Pendahuluan
KITAB PUISI
Di dalam susunan Ibrani, kitab-kitab yang dikenal sebagai “Kitab Puisi”
dalam susunan Yunaninya, disebut dengan Tulisan (Kethubim). Istilah “Kitab Puisi”
menunjuk pada natur isinya yang mayoritas berbentuk puisi. Para Masoret abad
pertengahan mengelompokkan Ayub, Amsal dan Mazmur secara bersama-sama
dengan suatu sistim yang khusus dari penekanan puisi yang biasanya dikenal
dengan “Kitab kebenaran” karena huruf Ibrani pertama dari setiap kitab itu apabila
tma) dibentuk dari
digabungkan berarti ‘emeth (kebenaran) kata kebenaran (
gabungan a (bAYai =Ayub), m (ylvm = Amsal) dan t (Mylht = Mazmur).
Kedua kitab yang lain, Pengkhotbah dan Kidung Agung, termasuk dalam kelompok
khusus dari Tulisan yang disebut “Lima Megilloth” (gulungan kitab) yang terdiri dari
Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah dan Ester. Tujuan dari pengelompokan
ini bersifat liturgis, karena masing-masing kitab dibacakan pada perayaan hari besar
Yahudi. Susunan dari Lima Megilloth mengikuti susunan perayaan hari besar yang
mereka tetapkan: Kidung Agung (Paskah), Rut (Pantekosta), Ratapan (Puasa bulan
kesembilan, memperingati hancurnya Bait Allah), Pengkhotbah (Hari Raya
Tabernakel) dan Ester (Hari Raya Purim).
Septuaginta meletakkan susunan semua kitab puisi setelah kitab-kitab sejarah
dan sebelum kitab nabi-nabi: Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung dan
Ayub. Latin Vulgata meletakkan kitab Ayub pada permulaan dari keempat kitab
lainnya dengan pertimbangan kronologis (bdg: selanjutnya diikuti dengan tulisan
Daud (Mazmur) dan Salomo (amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung).
Tiga dari lima kitab puisi berhubungan juga dengan literatur hikmat
(wisdom), yaitu Ayub, Amsal dan Pengkhotbah. Masing-masing kitab memiliki ciri
literatur sendiri sehingga hal itu juga mempengaruhi cara/langkah-langkah dalam
menafsirkannya.
1
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
2
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
3
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
yang berbentuk ayat adalah “setiap ayat harus terdiri sedikitnya dari 2 ‘anggota’
dimana bagian kedua, sedikit atau banyak, harus dapat memenuhi harapan yang
dimunculkan dari bagian pertama.”
Dari prinsip fundamental di atas, kemungkinan hubungan yang bervariasi
antara 2 kalimat dapat terjadi sebagai berikut:
a. Hubungan yang semata-mata dipisahkan oleh adanya koma. Dalam hal ini tidak
ada paralelisme dalam kalimat (anak kalimat A dan anak kalimat B).
Contoh: TUHAN, Allah semesta alam, berapa lama lagi murkaMu menyala
sekalipun umatMu berdosa? (Mazmur 80:5)
b. Anak kalimat B sebagai suatu kutipan kata-kata. Anak kalimat B merupakan isi
dari ucapan pemazmur/orang lain.
Contoh: Aku menyangka dalam kebingunganku: “Aku telah terbuang dari
hadapan mataMU” (Mazmur 31:23).
c. Rentetan tindakan (baris B merupakan rentetan tindakan dari baris A).
Contoh: Telah kauambil pohon anggur dari Mesir, telah Kauhalau bangsa-
bangsa, lalu Kautanam pohon itu (Mazmur 80:9).
d. Elemen-elemennya merupakan suatu pasangan. Ungkapan yang sama (biasanya
berpasangan) terdapat pada kedua anak kalimat.
Contoh: Tuhan memerintahkan kasih setiaNya pada siang hari, dan pada malam
hari aku menyanyikan pujian (Mazmur 42:9).
e. Setiap istilah pada anak kalimat A paralel dengan anak kalimat B.
Contoh: Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur
bagi Allahku selagi aku ada (Mazmur 146:2).
f. AB/B’C
Contoh: Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili
umatNya (50:4).
g. Anak kalimat A merupakan suatu pernyataan, anak kalimat B berupa suatu
pertanyaan.
Contoh: Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepadaMu; siapakah yang
akan bersyukur kepadaMu di dalam dunia orang mati? (Mazmur 6:6).
Puisi Ibrani dibedakan dari prosa oleh adanya perasaan keseimbangan antara
elemen-elemen yang ada. Keseimbangan tersebut dimengerti di dalam 3 cara:
a. keseimbangan dalam irama (meter)
b. keseimbangan dalam panjangnya (untuk menjumlah silabel dalam sebuah baris
kalimat)
c. keseimbangan dalam arti (mementingkan arti daripada meter dan silabel)
Meter
Salah satu karakteristik utama dari puisi adalah adanya ‘meter’, yaitu irama.
Irama yang dimaksud bukanlah seperti orang Yunani dan Latin menggambarkan
irama dalam puisi mereka, misalnya dengan menghitung jumlah suku kata (pendek
atau panjang) melainkan menekankan ‘aksen’ atau ‘tekanan’ tertentu. Jadi
penekanannya terletak pada bunyi.
Hal tersulit dalam mempelajari meter adalah kesulitan dalam mempelajari
pengucapan bahasa Ibrani.
4
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Paralelisme
Walaupun ‘meter’ merupakan salah satu karakteristik utama dari puisi Ibrani
tetapi karakteristik yang paling umum dalam puisi Ibrani adalah ‘paralelisme’, yaitu
‘pengulangan kata, frase, anak kalimat dan kalimat.’ Paralelisme merupakan ‘jantung
puisi Ibrani.’
Bentuk paralelisme yang banyak dipakai dalam puisi Ibrani:
a. Sinonim Paralelisme pengulangan pikiran yang sama memakai dua
kumpulan kata-kata yang berbeda tetapi berhubungan erat.
Contoh: Maz. 6:1
Ya Tuhan, janganlah menghukum aku dalam murkaMu,
dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarahMu
b. (Simetris) Antithetik Paralelisme pikiran yang sama yang diutarakan dari
dua perspektif yang berbeda bahkan seringkali berlawanan.
Contoh: Amsal 10:1
Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi
Anak yang bebal adalah kedurhakaan bagi ibunya
c. (Asimetris) Antithetik Paralelisme pikiran yang sama diutarakan dari dua
perspektif yang berbeda bahkan kadangkala tidak berhubungan
Contoh: Amsal 10:5
Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi
Siapa tidur pada waktu panen membuat malu
d. Sintetik Paralelisme pemikiran dalam anak kalimat pertama tidaklah
diulangi, melainkan disempurnakan, dilengkapi dengan anak-anak kalimat.
Contoh: Mazmur 40:2-4
Aku sangat menanti-nantikan Tuhan;
lalu Ia menjenguk kepadaku dan
mendengar teriakku minta tolong.
Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa;
Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu,
(Ia) menetapkan langkahku,
Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji
Allah kita.
e. Klimatik Paralelisme merupakan gabungan dari Sinonim dan Sintetik
Paralelisme.
Contoh: Maz. 93:3
Sungai-sungai telah mengangkat, ya Tuhan,
sungai-sungai telah mengangkat suaranya,
sungai-sungai mengangkat bunyi hempasannya
f. Emblematik Paralelisme bentuk sinonim paralelisme yang khusus dimana
kalimat pertama mengandung simile atau metafor dan kalimat kedua
menjelaskan arti kalimat pertama
Contoh: Kidung Agung 2:3
Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah
kekasihku di antara teruna-teruna.
g. Chiasme bagian pertama baris pertama bersilang dengan bagian kedua baris
kedua dan sebaliknya.
A B
5
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
B A
Contoh: Maz. 26:4
Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku
tidak bergaul
Elipsis
Elipsis adalah pengulangan anak kalimat kedua dengan tidak memakai
sebagian kata dari anak kalimat pertama (biasanya kata kerja).
Contoh: Maz. 88:7
Engkau telah menaruh aku dalam liang kubur yang paling dalam,
(engkau telah menaruh aku) dalam kegelapan,
dalam tempat yang dalam
Inklusio
Inklusio adalah suatu pengulangan yang membuka dan menutup sebuah
puisi.
Contoh: Kata “Ya Tuhan, Tuhan kami betapa mulianya namaMu di seluruh
bumi” ditulis pada awal dan akhir Maz. 8
Akrostik
Akrostik adalah puisi yang huruf pertama dari setiap barisnya membentuk
sebuah pola tersendiri.
Contoh: Mazmur 9, 10,25,34,37,111,112,119,145.
Imageri
Imageri adalah penggambaran sebuah obyek dengan cara membandingkan
sesuatu benda lain baik secara langsung (simile) maupun tidak langsung (metafora)
Contoh simile: Amsal 26:1”seperti salju di musim panas dan hujan pada
waktu panen, demikian kehormatanpun tidak layak bagi orang bebal”
Contoh metafora: Maz. 23:1 “Tuhan adalah gembalaku…….”
Paronomasia
Paronomasia adalah permainan kata yang memiliki tujuan tertentu.
Contoh: Yesaya 5:7 Allah mencari keadilan ( jP'v.mi) tetapi
malahan
mendapatkan penumpahan darah ( xP'f.mi)
Hiperbola
Hiperbola adalah gaya sastra yang mengungkapkan sesuatu dengan cara
yang dilebih-lebihkan.
Contoh: Yesaya 37:25 “Aku ini telah menggali air dan telah minum air; aku
telah mengeringkan dengan telapak kakiku segala sungai di Mesir!
6
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Personifikasi
Personifikasi adalah gaya sastra yang menggambarkan benda-benda mati
seolah-olah mempunyai unsur yang dimiliki oleh benda hidup.
Contoh: Yesaya 24:23 “Bulan purnama akan tersipu-sipu, dan matahari terik
akan mendapat malu, sebab TUHAN semesta alam akan memerintah di
gunung Sion dan di Yerusalem,….”
Apostrope
Apostrope adalah gaya sastra yang menggunakan benda yang
dipersonifikasikan sebagai obyek sapaan atau lawan bicara.
Contoh: Mazmur 68:18 “Hai gunung-gunung yang berpuncak banyak,
mengapa kamu menjeling cemburu, kepada gunung yang dikehendaki Allah
menjadi tempat kedudukan-Nya?….”
Latihan
7
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Mazmur
Signifikansi Mazmur
1) Kitab Mazmur telah memainkan peranan penting dalam ibadah di bait Allah,
synagoge dan gereja mula-mula. Pengaruh ini masih bisa dilihat dari
beberapa hymne modern yang terkenal, e.g., The Mighty Fortress is our God
(Mzm 46). Beberapa gereja melakukan pembacaan kitab Mazmur secara
berurutan sebagai bagian integral dalam ibadah.
2) Kitab Mazmur merupakan kitab PL yang paling banyak digunakan oleh
penulis PB, baik dalam bentuk kutipan (langsung) maupun alusi (tidak
langsung). PB mengutip 116 pasal dan 283 ayat dari seluruh kitab Mazmur.
Mayoritas penggunaan ini bersifat Kristologis (Mazmur dipahami sebagai
nubuat mesianis yang digenapi dalam Yesus).
3) Kitab Mazmur adalah pusat seluruh PL: penciptaan, konsekuensi dosa,
pengampunan, hukum Tuhan, Tuhan memberkati orang benar dan
mengutuk orang fasik, karya Tuhan dalam sejarah, dll. Longman III bahkan
mengatakan bahwa Perjanjian Lama ada dalam kitab Mazmur.
4) Kitab Mazmur merupakan kitab yang “paling praktikal”, dalam arti kitab
Mazmur memuat hal-hal yang paling dekat dengan pengalaman rohani
setiap orang Kristen. Robert Davidson, “..the Psalms cover the whole gamut of
human experience from praise to penitence, from quietly confident faith to agonized
perplexity, from joy at the wonder of life in God’s world to the struggle to reach out
to a God who seems remote or silent, from bpwing humbly before the mystery of life
to bitter and urgent questioning.”
8
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
1. Mengingat durasi penulisan Mazmur yang sangat panjang (dari zaman Musa
sampai pasca-pembuangan), bait Allah di sini sebaiknya dimengerti dalam konteks
tabernakel (kemah suci), bait suci Salomo maupun bait Allah kedua.
2. Mazmur dinyanyikan oleh paduan suara bait Allah dari kaum Lewi dan pada
bagian-bagian tertentu jemaat meresponi dengan menyerukan “haleluyah” (Hy"-
Wll.h;) atau “bahwasanya untuk selamanya kasih setianya” (ADs.x; ~l'A[l.
yK). Pujian ini diiringi oleh orkestra (1Taw 6:31-48; 15:16-24; 16:4-36; 25:1-7; 2Taw
5:11-13; cf. Mzm 39, 42-50, 62, 73-83, 84-89). Kata selah kemungkinan
mengindikasikan interlude musik atau tanda bagi jemaat untuk memberikan
respon .
3. Dalam ibadah rutin setiap hari: kebaktian pagi dan petang (Kel 29:38-42; 30:30:7-8;
Bil 28:2-8), cf. Mzm 24, 48, 82, 94, 81, 93, 92 = urutan ini sesuai dengan urutan hari.
4. Dalam perayaan Sabat dan bulan baru (Yes 1:13-14; Am 8:5, cf. Mzm 19, 104, 118,
98 & 104).
5. Dalam perayaan tertentu, e.g. Paskah (Kel 12; Ul 28:16-25; 2Raja 23:21-23, cf. Mzm
78, 105, 114) dan Pondok Daun (Kel 23:16; Im 23:29; Hak 21:19; 1Sam 1:3; Zak 14:16,
cf. Mzm 12, 65, 67), pentahbisan bait Allah (Yoh 10:22, cf. Mzm 30), Purim (Est 9:26-
32; cf. Mzm 7), Pentakosta (Im 23:15-21; Ul 16:9-11, cf. Mzm 11, 135, 136). Mazmur
Haleluya (Mzm 113-118) memegang peranan penting dalam perayaan hari raya
bangsa Yahudi.
6. Dalam kebaktian pada saat negara dalam bahaya, pelantikan raja baru (Mzm 2),
pernikahan raja (Mzm 45), sebelum peperangan (Mzm 20) dan sesudah kemenangan
(Mzm 21). Perayaan YHWH sebagai raja juga sangat mungkin dilakukan dalam
konteks ibadah di bait Allah (Mzm 47, 93, 95-100).
7. Mazmur-mazmur yang dinyanyikan pada acara tertentu - karena kata-kata atau
frasenya cocok untuk acara tersebut - disebut dengan nama Proper Psalms.
9
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
10
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
5. Publikasi Genevan Psalter (buku yang berisi keseluruhan Mazmur/150 pasal dalam
bentuk lagu yang diselesaikan oleh Theodore Beza dan diterjemahkan ke berbagai
bahasa) tahun 1562 dan The Book of Common Order (revisi dari Geneva Psalter dan
beberapa artikel dari pengakuan iman Kristen) mengindikasikan betapa kitab
Mazmur tetap memegang peranan sentral dalam ibadah Kristen.
Nama
Nama Inggris “psalms” berasal dari nama/judul kitab Mazmur dalam
Septuaginta (LXX) Yalmoi. Secara literal bentuk kata kerja yalmoi, yaitu yallw,
berarti “menekan”, “menarik” atau “memainkan (instrumen string)”. Karena itu,
yalmoi mula-mula mungkin berarti lagu yang dinyanyikan dengan iringan
instrumen string. Pada abad IV M, codex Vaticanus dari LXX memakai nama/judul
Yalmoi Bibloj Yalmon. Pada abad V M, codex Alexandrinus memakai nama lain,
yaitu yalterion yang sebenarnya berarti ‘instrumen bertali’ (Dan. 3:5) atau ‘suatu
kumpulan lagu.’ Kata yalmoi dalam LXX digunakan untuk menerjemahkan kata
Ibrani rAmz>m (“lagu” atau “musik instrumental”) yang sering muncul dalam
pembukaan sebuah Mazmur (80x). Nama Indonesia “Mazmur” sangat mungkin
berasal dari bahasa Arab, meskipun Alquran menyebut kitab ini dengan sebutan
“Zabur”.
Berbeda dengan penamaan kitab-kitab Musa (Pentateukh) yang biasanya
diambil dari kata/beberapa kata pertama dari sebuah kitab, dalam kanon Ibrani
nama kitab Mazmur adalah ~yLihiT (dari akar kata llh “memuji”). Beberapa
menganggap penamaan ini kurang tepat. Kata ini hanya muncul sekali dalam
keseluruhan kitab (145:1). Selain itu, kitab Mazmur juga berisi ratapan yang
jumlahnya seimbang dengan hymne dan pujian. Bagaimanapun pemilihan ~yLihiT
tetap beralasan: kata llh muncul sangat sering; kata Hy"-lL,h dalam PL hanya
muncul di kitab Mazmur; kitab Mazmur diakhiri dengan mazmur-mazmur yang
berisi pujian kepada Tuhan.
Struktur kitab
Hampir semua teolog menerima pembagian kitab Mazmur ke dalam 5 (lima)
bagian. Pembagian ini didasarkan pada munculnya doxology pada akhir setiap
bagian (cf. 41:14; 72:19; 89:53; 106:48; 150). Khusus bagian ke-5, Mzm 150 menjadi
doxology bagi bagian ini sekaligus bagi seluruh kitab Mazmur.
Talmud menulis, “Musa memberi Israel Lima Kitab dan Daud juga memberi Israel
lima kitab (bagian, red.) Mazmur” (Midrash Tehillim Mzm 1:1). Sejauh ini, tidak ada
alasan kuat untuk menjelaskan pembagian tersebut. Pengaturan ini tidak didasarkan
pada aspek kronologi suatu mazmur maupun kesatuan tema tertentu. Satu-satunya
pengelompokan yang memiliki alasan jelas adalah Mzm 120-134, yaitu sebagai
nyanyian ziarah. Usulan tema tiap bagian (I-V) sesuai dengan tema masing-masing
kitab Musa terlalu spekulatif dan dipaksakan.
11
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
hw"hy> ~yhil{a/
Bagian I 273 15
Bagian II 30 164
Bagian III 44 43
Bagian IV 103 0
Bagian V 236 7
Berdasarkan pengarang
Berdasarkan kronologi
12
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
!AyG"vi 1 7
Kadangkala ada dua judul yang digabung, cf. 30, 48, 65-68, 75-76, 83,
87-88, 92, 108 (rAmz>m ryv) dan 45 (ryv lyKif.m).
Catatan: tentang arti masing-masing judul ini akan dibahas tersendiri
dalam bagian Terminologi khusus dalam kitab mazmur.
Kanonisasi
“Perdebatan” teologis
Dalam proses peng-kanonisasian kitab Mazmur, tidak banyak masalah
teologis yang muncul. Sejak dulu kitab Mazmur, atau lebih tepat sebagian kitab
Mazmur, sudah dipakai dalam konteks ibadah maupun meditasi pribadi bangsa
Israel. Kitab ini juga tidak dikategorikan ke dalam Antilegomena. Meskipun demikian
ada dua pertanyaan teologis yang perlu diantisipasi:
1) Dapatkah kitab Mazmur disebut Firman Allah, sedangkan isinya berisi
ungkapan manusia kepada Allah (dari manusia kepada Allah)?
a) Kitab Mazmur menyatakan tentang Allah dan karakter Allah. Dari banyak
mazmur dapat terlihat pengalaman dan pemahaman seseorang tentang
kekudusan Allah (yang menuntut penghukuman orang fasik), kebesaran-
Nya (melalui ciptaan), kesetiaan-Nya (pengampunan), dsb.
b) Secara esensial, kitab Mazmur merupakan aplikasi seluruh ajaran Taurat. Ini
terlihat dari posisi Mzm 1 sebagai pembuka sekaligus sebagai inti seluruh
kitab Mazmur. Pembagian 5 (lima) bagian dalam kitab Mazmur berkaitan
dengan Taurat dan hal ini sangat mungkin menggambarkan sikap bangsa
Israel terhadap kitab Mazmur (cf. Mzm 119).
c) Para pemazmur diinspirasikan Roh Kudus pada waktu menyatakan perasaan
mereka (Mat 22:43 par.; Kis 1:16; 2:30; 4:25).
2) Bagaimana dengan imprecatory psalms (mazmur kutukan)? Bukankah ini tidak
sesuai dengan ajaran kasih?
Beberapa mazmur yang termasuk kategori ini adalah Mzm 7; 35; 58; 59; 69;
83; 109; 137; 139. Bentuk imprecatory ini juga ditemukan di kitab PL lain (Bil 10:35;
Hak 5:31; Yer 11:20; 15:15; 17:18; 18:21-23; 20:12). Argumentasi berikut
dikembangkan dari Carl Laney, “A Fresh Look at the Imprecatory Psalms”
dalam Vital Biblical Issues, ed. by Roy B. Zuck, 30-39.
a) Tujuan pemazmur.
13
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Meskipun tujuan yang baik tidak bisa menjadi patokan kebenaran suatu
tindakan, tetapi pemahaman menyeluruh tentang tujuan pemazmur akan
meminimalisasi kesalahpahaman.
1. Supaya kebenaran dan orang benar ditegakkan (Mzm 7:8-9).
2. Supaya Allah dipuji ketika pemazmur dilepaskan (Mzm
7:17; 35:18, 28).
3. Supaya orang melihat Allah memberi pahala orang benar
dan menghukum orang fasik (Mzm 58:11 cf. 69:28).
4. Supaya setiap orang tahu bahwa Allah berdaulat (Mzm
59:13).
5. Supaya orang fasik mencari Allah melalui hukuman (Mzm
83:16-18).
b) Dasar perjanjian.
Allah telah berjanji untuk memberkati atau mengutuk seseorang berdasarkan
sikapnya terhadap keturunan Abraham (Kej 12:1-3). Hukuman Allah atas
Bileam (Bil 22-24; 31:16) dan bangsa Midian (31:1-18) merupakan contoh
realisasi hal ini. Sebagai representasi bangsa Israel, Daud berhak memohon
Allah untuk merealisasikan sesuatu yang pada akhirnya juga pasti dilakukan
Allah.
c) Sikap pemazmur.
1. Pemazmur tidak pernah berkeinginan membalas dendam
sendiri. Ia selalu memohon Allah untuk bertindak (Mzm 7:6;
35:1; 58:6; 59:5), karena pembalasan memang hak prerogatif
Allah (Mzm 32:35).
2. Pemazmur hanya memohon penghakiman dan keadilan
Tuhan dinyatakan (cf. Luk 18:1-8; Wah 6:9-10). Ini bukan
manifestasi dendam pribadi.
3. Daud menyadari posisi raja Israel sebagai pilihan Allah (Ul
17:15; 1Sam 24:10; 26:11) dan bentuk teokratis bangsa Israel.
Ancaman terhadap raja atau bangsa Israel merupakan
ancaman terhadap pemerintahan Alja aja aja aja aja aja aja a.
4. Pemazmur memposisikan diri di pihak Allah yang kudus,
sehingga ia juga menganggap musuh Allah sebagai
musuhnya.
d) Progresivitas wahyu (dari yang parsial-kabur ke yang lebih jelas). Pada
zaman pemazmur, cara utama kebenaran Alkitab dapat dimanifestasikan
adalah melalui penghukuman orang fasik dan pembebasan orang benar (cf.
Ul 30:11-20). Selama orang fasik tetap hidup dan semakin berhasil,
“keberhasilan” tampaknya bertentangan dengan kekudusan dan kedaulatan
Tuhan (cf. Mzm 73).
e) Gaya bahasa pleonasme sangat umum dalam bentuk puisi/lagu. Gambaran
detail yang tampak sadistis sebenarnya hanya sekedar ungkapan yang tidak
boleh diinterpretasikan secara literal.
14
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Isu editorial
Melihat proses perkembangan kitab Mazmur seperti tersebut di atas,
pertanyaan logis yang muncul adalah “sejauh mana peranan seorang (sekelompok?)
editor dalam pengoleksian kitab Mazmur?”. Apakah mereka hanya
mengelompokkan? Apakah mereka juga menambahkan doxology dan introduksi
(biasanya di ay. 1) sebuah mazmur? Seandainya mereka terlibat dalam peranan
editorial yang lebih besar, apakah tambahan mereka bersifat innerant?
Ada beberapa hal terkait dengan pertanyaan di atas:
1) Masalah doxology, para teolog umumnya tidak terlalu mempersoalkan
karena tidak banyak mempengaruhi interpretasi terhadap suatu mazmur.
Mengingat hanya 72:19 yang terkait dengan bagian sebelumnya, doxology
mungkin tambahan dari editor (cf. posisi doxology dalam terjemahan LAI).
Kasus yang paling jelas adalah 72:20.
2) Masalah introduksi sebuah mazmur – biasanya menginformasikan jenis
mazmur, instrumen yang dipakai dan rujukan sejarah – kemungkinan besar
adalah tambahan editor. Hal ini terlihat dari perubahan kata ganti orang
ketiga tunggal di introduksi dan orang pertama tunggal di isi mazmur. Isu
yang sering dimunculkan justru berkaitan dengan reliabilitas (ketepatan)
penambahan rujukan sejarah oleh para rabi (cf. Mzm 3, 7, 18, 30, 34, 51, 52, 54,
56, 57, 59, 60, 63, 142). Catatan: topik pengarang dan judul mazmur akan
dibahas secara khusus.
15
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Ibrani Yunani
1.8 1-8
9.10 9
11.113 10-12
114.115 113
16
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
116 114-115
117.146 116-145
147 146-147
148.150 148-150
(tambahan 151)
Catatan:
a) LXX menggabungkan Mzm 9-10 dan 114-115 serta memisahkan 116 dan 147.
b) Penggabungan mzm 9 dan 10 menjadi satu mazmur di LXX lebih bisa
diterima. Pertama, Mzm 9 dan 10 seharusnya dijadikan satu, karena dari 9:1-
10:18 membentuk puisi akrostik. Di samping itu, gaya bahasa dan kosa kata
di dua mazmur ini juga sama.
c) Perubahan penomoran oleh LXX dalam kasus lain tampaknya tidak tepat dan
spekulatif.
d) Penggabungan Mzm 1 dan 2 di Talmud (Berachoth 9b) mungkin didasarkan
persamaan (kemiripan) dua mazmur ini:
1. Tidak seperti mazmur lain di bagian I, dua mazmur ini tidak
diasosiasikan dengan Daud.
2. Meskipun “tidak ditulis” oleh Daud, dua mazmur ini justru diletakkan
sebagai pembuka kitab Mazmur.
3. 1:1 “berbahagialah orang yang…” = 2:12b “berbahagialah semua
orang…”
4. 1:1 “duduk dalam kumpulan pencemooh…” = 2:4 “Dia yang duduk di
surga…”
5. 2:2b “merenungkan Taurat…” = 2:1 “merenungkan perkara sia-sia…”
6. 1:6 “orang fasik binasa…” = 2:12 “kamu binasa di jalan…”
[Catatan: kemiripan ini hanya menyangkut kosa kata. Tidak ada kesamaan
jenis mazmur maupun tema. Jadi, penggabungan ini tampaknya tidak tepat]
17
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
spasa,menoj th.n parV auvtou/ ma,cairan avpekefa,lisa auvto.n kai. h=ra o;neidoj evx
ui`w/n Israhl
Analisa
1) Fakta bahwa Mzm 151 juga ditemukan di DSS menunjukkan eksistensi
mazmur ini sudah dikenal cukup luas pada waktu itu.
2) Mazmur ini ditulis setelah 5 bagian kitab Mazmur sudah terbentuk dan
diakui (ay. 1 e;xwqen tou/ avriqmou/). Hal ini menjadi bukti kuat untuk menolak
kanonitas mazmur ini.
3) Mazmur ini merupakan gubahan bebas atas 1 Sam 16-17.
4) Karakteristik mazmur ini berbeda dengan mazmur Daud yang lain. Rujukan
sejarah dalam isi terlalu eksplisit. Genre mazmur ini juga tidak didapati dalam
mazmur Daud yang lain.
5) Seandainya mazmur ini memang mazmur Daud, belum tentu setiap mazmur
yang digubah Daud adalah Firman Allah. Inspirasi terutama menyangkut tulisan
(2Tim 3:16), bukan penulis. Dalam kasus ini, kriteria tradisi penting untuk
diperhatikan.
Pengarang
Daud sebagai pengarang
Meskipun beberapa teolog mulai meragukan validitas tambahan editorial
“Mazmur Daud” pada 73 mazmur yang ada, argumentasi berikut secara konklusif
mendukung Daud sebagai pengarang mayoritas mazmur.
1) Melimpahnya catatan PL di luar kitab Mazmur yang mengindikasikan Daud
sebagai pemazmur yang handal.
a) Daud membuat ratapan puitis pada saat kematian Saul (2Sam 1:19-
27).
b) Daud pandai memainkan musik dan terlibat aktif dalam paduan
suara bait Allah (2Sam 6:5, 15; 1Taw 16:4-5; 2Taw 7:6; 29:25).
c) Daud disebut sebagai the sweet psalmist of Israel (2Sam 23:1; 1Sam
16:18; Am 6:5).
2) Penulis PB juga mengakui Daud sebagai pengarang (Luk 20:42-44 dari Mzm
110; Kis 1:20 dari Mzm 69; Kis 2:25-28 dari Mzm 16; Kis 2:34 dari Mzm 110; Rom
4:6-8 dari Mzm 32). Beberapa kutipan bahkan menyebut Daud sebagai
pengarang beberapa Orphan Psalms (Kis 4:24-25 dari Mzm 2:1-2; Ibrani 4:7 dari
Mzm 95:8). Kutipan paling penting adalah Mat 22:44-45. Dalam kutipan ini Yesus
mendasarkan argumentasi tentang keallahan-Nya dari sudut pandang Daud
sebagai penulis mazmur yang menyebut Mesias sebagai tuannya (cf. Mzm 110:1).
18
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
3) LXX juga mengaitkan Orphan Psalms dengan Daud (30, 33, 43, 71, 91, 93-99,
104, 137), meskipun LXX menghilangkan nama Daud dalam Mzm 122, 124.
Mzm 4 Untuk (l.) pemimpin biduan. Dengan iringan musik. Mazmur dari
(l..) Daud.
Mzm 30 Mazmur. Nyanyian untuk pentahbisan bait Allah. Dari (l.) Daud.
Mzm 42 Untuk (l.) pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran dari ( l.) bani
Korah.
Mzm 92 Mazmur. Nyanyian untuk (l.) Hari Sabat.
Mzm 102 Doa dari (l.) orang sengsara, pada waktu ia letih lesu dan
mencurahkan pengaduannya kepada TUHAN.
Kedua, persamaan 2Sam 22:1-51 dengan Mzm 18. Kedua bagian ini sangat
identik, sehingga mendukung penulis Mzm 18 (cf. ay. 1 dwId'l) sebagai Daud
di 2Sam 22:1-2. Ketiga, Mzm 72:20 “Sekianlah doa-doa Daud, anak Isai”,
meskipun judul Mzm 72 mengasosiasikannya dengan Salomo. Terakhir, catatan
puisi Kanaan menyiratkan bahwa fungsi !m (“dari”) sudah digantikan dengan
b atau l.
2) Beberapa mazmur yang diasosiasikan dengan Daud mencerminkan situasi
setelah pembuangan, sehingga tidak mungkin ditulis oleh Daud.
Ada beberapa jawaban terhadap keberatan ini. Pertama, dugaan adanya situasi
pasca pembuangan tidak jelas dan masih diperdebatkan. Archer (489)
memberikan contoh berkaitan dengan penggunaan istilah sanctuary, house of
Yahweh dan temple yang dianggap merujuk pada bait Allah Salomo, padahal
istilah tersebut sudah dipakai untuk kemah suci (Kel 28:43 vd,Qo; Yos 6:24
hw"hy>-tyB; 1Sam 1:9; 3:3 lk;yh). Kedua, dalam beberapa kasus terlihat
adanya usaha untuk merelevansikan suatu mazmur melalui penambahan (e.g.,
51:18 dan 69:36).
19
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Judul mazmur
Nyanyian. Ini mungkin merujuk pada nyanyian
Song khusus ibadah di bait Allah (cf. Mzm 120-124).
ryv
Beberapa kali ryv digabung dengan judul
mazmur lain.
rAmz>m Psalm Mazmur. rAmz>m biasanya diiringi musik,
sedangkan ryv hanya vokal.
Nyanyian ziarah. Dinyanyikan waktu menaiki
Song of ascent tangga bait Allah (song of steps) atau waktu para
tAl[]M;h; peziarah dari berbagai daerah datang ke
ryv Yerusalem pada hari raya tertentu (pilgrimage
song).
~T'k.m Mikhtam Miktam. Artinya paling kabur: mungkin mazmur
penebusan (Mowinckel) atau pilar inskripsi (LXX
dan Targum).
Nyanyian pengajaran. Arti ini diambil dari akar
Maskil kata lkX. Beberapa mengartikan lyKif.m
lyKif.m
sebagai nyanyian yang artistic dan dikarang dengan
terampil.
!AyG"v Shiggaion Nyanyian ratapan. Arti ini sangat dimungkinkan,
tetapi alasan mengapa hanya Mzm 7 yang
memakai ini tidak diketahui.
hL'hiT Psalm of Puji-pujian.
praise
hL'piT Prayer Doa. hL'piT jika dikaitkan dengan mazmur
berarti doa ratapan atau doa syafaat.
Terminologi musik
x;Cen:m.l To the chief Untuk pemimpin biduan. Arti yang lebih tepat
musician memang pemimpin paduan suara, bukan
20
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
21
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
lebih baik untuk menyentuh seluruh kepribadian seseorang daripada prosa. Puisi
merangsang imaginasi, membangkitkan perasaan, memberi informasi pada intelek
dan menyentuh kehendak manusia. Perbandingan yang paling jelas terdapat dalam
Kel 14:26-31 dan 15:1-5.
Penafsiran historis
Penambahan introduksi rujukan historis pada beberapa mazmur
menunjukkan bahwa kitab Mazmur sejak dahulu sudah ditafsirkan secara historis,
yaitu mempertimbangkan situasi atau peristiwa asli yang melatarbelakangi
pembuatan sebuah mazmur. Mazmur yang memiliki rujukan historis adalah Mzm 3,
7, 18, 34, 52, 54, 56, 59, 60, 63. Untuk mazmur lain yang tidak memiliki rujukan
historis, para penafsir tetap mencoba merekonstruksi latar belakang mazmur
tersebut berdasarkan bukti internal mazmur dan catatan sejarah bangsa Israel (dari
sumber PL maupun non-kanonik).
Penafsiran mesianis-eskhatologis
Ketika kerajaan Daud terpecah dan negara Israel tidak lagi memiliki
kemerdekaan, banyak mazmur yang berhubungan dengan Daud diberikan suatu
penafsiran baru yang bersifat futuris, yaitu pengharapan tentang datangnya seorang
raja di masa depan yang akan merestorasi bangsa Israel. Penafsiran ini merupakan
penafsiran mesianis yang telah beredar di lingkungan Yahudi. Selanjutnya,
penafsiran yang sama juga ditemukan dalam PB (cf. Kis 2:30-35; 4:25-27). Petrus
menginterpretasikan kembali beberapa mazmur (Mzm 2, 6, 110) yang secara
tradisional berhubungan dengan Daud dalam terang kehidupan, kematian dan
kebangkitan Yesus. Bahkan beberapa mazmur yang secara tradisional tidak
berhubungan dengan Daud juga ditafsirkan secara kristologis (Kis 4:24-25 dari Mzm
2:1-2; Ibrani 4:7 dari Mzm 95:8). Tafsiran ini terus dilestarikan mulai zaman pasca
rasuli sampai modern. Sebagai contoh, Agustinus menginterpretasikan ‘berkat’
dalam Mazmur 1 hanya dapat diaplikasikan pada Yesus dan bahwa ‘pohon yang
ditanam di tepi aliran air’ menunjuk pada Yesus pula.
22
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
23
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Ratapan Pribadi
1) Kategorisasi.
Jenis ini paling banyak didapati dalam kitab Mazmur. Ada sekitar 50
mazmur yang termasuk dalam jenis ini (kebanyakan ada di buku I dan II). Cerita
tentang Hana di 1Samuel 1 mengindikasikan dengan jelas natur, sumber dan
setting ratapan pribadi. Seorang yang punya pergumulan datang ke bait Allah
untuk berdoa dan menumpahkan isi hatinya kepada Allah. Sebagai jawaban atas
doanya, ia menerima jaminan bahwa Allah telah mendengar doanya.
3 4 5 6 7 9 10 11 13 16 17
22 25 26 27 28 31 35 36 38 39 40
42 43 51 52 54 55 56 57 59 61 62
63 64 69 70 71 77 86 88 94 102
109 120 130 140 141 142 143
24
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
2) Problem khusus.
a) Mazmur ratapan pribadi merefleksikan berbagai setting. Mazmur ini dijadikan
doa oleh mereka yang sedang sakit, dituduh secara hukum, difitnah, ditekan,
diancam musuh, dsb. Dalam beberapa mazmur terlihat bahwa orang pergi ke
bait Allah untuk memohon perlindungan Allah.
b) Kadang kala setting dan masalah yang dihadapi tidak terlalu jelas. Siapakah
identitas musuh peratap? Bagaimana situasi dia yang sesungguhnya (nyata)?
Seandainya musuh yang dihadapi adalah penyakit (e.g., Mzm 38), apakah
penyakit ini harus ditafsirkan secara literal?
c) Dalam beberapa kasus, tidak ada musuh yang disebutkan peratap (Mzm 51).
3) Identitas musuh.
a) Tindakan musuh.
1. Mereka berusaha mencabut nyawa peratap (Mzm 35:4; 38:12;
40:14; 54:3; 63:9; 70:2).
2. Mereka mengekspresikan sukacita yang besar atas
kemalangan peratap (Mzm 6:10; 13:4; 35:15).
3. Mereka mengejek keadaan peratap yang tanpa harapan,
sekaligus mengejek ketidakberdayaan Allah yang dipercayai
peratap dalam menolong dia (Mzm 42:3b, 10; 79:10).
b) Metafora untuk musuh.
1. Pemburu yang menggunakan jala dan jebakan (Mzm 140:4-
5).
2. Binatang buas (Mzm 17:11-12; 22:12-13, 16).
3. Pahlawan, biasanya pemanah (Mzm 7:13; 11:2; 37:14).
c) Natur musuh.
1. Tidak berbuat baik (Mzm 26:10; 36:4).
2. Tidak rohani dan pencemooh (Mzm 10:3-4; 14:1).
3. Atheis (tidak percaya Tuhan, Mzm 94:7).
d) Nasib musuh: mereka pasti akan jatuh dan orang benar dimuliakan (Mzm 52,
58).
e) Identitas musuh:
1. Golongan orang Yahudi tidak rohani yang melawan orang
saleh di era pasca pembuangan (Alfred Rahlfs).
2. Mereka yang menuduh pemazmur sebagai objek hukuman
Allah karena ia dianggap telah melakukan suatu dosa; atau,
sebaliknya, mereka yang menyangkal keadilan ilahi serta
menganggap pemazmur menderita terlepas dari
kesalehannya (Hermann Gunkel).
3. Mereka yang menuduh pemazmur telah berdosa dan dalam
beberapa kasus, ketika pemazmur bersikeras pada
ketidakbersalahannya, pemazmur diharapkan melalui
upacara kultus tertentu untuk membuktikan
ketidakbersalahannya (Schmidt).
4. Mereka yang menyerang pemazmur secara mistis atau sihir
(Mowinckel).
5. Kekuatan luar yang menyerang Israel sebagai umat
perjanjian atau orang yang saleh (Harris Birkeland).
25
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Catatan:
Dari semua usulan di atas, ada beberapa hal yang perlu dipahami:
a) Dalam beberapa kasus pemazmur mengakui dosanya (Mzm 51, 38:19;
32:5-6), tetapi kadangkala ia merasa telah dituduh secara salah (Mzm
27:10-12). Pemazmur juga kadang berdiri di antara kedua sikap
tersebut: ia mengakui dosanya (Mzm 69:6), tetapi ia tetap
menganggap tuduhan terhadapnya tidak berdasar (Mzm 69:4-5).
b) Usulan Birkeland bisa benar dalam kaitan dengan mazmur ratapan
kelompok (Mzm 83:5-13), tetapi inipun tidak boleh digeneralisasikan.
c) Usulan lain tampak terlalu spekulatif, sedangkan usulan Miller tidak
memberikan solusi sama sekali.
d) Konklusi: identitas musuh harus diteliti secara khusus, sesuai dengan
konteks masing-masing mazmur.
4) Jenis
Mazmur ratapan pribadi dapat dibagi lagi berdasarkan topik/inti pergumulan
yang sedang dihadapi pemazmur, misalnya ratapan orang yang sedang sakit,
orang yang sakit dan tertekan serta orang yang dianiaya dan dituduh (Kraus,
dimodifikasi oleh Bullock) untuk detail lihat tabel.
5) Struktur
a) Pendahuluan (alamat ratapan).
Allah adalah tempat peratap menumpahkan isi hatinya. Hubungan ini
tampak sangat intim (e.g., Allahku, 4:1; 5:2) dan jujur (peratap
mengungkapkan sikapnya terhadap Allah apa adanya, cf. Mzm 13:2-3). Allah
digambarkan sebagai satu-satunya Pribadi yang bisa (dan harus?) menolong
peratap. Bagian ini biasanya dimulai dalam bentuk pertanyaan kepada Allah,
misalnya “mengapa?” atau “berapa lama lagi?”.
b) Isi ratapan.
1. Alasan: alasan ratapan bisa bervariasi, misalnya penyakit
(Mzm 6:3-4), tekanan secara spiritual (Mzm 13:2-3), dosa (Mzm
130:3-4), penganiayaan maupun tuduhan (Mzm 35:1-3).
2. Tujuan: ratapan (keluhan) biasanya ditujukan pada Allah
(yang dianggap sebagai penyebab kesedihan dan harus
bertanggungjawab), diri sendiri maupun musuh.
c) Kepercayaan: pengakuan percaya kepada Allah (3:5; 4:9).
d) Petisi: permohonan kepada Allah (kadang-kadang disertai adanya ‘hak’
peratap terhadap Allah dalam petisinya).
e) Motif: alasan mengapa Allah perlu menolong peratap, bahkan kadang-
kadang disertai tawar menawar, intimidasi dengan Allah (6:5; 88:11-13).
f) Janji untuk memuji Allah: peratap berjanji untuk pertolongan Tuhan
bahwa ia akan membayar sesuatu sebagai rasa syukur dan pujiannya (13:6)
g) Pujian kepada Allah: pujian karena Allah menjawab doanya (7:180
26
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Ratapan Bersama/Kelompok
1) Karakteristik
Yang termasuk dalam jenis mazmur ini:
12 14 44 53 58 60 74 79 80 83 85 90 106 108 123 126 137
Contoh-contoh ratapan kelompok/bersama yang pernah ada:
- pada masa Israel di Mesir: Kel 2:23 (dalam bentuk statement)
- Musa: Kel 5:22-23
- Yosua 7:7-9
- Bangsa Israel: Hakim-hakim 21:3
Contoh-contohnya dalam kitab nabi-nabi:
- Yesaya 63:7-64:11
- Yeremia 14:7-9, 19-22
- Hab 1:2-4, 12-17
- Ratapan 5
Beberapa ratapan kelompok diikuti oleh tindakan tertentu sebagai bagian dari
ratapan :
- Berpuasa: Yoel 2:16; Yunus 3:5
- Memakai kain kabung: Yoel 1:13; Yer 4:8
27
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
2) Struktur
a. Alamat ratapan: kadang-kadang ini juga berfungi sebagai ratapan
pendahuluan (bdg: 74, 79, 80)
b.Tindakan Allah pada masa lampau: orang-orang ‘mengingatkan’ Allah
kembali akan apa yang telah Dia lakukan terhadap bangsa mereka
c. Ratapan: meliputi apa yang dilakukan oleh musuh (74:4-8; 79:1-3), apa yang
dialamai orang-orang yang meratap tersebut (74:9; 79:4) dan apa yang sedang
‘Allah lakukan’ terhadap mereka (Mengapa? Berapa lama?)
d. Kepercayaan: pengakuan percaya kepada Allah
e. Petisi: permohonan kepada Allah untuk mereka (orang-orang yang meratap)
dan untuk musuh mereka
f. Motif: alasan mengapa Allah perlu menolong peratap
g. Janji untuk memuji Allah
3) Komponen
a. Isi Ratapan :
- Allah : kata yang biasa dipergunakan adalah ‘Mengapa?’ dan ‘Berapa
lama?’ untuk menanyakan mengapa Allah ‘menolak’, ‘meninggalkan’
ataupun ‘melupakan’ umat-Nya.
- Situasi yang dihadapi mereka, berisi keluhan terhadap apa yang mereka
hadapi
- Apa yang dilakukan oleh musuh terhadap mereka
b. Tindakan Allah pada masa lampau:
- tujuannya adalah untuk membuat ‘perbandingan’ antara apa yang Allah
lakukan pada masa lampau dengan apa yang terjadi pada umat-Nya saat
itu, seolah-olah ‘mengingatkan’ Allah akan tindakan-tindakan-Nya yang
luar biasa pada masa lampau (44; 80:8, 12)
- sisi lain dari bagian ini adalah mengingatkan kembali pada
sejarah, yaitu
bahwa sejarah mencakup masa lalu, masa kini dan masa depan yang diikat
bersama dalam kontrol Allah
- bagian ini seringkali dinamakan ‘pujian deklaratif/pernyataan’
c. Petisi, berisi:
- permohonan untuk mendapatkan ‘perhatian’ dari Allah, biasanya
28
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Himne
1) Karakteristik
Mazmur yang termasuk kategori ini:
29 33 68 100 103 105 111 113 114 115 117
134 135 139 145 146 147 149 150
Pentingnya himne:
- Mazmur himne dan mazmur ucapan syukur merupakan ‘respon’ manusia
yang terbaik untuk menggambarkan kedaulatan, kekuatan dan keagungan
Allah (siapa dan karya apa yang Allah lakukan)
- kedua jenis mazmur ini menunjukkan kepada kita tentang iman, teologi dan
kesalehan Israel. Mereka mengekspos bagaimana Israel mengenal Allah dan
apa yang mereka percayai sehubungan dengan Allah.
- Himne dimengerti sebagai suatu lagu jemaat yang berkumpul bersama untuk
beribadah. Biasanya tidak ada ibadah atau perkumpulan yang akan tetap ada
tanpa adanya lagu-lagu pujian tentang allah atau dewa-dewa. Di Israel, himne
dipergunakan oleh orang banyak untuk menggambarkan sifat-sifat, karya
penyelamatan, karya penciptaan dan hal-hal lain yang dilakukan oleh Allah.
Contoh himne kuno: lagu Miriam (Kel 15:21), lagu Debora (Hakim-hakim 5),
lagu-lagu serafim/malaikat (Yesaya 6:3).
- Himne merupakan suatu lagu yang dipergunakan untuk ibadah dengan
mempergunakan berbagai alat musik (bdg: 150). Setidaknya hal ini memberikan
gambaran ibadah yang dilakukan bangsa Israel.
2) Jenis
Menurut Westermann, himne dapat dibagi menjadi 2 bagian:
a. Pujian-pujian deskriptif (yang bersifat menggambarkan): himne untuk memuji
Allah karena segala perbuatan, sifat dan keberadaan-Nya secara keseluruhan
(113)
b. Puji-pujian deklaratif (yang bersifat menyatakan): himne untuk memuji Allah
karena perbuatan-perbuatan-Nya yang khusus yang Dia perbuat terhadap
seseorang atau sekelompok orang
Himne bagian kedua inilah yang akhirnya dia definisikan sebagai mazmur
ucapan syukur (untuk membedakan dari himne).
Wendel memberikan beberapa kategori untuk membedakan antara himne dan
mazmur ucapan syukur:
a. Di dalam himne seseorang yang dipuji ditinggakan; di dalam ucapan syukur,
obyek (orang) –nya tetap di tempatnya
b. Di dalam himne, ‘saya’ diarahkan kepada seseorang yang saya puji
(meninggalkan diri sendiri); di dalam ucapan syukur, kata ‘saya’
mengungkapkan ucapan syukur ‘saya’
c. Esensi dari himne adalah kebebasan dan spontanitas; ucapan syukur dapat
29
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
3) Struktur
a. Pendahuluan
- sering dimulai dengan bentuk perintah untuk memuji, seperti: Pujilah
Tuhan, Bernyanyilah…. (kata yang paling banyak muncul adalah Pujilah
Tuhan, cth: 117)
- perintah ini diikuti dengan penyebutan nama Tuhan
- pendahuluan ini mengungkapkan tujuan dari pemazmur sendiri (145:1),
ataupun ajakan yang ditujukan kepada para pemusik dan penyanyi (33:2),
kepada para hamba (135:2), dan anak-anak Allah (29:1), atau orang-orang
benar (33:1), kepada Yerusalem (147:12), atau kepada seluruh bangsa (117),
dan kepada seluruh makhluk yang bernafas (150:6).
b. Bagian Utama
- Pendahuluan itu selanjutnya diikuti dengan alasan untuk memuji
- Selanjutnya diikuti dengan serangkaian participal, “ yang….. yang….”
(146:7). Participal memberi ide seolah-olah apa yang Allah lakukan terus
berlangsung hingga sekarang.
- bentuk pujian kadang-kadang muncul dalam bentuk pertanyaan retorik
113:5)
- di dalam himne, perbuatan-perbuatan Allah digambarkan, baik yang telah
Dia lakukan maupun yang sedang dilakukan-Nya
30
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
c. Kesimpulan
- tidak ada alur aturan yang tetap untuk kesimpulan
- kadang-kadang berupa ucapan berkat (29:11), ataupun harapan/
permintaan, malahan kadang hanya berupa ucapan ‘halleluya’ (113:9)
1) Karakteristik
Yang termasuk mazmur jenis ini:
30 34 41 66 92 116 118 138
Tujuan mazmur ini adalah bersyukur kepada Allah karena tindakan
pembebasan yang dilakukan Allah dan memuji Pembebas-nya di hadapan
jemaat (20:1-3;34:4,6;41:4)
Ada hubungan dan kesamaan antara Mazmur ini dengan mazmur ratapan
pribadi, misalnya janji pemazmur untuk mengucap syukur. Secara umum
yang membedakannya dengan mazmur ratapan individu adalah susunannya:
- Mazmur ucapan syukur: pujian + tekanan/pergumulan pada masa lampau
- Mazmur ratapan : tekanan/pergumulan + pujian pada masa mendatang
Mazmur Ratapan Mazmur Ucapan Syukur
a. Jeritan (dengan keluhan) a. “KepadaMu aku berseru..”
b. Permohonan agar Allah b. “Engkau telah mendengarku..”
berbalik
c. Permohonan agar Allah c. “Engkau telah mengangkat..”
turut campur tangan
Formula pendahuluan yang paling sering muncul adalah “Aku akan
memuji Engkau, Tuhan”, “ Aku hendak memuji Engtkau pada segala
waktu”, dan “Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan”.
2) Struktur
a. Pendahuluan
Pendahuluan mazmur ucapan syukur hampir identik dengan kesimpulan
mazmur ratapan individu (bdg: 13:6 dan 30:1). Selanjutnya diikuti dengan
alasan memuji pendek (30:1-3; 116:1; 138:3)
b. Bagian Utama
Merupakan penggambaran tentang tindakan/karya Allah. Bagian ini
merefleksikan dua natur ratapan: “Dengarlah doaku” dan “Selamatkanlah
aku”. Bagian ini dibagi menjadi dua bagian: pengulangan tentang krisis yang
terjadi sebelumnya dan laporan/cerita tentang penyelamatannya.
Cth: pengulangan krisis: 30:6-7
Cerita tentang penyelamatan: “Aku berseru” 30:8-10 dan “Allah
menyelamatkan aku” 30”11-12
Kesukaran/permasalahan seringkali digambarkan sebagai suatu perbudakan
atau sesuatu yang mendekati maut, sementara pembebasannya digambarkan
sebagai pembebasan dari maut.
Ada juga tiga bagian penyelamatan yang berhubungan dengan bagian dari
ratapan individu (34:5 bdg 6:1,4)
- seruan - Aku mencari Tuhan
- permohonan agar Allah berbalik - Ia menjawab aku
- permohonan pertolongan Allah - Ia melepaskan aku dari
31
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
c. Kesimpulan
Bentuknya selalu bervariasi tetapi bertujuan untuk memuji Tuhan (30:12 janji
untuk memuji; 66:20 pujian; 118:28 pujian)
1) Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
67 75 107 124 129 136
Perbedaan pendapat tentang penentuan mazmur-mazmur yang termasuk dalam
kategori ini paling banyak diperdebatkan oleh para sarjana. Satu hal yang
disepakati mereka: tidak banyak mazmur jenis ini di dalam kitab Mazmur.
a. Gunkel : 66:8-12; 67; 124; 129
b. Westermann : 124, 129
c. Weiser : 124
d. Murphy : 67, 124
Jarangnya jenis mazmur ini merupakan kenyataan yang cukup aneh karena
mazmur jenis ini merupakan cara terbaik untuk menggambarkan hubungan
antara Tuhan dan Israel. Beberapa sarjana berusaha menjelaskannya dengan
cara demikian:
- Pada satu sisi, seperti yang kita ketahui sekarang, kitab Mazmur dibukukan
setelah masa pembuangan dimana selama itu hampir tidak ada
pengalaman karya penyelamatan Allah. Pada sisi lain, masa ketika Israel
mengalami pembebasan Allah terjadi pada masa lampau.
- Penjelasan yang lain adalah kemungkinan bahwa mazmur himne dan ucapan
syukur individu telah menyerap/menyertakan mazmur ucapan syukur
kelompok sehingga perbedaannya sulit ditemukan. Mungkin saja orang
Israel kuno tidak membedakan ketiganya secara tajam seperti yang dilakukan
sarjana modern sekarang.
Kesulitan dalam memahami mazmur ini:
a. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa ada hubungan antara mazmur
ratapan individu dan ucapan syukur individu, tetapi tidak ada hubungan
antara mazmur ratapan bersama dengan ucapan syukur bersama
b. Hilangnya hubungan tersebut mungkin berhubungan dengan kemungkinan
bahwa permohonan orang-orang pada masa krisis nasional tersebut
tidak dapat diubahkan menjadi pujian dengan cepat (sebagaimana dalam
ucapan syukur individu).
Ada dua jenis mazmur ratapan kelompok:
a. mazmur pujian syukur Israel (124, 129)
- tidak ada gambaran tentang perang/pertempuran
- peristiwa historis dalam latar belakangnya tidaklah terlalu jelas
b. mazmur kemenangan
- tidak ada mazmur kemenangan di dalam kitab Mazmur (mungkin karena
setelah penghancuran Yerusalem pada 587 dan pembuangan ke Babel, Isreal
tidak lagi mengalami kemenangan dalam perang selama berabad-abad).
- di dalam kitab Hakim-hakim terdapat pada pasal 5: lagu yang dinyanyikan
Debora (Hakim-hakim 5), satu-satunya lagu mazmur kemenangan yang ada
pada masa sebelum pembuangan, menunjukkan struktur yang hampir sama
32
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
2) Struktur
Menurut Mowinckel:
a. Pendahuluan
b. Bagian Utama: laporan tentang tekanan dan penyelamatan
c. Kesimpulan: ajakan untuk memuji dan mengucap syukur
Menurut Westermann:
a. Pendahuluan: ‘biarlah Israel berkata demikian’ (124:1b, 129:1a)
b. Ringkasan: ‘jikalau bukan Tuhan’ (124:2a)
c. Melihat balik: ‘ketika manusia bangkit..’ (124: 2b-5; 129:3)
d. Memuji: ‘Terpujilah Tuhan…’ (124:6; 129:4)
e. Laporan tentang tindakan Allah (124:6-7; 129:4b)
f. Kesimpulan: percaya, berharap (124:8; 129:5-8)
Mazmur Hikmat
1) Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
1 32 37 49 73 78 112 119 127 128 133
Ciri-ciri jenis mazmur ini:
- beberapa mazmur memakai kata-kata yang hampir mirip dengan kata-kata yang
dipakai dalam kitab Amsal (Maz 37:16 bdg Amsal 16:8; Maz 128:1 bdg Amsal
28:14)
- beberapa mazmur memiliki motif yang sama dengan beberapa literatur hikmat
dalam PL, seperti Amsal, Ayub dan Pengkhotbah (37:7,37,38).
- beberapa mazmur menunjukkan perbedaan linguistik dan gaya yang berbeda
dari literatur hikmat, misalnya pemakaian kata ‘orang benar’ dan ‘orang fasik’.
Jika mazmur mempergunakan gaya tertantu, itulah mazmur hikmat:
pemakaian istilah ‘berbahagia’ (1:1; 32:1), kata-kata pembukaan ‘dengarlah’
(49:1; 78:1), mazmur akrostik yang merupakan gaya paling favorit dari mazmur
hikmat (37, 112, 119)
- Sejumlah besar mazmur memiliki tema ‘Taurat” yang bertujuan untuk
mengajarkan hal yang baik dan buruk.
Kitab-kitab Hikmat dalam PL biasanya dibagi dua: yang satu menekankan upah
bagi orang benar dan hukuman bagi orang fasik (tradisional) sedangkan yang
lain mengatakan bahwa kadang-kadang orang fasik malahan menikmati
kebahagiaan sedangkan orang benar menderita karena kemalangan:
- Amsal : tipe tradisional (pertama)
- Ayub dan pengkhotbah : tipe kedua
Mazmur 1 dan 112 dapat dikategorikan yang pertama sedangkan mazmur 37,49
33
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
2) Struktur
Tidak ada struktur yang baku dalam jenis mazmur ini karena berbedanya
kategori (misal ada yang menekankan keindahan bentuk/akrostik, tema: orang
fasik/benar, dll).
Contoh struktur : Mazmur 1
1.3 keadaan orang benar
4.5 keadaan orang fasik
kontras orang benar dan orang fasik
Mazmur Penciptaan/Ciptaan
1) Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
8 19 65 104 148
Ciri khas mazmur ini adalah bahwa bagi para pemazmur, dunia dipenuhi dengan
hal-hal yang ‘baik’ (menggemakan Kejadian 1:1-2:4a) dimana masing-masing
elemennya merupakan sesuatu yang ‘baik’ dan seluruh ciptaan adalah ‘sangat
baik’. Dalam mazmur jenis ini, dunia yang diciptakan tidak hanya diam atau
membisu. Masing-masing mengungkapkan pesan-pesan untuk memuji
keagungan, kekuasaan dan kemuliaan Allah.
2) Struktur
Tidak ada stuktur yang baku karena obyeknya berlainan.
1) Karakteristik
Yang termasuk mazmur ini:
47 93 95 96 97 98 99
Ciri-ciri mazmur ini:
- Allah yang dipuji sebagai Raja begitu dominan
Besarnya frekuensi kemunculan kata ' %l'm' hw"hy> ' (Tuhan
bertahta/ menjadi
raja)
- Allah sebagai Raja berlaku bukan hanya untuk Israel tetapi untuk seluruh
bangsa
2) Struktur
a. Pendahuluan
Frase ‘Allah itu Raja’ sering muncul pada permulaan mazmur (93:1; 97:1).
Selanjutnya diikuti dengan ajakan/perintah kepada seluruh bumi untuk
memuji Allah (47:1; 96:1; 97:1)
34
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Mazmur Raja
1) Karakteristik
Yang termasuk dalam mazmur ini:
2 18 20 21 45 72 89 101 110 132 144
Ciri-ciri mazmur ini;
- mazmur ini tidak memiliki kekhususan, baik dalam jenis maupun strukturnya.
Bentuknya bisa berupa himne, ratapan, ucapan syukur, dll.
- Alasan utama dinamakan mazmur raja adalah karena raja berperan sebagai
subyek utama. Raja di sini berperan sebagai seseorang yang berdoa atau
berbicara atau orang yang didoakan
- Raja yang digambarkan adalah orang tertentu (tanpa menyebut nama), bertahta
di Yerusalem, orang Israel atau Yehuda, dengan formula: Raja bertahata di Sion
(2:6; 110:2; 20:2), ia keturunan Daud (18:50;132:10,17) dan ia diurapi oleh Tuhan
(2:2; 18:50; 20;6;p 89:15; 132:10).
Situasi yang diperhadapkan dalam mazmur raja adalah sebagai berikut:
- Maz. 20 : suatu lagu yang dinyanyikan oleh paduan suara kerajaan
ketika raja akan berangkat perang
- Maz. 144:1-11 : ratapan yang diutarakan oleh seorang raja
- Maz. 18 : doa ucapan syukur seorang raja yang kembali dari perang
- Maz. 45 : lagu pernikahan untuk seorang raja dan pengantinnya
- Maz. 132 : peringatan akan hari penaikan tahta seorang raja dan
kerajaannya
- Maz. 2,21,72,110 : lagu-lagu pada saat hari pelantikan raja
2) Struktur
Tidak ada stuktur tetap/baku yang dapat teridentifikasi karena adanya berbagai
latar belakang (lih. di atas).
Mazmur Liturgis
35
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Sedangkan beberapa aktifitas yang ada dalam ibadah adalah bersujud, bangkit,
menggerakkan tangan, berjalan di sekitar altar atau memberi persembahan.
Mazmur Kepercayaan
Mazmur Zion
36
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Ayub
Identitas Ayub
37
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Genre
Kitab Ayub termasuk dalam genre ‘literatur hikmat’ (Wisdom Literature)
yang disetarakan dengan kitab Amsal, Pengkhotbah, Sirakh dan Kebijaksanaan
Salomo. Literatur hikmat merefleksikan literatur Yahudi dimana kehidupan
manusia digambarkan secara luas tanpa pengesampingan minat politik yang
merupakan karakteristik literatur Yahudi lainnya.
Secara umum, literatur hikmat berhubungan dengan ide tentang bagaimana
manusia harus hidup (right living) dan berpikir (right thinking) yang meliputi tema-
tema antara lain:
- Allah yang jauh, tanpa adanya keintiman dan keterlibatan dengan manusia
- Allah sebagai Penguasa yang telah menetapkan hukum-hukum-Nya untuk ditaati
manusia
- Bagaimana manusia menjalani hidup tanpa berusaha menarik perhatian-Nya
38
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Klasifikasi
Dalam MT, kitab Ayub dimasukkan dalam kelompok Kethubim. Posisi yang
sebenarnya masih tidak diketahui secara pasti. Menurut Talmud (Baba Bathra 14b),
kitab Ayub berada dalam urutan ke-3 setelah Rut dan Mazmur. Dalam tradisi orang
Spanyol (Sephardi), Ayub pun terletak di urutan ke-3 setelah Tawarikh dan Amsal.
Tradisi Ashkenazi (orang-orang Eropa Tengah) juga meletakkannya pada urutan ke-
3 setelah Mazmur dan Amsal. Eidi Kittel’s Biblica Hebraica (mengikuti Leningrad
Codex 19a) meletakkan Ayub pada posisi ke-3 setelah Mazmur. Namun Jerome (dan
beberapa bapa gereja lainnya) meletakkan Ayub pada permulaan (berdasarkan
kronologi waktu hidup), baru kemudian Mazmur (Daud) dan Amsal (Salomo).
Versi-versi Bahasa Inggris mengikuti urutan yang ada pada Latin Vulgata.
Kitab Ayub diletakkan sesudah kitab-kitab sejarah dan mendahului Mazmur dan
Amsal (dengan pertimbangan kronologi waktu). Sedangkan versi Syria (Peshitta)
meletakkan Ayub dalam posisi yang agak radikal, yaitu dengan meletakkan Ayub
setelah kitab Ulangan karena Ayub dianggap hidup pada jaman Patriarch.
Social Setting
Banyak sarjana merujuk latar belakang sosial kehidupan Ayub adalah pada
masa para patriarkh hidup. Ada banyak referensi dari kitab Ayub sendiri, misalnya:
kekayaan Ayub dihitung berdasarkan banyaknya ternak dan budak (1:3;
42:12) yang juga berlaku pada jaman Abraham (Kej. 12:16; 13:2) dan Yakub
(Kej. 30:43; 32:5).
berkali-kali Ayub menyebut tempat tinggalnya dengan ‘kemah’
ibadah yang dilakukan Ayub berbentuk korban persembahan ternak dan
ayub sendiri memimpin ibadah tanpa adanya imam sebagai perantara (bdk.
Kej. 15:9-10)
bentuk mata uang yang muncul adalah uang kuno keshita (42:11) dan itu
juga dipergunakan pada jaman Abraham (Kej. 33:19; Yos. 24:32)
rentang waktu hidup Ayub sekitar 200 tahun (bdg. 42:16). Rentang waktu ini
berhubungan dengan usia para patriarch (bdg. Terah, ayah Abraham, mati
pada usia 205; Abraham 175; Yakub147)
Orang Syeba dan Kasdim adalah para nomaden pada jaman Ayub (Job 1:15,
17), begitu juga pada jaman Abraham (karena selanjutnya, mereka bukanlah
bangsa nomaden)
Anak-anak perempuan Ayub adalah pewaris kekayaan Ayub juga di
samping anak-anak lelakinya. Hal ini tidak mungkin berlaku pada jaman
hokum Musa jika masih ada anak laki-laki yang hidup (Bil. 27:8).
Kata ‘ yD:‡v; ‘ (Mahakuasa) yang ditujukan kepada Allah dipergunakan
sebanyak 31 kali di Ayub dan merupakan sesuatu yang sudah umum pada
jaman Patriarkh (Kej. 17:1; Kel. 6:3).
Beberapa nama orang dan tempat dalam kitab Ayub berhubungan dengan
kitab Kejadian, misalnya:
a. Orang Syeba (Ayub 1:15; 6:19) adalah cucu Abraham (Kej 25:3)
39
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
b. Tema, cucu Abraham yang lain (Kej. 25:15) adalah Tema yang sama dalam
Ayub (6:19)
c. Elifas (Ayub 2:11) adalah anak Esau (Kej. 36:4)
d. Us (Ayub 1:1) adalah nama keponakan Abraham (Job 1:1)
Selain kitab Ayub, beberapa kitab kuno lainnya juga memiliki alur cerita
yang mirip dengan Ayub, misalnya:
Dalam kebudayaan orang Kanaan dikenal kisah kepahlawanan Keret,
seorang raja yang kehilangan seluruh anggota keluarganya, termasuk
istrinya, dalam serangkaian bencana alam. Dia sendiri sedang di
ambang maut, tetapi melalui perintah dari dewanya, El, dia
mendapatkan seorang istri yang dan keluarga yang baru.
Di Mesir terdapat sebuah teks kuno yang merupakan dialog
seseorang dengan jiwanya sendiri. Orang itu berdebat dengan dirinya
sendiri dan mempertanyakan apakah penderitaan yang dialami, “To
whom can I speak today? I am laden with wretchedness for lack of an
intimate.… Death is in my sight today like the odor of myrrh, like sitting
under an awning on a breezy day.” Teks kuno lainnya, The Protests of the
Eloquent Peasant, berisi permohonan seseorang yang mengalami
ketidakadilan social. Namun bedanya dengan Ayub adalah teks ini
menggambarkan permohonan orang itu tidak ditujukan kepada
dewa, melainkan pemerintah.
Dari Babel ada karya tulisan yang seringkali diparalelkan dengan
kitab Ayub, yaitu “I will praise the Lord of Wisdom.” Karya ini
menggambarkan seorang laki-laki yang saleh yang diserang oleh
penyakit. Teman-temannya menuduh sebagai orang berdosa dan
keluarganya memusuhinya. Dia sendiri percaya bahwa dia pasti
berbuat dosa (kurang berhati-hati) sehingga dewanya
menghukumnya. Dia mengalami banyak kebingungan untuk
memahami dewa-dewa: “What seems good to one, to a god may be evil.…
Where have mankind learned the way of a god?” Dia menggambarkan
penderitaannya dengan cara yang sangat mengerikan dan memohon
pembebasan. Pada akhirnya kesehatannya dipulihkan. Teks kuno
yang lebih tua umumnya, dari Sumer, Man and His God, memiliki
banyak kesamaan dengan Ayub. Orang yang menderita mengeluhkan
penderitaan yang disebabkan oleh dewanya “You have doled out to me
suffering ever anew.… My friend gives the lie to my righteous word.”
Namun tidak seperti Ayub, orang ini mengakui bahwa dia telah
berbuat dosa dan akibatnya adalah dewanya telah mengubah
penderitaannya menjadi sukacita.
STRUKTUR
40
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
41
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
L. Ayub 21:1-34
M. Elifaz 22:1-30
N. Ayub 23:1-24:25
(24:18-24 problematis)
O. Bildad 25:1-6
P. Ayub 26:1-14
Q. Ayub 27:1-23
(27:7-23 problematis)
IV. Puisi Hikmat 28:1-28
V. Percakapan Ayub dengan diri sendiri 29:1-31:40
VI. Percakapan Elihu 32:1-37:24
A. Pendahuluan 32:1-5
B. Percakapan pertama 32:6-33:33
C. Percakapan kedua 34:1-37
D. Percakapan ketiga 35:1-16
E. Percakapan keempat 36:1-37:24
VII. Konfrontasi antara Allah dan Ayub 38:1-42:6
A. Percakapan Tuhan yang pertama 38:1-39:33
B. Pertukaran antara Allah dan Ayub 39: 34-38
C. Percakapan Tuhan yang kedua 40:1-41:25
D. Ketertundukan Ayub pada Allah 42:1-6
VIII. Penutup 42:7-17
Struktur keempat adalah model struktur kitab Ayub yang paling banyak diterima
oleh para sarjana, tetapi tidak semua dari mereka menyetujui pemisahan bagian
‘percakapan Ayub dengan diri sendiri’ (bag. II) dan bagian III. Masih diperdebatkan
apakah pada bagian itu Ayub berkata-kata dan kemudian teman-temannya memberi
jawaban ataukah teman-temannya berkata terlebih dahulu dan Ayub memberi
jawaban.
Secara keseluruhan struktur literatur kitab Ayub adalah seperti yang terdapat dalam
bagan di bawah ini:
Keindahan kitab Ayub bukan hanya terletak pada struktur keseluruhannya tetapi
juga pada pemaparan detail (1:1-5 cf. 42:10-17).
Inti Percakapan
42
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
43
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
44
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
45
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
46
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
47
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
48
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
49
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan (1:1)
Gambaran tentang karakater Ayub dinyatakan pada 1:1 sebagai seorang yang
“saleh dan jujur; takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.“ Istilah ‘saleh ( ~T'ó) dan
jujur ( rv"±y"w> )’ merupakan suatu istilah yang sering dipakai bersamaan dan
sudah umum dalam dunia hikmat dan amsal (bdg. Ams. 2:7; 2:21; 28:10; 29:10; Maz.
37:37; 25:21); begitu juga dengan istilah ‘takut akan Tuhan ( ~yhiÞl{a/
arEîywI) dan menjauhi kejahatan ( [r"(me rs"ïw>): bandingkan Ayub
28:28; Ams 3:7; 16:6).
50
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Takut akan Tuhan dalam literature hikmat seringkali berarti menghormati dan
segan terhadap kehendak Allah yang nampak dalam tindakan-tindakannya. Dan takut
akan Tuhan seringkali dihubungkan dengan ‘menjauhi kejahatan.’
51
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
52
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Penebus ( lia]GOæ)
Siapakah yang dimaksud oleh Ayub ketika dia mengatakan ‘Penebusku’?
Kata lia]GOæ bisa berarti:
Penuntut balas: sanak saudara dekat yang mempunyai kewajiban untuk
menuntut balas seorang pembunuh
Suami levirat: saudara laki-laki atau sanak saudara dekat dari seorang laki-
laki (status: telah menikah) yang telah mati, yang memindahkan
kewajibannya untuk mengawini istri laki-laki yang telah mati tadi dan
membangkitkan keturunan atas nama almarhum dan berhak sebagai ahli
waris dari kekayaan almarhum
Penebus masalah kekayaan: seorang saudara dekat yang mempunyai hak
menolak pertama kali untuk membeli harta milik yang telah dijual karena
jatuh miskin
Penebus dari perbudakan: seorang sanak saudara yang boleh membeli
kembali seseorang yang telah menjual dirinya sendiri sebagai hamba/budak
kontrakan
Ada juga konsep Allah sebagai Penebus yang dimunculkan pertama kali dalam
Kel. 6:6, dalam Hosea, Yesaya dan Mazmur. Penebus di kitab-kitab tersebut
fungsinya sangat terbatas dan mencakup penebusan dari pembuangan, penaklukan,
kematian, kesalahan atau kemalangan yang tak dikenal.
Di dalam Alkitab, pada kenyataannya kata Penebus hanya merujuk pada Allah.
Sebenarnya ketika Ayub berkata ‘Tetapi aku tahu Penebusku hidup’ saat itu dia
sedang berkata ‘Tetapi aku tahu Allahku hidup’ karena di budaya dunia Israel kuno
saat itu adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengklaim bahwa dia tahu
Allahnya hidup. Sedangkan alasan mengapa Ayub memilih kata Penebus untuk
menggantikan kata Allah adalah karena kedekatan kata tersebut dengan kata-kata
bagian sebelumnya (ay. 13-19) yang memiliki hubungan yang dekat dengan kata
lia]GOæ.
Penggunaan kata hidup ( yx'_
) semata-mata hanyalah merupakan kontras
dengan keyakinan Ayub bahwa suatu saat dia akan mati tanpa sempat memulihkan
nama baiknya. Untuk itu dia membutuhkan ‘seseorang yang hidup’ yang akan
berjuang untuk kepentingannya.
53
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Identitas Kuda Nil ( tAmheb.) dan Buaya (!t'y"w>li): Mistis atau Nyata?
Perdebatan tentang isu di atas dapat diibaratkan permainan tarik tambang
yang berlangsung lama di antara para sarjana. Dan hasilnya, ada 2 posisi yang
dipegang oleh para sarjana. Pertama, mereka berpegang bahwa kedua binatang di
atas hanyalah dongeng dunia kafir tentang 2 monster besar (Leviathan dan
Behemoth). Kedua, 2 binatang adalah makhluk hidup nyata yang hidup 350 tahun
lampau.
Teori pertama (mistis) mendasarkan pendapatnya pada bukti sederhana dari
pemakaian nama Leviathan dan penggunaannya di dalam literatur Alkitab maupun
literatur orang-orang kafir. Tidak perlu dipertanyakan tentang kemunculan binatang
mistis yang namanya Leviathan (=Lothan) yang juga pernah muncul dalam kitab
Ayub (3:8) dan nama-nama lainnya yang mirip (Rahab, Yam, Tannin, Tehom,
Nahar) dalam 7:12; 9:13; 26:12; 28:14; 38:8-11; 40:18.
Teori kedua (nyata) mendasarkan pandangannya pada penggambaran aktual
dari kedua binatang tersebut dalam pasal 40-41. Apalagi, nama Behemoth, yang
merupakan bentuk jamak dari nama binatang lokal (yang kemungkinan adalah
banteng ganas atau anak sapi), merupakan suatu kepastian dari natur binatang-
binatang tersebut.
Fungsi 40:10-41:25
54
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
55
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Kata ‘berkata benar tentang Aku’ bukan berarti Allah membenarkan semua
perbuatan Ayub yang salah, misalnya mengutuk diri sendiri (=mengutuk
penciptanya). Kata ‘benar’ yang dimaksud setara dengan ‘reliable information’ yang
berarti kesimpulan Ayub tentang asal penderitaannya adalah benar, yaitu Allah
sendiri, sedangkan teman-teman Ayub disalahkan oleh Allah karena mereka
menyatakan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Dengan demikian teman-teman
Ayub telah bersalah terhadap Ayub. Hal ini semakin diperjelas dengan perintah
Tuhan kepada teman-teman Ayub untuk mempersembahkan korban (8) dan
Ayublah yang berdoa bagi mereka sehingga mereka tidak jadi dihukum oleh Allah
karena Ayub.
56
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Cth: 15:21 (Bunyi yang dahsyat sampai ke telinganya dan pada masa
damai ia didatangi perusak)
22:12-13 (Bukankah Allah bersemayam di langit yang tinggi? Lihatlah
bintang-bintang yang tertinggi, betapa tingginya! Tetapi pikirmu: Tahu apa
Allah?…….)
Amsal
=============================================================
57
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Karakteristik Amsal
Kategori Amsal
1. Kata-kata Populer
Tidak seperti halnya puisi dengan paralelisme-nya, yang dinamakan kata-
kata populer biasanya satu pernyataan dalam bentuk saru kalimat. Misalnya:
- Seperti Nimrod, seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN
(Kej 10:9)
- Apa Saul juga termasuk golongan nabi? (1 Sam. 10:12; 19:24)
- Dahulu biasa orang berkata begini: Baiklah orang minta petunjuk di Abel dan
di Dan (2 Sam 20:18)
- Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? (Yoh. 1:46)
- Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas (Tit 1:12)
2. Pepatah/peribahasa
Pepatah biasanya terdiri dari 2 atau 3 baris kalimat (paralelisme) yang
berbentuk pernyataan (bukan perintah) yang didasarkan pada pengalaman (bukan
otoritas) dari si pengajar (guru).
Pepatah/peribahasa dapat berbentuk:
a. Penjajaran (Juxtaposition)
Dalam penjajaran, elemen atau setiap bagian yang membentuk kalimat dirangkai
satu persatu tanpa adanya perbandingan
Contoh: Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang
sesat jalannya, menghina Dia (Ams. 14:2)
Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa
memewahkan pintunya mencari kehancuran (Ams. 17:19)
b. Perbandingan (Comparison)
Perbandingan dapat berbentuk simile (seperti….) atau better saying (lebih
baik….daripada).
Contoh: Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi bekerja untuk diri sendiri, dari
pada berlagak orang besar, tetapi kekurangan makan (Ams. 12:9)
Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang yang
58
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Dalam Akitab (PL) , istilah teknis yang dipakai untuk ‘hikmat’ adalah
hm'îk.x'. Karena arti istilah setiap saat berubah dan selalu berbeda sesuai
dengan latar belakang sosialnya, maka artinya tidaklah selalu sama.
59
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
60
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
61
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
itself in a special circles of the people, while in the age after Solomon, which was peculiarly
favourable to it, eagerly inquisitive scholars gathered around individual masters, until ever
increasingschools were formed. But its influence gradually penetrated all the other pursuits of
the people, and operated on the most diverse departments of authorship.”
Ada beberapa jenis bentuk puisi yang muncul dalam kitab Amsal. Ada yang
seringkali dipakai dalam Amsal () dan ada yang jarang ():
1. Distich () terdiri dari 2 baris yang berhubungan, baik dalam hubungan
sinonim, antitetik, sintetik, emblematik, dll
Contoh: Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan,
Sapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum (Amsal 11:25)
2. Tetrastich () terdiri dari 4 baris dimana baris ke-3 dan 4 menjelaskan arti baris
ke-1 dan 2
Contoh: Sisihkanlah sanga dari perak
Maka keluarlah benda yang indah bagi pandai emas.
Sisihkanlah orang fasik dari hadapan raja,
Maka kokohlah takhtanya oleh kebenaran (Amsal 25:4-5)
62
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Contoh: Hai anakku, dengarkanlah, dan jadilah bijak, tujukanlah hatimu ke jalan
yang benar
Janganlah engkau ada di antara peminum anggur dan pelahap daging.
Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat
orang berpakaian compang-camping (Amsal 23:19-21)
Berbeda dengan kitab-kitab puisi lainnya, hampir lebih dari separuh isi dari
tiap-tiap perikop kitab Amsal berisi tema berbeda/bermacam-macam. Hal ini
merupakan sesuatu yang lumrah karena kitab Amsal merupakan kumpulan amsal
dan tidak disusun berdasarkan kesamaan tema (walaupun ada beberapa bagian
yang memiliki kesamaan tema dalam satu perikop). Perbedaan atau bermacam-
macam tema tersebut di sisi lain merupakan suatu kesulitan apalagi masing-masing
bagian memiliki bentuk puisi yang berbeda.
Dalam mengenali jenis-jenis kata kiasan dalam kitab Amsal ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
1. JENIS FIGURATIF DAN LITERAL
Membedakan kedua jenis kata di atas merupakan usaha yang gampang-
gampang susah, bahkan kamus atau alat bantu eksegesa hanya mendefinisikan sbb:
figuratif adalah non-literal dan literal adalah non-figuratif. Namun ada kriteria yang
dapat dipergunakan untuk membedakan keduanya, yaitu apabila suatu kata (baik
benda, kerja sifat, dll) ternyata keberadaannya tidaklah konkrit dan apabila berbagai
usaha untuk menentukan ke-konkrit-an tersebut, tidak berhasil, maka kata tersebut
merupakan kata figuratif. Cth: Amsal 10:13.
63
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Cara penentuan seperti ini juga akan membuat kita terperangkap pada
beberapa kata atau ungkapan yang seolah-olah merupakan kata figuratif tetapi
sebenarnya tidak. Cth: Amsal 11:14 “Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa,
tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada.” Dalam kasus seperti ini, kata
yang dimaksud digolongkan pada metafora mati.
2. JENIS-JENIS PERBANDINGAN
Kitab Amsal merupakan kitab puisi yang cukup banyak mempergunakan
bentuk-bentuk perbandingan selain kitab Kidung Agung. Ada 3 macam cara
perbandingan yang dipergunakan:
a. SIMILE
Simile merupakan cara termudah untuk membuat dan mengerti suatu
perbandingan. Di dalam simile, 2 elemen diperbandingkan dengan
mempergunakan kata “seperti, sama, serupa.”
Cth: 16:15
Wajah raja yang bercahaya memberi hidup dan kebaikannya seperti
awan hujan musim semi
b. METAFORA
Metafora merupakan suatu bentuk perbandingan dimana kedua elemen
perbandingan dinyatakan secara eksplisit dan kenyataan bahwa kedua
elemen tersebut diperbandingkan sangat jelas.
Cth: 18:11a
Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya
12:4a
Istri yang cakap adalah mahkota suaminya
c. HIPOCATASTASIS
Hipocatastasis adalah suatu bentuk perbandingan yang hanya menyebutkan
salah satu elemen perbandingan. Pendengar atau pembaca diasumsikan telah
mengerti identitas dari elemen yang lain.
Cth: 20:26
Raja yang bijak dapat mengenal (Ibr: menampi) orang-orang fasik dan
menggilas mereka berulang-ulang
3. SINEKDOKHE
Sinekdokhe adalah jenis kata yang mempergunakan satu kata untuk
menggantikan yang lain namun kedua kata tersebut saling berhubungan (sebagian
untuk seluruh). Dengan kata lain: A merupakan bagian dari B, dan A berbicara
seolah-olah dia adalah B.
Cth: 12:24
Tangan orang rajin memegang kekuasaan tetapi kemalasan
mengakibatkan kerja paksa
11:26
Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas
kepala orang yang menjual gandum
Struktur
64
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Ada banyak struktur untuk kitab Amsal, salah satunya adalah struktur
berikut yang paling banyak diterima formulasinya oleh para sarjana:
I. Judul 1:1
II. Pendahuluan 1:2-7
A. Tujuan 1:2-6
B. Kata-kata pernyataan 1:7
III. Serangkaian instruksi dan kata-kata hikmat 1:8-9:18
A. Instruksi Pertama 1:8-19
B. Kata-kata hikmat 1:20-33
C. Instruksi Kedua 2:1-22
D. Instruksi Ketiga 3:1-12
E. Instruksi Keempat 3:13-24
F. Instruksi Kelima 3:25-35
G. Instruksi Keenam 4:1-9
H. Instruksi Ketujuh 4:10-27
I. Instruksi Kedelapan 5:1-23
J. Serbaneka 6:1-19
K. Instruksi Kesembilan 6:20-35
L. Instruksi Kesepuluh 7:1-27
M. Instruksi Kesebelas: kata-kata hikmat 8:1-36
N. Instruksi Keduabelas 9:1-18
IV. Kumpulan “Amsal Salomo” 10:1-22:16
V. Kumpulan “Amsal orang bijak” 22:17-24:22
VI. Kumpulan “Amsal orang bijak” 24:23-34
VII. Kumpulan “Amsal Salomo” (pegawai-pegawai Hizkia) 25:1-29:27
VIII. Kumpulan “Amsal Agur” 30:1-9
IX. Kumpulan “kata-kata berbentuk bilangan” 30:10-33
X. Kumpulan “Amsal Lemuel” 31:1-9
XI. Puisi akrostik tentang wanita ideal 31:10-31
65
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Peringatan yang diberikan pada bagian ini berakar pada keluarga (bdg: kata
“hai, anakku”). Namun seringkali pula bagian ini dipergunakan untuk
menggambarkan tentang hubungan orang bijak dan muridnya dalam hal
memberikan nasehat. Hal yang paling banyak dibahas adalah tentang akal bulus
orang berdosa.
B. Kata-kata hikmat (1:20-33)
Bagian ini merupakan bagian yang unik sebagai suatu parallel dari Amsal 8-9
serta Sirakh 24. Dalam bagin ini, hikmat seolah berkata-kata sebagimana seorang
nabi atau Tuhan sendiri. Tujuannya adalah meyakinkan pembaca agar taat pada
hikmat.
C. Instruksi Kedua (2:1-22)
Bagian ini merupakan puisi alfabet (1-4, 5-8, 9-11: masing-masing 3 ayat
dimulai dengan alef; 12-15, 16-19, 20-22: masing-masing 3 ayat dimulai dengan
lamed). Bentuk perintah tidak terdapat pada bagian ini, dan sebagai penggantinya
bentuk janji bersyarat dipergunakan sebagai upaya pengajaran. Tema intinya adalah
Tuhan sebagai sumber hikmat. Mencari hikmat sama halnya dengan mencari Tuhan.
D. Instruksi Ketiga (3:1-12)
Bagian ini didominasi oleh perintah-perintah dan larangan yang disertai
dengan klausa motif. Tema utamanya bervariasi.
E. Instruksi Keempat (3:13-24)
Bagian ini dimulai dengan formula “Berbahagialah….” (ay.13) dengan
penekanan pada pujian terhadap hikmat.
66
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Hermeneutika Amsal
2. Jika bagian tersebut merupakan variasi berbagai macam tema, bandingkan bagian
tersebut dengan bagian lain yang memiliki kesamaan isi. Beberapa amsal muncul di
tempat lain yang berbeda karena itu perbandingan bagian yang mirip sangat penting
untuk memahami ayat.
4. Ingat, bentuk paralelisme (utamanaya sinonim) dalam kitab Amsal lebih banyak
membutuhkan pengetahuan tentang budaya saat itu dibandingkan bentuk
paralelisme sinonim dalam kitab Mazmur!
6. Carilah inti cerita dan maksud yang terkandung dalam amsal tersebut. Tentukan
apakah bagian tersebut berlaku secara umum (universal) atau terdapat kandungan
budaya pada saat itu. Jika terdapat kandungan budaya, carilah perbandingan
dengan budaya kita saat ini.
67
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
68
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Pengkhotbah
=============================================================
Penulis Kitab
69
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
2. adanya kesamaan latar belakang antara apa yang dipaparkan Salomo dalam I
Raja-raja dan kitab Pengkhotbah, mis.:
- Peng. 1:16 ---------- I Raja 3:12
- Peng. 2:4-10 -------- I Raja 5:27-32
- Peng. 2:4-10--------- I Raja 7:1-8
- Peng. 2:4-10 -------- I Raja 9:17-19
- Peng. 2:4-10 -------- I Raja 10:14-29
- Peng. 7:20 ----------- I Raja 8:46
- Peng. 7:28 ----------- I Raja 11:1-8
- Peng. 12:9 ---------- I Raja 4:32
maka dapatlah disimpulkan bahwa Qoheleth adalah Salomo sendiri.
Selain itu pernyataan Qoheleth dalam 1:16 secara tidak langsung menyatakan status
dirinya sebagai raja yang paling berhikmat (bdg: 2 raja sebelumnya: Saul dan Daud,
tidak dinyatakan memiliki hikmat yang jauh melebihi Salomo, bahkan setelah
Salomo, kerajaan Israel terpecah dan tidak ada raja yang tersohor setelah itu).
70
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Tema Kitab
Secara keseluruhan isi kitab ini dibagi menjadi 2 sudut pandang Salomo.
Pertama, Salomo melihat kehidupan dari sudut pandang manusia biasa. Dia menilai
kehidupan dari kacamata seseorang yang belum mengenal Allah. Dari kesemuanya
itu Salomo menyimpulkan, “Segala sesuatu adalah sia-sia.” Kedua, Salomo
memandang kehidupan dari sisi seseorang yang mengenal Allah. Kehidupan
menjadi berarti jika sesoerang menyembah dan melayani Allah.
Ada beberapa istilah yang muncul dalam frekuensi yang cukup mencolok:
1. Kesia-siaan muncul sebanyak 39 kali. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘sia-sia’ yang
dipakai berarti ‘sesuatu yang tanpa substansi, yang begitu saja akan berlalu.’ Kesia-
siaan ini diibaratkan embun pagi. Secara umum kata ini mengarah pada sesuatu
yang negatif, yaitu tidak berarti. Kata ini diaplikasikan kepada kerja keras dan
hasilnya (2:11; 6:2), kesukaan (2:1; 6:9), hikmat (2:15), perkataan (6:11), keberadaan
manusia (2:12), kematian (11:8), ketidakadilan dalam hal pahala (8:14).
2. Keuntungan/guna istilah ini menunjuk pada suatu yang lebih (surplus) dan
memiliki kesamaan dengan kata rtAY (2:15;7:16; 12:9, 12) dan rt+Am (3:19).
3. Bagian Kata ini muncul pada 2:10, 21; 3:22; 5:17-18; 9:6; 11:2. Secara
keseluruhan artinya positif. Kata ini bisa berarti kekayaan (2:21; 11:2) namun tidak
ada jaminan bahwa seseorang akan menikmatinya, menerimanya (5:18-19) atau tetap
mampu menjaganya (2:2; bdg. 6:2).
4. Kerja keras Kata ini merujuk pada kerja keras, hasil yang didapatkan dari kerja
keras. Kata ini memiliki arti negative dan biasanya disamakan dengan hidup (3:12;
bdg. 3:13; 2:24).
5. Di bawah matahari muncul sebanyak 29 kali. Kata ini dipergunakan untuk
mewakili perspektif temporal dan batasan bumi, yang memandang kegiatan
kehidupan sebagai sesuatu yang tak ada batasnya.
71
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
6. Allah muncul sebanyak 40 kali. Kata ini banyak menghiasi bagian sudut
pandang kedua dimana Salomo memandang kehidupan dari sisi orang yang
mengenal Allah.
7. Hati muncul sebanyak 40 kali. Kata ini tidak berhubungan dengan sudut
pandang Salomo yang pertama dan kedua. Kata ibi hanya menunjukkan tempat
dimana manusia bias merasakan damai, tujuan hidupnya tercapai atau sebaliknya.
8. Hikmat muncul sebanyak 50 kali. Kata ini tidak langsung ditujukan kepada
kedua sudut pandang Salomo, walaupun duapertiga kata ini banyak muncul pada
bagian sudut pandang Salomo yang pertama.
Karakteristik Kitab
72
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Keterangan:
1. Kata “ har
” (melihat) yang muncul sebanyak 46 kali, dalam 2:13, 24
dipakai bukan hanya semata-mata menunjuk pada tindakan melihat tetapi lebih
mengarah pada pengamatan secara kritis.
2. Kata “ vy
” (ada) dalam kitab Pengkhotbah menyatakan suatu situasi yang
terbatas. Contohnya: 2:21 menggambarkan suatu pengamatan terhadap apa
yang terjadi, tetapi hal itu tidak selalu terjadi; namun hal itu benar-benar
terjadi.
Bentuk pengulangan ini mendapat perhatian dari seorang sarjana bernama A.G.
Wright yang membuat struktur kitab berdasarkan pengulangan frase kunci pada
masing-masing bagian:
1. Prolog (1:1-11)
2. Pembagian kitab ke dalam 2 bagian besar dengan berdasarkan pada frase kunci:
a. 1:12-6:9 terdiri dari 6 bagian (2:1-11; 2:12-17; 2:18-26; 3:1-4:6; 4:7-16; 4:17-6:9)
yang masing-masing berakhir dengan pengulangan kata “sia-sia” atau “usaha
menjaring angin.” Dua pendahuluan sebelumnya (1:12-15; 16-18) juga berakhir
dengan frase kunci yang sama ditambah dengan kata-kata amsal (ay. 15 dan
18).
b. 6:10-11:6 terdiri dari 2 bagian:
- 6:10-8:17 terdiri dari pendahuluan (6:10-12) dan 4 bagian (7:1-14; 7:15-24;
7:25-29; 8:1-17) yang dipisahkan dengan frase “siapa dapat menemukannya
atau menyelaminya” atau “tidak dapat mendapatinya…” Perhatikan 3 kali
pemunculan frase tersebut dalam 8:17.
- 9:1-11:6 terdiri dari 4 bagian (9:1-12: bagian problematic; 9:13-10:15; 10:16-
11:2; 11:3-6) yang masing-masing bagiannya dipisahkan dengan frase “tidak
mengetahui”. Perhatikan 3 kali pemunculan kata tersebut dalam 11:5-6.
73
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
3. Puisi berakhir dengan kemunculan gambaran usia muda dan tua dalam 11:7-12:8
yang diikuti dengan epilogue (12:9-14).
Kesatuan Kitab
74
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
75
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
Struktur Kitab
76
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
77
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
78
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
2. Salomo sedang menegaskan bahwa karena dalam kehidupan terdapat banyak hal
yang tidak dapat dimengerti, maka manusia harus hidup oleh iman, bukan oleh apa
yang hanya dapat dilihat. Hal-hal yang tak dapat dijelaskan, keganjilan-keganjilan
yang tak dapat dipecahkan, ketidakadilan yang belum diperbaiki adalah hal-hal
yang tidak dapat dipahami dan dimengerti oleh manusia. Seperti halnya kitab Ayub,
maka kitab Pengkhotbah sedang menegaskan tentang keterbatasan manusia dan
kenyataan bahwa manusia harus hidup dengan misteri.
Hermeneutika Kitab
79
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
‘kelainan-kelainan’ yang muncul pada kitab ini perlu mendapatkan perhatian serius
sehingga dapat dikatakan ‘menafsirkan kitab ini = menafsirkan kitab puisi dan hikmat
yang lain.’
Ada beberapa langkah yang dapat dipelajari untuk menafsirkan kitab
Pengkhotbah:
1. Karena karakteristik kitab ini adalah bentuk pengulangan, maka ketika menghadapi
suatu teks, kita perlu melihat struktur pemakaian pengulangan (disarankan melihat
struktur yang dibuat oleh A.G. Wright).
- Tentukan apakah penempatan perikop pada bagian tersebut sesuai atau tidak dengan
bagian sebelum atau sesudahnya
- Perhatikan kata atau frase yang sering muncul pada satu perikop dimana teks
tersebut ada.
- Dari kata atau frase yang muncul, tentukan tema yang dimaksud pada perikop
tersebut.
3. Tentukan perubahan gaya penulisan dari prosa dan puisi atau sebaliknya.
80
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
KIDUNG AGUNG
KIDUNG
Cinta AGUNG
itu kuat seperti maut
EKSISTENSI KITAB
81
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
LATAR BELAKANG
Tokoh utama dalam Kidung Agung ini adalah Salomo dan Sulamit.
Nama ‘Sulamit’ hanya muncul pada 6:13, yang kemungkinan berarti dia
adalah seorang gadis dari Sulam, suatu desa dekat dataran Megido, sebelah
utara Jizreel.
Raja Salomo memiliki suatu kebun anggur di puncak bukit Efraim,
sekitar 50 mil utara Yerusalem, yang penjagaannya diserahkan kepada para
penjaga (8:11). Penjaganya masing-masing adalah seorang ibu, kedua anak
laki-lakinya, dan saudara bungsu perempuan mereka, Sulamit. Kemungkinan
saudara laki-laki Sulamit adalah saudara tiri. Mereka memperkerjakan
Sulamit demikian berat di kebun anggur mereka sehingga Sulamit tidak
sempat memperhatikan penampilannnya (1:6). Dia memangkas pohon
anggur, memasang perangkap bagi rubah-rubah kecil, menjaga ternak dan
selalu berada di udara terbuka sehingga kulitnya menjadi hitam (2:15; 1:8,5).
Suatu hari Salomo tiba di kebun anggurnya (kemungkinan dalam
penyamaran) dan tertarik pada Sulamit. Sulamit menganggapnya sebagai
gembala ternak dan menanyakan kepada Salomo tentang kawanan ternaknya
(1:7). Selanjutnya terjadilah percakapan cinta antara Salomo dan Sulamit dan
Salomo menjanjikan hadiah-hadiah kepada Sulamit di masa mendatang (1:8-
11). Salomo berhasil mengambil hati Sulamit dan berjanji bahwa suatu hari
dia akan kembali menemui Sulamit. Malam harinya Sulamit bermimpi
tentang Salomo (3:1) dan ternyata Salomo benar-benar kembali diiringi
dengan segala kemegahannya dan mengangkat Sulamit menjadi
pengantinnya (3:6-7).
STRUKTUR KITAB
I. Judul (1:1)
II. Masa Perkenalan (1:2-3:5)
A. Perenungan cinta kasih seorang gadis (1:2-4b)
82
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
BAHASA
83
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
PENAFSIRAN KITAB
84
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
85
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
3. TIPOLOGI
Perbedaan antara allllegori dan tipologi sangatlah tipis. Jika alegori
merupakan suatu jenis literature yang dapat menghubungkan peristiwa-
peristiwa bersejarah dalam bentuk simbolis atau simboliisme-nya bisa
merupakan sesuatu yang tidak historis, maka tipoloogi biasanya tergantung
pada kenyataan dari presentasi sejarah secara literal. Sebagai contoh:
beberapa orang yang berpegang pada penafsiran bahwa dasar historis dari
kisah Kidung Agung ini adalah pernikahan Salomo dan anak perempuan
Firaun atau puuti-putri yang lain, maka mereka akan berpegang pada
penafsiran bahwa pernikahan tersebut secara tipoloogi merupakan lambing
kesatuan antara Kristus dan orang-orang kafir.
Kesimpulan:
Masih ada beberapa bentuk penafsiran lainnya, namun jumlah
pengikutnya sangat minor.
Sebagai jalan keluar dari berbagai macam penafsiran yang ada, maka
penafsiran tipologi-lah yang paling tepat untuk menafsirkan kitab Kidung
Agung.
86
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
lebih menitikberatkan pada tema-tema hikmat tertentu pada satu perikopnya (lebih
mirip dengan kitab Pengkhotbah). Perbedaan ini sekaligus juga merupakan suatu
kemudahan untuk menafsirkan satu perikop.
Ada beberapa langkah dalam menafsirkan kitab Ayub:
6. Tentukan jenis literatur satu perikop (prosa, puisi)!
7. Carilah inti cerita dalam satu perikop!
8. Jika perikop tersebut berupa puisi, identiifikasi paralelisme yang ada!
- Apakah paralelisme itu terjadi antar ayat atau antar stanza (paragraph)?
- Apakah jenis paralelisme yang dimaksud?
Perlu diingat:
- Dalam paralelisme, tidak setiap kalimat memiliki arti
- Dalam puisi, tidak setiap kata memiliki arti yang perlu diteliti lebih lanjut
(dijadikan pokok permasalahan)
9. Carilah unsur-unsur, bentuk-bentuk puisi yang lain, misalnya imageri,
peribahasa, himne, dll. Carilah hubungannya dengan kalimat sebelum dan
sesudahnya.
10. Buatlah struktur masing-masing bagian dalam perikop!
87
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
88
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
89
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
90
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
122:6)
c.
Assonance is correspondence of vowels sounds,
often at the end of words in order to
emphasize an idea, theme, or tone (Ps.
119:29)
d. Paronomasia is a word play through the
repetition of words of similar sound, but not
necessarily meaning in order to heighten the
impact of the message (Gen. 32:22-24)
e. Onomatopoeia is the use of words that sound
like what they describe (Ruth 1:19)
f. Ellipsis is the omission of a word or words
that would complete a given parallel
construction (Ps. 115:4-7)
g. Inclusio is the repetition of words or
phrases by which the poet returns to the
point from which he began (Ps. 118:1,29)
3. Wisdom Speech Forms15
a. The Parable is a "warning speech" (Prov. 6:20-
35; 2 Sam. 12:1-4)
b. The Precept is an authoritative instruction
or regulation for behavior connecting wisdom
with the moral codes of the Law (Prov. 3:27)
c. The Riddle is a puzzling question stated as a
problem calling for mental acumen to solve it
(Judg. 14:14)
d. The Fable is a brief tale embracing a moral
truth using people, animals, or inanimate
objects as characters (Judg. 9:7-20)
e. The Wise Saying is a generalization about the
way of wisdom based on the insight of
experience or a folk expression of plain
common sense (Prov. 18:18)
f. The Numerical Proverb culminates numerical
progression (Prov. 6:16-19; 30:18-31)
g. Rhetorical Questions (Prov. 5:16; 8:1),
Allegory Through Personification (Prov. 8--9;
Eccl. 12:1-8), Satire and Irony (Prov. 11:22;
Eccl. 5:13-17)
D. The Canonical Order of the Wisdom and Poetic Books
1. The Hebrew Scriptures were probably originally
canonized into a two-fold division: the Law and
the Prophets16
2. By around the second century B.C.17 a three-fold
division of the Hebrew Scriptures arose: The Law,
The Prophets, and The Writings18
a. The three-fold division included the same
books as the two-fold division
b. There are several possible reasons for a
three-fold division:19
1) A distinction was made between books
which were written by men who held the
prophetic office, and men who only had
the prophetic gift
2) Some at a later date may have felt that
those books which were not written by
"prophets" were not fully canonical
91
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
3)
A more practical purpose was served by
the topical and festal20 significance
rather than by the two-fold categories
3. Within the category of the Sacred Writings, the
books of Psalms, Proverbs and Job were regarded by
the Jews as specifically poetical in nature, and
were described by the mnemonic title "The Book of
Truth"21
4. The Greek translation of the Hebrew Scriptures
(The Septuagint or LXX c. 280-150 B.C.) divided
the Old Testament according to subject matter
which is the basis of the modern four-fold
classification of the: five books of Law, twelve
books of History, five books of Poetry, and
seventeen books of Prophecy22
II. INTRODUCTION TO ECCLESIASTES
A. Title: Qohelet (The Speaker [in an Assembly])
1. In Hebrew the book is titled "Qohelet" ( tl#h#q)
):
a. This has been understood to be a proper name,
and thus not translated but transliterated
b. This is probably a title rather than a proper
name due to the definite article which is
used with the term in 12:8, "Vanity of
vanities," says the Preacher ( tl#h#oQh^ )
2. In the LXX titled "Ecclesiastes" (
jEkklhsiasth"):
a. This describes "one who calls an assembly"23
b. Therefore, many English versions interpret
"Qohelet" in terms of the role that he played
with the assembly:
1) "The Teacher" (NIV)
2) "The Preacher" (KJV/NASV)
3) "The Leader of the Assembly" (NIV marg)
B. Authorship: Most Probably Solomon the son of David
1. External Evidence: Although many critical
scholars argue for a late date of Ecclesiastes,
their evidence is not conclusive and an earlier
Solomonic date is supportable in line with the
general opinion before the seventeenth century
a. Until the rise of literary and historical
criticism during the Enlightenment (17th
century) Solomonic authorship of Ecclesiastes
was generally accepted24
1) The Jews considered Ecclesiastes to be
inspired
a) It was included in the Mishnah and
the Talmud25
b) It was included in the LXX
c) It was not doubted by Josephus
2) It was approved in the early Christian
era:
a) It was not doubted by the
translation of Aquila
b) It was not doubted by the
translation of Symmachus
c) It was not doubted by the
92
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
translation of Theodotion
d) It was included in the catalog of
Melito, bishop of Sardis (c. AD
170)
b. Questions of authorship arose due to
linguistic discussions:
1) Hebrew Style: Some believed that the
Hebrew of Ecclesiastes was closer in
style to that of the Mishnah (AD 200)
than Solomon's age (BC 951-921)
2) Loan Words: Aramaic and Persian words
led scholars to date the work after
Solomon, but some recent studies show
that some of these features exist in
Canaanite-Phoenician literature of the
pre-Solomonic era26
3) Autobiographical References:
Autobiographical references are
considered to be literary devices to
validate the author's arguments as in
the case of the pseudepigraphical Wisdom
of Solomon (ca. 150-50 BC), but this is
not a necessary conclusion for the
following reasons:
a) Falsehood: If the biographical
references are not true, then it is
unlikely that the believing
community (which was closer to the
time of composition) would have
accepted Ecclesiastes into the
canon as part of inspired truth
b) Although some argue that the verb
"was" (yt!yy]h( ) means "I ... was
[and am no longer] king." However,
the verb could be translated as
follows: "I ... have been [and
still am] king." See the NASB
c) The reference to "all who were over
Jerusalem before me" may not only
refer to Israelite rulers (e.g.,
David only), but to the non-
Israelite rulers before David27
4) Linguistic Response: Recent studies
demonstrate that some of the
characteristics of the Hebrew in
Ecclesiastes which were considered to
be Aramaic and/or late may be found in
Canaanite-Phoenician literature of a pre-
Solomonic era28
5) Social and Political Conditions:
Although some argue that the social and
political conditions of Ecclesiastes29
are descriptive of the later time
periods when the Jews were under Persian
or Greek rule, they could also be
descriptive of the end of Solomon's rule
when he was so harsh (1 Ki. 12:4, 9-11)
93
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
94
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
95
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
96
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
the river. Who is so tall that he can reach to the heavens? Who
is so broad that he can encompass the underworld?" "No, servant,
I will kill you and let you go first." "Then (I swear that) my
master will not outlive me by even three days" (Pritchard, ANET,
p. 601).
How much different is this conclusion than that of the
modern existentialist?
12 As Ross writes, "The Psalms are the inspired responses of
human hearts to God's revelation of Himself in law, history, and
prophecy" ("Psalms" BKC, p. 779).
13 The language of the Psalms is concentrated when compared
with prose. The concentration occurs through the use of images,
symbols, figures, emotive vocabulary, and multiple meanings
(Ross, "Psalms", BKC, p. 780). The figurative language, "is an
instrument for conveying densely patterned meanings, and
sometimes contradictory meanings, that are not readily conveyable
through other kinds of discourse" (Alter, The Art of Biblical
Poetry, p. 113).
The word pictures enable the reader to feel much of what the
poet did when he wrote the lines. This capacity to "imagine"
that which one has not experienced is probably tied to the image
of God (Who was able to imagine all possible creations before he
made this one). Therefore, one must be sensitive to figurative
language in order to capture the emotional meanings of the
poetry.
14 Hill and Walton, Survey, pp. 252-253; Kidner, Psalms 1-
72, pp. 1-4; R. K. Harrison, Introduction, pp. 965-972; Ryken,
Words of Delight, pp. 180-185.
15 Hill and Walton, Survey, pp. 257-258; See also Ryken,
Words of Delight, pp. 159-185, 313-340.
16 The two-fold division is argued upon (1) the way in which
Moses' Law is referred to as a unit throughout the Scriptures,
(2) the way in which the historical books are linked together as
a unit, (3) the reference in Daniel to the Law and the "books"
[9:2], and (4) the recognition of the "Former" prophetic books by
the "Latter" (See Geisler and Nix, A General Introduction to the
Bible, pp. 148-161).
17 Prologue to Ecclesiasticus (c. 132 B.C.), Jesus in Luke
24:44 (A.D. 30) Josephus, Against Apion, I.8 (A.D. 37-100).
18 The Writings include: (1) Poetical Books--Psalms,
Proverbs, Job, (2) Five Rolls (Megilloth)--Song of Songs, Ruth,
Lamentations, Esther, Ecclesiastes, (3) Historical Books--Daniel,
Ezra-Nehemiah, Chronicles
Sometimes Ruth was attached to Judges, and Lamentations was
attached to Jeremiah thereby making the Hebrew canon comprised of
22 books rather than the more usual 24 books (see Geisler and
Nix, General, pp. 18-19).
19 Critical scholars assume that the three-fold division
reflects dates of canonization in accordance with their dates of
compositions--Law (400 B.C.), Prophets (c. 200 B.C.), Writings
(c. A.D. 100). However, this thesis is untenable in light of
early reports of a three-fold division (c. 132 B.C.; see above).
See Geisler and Nix, General, p. 151.
This critical approach is suggested by La Sor et al as an
explanation for the placement of Ezra, Nehemiah, Chronicles,
Esther, Song of Solomon, and Ecclesiastes when they write,
"Essentially, the purpose of the Writings as a whole was to
97
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
98
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
99
Kitab Puisi (Tafsir PL 3)
Nike Pamela, MA.
100