Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. AZIZUL HAKIM
2. MELANI KHOIRUN NISA
3. ANA SILFIA
4. FAISKA PUTRI
5. ASMIATI BINTI AZMAN
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
“Pentingnya kohesi dan koherensi dalam karya tulis ilmiah. Kohesi
mengacu pada hubungan antar kalimat yang saling terikat dalam suatu teks,
sedangkan koherensi berkaitan dengan keselarasan dan keterkaitan ide-ide di
dalam teks. Kedua aspek ini menjadi esensial dalam memastikan pesan yang
disampaikan dalam karya tulis ilmiah dapat dipahami dengan jelas dan efektif
oleh pembaca.
Implikasi dari kohesi dan koherensi yang buruk dalam karya tulis ilmiah.
Jika kohesi dan koherensi kurang diperhatikan, teks akan terlihat tidak teratur
dan sulit diikuti oleh pembaca. Selain itu, pesan yang ingin disampaikan bisa
menjadi ambigu atau bahkan salah dipahami. Hal ini dapat mengurangi
kredibilitas karya tulis ilmiah dan dampaknya terhadap pembaca atau
masyarakat menjadi terbatas.
BAB II
PEMBAHASAN
Dimensi hasil pemikiran atas suatu objek kajian yang dapat berupa
temuan penelitian atau gagasan analisis kritis.
Dimensi bahasa tulis sebagai alat mempresentasikan hasil pemikiran
penulis dalam bentuk satuan-satuan makna dan penanda hubungan
satuan-satuan makna secara eksplisit.
Dimensi sistematika yang dijadikan unsur pembeda antara bentuk karya
tulis artikel dan bentuk karya tulis lain.
Dimensi kaidah, penulisan yang harus ditaati, baik bersifat universal
(umum) maupun bersifat selingkung.
2
Artikel memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
b. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kohesi yang membangun gramatika
wacana. Kohesi gramatikal terdiri atas referensi, substitusi, elipsis, dan
konjungsi. Berikut ini penjelasan dari unsur-unsur tersebut.
3
Referensi endoforik anafora merujuk kepada kata sebelumnya. Adapun
referensi endoforis katafora mengacu kata sesudahnya
2) Substitusi adalah proses dan hasil penggantian bahasa oleh unsur lain
dalam satuan yang lebih besar. Penggantian dilakukan untuk memperoleh
unsur pembeda atau menjelaskan unsur tertentu yang telah disebutkan
sebelumnya.
3) Elipsis (pelesapan) adalah peniadaan atau penghilangan kata atau satuan
lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau
konteks luar bahasa (Kridalaksana, 2008: 50). Elipsis merupakan
penggantian unsur kosong, yaitu unsur yang sebenarnya ada, tetapi
sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Tujuannya adalah untuk
efisiensi, yaitu mendapatkan kepraktisan bahasa, singkat dan padat, serta
mudah dimengerti.
4) Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata,
klausa dengan klausa. atau kalimat dengan kalimat, dapat juga paragraf
dengan paragraf (Chaer, 2009:81). Konjungsi dibagi menjadi dua, yaitu
konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
a) Konjungsi koordinatif
b) Konjungsi subordinatif
4
1. Sebab-akibat Konjungsi yang digunakan, antara lain karena, sebab,
makanya, sehingga, oleh karena itu, dengan demikian, dan sebagainya.
2. Pertentangan Konjungsi yang digunakan, yaitu tetapi dan namun.
3. Kelebihan atau eksesif Hubungan eksesif digunakan untuk menyatakan
kelebihan, ditandai dengan konjungsi malah.
5) Tujuan
5) Kolokasi
Kolokasi merupakan sebuah pernyataan yang berpola khusus-umum.
6) Ekuivalensi Ekuivalensi merupakan kesejajaran dalam sebuah
kalimat.
6
2. Koherensi
Koherensi atau kepaduan merupakan hubungan perkaitan
antarproposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secara langsung pada
kalimat-kalimat yang diungkapkannya. Dengan demikian, kalimat-
kalimat di dalam sebuah paragraf itu terpadu, berkaitan satu sama lain
untuk mendukung gagasan utama.
1. Analisis Kohesi
Untuk menganalisis artikel ilmiah, kita gunakan dasar kohesi
yang digunakan dalam artikel tersebut, baik kohesi gramatikal maupun kohesi
leksikal.Adapun kohesi leksikal dapat dilihat dari penggunaan repetisi,
pronomina, penunjukan, sinonim, antonim, hiponim, ekuivalensi, elipsis,
kolokasi, dan parafrasa. Penanda kohesi yang digunakan dalam paragraf
tersebut sebagai berikut.
a. Konjungsi subordinatif yang digunakan di kalimat pertama, yaitu "agar"
(penanda tujuan), "jika" (penanda syarat), serta "ketika" (penanda waktu).
b. Konjungsi koordinatif yang digunakan di kalimat pertama adalah "atau"
dan konjungsi "dan" di kalimat ketiga.
7
c. Repetisi, yaitu "sang anak di kalimat kedua dan ketiga yang merupakan
ulangan/repetisi kata "anak" di kalimat pertama.
d. Elipsis bagian kalimat pertama, yaitu "Memberikan semangat atau
dukungan terhadap anak berguna untuk membuatnya agar lebih giat lagi
dalam belajar merupakan bentukan elipsis. Artinya, bentukan ini
dihilangkan di kalimat kedua.
e. Parafrasa, bagian kalimat pertama, yaitu "Memberikan semangat
atau dukungan terhadap anak berguna untuk membuatnya agar lebih
giat lagi dalam belajar diungkapkan kembali dalam bentuk lain di
kalimat ketiga, yaitu "Penyampaian tentang pendidikan dari kecil ini".
2. Analisis Koherensi
Penggunaan Bahasa dalam Artikel Ilmiah
Oleh: Novi Resmini
Pendahuluan
Penulisan karya ilmiah telah lama menjadi persoalan serius,
terutama di perguruan tinggi. Penulisan karya ilmiah yang bertujuan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mengomunikasikan karya kreatif dan inovatif kepada masyarakat luas
masih belum terealisasi dengan baik.
Karya ilmiah merupakan jenis tulisan ilmiah yang memiliki desain
atau sistematika tertentu sesuai dengan karakteristik ilmiah itu sendiri.
Salah satu karakteristik tersebut terwujud dalam bentuk bahasa, yaitu
bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa tulis yang baku. Penulisan
karya ilmiah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor nonteknis mencakup
sistematika penulisan dan penalaran, serta faktor teknis yang berkaitan
8
dengan content yang memperlihatkan keaslian gagasan yang didukung
dengan argumentasi ilmiah.
Tulisan ini akan membahas karakteristik ragam bahasa tulis, sifat sifat
bahasa yang dipergunakan dalam artikel ilmiah, beberapa persyaratan
penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah, dan cara penulisan rujukan
dalam artikel ilmiah.
1. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa merupakan variasi penggunaan bahasa, Ragam
bahasa dapat dibedakan berdasar pada pokok pembicaraan, media
yang digunakan, dan hubungan antara komunikator dengan
komunikan. Selanjutnya, dalam tulisan ini hanya akan dibahas ragam
bahasa dari sudut media yang digunakan, yakni ragam bahas tulis dan
dari sudut hubungan antara komunikator dengan komunikan.
Dilihat dari hubungan komunikator dengan komunikan, perbedaan
ragam bahasa tulis dan ragam lisan ada dua macam. Pertama,
berhubungan dengan peristiwanya, yakni bila digunakan ragam tulis,
partisipan tidak berhadapan secara langsung. Akibatnya, bahasa yang
digunakan harus lebih jelas sebab berbagai sarana pendukung yang
digunakan dalam bahasa lisan, seperti isyarat, pandangan, dan
anggukan tidak dapat digunakan. Itulah sebabnya mengapa ragam
tulis lebih cermat. Pada ragam tulis, fungsi subjek, predikat, objek, dan
keterangan serta hubungan antarfungsi itu harus nyata. Pada ragam
lisan, partisipan pada umumnya bersemuka sehingga fungsi-fungsi itu
kadang terabaikan. Meskipun demikian, mereka dapat saling
memahami maksud yang dikemukakan karena dibantu dengan unsur
paralinguistik.
9
Orang yang halus rasa bahasanya sadar bahwa kalimat ragam tulis
berbeda dengan ragam ujaran. Oleh karena itu, sepatutnya mereka
berhati-hati dan berusaha agar kalimat yang ditulis ringkas dan jelas.
Bentuk akhir ragam tulis tidak jarang merupakan hasil beberapa kali
penyuntingan.
Hal kedua yang membedakan ragam tulis dan lisan berkaitan
dengan beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran. Misalnya,
tinggi rendah, panjang pendek, dan intonasi kalimat yang tidak
terlambang dalam tata tulis maupun ejaan.
Dengan demikian, penulis perlu merumuskan kembali kalimatnya
jika ingin menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya.
Lain halnya dengan ragam lisan, penutur dapat memberikan tekanan
atau jeda pada bagian tertentu agar maksud ujarannya dapat
dipahami. Jadi, ragam bahasa tulis memiliki karakteristik khusus
dibandingkan ragam bahasa lisan. Karakteristik tersebut adalah ragam
bahasa tulis memiliki banyak penanda metalingual; kalimat berstruktur
lengkap; dan klausanya sederhana, tetapi memiliki kepadatan kata dan
isi (Brown, 1985; Ansari, 1999).
10
a. Objektif
Bahasa yang objektif adalah bahasa yang menggambarkan sesuatu
pengalaman yang bagi semua khalayak pemakai bahasa, representasi
pengalaman linguistik itu dipandang sama. Jadi, keobjektifan bahasa
dapat ditingkatkan dengan meniadakan atau meminimalkan pendapat dan
sikap pribadi tersebut.
b. Impersona
Keimpersonaan bahasa memperlihatkan ketidakterlibatan penulis artikel
dalam teks artikel ilmiah yang disusunnya. Pada teks artikel ilmiah tidak
digunakan bentuk pronomina saya, kami, kita, atau penulis dengan tujuan
untuk menghindari persona (subjektif).
Meskipun kita akui bahwa karya ilmiah tidak wujud tanpa keterlibatan
penulis, retorika ilmu menuntut agar dalam teks keterlibatan itu tidak
ditampilkan. Untuk mempertahankan keimpersonaan teks sehingga tidak
terlihat keterlibatan penulis, digunakan kalimat pasif. .
c.Teknis
Dengan kespesifikannya, istilah teknis digunakan dalam artikel ilmiah.
Teknis maksudnya dalam konteks tulisan istilah yang digunakan
berhubungan dengan istilah dalam satu disiplin ilmu. Akan tetapi,
penggunaan singkatan (akronim) yang belum lazim disarankan tidak
digunakan. Penggunaan singkatan dilakukan dengan menampilkan
11
bentuk penuh terlebih dahulu dari uraian akronim yang akan dibuat diikuti
bentuk singkatan dalam tanda kurung pertama.
d. Praktis
Kepraktisan bahasa artikel ilmiah ditandai dengan penggunaan teks yang
ekonomis dan tidak taksa (ambigu
12
4. Penulisan rujukan dalam artikel ilmiah
Rujukan dalam artian kutipan maupun daftar rujukan sangat
penting bagi penulis maupun pembaca artikel ilmiah. Rujukan yang
relevan terhadap permasalahan yang dikaji dapat memperkuat
argumen dan memperjelas posisi penulis terhadap pandangan penulis
lain mengenai sesuatu pokok persoalan yang sama (Lester, 1993;
Sibarani, 1999). Penulisan rujukan yang memenuhi pedoman baku
dan konsisten terhadap pedoman tertentu mempermudah pembaca
untuk melacak sumber rujukan dan memperoleh informasi lanjutan
mengenai rujukan tersebut.
Kutipan adalah fakta, ide, opini, atau pernyataan yang dipinjam
dari penulis lain untuk mendukung atau memperjelas argumen dalam
suatu karya ilmiah. Dengan kata lain, kutipan adalah semua fakta, ide,
opini, atau pernyataan yang bukan milik penulis sendiri. Setiap institusi
atau suatu penerbitan, seperti jurnal memiliki gaya atau cara
pengutipan tertentu yang disebut gaya selingkung.
Penutup
Penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah memiliki gaya dan
sistematika yang berbeda dengan jenis tulisan lainnya, seperti buku,
skripsi, dan sebagainya.
13
Menulis artikel ilmiah dapat diumpamakan seperti sebuah bangunan
yang akan didirikan menurut rancangan atau desain yang telah
ditentukan. Proses penulisannya menggunakan syarat-syarat dan
karakteristik ragam bahasa sebagaimana telah diuraikan di atas.
Rujukan
Brown, G., and Yule, G. 1983. Discourse Analysis. Cambridge:
Cambridge University Press. Depdikbud. 1996. Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan
Penelitian. Malang: BAAKPSI. Saragih, Amrin. 1999. Penulisan Artikel
Ilmiah. Makalah Disajikan dalam Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah di
Medan, FPBS IKIP Medan, 20-21 April.
a. Judul
Dalam penulisan artikel ilmiah, judul hendaknya menarik dan
jelas. Judul sebaiknya singkat, tidak terlalu panjang. Pilihlah kata yang
14
padat makna, kata kunci yang khas, serta mampu mencirikan seluruh
isi tulisan. Dalam penulisan judul, hindari kata-kata klise. Hindari
pemakaian kata kerja karena kata kerja pada awal judul tidak lazim
digunakan dalam karya tulis ilmiah akademik. Selain itu, hindari pula
penggunaan singkatan dan akronim.
b. Baris Kepemilikan
Di bagian ini umumnya terdapat nama penulis dan nama
lembaga tempat penulis itu bernaung. Nama pengarang dan lembaga
harus ditulis sesuai dengan kebiasaan resmi. Khusus untuk nama
pengarang, perlu ditekankan agar menggunakan satu bentuk cara
penulisan dan ejaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kesimpangsiuran penyusunan penulisan indeks dan biografi. Selain itu,
penulisan nama sebaiknya tidak menyertakan pangkat, jabatan,
kedudukan, dan gelar akademik. Tulisan ilmiah ditakar bukan
berdasarkan pada pekerjaan, pangkat, kedudukan, jabatan atau gelar
penulisnya. Akan tetapi, tulisan ilmiah dilihat berdasarkan kadar
orisinalitas sumbangan keilmuannya.
c. Abstrak
Tujuan penulisan abstrak, yaitu untuk memberikan seluruh
informasi kepada pembaca. Abstrak merupakan ringkasan artikel
ilmiah yang mengandung informasi lengkap, komprehensif, dan jelas
mengenai isi tulisannya. Abstrak biasanya berisi penjelasan singkat
tentang objek penelitian/tulisan, tujuan penelitian/penulisan,
metode/pelaksanaan penelitian, hasil yang diperoleh, dan
kebermanfaatan penelitian atau tulisan tersebut.
d. Pendahuluan
15
Pada dasarnya, pendahuluan mendefinisikan objek dari laporan
yang ditulis, tujuan ilmiah dari penelitian, dan pemikiran atau penulisan
yang dilakukan. Oleh karena itu, pendahuluan harus memberikan latar
belakang yang cukup bagi pembaca untuk memahami bagian-bagian
selanjutnya dari artikel tersebut.
e. Pemaparan
Bagian yang digunakan untuk menyajikan data-data atau hasil
penelitian. Bagian ini merupakan inti karya karena di bagian inilah,
data dan informasi penting yang ditemukan peneliti dipaparkan.
f. Simpulan
Proposisi yang didapat dari berbagai data dan argumen yang
disajikan dalam pemaparan. Simpulan merupakan bagian yang harus
ditulis secara ringkas dan memuat informasi yang cukup.
16
Menulis artikel ilmiah dengan menerapkan langkah-langkah
menulis artikel sebagai berikut.
a) Mencari ide atau gagasan
b) Membuat kerangka berpikir atau outline
c) Proses penulisan
d) Proses revisi dan penyuntingan
e) Publikasi
BAB III
PENUTUP
c. Simpulan
Memahami Artikel Ilmiah Artikel ilmiah adalah karya tulis yang berisi
mengenai ilmu pengetahuan atau penelitian dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar. Bahasa yang digunakan untuk penulisan artikel
ilmiah adalah bahasa yang konkret, gaya bahasa formal, kata-katanya teknis,
dan didukung dengan fakta umum. Selain itu, artikel ilmiah mengutamakan
penyajian fakta-fakta yang dipaparkan secara singkat, jelas dan harus disajikan
sejelas-jelasnya dan seringkas mungkin.
17
Konjungsi subordinatif Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua unsur berupa klausa yang tidak memiliki status yang sama.
Penambahan atau aditif Penambahan berguna untuk menghubungkan bagian
yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk
merangkaikan dua proposisi atau lebih, Konjungsi yang digunakan, yaitu dan,
juga, serta, selain itu.
Penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor nonteknis
mencakup sistematika penulisan dan penalaran, serta faktor teknis yang
berkaitan dengan content yang memperlihatkan keaslian gagasan yang didukung
dengan argumentasi ilmiah. Tulisan ini akan membahas karakteristik ragam
bahasa tulis, sifat sifat bahasa yang dipergunakan dalam artikel ilmiah, beberapa
persyaratan penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah, dan cara penulisan
rujukan dalam artikel ilmiah. Ragam bahasa tulis Ragam bahasa merupakan
variasi penggunaan bahasa, Ragam bahasa dapat dibedakan berdasar pada
pokok pembicaraan, media yang digunakan, dan hubungan antara komunikator
dengan komunikan.
18
Selanjutnya, dalam tulisan ini hanya akan dibahas ragam bahasa dari sudut
media yang digunakan, yakni ragam bahas tulis dan dari sudut hubungan antara
komunikator dengan komunikan.
Akibatnya, bahasa yang digunakan harus lebih jelas sebab berbagai sarana
pendukung yang digunakan dalam bahasa lisan, seperti isyarat, pandangan, dan
anggukan tidak dapat digunakan.
Hal kedua yang membedakan ragam tulis dan lisan berkaitan dengan beberapa
upaya yang digunakan dalam ujaran.
19
Syarat-syarat penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah Penggunaan bahasa
dalam bentuk tulisan formal, seperti karya tulis ilmiah harus mengikuti syarat-
syarat tertentu.
Kedua, secara sintaksis, bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap, yakni
memuat unsur-unsur subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara
eksplisit.
Kalimat efektif, yakni kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah
tata bahasa, tidak berbelit-belit, tidak bertentangan dengan kebenaran nalar, dan
ringkas.
Penulisan rujukan dalam artikel ilmiah Rujukan dalam artian kutipan maupun
daftar rujukan sangat penting bagi penulis maupun pembaca artikel ilmiah.
Kutipan adalah fakta, ide, opini, atau pernyataan yang dipinjam dari penulis lain
untuk mendukung atau memperjelas argumen dalam suatu karya ilmiah.
Penutup Penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah memiliki gaya dan sistematika
yang berbeda dengan jenis tulisan lainnya, seperti buku, skripsi, dan sebagainya.
Menulis artikel ilmiah dapat diumpamakan seperti sebuah bangunan yang akan
didirikan menurut rancangan atau desain yang telah ditentukan.
20
d. Pendahuluan Pada dasarnya, pendahuluan mendefinisikan objek dari laporan
yang ditulis, tujuan ilmiah dari penelitian, dan pemikiran atau penulisan yang
dilakukan.
f. Simpulan Proposisi yang didapat dari berbagai data dan argumen yang
disajikan dalam pemaparan.
Simpulan merupakan bagian yang harus ditulis secara ringkas dan memuat
informasi yang cukup.
21
DAFTAR PUSTAKA
(Maulana, P. A. P., & Madia, M. (2019). Analisis koherensi dan kohesi teks
deskripsi. Journal of Arts and Humanities.)
22