Anda di halaman 1dari 13

Kesetiaan Sebagai Syarat dari Kepenuhan Janji

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Kitab Sejarah


Dosen: Dr. V. Indra Sanjaya

Disusun Oleh:
Nama : Bernardus Aris Ferdinan
No. FT : 3503

FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA


FAKULTAS TEOLOGI WEDABHAKTI
2015
A. Pendahuluan
Kisah-kisah yang terdapat dalam Kitab Suci tampaknya tidak akan pernah lepas dengan
kisah tokoh-tokoh tertentu. Tokoh-tokoh ini tampaknya memiliki kemampuan tersendiri untuk
semakin menguatkan kisah yang ingin dikisahkan dalam Kitab Suci. Sebut saja tokoh Abraham,
yang akan mengawali seluruh perjalanan panjang akan janji TUHAN kepada umat-Nya Israel.
Musa, tokoh besar yang membawa umat Israel keluar dari tanah perbudakan di Mesir menuju
tanah terjanji. Dan tentu saja, Yosua, tokoh yang memimpin Bangsa Israel untuk memasuki
tanah terjanji karena Musa tidak dapat memasuki tanah terjanji (Sungai Yordan ini tidak akan
kauseberangi Ul 31:2).
Sebagai sosok yang menggantikan Musa, secara perlahan karier Yosua pun mulai
menanjak. Di bawah kepemimpinannyalah Bangsa Israel dapat memasuki tanah Kanaan dan
menguasai daerah-daerah yang pada awalnya telah dikuasai oleh bangsa-bangsa asing.
Kemampuan Yosua dalam mengorganisir Bangsa Israel untuk memasuki tanah Kanaan yang
disertai dengan penyertaan TUHAN atas kepemimpinan Yosua, membuatnya mendapat tempat
yang hampir setara dengan Musa pendahulunya. Sebagaimana seorang tokoh seperti halnya
Musa yang telah memberikan nasihat sebelum ia meninggal, begitu pula dengan Yosua. Sebelum
ia meninggal, ia telah memberikan pidato perpisahannya kepada Bangsa Israel yang tercantum
dalam Yos 23:1-16.
Pidato yang akan mengakhiri seluruh proses kependudukan di tanah Kanaan dan pidato
yang akan mengakhiri seluruh proses kepemimpinannya. Pidato dari Yosua inilah yang akan
menjadi titik tolak bagi penulis untuk membuat paper ini berdasarkan pertanyaan pembantu.
Bagaimana konteks, struktur dan isi dari pidato Yosua? Pertanyaan inilah yang akan menjadi
dasar bagi penulis untuk membahas pidato Yosua dalam paper ini.

B. Pidato Yosua dalam Konteks Kitab Yosua


Pidato yang disampaikan oleh Yosua ini dapat dilihat dari dua sisi, pertama, dari sisi
transisi, dan kedua dari sisi perpisahan Yosua. Sebagai tanda transisi, pidato ini memang dapat
dikatakan sebagai suatu tahap transisi dari akhir suatu periode ke periode yang lainnya. Hal ini
akan menjadi menarik ketika pada bagian awal teks pidato ini disejajarkan dengan perjanjian
yang dibuat oleh Raja Yosia (2Raj 23:1-4; 28-30) yang juga menjadi penanda akhir periode
pemerintahannya dan awal dari periode sesudahnya. Hal seperti ini dapat diketemukan pula

[1]
dalam Perjanjian Baru, di mana Yesus merayakan perpisahan-Nya (Yoh 14-17), sebuah ritual
perjanjian (Mrk 14:22-25), dan kematian-Nya (Mrk 15:1-39). Di setiap kasus, perpisahan dan
perjanjian mengidentifikasikan akhir dari seuatu periode dan awal dari suatu periode baru1.
Ketika pidato ini dilihat dari sisi perpisahan, maka akan ada sesuatu hal baru yang akan
ditemukan, karena pidato perpisahan yang disampaikan oleh Yosua ini dapat dikatakan sebagai
tambahan dari Yos 22:2-5, yang dapat juga dijadikan sebagai paralelnya. Pidato ini merupakan
pidato perpisahan yang disampaikan oleh Yosua untuk Orang Israel, yang pada ayat sebelumnya
sebenarnya ditujukan kepada Bani Gad, Bani Ruben dan setengah dari orang Manasye. Yosua 23
dikatakan sebagai paralel dari Yosua 22:2-5 karena memiliki corak yang sama dalam hal
mengingatkan Bangsa Israel tentang perbuatan ajaib yang telah dilakukan oleh TUHAN, yang
juga mengajak mereka untuk menjalankan peraturan Taurat. Secara khusus, Yos 23 seperti
halnya Yos 22:2-5 ketika dikaitkan dengan Yos 1 ternyata memiliki kesamaan dalam hal teologis
dan dapat membantu untuk dapat memahami Kitab Yosua secara menyeluruh. Selain dikatakan
paralel dengan Yos 22:2-5, Yos 23 dapat pula dikaitkan dengan Yos 21:43-45 yang
menggambarkan kepenuhan janji.
Dan TUHAN mengaruniakan kepada mereka keamanan ke segala penjuru (Yos 21: 44a)
TUHAN mengaruniakan keamanan kepada Orang Israel ke segala penjuru (Yos 23:1a)
Tidak ada seorang pun dari semua musuhnya yang tahan berdiri menghadapi mereka
(Yos 22:44b)
Seorang pun tidak ada yang tahan menghadapi kamu sekarang (Yos 23: 9b)
Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang
tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi (Yos 21:45)
Bahwa satu pun dari segala yang baik yang telah dijanjikan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu, tidak ada yang tidak dipenuhi. (Yos 23: 14b)2

Hal di atas ini dapat menyatakan bahwa penulis Kitab Yosua menggunakan teknik resumptive
repetition, yang dapat membantu pembacanya agar tidak kehilangan alur kisah yang ingin
disampaikan. Kutipan terakhir dari Yos 21:43-45 dalam ayat 14b ‘tidak ada yang tidak dipenuhi
dari segala yang baik’ melanjutkan tema tentang janji tanpa syarat, dan perangkap mulus ayat 14
dengan ayat 1-5, 9b-103. Bagian ini menjadi penguat dari teknik penulisan dari Kitab Yosua.

1
John Hamlin, E. Joshua, Inheriting the Land. Eerdmans. USA 1983. 177. (terjemahan berdasarkan penulis).
2
Latvus, Kari. God, Anger and Ideology. The Anger of God in Joshua and Judges in Relation to Deuteronomy and
the Prietsly Writings. Sheffield Academic Pres. Great Britain. 1998. 29.
3
Latvus, Kari. 32.

[2]
Tidak terlepas dari hal yang telah dibahas, pada Yos 1 dan Yos 23 dapat diketemukan
beberapa frase dan ajaran teologis yang sama, seperti halnya ajaran untuk tidak menyalahartikan
atau bahkan tidak menghiraukan perintah tertulis yaitu ‘Kitab Hukum Musa’ (Yos 1:8, Yos
23:6), ajakan untuk memelihara kepenuhan iman “janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri”
(Yos 1:7, Yos 23:6), dan ketaatan kepada Taurat adalah hal yang mutlak untuk dapat mencapai
kesuksesan dan keberuntungan (Yos1:7-8, Yos 23:12-13,16). Meskipun, pidato Yosua dalam bab
23 mengulang dan menegaskan banyak point yang terdapat dalam bab 1, pidato Yosua ini
merupakan sebuah kesimpulan yang juga mempersiapkan pembaca untuk apa yang akan
dijumpai dalam akhir sejarah Deuteronimistik4. Tentu saja hal ini mengingatkan Bangsa Israel
akan ketaatan yang dituntut dari TUHAN atas Bangsa Israel, karena jika mereka tidak taat, maka
“kamu akan binasa dari negeri yang baik (Yos 23:16)”. Teguran dari TUHAN ini dapat
dimengerti karena memang masih ada bangsa-bangsa lain yang disisakan di tengah-tengah
Bangsa Israel (Yos 23:4,7,9,12,13), karena ketidaksetiaan akan membuat Bangsa Israel terusir
dari tanah yang baik itu.
Bangsa-bangsa asing bagi Orang Israel dapat menjadi seperti duri dan perangkap bagi
Orang Israel yang secara spesifik dapat terlihat dalam Hak 2-16, yang dapat pula dijadikan
sebagai peringatan bagi Orang Israel. Peringatan bahwa Israel akan terusir dari tanah yang baik
karena bangsa-bangsa ini mendahului kegagalan dan pembuangan Kerajaan Utara-Kerajaan
Selatan (2Raj 17:7-23;21:10-15)5. Pengusiran tentu akan terjadi jika Orang Israel tidak setia
kepada TUHAN, dan tentu saja hukuman juga akan mereka dapatkan. Pada ayat 13, dapat
terlihat dua macam hukuman yang akan mereka terima, pertama, TUHAN tidak akan menghalau
bangsa-bangsa asing itu lagi, dan kedua, bangsa asing itu akan menjadi jerat-perangkap. Di mana
akhirnya bangsa-bangsa asing itu akan menjadi cambuk pada lambung dan duri pada mata.
Kedua kata itu dapat ditafsirkan secara kiasan, yaitu tentang siksaan dan penderitaan yang akan
dialami oleh umat Israel; tetapi kedua kata itu dapat juga ditafsirkan secara harafiah, yakni Israel
akan menjadi budak, yang selalu disesah dengan cambuk dan yang akan dicungkil matanya;
ingatlah nasib Simson (Hak 16:21) dan Raja Zedekia (2Raj 25:7)6. Maka, dapat dikatakan bahwa
Yos 23 adalah sebuah penjelasan besar yang dapat dikaitkan dengan sejarah Deoteronomistik

4
Creach, Jerome. Interpretation a Bible Commentary for Teaching and Preaching, Joshua. John Knox Press.
Louisville. 2003. 114
5
Creach, Jerome. 114
6
Mulder,D. Tafsiran Alkitab, Yosua. BPK. Jakarta. 1986. 188.

[3]
dalam hal ketaatan terhadap Taurat. Tentang hal ini dapat dilihat pula dalam Ul 1-3; Yos 1;
1Sam 12; 2Sam 7; 1Raj 8, yang memiliki fungsi yang sama.

C. Struktur dan Isi Pidato Yosua dalam Kitab Yosua


Pidato yang disampaikan oleh Yosua ini tampaknya bukanlah sebuah pidato yang mudah
untuk ditemukan pembagiannya, namun, ketika dilihat secara teliti maka akan ditemukan dua
bagian besar (Yos 23:2b-13, 14-16). Bagian awal akan dimulai ketika Yosua menyatakan
usianya yang sudah mulai tua (Yos 23:2b.14a), dan yang kemudian muncul pengembangan
retorikanya. Pembagian lebih terperinci dari pidato Yosua ini dapat dilihat seperti berikut ini:
Pengantar, ayat 1-2a
Bagian pembuka pertama: “aku telah tua dan sangat lanjut umur”, ayat 2b
Ulasan: kemenangan TUHAN dan pembagian tanah, ayat 3-5
Nasihat untuk tidak berhubungan dengan dewa asing, ayat 6-8
Ulasan: kemenangan TUHAN, ayat 9-10
Nasihat untuk mengasihi TUHAN dan peringatan berkenaan dengan
bangsa asing, ayat 11-13
Bagian pembuka kedua: “aku akan menempuh jalan”, ayat 14a
Ulasan: kepenuhan dari semua janji TUHAN, ayat 14b
Peringatan tentang pelanggaran janji, ayat 15-167.
Hal yang menarik untuk diperhatikan pada bagian yang pertama adalah ringkasan motivasi yang
disusun sesuai dengan urutan (Yos 23:3-5.9-10), yang diikuti dengan larangan (Yos 23:6-8.11-
13). Ayat 3-5 dan 9-10 merupakan ringkasan dari Kitab Yosua8. Ayat-ayat tersebut dikatakan
sebagai ringkasan, karena memang memberi laporan akan tawanan dan pembagian tanah, dengan
tekanan yang mengarahkan bahwa TUHAN-lah yang pertama-tama memberikan semuanya itu.
Hal ini dapat dilihat pada ayat 3 dan 10, “TUHAN, Allahmu, Dialah yang telah berperang bagi
kamu”.
Larangan atau aturan yang terdapat pada Yos 23:6-8.11-13, tampaknya bukan sekadar
larangan atau aturan belaka, melainkan ada suatu ajakan bagi Orang Israel untuk memiliki iman
yang penuh dan kepatuhan pada hukum Musa. Hal ini pulalah yang menjadi kekhasan dari Kitab
Yosua. Selain itu, pada ayat 7 terdapat aturan yang berkenaan dengan percampuran antar bangsa,
terkhusus bangsa asing yang memang masih tersisa di tanah yang telah dimiliki itu. Percampuran

7
Nelson, Richard. Joshua. John Konx Press. Louisville. 1997. 256.
8
Creach, Jerome. 115

[4]
ini secara khusus berkaitan dengan perkawinan dengan bangsa lain (ayat 12). Perkawinan antar
bangsa ini tampaknya bukan hanya sekadar larangan saja, karena ternyata terdapat pula maksud
keagamaan di dalamnya. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa, kemurnian keagamaan jauh lebih
penting. Ketika Bangsa Israel memiliki pasangan dari bangsa asing, maka mereka pun akan
secara tidak langsung berhubungan dengan dewa-dewa dari pasangannya tersebut. Hal ini tentu
akan membuat relasi dengan TUHAN menjadi tidak harmonis (ayat 7.13). Hal inilah yang
menjadi perhatian utama dari Kitab Ulangan (Ul 7:3-4), dan alasan Salomo dinilai lalim dalam
1Raj 11:1-139. Kata ‘bangsa’ (goyim) muncul tujuh kali dalam Yos 23, dan tempat lain di
seluruh buku10. Hal ini tentu akan membantu para pembaca untuk dapat memahami ciri teologis
Bangsa Israel dengan bangsa lainnya dalam kesuluruhan Kitab Suci.
Ayat 12 yang telah dipahami di atas akan menjadi menarik ketika dihubungkan dengan
ayat 8, yang tampaknya ada kecocokan didalamnya. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa ayat-ayat
dalam teks ini memang memiliki hubungan yang tidak dapat dilepaskan satu sama lainnya, yang
tentunya memiliki makna tersendiri dalam setiap katanya. Seperti halnya, kata adjektif ‘baik’
yang mengkomunikasikan ‘tanah yang baik’ (ayat 13,15) yang adalah paralel ‘hal yang baik’
atau ‘kata’ (dĕbārîm; ayat 14,15) janji (dābar) dan yang dilakukan oleh TUHAN, sementara
menyediakan tandingan yaitu ‘hal yang buruk’ ketika TUHAN menghentikan penyertaan-Nya11
(ayat 13c, 15b, 16b).
Sebagaimana ayat 12, ayat 7 pun memiliki kekhasan yang menarik untuk didalami karena
ternyata terdapat empat larangan yang tampaknya terpisah satu sama lain, namun masih memiliki
inti yang sama, yaitu berkaitan dengan larangan untuk berhubungan dengan dewa-dewa lain.
Pada bagian pertama dan kedua pada ayat 7, tampaknya lebih berfokus pada nama-nama dewa
yang memang tidak mudah dipahami dalam konteks modern seperti sekarang ini. Namun,
penjelasan dari Yosua pada bagian selanjutnya akan memudahkan pembaca untuk dapat
memahaminya. Yosua memerintahkan Orang Israel untuk tidak ‘mengingat’ nama-nama dewa
dari bangsa-bangsa itu dan mereka tidak boleh menggunakannya untuk membuat sumpah 12.
Penggunaan nama, secara tidak langsung akan mengakui eksistensi dari yang memiliki nama itu
sendiri. Maka dari itu, dengan tegas Yosua menyatakan bahwa Bangsa Israel tidak boleh

9
Creach, Jerome. 115.
10
John Hamlin, E. 180.
11
Nelson, Richard. 256.
12
Creach, Jerome. 116.

[5]
menggunakan nama dari dewa bangsa lain. Kel 20:24 dan 2Sam 18:18 dapat menjadi bandingan,
bahwa pengingatan nama-nama secara tidak langsung menghadirkan pribadi yang memiliki
nama tersebut. Tentu saja dalam hal ini TUHAN tidak setuju, karena berarti akan muncul
ketidaksetiaan.
Nama merepresentasikan kehadiran dan kekuatan dari dewa; karena itu, bersumpah atau
memberi kutuk dalam nama tuhan telah mengakui kekuatan dari tuhan dan berusaha untuk
masuk kedalamnya13. Tentu saja hal ini serupa dengan penyebutan dan penggunaan nama
TUHAN, dalam Kel 20:7, penggunaan nama TUHAN tidak boleh dilakukan secara sembarangan
apa lagi untuk kepentingan personal. Ul 6:13, 10:20 menyatakan hal yang senada, hanya saja
memberi penekanan bahwa hanya TUHAN dan nama TUHAN-lah yang seharusnya selalu
diingat dan diperhatikan, bukan nama dewa-dewi lain. Bagian kedua dari pidato Yosua, seperti
pada bagian yang pertama, ringkasan pertolongan TUHAN yang telah memberikan tanah kepada
Israel (ayat 14) dan kemudian mengajak Israel untuk berpegang teguh pada Taurat (ayat 15-
16)14. Ayat 15-16 memang terkesan penuh dengan nada nasihat, yang juga tampak nada negatif
dan mengancam pada ayat 14-16. Ayat tersebut memang memiliki dominiasi kalimat perintah
bagi Israel untuk menjadi taat, yang juga memiliki dominasi nada menghukum “telah datang
atas kamu segala yang baik; TUHAN akan mendatangkan atas kamu segala yang tidak baik
(ayat 15); jika kamu melangkahi perjanjian, kamu segera binasa (ayat 16)”. Ancaman tersebut
muncul atau tersirat dalam ayat 6-8 dan 11-13, namun menjadi tampak dalam ayat 15-1615.
Secara perlahan, apa yang dilarang oleh TUHAN ini memang dilanggar oleh Bangsa Israel, yang
kisahnya tercatat dalam Kitab Hakim-Hakim sampai Kitab Raja-Raja.
Penulisan Kitab Yosua ini memang tidak dapat dilepaskan dari kitab-kitab lainnya,
seperti pula pidato yang disampaikan oleh Yosua. Pidato Yosua mengambil bahasa teks seperti
yang ada pada Ul 6:13; 7:16; 10:20; 11:16-17, 22-25; 12:3; 13:4-5 [3-4E] dan terutama 7:1-516.
Salah satu ayat yang menggunakan bahasa teks seperti itu adalah ayat 16b, di mana ayat ini
memiliki kecocokan dengan Ul 6:14-15; 7:4. Berdasarkan hal ini semua, tentu dapat dipahami
jika penulis Kitab Yosua ingin memberikan penekanan atas apa yang telah diwariskan oleh
Musa, yaitu Hukum Musa. Suatu hukum yang harus selalu dilakukan jika ingin mendapat berkat.

13
Creach, Jerome. 116.
14
Creach, Jerome. 116.
15
Creach, Jerome. 116.
16
Nelson, Richard. 257.

[6]
D. Bangsa-Bangsa Lain dalam Yosua 23
Bangsa-bangsa lain tampaknya menjadi salah satu fokus dalam keseluruhan isi dari
pidato Yosua. Bahkan, dapat digolongkan menjadi tiga tema besar dalam memahami bangsa-
bangsa yang ada dalam teks pidato Yosua.
1. Pelepasan Kekuasaan
Pada Kitab Yosua sangat terasa penekanan bahwa TUHAN-lah yang pertama-tama
berperang untuk Israel. Hal ini dapat diperhatikan pada bagian kedua kisah Yosua 6-12 dan
secara khusus pada Yos 10:14.22. Pelepasan kekuasaan yang dimaksudkan di sini adalah
penaklukan para bangsa asing. Yos 23:3.9 secara jelas menyatakan penaklukan bangsa-bangsa
asing tersebut. Apa yang telah dilakukan oleh TUHAN ini memang telah tercapai, namun akan
berlalu ketika Israel berpaling dari Allah (Yos 23:13). Di masa depan, kelak ayat ini memang
terjadi karena Israel dibuang oleh para musuhnya.
Kemenangan di tanah terjanji yang sebaik kisah keluaran dari Mesir yang adalah ‘hal luar
biasa’ yang terungkap dalam doa Israel (Mzm 98:1), yang mereka ingat dan renungkan (Mzm
77:11-12)17. Kemenangan yang benar-benar dapat dilihat oleh Bangsa Israel (Yos 23:3) yang
seharusnya selalu dikenang oleh Bangsa Israel (23:24 insaflah dengan segenap hatimu dan
segenap jiwamu). Kemenangan atas bangsa-bangsa dan peneguhan bahwa ‘tidak ada satu
katapun dari TUHAN yang tidak terpenuhi’.
2. Perjanjian Beresiko
Seperti yang telah dibahas pada bagian terdahulu, Bangsa Israel kini hidup bersama
dengan bangsa-bangsa yang belum tentu mengenal TUHAN. Maka, dapat dimengerti jika Yosua
memperingatkan Bangsa Israel akan hal ini, Yos 23:6-8.12-13.15-16. Yosua dengan tegas
melarang Bangsa Israel untuk menyebut nama dan bersumpah atas nama dewa-dewa tersebut,
dengan alasan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hidup bersama dengan bangsa asing ini
bukannya suatu kehidupan yang tanpa cobaan, melainkan sebaliknya. Setidaknya ada empat
cobaan berkaitan dengan hidup bersama bangsa asing ini:
a. Menyebut nama para dewa
Hal ini sangat dilarang (Kel 23:13) karena berarti memulai suatu hubungan yang bisa
berarti juga berjalan di jalannya (Mik 4:5)18. Bagi orang Isreal yang telah diselamatkan oleh

17
John Hamlin, E. 181.
18
John Hamlin, E. 183.

[7]
TUHAN, hanya nama TUHAN-lah yang seharusnya diingat (Kel 20:24; Mzm 16:4). Ketika hal
ini terjadi, maka panggilan TUHAN dapat dikatakan gagal (Yer 23:27). TUHAN sepertinya
memang sengaja mencobai Israel, karena menurut penglihatan Yesaya, TUHAN sebenarnya
mampu untuk membersihkan nama-nama para dewa dari mulut manusia (Yes 6:7). Nabi Hosea
pun berpendapat hal yang sama, bahwa hanya TUHAN-lah yang dapat membersihkan nama para
Baal dari mulut setiap manusia (Hos 2:17). Ketika ini terjadi, dan Israel hanya menyebut nama
TUHAN, menurut Zefanya TUHAN akan “Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-
bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama TUHAN,
beribadah kepada-Nya dengan bahu-membahu (Zef 3:9)”19.
b. Bersumpah demi para dewa
Bersumpah dengan nama selain TUHAN tentu saja merupakan bentuk dari penyembahan
berhala. Sama seperti penjelasan sebelumnya mengenai sumpah, ini merupakan bentuk
pelanggaran, yang pada akhirnya memang dilakukan oleh Orang Israel (Ams 8:14; Zef 1:5; Yer
5:7). “Jika engkau bersumpah dalam kesetiaan, dalam keadilan dan dalam kebenaran: Demi
TUHAN yang hidup!, maka bangsa-bangsa akan saling memberkati di dalam Dia dan akan
bermegah di dalam Dia (Yer 4:2)”. Ini merupakan suatu harapan dari Kitab Yeremia, yang
isinya memberi gambaran bahwa semua bangsa kelak hanya akan menyembah TUHAN (Yes
45:22-25).
c. Melayani para dewa
Kata ‘melayani’ lebih ingin menekankan pada kata ‘beribadah’ (Kel 3:12; 10:26; Ul
8:19). Lebih dari pada itu, kata ini melibatkan cinta, pencarian, dan pengikut dari para dewa (Yer
8:2). Beribadah kepada para dewa tentu merupakan bentuk ketidaksetiaan kepada TUHAN, yang
memang akan terjadi pada Yer 11:10.
d. Beribadah kepada para dewa
Bagi Orang Israel, tentu hanya TUHAN yang harus disembah dalam ibadat bukan para
dewa. Namun, Kitab Raja-Raja mencatat hal yang sebaliknya, kisah Raja Ahab (1Raj 16:31),
Ahaziah (1Raj 11:53), Manasye dan Amon (2Raj 21:21). Yos 23:13 sangat jelas menyatakan
bahwa TUHAN tidak akan lagi menolong Bangsa Israel jika mereka berpaling dari pada-Nya.
Hal yang talah diperingatkan oleh TUHAN ini ternyata memang terjadi di kemudian hari. Tentu

19
John Hamlin, E. 183.

[8]
hal ini tidak akan terjadi jika Bangsa Israel tetap berpegang teguh pada perjanjian dengan
TUHAN.
Kehidupan yang dijalani bersama dengan bangsa asing, ternyata bukanlah kehidupan
yang mulus, karena ternyata memang ada unsur cobaan dari TUHAN didalamnya. TUHAN ingin
melihat sejauh mana kesetiaan Bangsa Israel, yang ternyata memang kesetiaan mereka tidak
terlalu besar.
3. Keterbukaan terhadap Orang banyak
Apa yang dimaksudkan dengan keterbukaan di sini adalah usaha untuk tidak ekslusif.
Secara tidak langsung TUHAN berharap bahwa bangsa-bangsa asing akan ikut ambil bagian
dalam peribadatan kepada TUHAN. Bangsa asing yang masih tersisa di tengah-tengah Bangsa
Isarel tidak hanya berfungsi untuk mencoba kesetiaan mereka, melainkan juga untuk memberi
kesempatan bagi bangsa asing dalam mengenal TUHAN (Yos 24). Israel disebut oleh TUHAN
sebagai ‘anak sulung’ (Kel 4:22), sedangkan bangsa-bangsa lain akan dikatakan sebagai saudara
perempuan (Yes 43:6), yang akan bergabung dalam perjanjian keluarga besar Sion dalam zaman
eskatologis (Yes 49:12)20.

E. Janji yang Terpenuhi


“Satu pun dari segala yang baik yang telah dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu,
tidak ada yang tidak dipenuhi”. Kata-kata yang diungkapkan oleh Yosua pada pidato
perpisahannya ini tentu akan membuat para pembacanya langsung mengetahui bahwa janji
TUHAN telah tergenapi. Salah satu janji yang disampaikan, yaitu berkaitan dengan penaklukan
bangsa Kanaan, di mana TUHAN berjanji bahwa orang Kanaan tidak akan dapat tahan berdiri
dihadapan Orang Israel (Yos 23:9b; 1:5a). Selain itu, janji penyertaan pun menjadi salah satu hal
yang dijanjikan TUHAN, yang secara implist tampak pada kata-kata Yosua, ‘aku telah tua dan
sangat lanjut umur’. Yosua dapat mencapai umur yang panjang tentu saja berkat penyertaan dari
TUHAN ‘seluruh hari dalam hidupmu’ (Yos 1:5), yang mendekati penyelesaian dan kepenuhan
janji.
Pidato yang disampaikan oleh Yosua ini memang penuh dengan warna Kitab Ulangan:
soal ketaatan (Yos 23:6.11; Ul 4:1-2.6-9.39-40), TUHAN-lah yang menghalau para musuh (Yos
23:5.9.14; Ul 4:37-38), peringatan keras berkaitan dewa Kanaan (Yos 23:7.12-13; Ul 4:15-20.23-

20
John Hamlin, E. 186.

[9]
24), dan prediksi bahwa Isreal akan terusir dari tanah terjanji (Yos 23:15-16; Ul 4:25-28).
Dibalik semuanya itu, ‘kata-kata Yosua juga menekankan sifat bersyarat dari janji dan
pemenuhannya21’. Pemenuhan janji yang sejati tergantung sejauh mana Israel memegang teguh
perjanjian dengan TUHAN. Yosua menekankan titik ini dengan memprediksi bahwa TUHAN
akan menduduki Kanaan (Yos 23:5.9-10) dan dengan sangat mengingatkan Israel untuk tetap
setia (Yos 23:6-8.11)22. Kesetiaan dan kepenuhan menjadi hal yang ditekankan oleh Yosua pada
akhir pidatonya (Yos 23:14), di mana hal ini telah menjadi warna dari kisah-kisah sebelumnya.
Ketika diperhatikan secara lebih teliti, pidato ini mengalami modifikasi dibandingkan kisah
sebelumnya (Yos 21:43-45). Di mana klaim Israel ‘menguasai’ seluruh negeri dihilangkan dan
kepenuhan janji tergantung pada kesetiaan Israel (Yos 23:15).
Pada bagian akhir pidato ini secara tidak langsung menyatakan bahwa janji yang telah
diberikan akan hangus sama sekali. Yos 23:16 merupakan pernyataan bahwa Israel akan terusir
dari tanah terjanji, sebuah “akhir dan kata-kata yang mendominasi adalah kutuk dan bukan
berkat23”. Kata ‘binasa’ dalam ayat 16 sebenarnya merupakan terjemahan dari kata ‘disappear’,
yang dapat berarti ‘hilang’, yang merupakan terjemahan pula dari kata ‘avadtem. Kata kerja
‘avad, digunakan untuk menyatakan ‘nomaden dan pengembaraan tanpa tujuan’ (Im 26:28; Ul
7:20; 8:19.20; 11:17; 26:5; 28:20; 30:18). Tentu, hal ini akan membantu dalam memahami
bahwa memang Bangsa Israel akan kehilangan kepenuhan janji akan tanah. Janji akan terpenuhi
jika Israel setia, namun karena Israel tidak setia, maka janji itu hilang (Yos 23:15-16).

F. Kesimpulan
Pidato yang diucapkan oleh Yosua ini memang tidak dapat dilepaskan begitu saja dari
keseluruhan konteks dan isi dalam Kitab Suci. Pidato ini menjadi akhir dari periode Yosua dan
awal dari periode para hakim, yang dapat dijadikan pula sebagai ramalan akan keadaan Israel, di
mana Israel akan terusir dari tanah. Janji akan tanah akan tergenapi secara utuh, seandainya
Israel berpegang teguh pada perjanjian-Nya. Karena janji yang diberikan oleh TUHAN kepada
Israel tampaknya merupakan janji bersyarat, di mana kesetiaan menjadi salah satu syarat atas
kepenuhan janji TUHAN. Jika Israel tidak setia, janji akan hilang sama sekali.

21
Daniel Hawk, L. Every Promise Fulfilled, Contesting Plots in Joshua. John Knox Press. Louisville. 1991. 130.
22
Daniel Hawk, L. 130.
23
Daniel Hawk, L. 131.

[10]
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:
Brueggemann, Walter.
2009. Teologia Perjanjian Lama, Kesaksian, Tangkisan, Pembelaan. Ledalero.
Maumere.
Creach, Jerome.
2003. Joshua, Interpretation a Bible Commentary for Teaching and Preaching. John
Knox Press. Louisville.
Daniel Hawk, L.
1991. Every Promise Fulfilled, Contesting Plots in Joshua. John Knox Press. Louisville.
Hoppe, Leslie.
1982. Joshua, Judges. Michael Glazier. Wilmington.
John Hamlin, E.
1983. Joshua, Inheriting the Land. Eerdmans Publisher. USA.
Latvus, Kari.
1998. God, Anger and Ideology, The Anger of God in Joshua and Judges in Relation to
Deuteronomy and the Priestly Writings. Sheffield Academic Press. England.
Mulder, D.
1986. Yosua. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Nelson, Richard.
1997. Joshua. John Knox Press. Louisville.
Romer, Thomas.
2013. Dark God, Cruelty, Sex, and Violence in the Old Testament. Paulist Press. New
York.
Vriezen, Th.
1981. Agama Israel Kuna. BPK Gunung Mulia. Jakarta.

[11]
Sumber Artikel:
Brueggemann, Walter.
2012. “The God of Joshua...Give or Taken the Land”. Interpretation A Journal of Bible
and Theology 66 (2012:2).
Bissel, E.
1885. “The Use of ‫ עבך‬and Its Compounds in The Hexateuch”. Hebraica 1 (1885:2).
Daniel Hawk, L.
1994. “Every Promise Fulfilled, Contesting Plots in Joshua”. Hebrew Studies 35
(1994:_)

[12]

Anda mungkin juga menyukai