WACANA
Kelompok 1 (3PB1):
Novita Herawati (1201618001)
Ika Yuli Setiyani (1201618002)
Muchammad Yazid ( 1201618006)
Halimatus Sa’diyah (1201618023)
Jihan Hanifah (1201618025)
Caroline Rahma Maulina (1201618026)
WACANA
Tarigan (2009, hlm. 26) mengungkapkan,
“Wacana adalah satuan bahasa yang
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas
kalimat atau klausa dengan koherensi dan
kohesi tinggi yang berkesinambungan yang
mempunyai awal dan akhir yang nyata
disampaikan secara lisan atau tertulis.”
Kalimat pada contoh pertama tidak kohesif karena kata ia tidak jelas
mengacu kepada siapa, apakah Lukman atau ibunya. Sementara itu,
kalimat pada contoh kedua mengandung kohesi karena ada pengulangan
kata Lukman. Sehingga, kalimat tersebut memberikan pemahaman yang
utuh dan dapat dimengerti oleh pembaca atau pendengar.
Kohesi
Contoh:
Kata Sita pada kalimat pertama merupakan kata yang diacu. Kata
dia pada kalimat kedua dan kata ganti –nya pada kalimat ketiga
merupakan kata-kata yang mengacu kepada kata Sita.
Kohesi Gramatikal
b. Substitusi
Substitusi ialah penggantian kata atau kelompok kata dengan kata atau kelompok kata lain. Dalam
substitusi terdapat acuan seperti dalam referensi yaitu acuan tekstual (endofora) saja. Substitusi
digunakan untuk menggunakan kata atau kelompok kata yang berbeda, dengan kata lain menghindari
pengulangan kata.
Contoh:
“Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diterapkan minggu depan. Hal tersebut
menandakan bahwa pemerintah tidak siap menghadapi new normal”
Pada contoh di atas, frasa hal tersebut merupakan substitusi dari seluruh kalimat sebelumnya, yaitu
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diterapkan minggu depan. Penggunaan frasa
hal tersebut untuk menghindari pengulangan dalam kalimat.”
Kohesi Gramatikal
C. Elipsis
Elipsis adalah pelasapan kata atau kelompok kata tertentu yang sudah
disebutkan sebelumnya. Elipsis berguna untuk membangun kalimat efektif.
Dalam elipsis, suatu bagian yang telah disebutkan tidak disebutkan kembali.
Contoh:
Penggunaan konjungsi dan pada kalimat pertama bermakna penambahan atau penjumlahan. Sementara
itu, penggunaan konjungsi sedangkan pada kalimat kedua bermakna pertentangan.
Kohesi Leksikal
a. Sinonim
Sinonim merupakan kata yang memiliki arti yang sama. Kata tersebut bentuknya
berbeda namun artinya sama. Kata yang memiliki sinonim berguna untuk saling
menggantikan dalam penggunaannya.
Contoh:
(1) “Mansur lebih senang membaca koran setelah pulang dari kantor.”
(2) “Mansur lebih senang membaca surat kabar setelah pulang dari kantor.”
Kalimat pertama menggunakan kata koran, Kalimat kedua menggunakan kata surat
kabar. Kata koran dan surat kabar memiliki arti yang sama. Dua kata tersebut saling
menggantikan.
Kohesi Leksikal
b. Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan. Kata tersebut
secara bentuk berbeda dan memiliki arti yang berlawanan.
Antonim dapat ditemukan dalam beberapa tataran, misalnya
morfem, kata, dan frasa. Contoh, morfem –pra dengan –pasca,
kata jual dengan beli, frasa si rajin dengan si malas. Namun, tidak
semua kata memiliki arti yang berlwanan seperti kata rumah dan
tanah.
Kohesi Leksikal
c. Hiponim
Hiponim merupakan kata yang merupakan bagian dari kata lain.
Contoh:
Contoh:
● Situasionalitas berkenaan dengan faktor-faktor yang membuat sebuah teks itu relevan
dengan situasi kejadian (Santoso, 2008).
● Situasionalitas (Situationality) maksudnya sebuah teks harus relevan dengan situasi yang
mana teks tersebut sedang disuguhkan.
● Situasionalitas berarti konstelasi pembicaraan dan situasi tuturan memainkan peran
penting dalam produksi teks.
● Berdasarkan teori dari Alba-Juez yang didukung oleh teori dari De Beaugrande & Dressler
yang menyatakan bahwa situasi pengujaran (situationality) adalah hal-hal yang berkaitan
dengan faktor-faktor yang menjadikan suatu teks relevan atau tidak untuk suatu peristiwa
pengujaran.
● Adanya efek dari pengaturan situasional sangat jarang diberikan tanpa adanya mediasi
yang menciptakan adanya keyakinan dan tujuan penerima teks itu sendiri ke dalam model
situasi komunikatif saat ini.
Situasionalitas
Unsur-unsur situasionalitas:
1. Situationsdarstellung ‘penggambaran situasi’
2. Situationslenkung ‘ pengendali situasi’
3. Situationskontrolle ‘ pengontrolan situasi’
Situasionalitas
Contoh:
(1) Ngebut benjut.
(2) Anda dilarang mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi
karena dapat membahayakan orang yang berjalan kaki atau anak kecil yang
sedang bermain dan apabila Anda tetap ngebut, lalu menabrak orang atau anak
kecil, warga sekitar akan marah dan akan memukuli Anda sampai babak belur
alias benjut.
Situasionalitas
Pada contoh (1), wacana yang dibangun dari dua kata yang sering dipasang di gang-gang
sempit itu harus menjadi perhatian para pengendara kendaraan bermotor. Para pengendara
tentu paham bahwa dua kata itu adalah peringatan, atau bahkan ancaman. Dua kata itu bukan
informasi biasa. Pada contoh (2) wacana yang dibangun tampak lebih banyak dan lebih
lengkap daripada contoh (1). Wacana yang berupa peringatan atau ancaman itu terasa lebih
jelas daripada contoh (1). Akan tetapi, terkait dengan penggunaan bahasa, contoh (1) lebih
sesuai dengan situasi daripada (2) meskipun (2) itu lebih jelas dan rinci.
INTERTEKSTUA
LITAS
Intertekstualitas
● Blackwell (2015: 52) mengatakan konsep intertekstualitas
memberikan analisis wacana wawasan penting ke dalam interaksi
bahasa dan sosial. Intertekstualitas memberi sudut pandang tentang
formasi sosial yang lebih besar daripada susunan interaksi langsung
dan memberi cara pemikiran kekuasaan dan otoritas dalam hal
berbasis wacana (interaksional kekuatan).
Intertekstualitas
Manifestasi
Intertekstualitas
Konstitutif
Intertekstualitas
Intertekstualitas (interdiskursivitas) hadir dalam dua formasi
Formasi Horizontal
Formasi Vertikal
Intertekstualitas
(2) The people who I met told me, chapter and verse, of how they had
been treated by the regime in Iran.
Dari contoh di atas terlihat jelas, bahwa dua teks tersebut dipengaruhi
oleh teks lain yang muncul sebelumnya.
AKSEPTABILI
TAS
Akseptabilitas
• Akseptabilitas atau keberterimaan adalah kebalikan dari
standar intensionalitas.
Informativitas,
yaitu seberapa besar suatu wacana
berkadar informasi bagi penerima wacana.
Informativitas
Pengolahan teks yang sangat informatif menuntut
kemampuan kognitif yang lebih besar tetapi pada saat yang
sama lebih menarik. Tingkat informativitas tidak boleh
melebihi suatu titik sehingga teks menjadi terlalu rumit dan
komunikasi terancam. Sebaliknya, tingkat informativitas juga
tidak boleh terlalu rendah sehingga menimbulkan kebosanan
dan penolakan teks.
Sumber Referensi
Arfandi. 2019. Standar Tekstualitas Dalam Wacana Kampanye Pemilu Legislatif 2014 (Studi Kasus Di Bondowoso). Skripsi. Universitas Negeri Jember.
Betaringsih, Dian Bayu. 2016. Implikatur Pada Wacana Iklan Radio Di Semarang. Skripsi. Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Brown, Gillian Dan George Yule, 1996 (Di Indonesiakan Oleh I. Soetikno). Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Cumming, L. (2007). Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
De Beaugrande, R. And Dressler, 1981. Introduction To Text Linguistics. London: Longman.
Fauzan, U. (2014). Analisis Wacana Kritis Dari Model Faiclough Hingga Mills. Jurnal Pendidik, 6(1).
Hanafiah. Wardah. 2014. Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada Wacana Buletin Jumat. Depok: Universitas Indonesia
Hwita, G. Analisis Wacana Kritis Dan Studi Bahasa Kritis Dalam Pengajaran BIPA. Mabasan, 2(2), 287898.
Marriane, J & Louis. (2007). Analisis Wacana, Teori Dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Naim, Baharudin. Masalah Sriptualisasi Dan Pentingnya Kontektualisasi Akan Makna Teks Suci Dalam Beragama. Departemen Filsafat, Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Noverino, R. (2015). Kajian Analisis Wacana Kritis Intertekstualitas (Interdiskursivitas) Pada Terjemahan Yang Menggunakan Bahasa Gaul. Prosiding
PESAT, 6.
Stefan, T., Michel, And M., Ruth, W., Et Al. (2009). Metode Analisis Teks & Wacana. (Terjemahan Abdul Syukur Ibrahim). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(Buku Asli Diterbitkan Tahun 2000. London: SAGE Publications).
Tarigan Hg. 1987.Pengajaran Wacana.Bandung: Angkasa
Trirachmanto, S. (2017). Kajian Infografis Humor Malesbanget. Com (Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough) (Doctoral Dissertation, Institut Seni
Indonesia Yogyakarta). Http://Eprints.Uny.Ac.Id/66032/3/BAB%20II.Pdf
Tulaseket, Eviantri. 2015. Analisis Wacana Pada Pidato Martin Luther King Jr. “I Have A Dream”. (Addressed To The March On Washington). Skripsi.
Universitas Sam Ratulangi Fakultas Ilmu Budaya
Wibisono, B. Standar Tekstualitas Dalam Wacana Kampanye Pemilu Legislatif 2014.
Widiatmoko. Wisnu. 2015. Analisis Kohesi Dan Koherensi Wacana Berita Rubrik Nasional Di Majalah Online Detik. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.)
Widjono, H.S. 2008. Mendesain Bahan Ajar Bahasa Indonesia Untuk Tujuan Akademis. Jurnal LINGUA CULTURA Vol.2
Yuliawati, Susi. 2008. Konsep Percakapan Dalam Analisis Wacana. Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran
Terima
Kasih