SELAMAT DATANG

WELDING INSPECTOR
TRAINING

SEKOLAH LAS VAN OVAN

 MATERI TRAINING :
1. MEMBACA GAMBAR TEKNIK
2. DASAR--DASAR GARIS GEOMETRIC
DASAR
3. DASAR--DASAR
DASAR PERHITUNGAN UNTUK
BOILERS MAKERS
4. SIMBOL DAN ARTI DALAM GAMBAR TEKNIK
5. SIMBOL PENGELASAN
 MATERI : 1
MEMBACA GAMBAR TEKNIK
 GAMBAR TEKNIK BERFUNGSI SEBAGAI
ALAT UNTUK MENYATAKAN MAKSUD /
PENYAMPAIAN INFORMASI DARI
SESEORANG KEPADA ORANG
ORANG--ORANG YANG
BERSANGKUTAN..
BERSANGKUTAN
PENYAJIAN BENDA-BENDA TIGA DIMENSI
1. GAMBAR PROYEKSI
2. GAMBAR PANDANGAN TUNGGAL
A. PROYEKSI AKSONOMETRI
i. GAMBAR AKSNOMETRI
a. PROYEKSI ISOMETRI
b. PROYEKSI DIMETRI
c. PROYEKSI TRIMETRI
ii. GAMBAR ISOMETRI
a. Gambar isometri dari sebuah benda dengan sebuah bidang
miring
b. Gambar isometri dari sebuah benda dengan bidang
lengkung tak teratur
c. Gambar isometri dari sebuah lingkaran
B. PROYEKSI MIRING
C. GAMBAR PERSPEKTIF
3. PROYEKSI ORTOGINAL ( Gambar Pandangan Majemuk )
 GAMBAR PROYEKSI
Jika sebuah benda dilihat dari sebuah titik penglihatan, maka
proyeksi dari benda ini pada Bidang Proyeksi disebut PROYEKSI
PERSPEKTIF dan gambarnya disebut GAMBAR PERSPEKTIF.

Benda

GAMBAR
Proyeksi
Garis Proyeksi
( Garis Penglihatan )

Bidang Proyeksi Titik Pandangan

 GAMBAR PANDANGAN TUNGGAL
GAMBAR YANG DIPEROLEH DARI SATU PANDANGAN, SEBUAH
GAMBAR SATU PANDANGAN MENYAJIKAN SEBUAH BENDA
SEPERTI DALAM FOTO, SEHINGGA BENTUK BENDANYA DAPAT
DIMENGERTI OLEH SIPENGLIHAT, DIPAKAI SEBAGAI
ILUSTRASI.

BENDA

b. Proyeksi Aksonometri

a. Proyeksi Ortogonal

Bidang Proyeksi
 Proyeksi Orthogonal
Adalah :
Suatu gambar yang terdiri dari beberapa
pandangan tegak lurus. Pada masing-masing
pandangan mempertunjukkan bentuk dan
ukuran dari satu sisi obyek benda kerja,
A

B
End
Top

D End Front A B

D
PROJECTION SYMBOL

AMERIKA EROPA

CONTOH
 Proyeksi Isometris
D C C

D 120 0 B
A C D G
B
B A
120 0
120 0 A
A B(D) C H F E(H)
54 44’
30 0 30 0 35 16’

E E
E F(H) G
Sebuah kubus diletakkan seperti gbr. Disamping kiri, kemudian
dimiringkan sehingga diagonalnya berdiri tegak lurus pd bidang
vertikal, atau bidang proyeksi.
A A
Sudut antara bidang bawah kubus dan bidang horizontal menjadi
a
b=0,82a 35016’(Gbr. Samping Kanan ). Jika kubus ini diproyeksikan pada
540 44’ 350 16’ bidang proyeksi P proyeksinya akan menunjukan ketiga bidang
E dari kubus. Dalam bidang proyeksi ini sisi-sisi AB,AD dan AE sama
b = a sin 54 44’
0 panjang, dan saling berpotongan pada sudut yang sama pula yaitu
1200 , Proyeksi demikian disebut proyeksi ISOMETRIS. Ketiga garis lurus
=0,82 a AB,AD dan AE adalah sumbu-sumbu isometris. Panjang masing-masing sisi
lebih pendek dari pada panjang sisi sebenarnya. Panjang garis-garis dapat
diukur pada sumbu-sumbu ini dengan skala yang sama. Pada gbr. Kiri bawah
diperlihatkan skala perpendekan yaitu 0,82:1 hasil dari sin 540 44’, Oleh
karena ini ditentukan demikian rupa hingga skala standar pada garis miring
450 dipindahkan pada garis miring 300 Disebut SKALA ISOMETRI
 GEOMETRIC TERMINOLOGI FOR
BOILERMAKING
A B
TITIK ( A point ). adalah suatu obyek
geometris tanpa dimensi yang tidak memiliki
arah tetapi ada penempatan. Titik A Titik B

A B
Garis lurus AB
Garis ( A line ). adalah suatu rangkaian titik
yang saling berlanjut dan saling berhubungan. C D
Garis lengkung CD

GARIS PARALLEL ( PARALLEL LINE ). adalah

beberapa garis yang selalu sama arah dan
jarak tidak terpusat dan tidak menyatu.
 SUDUT
SUDUT SIKU-SIKU ( A RIGHT ANGLE ). 1
dibentuk dari dua garis lurus yang bertemu
dan membentuk sudut 900 .

SUDUT RUNCING ( AN ACUTE ANGLE )

adalah sudut yang kurang dari 900 . 2

SUDUT TUMPUL ( AN OBTUSE ANGLE )

adalah sudut yang lebih besar dari satu
sudut siku-siku & kurang dari dua sudut
3
siku-siku.

SUDUT TERBUKA ( A RELFEX ANGLE ) sudut

yang lebih besar dari dua sudut siku-siku
tetapi kurang dari empat sudut 90o atau 4
sudut > 180o dan < 270o
 SEGI TIGA

1 2

SEGITIGA SAMA SISI SEGITIGA SAMA KAKI

SEGITIGA YANG KETIGA YANG MEMPUNYAI DUA SISI

YANG SAMA DAN DUA SUDUT
SISI DAN SUDUTNYA
ALASNYA SAMA BESAR
SAMA (60º)

3 4

SEGITIGA TIDAK SAMA SISI SEGITIGA SIKU-SIKU

Ketiga sisinya berbeda dan Adalah segitiga yang
sudutnya runcing satu sisinya 90º
BENTUK GAMBAR LAINNYA
Contoh Soal
Contoh Soal
 Gambar Isometrik untuk Pemipaan
• Salah satu bentuk penggambaran pemipaan
adalah penggambaran instalasi pemipaan
dengan gambar isometrik.
• Metode ini banyak digunakan karena penting
dari segi perencanaan, perawatan dan
perbaikan suatu instalasi pipa dalam unit
pengilangan maupun instalasi lainnya.
• Penggambaran instalasi pipa dapat digambar
dua dimensi, maupun tiga dimensi
(stereometrik) yang terdiri atas metode isometrik
dan aksonometrik
• Penggambaran dengan isometrik lebih baik
penampilannya dan lebih mudah dipahami,
sehingga banyak digunakan dalam penggambaran
instalasi pipa.
• Gambar isometrik adalah gambar pelaksanaan
konstruksi pemipaan sehingga pengawas proyek
benar-benar menguasai cara membaca gambar
serta pelaksanaan konstruksinya. Demikian pula
bagi siapapun yang akan melakukan perawatan
maupun perbaikan instalasi pipa.
• Pembaca harus benar-benar memahami berbagai
tanda baik dengan mengingatnya atau mengacu
pada buku panduan atau handbook simbol
pemipaan.
Contoh gambar isometrik sistem pemipaan
Contoh gambar isometrik sistem pemipaan
GAMBAR PIPING ISOMETRIC

FW
• Agar dapat menggambar sistem pemipaan, diperlukan
perencanaan dan penggambaran spool.
• Gambar spool adalah gambar fabrikasi atau gambar detil
dari suatu sistem penggambaran pemipaan.
• Jadi gambar spool adalah gambar detil dari gambar
isometrik yang telah dibuat, supaya dapat mudah
dipahami oleh tenaga di bengkel untuk mengerjakan
sistem pemipaan dengan baik.
• Gambar spool ini tidak perlu berskala namun harus
proposional dan sesuai serta dilampiri gambar
rencana/plan isometriknya.
• Selain itu juga memuat simbol-simbol yang jelas dan
mudah dipahami.
 PENGGAMBARAN PERPIPAAN
TAMPAK ATAS ( PIPING PLAN )
YANG PERLU DIKETAHUI UNTUK MENENTUKAN
1. TATA LETAK PENYUSUNAN 1. LOKASI, ORINTASI,
GAMBAR. ELEVASI DARI SETIAP
2. OREINTASI PIPA BERIKUT JALUR PIPA BERSERTA
KOMPONENNYA. KOMPONEN DAN
PERLENGKAPANNYA.
3. PENYUSUNAN JARAK MIN.
ANTARA JALUR PIPA & 2. KEGUNAAN JALUR PIPA
ARAH ALIRAN. TERSEBUT
4. PERNCANAAN KORDINAT 3. UKURAN YANG TEPAT
GAMBAR. DARI SETIAP JALUR
PERPIPAAN, KOMPONEN
5. LOKASI, ORIENTASI, DAN PERLENGKAPAN
ELEVASI INSTRUMENT. PERPIPAAN
6. HAL KHUSUS LAINNYA 4. HUBUNGAN ATAU
SESUAI PERMINTAAN. KONTINUITAS JALUR PIPA
 GAMBAR PIPING PLAN HARUS DAPAT MENUNJUKAN
1. JUDUL GAMBAR.
2. LOKASI JALUR PIPA.
3. ANGKA DAN TANGGAL PERBAIKAN GAMBAR.
4. ARAH PERENCANAAN GAMBAR.
5. BATAS RUANG GAMBAR SERTA HUBUNGAN DENGAN
GAMBAR LAIN.
6. LOKASI, ORIENTASI, ELEVASI SETIAP JALUR PERPIPAAN
BESERTA PERLENGKAPANNYA. TERMASUK
INSTRUMENTASI.
7. JENIS FABRIKASI ( DI W/S ATAU DI YARD )
8. DIMENSI MASING-MASING BAGIAN PERPIPAAN
9. GAMBAR POTONGAN MELINTANG ( BILA DIPERLUKAN )
10. GAMBAR DETAIL APABILA DIPERLUKAN
11. KODE, SIMBOL-SIMBOL, STANDARD, SPESIFIKASI
GAMBAR
12. KETERANGAN KHUSUS DAN UMUM YANG DIPERLUKAN
SIMBOL - SIMBOL UMUM PADA PIPING PLAN

• PIPING IN GENERAL

• NON INTERSECTING PIPE

SIMBOL LAIN YANG MUNGKIN DIPAKAI UNTUK MEMBEDAKAN JALUR

PEMIPAAN :

AIR A A VACUM v v

GAS G G STEAM
OIL CONDENSATE O

COLD WATER REFRIGERANT R R

HOT WATER
 PIPING SYMBOL
• JALUR PIPA DENGAN SISTEM SATU GARIS

• JALUR PIPA DENGAN SISTEM DUA GARIS

• JALUR PIPA TIDAK TAMPAK LANGSUNG

• JALUR PIPA YANG TELAH ADA

• JALUR PIPA DENGAN ISOLASI

• JALUR PIPA DENGAN ISOLASI & TRACKING

• JAKET PIPA PADA JALUR LURUS

• SAYAP BERLEHER DNG PENGECIL ALIRAN

( WELD NECK FLANGE AND REDUCER )
 PIPING SYMBOL ( LANJUTAN )

• SAYAP BERLEHER DENGAN PIPA

( WELD NECK ON PIPE )
• SAYAP, ALAT PENGECIL ALIRAN, PIPA
DIHUBUNGKAN LANGSUNG
( SLIP ON FLANGE ON PIPE )

• SAYAP & PIPA

( SLIP ON FLANGE ON PIPE )
• SAYAP & PIPA DISAMBUNG ULIR
( SCREWED/SOCKET WELD FLANGE
ON PIPE )
• 2 SAYAP BERLEHER DISAMBUNG 2
PIPA ( BOLTED WELD FLANGES )
• 2 SAYAP DISAMBUNG 2 PIPA
( BOLTED SLIP ON FLANGES )
 PIPING SYMBOL ( LANJUTAN )
• KACAMATA BUTA SATU ( SPECTACKLE
BLIND ) DIANTARA FLANGES

• 2 SAYAP DISAMBUNG DENGAN PIPA

( BOLTED LAP JOINT FLANGES )

• NOZZEL DISAMBUNG DENGAN FLANGE

• BLIND FLANGE BOLTED TO WELD NECK

FLANGE
• WELD NECK ORIFICE FLANGE DENGAN
KATUP DI TAP PADA FLANGE
• SLIP ON ORIFICE FLANGE DENGAN
KATUP DI TAP PADA FLANGE

• SAMBUNGAN ELBOW & PIPA DILAS

 PIPING SYMBOL ( LANJUTAN )

• SAMBUNGAN ELBOW & PIPA Dng. ULIR

• SAMBUNGAN ELBOW & PIPA Dng. ULIR &

DILAS

• SAMBUNGAN ELBOW & PIPA DILAS

( SISTEM DUA GARIS )

• SAMBUNGAN LAS ELBOW MENJAHUI

PANDANGAN DENGAN SUDUT 900

• SAMBUNGAN LAS ELBOW MENDEKATI

PANDANGAN DENGAN SUDUT 900

• GAMBAR POTONGAN PIPA DILIHAT DARI

MUKA
 PIPING SYMBOL ( LANJUTAN )

• BATAS DAERAH GAMBAR ( BATTERY

LIMIT )
• BATAS SAMBUNGAN GAMBAR ( MATCH
LINE )
• UKURAN ( DIMENTION )

• BATAS BENDA YANG TERHALANG

• GARIS SUMBU ( CENTER LINE )

• GARIS POTONG PENAMPANG

• GARIS KETERANGAN

A A
• TANDA PEMOTONGAN SUATU GAMBAR (
SECTION )

N • TANDA ARAH GAMBAR

 PIPING SYMBOL ( LANJUTAN )

• SETIAP PERUBAHAN ATAU PERBAIKAN

GAMBAR HARUS DIBERI TANDA AWAN 1
SERTA NOMOR PERBAIKAN ( DRAW. REV. )

• TANDA DITUNDA ( HOLD ) HOLD

VOID
• TANDA SUDAH TIDAK DIPAKAI ( VOID )

• TANDA TIDAK DIPAKAI ( CANCEL ) CANCEL

GAMBAR PROYEKSI
UNTUK PEMIPAAN

DILIHAT DARI ATAS ( PLAN )

DILIHAT DARI MUKA ( ELEVASI )

 LINGKARAN & UNITNYA
CENTER / PUSAT  TITIK DIMANA LINGKARAN BERADA

CENTER POINT

CIRCUMFERENCE ( LINGKARAN )  UKURAN GARIS KELILING LINGKARAN

RADIUS ( R ) / JARI-JARI  JARAK UKURAN GARIS LURUS DARI PUSAT
LINGKARAN KE CIRCUMFERENCE
DIAMETER ( D )  JARAK DARI SISI LINGKARAN MELALUI PUSAT LINGKARAN
 MEMBUAT MARKING LINE
PROBLEM . 1 MEMBUAT SUDUT 90o PADA GARIS LURUS
DENGAN METODE 3-4-5
4
3
2
1 2 3 1 1 2 3
X Y X Y
A B A B

4 4
3 3
2 2
1 1 2 3 1 1 2 3
X Y X Y
A B A B
 4 5

4
3
3
2
2

1 1
3
1 2
X Y
A B
 PEMBUKTIAN DENGAN TEORI
PHITAGORAS

C = √ A2 + B 2

C A = √ C2 - B2
B
B = √ C2 - A2

A C = √ 32 + 42 B = √ 52 - 32 A = √ 52 - 42
= √ 9 + 16 = √ 25 - 9 = √ 25 - 16
= √ 25 = √ 16 =√9
=5 =4 =3
PROBLEM 2
->MEMBUAT SUDUT 90o DENGAN METODE SETENGAH
LINGKARAN

A A

X Y X Y

1 2

3 4

A A

X Y X Y
PROBLEM 3
-> CARA MENENTUKAN CENTER PADA SEBUAH LINGKARAN
DENGAN CARA METODA GEOMETRIK

CARA 1 B B

A A
C C
D D
1 2

B 3 4 B
E E

F F
H H
A A
C C
G D G D
CARA 2

X X

X X
X X

X X
1 2
3 4
X X

X X
X X

X X
PROBLEM 4
->MEMBAGI LINGKARAN MENJADI 6 BAGIAN
C

A A B
B X
X

1 2 D
C 3 4 C
E E

A B A B
X X

F F
D D
 R
A B
X
PROBLEM 5 ->MEMBAGI LINGKARAN MENJADI 8 BAGIAN
X X
C C

A B A
X X
B

D D
X 1 2 X
C 3 4 C
X

A A
X X
B B

X
D D

X X
 C
1 2

8 3
A B
X

7 4

6 5
D
PROBLEM 5 ->MEMBAGI LINGKARAN MENJADI 12 BAGIAN
X X
C C

A B A B
X X

D D
1 2 X
C 3 4
12 1
11 2
R1
A B 10 3
X
9 4

8 5
D 7 6
 C
12 1

11 2

10 3
A B
X
9 4

8 5

7 6
D
 MEMBUAT SUDUT
SUDUT 450
A A

D D

B C B C
E 1 2 E

A 3 4 A

D D
450
450
B C B C
E E
MEMBUAT SUDUT 600

X Y X Y
A C
A

1 2
3 4

B B D
D

600
X Y X Y
A C A C
 SUDUT 30º & 60º DARI SUDUT 900
A A

B C B C
1 2 E

3 4
A A

D D

F 600
F
300
B C C
E B
E
 SUDUT 20º & 40º DARI SUDUT 60º

D
B B
D

600 600
X Y X
A C 1 2 A C

3 4

D D 400
B B

200
X X
A C A C
 ELIPS / OVAL

• CARA 1. MENGGUNAKAN JANGKA BATANG

C C
AB
CD
O O
A B A B
P E F
D D
1 2 3

4 5 6

C C C

O O O
A B A B A B

D D D
• CARA 2. MENGGUNAKAN PUSAT LINGKARAN

C C C

O O O
B A B A B
A

D D D
1 2 3

4 5 6

C C C

O O O
A B A B A B

D D D
 DASAR-DASAR PERHITUNGAN
UNTUK BOILERMAKERS

TANDA / CONTOH
DEFINISI / ARTI
SIMBOL PENGGUNAAN
+ PLUS / TAMBAH 20 + 5 = 25
- MINUS / KURANG 12 – 4 = 8
X MULTIPLY / PERKALIAN 4 X 4 = 16
÷ DIVIDE / PEMBAGIAN 9÷3=3
= EQUAL SIGN / SAMA DENGAN 6 + 6 = 12
≠ NOT EQUAL / TIDAK SAMA 16 ≠ 21
> GREATER THAN / LEBIH BESAR 4>3
< LESS THAN / KURANG DARI 9 < 10
π Pi (π = 3,1416 ) π X D = Cr LINGKARAN
6² SQUARED / PERSEGI 6 X 6 = 36
6³ CUBIC / KUBIK 6 X 6 X 6 = 216
 Lanjutan

‫װ‬ PARALLEL / SEJAJAR

PERPENDICULAR / TEGAK LURUS TERHADAP GARIS PERPENDICULAR

┴ HORIZONTAL HORIZONTAL

SQUARE / SIKU-SIKU 900

0 DEGREE / SUDUT 600

‘ MINUTE / MENIT 600 36 ‘
“ SECOND / DETIK 600 36 ’24 “
% PERCENT / SATU PER SERATUS 0,98 = 98 %
@ AT / BAGIAN DARI … 4 @ 200 mm LONG
RUMUS PERHITUNGAN
PERIMETER = P
PERIMETER AND AREA GARIS KELILING
AREA = A

SQUARE S
P = 4S A = S2
SEGI 4 SAMA SISI
S

RECTANGLE B
P=2(L+B) A=LxB
4 PERSEGI PANJANG
L

SACALENE TRIANGLE
b c A = √ S (S-a)(S-b)(S-c)
SEGI 3 TIDAK SAMA P=a+b+c
a + b+ c
SISI a S= 2

EQUILATERAL TRIANGLE S S
SEGI 3 SAMA SISI
P = 3S A = 0,433 S2
S

TRIANGLE PH B x PH
P = SUM OF 3 SIDES A=
SEGI 3 SIKU-SIKU 2
B B

C = π D -> D = π D2
C I R C L E D
A= 4
0,3183 C
LINGKARAN
For mean circum π = 3,14
 PHITAGORAS c = √ a2 + b 2
c
b a = √ c2 - b 2
TEORI PHITAGORAS
b = √ c 2 – a2
a
SQUARE PLATE FROM
CIRCULAR PLATE AREA MAX. YANG DAPAT DIPOTONG D2
DARI SEBUAH LINGKARAN ADALAH : -- A=
2

S
PANJANG SISI MAX. YANG SIKU DARI S = 0,7071 D
SEBUAH LINKARAN ADALAH : --
D = 1,4142 S
S

CUBIC CONTENTS
1 m3 = 1000 Litres
1 Litres = 1 Kg
1 m3 = 1000 Kg
 SURFACE AREA = SA
SURFACE AREA AND VOLUME LENGTH OF WELDING = WL VOLUME = V
( Tank fully enclosed )

RECTANGULAR SA = 2(L x B) + 2(L x H) + 2(B x H)

OR H WL = 4 L + 4 B + 4 H V=LxBxH
SQUARE TANK L
B

D 2 π D2 π D2 x H
SA = π DH +
CYLINDRICAL TANK H 4 V= 4
WL = 2 π DH +H

SA = π D x SH + π D
2

RIGHT CONE
SH 2 4 π D2 x H
H V=
r WL = π D + H 4x3
KERUCUT
D SH = √ H2 + R2

S P H E R E D π D2
SA = π D2 V=
LAPISAN 6

SA = π MD x W
ANNULAR PLATE OR
w
d SA = Π / 4 ( D2 – d2 )
 Diameter and Circumference of Cylinders

Outside Diameter ( OD )
Inside diameter ( ID )

Mean Diameter ( MD )
Thickness of metal ( T )
+

Centre Of Metal
Thickness
( NEUTRAL AXIS )

Note :
1. Mean Diameter = Inside Diameter + 1 Plate Thickness

Written as MD = ID + T
2. Mean Diameter = Outside Diameter – 1 Plate Thickness

Written as MD = OD - T
ID + 2T = OD MD + T = OD
OD – 2T = ID MD – T = ID
OD – T = MD (2xIR) + T = MD
ID + T = MD ( 2xOR) – T = MD
CONTOH :
HITUNG PANJANG PLATE YANG DIBUTUHKAN UNTUK CYLINDER SEPERTI GAMBAR
DIBAWAH INI :

Seam

10
65 OD

LENGTH = MD x π x = MC BEFORE ROLLING

LENGTH = MD x π x = MC BEFORE ROLLING

MD = OD - T MC = MD x π
= 650 - 10 = 640 x 3.14
= 640 mm = 2010,62 mm --> = 2011 mm
 SINGATAN DAN ARTI DALAM GAMBAR

GENERAL MATERIAL
• T.O.C → TOP OF CONCRETE • UB → UNIVERSAL BEAM
• T.O.S → TOP OF STEEL • WB → WELDED BEAM
• T.O.G → TOP OF GREATING • WC → WELDED COLUMNS
• N/S → NEAR SIDE • UC → UNIVERSAL COLUMNS
• F/S → FAR SIDE • EA → EQUAL ANGLE
• B/S → BOTH SIDE • UA → UNEQUAL ANGLE
• W.P → WORK POINT • PFC → PARALLEL FLANE CHANEL
• UNO → UNLESS NOTED OTHERWISE • TFC → TAPER FLANGE CHANEL
• NTS → NOT TO SCALE • TFB → TAPER FLANGE BEAM
• c/c → CENTRE TO CENTRE • GRTG→ GRATING
• Cl. → CENTRE LINE
• Sch. → SCHEDULE
• Ref. → REFERENCE
• Conn. → CONNECTION
• OPP. → OPPOSITE
• STD. → STANDARD
 Welding Map
• Gambar teknis yang berisikan data
tentang spesifikasi semua material yang
akan disambung/dilas.
• Welding map berisikan:
– Joint Number
– WPS Alocation
– % NDT requirement
• Dokumen yang diperlukan dalam welding map :
• Spesifikasi teknis / code ( NDT Spesifikasi )
• Engineering Drawing / Shop drawing
• List WPS
• Data pendukung: Tabel Material
 SAMBUNGAN & POSISI PENGELASAN

SINGLE DOUBLE
BUT JOINT
Fillet

T JOINT Square

Bevel
CORNER
Groove
JOINT
V Groove
LAP JOINT
J Groove

EDGE JOINT U Groove

TIPE SAMBUNGAN JENIS - JENIS

LASAN 63
 SIMBOL PENGELASAN

Length of weld
Design throat Finish symbol Contour
symbol Pitch ( Centre to centre
thickness Preparation angle, included Root gap, depth of filling Spacing ) of weld
angle of countersink for plug For plug weld and slot weld
weld
Depth of preparation;
F Site Weld symbol
-

{ }
)
Size or strength for

SIDES )
A

OTHER
certain welds

SIDE
R
Specification,
Process, S(D) L-P

)(
Procedure
T
}
Or other
reference

{ ( BOTH

ARROW
SIDE
(N)

Basic weld symbol

Projection weld
(
Number of spot or

Welded around symbol

Of detail reference Arrow connection
Reference line to
Arrow side
member
Of joint Ref: AS 1101.3 -
1987
Elements in this area remain as
shown 64
When tail and arrow are reversed

Peripheral Welds

10 8

10 8

10 8



a = Design throat thickness

s = Actual throat thickness

b = Leg length

(min material thickness)

a = 0.7 of b
a4
a 4mm Design Throat
b s

b6 s5

6mm Leg 5mm Actual Throat

 

5
5 8

8
OR
8 8
5

All dimensions in mm


n = number of weld
n x l (e) elements
l = length of each weld
element
(e) = distance between each
weld Welds element
to be
staggered
3 x 40 (50)
111
2 x 40 (50)
Process
 
All dimensions in mm 8 3 x 80 (90)
6 3 x 80 (90)
6
80 80 80
6

8 90 90 90
8
5 3 x 80 (90)
6 3 x 80 (90)
6
80 80 80
6

5 90 90 90

5
 



Single-V Butt Single-U Butt

Single-V Butt flush cap Single-U Butt with sealing run

 

Single-bevel butt Double-bevel butt

Single-bevel butt Single-J butt





10

10

Partial penetration single-V butt



Plug weld Square Butt weld

Spot weld Single-V Butt

broad root face

Seam weld Edge flange weld





Joint detail

Joint detail
 

Copyright © 2003 TWI Ltd  M.S.Rogers

 
Complete the symbol drawing for the welded cruciform joint
provided below
All welds are welded with the MIG process and fillet welds
with the MMA process

7 10

35 20

30
15

All fillet weld leg lengths 10 mm

 
Complete the symbol drawing for the welded cruciform joint
provided below
All welds are welded with the MIG process and fillet welds
with the MMAz10process

30
131 / 111
20
7 10 z10

35 20

30
15
z10 a 7
35
131 / 111 All fillet weld leg lengths 10 mm
15
z10
 
6
1. Welded arrow side: A continuous fillet
weld with a 6 mm leg length , toes to be
blended smoothly.
6 3 x 25 (40)
2. Welded both sides: Three intermittent 6 3 x 25 (40)
fillet welds with 6 mm leg lengths, the
25 40 25 40 25
length of each weld 25 mm and the
distance between each weld 40 mm.
3. Welded arrow sides: Three intermittent
fillet welds with 10 mm leg lengths, the 25 40 25 40 25

length of each weld 40 mm, the distance 10 3 x 40 (30)

between each weld 30mm. 6 3 x 50 (25)
30 40
Welded other side: Three intermittent 30 40 30 40

fillet welds 6 mm leg lengths, the length

of each weld 50mm and the distance
between each weld 25mm, welds to be
50 25 50 25 50
4. Welded arrow staggered.
side: Three intermittent 8 3 x 25 (50)
fillet welds with 8 mm leg lengths, the 10 2 x 20 (40)
length of each weld 25 mm and the
distance between each weld 50 mm. 25 50 25 50 25

Welded other side: Two intermittent

fillet welds with 10 mm leg lengths, the
length of each weld 20 mm and the 40 20 40 20
distance between each weld 40mm, welds
to be staggered.
 
M

1. Welded arrow side: Single-V butt weld with

permanent backing strip, flat weld profile.

2. Welded other side: Single-U butt weld, flat weld profile

10
3. Welded arrow side: Single-V butt weld depth of
preparation 10 mm
Welded other side: Backing run. (Plate thickness
15 mm.)
12

12
4. Welded arrow side: Single-J butt weld, depth of 8
preparation 12 mm with a 8 mm
fillet weld superimposed. (plate thickness 15 mm.
Welded other side: 12 mm leg length fillet weld.

 

Depth of Root
Bevel Opening
1 (1-
1/8
1/8)
60o

Effective Groove
Throat Angle


Welding Process

FCAW
1 (1-
1/8
1/8)
60o

GMAW
GTAW
SAW
 

FCAW
1 (1-
1/8)
Applicable
to any Single Bevel
single
groove
weld


Welds to be
staggered

3 – 10
SMAW
3 – 10
Process

3 3

10
 

Sequence of 3rd Operation

Operations
2nd Operation

1st Operation
FCAW
1 (1-
1/8
1/8)
60o
 

Sequence of RT
Operations
MT
MT
FCAW
1 (1-
1/8
1/8)
60o
 
Dimensions- Leg Length

6 leg on member
6/8 A

Member A

=
6

Member B 8
 

Copyright © 2003 TWI Ltd  M.S.Rogers