Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengantar
Kitab suci adalah sebuah buku iman bukan laporan sejarah apalagi novel
bersambung. Ia adalah buku iman tentang cinta Tuhan, tentang karya keselamatan-Nya
yang kekal yang ditujukan kepada manusia. Memang cerita Kitab Suci itu bersambung
dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Ketersambungan ini mau mengatakan bahwa
karya keselematan itu berlangsung dari dulu hingga kini, dari kekal sampai kekal.
Untuk memahami pesan iman dalam Kitab Suci perlu usaha untuk menafsirnya.
Menafsir berarti menjelaskan isi teks Kitab Suci sehingga maksud dan pesannya
tersingkap dan menjadi hidup bagi pembaca atau pendengar. 1 Menafsir Kitab Suci tidak
bisa dilakukan dengan cara yang instan. Menafsir memiliki langkah-langkah! Langkah-
langkah sebelumnya sudah dikerjakan dalam analisis-analisis yang sudah dikerjakan.

2. Langkah Pengerjaan
Penafsiran tidak dapat dilakuakn secara instan, untuk sampai pada suatu
penafsiran teks Kitab Suci harus melalui tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang
benar. Langkah-langkah yang dimaksud adalah melakukan beberapa analisis dalam Kitab
Suci. Analisis-analisis yang dimaksud adalah analisis konteks, analisis sintaksis, analisis
semantik, analisis struktur, dan analisis cerita. Analisis-analisis ini bertujuan untuk
mempersiapkan tafsiran. Supaya lebih jelas bagaimana proses penafsiran ini adalah
sebagai berikut:
 Mengumpulkan kembali hasil analisis konteks dan rangkumannya. Analisis konteks
bertujuan untuk mengajak pembaca untuk menempatkan perikop yang akan dibahas
dalam seluruh buku atau pun bagian buku dan menemukan hubunganya dengan
perikop sebelum dan sesudahnya.
 Mengumpulkan kembali hasil analisis sintaksis dan rangkumannya. Dalam analisis
sintaksis diberikan penjelasan mengenai bentuk, fungsi, makna dan jabatan kata
dalam kalimat.

1
Berthold Anton Pareira, “Studi dan Riset Alkitabiah,” dalam Metodologi Riset Studi Filsafat Teologi, eds.
Alphonsus Tjatur Raharso dan Yustinus (Malang: Dioma, 2018), 224.
 Mengumpulkan kembali hasil analisis semantik dan rangkumannya. Analisis ini
bertujuan untuk mencari keterangan atau makna kata dari teks-teks Kitab Suci
lainnya.
 Mengumpulkan kembali hasil analisis struktur dan rangkumannya. Analisis struktur
bertujuan untuk melihat teks Kitab Suci sebagai satu kesatuan, mengamati
susunannya, keberkaitan dan fungsi masing-masing bagian dalam keseluruhan teks
Kitab Suci.
 Mengumpulkan kembali hasil analisis cerita dan rangkumannya. Analisis cerita
adalah suatu analisis yang berusaha untuk menganalisis hubungan antar unsur-unsur
pokok suatu cerita.
 Setelah langkah-langkah di atas dilakukan, kita baru dapat melakukan penafsiran
terhadap teks Mrk. 4: 26-29

3. Teks Markus 4: 26-29


26
Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan
benih di tanah, 27lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih
itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui
orang itu. 28
Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu
bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. 29
Apabila buah itu
sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”

4. Ringkasan Analisis-Analisis Sebelumnya


4.1.1. Ringkasan Analisis Konteks
Berdasarkan analisis ini, diketahui bahwa perikop ini merupakan satu
kesatuan secara interen maupun secara eksteren. Secara interen, perikop ini
merupakan satu kesatuan karena di dalamnya hanya terdapat satu tema besar
tentang perumpamaan Yesus, yaitu Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah itu yang
diwartakan melalui perumpamaan dengan benih yang tumbuh. Secara keseluruhan
dalam keempat ayat dalam perikop ini tema tersebut tidak berubah. Secara eksteren
dalam perbandingan dengan teks sebelum dan sesudah dalam analisis sebelumnya
teks ini masih memiliki hubungan. Hubungan tersebut dibuktikan dalam kesamaan
tokoh utama, yaitu Yesus dan dengan satu tema besar yang sama yaitu pengajaran
Yesus dalam bab 4 Injil Markus.
Fungsi dari perikop ini dalam injil Markus terbilang penting karena dalam
Markus 1: 14 dikatakan bahwa “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah
dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” Penggalan ayat ini
mengisyaratkan bahwa pewartaan tentang Kerajaan Allah adalah sesuatu yang
penting dan mendesak, sehingga harus dikerjakan dengan segera. Pewartaan
tentang Kerajaan Allah pun adalah tugas dari Yesus, sehingga Ia wajib
melaksanakannya. Kemudian perikop ini pun merupakan kelanjutan dari perikop
sebelumnya tentang ukuran dan pelita yang mana tokohnya adalah Yesus dan
masih dalam satu tema besar yang sama yaitu pengajaran Yesus. Kemudian dengan
perikop sesudahnya juga menunjukkan satu kesatuan karena pengajaran Yesus
tentang Kerajaan Allah di perikop ini diperjelas kembali dalam perikop
sesudahnya tentang biji sesawi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan frasa
“Beginilah hal Kerajaan Allah itu… (26)” kemudian pada awal perikop Mrk. 4:
30-34, Yesus berkata lagi “Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan
Allah itu… (30)”. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa frasa “Kerajaan
Allah” pada perikop Mrk. 4: 30-34 merujuk pada teks Mrk. 4:26-29.
Kedudukan perikop ini dalam Injil Markus adalah bagian pertama dari Injil
Markus tentang Rahasia Mesias. Seperti telah dijelaskan dalam analisis konteks
sebelumnya bahwa Injil Markus terbagi atas dua bagian besar, perikop ini
termasuk bagian pertama. Dikatakan penting juga karena perikop ini adalah bagian
dari visi besar Yesus, yaitu pewartaan tentang Kerajaan Allah. Yesus secara jelas
dengan perumpamaan menyatakan kepada para pendengar-Nya apakah Kerajaan
Allah itu.

4.1.2. Ringkasan Analisis Sintaksis


Teks ini memiliki empat ayat, tiga kalimat. Ayat 26 dan 27 merupakan satu
kalimat. Berdasarkan analisis bentuk, makna dan hubungan antar-kalimat dari 3
kalimat tersebut ditemukan bahwa kalimat pertama (ayat 26,27) adalah bentuk
kalimat majemuk campuran, kalimat kedua (ayat 28) adalah bentuk kalimat
majemuk ratapan, dan kalimat ketiga (ayat 29) adalah bentuk kalimat majemuk
campuran. Menurut analisis fungsi sintaksisnya seluruh kalimat di dalam perikop
Markus 4:26-29, Yesus ditampilkan sebagai subyek atau tokoh utama yang
menceritakan suatu perumpamaan meskipun nama Yesus hanya disebutkan satu
kali dari keseluruhan teks perikop. Menurut analisis keberkaitan antarkalimatnya,
dapat disimpulkan bahwa teks ini merupakan satu paragraf dengan indikasi-
indikasi kesatuan yang telah diberikan di atas.

4.1.3. Ringkasan Analisis Semantik


Analisis semantic adalah analisis yang dimaksudkan untuk mencari makna
atau arti kata, frasa dan klausa. Hasil dari analisis ini kemudian berguna bagi
penafsir untuk mengerti kata-kata, frasa atau kalimat dalam perikop ini. Dalam
analisis Semantik penulis melihat secara khusus beberapa kata yang dianggap
penting seperti: Kerajaan Allah, benih, bulir, menyabit.

Ayat Teks
Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama
26
orang yang menaburkan benih di tanah,
lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan
27 benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana
terjadinya tidak diketahui orang itu.
Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya,
28 lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir
itu.
Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit,
29
sebab musim menuai sudah tiba.”

Kata-kata tersebut diartikan supaya lebih memahami konteks dari suatu teks.
Setelah melakukan analisis ini, ditemukan bahwa teks ini memiliki relasi dengan
teks-teks dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Kata-kata tersebut tidak
berdiri sendiri, melainkan terikat konteks. Jadi agar tidak salah tafsir kata-kata
tersebut mesti ditafsirkan tidak lepas dari konteks.

4.1.4. Ringkasan Analisis Struktur


Berdasarkan analisis struktur dari Mrk. 4: 26-29 setiap bagian atau paragraf
memiliki keberkaitan semantik berdasarkan kata benda, kata kerja, dan klausa.
Keberkaitan tersebut mencakup keberkaitan sama arti, berdekatan arti dan
berlawanan arti. Pola struktur untuk perikop ini adalah kiastik.

A Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang
yang menaburkan benih di tanah,
B lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan
benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana
terjadinya tidak diketahui orang itu.
B’ Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula
tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya
dalam bulir itu.
A Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab
’ musim menuai sudah tiba.”

Dari analisis ini dapat dilihat bahwa teks ini memiliki keterkaitan kata dan
frasa antarbagiannya. Ini terbukti dari kata-kata yang sudah ditampilkan dalam
melihat apakah ada kesamaan kata dalam setiap bagian atau malah sebaliknya
apakah ada kata yang memiliki perbedaan antara bagian pertama dan bagian kedua.
Hasilnya mengatakan bahwa antar bagian memiliki kesamaan maupun perbedaan.
Tidak hanya itu saja, dari teks ini pun ada kata-kata yang memiliki arti yang dekat
antara satu kata dengan kata lainnya.
Dari perbedaan maupun persamaan arti kata dalam analisis ini membantu
penafsir untuk memperkaya pemahaman mengenai teks ini. Berdasarkan analisis
yang telah dilaksanakan diketahui bahwa teks ini memiliki pola kiastik yang
berpusat pada bagaimana benih mengeluarkan tunas, tidak diketahui oleh sang
penabur. Demikian pula bagaimana bumi mengeluarkan buah itu terjadi dengan
sendirinya, yang mana frasa “dengan sendirinya” ini memiliki makna yang sama
dengan tidak diketahui.
4.1.5. Ringkasan Analisis Cerita
Berdasarkan analisis ini, teks ini terdiri dari lima bagian, yang akan disajikan
dalam bentuk tabel di bawah ini:
Bagian Ayat Teks Variasi Cerita
Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Monolog dan
I 26a
Allah itu: narasi
seumpama orang yang menaburkan
26b-
II benih di tanah, lalu pada malam hari ia Narasi
27a
tidur dan pada siang hari ia bangun,
dan benih itu mengeluarkan tunas dan
III 27b tunas itu makin tinggi, bagaimana Narasi
terjadinya tidak diketahui orang itu.
Bumi dengan sendirinya mengeluarkan
buah, mula-mula tangkainya, lalu
IV 28 Narasi
bulirnya, kemudian butir-butir yang
penuh isinya dalam bulir itu.
Apabila buah itu sudah cukup masak,
V 29 orang itu segera menyabit, sebab musim Narasi
menuai sudah tiba.

Kata-kata yang diberi tanda di atas adalah perulangan di masing-masing


bagian maupun antarbagian. Dalam seluruh bagian dari perikop ini, pengarang Injil
menggunakan metode narasi, meskipun ada bagian monolog dalam bagian
pertama, seperti ditunjukkan oleh tabel di atas.

5. Tafsiran Markus 4: 26-292


Berikut ini akan diberikan tafsiran yang dimulai dari memahami konteks, lalu
dilanjutkan dengan menafsir perayat.

2
Metode yang digunakan dalam menafsir teks ini menggunakan pola yang digunakan Pareira dalam Bertold Anton
Pareira, Abraham Imigran Tuhan dan Bapa Bangsa-Bangsa (Malang: Dioma, 2004).
 Memahami Konteks
Ketika membaca perikop ini, orang mungkin bertanya kapan dan di mana
Yesus menyampaikan perumpamaan ini dan kepada siapa Ia menyampaikan
perumpamaan tersebut? Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan
bisa dilakukan apabila hanya terikat pada perikop ini saja, sebab di dalamnya
sama sekali tidak terdapat keterangan waktu dan tempat di mana Yesus
menyampaikan perumpamaan. Teks ini adalah teks yang tidak bisa dilepaskan
dari keseluruhan teks Markus bab 4. Teks ini berada di tengah-tengah dengan satu
tema umum yang sama di bab 4 yaitu pengajaran Yesus. Saya sebut sebagai tema
pengajaran Yesus karena memang isinya adalah tentang pengajaran Yesus,
sekalipun di perikop akhir bab 4 adalah tindakan Yesus yang meredakan angin
rebut adalah sebuah mukjizat, namun halnya bisa menjadi sebuah pengajaran agar
para murid percaya.
Kembali ke permasalahan awal, kapan dan di mana Yesus mengajar, halnya
bisa dilihat di Mrk. 4: 1, jelas di sana dikatakan bahwa Yesus mengajar di tepi
danau di atas perahu, dengan pendengarnya adalah banyak orang. Tepi danau
yang dimaksud di sini adalah tepi danau Galilea seperti disebut dalam Mrk. 7: 31,
atau juga danau Genesaret dalam Luk. 5: 1. Danau Galilea dan danau Genesaret
adalah dua nama berbeda untuk satu danau yang sama. 3 Sedangkan orang banyak
itu tidak dikatakan siapa, atau bangsa mana.
 Ayat 26 “Menabur”
Yesus mengumpamakan Kerajaan Allah seperti benih yang ditaburkan
orang di tanah. Kerajaan Allah dalam perspektif ini adalah itu yang berkembang
dan bertumbuh di tanah karena di sanalah ia ditaburkan. Tanah dalam bahasa latin
adalah humus kata ini dekat dengan homo yang berarti manusia. Oleh karena itu
dikatakan dalam Kitab Kejadian manusia diciptakan dari tanah, karena memang
keduanya memiliki arti yang dekat.4 Tanah itu adalah manusia tempat benih itu
ditabur (Mrk. 4: 20).
Orang yang menabur benih ini adalah Yesus sendiri yang sedang
mewartakan firman, sebab penabur itu menaburkan firman (Mrk. 4: 14). Orang
3
Bdk. https://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Galilea, diakses 2 April 2020.
4
Catatan kuliah eksegese sinoptik bersama RP. Ignasius Budiono, O. Carm
juga mengacu kepada mereka yang menjadi “penabur” firman setelah Yesus,
karena Yesus sendirilah yang menhendaki agar para murid pergi ke seluruh dunia
dan mewartakan Injil (Mrk. 16. 15).
Benih. Pada dasarnya benih yang ditabur di sini adalah sabda Allah (Mrk. 4:
14; Luk. 8: 11). Benih yang adalah Sabda Allah itu bertumbuh di tanah, hasilnya
nanti tergantung dari kualitas dari tanah itu, apakah berbatu, bersemak duri, atau
justru tanah yang baik adanya. Dari situlah Kerajaan Allah akan bertumbuh dan
berkembang.
 Ayat 27-28 “Pertumbuhan yang tidak diketahui”
Pertumbuhan benih yang ditanam itu sama sekali tidak diketahui oleh orang
yang menabur, ia tumbuh begitu saja di tanah tempat ia ditabur. Orang yang
menabur hidupnya mengikuti alur hidup alamiah, yakni bangun dan tidur. Hanya
memang di sini malam disebut lebih dulu karena adalah kebiasaan orang Yahudi
menyebutnya demikian.5 Dalam kedua ayat ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
benih ada di luar pengetahuan sang penabur. Benih bertumbuh dengan sendirinya
dengan nurtisi-nutrisi yang terkadung dalam tanah itu. Ia menjadi tunas, dan
sebagainya hingga berbuah. Semuanya digambarkan terjadi begitu saja. Sang
penabur tidak dikatakan memberi pupuk, atau membersihkan lahan sekitar dan
sebagainya. Alurnya pun digambarkan dengan cepat oleh pengarang Injil.
Kedua ayat ini menggambarkan dengan jelas benih apakah itu yang ditabur
oleh orang di ayat 26, yaitu benih gandum. Gandum mengandung bulir, dan di
dalam bulir itu terdapat butir-butir gandum. Gandum pula adalah tanaman yang
sangat akrab dengan orang Yahudi (Kej. 41: 5; Mat. 12: 1). Ini pula menunjukkan
bahwa orang banyak yang menjadi pendengar Yesus pada waktu itu adalah orang
Yahudi seluruhnya.
 Ayat 29 “Panen”
Memanen adalah hal yang umum di kalangan petani. Apabila benih yang
mereka tabur bertumbuh dan berkembang menjadi buah petani akan melihat
apakah buah itu menampilkan tanda siap dipanen atau tidak. Singkat kata panen
terjadi tergantung kondisi buah.

5
Stefan Leks, Tafsir Injil Markus (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 170.
Daftar Pustaka

Alkitab Deuterokanonika. Konferensi Waligereja Indonesia. Jakarta: Lembaga Alkitab


Indonesia, 2014.
Leks, Stefan. Tafsir Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Pareira, Berthold Anton. “Studi dan Riset Alkitabiah”. Dalam Metodologi Riset Studi Filsafat
Teologi. Eds. Alphonsus Tjatur Raharso dan Yustinus. Malang: Dioma, 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Galilea. Diakses 2 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai