Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengantar
Secara etimologis kata struktur berasal dari bahasa latin structura yang berarti
menyusun atau membangun kalimat.1 Dalam konteks Seminar Kitab Suci, dengan
menganalisis struktur, kita mencoba melihat struktur penyusun dari teks, dengan melihat
kata-kata atau frase yang bertentangan arti, berdekatan arti dan yang memiliki kesamaan
arti. Kemudian dari sini, kita dapat melihat secara struktur teks ini memiliki pola kiastik,
konsentris atau paralel. Analisis ini mengarahkan kita untuk melihat teks sebagai satu
kesatuan.2
Analisis struktur ini akan dikerjakan dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menuliskan teks beserta pembagiannya
2) Analisis keberkaitan antarbagian, yang akan dibagi lagi ke dalam tiga bagian
yaitu, analisis kata atau frase yang bertentangan arti, berdekatan arti dan yang
memiliki kesamaan arti.
3) Analisis hubungan, fungsi dan judul dari masing-masing bagian.
4) Menganalisis pola struktur perbagian lalu kemudian struktur dari seluruh perikop.
5) Kesimpulan.

B. Analisis Struktur
Dalam analisis struktur ini, penulis akan membaginya menjadi empat bagian besar
untuk memudahkan proses analisis. Empat bagian besar itu juga akan dibagi kedalam
beberapa bagian kecil lagi.
1. Pembagian Teks
Pada analisis sintaksis, perikop Mrk. 4: 26-29 telah dibagi berdasarkan tiga
bagian, seturut jumlah kalimat yang terdapat dalam teks ini. Pembagian tersebut akan
ditampilkan di bawah menggunakan tabel.

Ayat Teks

26 Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang

1
K. Prent, J. Adisubrata, W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Latin-Indonesia (Jogjakarta: Kanisius, 1969), 816.
2
Berthold Anton Pareira, “Studi dan Riset Alkitabiah,” dalam Metodologi Riset Studi Filsafat Teologi, eds.
Alphonsus Tjatur Raharso dan Yustinus (Malang: Dioma, 2018), 215.

1
yang menaburkan benih di tanah,
lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih
27 itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana
terjadinya tidak diketahui orang itu.
Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya,
28
lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.
Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab
29
musim menuai sudah tiba.”

2. Analisis Keberkaitan Semantik Antarbagian


Pada analisis berikut ini, akan ditampilkan keberkaitan semantik antarbagian
berdasarkan kata/frase nominal dan verba yang menjadi unsur penyusun setiap
kalimat dalam perikop Mrk. 4: 26-29. Dalam analisis keberkaitan ini, penulis akan
berusaha mencari setiap unsur kalimat atau paragraf yang memiliki hubungan satu
sama lain yakni unsur yang bertentangan arti, berdekatan arti dan kesamaan arti.

a. Hubungan Bertentangan Arti


No Kata/frase Bagian I Bagian II Bagian III Bagian IV
Menaburkan 26 - - -
1
Menuai - - - 29
Malam - 27 - -
2
Siang - 27 - -
Tidur - 27 - -
3
Bangun - 27 - -

Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa perikop ini memiliki


keterkaitan semantik antarbagian yang bertentangan arti. Hal ini dapat dilihat dari
kata menaburkan (26, 29) dan menuai (29), malam dan siang (27), tidur dan
bangun (27).

2
b. Hubungan Berdekatan Arti
No Kata/frase Bagian I Bagian II Bagian III Bagian IV
Tanah 26 - - -
1
Bumi - - 28 -
Kerajaan Allah 26 - - -
2
Benih 26 - - -
Menyabit - - - 29
3
Musim menuai - - - 29

Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa perikop ini juga


memiliki keterkaitan semantik yang berdekatan arti. Hal ini dapat dilihat dari kata
atau frasa berikut: tanah (26) dan bumi (28), Kerajaan Allah (26) dan benih
(26), menyabit (29) dan musim menuai (29).

c. Kata-kata yang Sama Arti


No Kata/frase Bagian I Bagian II Bagian III Bagian IV
1 Orang 26 27 - 29
2 Benih 26 27 - -
3 Ia - 27, 27 - -
4 Tunas - 27, 27 - -
5 Buah - - 28 29
6 Bulir - - 28, 28 -
7 Mengeluarkan - 27 28 -

Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa perikop ini memiliki


keterkaitan semantik antarbagian yang memiliki kesamaan arti. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan kata atau frase berikut ini: orang (26, 27, 29), benih (26, 27),
ia (27), tunas (27), buah (28, 29), bulir (28), mengeluarkan (27, 28).

3. Analisis Hubungan, Fungsi dan Judul Masing-Masing Bagian

3
Setelah menganalisa keberkaitan semantik antar bagian berdasarkan kata kerja
atau kata benda yang bertentangan arti, berdekatan arti, dan sama arti, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisa hubungan, fungsi dan judul masing-masing bagian.
3.1 Hubungan Masing-Masing Bagian
Berdasarkan apa yang telah dikerjakan di atas menunjukkan hubungan
antarbagian. Yang hendak diselidiki dari bagian ini adalah untuk melihat
hubungan masing-masing bagian berkaitan dengan kata atau frase yang
bertentangan arti, berdekatan arti dan kesamaan arti. Analisis ini ingin
menunjukkan hubungan yang dipakai dalam masing-masing bagian.
Bagian pertama (Mrk. 4: 26), tidak terdapat kata atau frase yang
bertentangan arti dalam bagian ini. Perikop ini memiliki kata atau frase yang
berdekatan arti yaitu Kerajaan Allah dan benih. Perikop ini juga tidak
memiliki kata atau frase yang memiliki kesamaan arti.
Bagian kedua (Mrk. 4: 27), bagian ini memiliki kata atau frasa yang
bertentangan arti secara semantik yaitu malam dan siang, serta tidur dan
bangun. Perikop ini tidak memiliki kata atau frase yang berdekatan arti.
Perikop ini memiliki kata atau frase yang memiliki kesamaan arti yaitu ia dan
tunas.
Bagian ketiga (Mrk. 4: 28). Bagian ini tidak memiliki kata atau frase
yang bertentangan dan berdekatan arti. Ada kata atau frase yang memiliki
kesamaan arti dalam bagian ini yaitu bulir.
Bagian keempat (Mrk. 4: 29) tidak memiliki kata atau frase yang
bertentangan arti dan kesamaan arti. Bagian ini memiliki kata atau frase yang
berdekatan arti yaitu menyabit dan musim menuai.

3.2 Fungsi dan Judul Masing-Masing Bagian


Pada bagian ini akan dilihat fungsi dari masing-masing bagian, lalu
kemudian akan diberikan pula judul untuk bagian tersebut. Secara

4
keseluruhan, teks ini memiliki bagian pengantar, isi dan penutup. Dengan
demikian menegaskan bahwa perikop ini merupakan satu bagian utuh.
Bagian pertama (ay. 26) adalah pembukaan. Pada bagian ini tertulis
bahwa Yesus menjelaskan Kerajaan Allah dengan mengumpamakannya
seperti orang yang menaburkan benih di tanah. Bagian ini dapat diberi judul
“Menabur”.
Bagian kedua (ay. 27) termasuk bagian isi. Di sini dijelaskan bahwa
setelah menabur, orang itu tidur pada malam hari lalu bangun di siang hari.
Selama itu benih itu bertumbuh tanpa diketahui prosesnya oleh orang itu.
Bagian ini dapat diberi judul “Pertumbuhan yang Tidak diketahui”
Bagian ketiga (ay. 28) juga adalah bagian isi. Tertulis di sana bahwa
benih yang ditabur itu sudah bertumbuh dan menghasilkan buah-buah. Bagian
ini dapat diberi judul “Berbuah”.
Bagian keempat (ay. 29) adalah bagian penutup. Benih yang telah
berbuah tadi telah masak dan siap dipanen yang dilakukan dengan menyabit
karena musim menuai sudah tiba. Bagian ini dapat diberi judul “Panen”.

4. Pola Penyusunan Teks


Pada bagian ini kita akan melihat bagaimana pola penyusunan teks. Pola itu
dapat berbentuk kiastik, konsentris atau paralel. Bagian ini akan dibagi menjadi dua
bagian yaitu pola penyusunan teks berdasarkan bagian dan keseluruhan.
4.1 Struktur Tiap Bagian
Bagian I
Mrk. 4: 26
A Lalu kata Yesus:
B “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang
menaburkan benih di tanah,
Bagian pertama ini tidak memiliki pola tertentu yang membentuknya
secara struktur. Hal ini dikarenakan pada bagian ini sama sekali tidak
membentuk pola struktur seperti konsentris, kiastik atau paralel. Akan tetapi
dapat dilihat bahwa inti dari cerita ini berada di bagian “B”, yang menjadi

5
fungsi dari bagian ini yaitu menyatakan bahwa Yesus hendak
mengumpamakan Kerajaan Allah itu dengan perumpamaan benih.

Bagian II
Mrk. 4: 27
A Lalu pada malam hari
B ia tidur
A Lalu pada siang hari

B Ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin
’ tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.

Bagian ini memiliki pola paralel. Hal ini ditunjukkan dengan kata yang
memiliki arti yang bertentangan dan kesamaan arti seperti kata-kata pada table
di atas yang telah dibold, dan italic.

Bagian III
Mrk. 4: 28
A Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah,
B mula-mula tangkainya,
C lalu bulirnya, lalu butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.

Bagian ini tidak memiliki pola tertentu yang membentuknya secara


struktur. Hal ini dikarenakan pada bagian ini sama sekali tidak membentuk
pola struktur seperti konsentris, kiastik atau paralel. Teks ini adalah sebuah
teks laporan tentang perkembangan benih yang ditabur itu.

Bagian IV
Mrk. 4: 29
A Apabila buah itu sudah cukup masak,

6
B orang itu segera menyabit,
A’ sebab musim menuai sudah tiba.”

Bagian ini memiliki pola konsentris. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
frasa yang berdekatan arti seperti yang frasa yang berbentuk italic di atas.
Bagian ini membentuk bagian inti di tengahnya, yaitu frase “orang itu segera
menyabit”.

4.2 Struktur Keseluruhan Perikop


A Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang
yang menaburkan benih di tanah,
B lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu
mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya
tidak diketahui orang itu.
B’ Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu
bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.
A’ Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab
musim menuai sudah tiba.”

Keseluruhan perikop di atas memiliki pola kiastik. Hal ini dapat


ditunjukkan dengan adanya kata dan frase yang memiliki arti yang
bertentangan dan yang kesamaan arti. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
frase “seumpama orang yang menaburkan benih di tanah” memiliki
pertentangan arti dengan frase “orang itu segera menyabit, sebab musim
menuai sudah tiba”, yang ditunjukkan dengan tanda A dan A’.
Demikian juga dengan kata “mengeluarkan” yang ada pada bagian
kedua dan ketiga. Kata yang menunjukkan kesamaan arti inilah yang
membuat keduanya dipadukan dengan tanda B dan B’. Demikian pola struktur
keseluruhan dari perikop ini adalah kiastik.

C. Kesimpulan

7
Setelah melakukan analisis teks Mrk. 4: 26-29, penulis menarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut. Pertama, teks ini dalam masing-masing bagiannya memiliki keterkaitan satu
sama lain. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kata atau frase yang memiliki arti yang
bertentangan, berdekatan arti dan kesamaan arti di masing-masing bagiannya. Dari kata-kata
yang ditampilkan dan yang sudah dianalisis menunjukkan bahwa perikop ini merupakan satu
kesatuan.

Kedua, setelah melakukan analisis terkait hubungan dan fungsi dari masing-masing
bagian teks ini, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa teks ini memiliki pola dasar,
pengantar (ay. 26), isi (ay. 27, 28) dan penutup (ay. 29).

Ketiga, setelah melakukan analisis struktur dari masing-masing bagian dan teks secara
keseluruhan, dapat dilihat bahwa teks ini memiliki pola struktur kiastik. Hal ini dapat dilihat dari
indikasi berikut, terdapat frase yang bertentangan arti pada ayat 26 dan 29. Kemudian terdapat
kata kerja yang memiliki kesamaan arti pada ayat 27 dan 28. Dengan demikian struktur dari teks
ini adalah kiastik (abb’a’).

Daftar Pustaka
Alkitab Deuterokanonika. Konferensi Waligereja Indonesia. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2014.
Adisubrata, K. Prent, J., W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Latin-Indonesia (Jogjakarta: Kanisius,
1969), 816.
Pareira, Berthold Anton. “Studi dan Riset Alkitabiah”. Dalam Metodologi Riset Studi Filsafat
Teologi. Eds. Alphonsus Tjatur Raharso dan Yustinus. Malang: Dioma, 2018.

Anda mungkin juga menyukai