Anda di halaman 1dari 20

Inilah Anak-Ku yang Kupilih Dengarkanlah Dia

Makna Dibalik Kisah Transfigurasi dalam Injil Sinoptik

Disusun Sebagai Bahan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Injil Sinoptik

Dosen: Dr. St. Eko Riyadi

Disusun Oleh:
Bernardus Aris Ferdinan
Alexander Simbong
Sr. Olliem PPYK

FAKULTAS TEOLOGI WEDHABAKTI


FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
Luk 9: 28-36, Mrk 9: 2-8, Mat 17: 1-8

A. Konteks Literer

Kisah transfigurasi yang terdapat dalam Luk 9:28-36 tidak dapat dilepaskan begitu saja
dari keseluruhan kisah perjalanan Yesus menuju ke Yerusalem. Kisah ini dapat dikatakan
sebagai kisah persiapan Yesus sebelum Ia memasuki Kota Yerusalem. Pada kisah sebelum
transfigurasi dikisahkan Petrus yang mulai mengakui bahwa Yesus adalah Mesias yang berasal
dari Allah. Pernyataan dari Petrus ini akhirnya membuka babak baru bagi perjalanan hidup
Yesus bersama dengan para murid-Nya. Sebelum pernyataan dari Petrus (Luk 9:22-27), Yesus
lebih berfokus pada ‘usaha’ untuk menyatakan siapa diri-Nya yang sebenarnya. Namun, setelah
pernyataan dari Petrus ini, fokus Yesus berubah pada tema kemuridan. Yesus kini lebih banyak
memberikan pengajaran kepada para murid-Nya dan juga mulai memberikan penjelasan
mengenai penderitaan yang akan Ia alami. Sosok Mesias yang dipikirkan oleh para murid adalah
sosok Mesias yang jaya dan bukannya Mesias yang harus menderita dan wafat. Hal inilah yang
ingin dikritisi oleh Yesus kepada para murid-Nya. Tema ini akhirnya mendapatkan
‘kepenuhannya’ dalam kisah transfigurasi dan akhirnya Allah sendirilah yang menyatakan
bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah. Kisah transfigurasi menjadi bagian penting dalam
‘kemuridan’, karena dari sinilah para murid diminta secara langsung oleh Allah untuk
mendengarkan Yesus. Seorang murid harus mendengarkan gurunya.
Ketika Yesus akan memulai karya-Nya di Galilea, suara yang turun dari langit terdengar
bagi-Nya saat Ia dibaptis. Kini ketika Yesus akan memasuki Kota Suci Yerusalem, suara yang
sama terdengar dari awan saat transfigurasi. Pada saat Yesus akan memulai suatu karya besar
tampak bahwa Allah turut-serta bersama-Nya dan terus mendukung-Nya. Maka dapat dikatakan
bahwa kisah ini ingin menguatkan para murid dan pembaca bahwa Yesus adalah Mesias yang
dinantikan. Setiap pengajaran yang diberikan oleh Yesus merupakan pengajaran yang akan
membawa kepada kemuliaan. Para murid dikisahkan untuk selalu mendengarkan setiap
perkataan yang diberikan oleh Yesus sampai dengan masuk ke dalam Kota Yerusalem kesan
terlihat jelas dalam kisah Yesus yang mengusir roh dari seorang anak yang sakit (Luk 9:37-43a).
Para murid masih belum dapat mengusir roh dari anak tersebut, maka dari itu para murid secara
tidak langsung masih harus mendengarkan Yesus sebagai guru mereka.

[1]
B. Konteks Sinoptik
Konteks dekat
No. Sebelum Kisah Transfigurasi Sesudah Kisah Transfigurasi

1. LUKAS LUKAS

9: 18-22 9: 22-27 9: 37-43a 9: 43b-45


Pengakuan Petrus Pemberitaan pertama Yesus mengusir roh Pemberitahuan kedua
tentang penderitaan dari seorang anak yang tentang penderitaan
Yesus dan syarat- sakit Yesus
syarat mengikut Dia

2. MATIUS MATIUS

16: 13-20 16: 21-28 17: 14-21 17: 22-23


Pengakuan Petrus Pemberitaan pertama Yesus menyembuhkan Pemberitahuan kedua
tentang penderitaan seorang anak muda tentang penderitaan
Yesus dan syarat- yang sakit ayan Yesus
syarat mengikut Dia

3. MARKUS MARKUS

8: 27-30 8: 31-9:1 9:14-29 9:30-32


Pengakuan Petrus Pemberitaan pertama Yesus mengusir roh Pemberitahuan kedua
tentang penderitaan dari seorang anak yang tentang penderitaan
Yesus dan syarat- bisu Yesus
syarat mengikut Dia

Konteks jauh
Kisah Transfigurasi masuk ke dalam konteks “Perjalanan Yesus ke Yerusalem”.
Aktor:
1. Yesus
2. Petrus, Yohanes, dan Yakobus
3. Musa dan Elia
4. (Suara pernyataan Allah dari dalam awan)

[2]
Tempat:
1. Perjalanan dari bawah gunung menuju ke puncak gunung (28)
2. Di atas gunung (29-36)

Waktu:
Tidak dijelaskan dengan pasti
Topik:
1. Yesus, Yohanes, Yakobus, dan Petrus naik ke gunung untuk berdoa (28).
2. Yesus berubah rupa (penuh kemuliaan) yang disertai dengan penampakan Musa dan Elia
(29-31).
3. Tanggapan Petrus ketika melihat penampakan kemuliaan Yesus, Musa dan Elia (33).
4. Pernyataan dari Allah tentang Yesus (34-36).

Struktur:
Tempat Ayat Tokoh Kegiatan
Yesus, Petrus, Yakobus, Perjalanan ke puncak gunung
Lembah 28
dan Yohanes
Yesus, Musa, dan Elia Yesus berubah rupa dan disertai
29-31
penampakan dua tokoh besar
Yesus, Musa, Elia, Petrus, Tanggapan Petrus atas
33
Yohanes, dan Yakobus penglihatan yang ia lihat
Yesus, Musa, Elia, Petrus, Pernyataan dari Allah tentang
Puncak gunung
34-35 Suara Allah, Petrus, Yesus
Yakobus, dan Yohanes
Yesus, Petrus, Yakobus, dan Yesus kembali seperti biasa
36 Yohanes setelah transfigurasi dan tinggal
seorang diri bersama para murid

[3]
Susunan linear:
Yesus, Petrus, Yakobus, dan Yohanes (28)
Yesus berubah rupa (29)
Musa dan Elia (30)
Yesus, berbicara dengan Musa dan Elia dalam Kemuliaan (31)
Musa dan Elia (32-33)
Pernyataan dari Allah tentang Yesus (34-35)
Yesus, Petrus, Yohanes, dan Yakobus (36)

Matius Markus Lukas


1 2 28
Enam hari kemudian Enam hari kemudian Kira-kira delapan hari
sesudah segala pengajaran itu,
Yesus membawa Petrus, Yesus membawa Petrus, Yesus membawa Petrus,
Yakobus dan Yohanes Yakobus dan Yohanes dan Yohanes, dan Yakobus, lalu
saudaranya, dan bersama-sama bersama-sama dengan mereka
dengan mereka Ia naik ke Ia naik ke sebuah gunung naik ke atas gunung untuk
sebuah gunung yang tinggi. Di yang tinggi. Di situ mereka berdoa.
situ mereka sendiri saja. sendirian saja.

2 Lalu Yesus berubah rupa di 29


Lalu Yesus berubah rupa di Ketika Ia sedang berdoa,
depan mata mereka; wajah- depan mata mereka, rupa wajah-Nya berubah
Nya bercahaya seperti
3
matahari dan pakaian-Nya dan pakaian-Nya sangat dan pakaian-Nya menjadi
menjadi putih bersinar seperti putih berkilat-kilat. Tidak putih berkilau-kilauan.
terang. seorang pun di dunia ini yang
dapat mengelantang pakaian
seperti itu.
3 4 30
Maka nampak kepada mereka Maka nampaklah kepada Dan tampaklah dua orang
Musa dan Elia sedang mereka Elia bersama dengan berbicara dengan Dia, yaitu
berbicara dengan Dia. Musa, keduanya sedang Musa dan Elia.
berbicara dengan Yesus.

[4]
31
Keduanya menampakkan
diri dalam kemuliaan dan
berbicara tentang tujuan
kepergian-Nya yang akan
digenapi-Nya di Yerusalem.
32
Sementara itu Petrus dan
teman-temannya telah tertidur
dan ketika mereka terbangun
mereka melihat Yesus dalam
kemuliann-Nya: dan kedua
orang yang berdiri di dekat-
Nya itu.
33
Dan ketika kedua orang itu
hendak meninggalkan Yesus,
4 5
Kata Petrus kepada Yesus: Kata Petrus kepada Yesus: Petrus berkata kepada-Nya:
“ Tuhan, betapa bahagianya “Rabi, betapa bahagianya “Guru, betapa bahagianya
kami berada di tempat ini. Jika kami berada di tempat ini. kami berada di tempat ini.
Engkau mau, biarlah kudirikan Baiklah kami dirikan tiga Baiklah kami dirikan sekarang
di sini tiga kemah, satu untuk kemah, satu untuk Engkau, tiga kemah, satu untuk
Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Musa dan satu Engkau, satu untuk Musa, dan
satu untuk Elia.” untuk Elia.” satu untuk Elia.” Tetapi Petrus
tidak tahu apa yang
dikatakan-Nya itu.
5 6 34
Dan tiba-tiba sedang Ia Ia berkata demikian, sebab Sementara Ia berkata
berkata-kata turunlah awan tidak tahu apa yang harus demikian, datanglah awan
yang terang menaungi mereka dikatakannya, karena mereka menaungi mereka. Dan ketika
dan dari dalam awan itu sangat ketakutan. mereka masuk ke dalam awan
terdengar suara yang berkata: itu, takutlah mereka.
7 35
Maka datanglah awan Maka terdengarlah suara dari
menaungi mereka dan dari dalam awan itu, yang berkata:
dalam awan itu terdengar

[5]
“Inilah Anak yang Kukasihi, suara: “Inilah Anak yang “Inilah Anak-Ku yang
kepada-Nyalah Aku berkenan, Kukasihi, dengarkanlah Kupilih, dengarkanlah Dia.”
dengarkanlah Dia.” Dia.”
6
Mendengar itu tersungkurlah
murid-murid-Nya dan mereka
sangat ketakutan.
7
Lalu Yesus datang kepada
mereka dan menyentuh mereka
sambil berkata: “Berdirilah, 8
Dan sekonyong-konyong
jangan takut!” waktu mereka memandang
8 sekeliling mereka, mereka
Dan ketika mereka
36
mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun lagi Ketika suara itu terdengar,
tidak melihat seorang pun bersama mereka, kecuali nampaklah Yesus tinggal
kecuali Yesus seorang diri. Yesus seorang diri. seorang diri. Dan murid-murid
itu merahasiakannya, dan pada
masa itu mereka tidak
menceriterakan kepada siapa
pun apa yang telah mereka
lihat itu.
9 9
Pada waktu mereka turun dari Pada waktu mereka turun
gunung itu, Yesus berpesan dari gunung itu, Yesus
kepada mereka: berpesan kepada mereka,
“Jangan kamu ceriterakan supaya mereka jangan
penglihatan itu kepada seorang menceriterakan kepada
pun sebelum Anak Manusia seorang pun apa yang telah
dibangkitkan dari antara orang mereka lihat itu, sebelum
mati.” Anak Manusia bangkit dari
antara orang mati.
10
Mereka memegang pesan
tadi sambil mempersoalkan di
antara mereka apa yang

[6]
dimaksud dengan “bangkit
dari antara orang mati.”
10 11
Lalu murid-murid-Nya Lalu mereka bertanya
bertanya kepada-Nya: “Kalau kepada-Nya: “Mengapa ahli-
demikian mengapa ahli-ahli ahli Taurat berkata, bahwa
Taurat berkata bahwa Elia Elia harus datang dahulu?”
harus datang dahulu?”

Jawab Yesus: “Memang Elia


11
Jawab Yesus: “Memang
12

akan datang dan memulihkan Elia akan datang dahulu dan


segala sesuatu. memulihkan segala sesuatu.
Hanya, bagaimanakah dengan
yang ada tertulis mengenai
Anak Manusia, bahwa Ia akan
banyak menderita dan akan
dihinakan?
12 13
Dan Aku berkata kepadamu: Tetapi Aku berkata
Elia sudah datang, tetapi orang kepadamu: Memang Elia
tidak mengenal dia, dan sudah datang dan orang
memperlakukannya menurut memperlakukan dia menurut
kehendak mereka. Demikian kehendak mereka, sesuai
juga Anak Manusia akan dengan yang ada tertulis
menderita oleh mereka.” tentang dia.”
13
Pada waktu itu mengertilah
murid-murid Yesus bahwa Ia
berbicara tentang Yohanes
Pembaptis.

[7]
PENJELASAN

Lukas: Delapan hari kemudian: Markus Enam hari kemudian: hari yang ketujuh
Hari yang pertama dalam Minggu Matius Enam hari kemudian: hari yang ketujuh,
(hari kebangkitan) sama dengan kisah yang ada dalam
Kitab Kel 24:16

a. Markus ayat 2: Waktu enam hari yang ada pada awal Injil Markus tampaknya bukan suatu
hal yang wajar terjadi. Karena Markus tidak biasa menggunakan catatan waktu seperti ini.
Catatan waktu enam hari ini pula mungkin Markus ingat akan kisah yang terdapat dalam Kel
24:16, di mana menyamakan penampakan Musa pada hari yang ketujuh. Sesudah enam hari
sama artinya hari yang ketujuh, jika ayat 1 ini dikaitkan dengan ayat 5, di mana ada kata
kemah ada suatu hal yang menarik untuk diperhatikan. Kemah menurut pengertian orang
Yahudi merupakan tempat pertemuan dan komunikasi antara Tuhan dan manusia. Ucapan
Petrus ini mungkin ada kaitannya dengan Pesta Pondok Daun. Pesta ini berlangsung selama
seminggu, dan hari ketujuh merupakan hari penutupan pesta. Pada hari yang ketujuh ini pula
Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus naik kegunung. Puncak pesta (hari ketujuh),
yang dibarengi dengan penampakan Yesus (transfigurasi) mau menyatakan bahwa Yesuslah
pemenuhan janji Allah. Markus ingin menggambarkan bahwa Yesus mengetahui kerinduan
orang Yahudi akan kedatangan Mesias. Yesus yang digambarkan sedang menyendiri dan
merenungi misi-Nya, akhirnya merasa diperkuat dengan pernyataan Allah bahwa Ia akan
menjadi Mesias sesuai dengan kehendak Allah.

b. Matius ayat 1: Penyebutan keterangan waktu dalam penginjil Matius (enam hari kemudian),
setidaknya ingin menyampaikan gagasan mengenai kisah yang pernah tercatat dalam Kitab
Keluaran 24:16. Di mana kisah ini menggambarkan penampakan Allah kepada Musa di
Gunung Sinai. Penampakan terjadi di gunung karena gunung merupakan tempat yang identik
dengan kisah pewahyuan Ilahi. Jemaat Matius masih dipengaruhi oleh tradisi Yahudi yang
kuat, sehingga untuk menggambarkan Yesus, Matius mensejajarkannya dengan tokoh Musa.
Yesus adalah Musa Baru yang membawa keselamatan (eksodus) dari perbudakan. Maka,
penggambaran kembali teks-teks dalam Perjanjian Lama dengan terang Yesus Kristus begitu

[8]
terasa dalam tulisan Matius, untuk menyatakan bahwa Yesuslah penggenapan para nabi yang
akan membawa orang kepada keselamatan sama seperti Musa dalam peristiwa eksodus.

c. Lukas ayat 28: Kata-kata kira-kira delapan hari kemudian, dalam Injil Lukas mau
menyatakan hari yang pertama dalam Minggu, yaitu hari Minggu, hari setelah hari Sabat
(bisa jadi berasal dari tradisi iman Kristiani). Lukas mungkin ingin mengaitkan peristiwa
transfigurasi dengan peristiwa kebangkitan Yesus. Hal ini terlihat jelas ketika dikaitkan
dengan ayat 30, Luk 24:4 dan Kis 1:10, di mana dalam ayat tersebut terdapat penampakan
dua orang. Hal-hal keajaiban yang terkait dengan Yesus dalam Lukas selalu dikaitkan dengan
kemunculan dua orang yang bisa dikatakan sebagai ‘saksi’. Dapat dikatakan pula, bahwa hal
ini adalah keajaiban Yesus yang benar adanya. Sinar kemuliaan pada kisah Perjanjian Lama
(kisah Musa) turun pada wajah Musa, kini dalam kisah Yesus turun pula pada diri-Nya. Hal
ini mau menyatakan bahwa Yesus adalah Musa Baru yang berasal dari Surga.
Doa: Hanya dalam Injil Lukas dinyatakan bahwa Yesus mengundurkan diri ke gunung untuk
berdoa (peristiwa pembaptisan Luk 3:21). Yesus digambarkan sebagai pribadi yang selalu
berdoa sebelum memulai suatu peristiwa yang penting (bdk Mat 10:1-4; Mrk 3:13-19; Luk
6:12-16). Lukas ingin menggambarkan Yesus yang selalu berusaha untuk membangun
hubungan yang baik dengan Bapa-Nya melalui kebiasaan Yesus dengan berdoa. Gambaran
Yesus yang selalu berdoa, merupakan contoh konkret yang ingin disampaikan oleh Lukas
kepada para pembacanya, Yesus yang selalu berkomunikasi dengan Tuhan sebagai Anak
Allah, atau mungkin juga untuk memberikan contoh teladan kepada para murid-Nya
mengenai cara membangun relasi yang intim dengan Tuhan. Kehidupan doa ini juga sejalan
dengan tugas para murid dan misi Gereja, maka dari itu Yesus selalu berusaha memberikan
teladan ini kepada para murid-Nya. Doa bagi Yesus merupakan cara untuk membangun
kedekatan dengan Tuhan, di mana hal ini tampak dalam penyebutan kata ‘Bapa atau Bapa-
Ku’ (Luk 10:21-22; 22:41-45; 23:34, Luk 46; 11:2; 22:29). Selain itu, dengan berdoa, Yesus
merasa semakin dikuatkan dalam menjalani tugas perutusan Keilahiaan-Nya untuk
pelayanan-Nya kepada yang lain. Dalam konteks kisah transfigurasi, doa menjadi sarana
untuk berkomunikasi dengan Tuhan dalam perjalanan-Nya (exodus) ke Yerusalem. Tokoh
yang digambarkan mewakili surga ialah Musa dan Elia. Dua tokoh inilah yang memberikan
peneguhan dalam persiapan-Nya untuk memasuki Yerusalem. Inilah moment di mana Yesus

[9]
meminta ‘restu’ dari yang Ilahi sebelum memasuki Yerusalem. Kehidupan doa seperti inilah
yang ingin ditekankan kepada jemaat Kristen Lukas, penginjil ingin mengajak jemaatnya
untuk tetap tekun berdoa sebagaimana Yesus yang juga tekun dalam berdoa.

Penggunaan kata Tuhan, Rabi dan guru:

Lukas: guru Markus Rabi: Gelar dari kalangan Yahudi untuk


Gelar penghormatan atas wibawa menyebut seorang pengajar agama.
Yesus. Lukas ingin menghilangkan Matius Tuhan: Matius ingin menampilkan sosok
unsur ke-Yahudi-an dengan Yesus sebagai Tuhan yang mulia yang
menggunakan bahasa yang lebih pantas disembah
universal.

a. Matius: Penginjil Matius menggunakan kata ‘Tuhan’ untuk menyebut pribadi Yesus.
Mengapa? Bisa jadi karena Matius berusaha untuk menghindari penggunaan kata ‘rabi’
kepada Yesus (Mat 23:8), ia menggunakan kata ‘rabi’ untuk menyebut Yesus hanya pada
saat pengkhianatan Yudas (Mat 26:49). Atau juga karena memang sejak awal Matius ingin
menampilkan sosok Yesus sebagai Tuhan yang mulia dan layak untuk disembah. Penginjil
Matius dalam berbagai kisah bisa dikatakan sering untuk menggunakan kata ‘Tuhan’ (bdk
Mat 2:2-11; 8:2; 8:25; 14:33; 28:17) yang mau menyatakan bahwa Yesuslah Tuhan yang
akan terus melanjutkan karya penyelamatan-Nya terkhusus dalam jemaat Gereja Matius.
Sebutan ‘Tuhan’ dalam konteks ini bukan sekadar sebagai bentuk penghormatan. ‘Tuhan’
adalah sebutan yang dapat dikaitkan dengan paham eskatologis.

b. Markus: Penginjil Markus menggunakan kata ‘Rabi’ untuk menyebut pribadi Yesus. Kata
‘rabi’ berasal dari kata Ibrani ‘rav’ yang berarti ‘besar’, yang juga dipakai sebagai bentuk
penghormatan. Tradisi Yudaisme menyatakan bahwa kata ‘rabi’ digunakan untuk menyebut
seseorang yang bertugas mengajar Torah Yahudi. Markus menyebut Yesus sebagai rabi
untuk menghormati-Nya atau mengagungkan-Nya, di mana identitas Yesus sebagai rabi
terasa di masa itu. Selain itu, kemungkinan besar mengapa Markus masih menggunakan kata
‘rabi’ untuk menyebut Yesus karena Markus masih terikat dengan tradisi Yahudi. Penginjil

[10]
Markus masih berada dalam pengaruh Yahudi yang kuat sehingga ia masih menggunakan
istilah-istilah yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan Yahudi.
Penulisan dengan penggunaan istilah Yahudi ini bisa jadi karena jemaat yang ingin dituju
oleh penginjil Markus adalah Jemaat Kristen Yahudi yang memang masih memegang teguh
adat istiadat dan peraturan Yahudi.

c. Lukas: Penginjil Lukas menggunakan kata ‘guru’ untuk menyebut pribadi Yesus. Kata
‘guru’ yang ada dalam Injil Lukas ingin menerjemahkan kata ‘rabi’ dalam Injil Markus.
Istilah ‘rabi’ merupakan istilah yang hanya dimengerti oleh orang-orang Yahudi, sehingga
orang-orang non-Yahudi tidak mengerti arti dan maksud dari kata ‘rabi’. Penginjil Lukas
berusaha untuk membuat injilnya lebih bersifat universal, maka dari itu ia berusaha untuk
mengganti semua kata dalam per-istilah-an Yahudi yang sulit dimengerti oleh orang-orang
non-Yahudi, maka dari itu penginjil Lukas menggunakan kata ‘guru’. ‘Guru’ dalam ayat 33,
bisa diartikan sebagai gelar kehormatan yang diberikan sebagai pengakuan akan wibawa
pribadi Yesus.

Tokoh Musa dan Elia

Lukas: Musa dan Elia Markus Musa dan Elia: Tokoh yang penting dalam
Tokoh dalam PL yang ingin dimensi eskatologis, bersama dengan Yesus
menyatakan bahwa Yesuslah sebagai pemenuhannya.
tokoh yang selama ini telah Matius Musa dan Elia: Yesus disebut juga sebagai
dipersiapkan oleh dua tokoh PL Musa Baru dan penampakan para tokoh
tersebut selama hidup mereka. Perjanjian Lama ingin menguatkan posisi
Yesus sebagai penyelamat dan pengantara
umat-Nya.

a. Matius: Penginjil Matius memberikan penekanan yang hampir sama dengan Penginjil
Lukas. Perlu diingat bahwa Yesus dalam Matius digambarkan sebagai Musa Baru. Hal ini
sebenarnya juga tampak dalam kisah transfigurasi dalam Injil Matius. Dikisahkan bahwa
Yesus membawa ketiga murid-Nya, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes, bisa jadi ketiga

[11]
orang ini merupakan kelompok inti dari keduabelas rasul. Namun, bisa jadi juga hal ini
terjadi karena Yesus ingin menyamakan kejadian pada masa Musa, di mana Musa pun
membawa tiga orang, Harun, Nadab dan Abihu ke atas Gunung Sinai (Kel 24:1). Pada masa
itu, Tuhan menampakkan diri kepada Musa di atas gunung, mungkin juga karena hal ini
Yesus pun mengajak ketiga murid untuk menyaksikan pernyataan Tuhan kepada Yesus di
atas gunung sama seperti zaman Musa. Musa merupakan tokoh yang berperan penting
sebagai perantara antara Tuhan dan Israel ketika perjanjian antara Tuhan dan Israel di buat di
Gunung Sinai. Sedangkan Elia merupakan tokoh nabi yang besar, yang mengarahkan
kembali Israel kepada Tuhan. Penggambaran tokoh besar ini sepertinya ingin menyatakan
kepada pembaca bahwa Yesus adalah sosok yang akan menjadi perantara antara umat-Nya
dan Tuhan, serta menjadi sosok yang akan mengarahkan kembali umat-Nya kepada Tuhan.

b. Markus: Tokoh Musa dan Elia yang ditampilkan dalam kisah transfigurasi mau menyatakan
mengenai tokoh yang dikaitkan dengan hukum (Musa) dan nabi (Elia). Kedua tokoh ini
merupakan penggambaran orang-orang yang memiliki iman kepada Tuhan. Kisah
transfigurasi ini mau menyatakan kepenuhan janji Allah yang telah dibuat-Nya. Dua tokoh
ini dapat dikaitkan dengan dimensi eskatologi (Why 11: 3-13), di mana dalam Kitab 2 Raj
2:11 dikatakan “Elia naik ke Surga dalam angin badai dibawa oleh kereta kuda berapi” dan
menurut Mal 4:5 Elia merupakan nabi yang akan mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Kisah
yang ditulis oleh Markus ini memiliki perbedaan dalam kaitannya dengan penyebutan tokoh
Musa dan Elia. Hanya dalam Markus dituliskan “Elia bersama dengan Musa”, sedangkan
dalam Injil Sinoptik yang lainnya dituliskan Musa dan Elia. Walaupun demikian, Markus
memiliki anggapan yang sama dengan pengarang sinoptik lainnya, bahwa Musa dan Elia
merupakan tokoh yang penting.

c. Lukas: Penginjil Lukas memasukkan tokoh Musa dan Elia ke dalam kisah penampakan
Yesus, karena kedua tokoh ini memang memiliki peranan yang besar dalam Perjanjian Lama.
Kedua tokoh ini pula yang dikaitkan sebagai tokoh yang akan datang kembali pada akhir
zaman. Musa dalam Lukas tidak hanya dikenal sebagai tokoh yang membawa hukum Tuhan
tetapi juga sebagai nabi pemimpin yang telah membebaskan umat-Nya (lytrōtēs; Kis 7:35).
Ia juga menyatakan bahwa ‘Tuhan akan membangkitkan bagimu seorang nabi seperti aku’

[12]
(Ul 18:15; Kis 3:22; 7:37). Jika dikaitkan antara Yesus dan Musa, maka hubungan di antara
dua tokoh ini adalah sebagai Penebus-Nabi yang menghadapi penolakan (Kis 7:33-41, 51-
53). Tokoh Musa yang tampil dalam kisah ini mau mengulang kembali kisah yang pernah
terjadi juga dalam kehidupan Musa. Sedangkan Elia adalah tokoh seorang nabi-keajaiban
yang mau menggambarkan pelayanan Yesus (Luk 4:25-26; 7:11-17). Selain itu, Elia
merupakah tokoh yang dinyatakan sebagai nabi yang mempersiapkan kedatangan yang
dijanjikan (Mal 4:5). Tokoh-tokoh ini tentu ingin memberikan kesan yang semakin kuat
terhadap Yesus, bahwa Dialah Mesias yang telah dijanjikan oleh Allah. Yesus merupakan
kepenuhan yang telah dijanjikan oleh Allah melalui para nabi.

Tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem Luk 9:31

Lukas: Bila dibaca dengan baik, hanya Lukas yang menceritakan mengenai tujuan kepergian
Yesus ke Yerusalem. Kepergian-Nya (exodus) ke Yerusalem merupakan kepenuhan dari
tugas perutusan-Nya di dunia. Penyampaian hal ‘tujuan kepergian Yesus’ inilah yang
sebenarnya ingin lebih ditekankan oleh Lukas daripada perubahan rupa Yesus. Kisah ini mau
menyatakan Yesus yang diberi instruksi surgawi mengenai derita yang kelak akan
menghasilkan kemulian-Nya (24:26). Menurut teks Yunani, Musa dan Elia berbicara dengan
Yesus mengenai exodus yang bisa berarti juga ‘keluaran’. Kata ini sendiri memiliki beberapa
makna, seperti keluaran dari derita, dari kubur (kebangkitan), dari kehidupan keduniaan
(kebangkitan), dari lingkungan bumi (kenaikkan). Namun para ahli sepakat bahwa kata
exodus dikaitkan dengan proses peralihan yang akan dialami oleh Yesus dari dunia kepada
kemulian surgawi. “Yang akan digenapi-Nya di Yerusalem”, pernyataan ini mau menyatakan
peristiwa yang sejak dahulu sudah direncanakan oleh Allah kepada manusia demi
keselamatan mereka. Yerusalem bukan hanya tempat kematian para nabi, namun juga tempat
Yesus akan menggenapi rencana Allah. Bisa ditafsirkan bahwa kedatangan Musa dan Elia
bukan untuk menghibur Yesus, melainkan untuk menjelaskan kaitan antara sabda Allah
dalam Perjanjian Lama dan perjalanan Yesus ke Yerusalem. Kematian Yesus inilah
“peristiwa Ilahi”.

[13]
Awan dalam pandangan Matius, Markus dan Lukas

Lukas: Awan Markus Awan: Lambang kehadiran Allah.


Penampakan Allah yang ingin Matius Awan: Tempat yang diselubungi oleh Allah
menyampaikan suatu perkara adalah tempat yang suci dan merupakan lambang
kepada manusia. kehidupan dan harapan.

Matius: Awan melambangkan kehadiran Allah, dalam 2 Mak 2:8 “Kelak semuanya akan
ditunjukkan oleh Tuhan dan kemuliaan Tuhan serta awan akan tampak lagi, sebagaimana
Salomo pun telah berdoa juga, supaya tempat itu disucikan secara istimewa”. Awan yang
turun dari surga ini mau menyatakan bahwa Allah telah memberikan kemah surgawi yang
lebih berharga daripada kemah buatan manusia, dan lambang perlindungan Allah atas umat-
Nya.

Markus: Awan yang turun dalam Injil Markus ini mau menyatakan bahwa tempat yang
dituruni oleh awan tersebut adalah tempat yang suci dan melambangkan kehidupan dan
harapan. Awan ini merupakan simbol dari kehadiran Allah dalam Kel 40:34-38 di mana
‘awan’ menaungi kemah pertemuan dan meyimbolkan kemuliaan Allah.

Lukas: Awan dalam konteks ayat ini mau menyatakan terjadinya teofani, yaitu penampakan
Allah untuk menyampaikan sesuatu perkara kepada manusia. Pada teks Perjanjian Lama,
awan merupakan manifestasi atas kehadiran Allah (Kel 19:9; 33:9; 34:5). Di sana disebutkan
bahwa awan ilahi menaungi Kemah Suci ketika kemah itu selesai didirikan. Awan ilahi inilah
yang menjadi tanda kehadiran nyata Allah di tengah-tengah Bangsa Israel. Maka, dapat
dikatakan bahwa awan yang menaungi Yesus, Musa dan Elia mau menyatakan bahwa Petrus
tidak perlu bersusah-susah untuk membuatkan kemah untuk mereka bertiga, karena
kehadiran Allah menaungi mereka secara khusus. Ketika Petrus, Yohanes dan Yakobus
dimasukan ke dalam awan, dapat diartikan bahwa tiga murid tersebut diikutsertakan dalam
lingkup Ilahi.

[14]
Pernyataan Allah tentang Yesus dalam Matius, Markus dan Lukas

Lukas: “Inilah Anak-Ku yang Markus “Inilah Anak yang Kukasihi,


Kupilih, dengarkanlah Dia.” dengarkanlah Dia.”
Allah ingin agar para murid yang Pernyataan yang berasal dari Allah ini
mendengarkan suara ini bersedia untuk ingin mengajak para murid yang
mendengarkan pengajaran Yesus. mendengarkan suara ini untuk rela
Pengajaran seorang Mesias tentang mendengarkan Yesus.
sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya Matius “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-
yang masih belum dapat dipahami oleh Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah
para murid. Dia.”
Suara yang turun dari awan yang juga
didengar oleh para murid. Suara inilah
yang menguatkan identitas Yesus.

Matius: Pernyataan Allah dalam Injil Matius ini memiliki arti yang hampir sama dengan
kisah dalam Mat 3:17. Di mana suara dari langit ini merupakan pernyataan dari surga yang
diberikan bukan untuk Yesus semata, melainkan untuk dunia dan para pembaca. Allah
sendirilah yang membenarkan identitas Yesus, bukannya manusia. Inilah kisah yang mau
menegaskan bahwa Yesus merupakan pribadi yang akan menggenapkan seluruh kebenaran
rencana Allah. Yesus adalah Mesias; Hamba Tuhan dan Anak Terkasih Allah. Ungkapan ini
merupakan gabungan dari Yes 42:1 dan Kej 22:2 yang menggambarkan Mesias yang juga
adalah raja, hamba dan Tuhan. Yesuslah Allah yang beserta manusia. Di dalam diri-Nyalah
menyatu masa lampau Israel dalam keutuhan tanpa cela.

Markus: Suara yang berasal dari Allah bila dicermati pada Mrk 1:9-11 memiliki perbedaan.
Di sana disebutkan “Engkaulah…”, sedangkan dalam ayat ini disebutkan “Inilah….”, maka
dimungkinkan ketiga murid Yesus mendengarkan suara yang berasal dari awan itu. Ada
perbedaan antara pernyataan Allah pada Yesus di Mrk 1:11 dengan Mrk 9:7, pada bagian
awal pernyataan dari Allah ini untuk mengantar pelayanan Yesus di Galilea, sedangkan pada
bagian kedua untuk mengawali perjalanan-Nya serta menegaskan identitas-Nya yang akan

[15]
wafat di salib. “Dengarkanlah Dia”, mau menyatakan bahwa para murid yang mendengar
suara dari Tuhan ini diminta untuk mendengarkan semua perkataan-Nya. Terkhusus selama
perjalanan-Nya ke Yerusalem bersama para murid-Nya, di mana saat itu merupakan saat
pengajaran bagi para murid. Tema Kristologi dan kemuridan begitu terasa selama masa
perjalanan Yesus bersama dengan para murid-Nya ini.

Lukas: Ketika Yesus dibaptis, Ia disapa oleh suara dari langit, dan kini para murid yang
disapa oleh suara ini. Allah menyatakan amanat-Nya sama dengan amanat Yesus, karena
Yesus adalah Anak-Nya. Jika Yesus adalah Anak Allah, maka setiap orang yang menjalin
hubungan dengan-Nya terkhusus para murid harus ‘mendengarkan-Nya’. Yesus
menggantikan tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama yang membuat-Nya harus ‘didengarkan’.
Kata yang harus didengarkan dalam hal ini adalah kenyataan bahwa Ia akan menempuh jalan
salib dan akan kembali kepada Bapa. Jalan ini pula yang akan ditempuh oleh setiap orang
yang akan mengikuti-Nya.

[16]
Kisah transfigurasi yang terdapat dalam ketiga Injil sinoptik memiliki makna yang
mendalam. Bukan hanya untuk menegaskan ‘kemesiasan’ Yesus yang telah diucapkan oleh
Petrus melainkan juga untuk menyoroti sengsara dan kematian Yesus dengan sinar kemuliaan-
Nya. Kisah ini ingin menghilangkan ‘skandal salib’ yang pada masa Gereja awal belum bisa
diterima. Kisah ini mau menyatakan bahwa sengsara dan kematian yang akan dialami oleh Yesus
memang sudah menjadi kehendak Allah yang akan mengantarkan-Nya menjadi Putra Allah.
Rahasia kesengsaraan, kebangkitan serta kenaikkan yang merupakan bagian dari satu perjalanan
(exodus) menuju kemuliaan. Kisah transfigurasi merupakan kepenuhan dari prediksi Yesus pada
Luk 9: 26-27, bahwa anak manusia akan datang dalam kemuliaan-Nya. ‘Kemuliaan’ dan
‘Kerajaan Allah’ berkaitan dengan pribadi dan sabda dari Yesus. Lukas sendiri telah menuliskan
bahwa Yesuslah ‘kemuliaan bagi Israel’ (Luk 2:32) dan secara ekstensif menyatakan bahwa
Yesus sebagai raja dalam perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 19:11). Identitas Yesus sebagai
seorang nabi terlihat eksplisit, namun Lukas telah menyatakannya dalam Kisah pada Luk 7:16,
‘seorang nabi telah dibangkitkan oleh Allah untuk mengunjungi umat-Nya’. Peran kenabian
Yesus setidaknya dapat terlihat dalam pernyataan terakhir “dengarkanlah Dia”, yang dikaitkan
dengan Ul 18:15 yang mau menyatakan bahwa Yesus bukan hanya sebagai Anak Allah dan
Orang pilihan, tetapi juga sebagai Nabi sama seperti Musa. Berbeda dengan Matius yang
menekankan kisah transfigurasi untuk mempersiapkan orang bagi pewahyuan Yesus yang lebih
besar, yaitu tugas perutusan mengajar Gereja. Walaupun demikian, para pengarang Injil Sinoptik
menyejajarkan kisah transfigurasi ini dengan peristiwa Getsemani yang mau menyatakan
kemuliaan Mesias dalam kelemahan manusiawi-Nya.
Akhirnya, dalam tulisan terakhirnya, Lukas menyatakan bahwa para murid tidak
menceritakan apa pun yang telah mereka saksikan ‘selama masa’ tersebut. Dari tulisan ini
setidaknya dapat ditarik dua poin penting yang dapat menambah wawasan. Pertama, para murid
menjadi diam karena teringat akan pesan yang telah diberikan dengan ‘keras’ oleh Yesus dalam
Luk 9:21. Kedua, hanya sesudah ‘exodus’ para murid dimampukan untuk menjadi lebih berani
mewartakan apa yang telah mereka rasakan dengan dorongan Roh Kudus yang akhirnya
membuat mereka menjadi ‘pelayan sabda’ (Luk 1:2).

[17]
Daftar Pustaka
Sumber buku

Craddock, Fred.,

1990 Interpretation, A Bible Commentary for Teaching and Preaching, Luke, John

Konx Press, Louisville.

De Heer,J.J.,

1999 Injil Matius, BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Donahue, John R, Daniel J. Harrington.,

2002 Sacra Pagina Series 2, The Gospel of Mark, The Liturgical Press, Collegeville.

Eko Riyadi, St.,

2011 Lukas, “Sungguh Orang ini adalah Orang Benar!”, Kanisius, Yogyakarta.

Eko Riyadi, St.,

2011 Markus, “Engkau adalah Mesias!”, Kanisius, Yogyakarta.

Eko Riyadi, St.,

2011 Matius, “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah!”, Kanisius, Yogyakarta.

Green, Joel.,

1995 New Testament Theology. The Theology of The Gospel of Luke, Cambridge

University Press, London.

Gregory, Andrew.,

2006 New Proclamation Commentary on the Gospels, Promoting Christian Knowledge,

London.

Harrington, Daniel.,

1991 Sacra Pagina Series 1, The Gospel of Matthew, The Liturgical Press,

Collegeville.

[18]
Lembaga Biblika Indonesia.

1981 Injil Lukas, Kanisius, Yogyakarta.

Lembaga Biblika Indonesia.

1981 Injil Markus, Kanisius, Yogyakarta.

Leks, Stefan.,

2003 Tafsir Injil Lukas, Kanisius, Yogyakarta.

Leks, Stefan.,

2003 Tafsir Injil Matius, Kanisius, Yogyakarta.

Leks, Stef.,

2003 Tafsir Injil Markus, Kanisius, Yogyakarta.

Suharyo, I.,

1989 Pengantar Injil Sinoptik, Kanisius, Yogyakarta.

Tannehill, Robert C.,

1996 Abingdon New Testament Commentary, Luke, Abingdon Press, Nashville.

[19]

Anda mungkin juga menyukai