Orang Beriman
Disusun Sebagai Bahan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Injil Yohanes
Disusun Oleh:
Maria Magdalena tampaknya, menjadi salah satu tokoh yang dikenal dalam Gereja
Katolik. Tokoh yang oleh kebanyakan orang Katolik dipandang memiliki kedekatan khusus
dengan Yesus. Tidak sedikit orang yang juga mengaitkan tokoh ini dengan wanita pendosa yang
ingin dilempari batu oleh orang-orang Yahudi. Pandangan seperti ini tentu saja tidak dapat
dilepaskan dari sumber-sumber yang mengisahkan tokoh Maria Magdalena. Salah satu sumber
yang mencatat tentang tokoh ini adalah injil sinoptik dan injil Yohanes.
Catatan yang diberikan oleh para pengarang injil mengenai tokoh Maria Magdalena
memang tidak terlalu lengkap, tetapi bukan berarti tokoh ini tidak memiliki peranan yang penting
dalam tugas perutusan Yesus. Peran dari Maria Magdalena ini secara khusus akan dibahas dalam
Seperti yang telah diketahui, bahwa tokoh-tokoh dalam Injil Yohanes memainkan suatu
peranan tertentu akan tanda dan maksud tersembunyi, begitu pula halnya dengan penokohan
Maria Magdalena. Tentu tokoh ini memainkan suatu peranan tertentu akan tugas perutusan
Yesus dalam Injil Yohanes. Sebenarnya, apa dan bagaimana peranan Maria Magdalena dalam
tugas perutusan Yesus dalam Injil Yohanes? Pertanyaan inilah yang akan menjadi titik tolak
Kisah hidup mengenai Maria Magdalena tampaknya hanya dapat diketahui melalui kisah
yang ada dalam keempat injil. Luk 8:2 mengisahkan bahwa Maria Magdalena merupakan wanita
yang telah disembuhkan oleh Yesus dari kuasa roh jahat dan akhirnya melayani Yesus. Maria
Magdalena juga dikisahkan hadir pada saat kematian Yesus di salib dalam Mat 27:56.61, Mrk
15:40.47, dan Yoh 19:25. Selain itu, Mat 28:1, Mrk 16:1, dan Luk 24:1-10 mengisahkan bahwa
[1]
Maria Magdalena dan bersama Maria yang lain pergi ke makam Yesus untuk mengurapi
jenazah-Nya. Namun, hanya dalam Injil Yohanes dikisahkan bahwa Maria Magdalena yang
Maria Magdalena berasal dari suatu kota yang memiliki corak Yunani yang kuat, yaitu
Magdala, di mana kota ini memiliki fasilitas berlibur yang menarik seperti pacuan kuda. Kota
Magdala (atau Tarikhea) berada di sebelah pantai barat Danau Galilea, di Utara Tiberias dan
Hamat, dan di Selatan Kapernaum1. Nama kota ini berasal dari Bahasa Ibrani migdal, yang
berarti menara. Latar belakang sosial-politik-budaya-ekonomi yang begitu kuat akan unsur
Yunani, tentu saja akan dengan mudah mempengaruhi para penduduknya. Maria Magdalena
yang berasal dari kota ini, tentu akan ikut terpengaruh dengan budaya Yunani.
seorang pendosa yang bertobat yang diidentifikasikan kepadanya sebagai wanita pendosa dalam
Luk 7:36-50; tetapi wanita tersebut tidak memiliki nama, dan hal itu tidak dapat menjadi dasar
untuk mengidentifikasikan Maria Magdalena kecuali dalam pengurapan, yang mungkin variant
Lukas menyamakannya dengan pengurapan di Bethani2. Para pengarang injil memang tidak
secara lengkap memberikan gambaran mengenai sosok Maria Magdalena. Mereka hanya
memberikan gambaran-gambaran singkat mengenai sosok ini sehingga membuat para pembaca
tidak dapat begitu saja mengklaim memahami siapakah sebenarnya tokoh ini. Injil Lukas
memang memberikan keterangan bahwa Yesus pernah mengusir tujuh setan dari Maria
Magdalena, tetapi keterangan seperti ini tidak disebutkan sama sekali dalam Injil Yohanes.
Sehingga membuat gambaran Maria Magdalena dalam Injil Yohanes menjadi lebih baik, karena
1
J.D. Douglas(penyuting). Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z. Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Jakarta.
1995. 1.
2
John L. McKenzie. Dictionary of the Bible. The Bruce Publishing Company. Milwaukee. 1965. 552.
[2]
Sosok Maria Magdalena dalam Injil Yohanes hanya dikisahkan hadir pada waktu Yesus
disalibkan Yoh 19:25, pergi ke kubur Yesus Yoh 20:1-10, dan ketika berjumpa dengan Yesus
yang telah bangkit Yoh 20:11-18. Keterangan-keterangan yang ada dalam Injil Yohanes ini
paling tidak menggambarkan bahwa Maria Magdalena merupakan salah satu orang yang setia
dalam mengikuti Yesus. Terlepas dari benar atau tidaknya gambaran Maria Magdalena sebagai
wanita pendosa dalam Injil Sinoptik, paling tidak Injil Yohanes tidak memiliki gambaran yang
demikian tentang Maria Magdalena. Keberanian untuk terus mengikuti Yesus merupakan
gambaran yang ingin dibangun tentang Maria Magdalena dalam Injil Yohanes.
Kisah-kisah yang terdapat dalam injil tentu saja ditulis berdasarkan tujuan atau maksud
tertentu dari para pengarangnya. Latar belakang jemaat yang berbeda-beda menjadi salah satu
alasan mengapa para pengarang menulis kisah injil dengan berbagai macam kekhasan. Dewasa
ini, semakin banyak penulis lebih memilih pandangan bahwa Injil ditulis dan ditujukan untuk
orang-orang Kristen yang berasal dari kalangan Yahudi untuk meneguhkan iman mereka di
tengah-tengah krisis yang mereka hadapi3. Tantangan yang dihadapi oleh orang Kristen Yahudi
ini berkaitan dengan iman mereka kepada Yesus. Mereka akan diancam untuk dikeluarkan dari
lingkungan sinagoga karena iman mereka. Tantangan seperti inilah yang mungkin membuat
jemaat Kristen Yahudi menjadi takut untuk menyatakan iman mereka secara langsung kepada
orang-orang Yahudi.
Iman bagi pengarang Injil Yohanes harus dapat ditunjukan dalam situasi apapun, karena
di tengah situasi yang paling tidak nyaman itulah justru iman akan teruji kemurniannya.
Berhadapan dengan hal seperti inilah yang membuat pengarang Injil Yohanes menuliskan kisah
3
St. Eko Riyadi. Yohanes, Firman Menjadi Manusia. Kanisius. Yogyakarta. 2011. 2.
[3]
yang memberikan semangat bagi jemaat Yohanes. Tokoh yang terdapat dalam kisah Injil
Yohanes setidaknya memberikan gambaran mengenai bagaimana seseorang harus beriman. Yoh
16:2, setidaknya memberikan gambaran bahwa kelak mereka akan mati karena iman akan Yesus,
yang mungkin dikarenakan konflik dengan orang Yahudi. Tentu kita tahu bahwa di abad pertama
orang Kristiani dibunuh oleh orang Yahudi: Stefanus (Kis 7:58-60), Yakobus anak Zebedeus
Salah satu tokoh yang ditampilkan dalam Injil Yohanes adalah Maria Magdalena.
Seorang tokoh wanita yang mendapatkan penampakan dari Yesus yang telah bangkit (Yoh
20:14). Hal ini tentu akan menimbulkan pertanyaan, ‘mengapa dikisahkan dalam Injil Yohanes
bahwa Maria Magdalena yang mendapat penampakan Yesus yang telah bangkit?’ Raymond E.
Brown mengajukan ide menarik bahwa peranan perempuan yang sangat penting di dalam
kemuridan dan kerasulan merupakan bukti kepemimpinan perempuan dalam komunitas Yohanes
(the Johannine community)5. Injil Yohanes dengan sangat menarik menggambarkan pelayanan
Yesus yang selalu diawali dan diakhiri dengan tokoh perempuan, yaitu Maria ibu Yesus dan
Maria Magdalena. Kisah kemuridan perempuan pun dipasangakan dengan kisah kemuridan laki-
“Pada saat mencari bukti-bukti di dalam Injil Yohanes, kita tetap dikejutkan untuk
menyaksikan sampai sejauh mana dalam komunitas Yohanes, perempuan dan laki-laki
sudah berada pada tingkatan yang sejajar di dalam Gembala yang baik. Tampaknya
komunitas ini merupakan komunitas yang mewujudkan arti mengikuti Kristus di mana
tidak ada lagi perbedaan antara laki-laki dan perempuan, impian Paulus (Gal 3:28) yang
tidak terwujud secara lengkap di dalam komunitas-komunitas Paulus (the Pauline
communities)”7
4
Raymond E. Brown. The Community of the Beloved Disciple, The life, Loves, and Hates of an Individual Church
in New Testament Times. Paulist Press. New York. 1979. 42.
5
Susan Brooks Thistlethwaite. “Kekerasan Terhadap Perempuan dan Penafsiran Feminis”. Dalam_Letty M.
Russell(ed).Perempuan dan Tafsir Kitab Suci. Kanisius. Yogyakarta.1998. 108.
6
Susan Brooks Thistlethwaite. “Kekerasan Terhadap Perempuan dan Penafsiran Feminis”. 108.
7
Susan Brooks Thistlethwaite. “Kekerasan Terhadap Perempuan dan Penafsiran Feminis”. 109.
[4]
Pengarang Injil Yohanes tampaknya memiliki sudut pandanganya sendiri sehingga ia
memasukan tokoh-tokoh wanita yang dalam Injil Sinoptik tidak terlalu diperlihatkan peranannya.
Hal yang menarik berkaitan dengan hal ini adalah ketika dikaitkan dengan ‘rasul’. Apakah Maria
Magdalena dapat dikatakan juga sebagai rasul dalam Injil Yohanes, karena dalam Injil Yohanes
menaruh tempat yang istimewa pada peran wanita? Sudah terpatri dalam kesadaran dan bahkan
dalam alam bawah sadar kita sebagai orang Kristen bahwa isitlah ‘rasul’ hanya terbatas pada
kedua belas laki=laki yang Yesus panggil untuk menjadi mitra tetap-Nya selama kehidupan-Nya
di atas bumi ini, dan yang juga Ia utus untuk mewartakan kabar gembira (Mrk 3:13-15)8.
Pandangan seperti itu tampaknya tidak sesuai dengan pandangan Gereja perdana, St.
Paulus sendiri terkesan menentang pandangan sempit mengenai ‘rasul’ tersebut. Menurut
pemahamannya, siapa saja yang telah melihat Tuhan yang bangkit, dan telah menerima
perutusan untuk mewartakan Injil adalah seorang rasul (1Kor 9:1-2)9. St. Paulus pun dengan
berani menyebut dirinya sebagai seorang rasul, walaupun ia sendiri terkadang merasa tidak
pantas karena sebelumnya telah mengenaiaya Gereja (1Kor 15:9). Walaupun demikian,
tampaknya Gereja selama berabad-abad belum memberikan gelar ‘rasul’ kepada Maria
Magdalena. Tradisi telah mengangkat Petrus sebagai yang pertama di antara para rasul yang
bersaksi tentang kebangkitan, sedangkan Maria Magdalena yang menurut laporan-laporan Injil
merupakan saksi utama kebangkita itu “tinggal dalam kenangan orang-orang Kristen sebagai
Perkembangan ilmu eksegese akhirnya membantu untuk dapat memahami secara lebih
baik bagaimana peran dari Maria Magdalena dalam tugas perutusan Yesus. Injil Yohanes
8
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. LPBAJ. Maumere. 2002. 225.
9
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. 225.
10
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. 225.
[5]
pertama kali menyebut nama Maria Magdalena pada Yoh 19:25, saat Yesus di salibkan. Nama
Maria Magdalena kembali disebutkan pada Yoh 20:1-2; 11-18, di mana ia mendapatkan
penampakan dari Yesus dan mendapatkan tugas untuk mewartakan kebangkitan-Nya. Hal ini
akan memberikan gagasan mengenai arti menjadi seorang murid dalam jemaat Yohanes.
Tampaknya Yohanes ingin memberikan gambaran bahwa menjadi murid Yesus bukan saja hak
bagi kaum laki-laki. Tidak seperti Injil-injil Sinoptik, Injil keempat ini mengarahkan lebih
banyak perhatian kepada hakikat kemuridan itu daripada menyangkut primat keduabelas sebagai
rasul-rasul terpilih, guna mendukung gagasan bahwa kaum perempuan pun mampu menjadi
Yoh 19:25, tampaknya memberikan gambaran yang menarik akan relasi antara Maria
Magdalena dan Yesus. Yohanes terasa sangat memberikan posisi yang baik bagi Maria
Magdalena karena kepadanya gambaran seorang murid didapatkan. Luk 8:2-3 menyebutkan
bahwa Maria Magdalena merupakan seorang yang disembuhkan Yesus dari kuasa tujuh setan.
Hal ini dapat memberikan gambaran, bahwa sebelum disembuhkan oleh Yesus, Maria
Magdalena merupakan orang yang sangat menderita. Angka ‘tujuh’ dalam tradisi Kitab Suci
menyatakan kesempurnaan atau kepenuhan, sedangkan ‘roh jahat’ memberikan gambaran akan
kuasa jahat yang akan selalu menjadi lawan dari kuasa Allah. Maria Magdalena yang dikuasi
oleh tujuh setan mau menyatakan bahwa ia menjadi pribadi yang sangat dikuasai ‘roh jahat’. Di
dalam injil, kuasa jahat selalu diidentikan dengan berbagai macam penyakit fisik (Mat 17:15.18;
Luk 13:11; Mrk 1:23). Tampaknya Maria Magdalena mengalami hal di mana ia juga turut dihina
dan disingkirkan dari kalangan Yahudi karena penderitaannya. Oleh karena keadaannya, maka ia
11
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. 228.
[6]
tahu apa artinya menderita pra sangka, penolakan, penghakiman serta tindak kekerasan
penderitaan yang dirasakan oleh Yesus yang tersalib. Ia sadar bahwa untuk mengasihi Yesus ia
harus setia mengikuti tanpa rasa takut dalam perjalanan menuju salib. Inilah yang memberinya
hak istimewa dalam Injil Yohanes untuk berdiri di kaki salib bersama dengan orang-orang yang
telah mengasihi Yesus – ibu-Nya, sanak kerabat-Nya yang terdekat dan murid yang dikasihi-
Nya13. Menurut Joseph Grassi dalam kajiannya yang menggugah tentang injil-injil sebagai narasi
dramatis, Maria Magdalena menyediakan keterkaitan yang mutlak diperlukan dalam pemahaman
tentang kematian Yesus bagi murid-murid yang lain, khususnya Petrus, karena Maria Magdalena
adalah satu-satunya orang yang melihat Yesus yang bangkit setelah ia sendiri hadir di kaki salib,
dan juga satu-datunya orang yang membawa amanat tentang kenaikan-Nya ke surga kelak
Ketika membandingkan antara Mat 28:1; Mrk 16:1.9; Luk 24:10 dan Yoh 20:1 akan
terasa perbedaannya, di mana dalam Injil Yohanes dikatakan bahwa Maria Magdalena pergi ke
kubur Yesus seorang diri. Hal ini tampaknya memberikan gambaran dari sudut pandang
pengarang bahwa Maria Magdalena memang merupakan model beriman yang sejati. Pada kisah
Maria Magdalena berkunjung ke makam Yesus, dikatakan bahwa hari masih gelap (20:11b).
‘Gelap’ memang tampaknya mau menggambarkan bahwa ‘iman yang penuh belum dilahirkan15’.
Kubur yang kosong semakin menggelapkan dirinya, walaupun para murid yang ada bersamanya
mulai percaya akan Ia yang bangkit. Baginya ‘itu masih gelap’ (20:1); ratapannya sama dengan
ratapan tanpa harapan saat kematian Lazarus (11:31.33) yang disebabkan kekecewaan Yesus
12
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. 232.
13
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. 233.
14
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. 234.
15
Anthony J. Kelly. Experiencing God in the Gospel of John. Paulist Press. New York. 2003. 373.
[7]
(11:35) dalam menghadapi ketidakpercayaan, yang tidak mampu menyadarai bahwa Ia
merupakan kebangkitan dan kehidupan (11:25), atau ketajaman kemuliaan Tuhan yang
diungkapkan (11:4.40)16.
Kisah Yoh 20: 1-10.11-18 memberikan gambaran secara khusus kepada tokoh Maria
Magdalena. Ia yang dikatakan tetap tinggal di makam dan sambil menangis, mungkin
memberikan gambaran akan keinginannya yang lebih mendalam untuk melongok ke dalam
ayat 20:13c, suatu rasa kehilangan yang sangat mendalam terhadap orang yang paling dikasihi.
Disebutkan dalam kisah tersebut bahwa Maria Magdalena ‘menangis sebanyak empat
kali’ (ayat 11a,11b, 13, 15). Tampaknya pengarang ingin mengajak para pembacanya untuk ikut
merenungkan kata ‘menangis’. Injil juga mencatat kisah tangisan janda dari Nain, tangisan Maria
dari Betania, di mana Yesus pun turut menangis ketika melihat Maria yang menangis. Selain kata
‘menangis’, pertanyaan dari Yesus kepada Maria pun menarik untuk dipahami, ‘Siapakah yang
engkau cari?’ Yesus tampaknya mengajak Maria untuk memusatkan perhatian kepada seseorang
yang hidup dan bukannya benda (jenazah). Namun, sayang Maria belum memahami maksud
Yesus tersebut, karena ia masih mencari ‘apa’ dan bukan ‘siapa’. Meskipun ia telah melihat
bagaimana Ia mati, menemukan makam yang kosong, melihat para malaikat, dan kemudian
Maria masih membutuhkan suatu proses untuk dapat memahaminya. Walaupun Maria tidak
menemukan Yesus, tetapi Yesus menemukan Maria, dan memanggil dia dengan namanya18. Hal
ini secara tidak langsung mengingatkan pembaca bahwa Yesus merupakan sosok Gembala yang
baik itu (10:4), Gembala yang suaranya dikenal oleh domba-domba-Nya, karena Maria
16
Anthony J. Kelly. Experiencing God in the Gospel of John. 376.
17
R. Alan Culpepper. Anatomny of the Fourth Gospel. Fortress Press. Philadelphia. 1983. 144.
18
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. 241.
[8]
Magdalena juga ‘kepunyaan-Nya’ (13:1). Hal ini menjadi jelas bahwa Yohanes tidak ragu-ragu
menempatkan seorang wanita dalam kategori yang sama dalam hubungan kepada Yesus seperti
Maria Magdalena memang tidak memiliki peran yang besar dalam Injil Sinoptik, tetapi
dalam Injil Yohanes, ia memiliki andil yang besar. Sebagi satu-satunya perempuan lain yang
berdiri di samping ibu Yesus dan saudari ibu-Nya (19:25), ia adalah saksi langsung atas
penyaliban, dan juga merupakan orang pertama – bahkan mendahului Petrus – yang melihat
Tuhan yang bangkit (20:14)20. Maria Magdalena mendapatkan tugas untuk menyampaikan kabar
bahwa Yesus harus pergi kepada Bapa-Nya (20:16-17). Pada kisah para malaikat di dalam
makam yang kosong, para wanita yang telah diberikan pesan untuk para murid; tetapi dalam
Yohanes (dan Matius) Maria Magdalena yang telah melihat Yesus yang bangkit dan apa yang ia
proklamasikan adalah standar pewartaan rasul tentang kebangkitan: “aku telah melihat Tuhan”21.
Gambaran tentang hal ini tampaknya sejalan dengan sejarah dalam tradisi Gereja Barat.
Dan di dalam tradisi Gereja Barat ia menerima penghormatan yang menjadi satu-satunya wanita
(disamping Ibu Tuhan) yang pestanya dibacakan Credo karena ia telah dianggap menjadi seorang
rasul – “rasul bagi para rasul” (apostola apostolorum)22. Relasi yang mendalam dengan Maria
Magdalena pun dinyatakan dalam perkataan Yesus Yoh 20:17. Mereka tidak lagi murid-murid,
begitu pula teman-teman (15:15), tetapi saudara dan saudari-Nya di dalam persekutuan hidup
ilahi23. Maria Magdalena telah berani untuk menjadi pewarta, bahwa ia telah melihat Tuhan
19
Raymond E. Brown. The Community of the Beloved Disciple, The life, Loves, and Hates of an Individual Church
in New Testament Times. 192.
20
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. 242.
21
Raymond E. Brown. The Community of the Beloved Disciple, The life, Loves, and Hates of an Individual Church
in New Testament Times. 189.
22
Raymond E. Brown. The Community of the Beloved Disciple, The life, Loves, and Hates of an Individual Church
in New Testament Times. 190.
23
Anthony J. Kelly. Experiencing God in the Gospel of John. 378.
[9]
(20:18a). kesaksiannya merupakan hal baru yang merangkul misteri kehidupan dan cinta yang ia
wartakan kepada murid-murid tentang apa yang telah ia dengarkan dari Tuhan (20:18b).
D. Kesimpulan
Jemaat Yohanes tampaknya telah memberikan peran yang sama seperti pada laki-laki
sehingga para wanita dapat juga menjadi pemimpin/saksi iman. Hal ini dapat terlihat pula dalam
kisah Maria Magdalena dalam Injil Yohanes. Tokoh yang memang tidak banyak dikisahkan
selama perjalanan Yesus, tetapi selalu hadir pada saat-saat penting dalam tugas perutusan Yesus.
harus setia pada imannya akan Yesus. Laki-laki atau perempuan memiliki kewajiban yang sama,
Panggilan untuk menjadi saksi merupakan panggilan untuk semua orang, laki-laki atau
perempuan. Kesaksian merupakan salah satu cara untuk menunjukan iman akan Yesus. Maria
Magdalena pun mengalami proses beriman yang panjang, walaupun ia selalu ada pada saat
penting Yesus. Imanya hidup ketika Yesus ‘menyapanya’, sapaan Yesus inilah yang
membuatnya sadar bahwa Yesus sendirilah yang menyapanya (10:4). Sapaan yang akan
menguatkan, sehingga konflik dengan orang-orang Yahudi bukanlah alasan untuk tidak berani
beriman, karena jemaat Yohanes adalah kepunyaan-Nya, maka Ia pun akan melindungi mereka
dari segala permasalahan (13:1). Jadi, peran Maria Magdalena menjadi contoh dari teologi
Yohanes yang memberi lebih banyak penekanan kepada jemaat kaum beriman, relasi mereka
dengan Yesus serta kesaksian mereka di depan jemaat24. Yohanes sangat berharap, bahwa
melalui tokoh Maria Magdalena, mereka dapat semakin menjadi seorang murid yang sejati.
24
Judette A. Gallares. Model-Model Keberanian Perempuan dalam Perjanjian Baru. 242.
[10]
Daftar Pustaka
Sumber Buku:
A.Carson, D.,
A.Gallares, Judette.,
Maumere.
E. Brown, Raymond.,
1979 The Community of the Beloved Disciple, The Live, Loves, dan Hates of an
2003 Experiencing God in the Gospel of John. Pulist Press. New York.
K. Barrett, C.,
1978 The Gospel According to St. John. The Westminster Press. Philadelphia.
[11]
Sumber Artikel
Sumber Ensiklopedi
E.Douglas, J.,
1995 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, Yayasan Komunikasi Bina Kasi.
Jakarta.
L. McKenzie, John.,
[12]