Anda di halaman 1dari 3

Era Multidisrupsi dan Kondisi Industri Lapangan Kerja

Era Multidisrupsi secara harafiah memiliki arti sebagai perubahan dalam skala besar
yang disebabkan oleh adanya inovasi yang mengubah tatanan dan sistem yang ada sebelumnya
menuju taraf dan kondisi yang baru (Yogantara, 2021). Era Multidisrupsi memiliki kaitan yang
erat dengan perkembangan teknologi yang diproyeksikan dalam sembilan pilar yang
menunjukan ciri dari era disrupsi itu sendiri, meliputi 1) Analisis Big Data, 2) Robot Otonom,
3) Teknologi Simulasi, 4) Integrasi Sistem Horisontal dan Vertikal, 5) Industri
Berbasis Internet of Things (IoT), 6) Keamanan Siber, 7) Teknologi Informasi berbasis Cloud,
8) Manufaktur Aditif, 9) Teknologi Augmented Reality. Era Multidisrupsi teknologi
berdampak pada kondisi bisnis dan industri.

Pada dunia bisnis dan industri, disrupsi disebutkan dengan istilah Industri 4.0 dengan
kegiatan bisnis dan industri semakin berkembang linear dengan perkembangan sains dan
teknologi. Dengan adanya disrupsi industri ini, menyebabkan pergeseran kebutuhan industri
pada kebutuhan inovasi sains dan teknologi (ANNISA APRILIA, 2022). Dari hal tersebut,
bisnis dan industri pada era disrupsi mengalami perubahan kondisi yang hampir menyeluruh,
penggunaan teknologi dan mesin merupakan penyesuaian atas tuntutan keberlanjutan bisnis di
Era Multidisrupsi.

Perubahan dan disrupsi yang timbul pada bisnis dan industri menyebabkan efek domino
pada dunia kerja. Aktifitas bisnis yang dipengaruhi oleh otomatisasi, teknologi, dan digitalisasi
mendorong efek pada ketersediaan lapangan pekerjaan (Arbar, 2019). Perubahan yang ada
turut mempengaruhi kondisi lapangan kerja yang berpotensi berkurang. Seperti yang telah
diproyeksikan oleh McKinsey, 60% dari semua pekerjaan memiliki 30% potensi otomatisasi,
yang berpengaruh pada kondisi ketersediaan lapangan kerja yaitu setidaknya 400 sampai 800
juta orang di dunia diproyeksikan akan kehilangan kesempatan dan posisi kerja disebabkan
oleh dampak disrupsi, yaitu inovasi dan pengembangan robot dan Artificial Intelligence (AI)
yang dapat menggantikan posisi manusia dalam pekerjaan (Zeebroeck, 2017). Kemudian
secara nasional, kondisi lapangan pekerjaan diproyeksikan oleh tingkat pengangguran dalam
kurun waktu 1 Tahun terakhir (2022), menurut data Badan Pusat statistik (BPS),
jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,4 juta orang pada Agustus 2022, porsinya
5,86% dari total angkatan kerja nasional (Javier, 2022).

Dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi era multidisrupsi saat ini, menimbulkan
disrupsi di dunia bisnis dan industri yang berdampak pada kondisi lapangan kerja. Pergeseran
fungsi manusia menuju teknologi disebabkan adanya tuntutan kebutuhan bisnis dan industri
yang cepat dan dinamis. Kedinamisan dunia bisnis dan industri membutuhkan otomatisasi
mesin dan teknologi yang mendukung efektifitas dan efisiensi kinerja bisnis dan industri.
Perubahan kebutuhan pada teknologi dan otomatisasi mesin menggeser kebutuhan terhadap
fungsi manusia yang berdampak pada kondisi lapangan kerja yang menyempit hingga
berpotensi menambah potensi kurangnya ketersediaan lapangan kerja.

Kata Kunci: Era Multidisrupsi, Teknologi, Lapangan Kerja, Bisnis, dan Industri
References
ANNISA APRILIA, S. (2022). PELUANG DAN TANTANGAN: (BISNIS DI ERA DISRUPSI . Jurnal Eduscience.

Arbar, T. F. (2019). Revolusi Industri 4.0, Banyak Pekerjaan Manusia akan Punah? Berita Tech.

Dr. Abdul Rozak, M. (2021). Tahapan Langkah Dalam Era Disrupsi.

Javier, F. (2022). Tingkat Pengangguran Terbuka Agustus 2022 5,86 Persen. Tempo.co.

Yogantara, F. (2021). Benturan Era Disrupsi pada Sistem Birokrasi. Kanwil DJKN Kalimantan Barat.

Zeebroeck, J. B. (2017). Jacques Bughin and Nicolas van Zeebroeck. MIT Sloan Management Review.

Anda mungkin juga menyukai