Anda di halaman 1dari 2

RESENSI LITERASI

NAMA : Fachril Jefani Ananda


KELAS : XD
BACAAN : insecurity is my middle name
PENULIS : Alvi Syahrin
PENERBIT : Alvi Ardhi publishing
TAHUN TERBIT : 2021

(Insecurity Is My Middle Name)

“Penjahat dalam kisah kita bukanlah ibu tiri yang kejam, teman yang berkhianat, orang-orang yang
merendahkan kita, tapi.. our own insecurity”

“It takes forever to be comfortable with who you really are. It takes forever to understand all of our
insecurities. And, that’s just normal, and you’re doing good so far! And, I’m so proud of you”

Setiap orang pasti pernah mengalami insecure, sebuah perasaan cemas atau tidak aman yang terkadang
membuat kita menjadi tidak percaya diri atau bahkan cemburu dengan pencapaian orang lain. Selama
kita hidup, pasti ada masa ketika diri ini sibuk menambah beban di kepala dengan pemikiran “takut
tertinggal”. Padahal hidup bukan lomba marathon, bukan tentang siapa yang sampai di garis finish
duluan, tidak ada pemenang, dan bahkan dari awal tidak ada perlombaan.

Dalam buku Insecurity is My Middle Name ini, penulis membahas mengenai berbagai macam
insecurity yang sering kita rasakan dan menemani kita untuk menenangkan rasa insecure itu. Terdapat
lima bab dan 45 sub bab yang akan membuat kita merenungkan rasa insecure yang sering menghantui
sekaligus mengubah rasa insecure tersebut menjadi sebuah motivasi untuk menjadi versi terbaik dari
diri kita. Ada pun kelima bab tersebut membahas mengenai:
I : Fisik yang Kurang Menarik
II: Masa Depan yang Buram
III: Jauh Tertinggal Dari Teman-Temanku
IV: I Hate Myself
V: Berdamai Dengan Insecurity.

Dari awal hingga pertengahan bab penulis akan mengajak pembaca untuk mengupas satu per satu rasa
insecure yang dirasakan, mulai dari perasaan tidak percaya diri akan fisik, karir, pendidikan, hingga
percintaan. Setelah membahasnya satu per satu, di akhir bab penulis menerangkan bahwa rasa insecure
tidak selamanya membawa pengaruh buruk, penulis mengajak pembaca untuk berdamai dengan rasa
insecure tersebut melalui salah satu bab yang berjudul “Tapi, kita butuh insecurity”.

Kelebihan:

Meskipun ini adalah buku self-healing pertama dari penulis, tetapi menurut saya buku ini sudah cukup
sempurna. Saya merasa buku ini bisa menjadi “obat penenang” ketika rasa insecure di dalam diri saya
datang. Dengan membaca buku ini, saya merasa lebih bisa mengendalikan rasa insecure tersebut.
Segala jenis insecurity yang dibedah habis dalam buku ini membuat saya yakin bahwa banyak orang
yang juga akan relate dengan pembahasan yang ada di dalam buku ini.

Selain isinya yang dapat menenangkan pikiran, pemilihan diksi yang digunakan dalam buku ini juga
sederhana dan mudah untuk dipahami. Rangkaian kata yang disusun oleh penulis sangat cantik dan
tidak membingungkan pembaca, membaca buku ini seperti berbicara dengan penulis langsung, terasa
sangat dekat. Saat membaca buku ini, saya tidak memerlukan waktu yang lama untuk membacanya.
Setiap bab nya disajikan dengan singkat, tidak bertele-tele. Mungkin bisa saja buku ini habis dibaca
dalam waktu sehari.

Selain itu, kelebihan lain dalam buku ini juga terletak pada pemilihan layout yang sangat rapih dan
ilustrasi yang menarik. Mulai dari design cover hingga ilustrasi yang ada di dalam buku, semuanya
dalam porsi yang pas, pemilihan ilustrasi tidak bertolak belakang dengan materi yang disajikan. Selain
itu, ukuran font dalam buku ini juga cukup proporsional, tidak terlalu besar atau kecil, cukup enak
untuk dipandang oleh mata.

Kekurangan:

Ketika mulai membaca beberapa halaman, saya sedikit terkejut karena ternyata di dalam buku ini
terdapat beberapa ayat Al-Qur’an dan nasihat dari penulis yang hanya berhubungan dengan satu
agama saja. Menurut saya, kekurangan dari buku ini adalah tidak ada disclaimer yang
mengatakanbahwa penulis juga menyertakan pandangan suatu agama dalam pembahasan di buku ini.
Meskipun saya tidak terlalu terganggu dengan hal tersebut, tetapi alangkah lebih baik jika penulis bisa
menggambarkan bahwa isi dari buku ini juga disertai dengan pandangan agama di dalam sinopsis,
sehingga calon pembeli bisa memperkirakan apakah ia akan terganggu dengan hal tersebut atau tidak,
khususnya untuk teman-teman non-muslim.

Kesimpulan:

Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca, khususnya untuk teman-teman yang sering
mengalami insecure atau over thinking. Isi dari buku ini yang cukup menarik dengan gaya bahasa dan
diksi yang ringan membuat buku ini bisa dibaca berkali-kali. Terkait kekurangannya, jika teman-
teman non-muslim tidak bermasalah dengan selipan ayat-ayat Alqur’an dan beberapa nasihat penulis
yang berhubungan dengan ajaran islam, mungkin kalian tetap dapat menikmati buku ini dengan baik.
Terakhir, untuk para penggiat buku self-improvement, saya rasa buku ini wajib masuk ke dalam
koleksi kalian!

Anda mungkin juga menyukai