). Jika tegangan diantara iduktansi diketahui maka arusnya adalah
1
i =  v.dt . Amper 1-13
L
Daya yang berhubungan dengan iduktansi dalam suatu rangkaian adalah
di
p = vi = Li .Watt 1-14
dt
selanjutnya jika menginginkan perhitungan usaha yang ada pada induktor:
di 1
W =  p.dt =  L.i. dt =  L.i.di = L.i 2 1-15
di 2

Komponen ini banyak diaplikasikan pada rangkaian tergandeng dari sistem kerja
Transformator.

10
B. RANGKUMAN
a. Satuan- satuan yang digunakan dalam rangkaian listrik ini memakai satuan
internasional (SI) dan satuan tambahan
b. Didalam besaran listrik terdapat:
1) Arus dan muatan bahwa arus dikatakan muatan yang bergerak dengan kata
lain selama muatan bergerak maka akan mucul arus.
2) Voltage juga dikenal sebagai beda potensial yaitu kerja yang dilakukan untuk
menggerakkan muatan sebesar 1 Coulomb dari satu tempat ketempat lainnya.
3) Energi adalah kerja yang dilakukan gaya sebesar satu Newton sejauh satu meter
4) Daya merupakan rata-rata kerja yang dilakukan.
c. Sumber dan Unsur- Unsur rangkaian
1) Sumber – sumber rangkaian terdiri dari sumber tegangan dan sumber arus
2) Unsur – unsur pokok dalam dalam rangkaian listrik sebagai beban adalah resistor,
kapasitor dan inductor.
C. LATIHAN
1. Latihan soal
a. Sebutkan satuan pokok dan satuan turunan.
Satuan pokoknya adalah meter untuk panjang (m, l), kilogram untuk massa (kg,
m), sekon untuk waktu (s, t), ampere untuk arus listrik (A, i), kelvin untuk suhu
(K, T), mol untuk jumlah molekul (mol, n), kandela untuk intensitas cahaya (cd,
j)
Satuan turunannya yaitu: satuan gaya : Newton (kg m/s²), satuan kecepatan :
m/s, satuan percepatan : m/s², satuan luas : m², satuan tegangan listrik (beda
potensial) : Volt (AΩ), satuan daya : Watt (VA = A²Ω = J/s)
b. Jelaskan besaran dan satuan dari 220V/38V
220V/380V = system kelistrikan 3 fasa pada jaringan tegangan rendah dimana
220V tegangan fasa – netral sisi sekunder dan 380V tegangan Fasa ke fasa sisi
primer.
c. Apa arti jika suatu besaran dan satuan 20kV/380V ?
Artinya: tegangan tinggi pada jaringan distribusi tegangan step down dimana
sisi primernya 20kVolt dan dirunkan menjadi 380 Volt sisi sekunder.
d. Jika diketahui muatan q = 12 t Coulomb, tentukan i .

dq d (12t )
i= = = 12 A
dt dt

e. Diketahui kurva arus terhadap waktu, tentukan muatan total yang masuk pada
elemen.
i(A) q =  i.dt → luas daerah di bawah kurva
untuk rentang waktu tertentu.
Q = q 1 + q2
= [1 x 1] + [1/2(3-1)(3-1) + (3 – 1 )(1- 0)]
= [1] + [2 + 2] = 5 Coulomb.
1 2 3 4 t(s)

11
f. Arus sebesar 5 A melalui kawat,
- Brapa banyak muatan yang melalui kawat dalam 10 detik
- Berapa banyak muatan yang melalui kawat dalam satu tahun.
q = 1 x t = 5A x 10s =50 C = 0,05 mC
q = I x t = 5.10-6 x 1 tahun x 365 hari/tahun x 24 jam/hari x 60 menit/jam
x 60 detik/menit = 157,68 Coulomb
- Brapa banyak muatan yang melalui kawat dalam 10 detik
- Berapa banyak muatan yang melalui kawat dalam satu tahun.
q = 1 x t = 5A x 10s =50 C = 0,05 mC
f. Muatan 5 kC melewati suatu elemen dan energy yang diberikan 20 MJ .
tentukan tegangan yang melintasi elemen tersebut.
W 20 x10 6
V= = = 4kV
q 5 x10 3
g. Sebuah lampu dihubungkan dengan baterai DC 12V dan menghasilkan arus
sebesar 0,5 A . tentukan energy selama 2 secon.
W = V x q = V x I x t = 12 x 0,5 x 2 = 12 Joule
h. Berapa arus yang dihasilkan oleh baterai mobil, jika energy yang di suppy 2x
106 J selama 10 jam (standar baterai mobil 12 V) ?
W = V x q= V.I .t
W 2 x10 6
I= = = 4,63 A
Vxt 12 x(10 x60 x60)
i. Lihat gambar dibawah ini , tentukan arus i
15 − 4
i= = 0,05 A
220
220

15V 4V

j. Hitung tegangan v pada resistor 220 dan 120 seperti pada gambar dibawah
ini. Penyelesaian:
v220 = I x R220 = 0,02 x 220 = 44 Volt
220
v120 = I x R120 = 0,02 x 120 = 24 Volt
120 0,02A

k. Tentukan resistansi sepotong kawat baja yang dipanasi sampai 200C jika
resistansinya pada 0C adalah 100.
Jawab:
R2 = 100 (1 + 0,006 x 200) = 220

12
l. Tentukan resistansi suatu penghantar tembaga dengan penampang yang
berbentuk lingkaran dengan luas 1 cm2 sepanjang 1m.
Jawab:
1
R = 1,72 x10 −8 = 17,2
10 − 4
m. lihat gambar dibawah ini

Dapatkan Ceq antara terminal a dan b.


a
5µF 60µF
Jawab:
20µF 6µF 20µF 20 x5
= 4 F
20 + 5
b 4 + 6 + 20 = 30 F
30 x60
C eq = = 20 F
30 + 60
n. Rangkaian seperti dibawah ini
4H 20H
Hitung induktor ekivalen dari rangkaian
dibawah ini.
Jawab:
Leq
7H 12H Induktor 20H, 12H dan 10H diseri hasilnya
42H dan diparalel 7H maka:
7 x 42
8H 10H = 6 H dan Leq = 4 + 6 + 8 = 18H
7 + 42

2. Tugas

a. Jelaskan besaran dari 225/400 pada nameplate sebuah motor lstrik.

b. Jelasan besaran dan satuan dari 100A/5A

c. Jika sebuah generator besaran dan satuan 1MWatt = …… kWatt, 150kVA=


…..VA, suatu arus 120 mA = ………Amper, 0,015 A = ……mA

d. Berikan contoh besaran dan satuan tegangan dari peralatan listrik : arus searah
dan arus bolak balik.

e. Besaran apakah peralatan ini : 5W/12V: 0,4166 A ?

f. Berapa banyak energi yang dikonsumsi bateri 100- W dalam dua jam
g. Elemen kompor mengalirkan arus 15A saat terhubung ke saluran 120V. Berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi 30 kJ
h. Sebuah massa 4,5 x 10-3 kg oleh gaya 7,4 x 10-4 melalui jarak dua meter dalam
waktu yang berlalu sebesar 12 detik.
i. Suatu tembaga berisi 234 x 1023 elektron bebas untuk setiap meter, dengan menerima
satu electron konduksi untuk setiap atom. Untuk arus 1 amper, tentukan persentase
electron-elektron yang akan melewati sebuah titik yang diketahui dalam satu menit.

13
j. Sebuah alat ukur listrik mengukur tegangan 280 volt, arus 180 mA dan setelah selang
waktu 400 s. Tentukan daya dalam watt serta energi dalam Joule.
k. Suatu konduktor memiliki arus tetap 10 amper. Tentukan banyak electron yang
melewati sebuah titik tetap pada konduktor tersebut selama 1,5 detik.
l. Tentukan resistansi sepotong kawat baja yang dipanasi sampai 280C jika resistansinya
pada 0C adalah 120.
m. Konversikan satuan-satuan dibawah ini
a. 100000 F = ……. F
b. 1200mA = …….. A
c. 1,5 MWatt = ……. Watt
d. 20 HP = ………. Watt
e. 22 KiloVolt = ……. Volt
k. Gerakan muatan q dari titik a ke titik b membutukan -30 Joule. Dapat nilai drop
tegangan vab jika: a) q = 2 Coulomb dan q = - 6 Coulomb
l. Berapa banyak energi kerja dari lampu pijar mengkonsumsi selama 2 jam ?
m. Suatu elemen kompor listrik dialiri arus 15A dihubungkan dengan tegangan
120V. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengkonsumsi 30 KJ
n. Tegangan pada kapasitor 5µF adalah vt = 10 cos 6000t V, hitung arus yang
melaluinya.
o. Pada gambar rangkaia dibawah ini, tentukan tegangan masing-masing kapasitor

+v1- +v2-

20mF 30mF
+
30V V3 40mF 20mF
-

p. Pada gambar rangkaian dibawah ini tentukan voltage devider pada induktor
+v1-

L1
+
Vs V3 L2
-

q. Tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian ialah 86V dan arus mengalir
besarnya 0,34A. Hitung resistansinya.
r. Sebuah kabel NYA merk Fokus memiliki spesifikasi tahanan 2, tegangan
230Volt. Tentukan arus maksimum yang dialirkan.
s. Sebuah resistor 2,2K dialiri arus 0,026A, berapa tegangan yang diberikan
pada beban tersebut.
t. Hitunglah arus yang mengalir apabila pemanas 10KWatt dihubungkan dengan
tegangan 220V.

14
u. Tahanan 330 diberi tegangan 6Volt, tentukan daya yang diserap tahanan
tersebut
v. Sebuah lampu 250/100 W dihubungkan pada tegangan supply 210V. Hitung
daya yang dikirim ke lampu tersebut .
w. Berapa banyak energi (dalam KiloWatt) yang diperlukan untuk menyalakan
Lampu 100 Watt . secara kontinyu selama 3 bulan.
x. Sebuah rangkaian yang memiliki tahanan 1K dan arus yag mengalir terukur
1,26A . Hitungkah Energinya selama 20 menit.

D. Eksperimen

Gambar a: Posisi Pengukuran Tagangan

Gambar b: Mengukur Tagangan Gambar c: Mengukur Arus

Pada Gambar a adalah: cara letak kabel dan terminalnya pada posisi Volt meter dan
dan power supply dan selektornya diputar kekanan untuk mempoleh nilai tegangan
yang diinginkan.

15
Sebuah voltmeter Gambar b mengukur tegangan dipasang parallel antara sumber
dimana terminal V(pada Avometer +) dihubungkan pada terminal sumber merah
(sumber +) dan Com (pada Avometer) dihubungkan pada terminal sumber hitam
(sumber -) menunjuklah jarum pada avometer.

Gambar d: Rangkaan pengukuran tegangan Gambar: e Rangkaian Pengukuran Arus

Untuk mengukur arus dengan ampermeter gambar c dipasang seri yaitu terminal
A (pada Avometer) dihubungkan pada terminal merah (p) dan Com dihubungkan
terminal beban.
Pada gambar d dan e merupakan rangkaian listriknya dimana menghubungkan
Volmeter dan Amper meter.

Gambar f: Pengukuran Tahanan


Dalam pengukuran tahanan yang perlu diperhatikan adalah Range diletakkan posisi
x10 (yg umum dipakai), selanjutnya kabel / probe merah dihubungkan ke posisi OHM
() dan yang hitam pada posisi COM hingga jarum menunjuk, seperti pada gambar f..
E. RUJUKAN

1. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland State


Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill. Page 4 - 15
2. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta. Hal. 1
sampai dengan 4.

16
F. BACAAN YANG DIANJURKAN
Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland State
Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill
2. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik. Universitas Brawijaya Malang.
3. DE LORENZO. Single Phasa Alternating Current. Teaching System for
Technical Training.
4. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku Schaum,
Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.
5. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta.
6. William H. Hayt, Jr, Jilid 1, Edisi Keempat. Rangkaian Listrik. Erlangga.
Jakarta

17
BAB II
HUKUM – HUKUM DASAR

Sebagian besar pada bab ini menentukan perhitugan – perhitungan. Bagian terpenting
dalam perhitungan ini adalah penggunaan hukum Ohm. Bagian ini pula dapat
dikembangkan untuk menentukan daya dan energinya . Oleh karena itu, rumusan –
rumusan ketiga variabel diatas hendaklah dapat dipahami dengan seksama dan cermat.
Tujuan Intruksional Khusus
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:

• Mahasiswa mengenal hukum dasar rangkaian


• Mahasiswa mampu mengoperasikan hukum Ohm dan Kirchoff
• Mahasiswa mampu melakukan konversi wye-delta

Kemampuan Awal (Entry Behavior)

Sebelum memahami materi ini, dilakukan kemampuan awal dengan diberi penjelasan
definisi hukum-hukum dasar dan hubungannya dengan tegangan dan arus serta
pentingnya penggunaan satuan dan besarannya melalui pertanyaan atau tes tulis atau
diskusi dengan kelompok.
Pentingnya Mempelajari Bab ini:

Seperti hukum Ohm berguna untuk menghitung kapasitas kuat arus pada beban R jika
diberi tegangan, hukum Kirchoff dapat menentukan arus total jika ada suatu beban
dirangkai paralel, teori pembagi arus dapat digunakan untuk menyelesaiakan analisa
rangkaian yang tidak dapat di cari seri paralelnya.
A. Hukum Ohm
1. Hukum Ohm
Jika resistansi memerlukan tegangan diantara kutup-kutupnya berbanding lurus
dengan arus yang melaluinya, maka tegangan diberikan oleh :
V = R.I volt 2-1
Dimana i adalah arus dalam amper. Konstanta pembandingnya adalah R dan dalam SI
dinyatakan dalam Ohm ().

2. Hubungan Arus dan Tegangan


Hubungan antara tegangan dan arus dapat dilukiskan pada gambar 2-1 dan
persamaan diatas dikenal sebagai Hukum Ohm. Sebagai contoh arus yang mengalir
melalui resistor yang memiliki drop tegangan 16 v adalah
Gambar 2-1 Rangkaian Tegangan dengan beban R

V 16volt
I= = = 8amper
V R R 2ohm

18
Selanjutnya tegangan solder yang mempunyai resistansi 80 ohm , jika arus 1,5 A
adalah:
V = I.R = 1,5 . 80 = 120 volt
Kemudian resistansi lampu yang mempunyai tegangan 120 v dan arus yang melalui
0,4 A yakni:

B. HUKUM KIRCHOFF
1. Hukum Kirchhoff Arus
Jika dua lebih elemen rangkaian dihubungkan hasilnya adalah suatu
sambungan yang dinamakan simpul (node). Sambungan antara dua elemen dinamakan
simpul sederhana dan disini tidak terjadi pembagian arus. Sambungan dari tiga atau
lebih dinamakan simpul utama, dan disini terjadi pembagian arus. Hukum Kirchhoff
arus :
Jumlah aljabar semua arus yang menuju ke suatu titik hubung adalah sama
dengan nol. Atau jumlah arus yang menuju suatu titik sama dengan arus yang
meninggalkan titik hubung.
Secara matematis ditulis :
i1 + i2 + i3 + ………………+ In = 0 3-1
i =0
Gambar 2-2 Arus Cabang

i1
Pada gambar 2-2 adalah i1 + i2 = i3 + i4

R3
i2 i3
R4
I4

Contoh:
Is A
1 2 3 Titik 1,2 dan 3 adalah satu note
I1 I2 I3
maka arus IS mengalir ke I1 , I2
Vs dan I3 sehingga IS = I1 + I2 + IS
R1 R2 R3

2. Hukum Kirchhoff Tegangan


Jumlah aljabar semua tegangan yang diambil menurut arah tertentu sepanjang
jalur yang tertutup adalah sama dengan nol. Atau dalam rangkaian tetutup, jumlah
tegangan sumber sama dengan tegangan masing-masing beban. Tegangan yang lain
dihasilkan oleh arus dalam masing-masing beban yang menghasilkan tegangan, yang
kadang-kadang disebut sebagai jatuh tegangan (voltage drop).
Bentuk matematis dapat ditulis :

19
v=0 atau v1 + v2 = I.R1 + I.R2

Gambar 2-3 Sumber tegangan dan Tegangan Jatuh


V

I.R2
I.R1

Secara umum: V1 + v2 + v3 +……………..+ vn = 0 3-2

3. Rangkaian Seri dari Resistor


Pada gambar 2-4 Arus mengalir dalam masing-masing unsur atau sumber yang
dihubungkan secara berurutan itu sama, sesuai dengan hukum Kirchhoff untuk
tegangan, sehingga hanya ada arus tunggal i yang mengalir dalam rangkaian itu.
V1 – iR1 – iR2 –iR3 + iR4 = 0

dengan mengatur kembali kita dapatkan :

V1 = i (R1 + R2 + R3 + R4 )

Gambar 2-4 Rangkaian Seri


a b

I R1 I R2

V1 I R3 V Rs

I R4

Oleh karena itu besaran dalam tanda kurung itu dapat diganti oleh suatu resistansi
setara yaitu :
Rs = R1 + R2 + R3 + R4
Sehingga persamaan ini dapat disederhanakan menjadi:
V
V1 = i.Rs atau i= 3-3
Rtotal
Secara umum, jika terdapat n buah resistansi yang dihubungkan seri dalam suatu
rangkaian, rangkaian seri setaranya diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing
resistansi dalam rangkaian itu, secara matematika dapat ditulis sebagai:
Rs = R1 + R2 + ………………+ Rn =  R 3-4

20
4. Rangkaian Paralel dari Resistor

Selain seri terdapat juga suatu rangkaian paralel seperti ditunjukkan pada gambar 2-5.
Menurut difinisi unsur-unsur rangkaian dikatakan paralel bila suatu beda potensial
yang sama terdapat diantara kutub-kutub setiap unsur itu.
Gambar 2-5 Rangkaian Paralel
a b
I

i3

i1
I2

Vs V Rp

Hukum Kirchhoff untuk arus menyatakan bahwa arus yang memasuki sebuah simpul
sama dengan jumlah arus yang meninggalkannya. Dinyatakan dalam bentuk
persamaan kita dapatkan.
i = i1 + i2 +i3
Tetapi menurut hukum Ohm yang berhubungan dengan masing-masing resistansi itu,
persamaan itu dapat ditulis kembali dalam bentuk
Vs Vs Vs
i= + +
R1 R2 R3
Kembali dengan mengumpulkan variabel-variabel yang sama, yang dalam hal ini
adalah tegangan Vs , kita dapatkan
1 1 1 V
i = Vs( + + ) atau i= s 3-5
R1 R2 R3 RP
Pernyataan dalam tanda kurung itu dapat digantikan oleh suatu besaran setara yang
didefinisikan sebagai
1 1 1 1
= + +
Rp R1 R2 R3
dimana Rp menyatakan resistansi setara kombinasi paralel. Rumusan umum untuk
prosedur diatas menyatakan bahwa resistansi setara n buah resistansi yang
dihubungkan paralel sama dengan jumlah kebalikan masing-masing resistansi itu.
Dinyatakan dalam bentuk persamaan menjadi:
1 1 1 1 1
= + + ...... + = 3-6
Rp R1 R2 Rn R
Jika dua resistansi diparalel seperti pada gambar 3-5 maka persamaan diatas dapat
dinyatakan dalam bentuk :

R1 R2
RP = 3-7
R1 + R2

21
Gambar 2-6 Sumber dengan beban di paralel

R1 R2
I I Rp

5. Rangkaian Seri dari Kapasitor


Diagram rangkaian terdiri dari dua kapasitor dengan kapasitansi C1 dan C2
yang dihubungkan seri seperti pada gambar 3-6. Selisih potensial diantara masing-
masing kapasitor itu akan berbeda bila C1 tidak sama dengan C2.

Gambar 2-7 Kapasitor seri


I

C1

Cs

C2

Tetapi menurut hukum Kirchhoff untuk tegangan menyatakan bahwa kedua


tegangan itu harus dijumlahkan agar sama dengan tegangan sumber .
Vs = V1 + V2
Hal ini tegangan awal kapaisitor sama dengan nol
1 1
C1  C2 
V1 = i.dt dan V2 = i.dt

Dengan memasukkan ke persamaan diatas


1 1 1 1
Vs =
C1  i.dt +
C2 
i.dt atau Vs = ( + )  i.dt
C1 C 2
3-8

Pernyataan itu dapat disederhanakan dengan memperkenalkan pengganti


1 1 1 C1 .C 2
= + → Cs = 3-9
Cs C1 C 2 C1 + C 2
dimana Cs menunjukkan kapasitansi setara dua kapasitansi yang dihubungkan seri.
Sehingga persamaannya menjadi
1
Cs 
Vs = i.dt

Rumus umum untuk kapasitansi setara n buah kapasitansi yang dihubungkan seri
adalah
1 1 1 1 1
= + + ........... + = 3-10
Cs C1 C 2 Cn C

22
6. Rangkaian Paralel dari Kapasitor
Perlakuan kapasitansi-kapasitansi yang dihubungkan secara paralel akan sama
seperti resistansi-resistansi dalam hubungan seri. Kebenaran pernyataan itu dapat
dibuktikan dengan menerapkan hukum Kirchhoff untuk arus dalam rangkaian seperti
pada gambar 3-7
Sehingga dengan demikian bahwa:
i = i1 + i

Gambar 2-8 Kapasitor paralel


I

C1 C2 Cs

Sementara menurut persamaan


dVs dVs
i1 = C1 dan i2 = C 2
dt dt
Dengan menjumlahkan arus-arus tersebut
dVs dVs dVs
i = C1 + C2 → i = (C1 + C 2 )
dt dt dt
Dengan mengambil suku kapasitansinya
Cp = C1 + C2
Dimana Cp adalah kapasitansi setara untuk kombinasi paralel kita dapatkan
dVs
i = Cp 3-11
dt
Bila ada n buah kapasitansi yang dihubung paralel, kapasitansi paralelnya dapat
dinyatkan sebagai:
Cp = C1 + C2 + ............+ Cn = C 3-12

7. Rangkaian Seri dari Induktor


Suatu rangkaian yang mempunyai dua induktor dalam hubungan seri. Sumber
tegangannya diandaikan berubah menurut waktu mengalir dalam kedua induktor
tersebut.
Gambar 2-9 Induktor Seri

L1

Ls

L2

23
Maka menurut hukum Kirchhoff tegangan :
di di
Vs = L1 + L2
dt dt

Dengan mengeluarkan suku-sukunya yang sama kita dapatkan


di di
Vs = ( L1 + L2 ) → Vs = Ls 3-13
dt dt
dimana Ls menyatakan induktansi setara untuk hubungan seri . Secara umum dimana
n buah induktansi dihubungkan seri adalah:

Ls = L1 + L2 + ............+ Ln =  L 3-14

8. Rangkaian Paralel dari Induktor


Suatu kombinasi paralel dua buah induktansi ditunjukan dalam gambar 3-9
Menurut hukum Kirchhoff untuk arus
i = i1 + i2
Maka dengan mengandaikan arus awal sama dengan nol pada masing-masing
iduktansi
Gambar 2-10

L1 L2 Lp

1 1
L1  L2 
i1 = Vs.dt i2 = Vs.dt

Dengan memasukkan kepersamaan-persamaan menghasilkan


1 1 1
i = ( + )  Vs.dt →
Lp 
i= Vs.dt 3-15
L1 L2

dimana
1 1 1 L1 .L2
= + → Lp =
Lp L1 L2 L1 + L2

Besaran Lp adalah induktansi setara untuk kombinasi paralel.


Untuk hal yang umum dimana terdapat n buah induktansi yang dihubung paralel,
persamaan menjadi
1 1 1 1 1
= + + ....... + = 3-16
Lp L1 L2 Ln L

24
9. Rangkaian Kombinasi Seri dan Paralel Resistor

Dalam menentukan penyelesaian rangkaian kombinasi tersebut kita lihat


diagram rangkaian gambar 3-10. Bila menggunakan pengurangan seri/paralel, lebih
baik dimulai dari sisi kanan (cabang paling jauh) dari terminal dan tahapannya adalah:
a. diserinya terlebih dahulu (R4 + R5 + R6)
b. diparalel antara R3 // (R4 + R5 + R6)
Gambar 2-11 Rangkaian kombinasi R Seri Paralel

R ekivalen
R1 R4

R2 R3 R5

R6

c. selanjunya diparalel lagi antara R2 // R3 // (R4 + R5 + R6)


d. terakhir dilakukan hububungan seri hingga diperoleh Rek=Rtotal= R1 + R2
// R3 // (R4 + R5 + R6)
C. Transformasi Δ-Y dan Y - 
Ada bentuk rangkaian tertentu yang tidak dapat disederhanakan dengan
menggunakan kombinasi seri-paralel. Konfigurasi itu sering dapat ditangani dengan
menggunakan Transformasi Y- atau - Y. Transformasi ini memungkinkan tiga
resistor yang dihubungkan dengan bentuk  dan sebaliknya. Rangkaian pada gambar
3-11 adalah rangkaian Y dan  itu.
1. Rangkaian dari  ke Y
Dari rangkaian berbentuk  disederhanakan menjadi bentuk Y seperti pada
gambar 3-11 dengan panah ke kanan maka diperoleh Ra, Rb dan Rc dan hasilnya
adalah:
Gambar 2-12 Konversi Rangkaian -Y dan Y-
X
R1

Rb Rc

R3 R2

Z Y
Ra

Rb .Rc Ra .Rc Ra .Rb


R1 = ......R2 = ..........R3 = 3-17
Ra + Rb + Rc Ra + Rb + Rc Ra + Rb + Rc

2. Rangkaian dari Y ke 
Dari rangkaian berbentuk Y disederhanakan menjadi  maka diperoleh Ra, Rb
dan Rc dengan melihat gambar 3-11 (panah ke kiri) dengan panah ke kiri hasilnya
adalah:

25
R1 R2 + R2 R3 + R3 R1
Ra =
R1
R1 R2 + R2 R3 + R3 R1
Rb = 3-18
R2
R1 R2 + R2 R3 + R3 R
.Rc =
R3

D. PEMBAGI TEGANGAN DAN ARUS


1. Pembagi Tegangan
Seperangkat resistor terhubung seri seperti yang ditunjukkan pada gambar 3-
12 disebut sebagai pembagi tegangan (voltage divider). Apabila arus I mengalir
dalam rangkaian seri maka tegangan V yang melintasi pada masing-masing tahanan
adalah
Gambar 2-13 Rangkaian Pembagi Tegangan

Vsumber V1 R1
= → V1 = xVsumber
i Rtotal R1 R1 + R2
V1
R1

3-19 Vs
i

R2 V2 Vsumber V2 R2
= → V2 = xVsumber
Rtotal R2 R1 + R2

2. Pembagi Arus
Dalam banyak cara penggunaan perlu kita tentukan bagaimana arus I yang
mengalir dari catu membagi diri diantara cabang-cabang yang berhubungan paralel.
Maka suatu susunan paralel resistor seperti ditunjukkan gambar 3-13 menghasilkan
pembagi arus. Ratio arus cabang i1 terhadap arus total I menunjukkan operasi pembagi
tersebut.
Gambar 2-14 Rangkaian Pembagi Arus
I total

I1 I2

Vs
V1 R1 V2
R2

Vs = VR1 = VR2 → I.Rparalel = I1.R1 = I2.R2


Persamaan diatas disederhanakan menjadi:
I .RPARALEL
I . Rparalel = I1.R1 maka I 1 =
R1
Sehingga:
R2 R1
I1 = xI total dan I 2 = xI total 3-20
R1 + R2 R1 + R2

26
3. Sumber dengan Rangkaian Setaranya
Suatu rangkaian dari suatu sumber yang ditunjukkan pada gambar 3-14
dinamakan rangkaian setara karena persamaan tegangannya menurut hukum
Kirchhoff . Dimana jika pertama – tama merupakan rangkaian seri yang terdiri dari Vs
dan Rs maka agar setara dengan rangkaian hubungan paralel, ditentukan terlebih
dahulu nilai Is dan Rs.

Gambar 2-15
Rangkaian Setara Sumber
I
Rs
+

Is
Vs
Rpar

E. RANGKUMAN

1. Hukum Ohm menyatakan tegangan V berbanding lurus dengan arus dan beban
R atau arusnya berbanding terbalik dengan beban R.
2. Hukum Kirchoff ada dua yaitu Kirchoff arus dan Kirchoff tegangan:
- Khirchoff arus yaitu jumlah arus yang masuk ke cabang sama dengan jumalah
arus yang keluar cabang.
- Kirchoof tegangan yaitu jumlah aljabar sumber tegangan sama dengan
jumalah drop (tegangan jatuh) tegangan pada masing-masing beban.
3. Pada rangkaian seri dimana Arus mengalir dalam masing-masing unsur atau
sumber yang dihubungkan secara berurutan itu sama.
Nilai total dari unsur-unsur R1, R2 dan R3 yang dihubungkan seri adalah
dijumlahkan langsung
Contoh : Rtotal = 2 + 8 + 10 = 20 
Nilai total dari unsur – unsur R1, R2 dan R3 dihubungkan parallel adalah sebagai
berikut
Contoh: 1/Rtotal = ½ +1/8 + 1/10
4. Jika nilai total dari unsur-unsur R1, R2, R3 dan R4 dihubungkan seri paralel maka
sebaiknya di cari terlebih dari sisi kanan dari sumbernya.
Contoh: langkahnya:
1. R3 // R4 terlebih dahulu
R1
2. R1 + (hasil parallel R3 // R4) + R2
R3 R4

R2

5. Jika sekumpulan resistansi yang membentuk hubungan tertentu saat dianalisis ternyata
bukan merupakan hubungan seri ataupun hubungan paralel yang telah kita pelajari
sebelumnya, maka jika rangkaian resistansi tersebut membentuk hubungan star atau
bintang atau rangkaian tipe Y, ataupun membentuk hubungan delta atau segitiga atau

27
rangkaian tipe ∆, maka diperlukan transformasi baik dari star ke delta ataupun
sebaliknya.

F. LATIHAN
1. Soal -soal
a. Jika bola lampu pijar 40W/250V, memiliki
tahanan R = 1560 
I = V / R = 250 / 1560 = 0,160 A = 160 mA

b. Lihat gambar dibawah ini

1) Rangkaian hubungan apakah ini?


2) Berapa RTotal dan arus total Itotal?
Jawab:
1) Rangkaian seri
2) Rtotal = 2 + 4 + 6 = 12 
Vs 12
Itotal = = = 12 A
RT 12
c. Rangkaian dibawah ini
1) Rangkaian hubungan apa
disamping ini?
2) Berapa RTotal dan ITotal ?
Jawab:
1) Rangaian parallel
1 1 1 1
2) Rtotal → = + +
RT R1 R2 R3

1 1 1 1 1 6 + 3 + 2 11 1 11
= + + → = = → = → 11 x RT = 1 x 12
RT 2 4 6 RT 12 12 RT 12

12 VS 12
RT = = 1,09 → IT = = = 11A
11 RT 1,09

d. Lihat gambar dibawah ini


Tentukan I4 dengan menggunakan
hukum Kirchoff arus.
28
I1+ I3 = I2 + I4
2 + 5 = 4 + I4
I4 = 5 + 2 – 4 = 3 Amper

Is a b c Ditanyakan: a) titik – titik mana yang


2 ditransformasi dan apakah  - Y atau Y -
3

1

6V d
2
4
b) berapa nilai R hasil transformasi
2
c) Tahanan total (Rtotal) d) Is
f e Penyelesaian:
a) titik bcd dan transformasi -Y
Is

R2
b) lihat gambar maka R1 , R2 dan R3
R1

6V R3 R1 = (1x2) / (1+2+3) = 1/3 


R2 = (2x3) / (1+2+3) = 1 
2
4

2
R3 = (3x1) / (1+2+3) = ½ 

c) Mencari Rtotal terlebih dahulu dicari:

R2 + 4 = 1 + 4 = 5  dan R3 + 2 = 1/3 + 2 = 7/3 


5 diparalel 7/3 = (5 x 7/3) / ( 5 + 7/3) = (35/3) / (22/3) = 35/22 
R1 di seri 35/22  = 1/3 + 35/22 = 127/66 
2 di paralel 127/66  = (2 x 127/66) / (2 +127/66) = 154/259 
Jadi Rtotalnya = 154/259 
d) Is = Vs / Rtotal = (6 ) / (154/259) = 1554/154  atau 10,09 Amper

e. Dua buah resistor dihubungkan seri masing-masing R1= 120 dan R2 = 220
di supply dengan tegangan 6 volt. Tentukan Voltage devider .
Penyelesaian:
V1 = (120) / (120+220) x 6 = 2,12 Volt
V2 = (220) / (120+220) x 6 = 3,88 Volt

f. Lihat gambar dibawah ini


Ditanyakan: I1 dan I2
Is

Rs=1 I1 I2 Penyelesaian:
6V
R1=3 R2=7 Menentukan I1 dan I2 terlebih dahulu dicari:

29
Rtotal dan Is sehingga:

Rtotal = (3x7) / (3+7) + Rs = 2,1 + 1 = 3,1


dan
Is = Vs / Rtotal = 6 / 3,1 = 1,9 Volt
I1 = 7 / (3+7) x 1,9 = 1,33 A dan I2 = 3 / (3+7) x 1,9 = 0,57A

2. Tugas

a. Arus mengalir dalam suatu rangkain 0,128 A dan resistansinya 330. Tentukan
tegangannya.
b. Tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian adalah 20V dan arus yang
besarnya 120 mA.
c. Tegangan sebesar 250 V diberikan pada sebuah resistor 56. Hitunglah arus
yang mengalir.
d. Resistor 0,412 , 1,336 dan 0,678 , dalam hubungan seri carilah resistansi
seluruhnya.
e. Carilah nilai sebuah resistor bila dihubungkan secara seri dengan resistor 220 
akan menghasilkan resistansi menyeluruh 550.
f. Resistor terdiri dari 1K, 1,2, 560 dan 330 dihubungkan paralel.
Hitunglah Rekivalen dan buatkan diagram rangkaiannya.
g. Hitunglah nilai resistor bila dihubungkan paralel dengan resistor 120 akan
menghasilkan resistansi ekivalennya 560.
h. Diagram rangkaian seperti dibawah ini, tentukan Rek dan arus yang mengalir
dalam rangkaian.
i. Tiga resistor masing-masing 100, 200, 300 dihubungkan secara seri
dengan catu DC 600 V. Hitunglah :
- beda tegangan pada tiap resistor .
- arus di dalam rangkaian
- daya yang dikonsumsi oleh 200 .
j. Tentukan:
R1
6,33  Arus pada R2 dan R3
Tegangan pada R2 dan R3
18 V R2 R3
4 8
Daya pada R2 dan R3

k. Hitung kapasintasi ekivalen dari keempat seperti pada gambar dibawah ini

0,1 F
0,5F 0,3F 0,2F

a b

30
l. Hitung muatan pada masing-masing kapasitor bila V1 = V2 = 50 volt

0,1 F 0,5F

a b
+ V1 - + V2 -

m. Sebuah kapasitor 25F mempeunyai muatan awal 2,5 C. Dalam selang waktu
0  t  1 s dan i = 5 x 106t -5 A
Hitung tegangan pada t = 0,5 s dan t = 0,9 s
n. Ubahlah pernyataan sumber tegangan menjadi suatu sumber arus yang setara
jika Vs = 10 Volt diseri dengan Rs = 220
o. Ubahlah sumber arus manjadi sumber tegangan dimana Ish = 2 A dan R = 4 
p. Tentukan Rtotal , Itotal dan Arus yang melewati R1

12 V R1 R2 R3
80  40  20

q. Tentukan Rekivalennya

7 2 2
6

4

9 6

6

r. Tiga resistor masing-masing 120, 330, 1K dihubungkan secara seri dengan
catu DC 250 V. Hitunglah :
a. beda tegangan pada tiap resistor .
b. arus di dalam rangkaian
c. daya yang dikonsumsi oleh 330 .

G. EKSPERIMEN
a. Eksperimen Hukum Ohm
Pada gambar a pengukuran tegangan pada tahanan R dikenal dengan VR atau juga
disebut tegangan jatuh (Voltage drop), misalnya nilai tahanan R = 100 dan tegangan
sumber VS = 8 Volt secara teori karena bebannya hanya satu R saja maka drop
tegangan = tegangan sumber

31
Gambar a : Pengukuran tegangan Gambar b: Pengukuran arus

Pada gambar b bahwa pengukuran arus jika nilai R = 100, dan tegangan 12 Volt,
maka secara teori nilai arus = V / R = 12 / 100 = 0,12 A, di alat ukur amper meter
tidak terdapat nilai 0,12 A pada skalanya harus dirubah menjadi bilangan bulat yaitu
120mA , terukur pada amper meter seharus 120mA kenyataan dilapangan sedikit
berbeda.
b. Eksperimen Hukum Kirchoff Tegangan dan Arus

Gambar a: Sumber seri dengan bebannya Gambar b: Sumber paralel dengan bebannya

Biasanya dalam hukum Kirchoff tegangan, rangkaiannya berbentuk seri antara


sumber dan beberapa bebannya seperti gambar a jika bebannya R1 dan R2 diseri akan
mengukur tegangan pada R2 maka tegangan yang diukur dinamakan tegangan drop
yang nilainya lebih kecil dengan tegangan sumbernya, bagaimana dengan nilai arus ?
Pada gambar b, menunjukkan aplikasi hukum Kirchoff Arus dimana
rangkaiannya berbentuk paralel antara sumber dan beberapa bebannya, jika bebannya
R1 dan R2 diparalel maka arus yang mengalir sama dengan Itotal = IR1 + IR2 , jika
menghitung IR1 maka nilainya IR1 = Itotal – IR2. Bagaimana nilai tegangan masing-
masing beban?

32
H. RUJUKAN
1. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1. Universitas Brawijaya Malang.
Hal. 52 sampai dengan 59
2. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta. Hal. 12
sampai dengan 15.
3. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku
Schaum, Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta. Hal. 5 sampai dengan 10

I. BACAAN YANG DIANJURKAN


1. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1 . Universitas Brawijaya Malang.
2. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku
Schaum, Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland
State Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill
2. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik. Universitas Brawijaya Malang.
3. DE LORENZO. Single Phasa Alternating Current. Teaching System for
Technical Training.
4. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku
Schaum, Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.
5. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta.
6. William H. Hayt, Jr, Jilid 1, Edisi Keempat. Rangkaian Listrik. Erlangga.
Jakarta

33
BAB III
METODA ANALISA RANGKAIAN

Dalam bab ini kita pelajari cara-cara yang sistematis untuk merumuskan dan
menyelesaikan persamaan yang timbul dalam analisa yang lebih rumit. Dalam hal ini
kita tinjau beberapa metoda yaitu tegangan simpul, metoda arus matajala, prinsip
super posisi serta teorema Thevenin dan Norton.
Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mempelajari bab ini diharapkan dapat
1. Memahami metode-metode analisa rangkaian listrik
2. Mampu menggunakan metode tersebut untuk menganalisa rangkaian lsitrik
3. Menganalisa suatu jaringan rangkaian dua loop atau lebih metoda analisa
rangkaian.
Kemampuan Awal
Sebelum mempelajari atau memahami bab ini dilakukan penjelasan tentang loop,
node, hukum kirchoff arus , rangkaian 2 loop atau lebih dengan 2 atau 3 sumber arus
dan tegangan, pembagian arus. Selanjutnya pada teorema Thevenin dan Norton
dijelaskan jenis/bentuk rangkaiannya. Kemampuan awalnya dilakukan pertanyaan
atau tes tertulis hingga dapat dipahami.
Pentingnya Mempelajari Bab ini
- Mempelajari tentang teorema node voltage adalah menyelesaikan rangkaian
sederhana, teorema node voltage berprinsip pada hukum Kirchoff (Kirchoff
Current Law/KCL) tentang arus titik cabang yaitu, jumlah aljabar semua arus
yang memasuki sebuah simpul adalah nol.
- Mempelajari teorema superposisi untuk menentukan besarnya response dari
suatu rangkaian apabila dihubungkan pada banyak sumber masukan.
- Mempelajari teorema Mesh yaitu digunakan untuk menganalisa rangkaian
listrik yang tidak bisa diselesaikan dengan analisa seri-pararel.
- Mempelajari teorema Thevenin adalah menyederhanakan analisis rangkaian,
yaitu membuat rangkaian pengganti berupa sumber tegangan yang
dihubungkan secara seri dengan suatu resistansi ekuivalennya

A. METODE ANALISA
1. Analisa Tegangan Simpul (Node Voltage)
Langkah-langkah dalam metoda analisis ini tegangan adalah sebagai berikut:
a. Konversikan semua sumber tegangan menjadi sumber arus
b. Tentukan jumlah simpul dalam rangkaian
c. Tandailah tegangan V1, V2 dan seterusnya, kemudian pilih satu simpul sebagai
referensi
d. Tuliskan hukum arus Kirchoff pada tiap simpul kecuali simpul referensi
e. Selesaikan persamaan tegangan simpul tersebut.

Metoda tegangan simpul dalam analisa rangkaian adalah cara dimana persamaan
hukum Kirchhoff untuk arus saja yang perlu diselesaikan untuk tegangan-tegangan
yang tak diketahui. Sebuah titik dimana dua atau lebih elemen mempunyai hubungan

34
bersama disebut sebuah simpul. Cara ini memungkinkan untuk menentukan
banyaknya variabel tegangan sesedikit mungkin.
Titik 1 dan 2 titik artinya titik simpul (reference node), selanjutya v1 pada simpul 1
tegangan potensial titik 1 dan v2 tegangan potensial titik 2.
Pada titik simpul 1.
I1 = I2 + i1 + i2 3-1
Dan pada titik simpul 2:
I2 + i2 = i3 3-2
Gambar 3-1
Tegangan simpul
I2 I2
i2
1 R2 2 v1 R2
v2
i1
+ + i3
I1 v1 R1 v2 R3 I1 R1 R3
- -

Perlu kita ketahui bahwa arus mengalir dari tegangan potensial yang tinggi ke
tegangan potensial rendah, maka:
v higher − vlower
i=
R
Pada gambar 3-1 bahwa:
v1 − 0
i1 = → atau → i1 = G1v1
R1

v1 − v 2
i2 = → atau → i2 = G2 (v1 − v 2 ) 3-3
R2

v2 − 0
i3 = → atau → i3 = G3 v 2
R3
Substitusi persamaan 3-3 ke persamaan 3-1 dan 3-2 maka haslnya adalah:
v1 v1 − v2
I1 = I 2 + + 3-4
R1 R2

v1 − v 2 v 2
I2 + = 3-5
R2 R3
2. Analisa Arus Matajala (Mesh)
Sistematika cara ini adalah:
a. Tentukan arus mesh untuk setiap lop tertutup dari rangkaian(dipilih searah
jarum jam).

35
b. Tunjukkan polaritas tegangan untuk masing-masing resistansi sesuai dengan
arah asumsi arus loop.
c. Gunakan Hukum tegangan Kirchoff untuk tiap loop tetutup
d. Selesaikan persamaan linier arus loop.
Rangkaian dalam gambar 3-2 mempunyai dua matajala. Matajala I mengandung R1,
R2 dan V1, matajala II mengandung R3, R2 dan V2 .
Gambar 3-2

R1 R2
I3
V1 V2
I R3 II

I1 I2

Jika persamaan-persamaan hukum Kirchoff untuk tegangan ditulis matajala I dan II


dalam rangkaian , hasilnya adalah ; I3 = I1 - I2
R1I1 + R3 (II – I2) = V1 untuk matajala I
R3(II – I2) + R2I2 = -V2 untuk matajala II

Dengan menyusun suku-suku persamaan diatas kita dapatkan

I : I1(R1 + R3) – I2R3 = V1


II : - IIR3 + I2(R2 + R3 ) = - V2

3. Analisa Super Posisi


Teorema superposisi menyatakan sebagai berikut : bila suatu rangkaian terdiri
dari lebih dari satu sumber dan tahanan-tahanan atau impedansi-impedansi linear dan
bilateral, dari arus-arus yang disebabkan oleh tiap-tiap sumber tersendiri dengan
sumber-sumber lainnya dalam keadaan tidak bekerja.
Untuk menggunakan teorema tersebut ada dua aturan yang dapat digunakan,
sehingga diperoleh besaran yang diinginkan. Aturan-aturan tersebut adalah sebagai
berikut :
Aturan 1 : suatu sumber yang tidak bekerja memiliki tegangan nol. Ini berarti
dapat diganti dengan suatu hubungan singkat (cloced circuit).
Aturan 2 : suatu sumber yang tidak bekerja dan memiliki arus nol berarti
dapat diganti dengan suatu hubungan terbuka (open circuit).

Gambar 3-3 Rangkaian Metode Super Posisi

R1 R2

+
R3
-
Vs

36
i
Rumus hukum Ohm
R1 R2
Vs
i=
+
-
Vs R3 R1 + R3

i
Rumus Pembagian Arus:
R1 R2
R3
I i= x−I
R3
R1 + R3
Jadi i sesunggunya adalah:
Vs R3
i=( )+( x − I ) Amper
R1 + R3 R1 + R3 )

4. Analisa Thevenin dan Norton


Suatu jaringan aktif, linier, resitif yang mengandung satu atau lebih sumber
tegangan atau arus dapat diganti oleh satu sumber tegangan tunggal dan satu resistansi
seri ( teorema Thevenin), atau oleh satu sumber arus tunggal dan satu resistansi
paralel (teorema Norton). Tegangannya dinamakan tegangan ekivalen Thevenin, Vo,
dan arusnya dinamakan arus ekivalen Norton, Io. Kedua resistansinya sama, Ro.
Gambar 3-4 Rangkaian Setara Theveinin dan Norton

I I
+ +
Ro
Rangkaian
Go
resitip linier Vo V Io V

kutub dua
_ _

B. RANGKUMAN
1. Yang perlu diperhatikan dalam menganalisa rangkaian dengan node voltage
adalah:
a. Konversikan semua sumber tegangan menjadi sumber arus
b. Tentukan jumlah simpul dalam rangkaian
c. Tandailah tegangan V1, V2 dan seterusnya, kemudian pilih satu simpul
sebagai referensi
d. Tuliskan hukum arus Kirchoff pada tiap simpul kecuali simpul referensi
e. Selesaikan persamaan tegangan simpul tersebut.
2. Sistematika cara menganalisa rangkaian dengan metode arus Mesh adalah:

37
a. Tentukan arus mesh untuk setiap lop tertutup dari rangkaian(dipilih
searah jarum jam).
b. Tunjukkan polaritas tegangan untuk masing-masing resistansi sesuai
dengan arah asumsi arus loop.
c. Gunakan Hukum tegangan Kirchoff untuk tiap loop tetutup
d. Selesaikan persamaan linier arus loop.
3. Teorema superposisi digunakan untuk memperoleh penyelesaian rangkaian
yang memiliki dua buah sumber atau lebih. Masing-masing sumber akan
diperlakukan sendiri-sendiri dan jumlah aljabarnya diperoleh untuk menentukan
besaran tertentu pada rangkaian yang tidak diketahui

4. Pada teorema Thevenin dan Norton berlaku bahwa:


Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan sebuah tahanan
ekuivalennya pada dua terminal yang diamati. Tujuan sebenarnya dari teorema
ini adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu membuat rangkaian
pengganti berupa sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan suatu
resistansi ekuivalennya.
Pada teorema Norton berlaku bahwa:
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber arus yang dihubungkan secara paralel dengan sebuah tahanan
ekuivalennya pada dua terminal yang diamati. Tujuan untuk menyederhanakan
analisis rangkaian yaitu untuk membuat rangkaian pengganti berupa sumber
arus yang diparalel dengan suatu tahanan ekuivalennya

C. LATIHAN
1. Latihan Soal
a. Lihat gambar rangkaian Tegangan simpul
I2 I2
i2
1 R2 2 v1 R2
v2
i1
+ + i3
I1 v1 R1 v2 R3 I1 R1 R3
- -

Penyelesaian:
Jika pada gambar R1 = 2 , R2 = 4 dan R3 = 6 serta I1 = 10A dan I2 = 5A tentukan
nilai v1 dan v2 .
Penyelesaian:
v1 v1 − v 2
10 = 5 + + → 40 = 20 + 2v1 + v1 − v 2 → 20 = 3v1 − v 2 .....(a)
2 4
v1 − v 2 v 2
5+ = → 60 + 3v1 − 3v 2 = 2v 2 → 60 = −3v1 + 5v 2 .............(b)
4 6

38
Dengan cara eleminasi variabel-variabel persamaan a dan b dihasil:
1
v1 = 13 volt dan v2 = 20volt
3
a. Dengan melihat gambar bila R1 = 4 , R2 = 3 dan R3 = 6 selanjutnya v1 =
10Volt dan v2 = 5 Volt tentukan I1 dan I2.

R1 R2
I3
V1 V2
I R3 II

I1 I2

Penyelesaian:
I1 (4+6) + I2.6 = 10→10I1 + 6I2 = 10................(e)
-I1.6 + I2 (3+6)= -5→-6I1 + 9I2 = 5...................(f)
Dengan cara eleminasi persamaan e dan f maka dihasilkan:
I1 = 2,218 A dan I2 = 2,03 A

b. Seperti pada rangkaian gambar dibawah ini


Tiga arus matajala II, II dan IIII dipilh
10
I1 I2
sesuai dengan matajala I, II dan III.
2 1
I3
56V 8V
5

2 4

Persamaan-persamaannya adalah :
I : II( 2 + 5 + 2 ) – 5III – 2IIII = 56 → : 9II – 5III – 2IIII = 56

III : -2II – 1III + IIII (2 + 1 + 10 ) = 0 → : -II – III + 13 IIII = 0


Secara substitusi atau determinan didapat
II = 10 amper, III = 6 amper dan IIII = 2 amper

c. Lihat gambar dibawah ini


Penentuan arus dipakai salah satu sumber
8

6V + 3A misalnya sumber tegangan v = 6V maka sumber


4 v
- arus I dalam hubungan terbuka atau I dianggap
nol.

39
i

8
Sehingga pada gambar ini:
6 6 1
i= = = A
6V +
4 v
-
8 + 4 12 2

i2
Selanjutnya memakai sumber arus I seperti pada
i3
8 gambar disamping dan sumber v hubungan
+ 3A
4 v
-
terbuka maka:
4 8
i2 = x3 = 1 A dan i3 = x3 = 2 A
12 12

d. Lihat gambar dibawah ini

a
Tentukan : a) rangkaian ekivalen Thevenin
4 1
b) nilai IL jika RL = 96
32V 12 2A RL Penyelesaian:

Pada gambar disamping bahwa:


1 a I= VS / 4 = 32 / 4 = 8A
4
8A 2A
12

pada gambar berikutnya 10A hasil dari 2A + 8A


1 a dan 3 hasil dari paralel antara 4 dan 12
3
10A

a Pada gambar ini 3 + 1


3 1

30V

Maka VTh = 30 dan RTh = 4


4 a
Jika RL = 120 maka
30V VTh 30
IL = = = 0,3 A
RTh + RL 100
b

40
2. Tugas
a. Dapatkan nilai v1 dan v2 dengan metode tegangan simpul pada rangkaia
dibawah ini.
5A

4
10A
2 6

b. Tentukan Ix pada gambar rangkaian dibawah ini

6
Ix
Vs=3V Is=2A
9

c. Tentukan bentuk rangkaian Thevenin dan Norton seperti pada gambar


rangkaiandibawah ini.

8 7

12V
6 RL

d. Gunakan metoda tegangan simpul untuk menentukan tegangan-tegangan dalam


rangkaian.

5

8 10  $A
2A

e. Gunakan metoda arus matajala untuk menentukan arus-arus dalam rangkaian.


4 8

6

10 V

8V

f. Soal seperti nomer 7 gunakan dengan metoda super posisi untuk menentukan
arus-arusnya.

41
g. Dengan menggunakan teorema Thevenin, selesaiakan soal seperti pada gambar
dibawah ini.
20 

140 V R 5 18 A

D. EKSPERIMEN

R1
A

R2
9V
R3

Gambar a: Papan Simulasi gambar b: Rangkaian Semula

RTh

A
VTh
R3

Rangkaian Ekivalen (Thevenin)


Dalam eksperimen ini, bahwa kita mengukur arus pada gambar b, kemudian kita
juga mengukur arus pada gambar c, dengan catatan RTh dan VTh dihitung terlebih
dahulu dengan rumus analisa Thevenin.

42
E. RUJUKAN
1. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland
State Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill. HAL.
Page 88 – 98 and 128 – 145.
2. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1 . Universitas Brawijaya Malang.
Hal. 120 sampai dengan 148.

F. BACAAN YANG DIANJURKAN


1. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1 . Universitas Brawijaya Malang.
2. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland
State Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill
3. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland
State Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill
2. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik. Universitas Brawijaya Malang.
3. DE LORENZO. Single Phasa Alternating Current. Teaching System for
Technical Training.
4. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku
Schaum, Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.
5. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta.
6. William H. Hayt, Jr, Jilid 1, Edisi Keempat. Rangkaian Listrik. Erlangga.
Jakarta

43
BAB IV
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK

Pada bab ini membicarakan bagian rangsangan sumber arus bolak-balik pada
rangkaian. Rangsangan berupa sumber tegangan dan sumber arus dengan bentuk
sinusoida, sinusoida ini merupakan fungsi matematik yang berubah menurut waktu
dan berulang.
Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat
1. Mengetahui rangsangan sumber arus dan tegangan bolak-balik serta cara
penentuan arus dan tegangan pada rangkaian arus bolak balik.
2. Mengenal jika suatu rangkaian arus bolak-balik dengan metoda bilangan
komplek
3. Mengetahui penggunaan dengan metoda fasor

Pengetahuan Awal (Entry Behavior)

Jika mengawali bab ini, perlu dilakukan dengan penjelasan awal mengenai definisi,
fungsi, jenis rangkaian arus bolak-balik yang ada kaitannya dengan penentuan nilai
arus sesaat, tegangan sesaat, tegangan maksimum dan efektif. Selanjutnya berkenaan
dengan beban resitif dan reaktif akan berkaitan dengan penentuan reaktansi,
impedansi dan admitansi. Oleh karena itu, kemampuan awal dilakukan dengan tes
awal atau pertanyaan-pertanyaan tentang arus bolak-balik.
Pentingnya Mempelajari Bab Ini

1. Mahasiswa dapat membedakan pengguaan antara arus bolak balik dan


arus searah serta keuntungan- keuntungan dari penggunaan arus bolak-
balik.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan rangkaian arus bolak-balik ini pada
kehidupan sehari-hari.
A. KARAKTERISTIK SINUSOIDA
1. Tegangan dan Arus Sinusoida
Tinjaulah sebuah gelombang tegangan sinus seperti pada gambar 4-1,
persamaan dari karakteristik tersebut dapat dituliskan :
vt = Vm sin ( t +  ) atau vt = Vm cos( t + – 90 ) 4-1
vt = Vm sin (2f +) atau vt = Vm cos (2f + - 90)

Gambar 4-1
Tegangan sinus
V

Vm

 2
0 /2 3/2 t.rd

-Vm

44
Dimana :
Vt = tegangan sesaat dalam volt
t = radian
 = sudut fase dalam derajat
f = frekwensi dalam Hz
Rumusan dapat diberikan

1 
f = = 4-2
T 2

Suatu arus gelombang kosinus diperlihatkan pada gambar 4-2 yaitu

I = I cos ( t – 0) atau I = I sin (  t – 0 + 90 ) 4-3

Gambar 4-2
Arus kosinus
I

Im

 2
0 /2 3/2 t.rd

-Im

Amplitudo tegangan gelombang sinus adalah Vm sedang utntuk arusnya adalah


Im dan argumennya adalah t . Kemudian frekwensi radian atau frekwensi sudut
adalah  . misal Vm sin  t digambarkan sebagai fungsi dari argumen t , jelas bahwa
periodiknya adalah 2 radian dan 1 radian = 57,3° . Oleh karena itu persamaan
tersebut sebagai fungsi t dan periodenya adalah T.
Periode tersebut dapat juga dinyatakan dalam derajat (°) , kalau 2 radian
listrik adalah 360°. Jadi tegangan dan arus yang dinyatakan dalam persamaan 4-1 dan
4-2 disebut rangkaian arus bolak-balik .
Gambar 4-3 Tegangan dan arus sefase

V,i

45
2. Rangsangan sinusoida dalam unsur-unsur Rangkaian
Dalam resistensi v = i.R merupakan suatu konstata. Ganbar 4-3 arus berbentuk
sinusoida akan menghasilkan tegangan sinusoida lihat tabel 4-1, karena R konstan
maka tidak ada pergeseran fasa antara arus dengan tegangan.

Tabel 4-1
Sumber Sinusoida dengan Unsur-Unsur

i = I sin t i = I cos t
I
R vR = RI sin t vR = RI cos t
VR

I
L vL = LI sin (t + 90) vL = LI cos (t + 90)
VL

I
C vC = I / C sin (t - 90) vC = I / C cos (t - 90)
Vc

v = V sin t v = V cos t
I
R iR = V/R sin t iR = V/R cos t
VR

I
L iL = V / L sin (t - 90) iL = V / L cos (t - 90)
VL

I
iC = CV sin (t + 90) iC = CV cos (t + 90)
C
Vc

Dalam induktansi, fungsi arus tertinggal (lagging) oleh tegangan sebesar /2 radian
atau 90. Gambar 4-4 menunjukkan rangkaian yang mengandung induktansi dengan
bentuk gelombang tegangan dan arusnya.

Gambar 4-4 Arus lagging oleh tegangan 90°

V,i

Untuk kapasitansi dengan arus seperti pada tabel 4-1 maka fungsi arus mendahului
tegangan (leading) sejauh /2 atau 90

46
Gambar 4-5 Arus leading oleh tegangan 90°

V,i

Hal berikutnya, kita tinjau rangkaian RL seri seperti pada gambar 4-6, tegangan
sumber:
Vs = Vmcos t 4-4

Gambar 4-6 RL Seri dengan Rangsangan Sinusoidal

I/V

V
Vm
R I
Im
v
 2
L
0 /2 3/2 t.rd

Dalam rangkaian pada gambar 4-6, i = 2 cos 3t Amper , L = 5 H dan R = 3 .


Tentukan v
Jawab:
Menurut hukum Kirchhoff untuk tegangan kita dapatkan:
v = vL + vR = L di/dt + Ri
= 5 (-6 sin 3t) + 3 (2 cos3t)
= 6 cos 3t – 30 sin 3t Volt
B. METODA FASOR
Kuantitas-kuantitas bentuk bilangan komplek biasanya dinyatakan bentuk
Bilangan Polar dan bukan bentuk bilangan eksponen demi penyederhanaan.
Contoh :
Sumber tegangan :
vt = Vm cos t
Kita nyatakan dalam bentuk komplek sebagai :
Vm  00 4-5
Dan jika arus it = Im cos (t + )
Menjadi
Im   4-6

47
Representasi komplek yang disingkat tadi dinamakan Fasor. Selanjutnya fasor bisa
ditransformasikan ke bentuk bilangan imajiner yaitu:
A  = A cos  + jA sin  4-7

Jika bilangan imajiner di transformasikan ke Fasor maka nilai:

b
a + jb = a 2 + b 2 .arc.tg 4-8
a

C. IMPEDANSI DAN ADMITANSI


Perbandingan tegangan fasor V terhadap arus I adalah impedansi, dan diberi
simbul Z dengan satuan ohm(). Sedangkan kebalikan dari impedansi adalah
adamitansi dengan satuan mho (). Hubungan arus dan tegangan dengan unsur-unsur
dalam frekwensi adalah :
I
V = R.I V = j..L.I V = 4-9
JC

Dari hubungan diatas maka besar impedansi dapat diperoleh :

V V V 1
= R → = JL → =
I I I JC
sehngga :

V 1
Z= ........Z = impedansi.........Y = ..........Y = admi tan si
I Z
L = XL = 2fL...(reak tan si..induktif ) 4-10
1 1
= XC = ...(rak tan si..kapasitif )
C 2C

1. Rangkaian RL Seri

Lihat gambar 4-7, analog dari hukum Ohm, kita dapat menulis :
V = Z. I V² = VR² + VL² (ZI)² = (RI)² + (XLI)².
Dan

Z = R + jXL = R + j2fL Z² = R² + XL² Z = R 2 + (2fL) 2 4-11

Gambar 4-7 Rangkaian RL seri

V
VL

R VR
Z
Vs XL
L VL

VR I R

48
Sebuah rangkaian hubungan seri R dan L, besar arus yang melewati adalah :
V
I= 4-12
R 2 + (2fL) 2
Dan sudut phasa arus serta tegangan adalah :
XL 2fL
 = arc = arc 4-13
R R

2. Rangkaian RL Paralel

Rangkaian hubungan parallel dalam arus bolak balik dapat ditentukan nilai arus-
arusnya yaitu:

V V V
I= = Y .V → I R = = G.V → I L = = BL .V 4-14
Z R XL

Dimana :
Y = 1 / Z (admitansi) G = 1 / R (konduktansi)
BL = 1 / XL (suseptansi induktif)
Dari diagram fasor diatas diperoleh ;
Y 2 = G 2 + BL
2

4-15
Y = G 2 + BL
2

Gambar 4-8 Rangkaian RL paralel

IR V G
IR IL
 

BL
AC Y
IL
R
L

Arus yangmelewati rangkaian adalah :

I = G 2 + BL xV
2
4-16

Dan beda phasa antara tegangan dan arus adalah :

R R
 = arc.tg = asc.tg 4-17
XL 2fL

49
3. Rangkaian RC Seri

Gambar 4-9 Rangkaian RC Seri

I
VR I R

R VR
XL
Z
Vs VC

C VC

Analog dari hukum Ohm :


V = Z.I
Dari diagram fasor diatas didapat ;

Z = R2 + X C
2
4-18

Arus yang melewati rangkaian ini :


V
I= 4-19
1 2
R +(
2
)
2fC

Dan sudut phasa antara tegangan dan arus :


1 1
 = arctg = arctg 4-20
( X C .R) (2fR )

4. Rangkaian RC paralel

Gambar 4-10 Rangkaian RC paralel

IR IC

Y
C BC
R
IC

IR
V

Arus I dan arus masing-masimg komponen didapat :


V V V
I= = Y .V → I R = = G.V → I L = = Bc.V 4-21
Z R XL
Dan seperti pad diagram fasor diatas besar adimtansi :

Y 2 = G 2 + Bc 2 ..........Y = G 2 + Bc 2 4-22

50
Sudut phasa antara arus dan tegangan :
 = arctg2fCR 4-23
arus I adalah :

I = G 2 + Bc 2 xV 4-24

D. ARUS DAN TEGANGAN EFEKTIF


Tegangan yang tersedia pada outlet dirumah-rumah adalah tegangan sinusoida
yang mempunyai frekwensi 50 Hz dan tegangan 220 volt . Tegangan apakah yang
dimaksud 220 volt ? . Tegangan ini bukanlah tegangan sesaat (vt) , juga bukan nilai
maksimum (Vm) , melainkan adalah nilai efektip dari tegangan sinusoida yaitu harga
keefektipan dari sumber tegangan dalam memberikan daya pada tahanan R . Kita coba
menentukan nilai efektip dari setiap arus periodik seperti pada gambar 4-11 .
Ungkapan matematik umum harga efektip adalah ditentukan terlebih dahulu daya
rata-rata:
1 2 R
P=
T  I .R.dt =  I 2 .dt
T

Gambar 4-11 Gelombang Menentukan nilai efektif

0 /2  3/2  2 t
90° 180° 270° 360°

Daya yang diberikan oleh arus searah adalah


P = I 2 eff .R.watt
Jika diidentikan persamaan diatas untuk memecahkan Ieff , maka :
T
1 2
T 0
I eff = i (t ).dt 4-25

Dan bila diketahui :


2
i (t ) = Im Cos (t +  )dt ........T =

Dengan substitusi :
1 Im
I eff =
T  Im Cos(t +  )dt maka nilai I eff =
2
..............Im = 2 .I eff

Demikian juga untuk tegangan sinusoida akan menghasilkan :

51
t
1 2
T 0
Vef = v dt 4-26

Nilai efektif sering disebut sebagai root mean square value yaitu:
Ieff = Irms Veff = Vrms
Dan
Vm
Vrms = 4-27
2

E. RANGKUMAN

Arus Bolak-balik atau Alternating Current (AC) merupakan arus yang terjadi
pada gelombang dengan frekuensi sebanyak 50 kali dalam 1 detik atau HZ pada
simbolnya. Rangkaian arus bolak-balik dapat direpresentasikan antara lain:
1. Sumber Tegangan sesaat vt , tegangan maksimum Vmaks , tegangan
efektif Vefektif dan arus sesaat it , arus maksimum Imaks.
2. Beban – beban resitif R , Reaktansi induktif XL, reaktansi kapasitif XC
dan impedansi Z serta admitansi Y.
Arus bolak-balik secara umum banyak digunakan dalam bidang perkantoran,
industri, bangunan, toko dan perumahan.

F. LATIHAN

1. Latihan Soal

a. Tentukan amplitudo, fase dan frekwensi bentuk sinusoida dari tegangan vt =


12 cos 50t + 10.
Penyelesaian:
Amplitudo adalah Vm = 12 V, fase  = 10 , periode T = 2 /  = 2 / 50 =
0,1257 s dan frekwensi adalah f = 1 / T = 7,958 HZ

b. Sebuah induktor mempunyai arus i = 5 cos 200t A. Tentukan tegangan VL .


Penyelesaian:
Dari tabel 5-1 maka VL = LI cos t + 90 = 2000.10.10-3.5 cos 2000t + 90 =
100 cos 2000t + 90
c. Transformasikan sinusoida dibawah ini ke bentuk fasor dan imajiner
a). i = 6 cos 50t - 40 b). v = -4 sin 30t + 50
Penyelesaian:
➢ I = 6  -40 A
6 cos -40 + j6 sin -40 = 6. 0,77 + j6.-0,64 = 4,62 - j3,84
➢ Jika –sin A = cos (A + 90) dan jika v = -4 sin (30t + 50) = 4 cos (30t
+ 50 + 90) = 4 cos (30t + 140) V maka:
V = 4  140 V

52
4 cos 140 + j4 sin 140 = 4.-0,77 + j4.0.64 = - 3,08 + j2,56 V
d. Transformasikan I = -3 + j4 Amper dan V = 1 +j1 Vvolt
I = -3 + j4 = 5  126,87 Amper dan V = 145 Volt

e. Jika tegangan v =12 cos 60t + 45 digunakan pada sebuah induktor 0,1 H
tentukan arus yang mengalir ke induktor.
Peyelesaian:
V = jLI, dimana  = 6 rad/s dan V = 1245
Karena itu maka:
V 1245 1245
I= = = = 245 − 90 = 2 − 45
jL j 60 x0,1 690
Jika dikonversi ke kawasan waktu maka it = 2 cos 60t -45

f. Lihat gambar dibawah ini

i Tentukan: Vct dan it


5 Jawab: jika Vs = 10 cos 4t dan  = 4 sehingga
Vs = 10cos4t 0,1F Vct Vs = 100 Volt, maka Impedansinya adalah:
1
Z = 5+ = 5 − j 2,5
j 4.0,1
Karena itu besar arus:
Vs 100 10(5 + j 2,5)
I= = = 2 = 1,6 + j 0,8 = 1,78926,57 A
Z 5 − j 2,5 5 + 2,5 2
Tegangan pada kapasitor adalah:

I 1,78926,57 1,78926,57
V = IZc = = = = 4,47 − 63,43V
jC j 4 x0,1 0,490
Sehingga:

it = 1,789 cos 4t + 26,57 Amper dan vt = 4,47 cos 4t − 63,43.Volt

g. Lihat gelombang dibawah ini.

vt Vt = 10 sin t pada interval 0 t  dan vt = 0


pada interval  t 2
10
 2
1  
t
1 2
v 2 rms =  =  + 
2
t v (t ).dt (10 sin t ) dt 0 2 dt 
0  2 3
T 0 2  0  

Dengan secara integral maka dihasilkan:


50 1
v 2 rms = ( − sin 2 − 0) = 25 maka vrms = 5 Volt
2 2

53
h. Suatu alat listrik mimiliki unsur kapasitif C = 1000F dan induktansi L =
100mH . Tentukan : reaktansi kapasitif XC dan reaktansi XL .

Jawab:

1 1 1
XC = = = = 0,31
2fC 2 x3,14 x50 x10 x10
3 −6
3,18

X L = 2fL = 2 x3,14 x50 x100 x0,001 = 31,4

i. Suatu peralatan listrik memiliki reaktansi kapasitif XC = 0,6 , reaktansi


induktifnya XC = 1, resistansi R = 2.
Tentukan : impedansi Z dan admiyansi Y
Jawab:
2
Z = R 2 + ( X L + X C ) = 2 2 + (1 + 0,6) 2 = 4 + 2.6 = 6,6 = 2,569

1
Y= = 0,389 
2,569

j. Dengan melihat soal point i bila diberi tegangan efektif arus bolak-balik Vef
= 20 Volt. Tentukan arus yang mengalir pada beban itu.

Jawab:

V 20
I= = = 7,78 Amper
Z 2,569

2. Tugas

a. Apa yang saudara ketahui tentang fungsi sinusoida, amplitudo, frekwensi


radian dan perioda.
b. Jika tegangan v = 6 cos 100t - 30 . Tentukan besaran amplitudo, , periode
T, frekwensi dan sudut fase serta bentuk fasornya.
c. Sebuah Induktor 10 mH mempunyai arus i = 5 cos 200t A . Tentukan VL
d. Sebuah rangkaian seri R = 10  dan L = 20mH mempunyai arus i = 2 sin 500t A
. Tentukan: Reaktansi induktif XL, impedansi Z dan Tegangan V
e. Andaikan suatu rangkaian memiliki V = 24  48 volt dan I = 12  10 .
tentukan harga Impedansi Z dan Admintansi Y
f. Suatu rangkaian seri R = 2  dan C = 200 pF, mempunyai tegangan v = 20
cos ( 6,25 x 108 t + 30 ) volt. Tentukan: Reaktansi Kapasitif XC dan V
gunakan dalam bentuk fasor.
g. PLN menghasilkan tenaga listrik berbentuk sinusoida dengan frekwensi 50
Hz dengan tegangan maximum 310 volt yang dicapai pada saat t = 0.

54
Tentukan tegangan sesaatnya .
h. Suatu rangkaian seri R = 10 dan L = 20 mH dimana arus sinusoida i = 5
cos ( 500t + 10) A atau I = 5  10. Tentukan tegangan total v .
i. Diketahui : tahanan R = 20 seri dengan induktor L = 5 H pada  = 4 Hz.
Tentukan :
a). reaktansi induktip XL
b). impedansi dalam bentuk bilangan imaginer
c). impedansi dalam bentuk polar
j. Suatu tahanan R = 10  dihubungkan seri dengan induktor L = 0,1 H
diberikan tegangan 100 volt efektip pada f = 60 Hz.
Tentukan :
a). reaktansi induktip XL
b). impedansi Z
c). arus yang mengalir pada rangkaian
d). sudut phasa
k. Sebuah tahanan R = 5 yang diparalel kapasitor C = 450 farad pad f = 150
Hz.
Tentukan :
a) reaktansi kapasitip XC
b). Impedansi Z
a. Menunjuk gambar dibawah ini , tentukan vLt dan it.

it 4

Vs=5sin10t 0,2H VLt

G. EKSPERIMEN

Gambar a: Pengukuran Tegangan dan Arus pada tampilan Oscilloscope

55
Oscilloscope

Probe
Ch1 Ch2

Probe
Lampu

AC Ground probe

Ground probe

Com

Gambar b: Rangkaian Pengukuran Tegangan dan Arus pada lampu

Eksperimen pada diatas bahwa betujuan membuktikan adanya Tegangan dan arus arus
bolak balik jika dalam suatu rangkaian seperti gambar b maka diperoleh gelombang
sinusoidal sebagai wujud dari adanya tegangan dan arus bolak balik.

H. RUJUKAN
1. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku
Schaum, Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta. Hal. 36 sampai dengan 46
2. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1 . Universitas Brawijaya Malang.
Hal. 187 sampai dengan 228.
3. DE LORENZO. Single Phasa Alternating Current. Teaching System for
Technical Training.

I. BACAAN YANG DIANJURKAN


1. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1 . Universitas Brawijaya Malang.
2. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland
State Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill
3. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta
4. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku
Schaum, Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland
State Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill
2. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik. Universitas Brawijaya Malang.
3. DE LORENZO. Single Phasa Alternating Current. Teaching System for
Technical Training.
4. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku
Schaum, Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.
5. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta.
6. William H. Hayt, Jr, Jilid 1, Edisi Keempat. Rangkaian Listrik. Erlangga.
Jakarta

56
BAB V
DAYA DALAM RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK

Dalam bab ini akan dibahas hubungan-hubungan daya untuk rangkaian yang
dirangsang oleh tegangan dan arus sinusoida. Hal ini berkenaan dengan daya sesaat
dimana didalamnya terkandung daya rata-rata, daya maksimum selanjutnya daya
dalam unsur-unsur rangkaian dengan meninjau daya aktif,daya reaktif dan daya
nampak serta faktor daya. Oleh karena itu, rangsangan arus dan tegangan sinosoida
dan unsur-unsur rangkaian yang dikenakannya hendaknya dipahami dengan seksama
dan baik.
Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat
1. mengetahui cara penjabaran daya sesaat hingga diperoleh daya rata-rata pada
sebuah jaringan pasif
2. memahami daya yang ada pada unsur rangkaian yaitu daya aktif, daya reaktif
3. memahami daya komplek
4. memahami segitiga daya.
Pengetahuan Awal (Entry Behavior)

Sebelum memahami bab ini dilakukan pengetahuan awal berupa pertanyaan atau tes
tulis pengertian daya, pengertian arus bolak-balik dan tegangan bolak balik serta
mengenai hubungan daya dengan tegangan dan arus bolak-balik. Pengaruh beban
resitif dan beban reaktif terhadap ada dan tidaknya aktor daya.
Pentingnya Mempelajari isi Bab

Agar mahasiswa dapat mamahami daya-daya apa saja yang ada pada rangkaian arus
bolak-balik dan juga dapat mengerti cara menghitung kapasitas-kapasitas arus jika
daya tersebut diserap oleh beban.
A. Macam-Macam Daya Pada Listrik Arus Bolak-Balik

Dalam listrik bolak-balik terdapat tiga jenis daya yaitu :


1. Daya Aktif (P)

Daya aktif adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban. Satuan daya aktif
adalah W (Watt) dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur listrik Wattmeter.
Daya Aktif pada beban yang bersifat resistansi (R), dimana tidak mengandung
induktor grafik gelombang tegangan (V) dan arus se fasa, sehingga besar daya
sebagai perkalian tegangan dan arus menghasilkan dua gelombang yang keduanya
bernilai positif. besarnya daya aktif adalah P. Sisa puncak dibagi menjadi dua untuk
mengisi celah-celah kosong sehingga kedua rongga terisi oleh dua puncak yang
mengisinya.

57
Gambar gelombang daya aktif pada beban yang bersifat resistansi

Persamaan Daya aktif (P) pada beban yang bersifat resistansi :

1 1 1
P= xPm = xVm xI m = 2 xVx 2 xI
2 2 2

P=VxI

Keterangan :
P = Daya Aktif (W)
Pm = Daya maksimum (W)
Im = Arus listrik maksimum (A)
Vm = Tegangan maksimum (V)
V = Tegangan listrik (V)
I = Arus listrik (A)

Daya aktif pada beban impedansi (Z), beban impedansi pada suatu rangkaian
disebabkan oleh beban yang bersifat resistansi (R) dan induktansi (L).

Gambar gelombang daya aktif pada beban yang bersifat resistansi

58
Maka gelombang mendahului gelombang arus sebesar φ. Perkalian gelombang
tegangan dan gelombang arus menghasilkan dua puncak positif yang besar dan dua
puncak negatif yang kecil. Pergeseran sudut fasa bergantung seberapa besar nilai dari
komponen induktor nya.

Persamaan daya aktif (P) pada beban yang bersifat impedansi :

Kerangan :
P = Daya aktif (W)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
cos φ = Faktor daya

2. Daya Reaktif (Q)

Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet atau
daya yang ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif
adalah VAR (Volt.Amper Reaktif). Untuk menghemat daya reaktif dapat dilakukan
dengan memasang kapasitor pada rangkaian yang memiliki beban bersifat induktif.
Hal serupa sering dilakukan pada pabrik-pabrik yang mengunakan motor banyak
menggunakan beban berupa motor-motor listrik.
Persamaan daya reaktif ;

Keterangan :
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
sin φ = Faktor reaktif

3. Daya Semu (S)

Daya semu adalah daya yang dihasilkan dari perkalian tegangan dan arus listrik. Daya
nyata merupakan daya yang diberikan oleh PLN kepada konsumen. Satuan daya nyata
adalah VA (Volt.Ampere).
Beban yang bersifat daya semu adalah beban yang bersifat resistansi (R), contoh :
lampu pijar, setrika listrik, kompor listrik dan lain sebagainya. Peralatan listrik atau
beban pada rangkaian listrik yang bersifat resistansi tidak dapat dihemat karena
tegangan dan arus listrik se fasa perbedaan sudut fasa adalah 0o dan memiliki
nilai faktor daya adalah 1. Berikut ini persamaan daya semu :

59
4. Segitiga Daya dan Faktor Daya

Dari persamaan S = VI* = P + jQ dan pada gambar 5-4 menunjukkan bahwa:

S2 = P 2 + Q 2

Atau S = P2 + Q2 5-7

Gambar 5-4 Segitiga Impedansi sampai dengan segitiga Daya

Z ZI² VI
X XI² Q
  
R RI² P

Selanjutnya perbandingan antara daya katif dengan daya nampak disebut faktor
daya(Power faktor) disingkat pf
Jadi
VI cos 
pf = = cos  5-8
VI
Dengan cara yang sama dari perbandingan antara daya reaktif dengan daya nampak
adalah:

VI sin 
faktor..reaktif = = sin  5-9
VI

5. Perbaikan Faktor Daya (Power faktor Correction)

Telah dikatakan bahwa peralatan listrik yang akan dihubungkan untuk


memberikan keluaran tertentu ditentukan oleh kebutuhan Volt-Amper beban itu dan
karena itu langsung dipengaruhi oleh faktor daya beban itu. Umumnya perusahaan
listrik memberukan suatu aturan tertetu dalam tarifnya yang menganjurkan
langganannya untuk memaksimumkan faktor daya beban terpasangnya karena untuk
mengurangi rugi-rugi saluran.
Gambar 5-5a Gambar 5-5b

Qc

beban S1
C Qc Q1 Q2 Q1
v S2
Q2

1
2
P

60
Gambar 5-5 Rangkaian dan diagram fasor untuk perbaikan faktor daya
Pada gambar 5-5a dan 5-5b menunjukkan bahwa:
P = S1 cos 1
Menjadi:

Q1 = S1 sin 1 = P tg 1 5-10

Jika kita menginginkan untuk memperluas dari cos 1 ke cos 2 tanpa merubah daya
nyata P (P = S2 cos 2) sehingga daya reaktif baruya adalah:
Q2 = P tg 2 5-11

Pengurangan pada daya reaktif disebabkan oleh kapasitor paralel dan ini menjadi:
QC = Q1 – Q2 = P (tg Q1 – Q2)
Dimana QC = V²rms / XC = CV²rms maka nilai kapasitor yang diperlukan adalah:

QC P(tg1 − tg 2 )
C= = 5-12
V rms
2
V 2 rms

Contoh soal 1:
Sebuah motor listrik dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik 100 V, jika
arus yang mengalir adalah 2 A dan faktor kerjanya 0,8. Berapakah besar nilai daya
semu, daya aktif, dan daya reaktif ?
Diketahui : V = 100 V
I=2A
cos φ = 0,8
Ditanya : S = ?
P=?
Q =?
Jawab :
Menghitung nilai daya semu (S) :
S=VXI
= 100 V x 20 A
= 200 VA
Menghitung nilai daya aktif (P) :

P = V x I x COS 
= 100 V x 2A x 0,8
= 160 W

61
Menghitung nilai daya reaktif (Q) :

Q = S 2 + P 2 = 200 2 − 160 2 = 400 2 − 25600 = 14400

Q = 120VAR

Contoh soal 2.

Sebuah pabrik kimia memasang sebuah trafo 1500 kVA. Kebutuhan parik pada
mulanya 1160 kVA dengan faktor daya 0,70. Persentase pembebanan trafo sekitar 78
persen (1160/1500 = 77.3 persen). Untuk memperbaiki faktor daya dan untuk
mencegah denda oleh pemasok listrik, pabrik menambahkan sekitar 410 kVAR pada
beban motor. Hal ini meningkatkan faktor daya hingga 0,89, dan mengurangi kVA
yang diperlukan menjadi 913 kVA, yang merupakan penjumlahan vektor kW dan
kVAR. Trafo 1500 kVA kemudian hanya berbeban 60 persen dari kapasitasnya.
Sehingga pabrik akan dapat menambah beban pada trafonya dimasa mendatang.
(Studi lapangan NPC)

Contoh soal 3
Sekelompok lampu pijar dengan tegangan 220V/58 W, digabungkan dengan 12 lampu
TL 11 W, ada 30 buah lampu pijar dan lampu TL. Faktor daya terukur sebesar cos
alpha1= 0,5. Hitunglah daya semu dari beban dan besarnya arus I1 sebelum
kompensasi, Jika diinginkan faktor kerja menjadi cos alpha2=0,9. Hitung besarnya
arus I2 (setelah kompensasi).
Besarnya daya lampu gabungan
a) PG = (58 W x 18) + (11 W x 12) = 1176 watt = 1,176 kW Cos phi1 = PG/S1
>> S1 = Pg/Cos phi1 = 1,176kW/0,5 = 2,352 kVA. I1 = S1/U = 2,352
kVA/220 V = 10,69 ampere (A)--> sebelum kompensasi
b) besarnya daya setelah kompensasi (cos phi = 0,9) S2 = PG/Cos phi2 = 1,176
kW/0,9 = 1,306 kVA maka I2 = S2/U= 1,306 kVA/220 V = 5,94 A --> setelah
kompensasi

62
B. RANGKUMAN

Daya listrik adalah besarnya laju hantaran energi listrik yang terjadi pada suatu
rangkaian listrik. Dalam satuan internasional daya listrik adalah W (Watt) yang
menyatakan besarnya usaha yang dilakukan oleh sumber tegangan untuk mengalirkan
arus listrik tiap satuan waktu J/s (Joule/detik).
Dalam listrik bolak-balik terdapat tiga jenis daya yaitu :
1. Daya aktif
Daya Aktif pada beban yang bersifat resistansi (R), dimana tidak mengandung
induktor grafik gelombang tegangan (V) dan arus se fasa, sehingga besar daya
sebagai perkalian tegangan dan arus menghasilkan dua gelombang yang keduanya
bernilai positif
Persamaan Daya aktif (P) pada beban yang bersifat resistansi :

1 1
P= xPm = xV mxI m
2 2
1
= x 2 xVx 2 xI
2
P=VXI

Daya aktif pada beban impedansi (Z), beban impedansi pada suatu rangkaian
disebabkan oleh beban yang bersifat resistansi (R) dan induktansi (L).

P = Vx I x Cos

2. Daya Reaktif (Q)


Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet
atau daya yang ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif.

Q = V x I x Sin 

3. Daya Semu (S)


Daya semu adalah daya yang dihasilkan dari perkalian tegangan dan arus listrik.
Daya nyata merupakan daya yang diberikan oleh PLN kepada konsumen. Satuan daya
nyata adalah VA (Volt.Ampere).

S=VxI
Disamping itu dalam daya arus bolak-balik dikenal juga segitiga daya:
Dari persamaan S = VI* = P + jQ dan pada gambar 5-4 menunjukkan bahwa:

S2 = P 2 + Q 2

Atau S = P2 + Q2

4. Faktor Daya (Cos )

63
VI cos 
pf = = cos 
VI

5. Perbaikan faktor daya


Menentukan besar kapasitor untuk perbaikan cos 
QC P(tg1 − tg 2 )
C= =
V rms
2
V 2 rms

C. LATIHAN
a. Latihan Soal
1. Sebuah motor arus bolak-balik memiliki daya 5kW, tegangan maksimumnya
230 V dan cos  = 0,65. Tentukan arus maksimum.
Jawab:
Rumus P = V x I x cos → 5000 Watt = 230 Volt x I x 0,65
5000Watt
I= = 33,4 Amper
230Voltx0,65
2. Sebuah jaringan tegangan menengah (JTR) terpasang trafo pada gardu tiang
dengan daya semu S = 250 kVA, tegangan 20 kV. Tentukan besar fuse link
yang akan dipasang.
Jawab:
Rumus: S = V x I → besar Fuse Link biasanya ditentukan besarnya arus I
S 250000 .VA
Jadi I = = = 12,5 Amper yang dipasaran dipakai 15 A
V 20000 .V
3. Pada Jaringan tegangan rendah (JTR), dimana kapasitas trafo = 400 kVA,
Tegangan = 20 kV / 231V - 400V, Jumlah jurusan = 4 jurusan. Tentukan ukuran
NHfusenya yang akan dipasang.
Rumus : S = V x I

S 400000 .VA
I= = = 578,03 Amper
3 xV 1,73 x 400.V

4. Dalam kondisi kerja rata-rata, mator induksi dengan 230 V, frekwensi 50 Hz .


Tentukan :
a. Arus pencatu d. Daya reaktif beban
b. Sudut fase e. Daya yang hilang dalam saluran
c. Daya yang diserap beban f. daya reaktif yang hilang dalam saluran

64
0,10 + j 0,40 
Penyelesaian:
1) I = 10000 / 230x0,70 = 62,1 A
2)  = cos-1 0,70 = 45,6
Beban 10 KW 3) Pbeban = 10000 W
Faktor daya 0,70 230 V
v tertinggal 4) Qbeban = (230 x 62,1)2 - 100002 =
10200 var
5) Psaluran = 62,12 x 0,10 = 387 W
6) Qsaluran = 62,12 x 0,40 = 1549 var

5. Sebuah impedansi Z = 3 + j4 Ohm dan tegangan v = 42,5 cos ( 1000t + 30)


volt Tentukan daya-daya pada rangkaian.
Penyelesaian :
Veff = 42,5/2 30 = 30,0530 volt
Z =  3² + 4² =  9 + 16 = 5
 = arc tg 4/3 = 53,13°
Ieff = Veff / Z = 30,0530° / 553,13° = 6,01-23,13° Amper
Dengan menggunakan daya komplek
S = Veff.I*eff = 30.0530 x 6,01-23,13 = 180,66,87
Dari nilai polar ini kita rubah kebentuk sinus cosinus yaitu
S = 180,6 cos 6,87 + j 180,6 sin 6,87 = 179,3 + j 21,6
Maka daya-dayanya adalah
Daya aktif P = 179,3 watt
Daya reaktif Q = 21,6 var
Daya nampak S =  (179,32 + 21,62) = 180,6 volt amper

6. Bila suatu tegangan 120 Vrms , 60Hz dihubungkan pada beban yang menyerap
daya sebesar 4 KW , faktor daya 0,8 lagging. Buktikan jika besar daya rektif
menjadi turun dan tentukan nilai kapasitansi yang dibutuhkan untuk menaikan
power factor menjadi 0,95.
Penyelesaian:
Power factor awal = 0,8
Cos 1 = 0,8 → 1 = 36,87

Dimana 1 adalah beda fase antara arus dan tegangan. Kita hasilkan daya
nampak dari daya nyata dan power factor, oleh karena itu:
P 4000
S1 = = = 5000VA
cos1 0,8
Daya reaktifnya adalah:
Q1 = S1 sin= 5000 sin 36,87 = 3000 VAR
Bila faktor daya dinaikkan menjadi 0,95
Cos2 = 0,95 → 2 = 18,19
Daya nyata tidak berubah. Tetapi daya nampak berubah. Maka nilai barunya
adalah:

65
P 4000
S2 = = = 4210,5VA
cos 2 0,95
Daya reaktif yang baru menjadi:
Q2 = S2 sin2 = 1314,4 VAR (terbukti)
Sekarang untuk menentukan nilai C:
QC = Q1 – Q2 = 3000 – 1314,4 = 1685,6 VAR
Dan
QC 1685,6
C= = = 310,5F
V rms 2x60 x120
2

b. Tugas
1. Sebuah rangkaian seri dua elemen mempunyai daya rata-rata 940 W dan faktor
daya mendahului 0,707, jika tegangan terpasang v = 99 cos (6000t + 30)
2. Sebuah rangkaian seri R = 10 dan XC mempunyai tegangan efektif sebesar
120 V . Tentukan daya-dayanya
3. Sebuah impedansi Z = 1 + j Ohm dan tegangan i = 38,2 sin ( 1000t + 30) A
Tentukan daya-daya pada rangkaian.
4. Sebuah rangkaian seri dua elemen mempunyai daya rata-rata 1200 W dan faktor
daya terbelakang 0,68 jika tegangan terpasang i = 19 sin (6000t + 30)
Tentukan : a). Ieff b). Veff c). Elemen –elemen rangkaian
5. Sebuah rangkaian seri dua elemen dengan R = 5  dan XL = 15  mempunyai
tegangan efektif 347 volt melintasi tahanan. Tentukan daya komplek dan faktor
daya.
6. Sebuah rangkaian dengan impedansi Z = 8 – j6  mempunyai fasor terpasang
70,7-90 volt. Tentukan segitiga daya lengkap.
7. Suatu beban motor induksi 80 KW bertegangan 220V dan frekwensi 60 Hz
dengan faktor daya 0,72.
Tentukan:
a. Daya reaktif setelah faktor daya dinaikkan menjadi 0,92
b. Nilai kapasitansinya

66
D. EKSPERIMEN

Gambar a: Eksperimen Pengukuran Tegangan dan Arus dalam menentukan Daya

Gambar b: Rangkaian RC Seri


Eksperimen pada rangkaian gambar b, bahwa jika R = 1kW dan C = 4,7F diberi
sumber tegangan efektif VAC = 10 Volt maka kita dapat mengukur VR , VC , I dan P,
selanjutnya menentukan sudut ase nya dengan menghitung
1
 = arctg −1 kemudian dapat ditentukan daya arus bolak – balik P = V .I . cos
2fRC

E. RUJUKAN
1. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1 . Universitas Brawijaya Malang.
Hal. 254 sampai dengan 276
2. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta. Hal. 269
sampai dengan 280 .

F. BACAAN YANG DIANJURKAN


1. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1 . Universitas Brawijaya Malang.
2. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland
State Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill
3. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta

67
4. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku
Schaum, Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland
State Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill
2. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik. Universitas Brawijaya Malang.
3. DE LORENZO. Single Phasa Alternating Current. Teaching System for
Technical Training.
4. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku
Schaum, Teori dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.
5. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta.
6. William H. Hayt, Jr, Jilid 1, Edisi Keempat. Rangkaian Listrik. Erlangga.
Jakarta

68
BAB IV
RANGKAIAN TIGA FASA
Kerangka Isi
Sistem fase ini penting setidaknya ada tiga alasan. Pertama, hampir semua tenaga
listrik yang dihasilkan dan di distribusikan dalam tiga fase, pada frekuensi operasi dari
60 Hz di negara Amerika atau 50 Hz di beberapa bagian lainnya di dunia. Ketika
salah satu input satu fase atau dua fase yang diperlukan, maka diambil dari sistem tiga
fase dari yang dihasilkan secara independen. Kedua, daya sesaat dalam sistem fase
tiga dapat konstan. Ketiga, untuk jumlah daya yang sama , sistem fase tiga lebih
ekonomis dari pada fase tunggal. Dalam bab ini akan dijelaskan: terjadinya sistem tiga
fasa, hubungan tegangan fasa dengan tegangan salurannya, hubungan arus fasa dan
saluran serta daya tiga fasa pada hubungan Y-Y, Y-, -Y dan - setimbang dan tak
setimbang.

Standar Kompetensi
Mampu menjelaskan prinsip Ilmu listrik, sistem tiga fasa, menggunakan hukum dan
metode analisa rangkaian, analisa domain waktu dan frekuensi, sintesa rangkaian dan
filter DC dan AC
Kompetensi Dasar
Mampu mendiskripsikan prinsip kerja sistem tiga fasa yang ditimbulkan
Indikator Hasil Belajar
1. Menjelaskan kembali definisi tiga fasa
2. Memahami hubungan tegangan fasa dengan tegangan saluran, hubungan
arus fasa dengan arus saluran.
3. Memahami perhitungan arus-arus dan tegangan serta daya hubungan Y-Y,
Y-, -Y dan -

A. Prinsip Dasar Generator


Dengan alasan ekonomis dan kinerjanya, hampir semua daya listik diproduksi
dengan sumber polyphasa. Daya sesaat yang dikirim ke beban akan melonjak tinggi
pada sistem satu fasa, sedangkan pada sistem tiga fasa daya dikirim lebih stabil/steady
.
a

Three b c Stator
Phase
output b’ a’
c N
Rotor

a S b
c’

69
Gambar 1-1 Pembangkit Tiga Fasa
Untuk mengirimkan daya yang sama, ukuran konduktor/kabel dan komponen lainnya
pada rangkaian tiga fasa lebih kecil dibandingkan pada rangkaian satu fasa. Tegangan
tiga fasa dihasilkan dari pembangkit generator (alternator) yang ditunjukkan pada
gambar 1-1.
Generator pada dasarnya terdiri dari magnet berputar (disebut rotor) dikelilingi oleh
lilitan stasioner (disebut stator). Tiga gulungan terpisah atau gulungan dengan
terminal aa, bb, cc dan secara fisik ditempatkan 120 terpisah sekitar terminal stator,
medan magnet memotong fluks dari tiga gulungan dan menginduksi tegangan dalam
kumparan.

Van Vbn Vcn

0 120 240 output

Gambar 1-2 Tegangan dari Generator masing-masing terpisah 120

Karena kumparan ditempatkan terpisah berbeda 120, tegangan induksi masing-


masing kumparan sama maka dengan sendirinya ketiga tegangan yang sama di kenal
dengan tegangan tiga fasa. Secara umum bahwa sistem tiga fase terdiri dari tiga
sumber tegangan yang terhubung ke beban oleh tiga atau empat kawat (atau jalur
transmisi). Sistem tiga fasa adalah setara dengan tiga sirkuit fase tunggal. Sumber
tegangan dapat berupa bintang (Y) terhubung seperti yang ditunjukkan dalam 1-3 a)
atau delta () terhubung seperti pada gambar 1-3 (b).
Gambar 1-3 a Gambar 1-3 b

a a

Van Vca

Vab
Vcn
b Vbc
Vbn b

c c

Sumber Hubungan Y Sumber Hubungan 


Kita perhatikan bahwa tegangan terhubung Y dalam gambar 12.6 a) untuk saat ini,
tegangan Van, Vbn dan Vcn yang masing-masing antara garis a, b dan c dan n garis
netral. Tegangan ini disebut tegangan phase, jika sumber tegangan memiliki
amplitudo dan frekwensi () sama serta beda fase 120, tegangan ini di katakan
setimbang. Ini secara tidak langsung dinyatakan:

70
Van + Vbn + Vcn = 0

Van = Vbn = Vcn


Tegangan fasa setimbang adalah amplitudo dan fasa keluarannya sama serta berbeda
fasa 120.
1. Sistem Tiga Fasa Hubungan Y
Sistem tiga fasa memiliki tiga terminal beserta terminal ke empat, yaitu hubungan
netral. Sistem ini dapat di representasikan dengan tiga sumber tegangan ideal yang
terhubung dalam suatu konfigurasi Y ,seperti pada gambar dibawah ini:

Ia a

I fasa Van Vab


I fasa
Vcn Vca
Ib b
Vbn
I fasa Vbc
Ic
c

Gambar 1-4 Sistem Tiga Fasa Hubungan Y


Dimna: Van , Vbn , Vcn adalah tegangan masin-masing fasa dan Vp notasi dari tegangan
fasa.
Urutan fasor tegangan di atas adalalah urutan abc positif. Sehingga didapat:

Van + Vbn + Vcn = Vp0 + Vp-120 + Vp120 = 0

Vcn=Vp−240

Van= Vp0

Vbn=Vp−120

Gambar 1-5 Urutan Fasor Tegangan abc postif

Van = Vp0

Vbn = Vp120

Vcn = Vp-120

Dimana:

71
Van , Vbn , Vcn adalah tegangan masin-masing fasa dan Vp notasi dari tegangan fasa.
Urutan fasor tegangan di atas adalah urutan abc negatip.

Vcn=Vp120

Van= Vp0

Vbn=Vp240

Gambar 1-6 Urutan Fasor Tegangan abc negatip Gambar


Pada sistem iga fasa hubungan Y diatas, jika tegangan antar line to line dicari, maka
didapatkan:
Contoh:

Vab = Van + Vnb = Van - Vbn = Vp0 - Vp-120 =

= Vp (cos 0 + j sin 0) – Vp (cos (-120) + j sin (120) = 3 Vp30 


Dengan cara yang sama diperoleh tegangan line seperti dibawah ini:

Vbc = Vbn + Vnc = Vbn - Vcn = Vp-120 - Vp120 = 3 Vp-90 

Vca = Vcn + Vna = Vcn - Van = Vp120 - Vp0 = 3 Vp150 

Sehingga nilai magnitudo tegangan line to line pada hubungan hubugan Y adalah 3
dari tegangan fasa-nya.

VL = 3 Vp
Jika tegangan fasa pada PLN Indonesia sebesar 220 Vrms, maka tegangan antar line
sebesar 380 Vrms.
Vcn -Vbn Vab
Vca

Van

Vbn

Vbc

Gambar 1-7 Fasor Tegangan Line dan Tegangan Fasa

72
2. Sistem Tiga Fasa Hubungan Delta ()
Jika tiga sumber satu fasa membentuk hubungan segitiga seperti pada gambar 1-8 ,
maka nampak bahwa tegangan saluran sama dengan besar tegangan fasa. Jadi:
VL = Vp
Jika diberi beban hingga menyebabkan ketiga arus fasa dapat dinyatakan sebagai:

Iab = Ip 0

Ibc = Ip -120

Ica = Ip 120
Dengan menerapkan hukum Arus Kirchhoff pada salah satu simpul terminal saluran,
maka diperoleh:
IaA = Ica – Iab

= Ip120 - Ip 0

−3 3
= I p  + j  = 3 Ip 150 Amper

 2 2 

a IaA A
Iab
Vca Ica
Vab VLL=VAB
VLL=VCA
Vbc
Ibc B
c b IbB
VLL=VBC
C
IcA

Gambar 1-8 sumber Tiga Fasa Hubungan 

Dengan cara yang sama dihasilkan:

IbB = 3 Ip 30 A

IcC = 3 Ip -90 A

3. Beban Seimbang
Beban seimbang adalah beban yang magnitudo impedansi yang sama dalam fasanya.
Pada beban seimbang hubungan Y sebagai berikut:
Dimana ZY adalah beban impedansi per fasa. Beban hubunguan delta seimbang adalah
sebagai berikut :
Z1 = Z2 = Z3 = ZY

73
a a

Zy Z
n Z
Zy
b
b Zy
Z
c
c

Gambar 1-9 Beban Seimbang Hubungan Y dan 

Dan jika beban seimbang hubungan  adalah sebagai berikut:

Za = Zb = Zc = Z

4. Sistem Tiga Fasa Hubungan Y-Y Beban seimbang


Jika sumber tegangan tiga fasa hubungan Y dihubungkan dengan beban seimbang
(sumber mempunyai tegangan fasa yang sama dan beban tiap fasa sama besarnya)
maka didapat:

Ia
a
A

Van Zy
VCA VAB
Vcn Ib
b
c Vbn B
Zy
VBC Zy
Ic
C

Gambar 1-10 Hubungan Y-Y Beban Seimbang


Pada gambar 1-10 jika di asumsikan urutan positip maka:

Van = Vp0, Vbn = Vp-120 dan Vcn = Vp+120


Tegangan line to line Vab , Vbc dan Vca adalah hubungan dari tegangan-tegangan fasa.
contoh

Vab = Van + Vnb = Van – Vbn = Vp0 - Vp-120


1 3
= V p (1 + +j ) = 3.V p 30
2 2
Dengan cara yang sama, kita dapatkan;

Vbc = Vbn – Vcn = 3Vp-90

Vca = Vcn – Van = 3Vp-210

74
Sehingga, magnitudo dari tegangan saluran VL adalah 3 kali tegangan fasa Vp atau:

VL = 3Vp
Dimana:
Vp = Van = Vbn = Vcn
Dan
VL = Vab = Vbc = Vca
Kemudian arus saluran kia dapatkan:

Van
Ia = 0
ZY

Vbn Van  − 120


Ib = = = I a  − 120)
ZY ZY

Vcn Van  − 240


Ic = = = I a (240)
ZY Z Yp

Contoh soal 1
Jika:
R1 = R2 = R3 = 120 
Vp = 20 Volt dan cos = 1
IL Tentukan : arus dan tegangan
Vp Ip IR1
Vp R1
R2
saluran
IN

IL R3
Vp

IL

Penyelesaian:

IL sama dengan arus yang melewati beban (IR) dan R1 di supply tegangan 20 Volt
maka:
Vp 20
IL = = = 0,166 A
R1 120

Karena Vp = 20 Volt dan rangkaian ini sumbernya hubungan Y maka

VL = 3. Vp = 1,7.20 = 34 Volt

75
Contoh 2
a) Arus saluran
a
A

1100 10+j8

110−240
n b
c 110−120 B
10+j8
10+j8

Van
Ia =
ZY

Dimana:

ZY = 10 + j8

Z Y = 10 2 + 8 2 = 100 + 64 = 164 = 12,8

X 8
 = arctan = arctan = arctan 0,8 = 38,66
R 10

ZY = 12,838,66

Van 1100
Ia = = = 8,59(0 − 12,8) = 8,59 − 12,8 A
Z Y 12,838,36

Vbn 120 − 120


Ib = = = 8,59(−120 − 12,8) = 8,59 − 132,8 A
Z Y 12,838,36

Vcn 120 − 240


Ic = = = 8,59 − 278,36 A
Z Y 12,838,36

b) Tegangan saluran

Vab = 3.Van30 = 0,73.110.(0 + 30) = 80,330 V

Vbc = 3.Vbn-90 = 0,73.110(-90 - 120) = 80,3-210 V

Vca = 3.Vcn-210 = 0,73.110(-210 - 240) = 80,3-450 V

5. Sistem Tiga Fasa Hubungan Y-  Beban Seimbang

Sistem Y- beban seimbang yang ditunjukkan pada gambar 1-11 dimana sumbernya
hubungan Y dan bebannya hubungan .

76
Ia
a

IAB A
Z
Van Z

Vcn ICA
Ib IBC
c b B C
Vbn
Z
Ic

Gambar 1-11 Hubungan Y- Seimbang


Disini, sumber tidak ada netral, mulai dari sumber ke beban, diasumsikan urutan
positip maka;

Van = Vp0 , Vbn = Vp-120 dan Vcn = Vp120

Maka tegangan saluran adalah:

Vab = 3Vp 30 = VAB , Vbc = 3Vp-90 = VBC dan Vca = 3Vp150
= VCA
Selanjutnya nilai arus fasanya adalah:

V AB V V
I AB = .....I BC = BC .....dan......I CA = CA
Z Z Z

Selanjutnya arus saluran IL diperoleh dengan hukum Kirchhoff arus pada masing-
masing titik cabang A , B dan C, maka:

Ia = IAB – ICA , Ib = IBC – IAB dan Ic = ICA – IBC ,

Misalkan bila ICA = IAB -240


Ia = IAB - ICA = IAB (11 - 1-240)
Ia = (1 + 0,5 – j0,866) = IAB3-30

Sehingga secara umum bahwa Arus saluran dalam hubungan ini adalah:

IL = 3Ip

Contoh soal 1

Dengan melihat gambar 1-11, bila Z = 8 + j4  dan Van = 10010 Volt per fasa
hitunglah arus fasa dan saluranya.
Penyelesaian:

Z = 8 + j4 = 8,94426,57 

77
Jika tegangan fasa Van = 10010, maka tegangan saluran :
Vab = Van330 = 1003(10 + 30) = VAB
Atau
VAB = 173,240 Volt
Dengan cara yang sama didapatkan:
VBC = 1003(10 - 90) = 173,2-80 dan
VCA = 1003(10 + 150) = 173,2160
Arus fasanya:
V AB 173 , 2  40  V BC
I AB = = = 19 ,36 13, 43  A → I BC = = 19 ,36  − 106 ,557 A
Z 8,944  26 ,57  Z
dan
VCA
I CA = = 19 ,36 133 , 43  A
Z

Arus salurannya:

Ia = IAB3-30 = 3(19,36)(13,43- 30) A = 33,53-16,57 A

Ib = Ia -120 = 33,53- 136,57 A

Ic = Ia +120 = 33,53+103,43 A

Contoh 2
Jika Z = R = 100  dan tegangan masing-masing fasa Vp = Van = 1230 Volt pada
rangkaian hubungan Y- (lihat gambar 1-11). Tentukan :
a. Arus beban R1 , R2 dan R3
b. Arus-arus saluran
Penyelesaian:
Untuk mencari IR1 = Ibeban1 , maka terlebih dahulu dicari tegangan saluran yaitu:

Vab = 3Van30 = 3.12.(30 + 30) = 20,7860 V

Vca = 3Van150 =3.12.(30 + 150) = 20,78180

Vab 20.7860
I R1 = = = 0,207860 A
Z 100

Vca 20,78180
Ia = = = 0,2078180 A
Z 100
Dengan cara yang sama dapat dihitung IR2, IR3, Ia , Ib dan Ic

78
6. Sistem Tiga Fasa Hubungan  - Y Beban Seimbang

Sistem  - Y seimbang terdiri dari suatu sumber hubungan  memberikan sumber


kepada beban hubungan Y.
Mengingat rangkaian  - Y pada gambar 1-12 . Sekali lagi, mengansumsikan urutan
abc , tegangan fasa hubungan  adalah:

Vab = Vp0, Vbc = Vp-120 dan Vca = Vp+120


Ia
a A

Vca Zy
N
Vab Zy
Vbc Ib
B Zy
c
b
Ic C

Gambar 1-12 Rangkaian Hubungan  - Y


Disini juga tegangan salurannya sebagai tegangan fasa. Kita dapat memperoleh arus
saluran dalam beberapa cara. Salah satu diantaranya adalah sebagai berikut:
a

Ia

Van Vab Zy
Vp
Vca  − 300
3

n Vbn

Vcn
Gambar 1-14 rangkaian ekivalen
c b
Satu fasa
Vbc

Gambar 1-13 Transformasi Sumber Hubungan  ke


Ekovalen Sumber Hubungan Y

Vp Vp Vp
Van =  − 30 0.......Vbn =  − 150 0........Vcn =  + 90 0
3 3 3

Jadi, intinya sumber hubungan  ditransformasi ke hubungan Y seperti pada gambar


1-13, rangkaiannya menjadi sistem Y-Y. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan
rangkaian ekivalen satu fasa seperti pada gambar 1-14.
Contoh soal 1

Suatu beban hubungan Y seimbang dengan suatu fase impedansi 40 + j25 di supply
sumber hubungan  (urutan positip) pada tegangan saluran 210 Volt. Hitunglah arus-
arus fasanya. Gunakan Vab sebagai referensi.

79
Penyelesaian:
Impedansi:

ZY = 40 + j25 = Z Y = 40 + j 25 = 40 2 + 25 2 = 47,17 32

25
Dimana :  = arctan = 32
40

Dan sumber tegangan adalah:

Vab = 2100 Volt

Bila sumber hubungan  ditrasformasi ke sumber hubungan Y, maka:

Vab
Van =  − 30
3

Arus salurannya adalah:

Van 121,2 − 30


Ia = = = 2,57 − 62 A
ZY 47,1232

Vbn 121,2 − 150


Ib = = = 2,57 − 182 A
ZY 47,1232

Dengan cara yang sama dapat diperoleh Ic.

B. Daya Sistem Tiga Fasa


Daya sesaat yang dibrikan oleh sumber sinusoida satu fasa berubah menurut
sinusoida dengan frekwensi dua kali frekwensi sumbernya, dinyatakan dengan:

Pt = V.I.cos  - V.I cos (2t - )

Daya
Pa Pb Pc
Daya sesaat keseluruhan

Daya rata-rata per fasa

Gambar 1-15 Daya Sesaatt Keseluruhan Dalam Sistem Tiga Fasa


Persamaan itu dapat diterapkan untuk setiap fasa pada sistem tiga fasa dengan
memberikan pergeseran fasa sebesar 120 diantara fasa-fasanya. Hasilnya adalah
sebagai berikut:

80
Pa(t) = Vp.Ip.cos  - Vp.Ip cos (2t - )

Pb(t) = Vp.Ip.cos  - Vp.Ip cos (2t -  - 120)

Pa(t) = Vp.Ip.cos  - Vp.Ip cos (2t -  - 240)


Dimana fasa a dipilih sebagai acuan, Vp dan Ip menyatakan nilai-nilai efektif tegangan
fasa dan arus fasanya. Sedangkan  menyatakan sudut impedansi suatu beban tiga
fasa seimbang.
Maka daya sesaat tiga fsa adalah:
p(t) = pa(t) + pb(t) + pc(t)

= 3 Vp Ip cos  - Vp Ip cos (2t - ) + cos (2t -  - 120)


+ cos (2t -  - 240).

= 3 Vp Ip cos
Jadi daya sesaat tiga fasa tesebut konstan dan diagramnya ditunjukkan pada gambar 1-
15 . sedangkan daya rata-ratanya adalah:
1
P=
T  pdt
= 3 Vp Ip cos 
Untuk hubungan Y, daya rata-rata tersebut dapat dinyatakan dalam besaran-besaran
saluran sebagai berikut:

VL
P = Vp Ip cos  → P=3 I p cos
3

P = 3 VL IL cos 

Jika hubungan  diperoleh:

IL
P = 3 Vp Ip cos  → P = 3.VL . cos
3

P = 3.VL.IL.cos 

Untuk beban hubungan Y, IL = Ip tetapi VL = 3 Vp , sedangkan untuk beban


hubungan , IL = 3IP tetapi VL = Vp , sehingga daya total reaktif adalah:

Q = 3 Vp.Ip.sin = 3.Qp = 3VL.IL.sin

S = P + j = 3.VL.IL
Contoh soal 1:

Beban dihubungkan  dan tegangan saluran VL 200 Volt, bila Z = 4 +j3. Tentukan
daya-daya total yang dikirim ke beban.

81
Ia
Jawab:
a

A VL 200 200
IAB
Z I AB = = = = 40  − 36 ,8 A
Z 4 + j3 536 ,8
Z
ICA
Ib IBC
b B C
Z
Ic
c

IAB = Ip = 40-36,8 A
Ptotal = 3 (IAB)2.R = 3.(40)2.4 = 19,2 kWatt.
Qtotal = 3.(IAB)2.X = 3 (40)2.3 = 14,4 kWatt

Contoh soal 2:
Suatu motor tiga fasa dapat sebagai beban hubungan Y seimbang. Suatu tiga fasa
menarik daya 5,6 kW bila tegangan saluran VL 220 Volt dan arus saluran IL 18,2 A.
Tentukan power factor (faktor daya) dari motor tersebut
Penyelesaian:
Daya nampaknya adalah

S = 3.VL.IL = 3.(220)(18,2) = 6935.13 VA


Jika daya nyatanya adalah

P = 3.VL.IL.cos = S.cos = 5600 W

Power factor ( cos ) :

P 5600
cos = = = 0,8075
S 6935,133

C. Sistem Tiga Fasa Tidak Seimbang


Suatu sistem tak seimbang adalah disebabkan oleh dua situasi kemungkinan :
1) sumber tegangan tidak sama mgnitudonya dan atau beda fase tidak sama. 2) beban
impedansi tidak sama.
Pada gambar 1-16 menunjukkan suatu contoh sistem tiga fasa tidak seimbang dimana
terdiri dari sumber tegangan yang seimbang dan beban hubungan Y yang tak
seimbang.
Arus salurannya adalah

V AN V V
Ia = ..............I b = BN ...............I c = CN
ZA ZB ZC

82
Ia
a A

Van
In ZA

n N ZC
Vbn Vcn
b Ib ZB
B

c Ic C

Gambar 1- 16 Sistem Tiga Fasa Tidak Seimbang Hubungan Y


Dan arus netralnya adalah
In = -(Ia + Ib + Ic)

Contoh soal 1:
Lihat gambar 1-16 beban hubungan Y tidak seimbang, memiliki tegangan 100 Volt
dan urutan acb. Hitunglah arus saluran dan arus netral . Memuat ZA =15 , ZB = 10 +
j5  dan ZC = 6 – j8  .
Jawab:
Arus salurannya adalah

1000 100120 100120


Ia = = 6,670 A...........I b = = = 8,9493,44 A
15 10 + j 5 11,1826,56
100120 100 − 120
Ic = = = 10 − 66,87 A
6 − j8 10 − 53,13

Arus netralnya adalah:


In = -(Ia + Ib + Ic) = - (6,67 – 0,54 + j8,92 + 3,93 – j9,2)

= - 10,06 + j0,28 = 10,06178,4A

Contoh soal 2:

Beban  tak seimbang di supply oleh tegangan line to line 200 Volt dengan urutan
positif. Dapatkan arus saluran. Jika Vab sebagai referensi.
Ia
a

A
8
10

-j5 j6

Ib
b B C
16
Ic
c

ZAB = 10 –j5  , ZBC = 16  , ZCA = 8 + j6 

83
−5
Z AB = 10 2 + 5 2 = 125 = 11,18.. →  = arctan −1 = −26,56
10

0
Z BC = 16 2 = 16 →  = arctan −1 = 90 
16

6
Z CA = 8 2 + 6 2 = 100 = 10 →  = arctan −1 = 36,86 0
8

V AB 0  2000 0
I AB = = = 17,8926,56 0..A
Z AB   11,1826,56 0

VBC  − 120 0 200 − 120 0


I BC = = = 12,5 − 210 0..A
Z BC  1690 0

VCA 120 0 200120 0


I CA = = = 2083,13 0..A
Z CA  1035,86 0

Lihat gambar rangkaian, dengan menerapkan hokum Kirchhoff arus .

Ia + ICA = IAB → Ia = IAB – ICA

Ia =17,8926,560 - 2083,130
Ia = (17,89 . cos 26,560 + j 17,89 sin26,560 ) – (20 cos 83,130 + j 20 sin 83,130
Ia = 16 + j7,99 – 2,39 – j19,86 = 13,61 – j 11,87

I a = 13,612 + 11,87 2 = 18,05 − 41,09.. A

Dengan cara yang sama dapat diperoleh Ib dan Ic

D. RANGKUMAN
1. Generator pada dasarnya terdiri dari magnet berputar (disebut rotor) dikelilingi
oleh lilitan stasioner (disebut stator).
2. Sistem tiga fasa hubungan bintang direpresentasikan dengan tiga sumber
tegangan ideal yang terhubung dalam suatu konfigurasi Y
3. Tiga sumber satu fasa membentuk hubungan segitiga, maka nampak bahwa
tegangan saluran sama dengan besar tegangan fasa
4. Beban seimbang adalah beban yang magnitudo impedansi yang sama dalam
fasanya.
5. Sistem Tiga Fasa Hubungan Y-Y Beban seimbang, maka sumber tegangan
tiga fasa hubungan Y dihubungkan dengan beban seimbang (sumber
mempunyai tegangan fasa yang sama dan beban tiap fasa sama besarnya)

84
6. Sistem  - Y seimbang terdiri dari suatu sumber hubungan  memberikan
sumber kepada beban hubungan Y
7. Daya sesaat yang dibrikan oleh sumber sinusoida satu fasa berubah menurut
sinusoida dengan frekwensi dua kali frekwensi sumbernya
8. Suatu sistem tak seimbang adalah disebabkan oleh dua situasi kemungkinan :
1) sumber tegangan tidak sama mgnitudonya dan atau beda fase tidak sama. 2)
beban impedansi tidak sama.
a. Tugas

1. Jika tegangan line to line sebesar Vab = 2300 Volt pada hubungan Y
seimbang sumber tiga fasa (urutan fasa abc positip), tentukan tegangan
fasanya.
2. Rangkaian tiga fasa dengan hubungan delta, tentukan arus IL jika tegangan line
250 VRMS dan beban 1500 watt dengan factor daya 0,8 lagging.

3. Jika Vab = 2300 VRMS , Vab = 230-120 VRMS, Vab = 230120 VRMS dan
Z = (30 + j40) . Tentukan masing-masing arus line dan daya total pada
beban.
4. Beban hubungan delta dengan tegangan line sebesar 20 VRMS . tentukan daya
total yang dikirim ke beban.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ramdhani, Mohamad. 2002. Rangkaian listrik. Erlangga. Jakarta.
2. Sadiku, Alexander. 2007. Fundamentals Of Electric Circuits. Department Of
Electrical engineering, Prairie View A&M University.
3. Mismail, Budiono.2005. Rangkaian Listrik II. Universitas Brawijaya.

LAMPIRAN
A. Bilangan Komplek
Bilangan komplek (z) adalah sebuah bilangan dalam bentuk x + jy, dimana x dan y
adalah bilangan nyata dan j = − 1 .
B. Penyajian Lain dari Bilangan Komplek
Bilangan didefinisikan dalam bentuk salib sumbu yang saling tegak lurus. Pada
gambar 1, bahwa x = r cos, y = r sin sehingga bilangan komplek z dapat ditulis
dalam bentuk trigonometri yaitu:
z = x +jy = r (cos + j sin)
jy
z

85
r


x
Dimana r adalah modulus atau nilai mutlak (notasi r = /z/ ) yang diberikan oleh

r = x 2 + y 2 dan

y
 = arctan( )
x
1. Bentuk Euler
Rumus Euler yakni e j = cos + j sin  , memberikan pernyataan lain dari sebuah
bilangan komplek dan disebut bentuk eksponensial.
z = r cos + j r sin = rej
2. Bentuk Polar
Bentuk ketiga yang digunakan secara luas dalam analisis rangkaian adalah bentuk
Polar yakni:
z = r 
Dimana:  dalam derajat.
Contoh 1:
z=2+j3

r = 2 2 + 32 = 13
3
 = arctan
2
Menggunakan Kalkulatur:
a. Jika dengan kalkulator biasa
• Bagilah angka 3 dengan angka 2
• Tekan shif
• Tekan tg-1 hasilnya  = 56,3099
b. Jika dengan kalkulator HP
• Tekan tg-1 maka akan timbul ATAN(
• Tekan angka 3 dibagi angka 2 dan kurung tutup atau ATAN(3/2)
• Tekan = (sama dengan) hasilnya  = 56,3099
Contoh 2:
Jika diketahui faktor daya motor listrik (cos = 0,7), tentukan sudut  dan sin
Penyelesaian:
cos = 0,7 maka  = arc cos-1 0,7
a. Dengan kalikulator biasa
• Tekan 0.7, tekan shif , tekan cos-1 dan hasilnya  = 45.5756

86
b. Dengan kalkulator HP
• Tekan cos-1 akan muncul ACOS(
• Tekan 0.7 kurung tutup ( ) ) muncul ACOS(0.7)
• Tekan = (sama dengan) hasilya  = 45.5756
sin → sin45.5756 = ......
Dengan Kalkulatur biasa
• Tekan 0.7
• Tekan sin → hasilnya 0.0122
Dengan Kalkulator HP
• Tekan sin akan muncul SIN(
• Tekan 0.7 kurung tutup muncul SIN(0.7)
• Tekan = dan hasilnya 0.0122
C. Jumlah dan Selisih Bilangan
Pada penjumlahan dua bilangan komplek, jumlahkan bagian-bagian nyata dan bagian-
bagian khayalnya terpisah. Pada pengurangan, kurangkan bagian-bagian nyata dan
khayal secara terpisah.
Contoh: z1 = 5 – j2 dan z2 = -3 –j8
z1 + z2 = (5 – 3) + j(-2 -8) = 2 – j10
z2 – z2 = (-3 -5) + j(-8 +2) = -8 –j6

D. Perkalian Bilangan Komplek


Dalam bentuk Euler:
z1.z2 = (r1ej1)(r2ej2) = r1r2ej(1+2)
Bentuk Polar:
z1z2 = (r11)(r22) = r1r21 + 2

Bentuk Rektangular:
z1z2 = (x1 + jy1)(x2 + jy2) = x1x2 + jx1y2 + jy1x2 + j2y1y2
= (x1x2 - y1y2) + j(x1y2 + y1x2)
Contoh:
a. z1 = 5ej/3 dan z2 = 2e-j/6 , maka z1z2 = (5ej/3)( 2e-j/6) = 10ej/6
b. z1 = 230 dan z2 = 5-45 , maka z1z2 = (230)(5-45) = 10-15
c. z1 = 2 + j3 dan z2 = -1 – j3 , maka z1z2 = (2 + j3)( -1 – j3) = 7 –j9

E. Pembagian Bilangan Komplek


87
1. Bentuk Euler
z1 r1e j 1 r1 j ( 1− 2)
= = e
z 2 r2 e j 2 r2
2. Bentuk Polar
z1 r11 r1
= = 1 −  2
z 2 r2  2 r2
3. Bentuk Rektangular
z1 x + jy1  x 2 − jy 2  ( x1 x 2 + y1 y 2 ) + j ( y1 x 2 − y 2 x1 )
= 1   = =
z 2 x 2 + jy 2  x 2 − jy 2  x 22 + y 22

x1 x 2 + y1 y 2 y x − y 2 x1
+ j 1 22
x2 + y 2
2 2
x 2 + y 22
Contoh:
a. Z1 = 4ej/3 dan z2 = 2ej/6
z1 4e j / 3
= j / 6 = 2e j / 6
z 2 2e

b. Z1 = 8-30 da z2 = 2-60
z1 8 − 30
= = 430
z 2 2 − 60

z1 4 − j5  1 − j 2  6 13
c. Z1 = 4 – j5 dan z2 = 1 +j2 → =   = − − j
z2 1 + j2  1 − j2  5 5

F. Trigonometri
Sin(A  B) = sinAcosB  cosAsinB
Cos(A  B) = cos A cos B  sin A sin B
Sin(t  180) = - sint
Cos(t  180) = -cost
Sin(t  90) = cost
Cos(t  90) =  sint
Contoh :
V1 = -10cos(t + 50) = 10 cos(t + 50 - 180)
V2 = 12 cos(t - 10) = 12 cos(t - 10 - 90)
G. Fasor
Transformasikan ke fasor dalam bentuk polar:
Contoh 1:
88
a. i = 6 cos(50t - 40) → I = 6-40
b. v = -4 sin(30t + 50) jika dalam bentuk negatip:
-sin A = cos(A + 90) (lihat rumus trigoometri)
jadi:
V = -4 sin(30t + 50) = 4 cos(30t + 50 + 90)
= 4 cos(30t + 140)
Sehingga dalam fasornya dalam bentuk polar adalah v = 4140
Contoh 2:
Impedansi Z = 3 – j7 

Z = 32 + 7 2 = 7.6 
7
 = arctan −1 (dengan menggunakan kalkulator seperti cara diatas)
3
 = 66,8
Maka bentuk fasornya adalah 7,666,8 

89

Anda mungkin juga menyukai