Anda di halaman 1dari 21

PENGERTIAN DASAR

RANGKAIAN LISTRIK
1. RANGKAIAN LISTRIK

Rangkaian listrik adalah suatu susunan elemen yang mewakili


suatu sistem elektrik, yaitu sistem yang memanfaatkan atau menimbulkan
gejala-gejala yang berhubungan dengan listrik. Elemen itu mewakili sifat
listrik benda-benda fisis seperti peralatan-peralatan listrik. Untuk tujuan
analisis, benda-benda itu diidealisasikan menurut sifat kelistrikannya yang
menonjol, dan setiap sifat ini diwakili oleh satu elemen listrik. Elemen-
elemen listrik itu dirangkai membentuk rangkaian (elemen) listrik yang
mewakili penampilan sifat sistem yang hendak dijelaskan atau dianalisis.
Setiap elemen yang demikian ini dinyatakan dengan satu lambang
(gambar) yang berujung dua. Dengan demikian benda-benda fisis itu
tanpa direpotkan oleh ukuran dimensi ruangnya dapat diwakili oleh satu
atau lebih elemen dasar sesuai dengan sifat atau sifat-sifat listrik yang
ditampilkannya. Jadi, sepotong kawat yang panjangnya mungkin hanya
beberapa mm, atau beberapa ratus meter, atau bahkan berpuluh km
dapat dinyatakan dengan satu elemen yang sederhana. Kalau lebih dari
satu sifat listrik yang hendak ditampilkan, maka benda tersebut dinyatakan
sebagai rangkaian elemen yang sesuai dengan dan mewakili sifat-sifat itu.

Pembahasan tentang rangkaian listrik itu dapat digolongkan ke


dalam dua kategori, yaitu analisis rangkaian dan sintesis rangkaian.
Analisis rangkaian berhubungan dengan pembahasan sifat-sifat atau
perhitungan kelistrikan suatu sistem yang telah ada atau dianggap ada.
Sintesis rangkaian adalah proses penyusunan suatu rangkaian listrik yang
akan menampilkan sifat atau sifat-sifat listrik tertentu. Pembahasan kita ini
akan terbatas pada analisis rangkaian.

2. BESARAN LISTRIK DAN SATUANNYA


Dalam analisis rangkaian kita akan selalu berkenaan dengan
peralihan energi yang timbul sebagai akibat terdapatnya tegangan atau
beda potensial listrik dan arus listrik pada rangkaian. Tegangan listrik atau
beda potensial listrik itu selalu antara dua titik ujung suatu elemen atau
rangkaian elemen. Arus listrik mengalir melalui elemen atau rangkaian
elemen menurut lintasan yang harus selalu menutup, yaitu arus itu harus
dapat kembali dari titik asal/tolaknya. Gejala-gejala listrik itu dikuantitaskan
dengan menggunakan satuan-satuan yang telah disepakati secara
internasional. Bersama dengan besaran lainnya yang sering dijumpai

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 1


dalam pembahasan rangkaian listrik, satuan-satuan ini dapat dilihat pada
Tabel 1. Pada tabel ini dapat pula dilihat lambang atau notasi yang lazim
dipakai dan akan digunakan dalam pembicaraan kita selanjutnya. Untuk
tujuan-tujuan praktis, biasa dipakai satuan kelipatan-puluhan atau
perpuluhan satuan tersebut di atas, yaitu dengan menambahkan kata-
depan pada satuan itu, seperti yang dicantumkan pada Tabel 2.

Sebagai contoh penggunaan kata-depan tersebut sebagai faktor


pengali, misalnya 30.10-12 F dapat ditulis sebagai 30 pF (dibaca 30
pikofarad); 10.103 ohm ditulis sebagai 10 k, dan 150.106 W ditulis
sebagai 150 MW (dibaca 150 megawatt).

Ada baiknya dibiasakan menggunakan huruf kecil untuk


melambangkan kuantitas yang berubah-ubah terhadap waktu, jadi
misalnya v(t) untuk menyatakan tegangan sebagai fungsi waktu t, dan
huruf kapital V menyatakan tegangan tetap, yang tidak bergantung pada
waktu t. Simbol i(t) menyatakan arus sebagai fungsi waktu t sedangkan I
menyatakan arus yang bukan fungsi waktu.

Tabel 1. Besaran listrik, lambang dan satuan

Besaran Lambang Satuan

Arus i, I Ampere (A)


Tegangan v, V, e, E volt (V)
Muatan listrik q, Q coulomb
Fluks (magnetik) weber
Tahanan (resistansi) R ohm ()
Konduktansi G siemen(S), mho
Induktansi L henry (H)
Kapasitansi C farad (F)
Reaktansi X ohm ()
Suseptansi mho
Impedansi Z ohm ()
Admitansi Y mho
Frekuensi f hertz (hz)
Frekuensi sudut, radian per detik
Kecepatan sudut rad/det, rad/s
Daya aktif p,P watt (W)
Daya Semu, S voltampere (VA)
Daya kompleks
Daya reaktif Q voltampere reaktif
(Var)
Energi joule (J)
Wattdetik (Ws)

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 2


Tabel 2. Kata-depan untuk menyatakan faktor kelipatan satuan

Faktor kelipatan Kata-depan Lambang

10-12 piko p
10-9 nano n
10-6 mikro
10-3 mili m
103 kilo k
106 mega M
109 giga G
1012 tera T

3. ELEMEN-ELEMEN LISTRIK

Selain elemen sumber energi, elemen dasar listrik yang akan kita
jumpai selanjutnya ada tiga macam yaitu; tahanan atau resistor (R),
induktor (L), dan kapasitor (C). Tahanan atau resistor R adalah elemen
yang mewakilkan sifat hambatan terhadap mengalirnya arus listrik. Besar
tahanan yang dimiliki R disebut resistansi, dan satuannya adalah ohm ().

Gejala yang tampak bila arus mengalir melalui tahanan ialah


naiknya suhu (timbulnya panas), sama seperti yang dialami dengan
peristiwa gesekan pada mekanika. Jadi resistor atau tahanan R ini
mewakili sifat benda yang berkenaan dengan pengubahan energi listrik
menjadi energi panas atau kalor. Benda yang tahanan listriknya
mendekati nol atau sangat kecil disebut konduktor, dan benda yang
tahanannya sangat besar disebut isolator. Bahan isolator itu disebut
dielektrik. Bahan yang tahanannya nol disebut superkonduktor.

Induktor L adalah elemen yang mewakilkan sifat munculnya


medan magnet bila arus mengalir. Besar sifat yang dimiliki induktor L itu
disebut induktansi, dan satuannya adalah henry (H). Induktor L itu
mewakilkan pula sifat benda yang berkenaan dengan sulitnya mengubah
arus yang mengalir melalui benda tersebut. Sifat ini seirama dengan
kesulitan mengubah momentum benda pada mekanika. Pada kumparan
atau lilitan kawat konduktor, sifat induktansi itulah yang paling menonjol,
sehingga induktor itu digambarkan sebagai konduktor yang dililitkan.

Pada mekanika, momentum suatu benda adalah produk


kecepatan benda v dengan massa benda m, yaitu momentum = m.v. Pada
gejala listrik, momentum listrik _ disebut momentum elektrokinetik_ adalah
perkalian induktansi L dengan arus i yang mengalir pada induktor tersebut
yaitu L.i. Pada mekanika, kita kenal hukum ketetapan momentum, maka

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 3


seirama dengan itu pada ilmu kelistrikan dikenal pula hukum ketetapan
momentum elektrokinetik.

Kapasitor C adalah elemen yang mewakilkan kesanggupan


menampung muatan listrik atau menimbulkan medan listrik. Besar sifat
yang dimiliki kapasitor C itu disebut kapasitansi, dan satuannya adalah
farad (F). Pada dua buah lempengan konduktor yang dipisahkan oleh
isolator atau dielektrik, dampak sifat kapasitansi itulah yang paling
menonjol, sehingga kapasitor digambarkan sebagai dua lempengan yang
disederhanakan gambarnya menjadi dua garis paralel.

Elemen-elemen R, L dan C dihubungkan satu dengan lainnya


oleh konduktor atau penghantar yang tidak memiliki sifat selain melalukan
arus listrik. Ketiga elemen tersebut biasanya digambarkan seperti pada
Gambar 1.

R L C
(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 1. Lambang (gambar) elemen-elemen pasif

Dua buah induktor dapat tergandeng tanpa dihubungkan oleh


konduktor. Hal ini disebabkan oleh adanya gandengan magnetik, yaitu
medan magnet yang ditimbulkan oleh salah satu kumparan (induktor)
menggandeng kumparan (induktor) lainnya. Hal ini diperlihatkan pada
Gambar 2.(a).

Pada Gambar 2.(b) terlihat dua lempeng konduktor dipasang


paralel dan sangat berdekatan, diantarai oleh dielektrik. Kalau salah satu
lempeng bermuatan listrik positif, maka lempeng lainnya akan bermuatan
negatif. Antar kedua lempeng terdapat medan listrik. Jadi kedua lempeng
saling bergandengan dengan perantaraan medan listrik. Perhatikan
bahwa karena adanya dielektrik di antara kedua lempeng yang
membentuk kapasitor tersebut, arus listrik sebenarnya tidak dapat
menyeberang langsung dari satu lempeng ke lempeng pasangannya.

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 4


Akan tetapi dalam analisis dianggap bahwa arus listrik mengalir melalui
kapasitor. Ketiga elemen dasar yang dibicarakan ini digolongkan ke dalam
elemen pasif.

Gambar 2. Gandengan medan magnetik dan medan listrik

Tidak ada arus listrik yang mengalir di luar konduktor. Dalam hal
dua kumparan yang terpisah seperti pada Gambar 2.(a) arus yang
mengalir pada satu kumparan tidak bisa menyeberang ke kumparan
lainnya, tetapi arus-arus ini dapat menyebabkan arus mengalir pada
kumparan lainnya. Demikian juga pada kapasitor arus tidak mengalir
melalui isolator (dielektrik), tetapi hanya melalui konduktor dari lempeng
bermuatan positif ke lempeng yang bermuatan negatif. Dalam analisis
arus listrik i dianggap mengalir melintasi kapasitor C tersebut, sehingga
membentuk lintasan melingkar melalui yang tertutup.

Elemen pasif yang telah dibicarakan tersebut, bukan merupakan


sumber energi yang mantap artinya tanpa sumber energi yang
dirangkaiakan atau yang telah pernah dirangkaikan dengannya, elemen-
elemen tersebut tidak akan mampu mengalirkan arus listrik atau
menimbulkan perbedaan potensial. Pada dasarnya ketiga elemen tersebut
tidak dapat mengaktifkan sistem, oleh sebab itu ketiganya dinyatakan
sebagai elemen pasif. Induktor L dan kapasitor C memang dapat
menyimpan energi dan kemudian mengeluarkan energi tersebut ke
elemen lainnya, sehingga mengaktifkan sistem tetapi tanpa energi
tersimpan ini keduanya tidak bisa berlaku sebagai sumber energi. Induktor
L menyerap energi listrik (dari sumber energi) dan mengubah energi
tersebut ke dalam energi medan magnet yang bisa dikonversikan kembali
ke dalam energi listrik dalam bentuk arus dan beda potensial. Kapasitor C
menyerap energi, mengubahnya menjadi energi medan listrik dan
kemudian bisa mengembalikannya ke dalam bentuk arus listrik dan beda
potensial. Jadi baik L maupun C itu bersifat sebagai penyimpan energi,

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 5


yang bisa menyerap dan mengembalikan energi dari dan ke bagian lain
sistem.

Tahanan R sama sekali tidak bisa menyimpan energi listrik, jadi R


hanyalah sebagai penyerap atau konsumer energi listrik. Energi listrik
yang terkonsumsikan itu pada umumnya terubah menjadi panas atau
kalor. Energi listrik yang diserap oleh elemen (dari elemen lainnya) diberi
tanda positif (+), dan energi listrik yang diserahkan oleh suatu elemen (ke
elemen lainnya) diberi tanda negatif (-).

Elemen aktif adalah elemen yang merupakan sumber energi listrik


secara mapan, artinya dapat menjadi sumber arus listrik dan/atau
tegangan listrik tanpa tergantung pada elemen listrik lainnya. Dalam
rangkaian listrik sumber energi listrik itu dinyatakan sebagai sumber
tegangan (potensial) listrik atau sebagai sumber arus listrik. Sumber
tegangan listrik biasanya dinyatakan sebagai e dan E, atau v dan V.
Sumber arus listrik dinyatakan sebagai i dan I. Sebaiknya huruf kecil
dipakai untuk menyatakan bahwa sumber itu fungsi waktu; jadi lebih tepat
bila dituliskan sebagai e(t) atau v(t) dan i(t). Huruf kapital E atau V dan I
sebaiknya dipakai untuk menyatakan bahwa sumber itu bukan fungsi
waktu. Lambang (gambar) yang lazim digunakan untuk menyatakan
sumber tegangan dan sumber arus diperlihatkan pada Gambar 3.(a).
Untuk sumber tegangan, tanda arah anak panah atau tanda positif (+)
menunjukkan arah polaritas, yaitu arah ujung elemen yang dianggap lebih
tinggi potensialnya. Untuk sumber arus, tanda arah anak panah
menunjukkan arah alir arus positif. Dengan sendirinya arah sebaliknya
dianggap arah ujung elemen tegangan yang lebih rendah potensialnya,
atau arah yang dianggap negatif. Perlu diperhatikan bahwa pengertian
beda potensial atau tegangan selalu berkenaan dengan dua titik (ujung
elemen atau ujung rangkaian elemen). Potensial satu titik saja sebenarnya
tidak ada artinya. Demikian juga arus yang mengalir dari satu titik akhirnya
harus kembali ke titik itu pula. Jadi jalan arus itu selalu merupakan lintasan
tertutup. Arus mengalir dari satu ujung elemen melalui konduktor dan
elemen-elemen lainnya yang terdapat dalam lintasannya dan akhirnya
kembali ke ujung elemen yang pertama itu. Hal ini digambarkan pada
Gambar 3.(b).

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 6


(a)

(b)
Gambar 3. Sumber tegangan, sumber arus dan rangkaiannya

Yang dimaksud dengan beda potensial atau tegangan vA adalah


beda potensial antara titik A dengan suatu titik acuan yang telah
ditetapkan. Titik acuan itu dapat sembarang titik; salah satu yang lazim
diambil sebagai titik acuan adalah titik pada tanah atau bumi, katakanlah
titik O. Marilah kita sepakat menyatakan vAB sebagai beda potensial antara
titik A dan titik B. Bila titik O diambil sebagai titik acuan, maka vA = vAO dan
vB = vBO sehingga :
vAB = vAO - vBO atau vAB = vA - vB

Hal ini dapat dibayangkan seperti pada Gambar 4. vA dapat dibayangkan


sebagai tinggi titik A di atas titik referensi O. Dengan demikian, maka;

vBA = vB vA = -( vA - vB ) = - vAB

A vAO = vA
vAB = vA - vB

B vBO = vB

O
Gambar 4. Pengertian beda potensial

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 7


Pengertian beda potensial vAB adalah bahwa antara titik A dengan
titik B terdapat kemampuan atau potensi mengalirkan arus iAB dari A ke B.
Bila potensial A lebih tinggi dari potensial B, maka kita akan menyatakan
tegangan vAB positif dan demikian juga halnya dengan arus iAB . Kalau
demikian maka vBA dan iBA negatif. Jelas bahwa vBA = - vAB dan iBA = - iAB .
Keduanya setara kecuali tandanya saling berlawanan. Agar kita dapat
menganalisis rangkaian dengan benar, maka semua gejala listrik yang
diperlukan beserta polaritasnya (tandanya), harus digambarkan dengan
jelas pada gambar rangkaian yang dianalisis tersebut.

4. SUPLAI DC (TETAP)
Istilah dc adalah singkatan dari direct current dimana dalam
berbagai sistem listrik mengalirkan muatan dalam satu arah
(unidirectional), suplai dc meliputi sumber tegangan dc (sumber tegangan
searah) dan sumber arus dc (sumber arus searah).

Sumber tegangan dc (direct current)

Sumber tegangan dc dibagi dalam tiga kategori yaitu


a. baterei (chemical action)
b. generator (electromechanical)
c. suplai daya (power supply-rectification)

Sumber tegangan dc yang paling umum digunakan adalah


baterei. Simbol sumber tegangan dc diperlihatkan pada Gambar 5.

- +

Gambar 5. Simbol sumber tegangan dc

Sumber arus dc

Sumber tegangan dc sangat luas penggunaannya bila


dibandingkan dengan sumber arus dc, oleh sebab itu sumber tegangan dc
lebih dikenal. Idealnya, sebuah sumber tegangan dc akan memberikan
tegangan yang tetap pada terminalnya meskipun arus berubah dalam
sistem seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.(a). Karena sumber arus
dc merupakan dualitas sumber tegangan dc maka dapat pula didefinisikan
bahwa, idealnya sumber arus dc akan mensuplai arus yang tetap ke
sistem meskipun terjadi perubahan pada terminal tegangan seperti pada
Gambar 6.(b).

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 8


12 V

arus, waktu bertambah


0 I, t
(a)
10 mA

tegangan, waktu bertambah


0 V, t
(b)

Gambar 6. Karakteristik terminal (a) sumber tegangan dc


(b) sumber arus dc

5. AMMETER DAN VOLTMETER


Suatu hal yang sangat penting untuk mengukur arus dan
tegangan dari sistem kelistrikan adalah untuk mengecek kerja/operasi,
kesalahan rangkaian dan untuk mengamati kesalahan-kesalahan yang
tidak mungkin diprediksi secara teori. Ammeter digunakan untuk
mengukur arus dan voltmeter digunakan untuk mengukur beda potensial
antara dua titik. Arus biasanya dalam orde milliampere maka peralatan
disetting dalam milliammeter, jika arus dalam range mikroampere maka
peralatan disetting dalam mikroammeter, berlaku pula untuk voltmeter.
Pada industri-industri parameter tegangan lebih sering diukur daripada
parameter arus.

Beda potensial antara dua titik dapat diukur secara sederhana


dengan menghubungkan dua titik yang akan ditinjau seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 7. Untuk Ammeter dihubungkan seperti pada
Gambar 8. meter ditempatkan seri dengan rangkaian sedemikian rupa
sehingga muatan akan mengalir melalui meter. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuka lintasan dimana arus akan diukur dan menempatkan
meter antara dua terminal tersebut. Seperti pada Gambar 7. sumber
tegangan pada terminal positif dilepas dari sistem kemudian ammeter
disisipkan seperti pada gambar 8.

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 9


Gambar 7. Pengukuran tegangan

Gambar 8. Pengukuran arus

6. KAPASITOR DAN INDUKTOR


Kapasitor
Kapasitor adalah sebuah elemen yang terdiri dari dua terminal
dan dapat dimodelkan sebagai komponen yang terdiri atas dua plat yang
dipisahkan oleh material. Pada Gambar 9. terlihat bahwa muatan listrik
tersimpan pada plat dan area antara plat diisi dengan bahan dielektrik.
Nilai kapasitansi sebanding dengan konstanta dielektrik dan luas
permukaan dan berbanding terbalik dengan jarak antara plat, yang
dituliskan sebagai berikut :

A
C ................................................................................... (1)
d

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 10


dimana : C = kapasitansi
= konstanta dielektrik
A = luas permukaan plat
d = jarak antara plat

Tegangan pada kapasitor sebanding dengan muatan,

q = C V .... (2)

Gambar 9. Kapasitor terhubung ke sumber dc

Ketika pertama kali kapasitor dihubungkan ke sumber (lihat Gambar 9.)


arus mengalir dan pada saat itu pula muatan mengalir dari satu plat ke
plat yang lain, dengan demikian kita dapat nyatakan sebagai berikut :

dq dv
i C ......................................................................... (3)
dt dt

Persamaan (3) menyatakan hubungan tegangan dan arus dari suatu


kapasitor.

Contoh 1

Bila diketahui C = 1 mF, gambarkan bentuk sinyal arus bila diketahui


sinyal tegangan yang diterapkan pada kapasitor seperti pada Gambar 10.

Jawab

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 11


Gambar 10. Bentuk gelombang tegangan yang diterapkan pada C

Gambar 11. Bentuk gelombang arus contoh 1.

Y Y1 X X1

Y2 Y1 X2 X1

Waktu (t) v i = c dv/dt

t0 0 0

0<t1 10t 10-2

1<t2 20 - 10t -10-2

t>2 0 0

Sekarang kita perhatikan bila bentuk gelombang seperti pada


Gambar 12, dimana tegangan berubah dari nilai 0 menuju 1 pada interval
waktu t, diterapkan pada kapasitor maka akan diperoleh arus sebagai
berikut :

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 12


i=0 t<0
= C ( 1/t) 0 < t < t ..............................(4)
=0 t > t

Gambar 12. Bentuk gelombang tegangan

Berdasarkan persamaan (4) tampak bahwa, bila t turun maka arus akan
naik. Dengan demikian t tidak diizinkan turun menuju nol, apabila hal ini
terjadi maka akan diperoleh arus yang besarnya tak terhingga. Arus tak
terhingga adalah tidak mungkin, jadi dapat disimpulkan bahwa:

Tegangan pada kapasitor tidak dapat berubah seketika (t=0)

Bila persamaan (3) diintegral diperoleh :

t
1
v( t )
C i dt v(t
t0
0 ) .................................................................(5)

dimana v(t0) = q(t0)/C dan v(t0) = v(0), tegangan kapasitor pada waktu t=0.

Kapasitor yang sebenarnya mempunyai resistansi namun untuk


memudahkan pengaruh resistansi diabaikan. Bahan dielektrik juga tidak
seluruhnya isolator tetapi mempunyai konduktivitas, hal ini dinyatakan
dengan resistansi yang sangat tinggi paralel dengan kapasitor.

Berdasarkan Gambar 12 dapat dinyatakan bahwa bentuk


gelombang tegangan tidak dapat berubah seketika sebaliknya bentuk
gelombang arus dapat berubah seketika.

Energi Pada Kapasitor

Energi yang tersimpan pada kapasitor dapat diturunkan dari persamaan-


persamaan berikut :

t
dv
w(t ) v i dt dimana i C

dt

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 13


t v(t )
dv 1
w(t ) v C dt C v dv C v 2
t

dt 2 v ( )
v ( )

Karena v (-) = 0, maka

w(t) = C v2 Joule .................................................................(6)

Kapasitor adalah elemen peyimpan energi tetapi tidak dapat mendisipasi


energi. Misalnya sebuah kapasitor bernilai 100 mF dan tegangan yang
diterapkan padanya adalah 100 v maka energi yang tersimpan adalah
(0.1) (100)2 = 500 J maka, selama kapasitor tidak terhubung pada elemen
yang lain maka energi 500J tetap tersimpan. Jika kapasitor tersebut
dihubungkan ke terminal resistor maka arus akan mengalir ke resistor
hingga semua energi telah terdisipasi menjadi panas. Setelah semua
energi telah terdisipasi arus akan nol dan tegangan pada kapasitor juga
adalah nol.

Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa tegangan pada


kapasitor tidak dapat berubah seketika, dapat dituliskan sebagai berikut :

v(0+) = v(0-) ...............................................................................(7)

dimana waktu menuju t=0 disebut t=0- dan waktu segera setelah t=0
disebut t=0+ . Waktu antara t=0- dan t=0+ tak terhingga kecilnya.
Perhatikan Gambar 14, dimana pada Gambar 14.(a) menyatakan saklar
telah lama tertutup maka tegangan pada kapasitor adalah 10 volt. Pada
saat t=0 saklar terbuka (lihat Gambar 14(b)) maka sekarang tegangan
pada kapasitor juga adalah 10 volt karena vC(0+) = vC(0-) = 10 volt.

Gambar 14. Rangkaian (a) saklar tertutup (b) saklar terbuka

Contoh 2

Sebuah rangkaian seri R ,C dan saklar di suplai oleh sumber tegangan


100volt dan nilai C=10mF dimana kondisi saklar telah lama tertutup.

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 14


Tentukanlah tegangan dan energi yang tersimpan pada kapasitor setelah
saklar terbuka (t=0+).

Jawab :

v(0+) = v(0-) = 100 volt


w(t) = C v2 = (10-2) (100)2 = 50 J

Kapasitor Hubungan Seri dan Paralel

N buah kapasitor terhubung paralel ditunjukkan pada Gambar


15(a) dan rangkaian ekivalennya pada Gambar 15 (b).

Gambar 15.(a) N kapasitor terhubung paralel (b) rangkaian ekivalen

i i1 i 2 i3 . . . i N
dv dv dv dv
i C1 C2 C3 . . . CN
dt dt dt dt
dv .....................................(8)
i (C 1 C 2 C 3 . . . C N )
dt
N
dv
i C n
n 1 dt
Untuk rangkaian ekivalen seperti pada Gambar 16 (b), diperoleh
dv
i CP .................................................................................(9)
dt

Dari persamaan (8) dan persamaan (9) diperoleh :


N
C p C1 C 2 C 3 . . . C N C n ..........................................(10)
n 1
Kapasitansi ekivalen dari kapasitor yang terhubung paralel adalah
merupakan penjumlahan dari masing-masing kapasitor tersebut.

Sekarang marilah kita menentukan kapasitansi ekivalen dari


suatu kapasitor yang terhubung seri yang tampak pada Gambar 16 (a)
dan rangkaian ekivalennya pada Gambar 16 (b).

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 15


(a) (b)
Gambar 16. (a) N kapasitor terhubung seri (b) rangkaian ekivalen

v v1 v 2 v3 . . . v N
t
1
C n to
vn i dt v n (t 0 )

t t
1 1
v
C1 t 0
i dt v 1 (t 0 ) . . .
C N to
i dt v N (t 0 ) .............................(11)

1 1 1 t N
v ... i dt v n (t o )
C1 C 2 CN to n 1

N t N
1
v i dt v n (t o )
n 1 C n to n 1

N 1 t

v i dt v (t 0 ) ........................................................(12)
n 1 C n t0

Berdasarkan Gambar 16 (b) diperoleh,

t
1
v
CS i dt v (t
t0
0 ) ................................................................(13)

Dari persamaan (12) dan (13) diperoleh :


N
1 1
CS
C
n 1
........................................................................(14)
n

Untuk dua kapasitor terhubung seri, kapasitansi ekivalennya adalah :

C1 C 2
CS .........................................................................(15)
C1 C 2

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 16


6.2 Induktor
Sebuah penghantar dengan jumlah yang banyak dapat
membentuk suatu kumparan seperti pada Gambar 17. Jika kita gunakan
sumber arus is, akan diperoleh tegangan pada kumparan yang besarnya
sebanding dengan laju perubahan arus i = is. Hubungan ini dinyatakan
dalam persamaan :

di
vL ...............................................................................(16)
dt

dimana L adalah konstanta pembanding yang dinamakan induktansi.


Induktor adalah elemen yang mempunyai dua terminal yang terdiri dari N
penghantar.

Gambar 17. Kumparan yang terhubung dengan sumber arus

Bila arus mengalir pada suatu kumparan maka akan timbul energi
yang tersimpan dalam bentuk medan magnet. Arus konstan dalam
kumparan akan menghasilkan tegangan nol. Perubahan arus yang
seketika adalah tidak mungkin karena akan mengakibatkan timbulnya
tegangan yang tak terhingga besarnya, dengan demikian :

Arus pada induktif tidak dapat berubah seketika

Induktansi didefinisikan sebagai kemampuan suatu elemen


menyimpan energi dalam bentuk medan magnet.

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 17


Contoh 3

Tentukanlah grafik tegangan pada induktor bila arus mengalir seperti pada
Gambar 18.

Gambar 18. Bentuk gelombang arus

Jawab :

Waktu (t) i v = L di/dt

t0 0 0

0 < t < t1 10t/t1 1/t1

tt1 10 0

Gambar 19. Response tegangan untuk contoh 3

Untuk menentukan arus pada induktor dapat diperoleh dengan


menyederhanakan persamaan (16) dan mengintegralkan dari t 0 ke t.

v
di dt
L
t .................................................................(17)
1
i
L v dt i (t
t0
0 )

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 18


dimana i(t0) adalah penjumlahan arus dari t= ke t0 dan i ( )=0.

Contoh 4

Tentukanlah tegangan pada induktor bila L=0.1 H dan arus pada induktor
adalah :

i = 20 t. e -2t A untuk t>0 dan i(0) = 0

Jawab :

tegangan untuk t > 0 adalah :

di d
vL (0.1) (20 t . e 2t ) 2 e 2t (1 2t ) volt
dt dt

Pada Gambar 20. (a) diperlihatkan bentuk gelombang arus dan


Gambar 20 (b) bentuk gelombang tegangan dimana tegangan 2V ketika
t=0. Arus mencapai nilai maksimum dan tegangan =0 pada t=0.5 detik.

Gambar 20. Bentuk gelombang arus dan tegangan

Energi Pada Induktor


Daya pada induktor adalah :

di
p vi L i
dt
Energi yang tersimpan pada induktor dalam bentuk medan magnet adalah

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 19


t i(t )

w p dt L i di
t0 i(t0)

Integral terhadap arus antara i(t0) dan i(t), diperoleh

w
1 2
2
i(t )
1 1
i (t ) i ( to ) L i 2 (t ) L i 2 (to)
2 2

Biasanya, t0 = dan i ( )=0, maka

w = L i2 .(18)

Induktor Hubungan Seri dan Paralel

Induktor yang terhubung seri atau paralel dapat disederhanakan


menjadi sebuah rangkaian ekivalen. N buah induktor dihubungkan seri
seperti yang tampak pada Gambar 21(a). Tegangan pada hubungan seri
adalah :

v v1 v 2 . . . v N
di di di N
di .................................(19)
v L1 L2 . . . LN Ln
dt dt dt n 1 dt

Rangkaian ekivalen induktor yang terhubung seri terlihat pada Gambar 21


(b) dan dinyatakan sebagai

di
v Ls ...............................................................................(20)
dt

Dari persamaan (19) dan persamaan (20), diperoleh :


N
LS Ln ...............................................................................(21)
n 1

(a) (b)
Gambar 21. N buah induktor terhubung seri dan rangkaian ekivalen

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 20


Pada Gambar 22, tampak N buah induktor terhubung paralel beserta
rangkaian ekivalennya. Arus i adalah penjumlahan dari arus-arus dalam N
induktor.

N
i i
n 1
n

1 t
L n t 0
in v dt i n (t 0 )

Kita peroleh persamaan,

N N
1
i i
t
v dt n (t 0 ) .....................................................(22)
n 1 L n
t0
n 1

Induktor ekivalen Lp dinyatakan dalam persamaan :

1

t
i v dt i (t 0 ) ..............................................................(23)
Lp t0

Dari persamaan (22) dan persamaan (23) diperoleh :

N
1 1
LP
L
n 1
.............................................................................(24)
n

(a) (b)
Gambar 22. N buah induktor terhubung paralel dan rangkaian ekivalen

Rangkaian Listrik I by Zaenab Muslimin 21

Anda mungkin juga menyukai