Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU “TIKUS-TIKUS KANTOR” KARYA IWAN

FALS DARI ASPEK STRUKTUR MAKRO, SUPER STRUKTUR , DAN MIKRO

DISUSUN OLEH:

FININTA SASRONIDA SINAGA

2001020052

DOSEN PENGAMPU : Drs. Ronald Hasibuan. M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR

2023/2024
ABSTRAK

Korupsi merupakan suatu permasalahan yang kompleks di setiap negara khususnya


Indonesia, yang tentunya sangat merugikan negara dan rakyat. Apalagi korupsi di negara kita
sudah menjadi semacam perilaku yang sudah membudaya hingga dikatakan usang. Untuk itu
dalam membicarakan permasalahan tentang korupsi banyak cara yang dilakukan, baik
melalui individu maupun lembaga. Tindakan korupsi menurut perspektif hukum mengatakan
bahwa korupsi adalah mengambil bagian yang bukan menjadi haknya. Korupsi adalah
mengambil secara tidak jujur perbendaharaan milik publik atau barang yang diadakan dari
pajak yang dibayarkan masyarakat untuk kepentingan memperkaya dirinya sendiri. Orang
awam bersperspektif mengatakan korupsi merupakan penggelapkan uang kantor,
menyalahgunakan wewenangnya untuk menerima suap, menikmati gaji buta tanpa bekerja
secara serius adalah tindakan korupsi. Dengan pendekatan analisis tersebut, penelitian ini
menemukan bahwa pada elemen tematik dalam Struktur Makro, kesimpulan yang dihasilkan
dalam lagu yang berjudul “Tikus-ikus Kantor” yaitu mengenai penggambaran sosok manusia
yang diibaratkan tikus yang berdasi, dimana sosok manusia tersebut memiliki mental dan
tingkahlaku seperti tikus.

Kata Kunci: analisis, lirik, wacana kritis, struktur makro, super struktur, dan struktur
mikro.
A. PENDAHULUAN

Alex Sobur dalam Darma mengatakan, “wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian
tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis,
dalam kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.”
Melalui pesan wacana, pesan-pesan komunikasi seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar,
dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut
analisis wacana. Menganalisis wacana adalah analisis bahasa yang digunakan terkait dengan
pemahaman ini, yang berarti bahwa bahasa tidak dapat dipahami tanpa melibatkan teks dan
konteks penggunaannya (Brown dan Yule, 1983; 1996). Analisis wacana adalah studi
tentang memeriksa atau menganalisis bahasa dalam penggunaan alami dalam bentuk tertulis
atau lisan.

Analisis wacana dapat dilakukan dengan metode analisis wacana kritis. Menganalisa wacana
kritis tidak berfokus pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur gramatikal, atau proses
interpretatif dalam analisis konstruktivis. Analisis Wacana dalam paradigma kritik ini
menyoroti serangkaian kekuatan dan berarti reproduksi. Individu tidak dianggap subjek netral
yang dapat ditafsirkan, lakukan apa pun yang anda inginkan dengan hati anda, karena itu
terkait erat dengan dipengaruhi olehnya. Kekuatan sosial dalam masyarakat. Bahasa di sini
tidak dipahami sebagai medium posisi netral di luar pembicara itu sendiri. Bahasa dalam
perspektif kritis dipahami sebagai epresentasi yang berperan dalam membentuk tema tertentu,
tema wacana tertentu, dan strategi yang terlibat.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, pada bagian ini dikemukakan rumusan masalah yang diteliti oleh
penelitian yang dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, yaitu sebagai berikut.

a. Bagaimanakah struktur makro wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals?

b. Bagaimanakah super struktur wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals?

c. Bagaimakan struktur mikro wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals?
C. TEORI
a. Teks
Ada beberapa pegertian yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan teks yaitu
sebagai berikut:
Alex Sobur, (2004: 53) Alex Sobur mendefinisikan teks sebagai seperangkat tanda
yang ditransmisikan dari seorang pengirim kepada seorang penerima melalui medium
tertentu atau kode-kode tertentu.

Eriyanto, (2001: 3) Menurut pandangan Eriyanto, Teks hampir sama dengan wacana,
bedanya kalau teks hanya bisa disampaikan dalam bentuk tulisan saja, sedangkan
wacana bisa disampaikan dalam bentuk lisan maupun tertulis.

Kridalaksana (2011:238) dalam Kamus Linguistiknya menyatakan bahwa teks


adalah (1) satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, (2) deretan kalimat, kata,
dan sebagainya yang membentuk ujaran, (3) ujaran yang dihasilkan dalam interaksi
manusia. Dilihat dari tiga pengertian teks yang dikemukakan dalam Kamus Linguistik
tersebut dapat dikatakan bahwa teks adalah satuan bahasa yang bisa berupa bahasa
tulis dan bisa juga berupa bahasa lisan yang dahasilkan dari interaksi atau komunikasi
manusia.

Luxemburg (dalam Youpika, 2014:1) bahwa teks merupakan ungkapan bahasa yang
menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan satu kesatuan.

Selain Alex Sobur, Eriyanto, Luxemburg dan Kridalaksana di atas, Fairclough


(1995:4) menyatakan bahwa;

A text is traditionally understood to be a piece of written language a whole 'work'


such as a poem or a novel, or a relatively discrete part of a work such as a chapter. A
rather broader conception has become common within discourse analysis, where a
text may be either written or spoken discourse, so that, for example, the words used in
a conversation (or their written transcription) constitute a text.
Pendapat yang dikemukakan oleh Fairclough di atas menujukkan bahwa sebuah teks
itu, secara tradisional merupakan bagian dari bahasa tertulis yang secara keseluruhan
'bekerja' seperti puisi atau novel, atau bagian yang relatif diskrit pekerjaan seperti
sebuah bab. Kemudian, secara konsepsi yang agak lebih luas dan telah menjadi umum
dalam analisis wacana, di mana teks mungkin baik tertulis atau lisan, seperti kata-kata
yang digunakan dalam percakapan juga dapat dikatkan sebagai suatu teks.

Nah, dari beberapa pendapat diatas dapat saya tarik kesimpulan bahwasannya teks
adalah suatu rangkaian kata atau kalimat yang memiliki tata bahasa dan struktur
tertentu dimana bisa tersusun baik secara lisan maupun tulisan, yang dimana tujuan
dari sebuah teks adalah menyampaikan sesuatu hal kepada penerima teks atau
pembaca teks.

b. Super struktur
Menurut (Jufri, 2006) Superstruktur adalah kerangka suatu teks. Cara struktur dan
elemen wacana itu disusun da- lam teks secara utuh yang bersifat skematik (a- lur).
Superstruktur terdiri atas pendahuluan, isi, dan akhir wacana.

Kemudian superstruktur yang diungkapkan oleh Van Dijk (dalam Renkema,


1980:97) adalah skema konvensional yang menyajikan bentuk keseluruhan dari isi
makrostruktur wacana. Makrostruktur berkaitan dengan isi, sedangkan suprastruktur
berkaitan dengan bentuk. Pada tulisan lain, Van Dijk (1980:109) juga
mengungkapkan masalah umum yang harus dihadapi peneliti wacana adalah
keseragaman pada suprastruktur.

Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001: 234) mengemukakan bahwa “Arti penting dari
skematis adalah strategi wartawan untuk mendukung topik-topik tertentu yang ingin
disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu”.

Dari beberapa pengertian oleh ahli diatas dapat saya simpulkan bahwa Super struktur
adalah kerangka suatu teks, yang dimana cara struktur dan elemen wacana itu disusun
da- lam teks secara utuh yang bersifat skematik (a- lur). Sederhananya super struktur
itu adalah sebuah bangunan konstruksi yang mencakup semua bagian-bagian yang
terletak di atas pondasi dan komponen struktur.

c. Struktur makro
Menurut van Dijk (dalam Eriynto, 2001), struktur makro merupakan makna
global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan me- lihat topik dari suatu
teks. Tema wacana ini tidak hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu pe- ristiwa.

Sependapat dengan Eriyanto, Sobur (2006:73) menyatakan bahwa struktur makro


adalah makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat
topik/tema dari suatu teks.

Nah, dari dua pendapat ahli diatas yang dimana mereka sependapat mengenai struktur
makro ini, saya menarik kesimpulan bahwa struktur makro dalam wacana adalah
makna secara global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat,
dengan kata lain, analisis struktur makro merupakan analisis sebuah teks yang
dipadukan dengan kondisi sosial di sekitarnya untuk memperoleh satu tema sentral.
Tema sebuah teks tidaklah terlihat secara eksplisit di dalam teks, melainkan tercakup
di dalam keseluruhan teks secara satu kesatuan bentuk yang koheren.

d. Struktur mikro
Sobur (2006: 74─84) mengemukakan dalam kajian struktur mikro, hal yang diamati
merupakan kajian semantik, sintaksis, stilistika, dan retorik.
Secara umumnya struktur mikro adalah struktur terkecil yang terdapat dalam suatu
bahan yang keberadaannya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus
menggunakan alat pengamat.
Nah, dari sini saya dapat menyimpulkan bahwasannya struktur mikro itu adalah yang
termasuk unsur-unsur seperti semantik, sintaksis, dan gaya retorika yang dimana
untuk menemukannya harus menganalisis dan membaca keselurahn teks lirik lagu
ataupun tulisan.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah jenis penelitian melalui studi kualitatif dengan pendekatan analisis
wacana peneliti menggunakan model Van Dijk untuk mengetahui bentuk penulisan melalui
bahasa yang digunakan oleh Iwan Fals yang digambarkan dalam teks lagu tersebut. Dalam
Van Dijk struktur teks dianalisis melalui struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.
Data peneltian ini adalah data dokumenter, yaitu dokumen teks lagu “Tikus-Tikus Kantor”
kaya Iwan Fals. Data ini berupa unsur-unsur bahasa yang tersaji dalam lirik dan bait. Jumlah
lirik wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” terdiri dari 26 lirik atau 7 bait. Berikut ditampilkan
data wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Ian Fals yang dianalisis dan kerangka pikir
penelitian yang dilakukan.

a. Data Wacana Lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals

Kisah usang tikus-tikus kantor


Yang suka berenang di sungai yang kotor
Kisah usang tikus-tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi

Di balik meja teman sekerja


Di dalam lemari dari baja

Kucing datang cepat ganti muka


Segera menjelma bagai tak tercela
Masa bodoh hilang harga diri
Asal tak terbukti ah tentu sikat lagi

Tikus-tikus tak kenal kenyang


Rakus, rakus, bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang
Kucing-kucing yang kerjanya molor
Tak ingat tikus kantor datang menteror
Cerdik, licik, tikus bertingkah tengik
Mungkin karena sang kucing pura-pura mendelik

Tikus tahu sang kucing lapar


Kasih roti jalan pun lancar
Memang sial sang tikus teramat pintar
Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar

Tikus-tikus tak kenal kenyang


Rakus, rakus, bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang

b. Kerangka Pikir Penelitian yang Dilakukan


Elemen Wacana Van Dijk

STRUKTUR HAL YANG DIAMATI ELEMEN


WACANA

Struktur Makro Tematik Topik


Makna global dari suatu teks Tema/topik yang
yang diamati dari topik/tema dikedepankan dalam suatu
yang diangkat oleh suatu lagu
teks. Tema wacana tidak
hanya isi tetapi sisi tertentu
dari suatu peristiwa.
Superstruktur Skematik Skema
Kerangka suatu teks, seperti Bagaimana bagian dan urutan
pendahuluan, isi, dan
penutup.
Struktur Mikro Semantik Latar, detil, maksud,
Makna lokal dari suatu teks Makna yang ingin ditekankan pranggapan, nominalisasi.
yang dapat diamati dari dalam teks lagu
pilihan kata, kalimat dan Sintaksis Bentuk, kalimat, koeherensi,
gaya yang dipakai oleh suatu Bagaimana kalimat (bentuk, kata ganti.
teks. susunan) yang dipilih.
Stilistik Leksikon.
Bagaimana pilihan kata yang
dipakai dalam teks lirik lagu.
Retoris Grafis, metafora, ekspresi.
Bagaimana dan dengan cara
penekanan dilakukan.
Analisis Wacana Lirik Lagu “Tikus-Tikus Kantor” Karya Iwan Fals Berdasarkan Struktur
Makro, Super Struktur, dan Struktur

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Struktur Makro Wacana Lagu “Tikus-Tikus Kantor” Karya Iwan Fals

Struktur makro pada model analisis wacana kritis atau Critical Discrouse Analysis
dapat disebut sebagai tema atau makna global dari suatu wacana. Pada lagu “Tikus-
Tikus Kantor” nampak bahwasannya lagu ini berisikan tentang para maling uang
rakyat yang seringkali ingkar janji dan menutupi keburukannya dengan bersembunyi.
Menariknya lagu ini karena para maling itu diibaratkan sebagai tikus-tikus yang
sering mencuri, sementara itu kucing sebagai musuh tikus, merujuk pada masa kini
kita kenal dengan Komisi Pemberantasan Korupsi. Meskipun menjadi musuh tikus,
kucing yang memberantas korupsi dikatakan memiliki muka dua. Mereka mudah
berganti-ganti sifat, mudah tergiur dengan sogokan manja dari pelaku korupsi.
Berdasarkan analisis strukktur makro pada wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya
Iwan Fals peneliti menemukan hasil bahwa wacana ini memiliki tema kritik sosial
yang ditujukan kepada para koruptor yang menggerogoti uang rakyat dan aparat
penegak hukum yang kongkalikong dengan para koruptor tersebut. Pencipta lagu
megumpamakan koruptor dengan tikus dan aparatpenegak hukum dengan kucing.
Sebagaimana diketahui bahwa Hingga saat ini pun orang masih Memetaforkan
koruptor dengan tikus dan aparat penegak hukum dengan kucing.

2. Super Struktur Wacana Lagu “Tikus-Tikus Kantor” Karya Iwan Fals

Suprastruktur menunjuk pada kerangka suatu wacana atau skematika, seperti


kelaziman percakapan atau tulisan yang dimulai dari pendahuluan, dilanjutkan dengan
isi pokok, diikuti oleh kesimpulan, dan diakhiri dengan penutup. Bagian mana yang
didahulukan, sertabagian mana yang dikemudiankan, akan diatur demi kepentingan
pembuat wacana. Superstruktur merupakan kerangka dasar sebuah teks yang meliputi
susunan atau rangkaian struktur atau elemen sebuah teks dalam membentuk satu
kesatuan bentuk yang koheren. Dengan kata lain, analisis superstruktur merupakan
analisis skema atau alur sebuah teks. Seperti halnya sebuah bangunan, sebuah teks
juga tersusun atas berbagai elemen seperti pendahuluan, isi dan penutup yang harus
dirangkai sedemikian rupa, guna membentuk sebuah teks yang utuh dan menarik.
Berdasarkan analisis super struktur pada wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” Karya
Iwan Fals, peneliti menemukan pada bagian pendahuluan mengiaskan bahwa praktek-
praktek korupsi yang memang sudah terjadi dari dulu di negeri ini. Tindak korupsi ini
telah biasa dilakukan oleh pejabat-pejabat berdasi yang dimetaforakan oleh pencipta
lagu sebagai tikus. Dan juga mengiaskan tentang kecerdikan para koruptor mengibuli
aparat penegak hukum, hal ini terlihat di larik ke-7 yang mengatakan “kucing datang
cepat ganti muka”. Di bagian akhir penyair menutupnya dengan mengiaskan
bahwasannya mereka juga akan korupsi lagi jika ada kesempatan karena para
koruptor memang tak mengenal puas dan tidak peduli terhadap akibat dari
perbuatannya.

3. Struktur Mikro Wacana Lagu “Tikus-Tikus Kantor” Karya Iwan Fals

Struktur ketiga dalam analisis wacana model van Dijk adalah struktur mikro yang
terdiri dari semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.
1. Semantik
Semantik adalah makna yang ditekankan pada teks atau objek tertentu. Lirik lagu
karya Iwan Fals ini. Lirik lagu yang dianalisis bermakna kiasan metafora yang
ingin menggambarkan watak para koruptor yang licik yang diwakilkan dengan
ikon tikus kantor. Lagu ini merupakan sebuah kritik sosial yang menggambarkan
kerakusan para koruptor merampas uang rakyat dan pintarnya para koruptor
mengelabui pihak aparat penegak hukum yang ingin menangkapnya bahkan
melakukan kongkalikong.
Dalam kajian semantik ada beberapa hal yang diamati sehungan dengan teks atau
wacana, yaitu latar, detil, dan praanggapan. Berikut analisis dan penjelasan
analisis data wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals.
a. Latar
Dalam lirik lagu tersebut terdapat dua ekor hewan yang dijadikan ikon yakni
tikus dan kucing. Tanda tikus dalam lirik tersebut mengacu pada binatang
tikus (acuan langsung) dan pada manusia yang licik dan menjadi hama bagi
orang lain (acuan tak langsung). Di antara kedua acuan tersebut memiliki ciri
yang sama, yakni sifat licik dan menjadi hama bagi orang lain/suka
menggerogoti materi yang bukan haknya sehingga dapat disimpulkan bahwa
tanda tikus ini mewakili sifat manusia yang licik dan suka menggerogoti
materi yang bukan haknya. Tanda tikus di sini adalah sebagai ikon utama yang
didampingi dengan ikon lainnya yakni kucing.
Untuk mengetahui secara lebih detail, kita telaah lirik lagu tiap baitnya,
berikut penggalan liriknya.

Kisah usang tikus-tikus kantor


Yang suka berenang di sungai yang kotor
Kisah usang tikus-tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi

Persamaan rima pada baris pertama dan kedua pada bait diatas yaitu
persamaan suku kata “tor” dan kata ” i” pada baris ketiga dan keempat, tentu
bukanlah suatu kebetulan. Hal ini disengaja oleh pencipta lagu untuk
menambah kiasan yang estetika. Baris pertama dan kedua disebut sebagai
sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi. Dimaknai dari bait ini
adalah bahwasannya mereka suka berbohong, baik kepada dirinya maupun
kepada orang lain. Dalam pemilihan langsung, khususnya kepala
pemerintahan seperti Walikota, gubernur, anggota DPR/DPRD selalu
menyampaikan janji-janji kepada rakyat ketika mereka berkampanye.

Di balik meja teman sekerja


Di dalam lemari dari baja

Pada bait kedua ini terdapat persamaan rima juga. Kalimat pada baris kedua
ingin menggambarkan bahwa orang tersebut kebal dan gerak-geriknya tidak
mudah diketahui orang karena berlindung di dalam lemari baja.

Kucing datang cepat ganti muka


Segera menjelma bagai tak tercela
Masa bodoh hilang harga diri
Asal tak terbukti ah tentu sikat lagi

Pada bait ketiga ini menggambarkan bahwa orang tersebut bermuka dua,
dimana dia bisa menjelma menjadi orang baik jika didepan orang lain untuk
menutupi kebusukannya, dan dia tetap bersihkeras melakukan rindakan
korupsi tersebut karena tidak ada yang mengetahui.

Tikus-tikus tak kenal kenyang


Rakus, rakus, bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang

Pada bait keempat ini pada baris pertama dan kedua menggambarkan oknum-
oknum nakal (koruptor) yang tidak pernah puas menggerogoti uang rakyat
dengan rakus. Pada baris ketiga dan keempat menggambarkan bahwa oknum-
oknum nakal tersebut sangat pintar mengelabui lembaga yang memiliki
wewenang untuk menangkap mereka.

Kucing-kucing yang kerjanya molor


Tak ingat tikus kantor datang menteror
Cerdik, licik, tikus bertingkah tengik
Mungkin karena sang kucing pura-pura mendelik

Pada bait kelima ini pada baris pertama dan kedua menggambarkan lembaga
yang berwewenang memberantas koruptor bekerja lamban padahal koruptor-
koruptor sudah semakin meraja rela, pada baris ketiga dan ke empat
menggambarkan bahwa koruptor semakin menjadi-jadi, karena lembaga yang
bertugas memberantas para koruptor hanya berpura-pura dalam bertugas
karena terkena suapan. Pada bait ini hanya terdapat bermakna konotatif (isi).
Tikus tahu sang kucing lapar
Kasih roti jalan pun lancar
Memang sial sang tikus teramat pintar
Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar

Pada bait keenam ini pada baris pertama dan kedua menggambarkan pintarnya
para koruptor mengelabui para pemberantas koruptor dengan memberi suapan
supaya terdiam dan terpaku, pada baris ketiga dan keempat menggambarkan
kepintaran para koruptor karena lemahnya lembaga berwewenang
pemberantas korupsi dalam menjalankan tugas.

Tikus-tikus tak kenal kenyang


Rakus, rakus, bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang

Pada bait ketujuh ini pada baris pertama dan kedua menggambarkan para
koruptor yang tidak kenal kenyang akan menggerogoti uang rakyat, dan baris
ketiga dan keempat mengambarkan dimana otak para koruptor bukanlah otak
udang yang dimana mereka pintar untuk menutupi kebusukan mereka, dan
akan menghilang jika lembaga yang berwewenang memberantas korupsi
datang.
b. Detil
Unsur detail melibatkan kontrol atas informasi yang disampaikan oleh orang
tersebut. Berdasarkan Eriyanto (2001: 238), Unsur detail merupakan strategi
komunikasi ekspresif. Ekspresikan sikap dengan cara yang tertutup. Rincian
pekerjaan wakil rakyat bait pertama adalah mereka yang selalu memberi janji
namun tidak merealisasikannya dimana kepentingan rakyat di nomor duakan
padahal mereka sudah diberikan berbagai fasilitas untuk memungkinkan
mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tanggung jawabnya dan fungsi.
Dan detail dari bait kedua adalah para wakil raktat atau koruptor tersebut kebal
dan gerak-geriknya tidak mudah diketahui orang karena berlindung di dalam
lemari baja mereka. Mengikuti analisis rinci pada ayat ketiga, menggambarkan
para koruptor adalah bermuka dua, dimana dia bisa menjelma menjadi orang
baik jika didepan orang lain untuk menutupi kebusukannya, dan dia tetap
bersihkeras melakukan rindakan korupsi tersebut karena tidak ada yang
mengetahui. Pada bait keempat detilnya adalah para koruptor yang tidak kenal
cukup dalam memakan uang rakyat, dimana mereka sudah diibaratkan dengan
kucing yang setelah mencuri hak orang lain kemudian lari dan bersembunyi,
pada bait kelima detilnya yaitu para lembaga yang berwewenang memberantas
koruptoe bekerja lamban padahal koruptor-koruptor sudah semakin meraja
rela, pada baris ketiga dan ke empat menggambarkan bahwa koruptor semakin
menjadi-jadi, karena lembaga yang bertugas memberantas para koruptor hanya
berpura-pura dalam bertugas karena terkena suapan, pada bait keenam detilnya
yaitu dimana oknum-oknum nakal tersebut (koruptor) tahu bahwa lembaga
yang berwewenang menangkap mereka itu membutuhkan uang dan mereka
memberikan suapan supaya mereka lancar dalam menjalankan aksi mereka
karena oknum-oknum ini angat licik dan pintar, kemudian pada bait ketujuh
yang merupakan bait terakhir detilnya yaitu koruptor yang tidak kenal
kenyang akan menggerogoti uang rakyat, dan baris ketiga dan keempat
mengambarkan dimana otak para koruptor bukanlah otak udang yang dimana
mereka pintar untuk menutupi kebusukan mereka, dan akan menghilang jika
lembaga yang berwewenang memberantas korupsi datang.
c. Pranggapan
Yule (2006: 43) menyatakan bahwa praanggapan atau presupposisi adalah
sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum
menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur bukan
kalimat. Levinson (dalam Nababan, 1987: 48) memberikan konsep
praanggapan yang disejajarkan maknanya dengan presupposition sebagai
suatu macam anggapan atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu
tindakan, teori, atau ungkapan mempunyai makna. Analisis praanggapan bait
pertama wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals bahwa wakil
rakyat dimetaforakan sebagai tikkus-tikus kantor yang suka ingkar janji atau
tidak menepati janjinya kepada masyarakat, dan tidak menyelesaikan
persoalan-persoalan rakyat terkait hal ini mereka malah bersembunyi tidak
mau tahu. Analisis praanggapan bait kedua adalah orang yang menjadi wakil
rakyat itu adalah orang yang pandai bersembunyi dan gerak-geriknya tidak
mudah diketahui orang karena berlindung dibalik lemari bajanya. Analisis
praanggapan bait ketiga adalah orang tersebut bermuka dua, dimana dia bisa
menjelma menjadi orang baik jika didepan orang lain untuk menutupi
kebusukannya. Analisis praanggapan bait keempat adalah oknum-oknum jahat
yang tidak kenal cukup memakan uang yang bukan haknya. Analisis
praanggapan bait kelima adalah lembaga yang berwewenang menangkap para
oknum koruptor yang kerjanya hanya bersantai tidak mengingat si tikus-tikus
kantor yang bertingkah seenaknya karena mereka sudah membungkam
mulutnya dengan suapan. Praanggapan bait keenam adalah si tikus kantor
(koruptor) yang jelas mengetahui bahwa si kucing (lembaga yang
berwewenang menangkap koruptor) lapar akan uang karena itu mereka di suap
supaya stratenginya lancar dan yang terakhir analisis praanggapan bait ketujuh
adalah para koruptor yang tidak kenal kenyang, mereka rakus bukan kepalang
dalam memakan uang rakyat dan mereka akan korupsi lagi jika ada
kesempatan karena para koruptor memang tidak mengenal puas dan tidak
peduli akibat dari perbuatannya dan jika lembaga yang berwewenang datang
mereka menghilang.
2. Sintaksis
Sintaksis adalah bagaimana pendapat disampaikan melalui lirik lagu. Strateginya
pendapatnya disampaikan atau diutarakan dengan kiasan metafora yang ingin
menggambarkan watak para koruptor, dimana bentuk kalimat yang digunakan
adalah kalimat deduktig-induktif. Sintaksis dapat ditelusuri melalui lirik lagu bait
per bait. Dari lirik wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals, penyair
menyampaikan kepada khalayak bagaimana kondisi para koruptor dalam
menggerogoti uang mereka yang dimana mengiaskan bahwa praktek-praktek
korupsi memang sudah terjadi dari dulu di negeri Indonesia ini. Dari hasil analisis
koherensi bahwa wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals meunjukkan
koherensi makna antara lirik-lirik yang terdapat dalam setiap bait dan juga wacana
ini menunjukan koherensi antara bait yang satu dengan bait lainnya. Sedangkan
dari hasil analisis penggunaan kata ganti, wacana lagu ini tidak ada menggunakan
kata ganti.

3. Stilistik
Pada dasarnya unsur gaya menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku
Pilih kata-kata dari berbagai kemungkinan kata yang tersedia. pemilihan kata
dalam sebuah teks tidak hanya secara kebetulan tetapi secara ideologis
menunjukkan caranya persepsi seseorang terhadap fakta/kenyataan (Eriyanto,
2001: 255). Pada larik pertama, dan kedua pada bait pertama yaitu “kisah usang”
memiliki arti bahwa persoalan korupsi merupakan cerita lamayang sebenarnya
telah terjadi dari dulu, jadi perihal yang akan disampaikan dalam lagu ini telah
terjadi bahkan sebelum lagu ini diciptakan atau mungkin sebelum negara ini
terbentuk, bait keempat larik ke dua “rakus,rakus bukan kepalang” yang artinya
mereka tidak kenal cukup dalam menikmati hak yang bukan miliknya, dan larik
ke tiga “otak tikus memang bukan otak udang” yang artinya itu otak para koruptor
itu bukan otak udang dimana mereka itu sangat pintar dan sangat licik. Pemilihan
kata “tikus” dan “kucing” yang terdapat pada bait pertama (larik 1, 3,), bait ketiga
(larik 1), bait keempat (larik 1,3,4), bait kelima (larik 1,2,3,4), bait keenam (larik
1,3,4) dan bait ketujuh (larik1,3,4) bahwa menurut penyair bahwa koruptor adalah
tikus-tikus yang sangat suka melakukan penilapan atau korupsi berarti tempat
praktek korupsi itu berlangsung, kemudian aparat penegak hukum diibaratkan
sebagai kucing, bait kedua larik pertama “ di balik meja teman sekerja” dimaknai
penyair sebagai tempat persembunyian para koruptor dan pengumbar janji itu, dan
larik kedua “di dalam lemari dari baja” dimana penyair bermaksud menyampaikan
betapa kokohnya tempat persembunyian koruptor yang seolah-olah terbuat dari
baja.

4. Retoris
Kajian retoris dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji unsur grafis dan
metafora. Unsur grafis merupakan bagian yang ditonjolkan atau ditekankan.
Bagian ini biasanya dibuat untuk menandai bagian yang dianggap penting oleh
penyair. Bagian ini dibuat berbeda dengan yang lainnya, seperti tulisan miring,
pemakaian huruf tebal, huruf berukuran besar, pemakain garis bawah, pemakain
tabel, foto dan sebagainya yang digunakan sebagai penanda untuk menonjolkan
bagian-bagian penting dalam sebuah syair atau tulisan. . Dari hasil analisis
terhadap wacana lagu karya Iwan Fals ini penggunaan retoris tidak ada.
Elemen metafora adalah elemen yang menyatakan bahwa dalam sebuah wacana,
komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok melalui teks, akan tetapi
juga mengggunakan kiasan dan ungkapan. Metafora merupakan analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat:bunga
bangsa, buaya darat, cindera mata, buah hati, dan sebagainya. Sebagai bentuk
perbandingan langsung, metafora tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai,
bagaikan, dan sebagainya sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan
pokok kedua (G. Keraf, 1992:139).
Eriyanto (2001: 259) mengemukakan, pemakaian metafora tentu bisa menjadi
petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Dari hasil analisis yang
dilakukan, ditemukan penggunaan metafora yaitu metafora binatang yaitu
perumpamaan tikus dan kucing. Tikus disini dikonotasikan sebagai (koruptor) dan
kucing dikonotasikan sebagai (penegak hukum). Lagu-lagu Iwan Fals terasa
sangat tajam menusuk tepat pada objek atau sasaran yang dikritik. Lagu “Tikus-
Tikus Kantor” ini merupakan bukti nyata kritikan tentang KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme) yang membuat masyarakat sengsara dan dalam lagu ini pun
mengkritik para penegak hukum yang secara sukarela menerima uang “suap” dari
para koruptor.
Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis penelitian yang dilakukan terhada wacana
lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals, berikut ini ada beberapa kesimpulan
yang dapat dirumuskan:
 Analisis wacana lagu karya Iwan Fals berkaitan dengan struktur makro bahwa
wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” gagasan utama yang dimunculkan adalah
tentang kritik sosial tentang koruptor dan para penegak hukum, yang dikiaskan
bahwa praktek korupsi mereka sudah menjadi budaya turun temurun yang
dilakukan oleh para pejabat.
 Analisis superstruktur wacana lagu “Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fals
mengikuti model teks Teun A. van Dijk, pada bagian pendahuluan mengiaskan
bahwa praktek-praktek korupsi yang memang sudah terjadi dari dulu di negeri
ini, bagian isi mengiaskan tentang kecerdikan para koruptor mengibuli aparat
penegak hukum, hal ini terlihat di larik ke-7 yang mengatakan “kucing datang
cepat ganti muka”, di bagian terakhir, penyair menutupnya dengan lirik-lirik
yang berisikan tentang mereka yang akan korupsi lagi jika ada kesempatan
karena para koruptor memang tak mengenal puas dan tidak peduli terhadap
akibat dari perbuatannya.
 Analisis mikrostruktur, termasuk unsur-unsur seperti semantik, sintaksis, dan
gaya retorika, kesimpulan dari penelitian ini adalah wacana lagu tersebut
"Tikus-Tikus Kantor” karya Iwan Fars tersirat. Muatan pesan implisit
menyampaikan maksud yang halus perwakilan rakyat dan repertoar terbuka,
mengungkapkan pemikiran rakyat tentang realitas wakil rakyat. Penekanan
kata diberikan dalam pemilihan kata yang digunakan juga untuk
menyampaikan makna.
Daftar Pustaka

Youpika, F., & Seftiawan, F. (2014). Teks, Koteks, Konteks, dan Hubungan
Ketiganya dalam Kajian Wacana. Diakses pada Minggu 23Juli 2023 pukul 21:00
WIB, melalui https://fitrayoupika.blogspot.com/2014/11/teks-koteks-konteks-dan-
hubungan.html

Van Dijk, Teun. 1980. Macrostructures: An Interdisciplinary Study of Global


Structures in Discourse, Interaction, and Cognition. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates Publishers.

Umami, I. M. (2009). Analysis Wacana Penggunaan Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu-
Lagu Ungu: Kajian Stilistika. Dinamika Bahasa dan Budaya, 3(2), 201-217.

Anda mungkin juga menyukai