PENDAHULUAN
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera adalah
syok. Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai tidak kuatnya
(Hardisman, 2013).
secara akut (syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab
diseluruh dunia. Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok
1
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik (PGK) atau
yang sering disebut juga dengan gagal ginjal kronis (GGK) adalah kerusakan
pada ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk
sisa dari darah, dengan ditandai adanya protein dalam urin serta penurunan laju
filtrasi glomerulus yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan (Black & Hawks,
2009). Sebanyak 10% dari populasi dunia terkena PGK, dan jutaan diantaranya
meninggal setiap tahun karena pengobatan yang tidak terjangkau (World Kidney
Day, 2015).
dimana kadar kalium dalam darah < 3,5 mEq/L dapat digunakan sebagai
prediktor mortalitas yang kuat (Bielecka, et al., 2012). Kalium merupakan kation
sistem renin-angiotensin), terapi obat gagal jantung yaitu diuretik dan digoxin
bila diberikan kombinasi diuretik loop dan digoksin (Bielecka, et al., 2012).
oleh karena itu kami mengangkat kasus ini untuk mendapatkan gambaran
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
adalah kerusakan ginjal atau penurunan fungsi ginjal kurang dari 60% ginjal
ginjal untuk membuang toksin dan produk sisa dari darah serta tidak dapat
albuminuria (>30 mg albumin urin per garam dari kreatinin urin), Glomerular
2.1.2 Etiologi
a. Glomerulonefritis
3
2.1.3 Klasifikasi
Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus (Black & Hawks, 2005; Levin et
al., 2008):
(140−Umur)x Berat Badan (Kg)
Clearance creatinin (ml/ menit) =
72 x creatinin serum
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
4
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin-
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
ammonia.
5
glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
Menurut (Black & Haks, 2005) manifestasi Klinis Pada pasien dengan
CKD terdapat manifestasi klinis yang bervariasi dan pasien juga memiliki
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
6
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikia nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah
2.1.6 Diagnosis
1) Gambaran Klinis
7
koma. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
2) Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan GFR dan kadar kreatinin serum penting pada pasien PGK
untuk menilai fungsi ginjal. Kadar elektrolit seperti sodium, potassium klorida dan
asidosis metabolik.
3) Gambaran Radiologis
polos, USG, Pielografi dan renografi. Foto polos abdomen, bisa tampak batu
mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista,
Algorithma pengobatan hipertensi pada pasien CKD dapat dilihat pada alur
8
Tabel 10. Algorithma Hipertensi pada Pasien CKD
Gambar 10. Algorithma Hipertensi pada Pasien CKD (Dipiro et al., 2005)
9
Tabel 11. Alogaritma Pengobatan Penyakit Ginjal Diabetik (Dabetik Ckd)
10
Tabel 12. Alogaritma pengobatan nondiabetik
Terapi konservatil
11
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya laal
status gizi.
c. Kebutuhan cairan Bila ureum serum > '150 mg% kebutuhan cairan harus
disease).
Terapi simptomatik
a. Asidosis metabolilk
diberikan intavena bila pH < 7,35 atau serum bikarbonat < 20 mEq/l.
b. Anemia Transfusi rlarah misalnya Paked Red Cel/ (PRC) merupakan salah
12
satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian
mendadak.
anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat
keluhan kulit.
e. Kelainan neuromuscular
paratiroidektomi.
yaitu pada LFG kurang dari 15 mTmenit. Terapi tersebut dapat berupa
13
2.2 Syok Hipovolemik
2.2.1. Definisi
(Greenberg, 2005).
2.2.2 Etiologi
dapat disebabkan oleh hilangnya darah, plasma atau cairan dan elektrolit
antara lain:
1. Kehilangan darah
c. Perdarahan gastrointestinal
d. Trauma
2. Kehilangan plasma
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom Dumping
14
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
e. Diabetes insipidus
f. Insufisiensi adrenal
2.2.3 Patofisiologi
tubuh yang berupa vasokonstriksi di kulit, otot, dan sirkulasi viseral untuk
menjaga aliran darah yang cukup ke ginjal, jantung, dan otak. Respon terhadap
peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga cardiac output. Dalam
banyak kasus, takikardi adalah tanda syok paling awal yang dapat diukur
perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan menurunkan
tekanan nadi tetapi hanya sedikit meningkatkan perfusi organ. Hormon- hormon
15
sistem vena yang tidak berperan dalam pengaturan tekanan vena sistemik.
Namun kompensasi mekanisme ini terbatas. Metode yang paling efektif dalam
Trauma, 2008).
Pada tingkat selular, sel-sel dengan perfusi dan oksigenasi yang tidak
metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada tahap awal, terjadi
intraseluler lainnya. Natrium dan air masuk ke dalam sel dan terjadilah
pembengkakan sel. Penumpukan kalium intraseluler juga terjadi. Bila proses ini
tidak membaik, maka akan terjadi kerusakan seluler yang progresif, penambahan
16
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat non-
perdarahan serta perdarahan adalah sama meskipun ada sedikit perbedaan dalam
Gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika kekurangan
darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada saat ini masih dapat
dikompensasi oleh tubuh. Bila perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak
dan nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan turgor
(Hardisman, 2013).
Pasien hamil bisa saja menunjukkan tanda dan gejala syok hipovolemik
yang atipikal hingga kehilangan 1500 ml darah tanpa terjadi perubahan tekanan
kehilangan volume dan kecepatan kehilangan volume, tetapi juga usia dan status
dan berat. Pada syok ringan, yaitu kehilangan volume darah 20%, vasokonstriksi
dimulai dan distribusi aliran darah mulai terhambat. Pada syok sedang, yaitu
seperti ginjal, limpa, dan pankreas. Pada syok berat, dengan kehilangan volume
darah lebih dari 40%, terjadi penurunan perfusi ke otak dan jantung (Kelley,
2005).
17
Tabel 13. Gejala Klinis Syok Hipovolemik
bertahap atau malah sangat cepat, terutama pada pasien lanjut dan yang memiliki
2.2.5 Diagnosa
(Leksana, 2015).
frekuensi nadi, tekanan darah, pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung-
18
dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau stadium:
demikian, pada tahap awal tekanan darah sistolik dapat dipertahankan. Namun
kompensasi yang terjadi tidak banyak pada pembuluh perifer sehingga terjadi
penurunan diastolik dan penurunan tekanan nadi. Oleh sebab itu, pemeriksaan
klinis yang seksama sangat penting dilakukan karena pemeriksaan yang hanya
berdasarkan pada perubahan tekanan darah sistolik dan frekuensi nadi dapat
(Harisman, 2013).
tergantung pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik dan stabilitas dari
19
ditemukan pada keadaan syok hipovolemik, antara lain (Schub dan March,
2014):
disfungsi ginjal.
Produksi urin, mungkin <400 ml/hari atau tidak ada sama sekali.
gastrointestinal.
2.2.6 Komplikasi
20
2.2.7 Penatalaksanaan
yaitu pada airway dan breathing, pastikan jalan napas paten dengan ventilasi dan
mempertahankan saturasi oksigen di atas 95%. Pada circulation, hal utama yang
21
intravena, dan nilai perfusi jaringan (American College of Surgeons Committee
on Trauma, 2008).
besar (minimal nomor 16) pada vena perifer. Lokasi terbaik untuk intravena
perifer pada orang dewasa adalah vena di lengan bawah atau kubiti. Namun, bila
pemeriksaan laboratorium yang sesuai, dan tes kehamilan pada semua wanita
cairan. Tujuan resusitasi cairan adalah untuk mengganti volume darah yang
hilang dan mengembalikan perfusi organ (Kelley, 2005). Tahap awal terapi
liter untuk dewasa. Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan isotonik NaCl
0,9% atau Ringer Laktat. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan
Jumlah darah dan cairan yang diperlukan untuk resusitasi sulit diprediksi
dalam evaluasi awal pasien. Namun, Tabel 2.2 dapat menjadi panduan untuk
penting untuk menilai respon pasien terhadap resusitasi cairan dengan adanya
bukti perfusi dan oksigenasi yang adekuat, yaitu produksi urin, tingkat
kesadaran, dan perfusi perifer serta kembalinya tekanan darah yang normal
22
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
sampai di IGD dengan derajat syok yang berat dan golongan darah spesifik tidak
darah spesifik biasanya dapat tersedia dalam waktu 10-15 menit (Kelley, 2005)
2.3 Hipokalemia
makanan, kehilangan kalium melalui gangguan saluran cerna atau kulit, atau
atau didapat. PPH didapat bisa ditemui pada keadaan tirotoksikosis, disebut
23
familial, PPHF) merupakan kelainan yang diturunkan secara autosomal
rangka. Kelainan ini dapat mengenai semua ras, 3,4 dengan awitan tersering
pada usia 10 tahun (periode peripubertas). Risiko PPHF lebih tinggi pada orang
Asia dengan rasio laki-laki:perempuan ialah 2:1. Insidens PPHF di Eropa pada
tahun 1994 mencapai 1 tiap 100.000 orang. Sebanyak 50% laki-laki dan
perempuan pembawa gen tidak memiliki gejala atau hanya gejala ringan.5,6
tata laksana.
defsit kalium tubuh total. Kelemahan otot terjadi karena kegagalan otot rangka
dalam menjaga potensial istirahat (resting potential) akibat adanya mutasi gen
kanal ion (voltage-gated ion channel) natrium, kalsium, dan kalium pada
dari luar, ekskresi kalium, dan distribusi kalium di ruang intra- dan
24
terutama di sel otot rangka. Secara fsiologis, kadar kalium intrasel
dipertahankan dalam rentang nilai 120-140 mEq/L melalui kerja enzim Na+-
K+-ATPase. Kanal ion di membran sel otot berfungsi sebagai pori tempat
kanal ion akan menutup dan bersifat impermeabel terhadap ion Na+ dan K+,
Mutasi gen yang mengontrol kanal ion ini akan menyebabkan inf
uksK+ berlebihan ke dalam sel otot rangka dan turunnya infuks kalsium ke
kalium ke dalam sel pada mutasigen ini belum jelas dipahami.2,3 Sampai saat
ini, 30 mutasi telah teridentifkasi pada gen yang mengontrol kanal ion. Tes
mulai dari beberapa kali setahun sampai dengan hampir setiap hari, sedangkan
durasi serangan mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari. Kelemahan
atau paralisis otot pada PPHF biasanya timbul pada kadar kalium plasma <2,5
mEq/L. Manifestasi PPHF antara lain berupa kelemahan atau paralisis episodik
25
setelah tidur/istirahat dan jarang timbul saat, tetapi dapat dicetuskan oleh,
latihan fsik. Ciri khas paralisis pada PPHF adalah kekuatan otot secara
otot bahu dan pinggul dapat juga mengenai otot lengan, kaki, dan mata. Otot
diafragma dan otot jantung jarang terkena pernah juga dilaporkan kasus yang
yang dapat timbul pada PPHF berupa pendataran gelombang T, supresi segmen
kalium plasma yang rendah (<3,0 mEq/L) dan kelemahan otot membaik setelah
(EMG), dan biopsi otot. Biopsi otot menunjukkan hasil normal saat di luar
hilangnya kalium melalui urin. Ekskresi kalium yang rendah dan tidak ada
26
diagnosis non-PPHF.
apakah akibat kehilangan kalium melalui urin atau karena proses perpindahan
ekskresi kalium urin yang tinggi (lebih dari 20 mmol/L), PPH terjadi akibat
ginjal. Namun, jika TTKG < 2, PPH terjadi karena proses perpindahan kalium
ke ruang intraselular.
27
Pendekatan pasien hipokalemia dan paralisis dapat dilihat pada gambar 1.
Ekskresi kalium urin yang rendah dan asam basa normal mengarah ke PPHF,
kelainan asam basa, perlu dilihat jenis kelainan asam basa yang terjadi. Jika
dan diare berat, sedangkan asidosis metabolik dengan ekskresi NH4+ rendah
dijumpai pada renal tubular acidosis (RTA). Jika kelainan asam basa yang
sindrom Gitelman, efek diuretik, dan vomitus. Jika tekanan darah tinggi,
2.3.5 Pencetus
28
insulin, stres emosional, pe-makaian obat tertentu (seperti amfoterisin-B,
antiasma puf aero-sol, dan obat anestesi lokal.3,4 Diet tinggi karbo-hidrat
dijumpai pada makanan atau minuman manis, seperti permen, kue, soft drinks,
dan jus buah. Makanan tinggi karbohidrat dapat diproses dengan cepat oleh
pemberian kalium oral, modifkasi diet dan gaya hidup untuk menghindari
kalium oral dengan dosis 20-30 mEq/L setiap 15-30 menit sampai kadar
perubahan EKG, harus diberikan kalium intravena (IV) 0,5 mEq/kg selama 1
jam, infus kontinu, dengan pemantauan ketat. Pasien yang memiliki penyakit
jantung atau dalam terapi digoksin juga harus diberi terapi kalium IV dengan
dosis lebih besar (1 mEq/kg berat badan) karena memiliki risiko aritmia lebih
29
tinggi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian kalium ialah
kadar kalium plasma, gejala klinis, fungsi ginjal, dan toleransi pasien.
Suplementasi kalium dibatasi jika fungsi ginjal terganggu. Pemberian oral lebih
125-250 mg 2-3 kali sehari pada anak terbukti cukup efektif me-ngatasi
Mekanisme kerja asetazolamid sampai saat ini masih belum jelas, tetapi
sitrat adalah sediaan yang paling efektif dan ditoleransi dengan baik oleh
saluran cerna.
belum ada kesepakatan yang jelas di antara para ahli mengenai ka-pan
besar penelitian masih terbatas pada pasien dewasa. Tata laksana utama PPHF
pada anak lebih ditekankan pada edukasi dan suplementasi ka-lium per oral
30
lebih berfokus pada penelitian biomolekuler untuk mencari dasar kelainan
chanellopathy di tingkat gen, tidak banyak berpusat pada aspek tata laksana.
Terapi gen sebagai terapi defnitif untuk PPHF saat ini belum ada.
Potassium Ion Meter, sebuah alat pengukur kadar kalium saliva. Kadar kalium
pencetus, penyesuaian gaya hidup atau diet, penyesuaian dosis kalium, dan
jarang dijumpai pada pasien anak. Komplikasi akut meliputi aritmia jantung,
2.3.9 Pencegahan
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Data Pasien
Nama : Ny.A
Umur : 72 th
Alamat : Jl.xxx
b. Ilustrasi Kasus
32
Seorang pasien berinisial Ny.A dibawa oleh anaknya ke Rumah Sakit
kali/hari, badan terasa letih, nafsu makan menurun, dan tekanan darah rendah
(80/60 mmHg).
Badan letih
penyakit asma
Hasil pemeriksaan fisik di Rumah Sakit pada tanggal 05 April 2021 pada
hari Senin :
a) Pemeriksaan fisik
Nadi : 43x/menit
Suhu : 36oC
33
Berat Badan : ± 50 kg
b) Pemeriksaan Umum
c) Pemeriksaan Penunjang
3.3 Diagnosis
Primer : CKD
34
Sekunder : Syok hipovolemik dan Hipokalemia
3.4 Penatalaksanaan
- Oksigen 3L/mnt
- Bixnat 2 x 500 mg
- As.folat 1x1
- Bicnat 500mg 2 x 1
- Asam Folat 1 x 1
35
36
3.4 Daftar Pemberian Obat
Nama Obat Reg 05 April 2021 06 April 2021 07 April 2021 08 April 2021
8 12 18 24 8 12 18 24 8 12 18 24 8 12 18 24
Am am Pm Pm Am Am Pm pm am am Pm Pm am am Pm pm
Ranitidin inj 2 x 1 (iv) Pukul
(50 mg/ml)
20.00
Ondansetron 2 x 1 (IV) Pukul
20.00
Nacl 3% Infs/12 jam
Acetylsistein 3x1 2 mg
37
3.6 Follow up SOAP
Tanggal Jam S O A P
38
06/04/2021 08.10 Rawat Inap
Pasien masih mengalami TD : 140/90 mmHg Syok hipovolemik, Pasien diberi terapi infus
penurunan nafsu makan, HB : 11,2 g/dl CKD, Hipokalemia NaCl 3% selama 12 jam,
badan terasa letih Ureum : 27 mg/dl infus Dexsto 5% EAS
Kreatinin : 1,9 Primer, Ranitidin inj 50
mg/dl mg/12jam (iv), Ondansentron
2x1 mg (iv), Bicnat 2x1
(500mg), As.Folat 1x1.
07/04/2021 10.00 Pasien mengatakan nafsu TD : 170/90 CKD Pasien diberi terapi infus
makannya menurun, badan N : 143x/mnt NaCl 3% selama 12 jam,
terasa letih. Mukosa bibir Nf : 30x/mnt infus Dexsto 5% EAS
kering. Ureum : 79 mg/dl Primer, Ranitidin inj 50
Kreatinin ; 2,3 mg/dl mg/12jam (iv), Ondansentron
Na : 179 μl/l 2x1 mg (iv), Bicnat 2x1
Ka: 3,2 μl/l (500mg), As.Folat 1x1.
Cl ; 90 μl/l
39
08/04/2021 08.00 Pasien masih mengalami KU : Pasien tampak CKD Penambahan pemberian
nafsu makan yang rendah letih Acetylsistein 3x 1, dan
dan badan terasa letih GCS :15 perhatikan tanda-tanda vital
Kesadaran : CM
40
BAB IV
PEMBAHASAN
Terdapat terapi tanpa indikasi medis - Obat yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi klinis pasien :
- Na Bic 500 mg 3x1 tab digunakan untuk mengobati asidosis
metabolic pada pasien gagal ginjal
- Asam folat 1 mg 1x1 tab PO digunakan untuk mengatasi
anemia pasien dimana dapat mengatasi defisiensi folat
pasien
- NaCl 0.9% digunakan untuk menyeimbangkan cairan tubuh
pasien
- EAS Pfrimmer sebagai pemenuhan asam amino serta
untuk diet rendah protein pada pasien CKD
- Ranitidin injeksi untuk mengatasi stress ulcer
- Ondansentron digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
- Cefriaxon digunakan untuk mengobati infeksi saluran
41
pernafasan
- Acetylsistein digunakan untuk mengencerkan dahak
Pasien mendapatkan terapi tambahan - Pasien mendapatkan terapi sesuai indikasi yang diderita pasien
yang tidak di perlukan
Pasien masih memungkinkan - Pasien dapat memungkinkan menjalani terapi non farmakologi
menjalani terapi non farmakologi
Terdapat duplikasi terapi - Tidak terdapat duplikasi obat yang diberikan kepada pasien
Pasien mendapatkan penanganan - Tidak ada penangganan efek samping obat yang seharusnya dicegah
terhadap efek samping yang
seharusnya dapat di cegah
2. Kesalahan Obat
Bentuk sediaan tidak tepat - Bentuk sediaan sudah disesuaikan dengan kondisi pasien
Terdapat kontraindikasi - Tidak terdapat kontraindikasi antar obat dan kondisi pasien.
Kondisi pasien tidak dapat - Kondisi pasien dapat disembuhkan oleh obat , dilihat dari
disembuhkan oleh obat perkembangan kesehatan pasien serta pasien sudah bisa pulang
Terdapat obat lain yang efektif - Obat yang diberikan sudah efektif dalam proses pengobatan pasien.
Dimana terapi obat yang diberikan telah sesuai dengan kondisi
pasien yang dapat dilihan pada follow up harian pasien.
42
Obat tidak diindikasi untuk kondisi - Tidak ada obat yang tidak diindikasikan untuk pasien.
Pasien
Dosis terlalu rendah atau dosis terlalu - Dosis obat sesuai dengan literatur
tinggi - Bicnat : 325-2000 mg sebanyak 1-4kali sehari
- Ranitidin: dosis untuk pasien tanpa CKD 50mg setiap 6-
8jam, untuk pasien CKD dosis disesuaikan menjadi setengah
dosis normal perhari
- EAS Pfrimmer : 250mL/hari dapat ditingkatkan menjadi 500
mL/hari
- Ondansentron : 2x 1 mg
- Asam folat : 5 mg setiap 1-7 hari
- Ceftriaxon : 4 gram/ hari
- Acetylsistein : 3x1 (2mg)
Frekuensi pengguna tidak tepat - Frekuensi obat yang diberikan sudah sesuai
43
Obat tidak aman untuk pasien - Obat yang diberikan aman digunakan pasien.
Terjadi reaksi alergi - Tidak terjadi reaksi alergi, pasien tidak memiliki riwayat alergi
sehingga obat aman digunakan
Terjadi interaksi obat - Interaksi obat tidak terlihat nyata
Muncul efek yang tidak diinginkan - Selama pengamatan tidak muncul efek yang tidak diinginkan selama
pemberian terapi
Dosis obat dinaikan atau diturunkan - Tidak ada dosis obat yang dinaikkan / diturunkan
terlalu cepat
Administrasi obat yang tidak tepat - Administrasi obat yang diberikan sudah tepat
5. Ketidaksesuaian Kepatuhan
Pasien
Obat tidak tersedia - Tidak ada obat yang tidak tersedia, semua obat yang di butuhkan
pasien tersedia di apotek rumah sakit
Pasien tidak mampu menyediakan - Pasien mampu menyediakan obat
obat sendiri
Pasien tidak bisa menelan obat atau - Pasien mampu mengkonsumsi obat dengan Baik
menggunakan obat
44
Pasien tidak mengerti - Keluarga pasien mengerti intruksi penggunaan obat
intruksi penggunanan obat
Pasien tidak patuh atau memilih - Pasien patuh dalam menggunakan obat, obat-obat untuk pasien rawat
untuk tidak menggunakan obat inap disediakan dalam bentuk UDD untuk satu kali pakai, sehingga
ketidak patuhan pasien dapat teratasi.
Terdapat kondisi yang tidak diterapi - Tidak ada kondisi yang tidak mendapatkan terapi
Pasien membutuhkan obat lain yang - Pasien tidak membutuhkan obat lain yang sinergis.
sinergis
Pasien membutuhkan terapi - Pasien telah mendapatkan terapi profilaksis sesuai dengan kondisinya,
profilaksis
yaitu ranitidine HCl
45
4.2 Lembar Pengkajian Obat
MULAI JENIS OBAT RUTE DOSIS BERHENTI INDIKASI OBAT KETEPATAN KOMENTA
INDIKASI R DAN
ALASAN
06-04-2021 Ranitidin 50 mg IV 50 mg 2 x 1 07-04-2021 Digunakan sebagai obat Tepat Indikasi Digunakan
2x1 tukang lambung untuk
menetralkan
asam lambung
sehingga dapat
mengatasi
iritasi pada
saluran cerna
06-04-2021 Ondansetron IV 2x1 07-04-2021 Digunakan sebagai Tepat Indikasi Karena pasien
2x1 obat mual dan muntah. mengeluh
mengalami mual
muntah sudah 3
hari dengan
frekuensi
5kali/hari
06-04-2021 Cefriaxone 1 g IV 1g3x1 07-04-2021 Digunakan untuk Tepat Indikasi Karena dari
3x1 mengobati infeksi hasil labor
saluran pernapasan pasien
memiliki
kadar leukosit
diatas normal
06-04-2021 Bicnat 500 mg PO 500 mg 09-04-2021 Digunakan untuk Tepat Indikasi Pasien gagal ginjal
2x1 2x1 mengobati asidosis biasanya kadar
metabolic pada penyakit asam didalam
gagal ginjal tubuh tinggi
46
(asidosis
metabolic)
06-04-2021 Asam folat PO 1x1 09-04-2021 Digunakan untuk Tepat Indikasi Pasien
1x1 pencegahan dan mengalami
pengobatan defisiensi hipokalemia
folat. dimana
disebabkan oleh
defisiensi folat di
dalam tubuh.
05-04-2021 Nacl 3% IV 3% 05-04-2021 Digunakan untuk Tepat Indikasi Pasien
mengatasi dan mencegah mengalami mual
kehilangan sodium. muntah sudah 3
hari sehingga
diberikan Nacl
agar tidak terjadi
kekurangan
sodium
didalam tubuh.
05-04-2021 Dextrose 5% IV 5% 05-04-2021 Digunakan untuk Tepat Indikasi pasien ckd
EAE memenuhi kebutuhan harus diet
asam amino pada rendah protein
penderita insufisiensi sehinga
ginjal akut dan kronik. dibutuhkan zat
untuk memenuhi
kebutuhan asam
amino
08-04-2021 Acetyl Sitein PO 3x1 09-04-2021 Digunakan untuk Tepat Indikasi Pasien
3x1 pengencer dahak. mengalami batuk
dan berdahak.
47
4.3 Lembar Monitoring Efek Samping Obat
48
pasien gagal ginjal air putih hangat
Batasi asupan
magnesium seperti
kacang-kacangan
5 As. Folat perubahan pola tidur, 1x1 Perbanyak minum 06-04-2021 sd Pasien tidak
sulit berkonsentrasi PO air putih untuk 09-04-2021 mengalami efek
meningkatkan samping
konsentrasi
49
4.4 Pembahasan
Seorang pasien dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Otak Dr. Drs.
Muhammad Hatta Bukittinggi yang berinisial Ny. A pasien datang pada hari Senin
tanggal 5 April 2021 pukul 21.10 WIB dengan keluhan Muntah sejak tiga hari yang
lalu dengan frekuensi 5x/hari. Pasien tampak lemah dan nafsu makan menurun.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 5 April 2021 diperoleh keadaan
umum pasien lemah, kesadaran CM (Compos Mentis), Frekuensi Nadi 43x/ menit,
Nafas 22x/ menit, TD (Tekanan Darah) 80/60 mmHg, Suhu 36,3 ºC. Hasil
pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 6 April 2021 Gula Darah 195 mg/dl, Ureum
79 mg/dl, Kreatinin 2,3 mg/dl, sementara untuk Natrium 129 mmol/L, Kalium 3,2
mmol/L, Chlorida 90 mmol/L. Karena kondisi pasien yang belum membaik meski
dilakukan pengobatan di IGD maka dokter IGD melakukan rujukan pasien dari IGD
ke rawat inap Interne. Pengobatan di Rawat Inap dimulai dari tanggal 6 April 2021.
Pada saat di IGD dengan keluhan tersebut Dokter IGD mendiagnosa pasien
mengalami syok hipovolemik, hipokalemia, dan CKD. Diagnosa tersebut didasari oleh
keluhan atau gejala yang dialami pasien dan diagnosa tersebut didapatkan dari hasil
pemeriksaan laboratorium.
Dari kajian tersebut dokter memberi terapi infus Nacl 3% / 12 jam, D 5% EAM
Primer gunanya untuk membantu mengembalikan keadaaan tubuh yang sudah lemah,
setelah itu dokter memberikan Inj Ranitidin 50 mg/12 jam (iv). Dimana ranitidine
berfungsi mengurangi kadar asam didalam lambung, dosis penggunaan pada pasien
diberikan selama tidak kurang dari 2 menit dan dapat diulang 6-8 jam. Selanjutnya
50
diberikan Inj Ondansetron 4mg dosis 2x1 (iv), diindikasikan untuk mengobati mual
dan muntah. Inj Cefriaxon 1g 2x1 (iv). Indikasi dari cefriaxon yaitu digunakan untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap cefriaxone
empedu, dan saluran pencernaan), infeksi tulang, persendian dan jaringan lunak,
pencegahan infeksi prabedah, infeksi ginjal dan saluran kemih, infeksi saluran
diberikan Bixnat 2x1 dengan dosis 500 mg, asam folat 1x1.
penyakit primer CKD Stage IV. CKD Stage IV adalah penyakit gagal ginjal kronik
dimana terjadinya penurunan nilai GFR tingkat berat. kerusakan ginjal dengan
punurun GFR berat dengan nilai 15-29 (mm/menit/1,73 m2). Namun pada
pada tanggal 05 April 2021 didapatkan kreatinin Ny. A sebesar 2,3 mg/dl jika
dimasukkan kedalam rumus klirens kreatinin maka didapatkan hasil kliren kreatinin
17,45 ml/menit dan jika dimasukkan kedalam klasifikasi CKD berdasarkan derajat
penyakitnya pasien termasuk kedalam CKD stage IV. Penalataksaan CKD diberikan
Bicnat 2x 1 500mg pada pasien, tetapi dokter menganjurkan agar pasien melakukan
51
BAB V
5.1 Kesimpulan
52
Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa dari data Anamnesa,
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
53
BNF. 2014. British National Formulary 68 ed. Pharmaceutical Press :London BPOM
Dipiro, J.T. 2005. Pharmacoterapy Handbook 6th Edition. Appleton ang Lange
: New York
Dipiro, J.T. 2009. Pharmacoterapy Handbook 7th Edition. Mc Graw Hill : New York
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Menkes RI : Jakarta MIMS
Indonesia. 2020. Petunjuk Konsultasi, Edisi 19.
Surya, 2016. Buku Ajar Praktis Patofisiologi, Farmakologi, dan Farmakoterapi. Gre
Publishing : Padang
54