ABSTRACT
92
Subordinator Relasi Temporal dalam Kalimat Majemuk Bertingkat. (Andi H. Prabawa)
dari klausa; (2) klausa bebas yang menjadi klausa lainnya. Masing-masing berdiri sendiri
bagian kognitif percakapan; satuan proposisi sebagai klausa yang setara yaitu sebagai klausa
yang menbentuk satuan yang bebas; jawaban inti (Ramlan, 1981: 28). Kalimat yang terdiri
minimal, seruan, salam, dan sebagainya, dan (3) dari pola-pola kalimat yang sederajat, sama
konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau tinggi, dan tidak ada pola-pola kalimat yang
lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu lain (Keraf, 1980: 167).
dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan. Kalimat majemuk bertingkat atau tidak
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat setara adalah kalimat yang berupa klausa yang
dapat dibedakan menjadi kalimat sederhana satu merupakan bagian dari klausa yang lain
dan kalimat majemuk. Kalimat sederhana atau (Ramlan, 1981: 29). Kalimat yang hubungan
tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola-polanya tidak sederajat (Keraf, 1980:
klausa (Ramlan, 1981; Keraf, 1980; Moeliono, 168). Klausa yang merupakan bagian dari
1988). Hal itu berarti bahwa konstituen untuk klausa lainnya disebut klausa bawahan atau
tiap unsur kalimat seperti subjek dan predikat klausa sematan, sedangkan klausa lainnya
hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. disebut sebagai klausa inti atau klausa utama.
Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur Moeliono (1988: 307) mengemukakan bahwa
inti yang diperlukan. Di samping itu, tidak mus- yang menghubungkan klausa yang mempunyai
tahil ada pula unsur yang bukan inti seperti kedudukan tidak setara dalam struktur kon-
keterangan tempat, waktu, alat, dan sebagai- stituennya disebut subordinator. Lebih lanjut
nya. Oleh karena itu, kalimat tunggal tidak dikemukakan bahwa klausa subordinatif juga
selalu dalam wujud pendek tetapi juga dapat berfungsi sebagai keterangan. Maksudnya,
panjang (Moeliono, 1988: 268). sebenarnya kalimat majemuk subordinatif atau
Perihal kalimat majemuk, Ramlan dan bertingkat adalah kalimat tunggal yang men-
Fokker menggunakan istilah kalimat luas untuk dapat keterangan tambahan. Keterangan
kalimat majemuk. Kalimat luas adalah kalimat tambahan tersebut merupakan klausa yang
yang terdiri dari dua klausa atau lebih (Ramlan, kehadirannya bergantung pada kalimat itu.
1981: 25). Keraf (1980: 166) mengungkapkan Ramlan (1981: 64) menjelaskan bahwa
bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang klausa sebagai satuan gramatik yang terdiri dari
mengandung dua pola atau lebih. Maksudnya, S P (O) (PEL) (KET), yang terletak dalam
kalimat majemuk adalah penggabungan dari kurung tersebut bersifat manasuka. Selan-
dua kalimat tunggal atau lebih sehingga kalimat jutnya, dikemukakan bahwa unsur inti klausa
yang baru mengandung dua pola atau lebih. ialah S dan P. Namun demikian, S sering dile-
Berdasarkan hubungan gramatikal antara sapkan. Kridalaksana (2001: 110) menjelas-
klausa yang satu dengan klausa lain yang kan bahwa klausa adalah satuan gramatikal be-
menjadi unsurnya, kalimat majemuk dapat rupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya
dibedakan menjadi kalimat majemuk setara terdiri dari subjek dan predikat, dan mempu-
dan kalimat majemuk tidak setara (Ramlan, nyai potensi untuk menjadi kalimat. Kalimat
1981: 52). Moeliono (1988: 307) menyatakan Majemuk adalah kalimat yang terdiri dua
bahwa kalimat majemuk dibedakan atas klausa.
kalimat majemuk koordinatif atau kalimat Moeliono (1988: 317) menyatakan relasi
majemuk setara dan kalimat majemuk sub- semantik antarklausa dalam kalimat majemuk
ordinatif atau kalimat majemuk bertingkat. setara, jika dilihat dari segi koordinatornya ada
Kalimat majemuk setara adalah kalimat tiga macam yaitu relasi penjumlahan, relasi
yang dibentuk oleh dua klausa atau lebih dan perlawanan, dan relasi pemilihan. Selanjutnya,
klausa yang satu tidak merupakan bagian dari dinyatakan bahwa kalimat majemuk bertingkat
93
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 19, No. 1, Juni 2007: 92 - 100
memperlihatkan berbagai jenis relasi semantis atau perbuatan yang diungkapkan dalam
antarklausa yang membentuknya, yaitu: (1) klausa utama atau klausa inti.
relasi waktu: (a) permulaan, (b) bersamaan,
(c) berurutan, dan (d) batas akhir; (2) relasi 2. Metode Penelitian
syarat; (3) relasi tujuan, (4) relasi pengakuan, Penelitian ini menggunakan teknik pustaka
(5) relasi pembandingan, (6) relasi penyebaban; untuk mengumpulkan data. Data dalam pene-
(7)relasi akibat; (8) relasi cara; (9) relasi litian ini berupa kalimat majemuk bertingkat
sangkalan; (10) relasi kenyataan; (11) relasi dalam tajuk rencana harian umum Kompas
hasil; (12) relasi penjelasan; (13) relasi atributif. tahun 2005. Setelah data diklasifikaskan lang-
Kridalaksana (2001: 117) berpendapat kah selanjutnya adalah menganalisis data. Me-
bahwa konjungsi adalah partikel yang dipergu- tode yang digunakan untuk menganalisis data
nakan untuk menggabungkan kata dengan kata, adalah metode distribusional (Subroto, 1992:
frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, 64) yaitu metode yang dipergunakan untuk
kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan menganalisis sistem bahasa atau keseluruhan
paragraf; dan Moeliono (1988: 235-236) me- kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa
ngemukakan bahwa konjungsi atau kata berdasarkan perilaku atau ciri-ciri khas keba-
sambung adalah kata tugas yang menghubung- hasaan satuan lingual tertentu. Jadi, unsur-unsur
kan dua klausa atau lebih. Selanjutnya dinyata- bahasa itu dianalisis sesuai perilaku kebaha-
kan oleh Moeliono bahwa dilihat dari perilaku saannya. Metode distribusional mencakup lima
sintaksis, konjungsi dapat dibedakan menjadi teknik analisis yaitu: (1) teknik urai atau pilah
lima kelompok, yaitu: (1) konjungsi koordinatif, langsung, (2) teknik delesi atau pelesapan, (3)
(2) konjungsi subordinatif, (3) konjungsi korela- teknik permutasi atau pembalikan urutan, (4)
tif, (4) konjungsi antarkalimat, dan (5) konjungsi teknik substitusi atau penggantian, dan (5) tek-
antar paragraf. nik ekspansi atau perluasan (Subroto, 1992:
Ramlan (1981: 43) menyatakan relasi 67-76). Penelitian ini menerapkan teknik
temporal adalah relasi makna yang menyatakan delesi, pilah langsung, dan permutasi.
waktu, yaitu waktu terjadinya, waktu per-
mulaan, maupun waktu berakhirnya perbuatan, 3. Hasil dan Pembahasan
peristiwa, atau keadaan yang tersebut pada 3.1 Kalimat Majemuk Bertingkat
klausa inti. Demikian juga Moeliono (1988: dengan Subordinator Relasi Tempo-
322) menyatakan bahwa relasi temporal ral
terdapat dalam kalimat yang klausa Ada berbagai jenis hubungan semantik
sematannya menyatakan waktu terjadinya antara klausa satu dengan klausa lainnya dalam
peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam kalimat majemuk bertingkat, salah satunya
klausa utama dan membagi relasi temporal adalah hubungan waktu (temporal). Adapun
menjadi empat bagian yaitu relasi temporal subordinator yang dipergunakan untuk
yang menyatakan batas waktu permulaan, menyatakan relasi temporal, antara lain:
kesamaan waktu, urutan waktu, dan batas selama, sewaktu, saat, ketika, sesudah,
waktu akhir terjadinya peristiwa atau keadaan. sebelum, setelah, sehabis, dan sebagainya.
Dari dua pendapat tentang relasi tempo- Berikut contoh kalimat majemuk bertingkat
ral dalam kalimat majemuk bertingkat bahasa dengan subor-dinator tersebut dalam menandai
Indonesia di atas, dapat disimpulkan bahwa relasi temporal, sekaligus analisisnya.
relasi temporal adalah relasi yang terjadi
apabila klausa sematan atau klausa bawahan- (1) Para nelayan dihimbau untuk berhati-hati
nya menyatakan waktu terjadinya peristiwa selama melaut mencari ikan.
94
Subordinator Relasi Temporal dalam Kalimat Majemuk Bertingkat. (Andi H. Prabawa)
(2) Sebelum ia rebah, orang-orang datang Kalimat (3) di atas terdiri atas klausa inti
menyangganya polisi harus melihat mereka masih punya
hak hidup dan klausa bawahan (polisi)
Kalimat (2) di atas, klausa inti terdiri atas menghadapi tersangka pelaku kejahatan
orang-orang sebagai subjek dan datang sekalipun.
menyangga sebagai predikat 1 dan predikat
2, -nya sebagai objek. Klausa bawahan, ia (4) Ketika gempa terjadi, mereka sempat
sebagai subjek dan rebah sebagai predikat; menghubungi keluarga yang tinggal di
subjek ia dapat dilesapkan sehingga kalimat Aceh.
(2) menjadi kalimat (2a) berikut.
Kalimat (4) di atas terdiri atas klausa inti
(2a) Sebelum rebah, orang-orang datang mereka sempat menghubungi keluarga yang
menyangganya. tinggal di Aceh dan klausa bawahan gempa
terjadi.
Kalimat majemuk bertingkat dengan (5) Waktu pemeriksaan oleh tim penyidik
relasi temporal dibedakan atau diklasifikasikan Polres Temanggung sudah menjamah
menjadi dua kategori, yaitu subordinator relasi para camat, bupati malah melarang para
temporal bersamaan dan subordinator relasi camat memenuhi panggilan tertulis polisi.
temporal berurutan.
Kalimat (5) di atas terdiri atas klausa inti
3.2 Subordinator Relasi Temporal Ber- bupati malah melarang para camat meme-
samaan nuhi panggilan tertulis polisi dan klausa
Kalimat majemuk bertingkat dengan bawahan pemeriksaan oleh tim penyidik
subordinator relasi temporal bersamaan Polres Temanggung sudah menjamah para
merupakan kalimat amjemuk bertingkat yang camat.
menggunakan subordinator saat, ketika,
waktu, sewaktu, kala, tatkala, selama, atau (6) Tatkala Kompas mengunjungi kantor
selagi sebagai penandanya. Subordinator- seluas hampir 600 meter persegi dan
95
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 19, No. 1, Juni 2007: 92 - 100
diwakili lima orang itu, mereka tidak gramatikal atau kalimat yang tidak berterima.
tampak bekerja serba tergesa atau panik Hal ini dapat terlihat dalam kalimat berikut.
menghadapi tenggat pekerjaan.
(8) Saat kejadian, mereka bertujuh ber-
Kalimat (6) di atas terdiri atas klausa inti hamburan ke halaman rumah.
mereka tidak tampak bekerja serba tergesa (8a) *Kejadian, mereka bertujuh berham-
atau panik menghadapi tenggat pekerjaan buran ke halaman rumah.
dan klausa bawahan Kompas mengunjungi (9) Cerita ini bermula ketika Koantas Bima
kantor seluas 600 meter persegi dan B16 XXM yang dikemudikan lunas
diwakili lima orang itu. melaju di perempatan pasar Rebo.
(9a) *Cerita ini bermula Koantas Bima B 16
(7) Selama di Aceh, Livia berhasil meng- XXM yang dikemudikan lunas melaju
hubungi teman-teman RPUK di pe- di perempatan pasar Rebo.
ngungsian. (10) Waktu banjir, pasti asmanya kumat
karena kondisi rumah menjadi lembab.
Kalimat (7) di atas terdiri atas klausa inti (10a) *Banjir, pasti asmanya kumat karena
Livia berhasil menghubungi teman-teman kondisi rumah menjadi lembab.
RPUK di pengungsian dan klausa bawahan (11) Hubungan yang intens dengan para
(Livia) di Aceh. tetangga sewaktu banjir membuat
Dari lima contoh kalimat majemuk ikatan kekerabatan mereka sanga erat.
bertingkat dengan subordinator relasi temporal (11a) *Hubungan yang intens dengan para
bersamaan terlihat bahwa pada kalimat (3) tetangga banjir membuat ikatan
mengalami pelesapan pronomina persona yaitu kekerabatan mereka sangat erat.
polisi yang menduduki fungsi subjek pada klausa (12) Kala hendak ditemui, dia sempat mera-
bawahan. Kalimat (3) selengkapnya adalah saat pikan perona pipinya.
polisi menghadapi tersangka pelaku (12a) *Hendak ditemui, dia sempat merapi-
kejahatan sekalipun, polisi harus melihat kan perona pipinya.
mereka masih punya hak untuk hidup. (13) Perjalanan mereka usai tatkala menca-
Pelesapan pada klausa bawahan juga terjadi pai lokasi ruwatan yang juga lokasi
pada kalimat (7). Kalimat (7) mengalami pementasan wayang.
pelesapan Livia yaitu nomina yang sama-sama (13a) Perjalanan mereka usai mencapai lokasi
menduduki subjek pada klausa bawahan. Dari ruwatan yang juga lokasi pementasan
kedua kalimat tersebut tampak bahwa kalimat wayang.
majemuk bertingkat dapat mengalami pelesapan (14) Pemberantasan korupsi harus dipegang
pada klausa bawahannya apabila subjek klausa teguh dan bupati harus menjadi teladan
bawahan sama dengan subjek klausa inti. selama menjabat periode 2003-2008.
Kehadiran subordinator saat, ketika, (14a) *Pemberantasan korupsi harus dipe-
waktu, sewaktu, kala, tatkala, selama, dan gang teguh dan bupati harus menjadi
selagi sebagai subordinator yang menandai teladan menjabat periode 2003-2008.
relasi temporal bersamaan keberadaannya
bersifat wajib. Artinya subordinator ini harus Berdasarkan contoh kalimat majemuk
selalu ada dalam kalimat sebagai penanda bertingkat di atas tampak bahwa subordinator
relasi temporal bersamaan. Apabila subor- yang menandai relasi temporal bersamaan tidak
dinator tersebut dihilangkan, kalimat yang dapat dihilangkan karena akan menghasilkan
dihasilkan menjadi kalimat yang tidak kalimat yang tidak gramatikal atau tidak
96
Subordinator Relasi Temporal dalam Kalimat Majemuk Bertingkat. (Andi H. Prabawa)
berterima seperti pada kalimat (8a), (9a), garan letak, yaitu dapat menempati posisi awal
(10a), (11a), (12a), (13a), dan (14a). kalimat, tengah kalimat sesudah klausa inti, dan
Kemungkinan posisi yang dapat ditempati setelah subjek klausa inti, akan tetapi
oleh subordinator-subordinator relasi tempo- subordinator tersebut tidak dapat menempati
ral bersamaan dalam kalimat majemuk posisi akhir kalimat karena menghasilkan
bertingkat dapat diketahui dengan menerapkan kalimat yang tidak gramatikal.
teknik permutasi atau pembalikan urutan untuk
menganalisisnya. Hal ini dapat terlihat pada 3.3 Subordinator Relasi Temporal
contoh kalimat berikut. Berurutan
Subordinator-subordinator relasi tempo-
(15) Saat Darurat Sipil, Notam tetap ral yang menandai relasi temporal berurutan
dikeluarkan dengan skala lebih lunak. dalam kalimat majemuk bertingkat meliputi
(15a) Notam tetap dikeluarkan dengan skala sebelum, setelah, begitu, usai, seusai,
lebih lunak saat Darurat Sipil. sesudah, selepas, dan sehabis. Subordinator-
(15b)Notam, saat Darurat Sipil tetap subordinator tersebut menghubungkan dua
dikeluarkan dengan skala lebih lunak. klausa yang mempunyai status sintaksis yang
(15c) *Notam tetap dikeluarkan dengan skala berbeda. Salah satu klausanya merupakan
lebih lunak Darurat Sipil saat. bagian dari klausa lainnya dan menunjukkan
bahwa keadaan pada klausa inti terjadi lebih
Dari hasil permutasi kalimat (15) di atas dahulu atau kemudian dari klausa bawahannya.
dapat diketahui bahwa klausa-klausa dalam Subordinator relasi temporal berurutan
kalimat majemuk dapat dibalikkan urutannya. yang menghubungkan dua klausa dimana
Hal ini membuktikan bahwa subordinator relasi klausa inti terjadi lebih dahulu dibandingkan
temporal bersamaan dapat menduduki posisi dengan klausa bawahan yaitu subordinator
awal kalimat dan tengah kalimat yaitu setelah sebelum. Pemakaian atau penggunaan
klausa inti, seperti pada kalimat (15) dan (15a). subordinator sebelum sebagai penanda relasi
Di samping itu, subordinator relasi temporal temporal dan unsur-unsur dari kalimat
bersamaan juga dapat menduduki posisi majemuk bertingkat dengan subordinator
setelah subjek dari klausa inti, seperti pada sebelum dapat dilihat dari contoh kalimat di
kalimat (15b). Akan tetapi, kalimat (15c) bawah ini.
memperlihatkan bahwa subordinator relasi (16) Sebelum membuka jalur pengarungan
temporal bersamaan tidak dapat menduduki di sana, kami telah melakukan survey
posisi akhir kalimat karena akan menghasilkan terhadap sungai yang ada di Jatim.
kalimat yang tidak gramatikal atau tidak Kalimat (16) mengalami pelesapan pro-
berterima. nominal kami yang menduduki fungsi subjek
Subordinator yang digunakan sebagai pada klausa bawahan. Kalimat (16) seleng-
penanda relasi temporal bersamaan adalah kapnya adalah sebelum kami membuka jalur
saat, ketika, waktu, sewaktu, kala, tatkala, pengangan di sana, kami telah melakukan
selama, dan selagi. Kehadiran subordinator survey terhadap sungai yang ada di Jatim.
tersebut dapat dikatakan bersifat wajib karena Kehadiran sebelum sebagai subordinator
apabila dihilangkan akan menhasilkan kalmat yang menandai relasi temporal berurutan adalah
yang diragukan kegramatikalannya atau wajib yaitu subordinator sebelum harus selalu
bahkan tidak gramatikal. ada dalam kalimat majemuk bertingkat yang
Distribusi dari subordinator relasi tempo- menandai peristiwa atau keadaan dalam klausa
ral bersamaan tersebut mempunyai kelong- inti terjadi lebih dahulu daripada klausa
97
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 19, No. 1, Juni 2007: 92 - 100
98
Subordinator Relasi Temporal dalam Kalimat Majemuk Bertingkat. (Andi H. Prabawa)
99
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 19, No. 1, Juni 2007: 92 - 100
relasi temporal bersamaan keberadaannya kalimat, tengah kalimat sesudah klausa inti, dan
bersifat wajib. Artinya subordinator ini harus setelah subjek klausa inti, tetapi tidak dapat
selalu ada dalam kalimat sebagai penanda menempati posisi akhir kalimat karena kalimat
relasi temporal bersamaan. Apabila subordi- yang dihasilkan menjadi tidak gramatikal.
nator tersebut dihilangkan, kalimat yang diha- Kehadiran subordinator begitu, usai,
silkan menjadi kalimat yang tidak gramatikal seusai, sesudah, selepas, dan sehabis sebagai
atau kalimat yang tidak berterima. Distribusi subordinator yang menandai relasi temporal
dari subordinator relasi temporal bersamaan berurutan keberadaannya bersifat wajib,
tersebut mempunyai kelonggaran letak, yaitu artinya subordinator-subordinator tersebut
dapat menempati posisi awal kalimat, tengah harus selalu ada dalam kalimat majemuk ber-
kalimat sesudah klausa inti, dan setelah subjek tingkat sebagai penanda relasi temporal ber-
klausa inti, tetapi subordinator tersebut tidak urutan. Jika subordinator tersebut dihilangkan,
dapat menempati posisi akhir kalimat karena maka kalimat yang dihasilkan menjadi kalimat
menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal. yang tidak gramatikal atau tidak berterima.
Relasi temporal berurutan dalam kalimat Subordinator relasi temporal berurutan dapat
majemuk bertingkat di mana klausa inti terjadi menempati posisi awal kalimat dan tengah
lebih dahulu daripada klausa bawahan ditandai kalimat sesudah klausa inti. Selain itu, sub-
oleh subordinator sebelum. Kehadiran sub- ordinator tersebut dapat menempati posisi
ordinator sebelum bersifat wajib karena setelah subjek klausa inti, tetapi subordinator
apabila dihilangkan akan menghasilkan kalimat tersebut tidak dapat menduduki posisi akhir
yang tidak gramatikal atau tidak berterima, kalimat karena kalimat yang dihasilkan menjadi
sedangkan posisi yang dapat ditempati oleh kalimat yang tidak gramatikal atau tidak
subordinator sebelum adalah posisi awal berterima.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik (edisi ketiga). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Moeliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M. 1981. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
100