Anda di halaman 1dari 46

BAB I

MEMBACA BESARAN UNIT

1. Besaran unit yang digunakan dalam industri elektronika.


a. Besaran
Yang dimaksud dengan besaran adalah sesuatu yang dapat diukur/ditentukan dan dapat
dinyatakan dengan angka. Panjang suatu benda merupakan besaran, karenanya dapat
ditentukan/diukur besarnya dengan angka. Misalkan panjang sebuah pensil 15cm, panjang
galah 8m dan sebagainya. Pada umumnya besaran yang dapat diukur memiliki satuan. Satuan
panjang misalnya meter, jengkal, depa, kaki, inchi dan lain-lainnya. Satuan waktu antara lain
tahun, bulan, hari, jam, menit, dan detik. Untuk mengurangi keaneka ragaman jenis satuan
diperlukan sistem satuan baku yang digunakan oleh seluruh belahan dunia
Besaran-besaran dalam fisika seperti massa, panjang, dan waktu dinyatakan dengan suatu
angka yang biasanya diikuti dengan suatu satuan. Sebagai contoh, massa suatu benda sama
dengan 4 kilogram (Kg), panjang meja 1.75 meter, selang waktu 30 menit, dan volume minyak 3
liter dan masih banyak lainya. Besaran-besaran seperti itu (tidak mempunyai arah) dinamakan
besaran scalar. Besaran jenis lain, yaitu besaran vektor, adalah besaran yang mempunyai baik
besar (angka) maupun arah. Misalnya, ketika kita menyatakaan sebuah mobil bergerak dengan
kecepatan 100km/jam, maka pasti kita akan bertanya kemana arah mobil tersebut bergerak.
Apakah bergerak 100km/jam kearah timur, sehingga besaran vector selalu dinyatakan dengan
besaran (angka) dan arah.

b. Besaran Pokok
Berdasarkan konferensi umum mengenai berat dan ukuran ke-14 tahun 1971, dan hasil-hasil
pertemuan sebelumnya, menetapkan tujuh besaran dasar. Ketujuh besaran ini ditunjukkan
dalam Tabel 1. dan merupakan dasar bagiSistem Satuan Internasional, biasanya disingkat SI
dari bahasa Perancis “Le Systeme International d’Unites”.
Tabel 1. Satuan Dasar Standar Internasional (SI Fundamental Units)

Besaran Simbol besaran Satuan Simbol Satuan

Panjang l meter m

Massa m kilogram kg

Waktu t detik s

Arus listrik I Ampere A


Suhu T Kelvin K

Intenstas Iv Candela cd
cahaya

2. Besaran Listrik

a. Tegangan Listrik

Dalam satu bentuk tenaga, maka secara terpisah terdapat muatan Positif dan Negatif. Muatan
yang terpisah itu akan tarik-menarik, Gaya tarik menarik antara kedua muatan itu dinamakan
tegangan listrik. Satuan teknik tegangan adalah volt (V). Ini diambil dari nama fisikawan Italia
abad ke-18 Alessandro Volta. Perbedaan potensial satu volt pada resistansi satu ohm ketika
satu ampere mengalir melewati resistansi tersebut.Tegangan listrik itu bergantung pada
tekanan elektron bebas yang diakibatkan oleh gerakan elektron tersebut.

Tegangan listrik itu terjadi apabila :

 Antara pasangan elektron yang rapat dan kurang rapat.

 Antara tempat yang mempunyai kerapatan elektron yang tinggi dan rendah

 Antara tempat yang kekurangan elektron dan yang kelebihan elektron

b. Arus Listrik
Listrik sebagai energi dapat dibangkitkan dari energi yang lain. Energi mekanik, energi kimia
dan energi panas dapat membangkitkan energi listrik. Listrik dapat mengalir melalui bahan
penghantar, tetapi tidak semua bahan dapat mengalirkan listrik. Bahan yang memiliki elektron
bebas didalamnya, seperti logam, dapat mengalirkan listrik tetapi kayu yang tidak memiliki
elektron bebas tidak dapat mengalirkan. Arus listrik memiliki satuan Amper dan juga sering
ditulis dengan Amp dengan simbol A, adalah satuan dasar arus listrik dalam Sistem Satuan
Internasional (SI). Ini diambil dari matematikawan dan fisikawan Prancis André- Marie Ampere
(1775-1836), yang dianggap sebagai bapak elektrodinamika. 1 Amper adalah kuat arus yang
dialirkan dalam 2 buah penghantar yang terletak paralel dengan jarak 1 meter menimbulkan
gaya 2x10-7
newton/m satu sama lain.
c. Resistan/Tahanan
Tahanan juga ada yang menyebut dengan perlawanan atau hambatan, merupakan bagian dari
rangkaian listrik yang mengubah energi listrik menjadi energi panas yang merupakan lawan dari
arus listrik. Resistan sering dianggap sebagai seperti lampu, pemanas dan resistor, meskipun
merupakan ciri khas setiap bagian sebuah rangkaian, termasuk kabel penghubung dan jalur
transmisi. Tahanan memiliki satuan Ohm dengan simbol Ω dinamai menurut fisikawan Jerman
Georg Simon Ohm. Pada Kongres Listrik Internasional (International Electrical Congress) di
Chicago pada tahun 1893 “reproducible ohm” to “international ohm” dengan definisi 1 Ohm
merupakan resistan dari air raksa dengan massa 14,4521 gram dalam tabung sepanjang 106,3
cm dengan penampang melintang yang seragam pada suhu 0⁰. Dengan massa seberat itu
membuat penampangnya sebesar 1mm2.

3. Besaran unit dan simbolnya dipergunakan di bidang elektronik.


Dalam penggunaanya, besaran dan satuan tidak selalu ditulis secara utuh tetapi dapat secara
simbol. Hal ini untuk mempermudah saat perhitungan-perhitungan, sehingga kalimat dalam
hitungan tidak terlalu panjang. Pada tabel berikut ditampilkan besaran dan satuan serta simbol-
simbolnya yang sering digunakan dalam bidang teknik elektronika.

Tabel 2. Besaran dan satuan dalam bidang elektronik


Besaran Simbol Satuan Simbol Satuan
Besaran
Kecepatan fluks B Tesla T
magnetik
Kapasitas listrik C Farad F
Kerapatan fluks listrik D Amper x detik x cemtimeter A * S * m-2
Kekuatan medan listrik E Volt per meter V/m
Frekuensi f Hertz Hz
Konduktivitas listrik G Siemens S
Kuat medan magnit H Amper per meter A/m
Arus listrik I Ampere A
Henry L Induktansi H
Daya P Watt W
Daya semu PS Volt-ampere VA
Daya reaktif Pq Var var
Muatan listrik Q Colomb C
Hambatan listrik R Ohm Ω
Tegangan listrik U Volt V
Kerja/Energi W Joule J
Reaktansi X Ohm Ω
Impedansi Z Ohm Ω

4. Awalan Satuan,

Dalam SI unit terdapat 20 awalan yang digunakan untuk membentuk kelipatan maupun
pembagian, berikut ini ditampilkan daftar 8 awalan satuan yang digunakan dalam bidang
elektronika.

Tabel 3. Awalan Satuan

Singkatan Awalan Arti Tertulis dengan Bilangan


angka sepuluh

T Tera Triliun 1..000.000.000.000 1012

g Giga Miliar 1.000.000.000 109

M Mega Juta 1.000.000 106

k kilo Ribu 1.000 103

m mili Seper seribu 0,001 10-3

μ mikro Seper sejuta 0,000001 10-6

n nano Seper miliar 0,000000001 10-9

p piko Seper triliun 0,000000000001 10-12

Sebagai catatan penting untuk “kilogram” merupakan satuan satu-satunya dalam SI-unit
dengan awalan sebagai bagian dari nama simbol (lihat Tabel 1).Karena beberapa awalan tidak
boleh digunakan, dalam kasus kilogram nama awalan dari Tabel 3 digunakan dengan nama unit
"gram" dan simbol awalan digunakan dengan simbol satuan "g". Dengan ini dikecualikan,
sedang awalan lainnya dapat digunakan dengan SI-unit, termasuk termasuk derajat Celsius dan
simbolnya °C.
Contoh : 10-6 kg=1mg (satu miligram), tapi bukan 10-6 kg=1μkg (satu mikrokilogram)
5. Konversi Besaran Unit dengan Nilai Ukur yang Tetap,
Secara kuantitas seringkali besaran sebuah unit nilainya sangat kecil, misalkan 0,001V, maka
hal ini akan lebih sederhana kalau ditulis 1mV. Atau sebuah pemancar radio memiliki frekuensi
pancar sebesar 1.000.000Hz maka akan lebih sederhana dituliskan 1MHz.
Contoh :
Sebuah rangkaian RC memiliki konstanta waktu () sebesar 0,000001s dan besarnya resistor R
1.000Ω, berapa besarnya kapasitansi kapasitor C ?
Penyelesaian :
Diketahui : = 0,000001S = 1μS
R = 1.000 Ω = 1kΩ
Ditanya : C =?
Jawab = R x C
C = / R= 0,000000001F = 1pF

6. Penguatan berdasar dB.


Desi bell bukanlah satuan seperti halnya volt atau amper atau yang lainnya, tetapi merupakan
nilai perbandingan. Pada angka dengan satuan dB (desi Bell) merupakan dua buah angka yang
dibandingkan. Ini pada dasarnya merupakan pernyataan matematis yang jika berdiri sendiri
tidak berarti. Maka dari itu harus ada penyelesaian.Nama satuan ini diambil dari nama fisikawan
Alexander Graham Bell untuk menghormatinya. Dengan desi Bell merupakan 1/10 dari satuan
Bell seperti halnya desi meter merupakan 1/10 meter.
1 Bell = 10 dB
1 meter = 10 desi meter
Pada propagasi (penyebaran) sinyal di udara dayanya akan terreduksi secara kuadratis
proporsional terhadap jaraknya. Dalam teknik radio (RF) berdasarkan hal ini maka yang
diperhitungkan adalah dayanya bukan tegangan. Maka daya akan dikonversikan dalam desi
Bell (dB).
Dalam perhitungan dengan menggunakan desi Bell akan menjadi sangat sederhana, dalam
punguatan maupun perlemahan akan digunakan penjumlahan (+) dan pengurangan (-). Jika
tidak dalam dB, maka perhitungan akan dalam perkalian dan pembagian.

tegangan tegangan
masukan keluaran
Ui =2V Uo = 100V
Penguat
Gambar1. Penggambaran penguatan.

Contoh 1 :
Sebuah penguat seperti pada gambar 1, memiliki penguatan (v) sebesar 50 kali, jika dihitung
dalam dB maka :
100
V =2 x log 2 x log50=3,4 B atau
2V
100
V =20 x log =20 x log50=34 dB
2V
a

Contoh 2 :

Sebuah penguat memiliki tiga buah blok penguat didalamnya seperti ditunjukkan dalam gambar
2. berikut :

V1 = 5x V2 = 0,5x V3 = 7x
Penguat 1 Penguat 1 Penguat 1

V1 = 14dB V2 = -6dB V3 = 16,9dB

Gambar 2. Penguatan dalam penguat bertingkat.

Berapakah penguatan keseluruhan dari penguat tersebut?

Penyelesaian :

1. Perhitungan dengan faktor penguatan

Vtotal = v1 x v2 x v3 = 5 x 0,5 x 7 = 17,5 x

2. Perhitungan dengan penguatan dalam dB

Vtotal = v1 + v2 + v3 = 14 + (-6) + 16,9 = 24,9dB


Gambar 3. Penguatan penguat bertingkat.

Satuan dB juga digunakan pada perlemahan, seperti pada gambar3 Function Generator
memiliki tombol perlemahan 3 buah, masing-masing 10dB 20dB dan 40dB. Besar perlemahan
bisa bervariasi mulai 10dB sampai 70dB. Semisal ditetapkan tegangan keluaran 10Vpp tombol
ATTENUATION OFF, saat diaktifkan seluruhnya, berarti tegangan keluaran akan diperlemah
sebesar :
10+20+40=70dB.

Gambar.4. Peredaman keluaran FG.

Sehingga besar tegangan keluarannya akan sebesar : Uo= 0,00316Vpp


Selain digunakan untuk penguatan elektronis juga digunakan untuk kuat suara akustik. Telinga
mulai mendengar pada tekanan bunyi 2x10-4µbar tekanan ambang dengar ini digunakan
sebagai referensi dan diberi tanda Po. Dengan P sebagai tekanan dengan satuan µbar. Jika
kita memiliki tekanan bunyi 2x10-4µbar, maka level bunyi L dalam dB akan sebesar :

Pada batas sakit, level bunyi besarnya 120dB, pada level ini besarnya tekanan bunyi akan
sama dengan :
Tabel 4. Penguatan macam-macam sumber bunyi

Jenis sumber bunyi Penguatan

Ambang dengar 0dB

Detak jarum lembut 20-30dB

Percakaan lembut 30-50dB

Sobekan kerta 40-60dB

Percakapan biasa 50-70dB

Suara normal manusia 40-75dB

Penghisap debu 45-75dB

Orkes kecil 20-80dB

Radio diruang kecil 40-85dB

Orkes besar 20-90dB

Sepeda motor 75-105dB

Klakson 90-105dB

Bengkel pebuat ketel 105-120dB

Pesawat terbang (3m) 110-130dB

Batas sakit 130dB

Daftar pada tabel 4 memperlihatkan penguatan macam-macam sumber bunyi dibandingkan


dengan ambang dengar dengan tekanan bunyi 2∙10-4 µbar.

BAB II

KOMPONEN PASIF

A. Resistor

Resistor dapat diibaratkan seperti batu-batuan di sungai atau sampah-sampah di kali atau
selokan yang mana dapat menahan atau mengurangi derasnya aliran air.
Pada rangkaian elektronika komponen resistor banyak digunakan sebagai :

 Pembatas atau penahan arus listrik

 Pembagi tegangan listrik

 Pengaman rangkaian terhadap beban lebih (overload)

 Bersama C menentukan time constan

Macam-macam Resistor

a. Resistor tetap (fixed resistor)

Nilai hambatan resistor dapat ditentukan berdasarkan membaca kode warna atau
membaca langsung nilai yang tertera.

Contoh :

Gambar 4. Macam-macam Resistor Tetap

Simbol resistor biasanya digambar dalam bentuk :

Gambar 5. Simbol Resistor

Menentukan nilai hambatan resistor berdasarkan kode warna standar manufaktur yang
dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association)dapat dipelajari pada tabel 5dan
6di bawah ini .
Tabel 5. Kode warna resistor memiliki 4 gelang warna

Tabel 6. Kode warna resistor memiliki 5 gelang warna

Contoh :
Gambar 6. Membaca Kode Warna Resistor 4 dan 5 Gelang Warna

b. Resistor variabel

Komponen ini banyak digunakan sebagai pengatur tegangan, arus dan frekuensi,
seperti pada rangkaian catu daya dan rangkaian tone control.

Perubahan nilai hambatan resistor variabel dilakukan dengan cara memutar atau
menggeser.

Resistor variabel dibedakan atas 2 jenis yaitu :

1) Potensiometer

Simbol potensiometer biasanya digambar dalam bentuk :

VR

Gambar 7. Simbol Potensiometer

2) Trimmer potensiometer (trimpot)

Simbol trimmer biasanya digambar dalam bentuk :


Gambar 8. Simbol Trimpot

Bentuk dari potensiometer dan trimpot :

Gambar 9. Bentuk komponen Variabel Resistor

c. Resistor non linear

Nilai hambatan komponen ini dipengaruhi oleh perubahan kondisi sekitar atau
perubahan nilai besaran listrik pada rangkaian.

Resistor non linear dibedakan atas :

1) LDR (Light Dependent Resistor)

Komponen ini disebut komponen peka cahaya karena nilai hambatannya berubah
akibat cahaya yang jatuh pada komponen tersebut. Besar kecilnya perubahan nilai
hambatan tergantung pada besar kecilnya intensitas cahaya. Komponen ini
digunakan sebagai sensor pada rangkaian kontrol elektronik.

Simbol dari LDR yaitu :


Bentuk komponen LDR :

Gambar 10. Simbol dan Bentuk Komponen LDR

2) NTC dan PTC

Komponen ini disebut sebagai komponen peka suhu. Besar kecilnya perubahan nilai
hambatan tergantung pada tinggi rendahnya suhu sekitar. Komponen ini digunakan
sebagai sensor pada rangkaian kontrol elektronik.

NTC (Negative Temperature Coefisien) nilai hambatannya mengecil bila temperatur


naik (berbanding terbalik). Sedangkan PTC (Positive Temperature Coefisien) nilai
hambatannya berubah sesuai perrubahan temperatur (berbanding lurus).

Simbol NTC dan PTC :

Gamabar 11. Simbol dan Bentuk Komponen NTC dan PTC

3) VDR

VDR (Voltage Dependent Resistor) nilai hambatannya dipengaruhi oleh terjadinya


perubahan tegangan pada rangkaian.
B. Kondensator

Kondensator merupakan komponen elektronika yang dapat menyimpan energi listrik dalam
jangka waktu tertentu. Penggunaan kondensator pada rangkaian elektronika dan peralatan
listrik digunakan sebagai :

 Kopling (penghubung), yaitu melewatkan arus bolak-balik dan menahan arus searah

 Filter (penyaring)

 Bersama L (induktor) atau R (resistor) menentukan frekuensi

 Mencegah/ menyerap percikan bunga api, seperti digunakan pada saklardan motor listrik.

Macam-macam kondensator

Kondensator dibedakan atas :

a. Kondensator bernilai tetap

Nilai kapasitas kondensator ditentukan berdasarkan label yang tertera atau mengolah
angka-angka yang tertera.

Berdasarkan nilai kapasitasnya kondensator bernilai tetap dibedakan atas :

1) Kondensator elektrolit (ELCO = Electrolit Condensator)

Kapasitas elco biasanya paling rendah 0,1 µF dan memiliki polaritas positip dab
negatip. Berarti pemasangannya tidak boleh terbalik terhadap polaritas tegangan
listrik.

Simbol Elco dalam gambar rangkaian elektonika dapat berupa :

Gambar 12. Simbol Kondensator Elektrolit

Kapasitas kondensator ditentukan dalam satuan Farad (F), mikro Farad (µF), nano Farad
(nF) dan piko Farad (pF), dimana :
1F = 106 µF
1F = 109 nF
1F = 1012 pF
1 µF = 103 nF
1 µF = 106 pF
1 nf = 103pF
2) Kondensator non elektrolit

Kondensator ini berkapasitas di bawah 0,1 µF dan tidak berpolaritas. Menentukan


nilai kapasitasnya dilakukan dengan 2 cara, yaitu : membaca langsung nilai yang
tertera dan mengolah nilai yang tertera.

Contoh :

0,01 µF 10 Pf 2n2

Gambar 13. Membaca Nilai dan Simbol Kondensator Non Elektrolit

b. Kondensator bernilai tidak tetap

Nilai kapasitas kondensator ini dapat diubah-ubah. Nilai kapasitas kondensator ini
biasanya dalam satuan piko Farad. Penggunaannya banyak digunakan pada rangkaian
yang bekerja pada frekuensi tinggi, seperti pada pemancar dan penerima radio.
Kondensator variabel dibedakan atas 2 jenis, yaitu :

1 ) Varco ( Variabel Condensator )

2 ) Trimmer Condensator

Gamabrar 14. Simbol Varco dan Trimmer Condensator


Gambar komponen kondensator :

Gambar 15. Bentuk Komponen ELCO dan Non ELCO

C. Induktor

Induktor adalah kumparan berupa lilitan kawat email, penggunaannyadalam rangkaian


elektonika dapat berbentuk kumparan inti udara, berinti ferit dan berinti besi. Induktor berinti
udara dan ferit biasanya digunakan pada rangkaian yang bekerja pada frekuensi tinggi
seperti pemancar radio dan penerima radio.

Kegunaan induktor adalah :

- sebagai kopling yaitu melewatkan dc dan menahan ac

- bersama kondenstor beresonansi menentukan frekuensi

- sebagai filter.

Satuan induktor adalah Henry disingkat H atau satuan lebih kecil mH dan uH.

Bentuk induktor dapat berupa :

1. Kumparan tunggal, ada berinti udara, berinti ferrit (garis putus-putus) dan juga berinti
besi(garis lurus)

2. Kumparan primer dan sekunder disebut transformator, juga ada berinti udara, ferrit
danbesi
Simbol induktor seperti gambar berikut :

Gamabar 16. Simbol Induktor

Bentuk komponen induktor seperti gambar berikut :

Gambar 17. Bentuk Komponen Induktor

D. Merancang Rangkaian Percobaan Resistor

Banyak ditemukan di sekolah-sekolah guru memberikan tugas praktek kepada peserta didik
dengan cara mengambil dari buku atau dari pikiran si guru dan menuliskannya di papan tulis.
Rangkaian yang diberikan tersebut apakah sudah dianalisis, layak diujicobakan atau tidak.

Seharusnya setiap rangkaian percobaan yang akan diberikan kepada peserta didik harus
dirancang dengan benar/ dianalisa dan diujicobakan. Hal ini bertujuan untuk menjaga
kerusakan alat ukur, komponen percobaan dan sumber tegangan (catu daya).

Hal-hal yang harus diperhatikan/ dipertimbangkan dalam merancang rangkaian adalah :

a. Kemampuan alat ukur(tegangan dan arus)

b. Kemampuan komponen (daya resistor)

c. Kemampuan catu daya ( ketersedian tegangan dan arus)


Untuk merancang dan menganalisa rangkaian percobaan resistor harus mengetahui
Hukum Ohm dan Kirchhoff.

Hukum Ohm

Hukum Ohm berbunyi, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir
melalui resistor tersebut sebagaimana dijelaskan pada diagram di bawah ini.

Gambar 18. Diagram Hukum Ohm

Hukum Kirchhoff

Hukum Kirchhoff pada rangkaian seri: selisih tegangan sumber dengan jumlah tegangan
jatuh pada masing-masing beban adalah 0.

Gambar 19. Rangkaian Seri Resistor


V sumber – (VR1 + VR2 + VR3) = 0

VR1 + VR2 + VR3 = VSumber

R Total =R1 + R2+ R2

I = VSumber /RTotal

VR1 = IT . R1

VR2 = IT . R2

VR3 = IT . R3

Hukum Kirchhoff pada rangkaian paralel: arus yang mengalir menuju suatu titik berbanding
lurus dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.

Gambar 20. Rangkaian Paralel Resistor

I Sumber - ( IR1 + iR2 + IR3 ) = 0

IR1 + IR2 + IR3 = I Sumber

VR1 = VR2 = VR3 = VSumber

1/RT = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3

IR1 = VS / R1

IR2 = VS / R2

IR1 = VS / R3
Menganalisa rangkaian seri-paralel resistor dilakukan secara bertahap

Gambar 21. Rangkaian Seri – Paralel Resistor

Langkah 1

Hitung R2 // R3

Rp = R2 // R3

Langkah 2

Rs = R1 + Rp

IT = Vs / Rs

VR1 = IT . R1

VR2 = VR3 = VS – VR1

IR2 = VR2 / R2

IR3 = VR3 / R 3

Contoh :

Gambar 22. Rangkaian Percobaan Resistor

Bila kita cermati gambar rangkaian di atas sebagai rangkaian percobaaan terlihat
informasinya belum lengkap maka timbul pertanyaan hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah tersedia catu daya 25 V dan berapa arus catu daya yang diperlukan,
maksudnya 25 V/....A atau 25 V/.... mA

2. Apakah tersedia komponen yang digunakan dan berapa daya resistor


yangharusdigunakan.

3. Apakah alat ukur yang tersedia mampu mengukur besar tegangan dan arus pada
rangkaian.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut rangkaian harus dianalisa sebagai berikut :

Rtotal = 10 Ω + 40 Ω

= 50 Ω

ITotal = V/R

= 25 V/50 Ω

= 0, 5 A = 500 mA

Hasil perhitungan terjawab pertanyaan 1 dan 3 yaitu :

- Arus yang mengalir pada rangkaian 500 mA maka arus catu daya yang digunakan harus
diatas 500 mA bila tidak catu daya akan panas dan rusak.

- Alat ukur arus listrik DC yang digunakan minimum batas ukurnya 500 mA.

Untuk menghitung daya resistor adalah sebagai berikut :

PR1 = I2..R1

= 0.25A . 10 Ω

= 2,5 Watt

PR2 = I2 . R2

= 0,25 A . 40 Ω

= 10 Watt

Hasil analisa, pertanyaan no 2 terjawab bahwa komponen resistor harus mengggunakan


daya yang besar yaitu lebih besar dari nilai di atas. Bila tidak komponen akan panas dan
terbakar.
Bila rangkaian di atas dirubah menjadi rangkaian paralel, coba dianalisa rangkaian secara
paralel

E. Rangkaian Percobaan Resistor

1. Rangkaian Percobaan Mengamati Fungsi Resistor sebagai Pembatas Arus

Gambar 23

2. Percobaan Rangkaian Seri Resistor

Gambar 24

3. Percobaan Rangkaian Paralel Resistor

Gambar 25
4. Percobaan Rangkaian Seri-Paralel Resistor

Gambar 26

5. Rangkaian Percobaan Mengamati Fungsi Resistor Variabel sebagai Pengatur Arus

Gambar 27

6. Rangkaian Percobaan Mengamati Fungsi Resistor Variabel sebagai Pembagi


Tegangan

Gambar 28

F. Merancang Rangkaian Percobaan Kondensator


Kondensator ada dua macam, yaitu kondensator elektrolit dan kondensator non elektrolit.
Kondensator non elektrolit juga dibedakan atas kondensator bernilai tetap dan kondensator
variabel.

Simbol Kondensator

Gambar. 29Simbol Kondensator Elektrolit dan Non Elektrolit

Penggunaan kondensator di dalam rangkaian elektronika dapat berupa :

 Sebagai penghubung (coupling)

 Sebagai filter (filter)

 Bersama L membentuk frekuensi

 Bersama R menentukan ketetapan waktu (time constan) R-C

 Penyerap bunga api, dll

Kondensator bersifat seperti saklar tertutup terhadap arus bola balik dan seperti saklar
terbuka terhadap arus searah.

Dalam perancangan rangkaian percobaan kondensator, yang harus diperhatikan adalah :

 Tegangan elco harus lebih tinggi dari tegangan sumber yang diberikan

 Kapasitas elco tergantung pada penggunaannya

 Pemasangan elco terhadap polaritas tegangan sumber tidak boleh salah/terbalik

G. Rangkaian Percobaan Kondensator

1. Rangkaian Pengisian dan Pengosongan Kondensator


Gambar 30
Percobaan ini memperlihatkan fungsi kondensator dapat menyimpan energi
listrik.Penerapannya pada lampu blitz kamera, pada lampu TL, rangkaian bel elektronik dan
lain-lain. Kondensator bersifat seperti saklar tertutup (on) terhadap arus bola balik dan
seperti saklar terbuka (off) terhadap arus searah.

2. Rangkaian Percobaan Mengamati Sifat Kondensator Terhadap Arus DC dan AC

Gambar 31

Percobaan ini memperlihatkan sifat kondensator terhadap arus bolak balik (AC) dan arus
searah (DC) dan frekuensi.

Bila kondensator dialiri arus listrik bolak balik maka kondensator terdapat hambatan listrik
yang disebut Reaktansi Kapasitif disingkat XC satuannya ohm.

XC = 1/2πfC

f = frekuensi (Hz); π = 3,14; C = Kapasitas kondensator ( farrad)

Penerapannya pada rangkaian penguat dimana kondensator sebagai kopling dan pada
rangkaian cross over untuk penghambat frekuensi rendah(digunakan elco)

3. Rangkaian Seri Kondensator


Gambar 32
4. Rangkaian Paralel Kondensator

Gambar 33

5. Rangkaian Seri Paralel Kondensator

Gambar 34
6. Rangkaian Konstan Waktu RC
Gambar 35

BAB III
KOMPONEN AKTIF

A. DIODA
1. Prinsip Kerja Dioda

Dalam berbagai rangkaian elektronika, dioda sering kita jumpai dengan jenis dan type
yang berbeda-beda, tergantung dari model dan tujuan penggunaan rangkaian tersebut.
Kata dioda berasal dari pendekatan kata yaitu dua elektroda yang mana di berarti dua,
mempunyai dua buah elektroda yaitu anoda dan katoda. Anoda digunakan untuk
polaritas positif dan katoda untuk polaritas negatip. Didalam dioda terdapat junction
(pertemuan) dimana daerah semikonduktor type-p dan semi konduktor type-n bertemu.

Dioda semikonduktor hanya dapat melewatkan arus pada satu arah saja, yaitu pada saat
dioda memperoleh catu arah maju (forward bias). Pada kondisi ini dioda dikatakan dalam
keadaan konduksi atau menghantar dan mempunyai tahanan dalam relative kecil.
Sedangkan bila dioda diberi catu arah terbalik (Reverse bias) maka dioda tidak bekerja
dan pada kondisi ini dioda mempunyai tahanan dalam yang tinggi sehingga arus sulit
mengalir. Dioda yang dipakai pada teknik elektronika pada umumnya digunakan untuk
menyearahkan arus listrik AC menjadi DC. Dioda dibentuk oleh bahan semikonduktor
type P dan type N yang digabungkan menjadi satu, sehingga akan membentuk susunan
seperti gambar 36 dibawah ini.

Gambar 36. Susunan dan simbol dioda semikonduktor


Dari gambar diatas daerah P disebut sebagai anoda dan N sebagai katoda. Bila anoda
diberi muatan positip dan katoda diberi muatan negatip, maka arus akan mengalir (lampu
menyala), sebaliknya jika anoda diberi muatan negatip dan katoda diberi muatan positip,
maka arus tidak mengalir. Arah gerakan arus yang mengalir ini dinamai arah gerak maju
atau forward direction dan sebaliknya dinamai arah gerak balik atau revers direction.

Gambar 37. Arus DC melalui dioda

Dioda dapat digunakan untuk menyearahkan arus AC menjadi arus DC. Dari kondisi
tersebut maka dioda hanya digunakan pada beberapa pemakaian saja antara lain
sebagai penyearah gelombang (rectifier), disamping kegunaan-kegunaan lainya
misalnya sebagai Klipper, Clamper , pengganda tegangan dan lain-lain.

2. Sifat-Sifat Dioda
a. Sifat-sifat Dioda Silikon :
1) Menghantar dengan tegangan maju kira-kira 0.6 Volt
2) Resistansi maju cukup kecil
3) Resistansi terbalik sangat tinggi, dapat mencapai beberapa Mega ohm
4) Arus maju maksimum yang dibolehkan cukup besar, sampai 1000 A
5) Tegangan terbalik maksimum yang dibolehkan cukup tinggi, dapat mencapai
1000 V
b. Sifat-sifat Dioda Germanium :
1) Menghantar dengan tegangan maju kira-kira 0,2 Volt
2) Perlawanan maju agak besar
3) Perlawanan terbalik kurang tinggi ( kurang dari 1 M ohm)
4) Arus maju maksimum yang dibolehkan kurang besar
5) Tegangan terbalik masimum yang dibolehkan kurang tinggi
3. Prinsip kerja LED

Bila dioda dibias forward, electron pita konduksi melewati junction dan jatuh ke dalam hole.
Pada saat elektron-elektron jatuh dari pita konduksi ke pita valensi, mereka memancarkan
energi. Pada LED energi dipancarkan sebagai cahaya, sedangkan pada dioda penyearah
energi ini keluar sebagai panas. Dengan menggunakan bahan dasar seperti gallium, arsen
dan phosfor pabrik dapat membuat LED memancarkan cahaya warna merah, kuning, dan
infra merah (tak kelihatan). LED berguna pada display peralatan, mesin hitung, jam digital
dan lain-lain. Sedangkan LED infra merah dapat digunakan dalam sistim tanda bahaya
pencuri dan lingkup lainnya yang membutuhkan cahaya tak kelihatan. Keuntungan LED
dibandingkan lampu pijar adalah umurnya panjang, tegangannya rendah dan saklar nyala
matinya cepat.

LED akan menyala jika diberi arus DC arah forward atau arus AC yang sesuai dengan
tegangan kerjanya (misal 3 volt). LED digunakan sebagai lampu indikator dan sebagai
display. Bentuk dan simbol dari dioda LED seperti gambar 38.

Gambar 38. Bentuk LED dan simbolnya

LED dibuat dari berbagai bahan semikonduktor campuran seperti galium arsenida fosfida
(GaAsP), galium fosfida (GaP) dan galium aluminium arsenida (GaAlAs). Kalau LED diberi
tegangan panjar (bias) arah maju, junctionnya akan mengeluarkan cahaya. Warna cahaya
bergantung kepada jenis dan kadar bahan junctionnya. Kecerahan cahaya berbanding
lurus dengan arus forward (arah maju) yang mengalirinya. Arus forward berkisar antara 10
mA–20 mA untuk kecerahan maksimum. Pada kondisi menghantar, tegangan maju pada
LED merah adalah 1,6 V s.d 2,2 V, pada LED kuning 2,4 V dan pada LED hijau 2,7 V.
Tegangan revers (terbalik) maksimum yang dibolehkan pada LED merah adalah 3 V, LED
kuning 5 V dan LED hijau 5 V. Keunggulan LED diantaranya adalah konsumsi arus yang
sangat kecil, awet (dapat bertahan sampai 50 tahun) dan kecil bentuknya (tidak makan
tempat). Kegunaan LED adalah untuk penampil digit, indikator pandang (sebagai
pengganti lampu pijar) dan sebagai acuan tegangan (1,5 V tiap LED). Keistimewaan lain
dari LED ialah umur tidak dipendekkan oleh peng-on-off-an yang terus menerus, tidak
memancarkan sinar infra merah (kecuali yang sengaja dibuat untuk itu). Cara memasang
LED pada sumber arus DC adalah seperti gambar dibawah ini.

Gambar 39. Cara merangkai LED

Dalam merangkai LED selalu diperlukan Resistor seri guna membatasi kuat arus.

4. Prinsip Kerja Dioda Zener

Dioda zener dikenal sebagai voltageregulation yang bekerja pada reversbias didaerah
breakdown. Gambar 40 memperlihatkan simbol dioda zener serta karakteristik reversbias
nya.

Gambar 40. Simbol dan karakteristik zener dioda

Tegangan zener Vz benar-benar konstan meskipun arus yang mengalir berubah-ubah


besarnya. Tetapi dalam kenyataannya tegangan zener akan berubah sedikit apabila arus
dioda Iz berubah. Hambatan arus bolak-balik dalam daerah zener disebut hambatan zener
(rz) = Vz/Iz. Jadi perubahan tegangan Vz akan dapat ditentukan dari Vz = Iz.rz
Skema dasar rangkaian stabilisasi tegangan dengan dioda zener adalah seperti terlihat
pada gambar 41.

Gambar 41. Stabilisasi tegangan dengan zener dioda

Apabila arus beban semakin besar, maka arus zener akan berkurang. Agar tegangan
output (pada beban) tetap stabil, maka pengurangan arus zener I z tidak boleh sampai
pada daerah lengkung yang kurang curam, karena pada daerah itu tegangan zener
dioda sudah tidak stabil lagi. Agar arus beban besar dan arus zener Iz tetap pada daerah
lengkung yang curam, serta tegangan output tetap stabil, maka dipasanglah Transistor
seperti gambar skema 42.

Gambar 42. Stabilisasi tegangan dengan zener dioda dan Transistor

Dilihat dari gambar 42 skema rangkaian stabilisasi tegangan sebenarnya berupa


rangkaian commondemitor. Resistor beban merupakan hambatan emitor. Tegangan
basis distabilkan oleh zener dioda dan arus beban sama dengan arus kolektor, maka
berlakulah IBasis= IBeban/hFE.
Contoh:

Jika arus beban = 1 amper dan Transistor mempunyai hFE=100. Hitunglah arus basisnya.

Penyelesaian:

IBasis= IBeban/hFE.

IBasis= 1/100.

IBasis= 0,01 amper

Dari gambar 42 terlihat bahwa tegangan basis = tegangan zener dioda, sedangkan
tegangan beban = VDZ – VBE. Karena tegangan VBE cukup kecil (= 0,6 V), maka tegangan
beban = tegangan zener dioda dan konstan.

Dioda zener dibuat untuk bekerja pada daerah breakdown dan menghasilkan tegangan
breakdown kira-kira dari 2 sampai 200 Volt. Dengan memberikan tegangan reverse
melampaui tegangan breakdown zener, piranti berlaku seperti sumber tegangan konstan.
Jika tegangan yang diberikan mencapai nilai breakdown, pembawa minoritas lapisan
pengosongan dipercepat hingga mencapai kecepatan yang cukup tinggi untuk
mengeluarkan electron dari orbit luar. Efek zener berbeda-beda, bila dioda di-dop
banyak maka lapisan pengosongan amat sempit. sehingga medan listrik pada lapisan
pengosongan sangat kuat.

Pada gambar 43 ditunjukkan kurva tegangan arus dioda zener. Pada dioda zener,
breakdown mempunyai knee yang sangat tajam, diikuti dengan kenaikan arus yang
hampir vertikal. Perhatikan bahwa tegangan kira-kira konstan sama dengan Vz pada
sebagian besar daerah breakdown.

-Vz IZT V

IZM
Gambar 43. Kurva Dioda Zener

Dissipasi daya dioda zener sama dengan perkalian tegangan dengan arusnya, yaitu:

P Z = V Z x IZ

Misalkan jika Vz=13.6 V dan Iz= 15mA, maka daya dissipasinya sebesar :

Pz = 13,6 x 0,015 = 0,204 W

Selama PZ kurang dari rating daya Pz maks dioda zener tidak akan rusak. Dioda zener
yang ada dipasaran mempunyai rating daya dari ¼ W sampai lebih dari 50 W. Lembar
data kerap kali menspesifikasikan arus maksimum dioda zener yang dapat ditangani
tanpa melampaui rating dayanya.

Penggunaan dioda Zener sangat luas, kedua setelah dioda penyearah. Dioda silikon ini
dioptimumkan bekerja pada daerah breakdown dan dioda zener adalah tulang punggung
regulator tegangan. Jika dioda zener bekerja dalam daerah breakdown, bertambahnya
tegangan sedikit akan menghasilkan pertambahan arus yang besar. Ini menandakan
bahwa dioda zener pempunyai inpedansi yang kecil.

Rangkaian regulator (stabilisasi) tegangan yang menerapkan dioda zener dirangkaikan


kepada pencatu daya seperti diperlihatkan pada gambar 44. Bagi pencatu daya maka
perlawanan Rs dan dioda zener adalah berderet lihat gambar B. Arus yang mengalir
lewat Rs kemudian terbagi, sebagian lewat Dz dan sebagian lain lewat beban Rb.
Dengan harga Rs yang tepat maka dioda akan secara sendirinya menyetel diri zener
pada tegangan (=tegangan jepit, Vj ) yang konstan. Jika arus beban naik maka arus
dioda Iz akan turun, demikian juga bila arus beban turun maka arus dioda akan naik
dengan otomatis. Tetapi meskipun arus dioda berubah-ubah namun tegangannya tetap
konstan besarnya
penyearah
-
+ stabilisator
Rs
I=I Iz DZ
+ IB DZ
IZ
IBVZ
ss RB
tegangan
+- DZRs IZ
DZ
IIBsVZ
s RB

B
A
Gambar 44. Stabilisasi dengan dioda zener

Dengan dipasangnya dioda zener kerut-kerut tegangan yang masih tersisa di output
pencatu daya akan ditindasnya sekali lagi. Oleh kondisi ini maka dioda pun dinamai pula
tapis elektronik atau tapis dinamik. Hal itu dapat terjadi sebab dioda mempunyai
perlawanan yang sangat kecil terhadap kerut tersebut, sehingga tegangan kerut itupun
terhubung singkat olehnya.

5. Prinsip Kerja Penyearah

Hampir semua peralatan elektronika menggunakan power suplay (catu daya arus
searah). Ada dua jenis penyearah yang menggunakan dioda yaitu penyearah setengah
gelombang dan penyearah gelombang penuh. Gambar 45 memperlihatkan rangkaian
penyearah setengah gelombang.

Gambar 45. Rangkaian penyearah setengah gelombang

Bila saklar S, ditutup pada belitan sekunder akan diinduksikan tegangan bolak-balik.
Pada saat t1 sampai t2 tegangan di titik A lebih positip dari B, sehingga pada setengah
perioda ini dioda akan dilewati arus I. Arus ini akan melewati tahanan R L, sehingga
antara titik C dan D terdapat tegangan sebanding dengan besarnya arus. Pada saat t 2–t3
ujung A negatip, dioda menerima tegangan revers, pada tahanan RL akan mengalir arus
revers, arus ini besarnya hanya beberapa mikroamper, oleh karena itu diabaikan,
sehingga pada ujung-ujung RL tidak ada tegangan. Rangkaian penyearah gelombang
penuh diperlihatkan pada gambar 46.
Gambar 46. Rangkaian penyearah gelombang penuh

Penyearah sistim jembatan ini memerlukan empat buah dioda. Transformator yang
digunakan tidak perlu mempunyai center tap.

Lihat gambar 47, suatu deretan dioda dan R kita berikan tegangan bolak-balik. Karena
tegangan yang diberikan pada input trafo bolak-balik maka pada suatu saat terminal A
adalah positip sedangkan terminal B adalah negatip. Dan pada saat berikutnya terminal
A menjadi negatip dan terminal B yang jadi positip dan seterusnya bergantian setiap
setengah perioda.

Vin AB+- (+)


(-) D RL VDC
VPV0out Harga
2 rata-rata
3 4 5 t

a. Skema Rangkaian b. Bentuk Gelombang Output Rangkaian

Gambar 47. Rangkaian penyearah ½ gelombang

Pada saat terminal A positip dioda mendapat tegangan maju maka mengalirlah arus, dan
pada saat terminal A negatip dioda mendapat tegangan terbalik dan tidak ada arus
mengalir. Dengan demikian pada dioda mengalirlah arus yang bentuknya dilukiskan
seperti gambar 47 b. Arus ini tidak lagi bolak balik melainkan searah tapi tidak rata
melainkan berdenyut-denyut, karenanya arus inipun dinamai arus searah denyut
(pulsating direct current). Arus denyut inipun membangkitkan tegangan pada R dan
bentuk tegangan pada R adalah belahan positip dari pada bentuk arus bolak balik yang
dimasukkan deretan dioda dan R. Tujuan dari rangkaian penyearah adalah untuk
memperoleh arus searah dari sumber arus bolak balik, dan kemampuan
menyearahkannya dapat dilihat dengan menghitung besarnya komponen arus searah
atau harga rata-rata pulsa searahnya, yaitu:

Im
IDC =

Besarnya Im adalah: Im = 1 √ 2 = 1,414 I sehingga:

IDC= 1,414 I = 0,45 I

sedangkan tegangan searahnya adalah harga rata-rata dari setengah gelombang sinus
yang positip sehingga: EDC = Em = 0,318 Em

Perioda dari sinyal output adalah sama dengan perioda sinyal input. Setiap siklus input
menghasilkan satu siklus output. Inilah sebabnya mengapa frekuensi output dari
penyearah setengah gelombang sama dengan frekuensi input

fout = fin

b. Penyearah gelombang penuh dengan 2 buah dioda

Untuk memperoleh perataan yang lebih sempurna, maka dipakai dua buah dioda
sebagai penyearah rangkap. Guna memahami apakah yang diperoleh dari dua dioda,
mari terlebih dulu kita pelajari rangkaian di Gambar 48.

A+ Vout
D1
A- Vm
CT Harga rata-rata
RL
Vin B+ Im
Vm
B- D2
IDC
0  2 3 4

(A) (B)

Gambar 48. Rangkaian penyearah gelombang penuh


Dari rangkaian penyearah ½ gelombang telah kita ketahui bahwa beban hanya dilalui
arus selama setengah perioda. Sehingga untuk mendapatkan arus selama satu perioda
secara penuh dilakukan dengan menambah satu dioda lagi, dengan tujuan
menyearahkan setengah gelombang lainnya seperti yang diperlihatkan pada gambar 48.
Besarnya harga rata-rata pulsa arus yang melalui beban adalah dua kali harga rata-rata
penyearah setengah gelombang yaitu:

IDC = 2 Im

Sedangkan harga rata-rata tegangan searahnya adalah:


EDC = 2 Em = 0,645 Em

c. Penyearah gelombang penuh Sistim Jembatan

Rangkaian penyearah sistim jembatan ini adalah rangkaian penyearah gelombang penuh
tetapi tidak menggunakan center tap pada trafonya. Perhatikan gambar 49.

A+
A
B -+ D4
D3 AD2
D1 Im V0out Harga2rata-rata
B 3 4
RL

Gambar 49. Rangkaian penyearah gelombang Penuh sistim Jembatan

Pada saat A positif sementara B negatif, maka jalannya arus setengah siklus perioda
pertama adalah dari titik A+ melalui D1, RL D3 dan kembali ke sumber. Dalam gambar
ditunjukkan dengan tanda panah warna merah. Selanjutnya setengah siklus perioda
berikutnya adalah titik B menjadi positif dan titik A jadi negative, sehingga jalannya arus
adalah dari titik B+ menuju D2, RL ,D4 dan kembali ke sumber. Demikian seterusnya
untuk proses berikutnya kembali lagi titik A jadi positif dan titik B negative demikian
seterusnya setiap setengah perioda, dan gelombang outputnya seperti ditunjukkan pada
gambar 49 B.

B. Transistor
1. Pengertian Transistor
Menurut Wikipedia Indonesia (2013) “Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai
sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi
tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya” . sedangkan apabila ditinjau dari
segi bahasa transistor berasal dari dua kata yang memiliki arti berbeda yaitu “transfer”
yang berarti penyaluran atau pemindahan dan “resistor” yang berarti penghambat.
Sedangkan transistor menurut dasarelektronika.com (2013) adalah “∙∙∙suatu pemindahan
atau peralihan bahan setengah penghantar menjadi penghantar pada suhu atau keadaan
tertentu”. Jadi bisa dikatakan transistor adalah alat semi konduktor yang berguna untuk
penguat, penyambung, stabilisasi modulasi sinyal dan lain-lain pada suhu atau keadaan
tertentu.
Transistor terdiri dari dua macam dioda, dan banyak dibuat dari bahan-bahan seperti
germanium, silikon dan garnium arsenide. Menurut Fajar (2010) “kemasan dari transistor
itu sendiri biasanya terbuat dari Plastik, Metal, Surface Mount, dan ada juga beberapa
transistor yang dikemas dalam satu wadah yang disebut IC (Intregeted Circuit)”. Di
kehidupan nyata transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di
satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern.
Pada rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian
analog dapat berupa pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio.
Pada rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi dan
beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai
logic gate, dan memori.
Gambar 50 Transistor

2. Jenis-jenis Transistor
Sama halnya dengan komponen elektronika yang lain, transistor juga memiliki jenis yang
berbeda-beda. Menurut Fathi (2011) “Jenis-Jenis Transistor yang paling umum
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Transistor Bipolar dan Transistor Efek Medan”. Jenis
transistor tersebut sangat mempengaruhi rangkaian yang terdapat transistor tersebut,
beberapa rangkaian yang sangat dipengaruhi oleh jenis transistor yang digunakan atau
dipasang adalah rangkaian amplifier, rangkaian audio, rangkaian saklar , rangkaian
tegangan tinggi dan lain-lain.
           
            a. Transistor Bipolar (Transistor Dwikutub)
Transistor jenis ini banyak sekali digunakan pada peralatan-peralatan elektronik di
sekitar. Transistor ini memiliki 3 kaki yang berbeda-beda kaki pertama diberi nama Basis
atau biasanya dengan kode (B), kaki Emitor atau (E), dan kaki Kolektor (K).

                          Gambar 51. Transistor


Transistor bipolar ini terdiri dari dua jenis apabila di tinjau dari jenis susunan lapisan
yang ada di dalam transistor tersebut.

 Transistor Jenis PNP


Transistor jenis ini terdiri dari dua lapis bahan semi konduktor jenis P dan satu lapis
bahan konduktor jenis N. Menurut Wikipedia Inonesia (2013) “ Arus kecil yang
meninggalkan basis pada moda tunggal emitor dikuatkan pada keluaran kolektor”.
Dengan kata lain transistor jenis PNP akan hidup atau bekerja saat Basis lebih rendah
dari pada Emitor. Lambang transistor ini memiliki tanda panah yang menunjuk ke dalam
pada kaki Emitor (E).

           Gambar 52 Transistor PNP

  Transistor Jenis NPN


Transistor NPN terdiri dari dua lapis bahan semi konduktor jenis N, dan satu lapis
bahan semi konduktor jenis P. Transistor jenis ini banyak digunakan karena
pergerakan elektron pada bahan semi konduktor lebih tinggi sehingga memungkinkan
operasi arus besar dan kecepatan tinggi. Cara kerja transistor ini berlawanan dengan
transistor jenis PNP, atau dengan kata lain transistor jenis NPN akan bekerja saat
Basis lebih tinggi daripada Emitor. Lambang transistor ini memiliki tanda panah yang
menunjuk ke luar pada kaki Emitor.
                       Gambar 53 Transistor NPN dan Kakinya

b.  Transistor Efek Medan (Transistor FET)


Transistor jenis ini bekerja dengan prinsip mengalirkan aliran elektron dari tegangan.
Menurut komponenelektronika.org (2012) “ FET beroperasi dengan efek medan listrik
pada aliran elektron melalui satu jenis bahan semikonduktor”. Sama dengan transistor
bipolar, transistor efek medan ini memiliki 3 kaki yang diberi nama Drain (D), Source (S)
dan Gate (G). Sistem kerja dari transistor ini adalah dengan cara mengendalikan arus
aliran elektron dari terminal Source ke Drain melalui saluran dengan menggunakan
tegangan yang diberikan oleh terminal Gate. Saluran tersebut terbuat dari bahan
semikonduktor jenis N dan P.
Transistor FET ini memiliki 2 jenis yaitu Enhancement Mode dan Depletion Mode. Kedua
jenis transistor FET tersebut menandakan polaritas tegangan pada Gate dibandingkan
dengan Source saat transistor menghantarkan listrik. Contoh pada depletion mode Gate
negatif dibandingkan dengan Source, sedangkan pada enhancement mode Gate positif.
Apabila tegangan pada Gate di rubah menjadi positif maka aliran arus kedua mode di
antara Source dan Drain akan meningkat.

        Gambar 54. Transistor Efek Medan (FET)

3. Fungsi Transistor
Transistor memiliki beberapa fungsi di antaranya adalah :
ü Amplifier : Penguat
ü Mixer       : Mencampur Frekuensi
ü Rectifier   : Penyearah
ü Switcher   : Penghubung (saklar)
ü Oscilater   : Pembangkit getaran
Contoh Rangkaian Elektronik Menggunakan Transistor

        Gambar 55. transistor Sebagai Gerbang NOT

       Gambar 56. Transistor Sebagai Gerbang AND


                                             Gambar 57 Transistor Sebagai Gerbang OR
                                                                

           Gambar 58 Transistor Sebagai Oscilator

4. Menentukan Kaki dan Jenis Transistor


Untuk menentukan jenis transistor dan ketiga kakinya maka dapat menggunakan dua
cara, yang pertama dengan melihat pada datasheetnya. Sedangkan yang kedua dengan
melakukan pengukuran/ tes kondisi menggunakan AVOmeter/ multitester. Pada
kesempatan kali ini kami akan menjelaskan cara kedua yaitu dengan melakukan tes
kondisi menggunakan multitester, yaitu:
  Menentukan Kaki Basis, Sekaligus Menentukan Jenis Transistor. 
Untuk menentukan kaki basis kita harus tau karakter kaki basis ini, yaitu yang
dimiliki pada jenis PNP. Pada tahap ini kita harus memisalkan kaki-kaki transistor
tersebut dengan nama lain, sebagai contoh kaki 1, kaki 2, dan kaki 3. Kemudian atur
multitester ke Ohm meter x10 atau x10 0 kemudian kita cari kaki basis dengan:
Hubungkan probe merah ke salah satu kaki, misal kaki 1 kemudian probe hitam
dihubungkan ke kedua kaki yang lain, apabila multitester memberikan nilai ukur
resistansi yang rendah (jarum bergerak lebar) pada keduanya maka kaki 1 adalah
kaki basis untuk transistor PN P. Dan N PN apabila probe pada posisi kaki 1
adalah probe hitam dengan hasil ukur seperti sebelumnya. Jika hanya pada satu
kaki 2 atau 3 saja yang bergerak kemungkinan basis-nya 2 atau 3. Ulangi lagi,
carilah konfigurasi sampai diketemukan jarum multitester bergerak semua. Pastikan
basis sudah ketemu dan jenis transistor NPN atau PNP:

Gambar 59 Menentukan Basis dan Jenis Transistor

NPN : Kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor probe merah maka jarum
bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor
probe hitam jarum tidak bergerak.
PNP: Kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor probe hitam maka jarum
bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor
probe merah jarum tidak bergerak.
  Menentukan Kaki Kolektor dan Emitor. 
Kaki basis sudah ditentukan kemudian kita dapat menetukan kaki kolektor dan
emitor dengan konsep transistor sebagai saklar. Untuk menetukan kaki kolektor dan
emitor setting multmeter di pindah ke Ohm meter x10 KOhm , Kemudian lakukan
teknik berikut.
Misalnya transistor N PN . Hubungkan probe hitam pada salah satu kaki selain basis
dengan cara menempelkan probe bersama jari tangan kita (probe dan kaki transistor
dipegang jadi satu).
Hubungkan probe merah pada kaki yang lain (juga selain basis) dan jangan disentuh
dengan jari tangan.
Sentuh kaki basis dengan jari tangan (dengan tujuan memberikan bias pada kaki
tersebut mengingat tubuh kita juga memiliki energi listrik potensial). Jika jarum
multitester tidak bergerak, balik posisinya ke kaki yang lain. Sentuh kembali kaki
basis dengan jari tangan. Jika jarum meter bergerak cukup lebar maka bisa
dipastikan kaki yang dipegang bersama probe hitam adalah kolektor, kaki yang lain
(probe merah) adalah emitor.
Untuk transistor PNP caranya sama cuma posisi probe merah dan probe
hitam dibalik.

    Gambar 60. Menentukan Kolektor dan Emitor

Untuk kaki emitor pada kemasan tertentu biasanya ditandai sirip pada kemasan
transistor. Kemudian tanda untuk kaki kolektor adalah huruf c, tanda titik bulat, titik
kotak atau titik segitiga yang berada di kemasan transistor.

Anda mungkin juga menyukai