Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KOHESI DAN KOHERENSI DALAM ARTIKEL ILMIAH


Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Pelajaran: Bahasa dan Sastra Indonesia
Guru Pengampu: Ibu Atminah, S.Pd.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. AZIZUL HAKIM
2. MELANI KHOIRUN NISA
3. ANA SILFIA
4. FAISKA PUTRI
5. ASMIATI BINTI AZMAN

MA KETERAMPILAN AL IRSYAD GAJAH DEMAK


TAHUN 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
“Pentingnya kohesi dan koherensi dalam karya tulis ilmiah. Kohesi
mengacu pada hubungan antar kalimat yang saling terikat dalam suatu teks,
sedangkan koherensi berkaitan dengan keselarasan dan keterkaitan ide-ide di
dalam teks. Kedua aspek ini menjadi esensial dalam memastikan pesan yang
disampaikan dalam karya tulis ilmiah dapat dipahami dengan jelas dan efektif
oleh pembaca.

Kohesi dapat dicapai melalui penggunaan konjungsi, pronomina, repetisi


kata kunci, dan sinonim. Selain itu, penggunaan struktur kalimat yang tepat juga
membantu dalam membangun hubungan yang padu antar kalimat. Ketepatan
dalam menggunakan kohesi akan mempermudah pembaca dalam mengikuti alur
pikiran dan argumentasi dalam karya tulis ilmiah.

Koherensi mencakup penyusunan paragraf yang terstruktur dengan baik,


penggunaan kalimat transisi, dan menjaga aliran informasi yang logis.
Penggunaan konsep atau istilah yang konsisten juga berperan penting dalam
mencapai koherensi dalam karya tulis ilmiah. Dengan koherensi yang baik,
pembaca akan lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan penulis.

Implikasi dari kohesi dan koherensi yang buruk dalam karya tulis ilmiah.
Jika kohesi dan koherensi kurang diperhatikan, teks akan terlihat tidak teratur
dan sulit diikuti oleh pembaca. Selain itu, pesan yang ingin disampaikan bisa
menjadi ambigu atau bahkan salah dipahami. Hal ini dapat mengurangi
kredibilitas karya tulis ilmiah dan dampaknya terhadap pembaca atau
masyarakat menjadi terbatas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Memahami Artikel Ilmiah


Artikel ilmiah adalah karya tulis yang berisi mengenai ilmu
pengetahuan atau penelitian dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar. Bahasa yang digunakan untuk penulisan artikel ilmiah adalah
bahasa yang konkret, gaya bahasa formal, kata-katanya teknis, dan didukung
dengan fakta umum. Untuk menulis artikel ilmiah juga perlu diperhatikan tata
cara penulisan yang baik dan benar.

Artikel ilmiah tidak harus selalu menyajikan koleksi data-data, tetapi


dituntut menyajikan analisis dan interpretasi intelektual atas data-data. Selain
itu, artikel ilmiah mengutamakan penyajian fakta-fakta yang dipaparkan
secara singkat, jelas dan harus disajikan sejelas-jelasnya dan seringkas
mungkin.

Dalam artikel ilmiah terdapat empat dimensi yang perlu diperhatikan.


Dimensi yang dimaksud sebagai berikut.

 Dimensi hasil pemikiran atas suatu objek kajian yang dapat berupa
temuan penelitian atau gagasan analisis kritis.
 Dimensi bahasa tulis sebagai alat mempresentasikan hasil pemikiran
penulis dalam bentuk satuan-satuan makna dan penanda hubungan
satuan-satuan makna secara eksplisit.
 Dimensi sistematika yang dijadikan unsur pembeda antara bentuk karya
tulis artikel dan bentuk karya tulis lain.
 Dimensi kaidah, penulisan yang harus ditaati, baik bersifat universal
(umum) maupun bersifat selingkung.

2
Artikel memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

 Isi karangan bersumber fakta, bukan sekadar realitas.


 Bersifat faktual dengan mengungkapkan data-data yang diketahui
pengarang, bukan yang sudah umum diketahui
 Uraian tidak sepenuhnya merupakan hasil pemikiran pengarang, tetapi
mengungkapkan fakta sesuai objek atau narasumbernya.
 Isi artikel dapat memaparkan hal apa saja seperti pariwisata, kisah
perjalanan, profil tokoh, kisah pengalaman orang lain, satire, atau humor.

B. Kohesi dan Koherensi


1. Kohesi
Dalam KBBI dinyatakan bahwa kohesi dimaknai sebagai
keterikatan antarunsur dalam struktur sintaksis atau struktur wacana yang
ditandai dengan konjungsi, repetisi, pronomina (penggantian),
penunjukan, dan pelesapan. Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat
mengetahui bahwa konsep kohesi mengacu pada hubungan bentuk
antara unsur-unsur wacana, dalam hal ini artikel, sehingga memiliki
keterkaitan secara padu.

b. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kohesi yang membangun gramatika
wacana. Kohesi gramatikal terdiri atas referensi, substitusi, elipsis, dan
konjungsi. Berikut ini penjelasan dari unsur-unsur tersebut.

1) Referensi merupakan bagian kohesi yang berkaitan dengan penggunaan


kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata atau kelompok kata lainnya
(Ramlan, 1933:12). Objek yang berada di luar teks menunjukkan adanya
referensi eksoforis. Adapun objek yang berada di dalam teks menandakan
adanya referensi endoforis. Referensi endoforik dibedakan menjadi dua,
yaitu referensi endoforik anafora dan referensi endoforik katafora.

3
Referensi endoforik anafora merujuk kepada kata sebelumnya. Adapun
referensi endoforis katafora mengacu kata sesudahnya
2) Substitusi adalah proses dan hasil penggantian bahasa oleh unsur lain
dalam satuan yang lebih besar. Penggantian dilakukan untuk memperoleh
unsur pembeda atau menjelaskan unsur tertentu yang telah disebutkan
sebelumnya.
3) Elipsis (pelesapan) adalah peniadaan atau penghilangan kata atau satuan
lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau
konteks luar bahasa (Kridalaksana, 2008: 50). Elipsis merupakan
penggantian unsur kosong, yaitu unsur yang sebenarnya ada, tetapi
sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Tujuannya adalah untuk
efisiensi, yaitu mendapatkan kepraktisan bahasa, singkat dan padat, serta
mudah dimengerti.
4) Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata,
klausa dengan klausa. atau kalimat dengan kalimat, dapat juga paragraf
dengan paragraf (Chaer, 2009:81). Konjungsi dibagi menjadi dua, yaitu
konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.

a) Konjungsi koordinatif

Konjungsi koordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua


unsur yang memiliki status yang sama, baik unsur klausa, frasa, maupun
kata. Konjungsi koordinatif, antara lain dan, dengan, serta, atau,
kemudian, lantas, terus, dan lagi, tetapi, melainkan, padahal, sedangkan.

b) Konjungsi subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua


unsur berupa klausa yang tidak memiliki status yang sama.

Jenis-jenis konjungsi subordinatif sebagai berikut.

4
1. Sebab-akibat Konjungsi yang digunakan, antara lain karena, sebab,
makanya, sehingga, oleh karena itu, dengan demikian, dan sebagainya.
2. Pertentangan Konjungsi yang digunakan, yaitu tetapi dan namun.
3. Kelebihan atau eksesif Hubungan eksesif digunakan untuk menyatakan
kelebihan, ditandai dengan konjungsi malah.

Perkecualian atau eksepsif

Hubungan eksepsif digunakan untuk menyatakan pengecualian, ditandai


dengan konjungsi kecuali.

5) Tujuan

Konjungsi yang digunakan, yaitu agar dan sehingga.

6) Penambahan atau aditif

Penambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat


menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk
merangkaikan dua proposisi atau lebih, Konjungsi yang digunakan, yaitu
dan, juga, serta, selain itu.

7) Pilihan atau alternatif

Pilihan digunakan untuk menyatakan pilihan antara dua hal. Konjungsi


yang digunakan, yaitu atau dan apa.

8) Harapan atau optatif

Konjungsi harapan digunakan untuk menyatakan harapan yang ingin


dicapai. Konjungsi yang digunakan, yaitu semoga, moga-moga.

9) Urutan atau sekuensial Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu


hubungan kesejajaran atau urutan waktu. Konjungsi yang digunakan,
yaitu setelah itu, lalu, kemudian, terus, mula-mula.
10) Syarat

Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan syarat.


Konjungsi yang digunakan, yaitu apabila dan jika.
5
11) Cara

Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan cara. Konjungsi


yang digunakan, yaitu dengan, cara, dengan cara.

12)Hubungan waktu Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu


hubungan waktu. Konjungsi yang digunakan, antara lain sejak, sewaktu,
ketika, selama, sementara,
a. Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian
wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif.
Tujuan digunakan kohesi leksikal untuk mendapatkan efek intensitas
makna bahasa, kejelasan informasi, dan keindahan bahasa.
1) Repetisi
Repetisi atau pengulangan merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan hubungan konsesif antarkalimat. Hubungan ini
dibentuk dengan mengulang satuan lingual.
2) Sinonim
Sinonim merupakan persamaan makna kata.
3) Antonim
Antonim merupakan perlawanan kata.
4) Hiponim Hiponim merupakan sebuah pernyataan yang berpola
umum-khusus.

5) Kolokasi
Kolokasi merupakan sebuah pernyataan yang berpola khusus-umum.
6) Ekuivalensi Ekuivalensi merupakan kesejajaran dalam sebuah
kalimat.

6
2. Koherensi
Koherensi atau kepaduan merupakan hubungan perkaitan
antarproposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secara langsung pada
kalimat-kalimat yang diungkapkannya. Dengan demikian, kalimat-
kalimat di dalam sebuah paragraf itu terpadu, berkaitan satu sama lain
untuk mendukung gagasan utama.

a. Kelogisan Hubungan Ide Pokok dan Ide Penjelas


Salah satu tipe paragrat adalah paragraf yang secara eksplisit
mengungkapkan ide atau gagasan. Penjelasan, baik yang berupa
alasan, uraian, contoh, atau keterangan lainnya diperlukan untuk
menunjang kebenaran dari ide tersebut.
b. Kelogisan susunan isi kalimat
Suatu paragraf dikatakan sebagai paragraf yang baik apabila susunan
isi setiap kalimatnya bersifat benar, logis, atau alamiah.

C. Menganalisis Kohesi dan Koherensi dalam Artikel Ilmiah

1. Analisis Kohesi
Untuk menganalisis artikel ilmiah, kita gunakan dasar kohesi
yang digunakan dalam artikel tersebut, baik kohesi gramatikal maupun kohesi
leksikal.Adapun kohesi leksikal dapat dilihat dari penggunaan repetisi,
pronomina, penunjukan, sinonim, antonim, hiponim, ekuivalensi, elipsis,
kolokasi, dan parafrasa. Penanda kohesi yang digunakan dalam paragraf
tersebut sebagai berikut.
a. Konjungsi subordinatif yang digunakan di kalimat pertama, yaitu "agar"
(penanda tujuan), "jika" (penanda syarat), serta "ketika" (penanda waktu).
b. Konjungsi koordinatif yang digunakan di kalimat pertama adalah "atau"
dan konjungsi "dan" di kalimat ketiga.

7
c. Repetisi, yaitu "sang anak di kalimat kedua dan ketiga yang merupakan
ulangan/repetisi kata "anak" di kalimat pertama.
d. Elipsis bagian kalimat pertama, yaitu "Memberikan semangat atau
dukungan terhadap anak berguna untuk membuatnya agar lebih giat lagi
dalam belajar merupakan bentukan elipsis. Artinya, bentukan ini
dihilangkan di kalimat kedua.
e. Parafrasa, bagian kalimat pertama, yaitu "Memberikan semangat
atau dukungan terhadap anak berguna untuk membuatnya agar lebih
giat lagi dalam belajar diungkapkan kembali dalam bentuk lain di
kalimat ketiga, yaitu "Penyampaian tentang pendidikan dari kecil ini".

2. Analisis Koherensi
Penggunaan Bahasa dalam Artikel Ilmiah
Oleh: Novi Resmini

Pendahuluan
Penulisan karya ilmiah telah lama menjadi persoalan serius,
terutama di perguruan tinggi. Penulisan karya ilmiah yang bertujuan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mengomunikasikan karya kreatif dan inovatif kepada masyarakat luas
masih belum terealisasi dengan baik.
Karya ilmiah merupakan jenis tulisan ilmiah yang memiliki desain
atau sistematika tertentu sesuai dengan karakteristik ilmiah itu sendiri.
Salah satu karakteristik tersebut terwujud dalam bentuk bahasa, yaitu
bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa tulis yang baku. Penulisan
karya ilmiah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor nonteknis mencakup
sistematika penulisan dan penalaran, serta faktor teknis yang berkaitan

8
dengan content yang memperlihatkan keaslian gagasan yang didukung
dengan argumentasi ilmiah.

Tulisan ini akan membahas karakteristik ragam bahasa tulis, sifat sifat
bahasa yang dipergunakan dalam artikel ilmiah, beberapa persyaratan
penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah, dan cara penulisan rujukan
dalam artikel ilmiah.
1. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa merupakan variasi penggunaan bahasa, Ragam
bahasa dapat dibedakan berdasar pada pokok pembicaraan, media
yang digunakan, dan hubungan antara komunikator dengan
komunikan. Selanjutnya, dalam tulisan ini hanya akan dibahas ragam
bahasa dari sudut media yang digunakan, yakni ragam bahas tulis dan
dari sudut hubungan antara komunikator dengan komunikan.
Dilihat dari hubungan komunikator dengan komunikan, perbedaan
ragam bahasa tulis dan ragam lisan ada dua macam. Pertama,
berhubungan dengan peristiwanya, yakni bila digunakan ragam tulis,
partisipan tidak berhadapan secara langsung. Akibatnya, bahasa yang
digunakan harus lebih jelas sebab berbagai sarana pendukung yang
digunakan dalam bahasa lisan, seperti isyarat, pandangan, dan
anggukan tidak dapat digunakan. Itulah sebabnya mengapa ragam
tulis lebih cermat. Pada ragam tulis, fungsi subjek, predikat, objek, dan
keterangan serta hubungan antarfungsi itu harus nyata. Pada ragam
lisan, partisipan pada umumnya bersemuka sehingga fungsi-fungsi itu
kadang terabaikan. Meskipun demikian, mereka dapat saling
memahami maksud yang dikemukakan karena dibantu dengan unsur
paralinguistik.

9
Orang yang halus rasa bahasanya sadar bahwa kalimat ragam tulis
berbeda dengan ragam ujaran. Oleh karena itu, sepatutnya mereka
berhati-hati dan berusaha agar kalimat yang ditulis ringkas dan jelas.
Bentuk akhir ragam tulis tidak jarang merupakan hasil beberapa kali
penyuntingan.
Hal kedua yang membedakan ragam tulis dan lisan berkaitan
dengan beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran. Misalnya,
tinggi rendah, panjang pendek, dan intonasi kalimat yang tidak
terlambang dalam tata tulis maupun ejaan.
Dengan demikian, penulis perlu merumuskan kembali kalimatnya
jika ingin menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya.
Lain halnya dengan ragam lisan, penutur dapat memberikan tekanan
atau jeda pada bagian tertentu agar maksud ujarannya dapat
dipahami. Jadi, ragam bahasa tulis memiliki karakteristik khusus
dibandingkan ragam bahasa lisan. Karakteristik tersebut adalah ragam
bahasa tulis memiliki banyak penanda metalingual; kalimat berstruktur
lengkap; dan klausanya sederhana, tetapi memiliki kepadatan kata dan
isi (Brown, 1985; Ansari, 1999).

3. Sifat-sifat bahasa yang digunakan dalam artikel ilmiah Secara


umum, penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah harus mengacu
pads sifat-sifat bahasa, meliputi sifat objektif, impersona, teknis,
dan praktis (Gay, 1981 Saragih, 1999)

10
a. Objektif
Bahasa yang objektif adalah bahasa yang menggambarkan sesuatu
pengalaman yang bagi semua khalayak pemakai bahasa, representasi
pengalaman linguistik itu dipandang sama. Jadi, keobjektifan bahasa
dapat ditingkatkan dengan meniadakan atau meminimalkan pendapat dan
sikap pribadi tersebut.
b. Impersona
Keimpersonaan bahasa memperlihatkan ketidakterlibatan penulis artikel
dalam teks artikel ilmiah yang disusunnya. Pada teks artikel ilmiah tidak
digunakan bentuk pronomina saya, kami, kita, atau penulis dengan tujuan
untuk menghindari persona (subjektif).

Meskipun kita akui bahwa karya ilmiah tidak wujud tanpa keterlibatan
penulis, retorika ilmu menuntut agar dalam teks keterlibatan itu tidak
ditampilkan. Untuk mempertahankan keimpersonaan teks sehingga tidak
terlihat keterlibatan penulis, digunakan kalimat pasif. .
c.Teknis
Dengan kespesifikannya, istilah teknis digunakan dalam artikel ilmiah.
Teknis maksudnya dalam konteks tulisan istilah yang digunakan
berhubungan dengan istilah dalam satu disiplin ilmu. Akan tetapi,
penggunaan singkatan (akronim) yang belum lazim disarankan tidak
digunakan. Penggunaan singkatan dilakukan dengan menampilkan

11
bentuk penuh terlebih dahulu dari uraian akronim yang akan dibuat diikuti
bentuk singkatan dalam tanda kurung pertama.

d. Praktis
Kepraktisan bahasa artikel ilmiah ditandai dengan penggunaan teks yang
ekonomis dan tidak taksa (ambigu

3. Syarat-syarat penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah


Penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan formal, seperti karya
tulis ilmiah harus mengikuti syarat-syarat tertentu. Pertama, secara
morfologis, bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap. Kedua, secara
sintaksis, bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap, yakni memuat
unsur-unsur subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara
eksplisit.
Ketiga, bahasa dalam artikel ilmiah harus tepat makna dan
tunggal arti. Penulis artikel ilmiah harus menimbang-nimbang secara
saksama setiap kata, ungkapan, dan bentuk sintaksis sehingga apa
yang dimengerti pembaca sama dengan yang dimaksud penulis.
Keempat, bahasa dalam artikel harus mengikuti kaidah-kaidah
sintaksis. Penggunaan kalimat dalam karangan ilmiah harus berupa
kalimat yang efektif. Kalimat efektif, yakni kalimat yang memenuhi
kriteria jelas, sesuai dengan kaidah tata bahasa, tidak berbelit-belit,
tidak bertentangan dengan kebenaran nalar, dan ringkas. Kelima,
bahasa artikel ilmiah harus padat isi dan bukan padat kata.

12
4. Penulisan rujukan dalam artikel ilmiah
Rujukan dalam artian kutipan maupun daftar rujukan sangat
penting bagi penulis maupun pembaca artikel ilmiah. Rujukan yang
relevan terhadap permasalahan yang dikaji dapat memperkuat
argumen dan memperjelas posisi penulis terhadap pandangan penulis
lain mengenai sesuatu pokok persoalan yang sama (Lester, 1993;
Sibarani, 1999). Penulisan rujukan yang memenuhi pedoman baku
dan konsisten terhadap pedoman tertentu mempermudah pembaca
untuk melacak sumber rujukan dan memperoleh informasi lanjutan
mengenai rujukan tersebut.
Kutipan adalah fakta, ide, opini, atau pernyataan yang dipinjam
dari penulis lain untuk mendukung atau memperjelas argumen dalam
suatu karya ilmiah. Dengan kata lain, kutipan adalah semua fakta, ide,
opini, atau pernyataan yang bukan milik penulis sendiri. Setiap institusi
atau suatu penerbitan, seperti jurnal memiliki gaya atau cara
pengutipan tertentu yang disebut gaya selingkung.

Penutup
Penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah memiliki gaya dan
sistematika yang berbeda dengan jenis tulisan lainnya, seperti buku,
skripsi, dan sebagainya.

13
Menulis artikel ilmiah dapat diumpamakan seperti sebuah bangunan
yang akan didirikan menurut rancangan atau desain yang telah
ditentukan. Proses penulisannya menggunakan syarat-syarat dan
karakteristik ragam bahasa sebagaimana telah diuraikan di atas.

Rujukan
Brown, G., and Yule, G. 1983. Discourse Analysis. Cambridge:
Cambridge University Press. Depdikbud. 1996. Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan
Penelitian. Malang: BAAKPSI. Saragih, Amrin. 1999. Penulisan Artikel
Ilmiah. Makalah Disajikan dalam Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah di
Medan, FPBS IKIP Medan, 20-21 April.

D.Menyusun Artikel Ilmiah

1. Struktur Artikel Ilmiah


Secara terstruktur, artikel ilmiah sekurang-kurangnya memuat
unsur-unsur berikut.

a. Judul
Dalam penulisan artikel ilmiah, judul hendaknya menarik dan
jelas. Judul sebaiknya singkat, tidak terlalu panjang. Pilihlah kata yang

14
padat makna, kata kunci yang khas, serta mampu mencirikan seluruh
isi tulisan. Dalam penulisan judul, hindari kata-kata klise. Hindari
pemakaian kata kerja karena kata kerja pada awal judul tidak lazim
digunakan dalam karya tulis ilmiah akademik. Selain itu, hindari pula
penggunaan singkatan dan akronim.

b. Baris Kepemilikan
Di bagian ini umumnya terdapat nama penulis dan nama
lembaga tempat penulis itu bernaung. Nama pengarang dan lembaga
harus ditulis sesuai dengan kebiasaan resmi. Khusus untuk nama
pengarang, perlu ditekankan agar menggunakan satu bentuk cara
penulisan dan ejaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kesimpangsiuran penyusunan penulisan indeks dan biografi. Selain itu,
penulisan nama sebaiknya tidak menyertakan pangkat, jabatan,
kedudukan, dan gelar akademik. Tulisan ilmiah ditakar bukan
berdasarkan pada pekerjaan, pangkat, kedudukan, jabatan atau gelar
penulisnya. Akan tetapi, tulisan ilmiah dilihat berdasarkan kadar
orisinalitas sumbangan keilmuannya.

c. Abstrak
Tujuan penulisan abstrak, yaitu untuk memberikan seluruh
informasi kepada pembaca. Abstrak merupakan ringkasan artikel
ilmiah yang mengandung informasi lengkap, komprehensif, dan jelas
mengenai isi tulisannya. Abstrak biasanya berisi penjelasan singkat
tentang objek penelitian/tulisan, tujuan penelitian/penulisan,
metode/pelaksanaan penelitian, hasil yang diperoleh, dan
kebermanfaatan penelitian atau tulisan tersebut.
d. Pendahuluan

15
Pada dasarnya, pendahuluan mendefinisikan objek dari laporan
yang ditulis, tujuan ilmiah dari penelitian, dan pemikiran atau penulisan
yang dilakukan. Oleh karena itu, pendahuluan harus memberikan latar
belakang yang cukup bagi pembaca untuk memahami bagian-bagian
selanjutnya dari artikel tersebut.
e. Pemaparan
Bagian yang digunakan untuk menyajikan data-data atau hasil
penelitian. Bagian ini merupakan inti karya karena di bagian inilah,
data dan informasi penting yang ditemukan peneliti dipaparkan.
f. Simpulan
Proposisi yang didapat dari berbagai data dan argumen yang
disajikan dalam pemaparan. Simpulan merupakan bagian yang harus
ditulis secara ringkas dan memuat informasi yang cukup.

Dengan membaca simpulan, pembaca dapat mengetahui bahwa


penulis atau peneliti telah memberikan jawaban atau pertanyaan yang
diajukannya sendiri, sekaligus mengetahui kelebihan dan kekurangan
metode yang digunakannya.
g. Daftar pustaka
Daftar pustaka sebagai informasi rujukan atau referensi yang
digunakan penulis dalam menyusun tulisan artikelnya.

2. Menulis Artikel Ilmiah

16
Menulis artikel ilmiah dengan menerapkan langkah-langkah
menulis artikel sebagai berikut.
a) Mencari ide atau gagasan
b) Membuat kerangka berpikir atau outline
c) Proses penulisan
d) Proses revisi dan penyuntingan
e) Publikasi

BAB III

PENUTUP

c. Simpulan
Memahami Artikel Ilmiah Artikel ilmiah adalah karya tulis yang berisi
mengenai ilmu pengetahuan atau penelitian dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar. Bahasa yang digunakan untuk penulisan artikel
ilmiah adalah bahasa yang konkret, gaya bahasa formal, kata-katanya teknis,
dan didukung dengan fakta umum. Selain itu, artikel ilmiah mengutamakan
penyajian fakta-fakta yang dipaparkan secara singkat, jelas dan harus disajikan
sejelas-jelasnya dan seringkas mungkin.

Kohesi Dalam KBBI dinyatakan bahwa kohesi dimaknai sebagai


keterikatan antarunsur dalam struktur sintaksis atau struktur wacana yang
ditandai dengan konjungsi, repetisi, pronomina (penggantian), penunjukan, dan
pelesapan.

Referensi merupakan bagian kohesi yang berkaitan dengan penggunaan


kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata atau kelompok kata lainnya
(Ramlan, 1933:12). Elipsis (pelesapan) adalah peniadaan atau penghilangan
kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa
atau konteks luar bahasa (Kridalaksana, 2008: 50). Konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur yang
memiliki status yang sama, baik unsur klausa, frasa, maupun kata.

17
Konjungsi subordinatif Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua unsur berupa klausa yang tidak memiliki status yang sama.
Penambahan atau aditif Penambahan berguna untuk menghubungkan bagian
yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk
merangkaikan dua proposisi atau lebih, Konjungsi yang digunakan, yaitu dan,
juga, serta, selain itu.

Analisis Kohesi Untuk menganalisis artikel ilmiah, kita gunakan dasar


kohesi yang digunakan dalam artikel tersebut, baik kohesi gramatikal maupun
kohesi leksikal.Adapun kohesi leksikal dapat dilihat dari penggunaan repetisi,
pronomina, penunjukan, sinonim, antonim, hiponim, ekuivalensi, elipsis, kolokasi,
dan parafrasa.

Penulisan karya ilmiah yang bertujuan mengembangkan ilmu


pengetahuan dan teknologi serta mengomunikasikan karya kreatif dan inovatif
kepada masyarakat luas masih belum terealisasi dengan baik. Karya ilmiah
merupakan jenis tulisan ilmiah yang memiliki desain atau sistematika tertentu
sesuai dengan karakteristik ilmiah itu sendiri. Salah satu karakteristik tersebut
terwujud dalam bentuk bahasa, yaitu bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
tulis yang baku.

Penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor nonteknis
mencakup sistematika penulisan dan penalaran, serta faktor teknis yang
berkaitan dengan content yang memperlihatkan keaslian gagasan yang didukung
dengan argumentasi ilmiah. Tulisan ini akan membahas karakteristik ragam
bahasa tulis, sifat sifat bahasa yang dipergunakan dalam artikel ilmiah, beberapa
persyaratan penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah, dan cara penulisan
rujukan dalam artikel ilmiah. Ragam bahasa tulis Ragam bahasa merupakan
variasi penggunaan bahasa, Ragam bahasa dapat dibedakan berdasar pada
pokok pembicaraan, media yang digunakan, dan hubungan antara komunikator
dengan komunikan.

18
Selanjutnya, dalam tulisan ini hanya akan dibahas ragam bahasa dari sudut
media yang digunakan, yakni ragam bahas tulis dan dari sudut hubungan antara
komunikator dengan komunikan.

Akibatnya, bahasa yang digunakan harus lebih jelas sebab berbagai sarana
pendukung yang digunakan dalam bahasa lisan, seperti isyarat, pandangan, dan
anggukan tidak dapat digunakan.

Hal kedua yang membedakan ragam tulis dan lisan berkaitan dengan beberapa
upaya yang digunakan dalam ujaran.

Sifat-sifat bahasa yang digunakan dalam artikel ilmiah Secara umum,


penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah harus mengacu pads sifat-sifat bahasa,
meliputi sifat objektif, impersona, teknis, dan praktis (Gay, 1981 Saragih, 1999)

a. Objektif Bahasa yang objektif adalah bahasa yang menggambarkan


sesuatu pengalaman yang bagi semua khalayak pemakai bahasa,
representasi pengalaman linguistik itu dipandang sama.

b. Impersona Keimpersonaan bahasa memperlihatkan ketidakterlibatan penulis


artikel dalam teks artikel ilmiah yang disusunnya.

d. Praktis Kepraktisan bahasa artikel ilmiah ditandai dengan penggunaan teks


yang ekonomis dan tidak taksa (ambigu

19
Syarat-syarat penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah Penggunaan bahasa
dalam bentuk tulisan formal, seperti karya tulis ilmiah harus mengikuti syarat-
syarat tertentu.

Kedua, secara sintaksis, bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap, yakni
memuat unsur-unsur subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara
eksplisit.

Penulis artikel ilmiah harus menimbang-nimbang secara saksama setiap kata,


ungkapan, dan bentuk sintaksis sehingga apa yang dimengerti pembaca sama
dengan yang dimaksud penulis.

Kalimat efektif, yakni kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah
tata bahasa, tidak berbelit-belit, tidak bertentangan dengan kebenaran nalar, dan
ringkas.

Penulisan rujukan dalam artikel ilmiah Rujukan dalam artian kutipan maupun
daftar rujukan sangat penting bagi penulis maupun pembaca artikel ilmiah.

Rujukan yang relevan terhadap permasalahan yang dikaji dapat memperkuat


argumen dan memperjelas posisi penulis terhadap pandangan penulis lain
mengenai sesuatu pokok persoalan yang sama (Lester, 1993; Sibarani, 1999).

Kutipan adalah fakta, ide, opini, atau pernyataan yang dipinjam dari penulis lain
untuk mendukung atau memperjelas argumen dalam suatu karya ilmiah.

Penutup Penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah memiliki gaya dan sistematika
yang berbeda dengan jenis tulisan lainnya, seperti buku, skripsi, dan sebagainya.

Menulis artikel ilmiah dapat diumpamakan seperti sebuah bangunan yang akan
didirikan menurut rancangan atau desain yang telah ditentukan.

20
d. Pendahuluan Pada dasarnya, pendahuluan mendefinisikan objek dari laporan
yang ditulis, tujuan ilmiah dari penelitian, dan pemikiran atau penulisan yang
dilakukan.

f. Simpulan Proposisi yang didapat dari berbagai data dan argumen yang
disajikan dalam pemaparan.

Simpulan merupakan bagian yang harus ditulis secara ringkas dan memuat
informasi yang cukup.

Dengan membaca simpulan, pembaca dapat mengetahui bahwa penulis atau


peneliti telah memberikan jawaban atau pertanyaan yang diajukannya sendiri,
sekaligus mengetahui kelebihan dan kekurangan metode yang digunakannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

(Widiatmoko, W. (2015). Analisis kohesi dan koherensi wacana berita rubrik


nasional di majalah online detik. Jurnal Sastra Indonesia, 4(1).)

(Maulana, P. A. P., & Madia, M. (2019). Analisis koherensi dan kohesi teks
deskripsi. Journal of Arts and Humanities.)

(Fatchiyah. 2016. Strategi Penulisan Artikel Ilmiah. Malang: UB Press.)


(Widyaningsih, Emi dan Dwi Apriana. "Bahasa dan Sastra Indonesia (Peminatan)
Kelas XII Semester Gasal dan Genap". Surakarta: CV Putra Nugraha. )

22

Anda mungkin juga menyukai