Pengantar
Alkitab adalah buku iman katolik. Setiap orang katolik pasti pernah berkontak dengan
kitab suci, entah membaca secara pribadi atau mendengarnya saat perayaan liturgi. Akan tetapi
bacaan-bacaan yang diambil untuk perayaan liturgi itu bersifat penggalan-penggalan. Penggalan
atau perikop yang dibaca atau dibacakan dipandang memiliki kesatuan dan memiliki arti. 1
Kesatuan dari bacaan dapat dimengerti apabila kita menempatkan bacaan tersebut dalam konteks
seluruh buku. Teks yang dibacakan merupakan satu bagian dari satu buku atau surat, ia tidak
berdiri sendiri.2 Dengan kata lain ia terikat konteks dari buku atau surat itu, dan secara lebih jauh
dengan satu kesatuan Kitab Suci.
1.1. Etimologi
Konteks secara etimologis berasal dari bahasa latin contexere yang berarti “menenun” atau
“menganyam”.3 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konteks berarti situasi yang
berhubungan dengan suatu kejadian; bagian atau uraian kalimat yang mendukung suatu kejelasan
makna.4 Dengan menganalisis suatu penggalan teks Kitab Suci, kita mencoba menenun perikop
tersebut dalam satu kesatuan dan berusaha menemukan hubungannya dalam kesatuan tema,
tokoh, tempat, kejadian dan suasana dalam teks tersebut. Hal ini apabila dikerjakan dengan baik
dapat membantu untuk memahami teks secara lebih baik serta menafsir dan berteologi secara
lebih baik pula.
1.2. Langkah Pengerjaan
Untuk mengerjakan analisis konteks Markus 4: 26- 29, penulis menggunakan beberapa
langkah pengerjaan praktis, yang akan disusun sebagai berikut:
1. Pengantar yang juga diikuti dengan etimologi dari konteks
2. Susunan atau struktur Injil Markus
3. Memberikan teks dari Markus 4: 26-29
4. Menguji kesatuan teks ini dengan teks sesudah dan sebelumnya, dengan menampilkan
unsur-unsur pemersatunya yaitu tema, tokoh, tempat, dan waktu. Unsur-unsur pemersatu
ini akan diberikan dengan tabel agar memudahkan untuk menganalisisnya
5. Konteks teks Mrk. 4: 26-29. Konteks teks ini akan dibagi seturut konteks dekat dan jauh
1
Bertold Anton Pareira, “Studi dan Riset Alkitabiah” dalam Metodologi dan Riset Studi Filsafat Teologi. (Eds.)
Alfonsus Tjatur Raharso dan Yustinus (Malang: Dioma, 2018), 200.
2
Bdk. Bertold Anton Pareira, “Studi dan Riset Alkitabiah”.
3
K. Prent, J. Adisubrata W.J.S Purwadarminta, Kamus Latin-Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1969), 862.
4
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konteks diakses 18 Februari 2020, pukul 20.38
1
6. Fungsi teks.
7. Kesimpulan
2. Susunan Injil Markus
Injil ini oleh beberapa ahli diyakini sebagai Injil tertua dari keempat Injil. Oleh beberapa
lagi, Injil ini merupakan sumarium dari ketiga Injil Sinoptik, karena merupakan yang paling
pendek, demikian Injil ini dikatakan bukanlah Injil tertua. Injil Markus memiliki susunannya
sendiri. Dalam penulisan peper ini, penulis menggunakan susunan yang termuat dalam buku
Ignasius Suharyo. Suharyo menuliskan bahwa Markus memberikan secara ringkas tentang apa
yang ingin dikemukakannya dalam keseluruhan Injil, “Inilah permulaan tentang Injil Yesus
Kristus Anak Allah” (Mrk. 1: 1). Di sini, ada dua gelar yang diberikan oleh penginjil kepada
Yesus, yaitu gelar Kristus dan Anak Allah. 5 Susunannya adalah sebagai berikut:
I. 1-1: 13 Introduksi
II. 1: 14- 8: 28 Rahasia Mesias
III. 8: 31- 16: 8 Rahasia Anak Manusia
5
Bdk. Ignasius Suharyo, Pengantar Injil Sinoptik (Yogyakarta: Kanisus, 1989), 55-56.
2
siapakah Aku ini?”, dan Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias (Mrk. 8: 29). Namun
Yesus tetap menghendaki agar halnya tidak diberitahukan kepada siapa pun (Mrk. 8: 30).
Ayat Teks
26 Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang
menaburkan benih di tanah,
27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu
mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak
diketahui orang itu.
28 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tungkainya, lalu
bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.
29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim
menuai sudah tiba.”
6
Ignasius Suharyo, Pengantar Injil SInoptik. 67
7
Tom Jacobs, Siapa Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1982), 90.
3
4. Menguji Kesatuan Perikop Mrk. 4: 26-29 dengan Perikop Sebelum dan Sesudahnya
4.1. Tabel analisis
Perikop Mrk. 4: 21-25 Mrk. 4: 26-29 Mrk. 4: 30-34
Tema Perumpamaan Perumpamaan tentang benih Perumpamaan
tentang pelita dan yang tumbuh tentang biji sesawi
ukuran
Tokoh Yesus (21) Yesus (26) -Nya (30)
Mereka (21) Ia (33, 34)
Mereka (34)
Murid-murid-
Nya(34)
Tempat - - -
Waktu - - -
Tokoh: dari sudut tokoh, ketiga teks di atas juga disatukan dengan satu tokoh utama yang
menjadi penyampai perumpamaan, yakni Yesus (21, 26). Dalam ayat yang lain, nama Yesus
diganti dengan kata ganti orang “-Nya” (30) dan “Ia” (33, 34). Dua kata ganti orang ini pastilah
merujuk pada pribadi Yesus yang sedang melakukan pengajaran. Selain itu, yang menerima
ajaran Yesus digambarkan dengan kata ganti “mereka” (21, 34). Kata “mereka” ini merujuk pada
orang banyak yang sangat besar jumlahnya yang mengerumuni Yesus (1) saat Ia mengajar di tepi
danau.
Tempat: dalam ketiga perikop di atas penulis Injil tidak menulis secara eksplisit soal
tempat. Menurut penulis, hal ini dikarenakan ketiga perikop di atas masih memiliki keterkaitan
dengan keseluruhan teks Markus bab 4, sehingga keterangan waktu tidak lagi perlu disebutkan.
4
Teks dibiarkan mengalir dengan pengandaian pembaca sudah mengerti akan tempat Yesus
menyampaikan sabda perumpamaan itu. Maka apabila dilihat dalam keseluruhan teks Markus
bab 4, kita akan mengetahui bahwa pengajaran ini dilakukan Yesus di tepi danau (1), atau lebih
spesifik lagi di atas perahu. Hal ini dapat disimpulkan karena tidak terdapat kata atau frasa yang
menyatakan adanya perpindahan tempat dalam ketiga perikop di atas.
Waktu: unsur waktu tidak dikatakan dalam ketiga perikop di atas, maupun dalam
keseluruhan Markus bab 4. Akan tetapi apabila dilihat dari sudut tempat Yesus mengajar yaitu di
tepi danau di atas perahu, maka dapat dikatakan bahwa waktu pengajaran ini dilakukan pada pagi
atau siang hari. Hal ini dapat diketahui dari fakta bahwa pada pagi dan siang hari para nelayan
tidak pergi mengangkap ikan, mereka pergi menangkap ikan pada malam hari. Argumen ini
diperkuat dengan fakta literer bahwa Yesus mengajar dari atas perahu yang sedang berlabuh
(Mrk. 4: 1).
5
demikian dapat dinyatakan bahwa frasa “Kerajaan Allah” pada perikop Mrk. 4:
30-34 merujuk pada teks Mrk. 4:26-29.
6
mengutus ketujuh puluh murid ingin agar murid-murid juga menyembuhkan
orang-orang sakit yang mereka jumpai di tempat yang mereka datangi dan
mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Luk. 10: 9). Kerajaan Allah
identik dengan keselamatan dalam rupa kesembuhan bagi orang-orang sakit dan
pembebasan dari orang-orang yang kerasukan roh jahat. Akan tetapi Kerajaan
Allah sendiri lebih daripada itu, Kerajaan Allah adalah tentang keselamatan kekal,
kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm. 14: 17).
7. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis konteks pada Injil Markus 4: 26-29, penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan:
a. Teks Markus 4: 26-29 merupakan teks yang memiliki kesatuan dengan teks yang
langsung mendahuluinya dan yang langsung mengikutinya. Hal ini dapat dilihat dalam
analisis di atas bahwa mereka memiliki kesatuan tokoh, tema, tempat dan waktu.
7
b. Dalam konteks keseluruhan Injil Markus, perikop ini juga memiliki keterkaitan karena
halnya berkaitan dengan visi Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Oleh karena teks
ini merupakan perumpamaan untuk menjelaskan Kerajaan Allah, maka teks ini
merupakan satu kesatuan bagian dari visi Yesus yang tertera pada pembukaan Injil
Markus, bahwa Yesus datang untuk memberitakan Kerajaan Allah.
c. Teks ini memiliki fungsi yang penting terkait pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah,
oleh karena itu tidak dapat dihilangkan maupun diabaikan.
Kepustakaan
Ignasius Suharyo, Pengantar Injil Sinoptik. Yogyakarta: Kanisus, 1989.
Pareira, Bertold Anton. “Studi dan Riset Alkitabiah” dalam Metodologi dan Riset Studi Filsafat
Teologi, editor Alfonsus Tjatur Raharso dan Yustinus 195-239. Malang: Dioma, 2018.
Tom Jacobs, Siapa Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 1982.