Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

MENGUNGKAP LARANGAN DAN DAMPAK DARI


PERNIKAHAN SEDARAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir kelas XII


Nama Pembimbing : Mastikhah, S.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 30

1. Marwah Nurul Ibrahiem (NIS. 2884)


2. Cempaka Maryami Rakasiwi (NIS. 2799)
3. Naura Sella sabilla (NIS. 3049)
4. Syafa Auliya (NIS. 3018)
5. Qonita Hamidah (NIS. 2976)
6. Debby Nurul Juniati (NIS. 2801)
7. Sheera Firsta Zikha A. (NIS. 3002)
8. Sheikha Anggun Saputri (NIS. 3003)

MA UNGGULAN DARUL `ULUM REJOSO JOMBANG

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


MAKALAH

MENGUNGKAP LARANGAN DAN DAMPAK DARI


PERNIKAHAN SEDARAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir kelas XII


Nama Pembimbing : Mastikhah, S.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 30

1. Marwah Nurul Ibrahiem (NIS. 2884)


2. Cempaka Maryami Rakasiwi (NIS. 2799)
3. Naura Sella sabilla (NIS. 3049)
4. Syafa Auliya (NIS. 3018)
5. Qonita Hamidah (NIS. 2976)

6. Debby Nurul Juniati (NIS. 2801)


7. Sheera Firsta Zikha A. (NIS. 3002)
8. Sheikha Anggun Saputri (NIS. 3003)

MA UNGGULAN DARUL `ULUM REJOSO JOMBANG

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


i
HALAMAN PENGESAHAN
Makalah yang berjudul
“MENGUNGKAP LARANGAN DAN DAMPAK DARI PERNIKAHAN
SEDARAH DITINJAU DARI SEGI AGAMA, SAINS, DAN SOSIAL”
Telah disetujui pada :
Hari / Tanggal : Selasa / 18 Januari 2022
Tempat : MA Unggulan Darul Ulum Rejoso

Nama Penguji
1. Ahmad Chizam Baihaqy, S.PdI, M.PdI 1.

2. Mastikhah, S.Pd 2.

Menyetujui,
WKM Bid. Pengembangan Pembimbing

Mastikhah, S.Pd Mastikhah, S.Pd


Mengetahui,
Kepala Madrasah,

Khoiruddinul Qoyum, S.S, M.Pd

ii
MOTTO

ّٰ ‫اٰو ُه َوٰ َش ٌّرٰلَّ ُك ْمٰٰٓ َو‬


ُٰ‫الل‬ ُِ ‫ٰخ ْيـرٰلَّ ُكمٰٰٓو َعسٰٓىٰاَ ْن‬
َّ ٰ‫ُٰتبُّـ ْواٰ َش ْيـ‬ َ ْ ٌ َ ‫اٰو ُه َو‬ َّ ٰ‫ْرُه ْواٰ َش ْيـ‬
َ ‫َو َعسٰٓىٰاَ ْنٰتَك‬
‫ٰواَنْـتُ ْم ََٰلٰتَـ ْعلَ ُم ْو َٰن‬
َ ‫ࣖ يَـ ْعلَ ُم‬
‘Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.’
(QS Al-Baqarah:216)

iii
PERSEMBAHAN
Bismillahhiromanirohim,

Makalah tugas akhir ini kami persembahkan untuk:

1. Orangtua tercinta yang tidak pernah lelah mendukung dan mendoakan


kami dalam penulisan karya ilmiah ini.

2. Guru Pembimbing, Ustadzah Mastikhah yang telah mengarahkan kami


dalam melakukan penulisan karya ilmiah ini.

3. Seluruh Bapak dan Ibu guru MA Unggulan Darul Ulum STEP-2 IDB
yang telah mendidik kami

4. Teman-teman seperjuangan angkatan 28 MA Unggulan Darul Ulum


STEP-2 IDB

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sebagai tugas akhir dalam program madrasah yang berjudul
”Mengungkap Larangan dan Dampak Keturunan Pernikahan Sedarah Ditinjau
Dari Segi Agama, Sains, dan Sosial”
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang menjadi suri tauladan yang baik bagi umat manusia

Taklupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:

3. Ust. Khoiruddinul Qoyyum,S.S,M.Pd , selaku kepala MA Unggulan Darul


Ulum

STEP-2IDB,yang telah memberi banyak wawasan .

4. Ustadzah Mastikhah,S.Pd selaku Pembimbing kelompok 30 yang selalu


memberikan motivasi dan arahan dalam proses penyusunan makalah ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu guru MA Unggulan Darul Ulum STEP-2 IDB yang
telah mendidik kami

6. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami dalam


penyelesainya makalah ini.

Karena dalam menyusun makalah ini kami masih dalam tahap belajar dan
tentunya masih banyak kekurangan. Maka kami mohon maaf apabila ada
terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyusunan. Dengan demikian, saran
maupun kritik yang membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
mendapat ridho dari Allah SWT. Amin

Jombang, 15 Desember 2021

Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................ i
Lembar Pengesahan ................................................................................................... ii
Motto ........................................................................................................................ iii
Persembahan ............................................................................................................. iv
Kata Pengantar ........................................................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................................................... vi
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
1.4 Metode Penelitian ....................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
BAB II:TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pernikahan ....................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian pernikahan ................................................................................ 5
2.1.2 Tujuan Pernikahan ..................................................................................... 7
2.2 Sedarah atau Mahram ....................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Mahram .................................................................................... 9
2.2.2 Macam-Macam Mahram .......................................................................... 10
2.3 Pernikahan Sedarah (Incest)............................................................................ 12
2.3.1 Pengertian Pernikahan Sedarah (Incest).................................................... 12
2.3.2 Jenis-jenis Incest ...................................................................................... 13
2.3.3 Sejarah Incest .......................................................................................... 13
2.4 Genetika ......................................................................................................... 14
BAB III:PEMBAHASAN
3.1 Pernikahan Sedarah dalam Al Qur’an ............................................................. 16
3.2 Dampak Keturunan dalam Segi Sains ............................................................. 21
3.2.1 Dalam Segi Genetika ............................................................................... 21
3.2.2 Penyakit yang Ditimbulkan ...................................................................... 24
3.3 Pandangan Masyarakat Mengenai Pernikahan Sedarah.................................... 26
BAB IV:PENUTUP
vi
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 29
4.2 Saran .............................................................................................................. 29

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menikah merupakan tali ikatan resmi hubungan antara laki-laki dan


perempuan. Dengan menikah menghalalkan hubungan yang semula bukan
mahram, menjadi mahram. Selain itu, juga menambah tali silaturrahmi antar
dua keluarga yang semula tidak memiliki hubungan kekerabatan.
Di dalam kamus Al-Mu’jam Al-Wasith disebutkan bahwa al-mahram

itu adalah dzulhurmah (‫احلرمة‬ ‫)ذو‬ yaitu wanita yang haram dinikahi.

Maksudnya, golongan yang haram untuk dinikai secara permanen.Menurut


kitab Fathul Qorib terdapat 14 wanita yang haram dinikahi melalui 4 jalur.
Tujuh sebab nasab (keturunan), dua sebab rhada’( saudara persusuan),
empat sebab pernikahan, dan satu sebab lainnya.
Pernikahan sedarah (semahram) sudah jelas dilarang Allah SWT
sebagaimana termatub dalam Al Qur’an surat An Nisa’ ayyat 23
ِّ ‫ت علَي ُكم اَُّمهتُ ُكم وب ن تُ ُكم واَخوتُ ُكم وعمتُ ُكم وخلتُ ُكم وب نت ْاْلَ ِّخ وب نت ْاْلُخ‬
‫ت‬ ْ ُ ََ ُ ََ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ََ ْ ْ ْ َ ْ ‫ُح ِّرَم‬
‫ت نِّ َساىٓ ِِّ ُك ْم َوَرَبىٓ ِِّبُ ُك ُم ال ِّ ْت ِّ ِْف‬ ِّ ‫الرض‬
ُ ‫اعة َواَُّمه‬
ِّ
َ ‫َواَُّمهتُ ُك ُم ال ِّ ْتٓ اَْر‬
َ َ َّ ‫ض ْعنَ ُك ْم َواَ َخوتُ ُك ْم م َن‬
ِِّّ َّ ِّ ِِّّ ِّ ِّ ِّ ِّ
َ َ‫ُح ُج ْورُك ْم م ْن ن َساىِٓ ُك ُم ال ِّ ْت َد َخ ْلتُ ْم ِب َّنٓ فَا ْن َّلْ تَ ُك ْونُ ْوا َد َخ ْلتُ ْم ِب َّن فَ ََ ُُن‬
ٓ ‫اَ َعلَْي ُك ْم‬
ِّ ِّ ‫وح ََىٓ ِِّ ُل اَب ناىٓ ِِّ ُكم الَّ ِّذين ِّمن اَص ََبِّ ُكمٓ واَ ْن ََتمعوا ب ْي ْاْلُخت‬
َ َ‫ْي اَّْل َما َ ْْ ََل‬
َ ْ َْ َ َْ ُْ َ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ ُ َْ ََ
‫ٓ اِّ َّن اللَ َكا َن َف ُو ْورا َّرِّحْيما‬
Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang
perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang

1|P a ge
menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu
(mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum
campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu
(menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau.
Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Dalam hukum negara, pernikahan sedarah sudah tercantum pada
undang-undang. Tepatnya dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 yang
menjelaskan tentang pernikahan. Larangan pernikahan sedarah ini juga
dipertegas dalam UU perkawinan pasal 8, yaitu:
Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke
atas;
b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara
saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang
dengan saudara neneknya;
c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/bapak
tiri;
d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara
susuan dan bibi/paman susuan;
e. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari
isteri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang;
f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang
berlaku, dilarang kawin.
Pejabat yang ditunjuk berkewajiban mencegah berlangsungnya perkawinan-
perkawinan di atas dan pegawai pencatat perkawinan tidak diperbolehkan
melangsungkan atau membantu melangsungkan perkawinan bila ia
mengetahui adanya pelanggaran dari pasal di atas.
Berdasarkan uraian larangan dari pernikahan sedarah di atas, salah satu

2|P a ge
usaha yang dapat dilakukan ialah pemahaman akan dampak pernikahan
sedarah baik dari segi sosial, agama, maupun sains. Pada era milenial ini,
kenyataan di masyarakat masih marak kasus pernikahan sedarah. Terutama
di desa-desa yang tingkat pendidikannya rendah dan memegang teguh adat
istiadat daerah.
Banyaknya kasus pernikahan sedarah yang masih terjadi di Indonesia
mengakibatkan kekhawatiran tersendiri bagi Pemerintah Indonesia. Melalui
penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan memahami
dampak dari pernikahan sedarah, sehingga dapat meminimalisir kasus
pernikahan sedarah yang terjadi di Indonesia serta meminimalisir terjadinya
kerancuan keturunan di kalangan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut kami tertarik untuk mengambil
tema Mengungkap Larangan dan Dampak dari Pernikahan Sedarah Ditinjau
Dari Segi Agama, Sains, dan Sosial

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diurakan di atas kami mengambil
Brumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Al Qur’an menjelaskan tentang pernikahan sedarah?
2. Bagaimana dampak pernikahan sedarah terhadap keturunan dilihat
dari segi sains?
3. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai pernikahan sedarah?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui bagaimana Al Qur’an menjelaskan tentang
pernikahan sedarah
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak pernikahan sedarah terhadap
keturunan dilihat dari sisi sains
3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat mengenai
pernikahan sedarah

3|P a ge
1.4 Metode Penelitian
1. Metode pendekatan pustaka
Dengan mengambil informasi dari berbagai sumber tertulis
seperti buku-buku atau jurnal, serta dengan memanfaatkan media
elektronik seperti tv, radio, internet, dsb.
2. Metode wawancara
Dengan melakukan tanya jawab secara langsung pada narasumber
yang ahli di bidang tafsir, fiqih dan sains dengan pertanyaan-
pertanyaan mengenai tema makalah yang telah ditentukan sebelumnya
untuk mendapatkan informasi.

1.5 Manfaat Penelitian


Sebagai sarana referensi untuk menambah wawasan masyarakat atas
dampak yang ditimbulkan dari pernikahan sedarah sehingga dapat
memberikan pemahaman lebih mendalam pada masyarakat tentang
pernikahan sedarah.

4|P a ge
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pernikahan
2.1.1 Pengertian Pernikahan
Dalam bahasa Indonesia pernikahan berasal dari kata nikah. Nikah
adalah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri
(dengan resmi) 1 Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad
nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang
diucapkan dengan kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke
pernikahan, sesuai peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj
digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam
penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah
s.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan
pernikahan dan mengharamkan zina. 2
Perintah menikah disebutkan beberapa kali dalam Al Qur’an

ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ ‫لصلِّ ِّح‬ ِّ ِّ
َ‫ْي منٓ عبَاد ُكمٓ َوإ َمآئ ُكمٓٓ إن يَ ُكونُواْ فََُرآء‬
َ َّ ‫َوأَنك ُحواْ ٱلٓأََيَى من ُكمٓ َوٱ‬

ٞ‫يُغٓ ِِّنِّ ُم ٱ َّللُ ِّمن فَضٓلِّهۦِّ َوٱ َّللُ َو َِّ ٌع َعلِّيم‬

Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,


dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka
miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan
Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui,”
(QS An-Nur: 32)

1
Dendy Sugono. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa. Halaman 1074
2
Ensiklopedia Bebas, Wikipedia Bahasa Indonesia, “Pernikahan dalam Islam”, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 22:04

5|P a ge
ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ
َ َ‫َوَْل تَْنك ُح ْوا َما نَ َك َح ا َب ُؤُك ْم م َن الن َساء اَّْل َما َ ْْ ََل‬
َ‫ َكا َن فَاح َشة َّوَم َْتآ َو ََاء‬ٞ‫ َٓ انَّه‬
َ‫ََبِّْي‬
Artinya: "Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah
dinikahi oleh ayahmu, kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau.
Sesungguhnya perbuatan itu sangat keji dan dibenci (oleh Allah) dan
seburuk-buruk jalan (yang ditempuh)." (QS. An Nisa:22)

‫ْي َو َح َو ًَْ َوَرَزَ ُك ْم ِّم َن‬ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ


َ ‫اللُ َُ َع َل لَ ُك ْم م ْن أَنْ ُوس ُك ْم أ َْزَواُا َو َُ َع َل لَ ُك ْم م ْن أ َْزَواُ ُك ْم بَن‬
َّ ‫َو‬

‫اللِّ ُه ْم يَ ْك ُو ُرو َن‬ ِّ ‫اط ِّل ي ْؤِّمنُو َن وبِّنِّعم‬


َّ ‫ت‬ َْ َ
ِّ ِّ
ُ َ‫الطَّيِّبَات أَفَبِّالْب‬

Artinya: "Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari
jenis kamu sendiri, menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu,
serta memberimu rezeki dari yang baik-baik. Mengapa mereka beriman
kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?" (QS. An Nahl:72)

‫آَيتِِّّه أَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِّم ْن أَنْ ُو ِّس ُك ْم أ َْزَواُا لِّتَ ْس ُكنُوا إِّلَْي َها َو َُ َع َل بَْي نَ ُك ْم َم َوَّدً َوَر ْْحَة إِّ َّن ِِّف‬ ِّ
َ ‫َوم ْن‬
‫ت لَِّ ْوٍم يَتَ َو َّك ُرو َن‬
ٍ ‫ذَلِّك ََلَي‬
َ َ

Artinya: "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia


menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berpikir." (QS. Ar Rum:21)

‫َّاس اِّ ََّّن َخلَ َْن ُك ْم ِّم ْن ذَ َك ٍر َّواُنْثى َو َُ َع ْلن ُك ْم ُش ُع ْوب َّوَبَاىٓ ِِّ َل لِّتَ َع َارفُ ْوا ٓ اِّ َّن‬
ُ ‫يٓاَيُّ َها الن‬
‫اَ ْكَرَم ُك ْم ِّعْن َْ اللِّ اَتْ َى ُك ْم ٓاِّ َّن اللَ َعلِّْي ٌم َخبِّْي ٌر‬

6|P a ge
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal,” (QS Al-Hujurat: 13).

2.1.2 Tujuan Pernikahan


Tujuan menikah antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
Pernikahan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan itu terdiri dari kebutuhan emosional, biologis, rasa
saling membutuhkan, dan lain sebagainya. Dalilnya adalah hadis
yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwasanya Rasululllah SAW
bersabda: "Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya,
kedudukannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Nikahilah
wanita karena agamanya, maka kamu tidak akan celaka," (H.R.
Bukhari dan Muslim).
2. Mendapatkan ketenangan hidup.
Dengan menikah, suami atau istri dapat saling melengkapi satu
sama lain. Jika merasa cocok, kedua-duanya akan memberi
dukungan, baik itu dukungan moril atau materiil, penghargaan,
serta kasih sayang yang akan memberikan ketenangan hidup bagi
kedua pasangan.
3. Menjaga akhlak.
Dengan menikah, seorang muslim akan terhindar dari dosa zina,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Wahai para pemuda!
Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka
nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan
lebih membentengi farji [kemaluan]. Dan barangsiapa yang tidak

7|P a ge
mampu, maka hendaklah ia puasa, karena shaum itu dapat
membentengi dirinya,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
4. Meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
Perbuatan yang sebelumnya haram sebelum menikah, usai
dilangsungkan perkawinan menjadi ibadah pada suami atau istri.
Sebagai misal, berkasih sayang antara yang berbeda mahram
adalah dosa, namun jika dilakukan dalam mahligai perkawinan,
maka akan dicatat sebagai pahala di sisi Allah SWT. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: “ ...
'Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!'.
Mendengar sabda Rasulullah para sahabat keheranan dan
bertanya: 'Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan
nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala?' Nabi
Muhammad SAW menjawab, 'Bagaimana menurut kalian jika
mereka [para suami] bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah
mereka berdosa?' Jawab para shahabat, 'Ya, benar'. Beliau
bersabda lagi, 'Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan
istrinya [di tempat yang halal], mereka akan memperoleh pahala!'
(H.R. Muslim).
5. Memperoleh keturunan yang saleh dan salihah
Salah satu amal yang tak habis pahalanya kendati seorang muslim
sudah meninggal adalah keturunan yang saleh atau salihah.
Dengan berumah tangga, seseorang dapat mendidik generasi
muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, yang
merupakan tabungan pahala dan amal kebaikan yang
berkepanjangan. "Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu
pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu
anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik.

8|P a ge
Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan
mengingkari nikmat Allah?” (Q.S. An-Nahl[16]: 72).3

2.2.Sedarah atau Mahram


2.2.1. Pengertian Mahram
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mahram adalah
orang (perempuan, laki-laki) yang masih termasuk sanak dekat
sehingga tidak boleh menikah di antaranya suami, anak laki-laki,
dsb. 4 Kata mahram (mahramun) artinya lawan jenis yang tidak
boleh dinikahi (dalam permasalahan nikah) dan lawan jenis yang
tidak dapat membatalkan wudhu ketika bersentuhan (dalam
permasalahan bersuci). Dua orang yang punya hubungan mahram
diperbolehkan menyentuh satu sama lain, baik bersalaman atau
lainnya. 5
Disebutkan dalam Al Qur’an surat An Nisa ayat 23

‫ت‬
ُ ‫ت ْاْلَ ِّخ َوبَن‬ ْ ‫ُح ِّرَم‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم اَُّمهتُ ُك ْم َوبَن تُ ُك ْم َواَ َخوتُ ُك ْم َو َعمتُ ُك ْم َوخلتُ ُك ْم َوبَن‬
‫ت نِّ َساىٓ ِِّ ُك ْم‬ ِّ ‫الرض‬
ُ ‫اعة َواَُّمه‬
ِّ
َ َ َّ ‫ض ْعنَ ُك ْم َواَ َخوتُ ُك ْم م َن‬
ِّ
َ ‫ْاْلُ ْخت َواَُّمهتُ ُك ُم ال ِّ ْتٓ اَْر‬
ِّ ِِّّ ِّ ِّ ِّ ِّ
ْ‫َوَرَبىِٓبُ ُك ُم ال ِّ ْت ِّ ِْف ُح ُج ْوِّرُك ْم م ْن ن َساىِٓ ُك ُم ال ِّ ْت َد َخ ْلتُ ْم ِب َّنٓ فَا ْن ََّّل‬
‫اَ َعلَْي ُك ْم ٓ َو َح ََىٓ ِِّ ُل اَبْنَاىٓ ِِّ ُك ُم الَّ ِّذيْ َن ِّم ْن‬ ِِّّ
َ َ‫تَ ُك ْونُ ْوا َد َخ ْلتُ ْم ِب َّن فَََ ُُن‬
‫ َ ٓ اِّ َّن اللَ َكا َن َف ُو ْورا‬ ِّ ِّ ‫اَص ََبِّ ُكمٓ واَ ْن ََتمعوا ب ْي ْاْلُخت‬
َ َ‫ْي اَّْل َما َ ْْ ََل‬ْ َْ َ َْ ُْ َ ْ َ ْ ْ
‫َّرِّحْيما‬

3
Abdul Hadi. "Pernikahan dalam Islam: Pengertian, Hukum dan Tujuannya", diakses dari
https://tirto.id/gaWS pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 21:58
4
Dendy Sugono. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa. Halaman 966
5
Ensiklopedia Bebas, Wikipedia Bahasa Indonesia, “Mahram”, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Mahram#Referensi pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 22:50

9|P a ge
Artinya: “Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-
anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan,
saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu
yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-
saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-
anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika
kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan
diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan
(diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau.
Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Dalam kitab Al-Ghayah wa At-Taqrib karangan Al Qadhi
Abu Syuja terdapat 14 wanita yang haram dinikahi melalui 4
jalur. Tujuh sebab nasab (keturunan), dua sebab rhada’( saudara
persusuan), empat sebab pernikahan, dan satu sebab lainnya.
2.2.2. Macam Mahram
Mahram di bagi menjadi dus jenis Yaitu : Mahram Muabbad dan
mahram Muqqod
1. Mahram muabbad (Haram dinikahi selamanya)
1) Disebabkan oleh adanya hubungan kekerabatan atau nasab
yaitu ibu, anak, saudara, saudara ayah, saudara ibu, anak
dari saudara laki-laki dan anak dari saudara perempuan.
Abdullah ibn Yusuf menyampaikan kepada kami, Malik
mengabarkan pada kamu, dari Abi al-Zinad dari Al-A’raj,
dari Abi Hurairah R.A berkata : Janganlah kamu
mengumpulkan (dalam pernikahan) perempuan dengan

10 | P a g e
bibinya (dari pihak ayah) dan perempuan dengan bibinya
(dari pihak ibu)
2) Disebabkan adanya hubungan perkawinan yang disebut
dengan hubungan musharah yang meliputi;
(1) Perempuan yang telah dikawini oleh ayah atau ibu tiri
(2) Perempuan yang telah dikawini oleh anak laki-laki atau
menantu
(3) Ibu istri atau mertua
(4) Anak dari istri dengan ketentuan istri telah digauli.
(5) Karena hubungan persusuan; meliputi ibu susuan, anak
susuan, saudara susuan, paman susuan, bibi susuan dan
anak saudara laki-laki atau perempuan susuan.
Yahya ibn Yahya menyampaikan kepada kami, ia
berkata : aku membacakan kepada Malik, dari Abdillah
ibn Abi Bakr dari Amrah bahwasanya Aisyah R.A
mengabarkan, ketika Rasulullah SAW bersamanya, dan
ketika ia mendengar suara laki-laki meminta izin untuk
memasuki rumah Hafsah, Aisyah berkata : aku berkata
; ya Rasulullah, laki-laki itu meminta izin memasuki
rumahmu, maka Rasulullah SAW bersabda; aku lihat
dia adalah si fulan paman sesusuan Hafsah maka
Aisyah berkata; Ya Rasulullah, seandainya fulan paman
sesusuan Aisyah masih hidup, bolehkan ia masuk ke
rumahku ? Rasulullah SAW bersabda; ya,
sesungguhnya susuan mengharamkan apa yang
diharamkan oleh hubungan kelahiran (darah)
(6) Istri yang putus perkawinannya karena li’an
(7) Perempuan yang dikawini waktu iddah.
2. Mahram ghoiru muabbad adalah seseorang yang haram
dinikahi untuk sementara waktu, diantaranya:
1) Mengawini dua orang saudara dalam satu masa

11 | P a g e
2) Poligami di luar batas
3) Larangan karena ikatan perkawinan
4) Larangan karena talak tiga
5) Larangan karena ihram
6) Larangan karena perzinaan (Kawin dengan pezina atau
kawin dengan perempuan hamil karena zina) 6

2.3.Pernikahan Sedarah (Incest)


2.3.1 Pengertian Pernikahan Sedarah (Incest)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, pengertian
incest adalah hubungan seksual atau perkawinan antara dua orang
yang bersaudara dekat yang dianggap melanggar adat, hukum dan
agama. Perkawinan sedarah sangat ditentang dan dilarang oleh
agama maupun hukum positif yang ada di Indonesia7
Menjalin hubungan hingga menikah, biasanya didasari rasa
suka dan ketertarikan satu sama lain. Lalu, apa yang sebenarnya
terjadi di balik munculnya rasa cinta terhadap saudara sedarah
atau keluarga dekat? Rasa tertarik kepada saudara kandung atau
keluarga dekat mempunyai istilah Genetic Sexual Attraction
(GSA). GSA merupakan ketertarikan seksual yang dirasakan
ketika pertama kali berjumpa dengan kerabat biologis sebagai
orang dewasa. Seseorang yang mengalami GSA biasanya tak
berdaya terhadap perasaannya sendiri.
Dilansir dari Telegraph, sejumlah peneliti memiliki
hipotesis jika perlindungan saat masa tumbuh kembang dapat
melawan GSA. Peneliti tersebut tak memungkiri jika keluarga
yang masih mempunyai hubungan darah hidup berdekatan,
memungkinkan menurunkan ketertarikan seksual ini. Data Post-

6
Sholihin Shobroni. 2018. Hukum Pernikahan Islam Modul Matakuliah. Halaman 31-33
7
“Pengertian Pernikahan Sedarah Incest”, diakses dari https://text-
id.123dok.com/document/lzgrr627q-pengertian-perkawinan-sedarah-incest.html diakses pada
tanggal 24 Oktober 2021 pukul 23:10

12 | P a g e
Adoption Centre dan University College London menunjukkan,
50 persen kasus GSA terjadi saat dua orang terpisah dan kembali
bertemu ketika dewasa.
Dikutip dari Mirror.co.uk, psikolog Corrinne Sweet
menyebutkan, pada tingkat genetik, seseorang dikondisikan
menemukan orang lain yang terlihat sama menariknya dengan diri
orang tersebut. Di saat bersamaan, orang yang tinggal terpisah
akan merasa terasing. Dari situ, muncul daya tarik dan rasa rindu.
Ketika rasa ini dikombinasikan dengan daya tarik kesamaan
genetik, muncullah hal yang sangat kuat, kompleks, dan begitu
menggoda.8
2.3.2 Jenis-jenis Incest
Incest terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Incest yang bersifat sukarela (tanpa paksaan)
Hubungan seksual yang terjadi karena suka sama suka
2. Incest yang bersifat paksaan
Hubungan seksual yang dilakukan karena unsur
keterpaksaan, misalnya pada anak perempuan diancam akan
dibunuh oleh ayahnya karena tidak mau melayani nafsu seksual.
Incest seperti ini pada masyarakat lebih dikenal dengan perkosaan
incest.9
2.3.3 Sejarah Incest
Peristiwa Incest telah terjadi sejak dulu kala. Dalam sejarah
dicatat raja-raja Mesir kuno dan putra-putrinya kerap kali
melakukan tingkah laku Incest dengan motif tertentu, sangat
mungkin bertujuan untuk meningkatkan dan kualitas generasi

8
Mela Arnani. “Pernikahan Sedarah, dari Tabu hingga Catatan Sejarah Anak yang Jadi Korban”,
diakses dari https://sains.kompas.com/read/2019/07/06/085801723/pernikahan-sedarah-dari-tabu-
hingga-catatan-sejarah-anak-yang-jadi-korban?page=all pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul
14:04
9
Ali Mustofa. Skripsi: “Status Hak Waris Anak dari Pernikahan Sedarah Prespektif Fiqh
Kontemporer” (Malang:UIN Maulana Malik Ibrahim, 2010) Halaman 47

13 | P a g e
penerusnya. Pasca invasi Alexander the Great, para bangsawan
Mesir banyak yang melakukan perkawinan dengan saudara
kandung dengan maksud untuk mendapatkan keturunan berdarah
murni dan melanggengkan kekuasaan. Contoh yang
terdokumentasi adalah perkawinan Ptolemeus II dengan saudara
perempuannya, Elsione. Beberapa ahli berpendapat, tindakan
seperti ini juga bisa dilakukan kalangan orang biasa. Toleransi
semacam ini didasarkan Mitologi Mesir Kuno tentang perkawinan
Dewa Osiris dengan saudaranya Dewi Isis. Sedangkan dalam
mitologi Yunani kuno ada kisah Dewa Zeus yang kawin dengan
Hera, yang merupakan kakak kandungnya sendiri. 10

2.4.Genetika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia genetika adalah cabang
ilmu hayat yang menerangkan sifat turun-temurun atau ajaran tentang
pewarisan.11 Genetika bisa diartikan ilmu cabang biologi yang berurusan
dengan hereditas dan variasi. Unit-unit herediter yang ditransmisikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya (dengan kata lain, diwariskan)
disebut gen. Gen terletak dalam molekul-molekul panjang asam
deoksiribonukleat ( deoksiribonucleic acid, DNA) yang ada dalam semua
sel. DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk bukleotida
dan terorganisasi menjadi struktur yang disebut kromosom yang
ditemukan dalam nucleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung
kode informasi bagi produk protein. Normalnya, DNA adalah molekul
yang stabil dengan kapasitas untuk nereplikasi sendiri. Terkadang bisa
terjadi perubahan spontan pada suatu bagian DNA. Perubahan itu disebut
mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode DNA yang mengakibatkan
produksi protein yang salah atau tidak lengkap. Melalui proses mutasi,

10
Ibid., Halaman 48
11
Dendy Sugono. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa. Halaman 471

14 | P a g e
sebuah gen dapat berubah menjadi dua atau lebih bentuk alternative yang
disebut alel.
Pada masa awal perkembangan genetika, gen diduga berperilaku
sebagai sebuah partikel unit. Pertikel-partikel itu dipercaya tersusun di
kromosom seperti manik-manik yang teronce pada seutas benang. Sebuah
gen dalam kromosom dikatakan bertaut satu sama lain dan merupakan
anggota kelompok pertautan (linkage group) yang sama. Kemana pun
kromosom pergi, kromosom mengangkut semua gen yang berasosiasi
dengannya. 12
Genetika modern memungkinkan kita menulusuri garis keturunan,
sehingga kita dapat menemukan berbagai resep genetic yang tersembunyi
di dalam tubuh manusia dan semua makhluk hidup. Resep genetic dapat
menyebabkan sejarah biologis kita. Genetika merupakan cabang sains
baru, sebagian besar penemuan di bidang genetika terjadi pada abad 20,
sebelum muncul pemahaman ilmiah, dulu ada segudang mitos dan
takhayul tentang pewaris sifat.13

12
Susan L. Elrod. 2007. “Schaum’s Outlines Genetika” Jakarta: Erlangga. Halaman 1
13
Martin Brookes. 2005. “Bengkel Ilmu Genetika” Jakarta: Erlangga. Halaman 8

15 | P a g e
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pernikahan Sedarah dalam Al Qur’an

ِّ َ‫ َكا َن ف‬ٞ‫وَْل تَْن ِّكحوا ما نَ َكح اب ُؤُكم ِّمن النِّسا ِّء اَِّّْل ما َ ْْ َلَ َ ٓ اِّنَّه‬
َ‫اح َشة َّوَم َْتآ َو ََاءَ ََبِّْي‬ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُْ َ

“Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi
oleh ayahmu, kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau. Sungguh,
perbuatan itu sangat keji dan dibenci (oleh Allah) dan seburuk-buruk jalan
(yang ditempuh).” (QS. An Nisa’ ayat 22)
Tafsir dalam surah An-Nisa ayat 22 Allah melarang untuk menikahi
seseorang yang telah dinikahi oleh orang tua sendiri. Menikah secara bahasa
artinya menyatu sedangkan, menurut madzab Imam Syafi’i menikah adalah
ijab qabul. Misalnya seorang bapak yang memiliki anak berzina dengan
seorang perempuan maka anaknya boleh menikahi perempuan tersebut
karena hubungan bapak dengan dengan perempuan tersebut merupakan
hubungan yang haram. Sesuatu yang haram tidak akan mengharamkan yang
halal.
Pada masa jahiliyah jika seorang anak yang orang tuanya meninggal dan
orang tua tersebut menikah lagi anak tersebut datang kepada orang tua tirinya
untuk menikahi. Hal tersebut diharamkan karena orang tua tirinya merupakan

bekas dari orang tua kandungnya. Dalam ayat tersebut disebutkan ‫َما‬ bukan

ِْ ‫ َمن‬karena ayat tersebut turun menegaskan bahwa pernikahan sedarah harus


segera dihentikan tanpa melihat siapa pelakunya. Dalam ayat tersebut

ٓ‫َّوَم َْتا‬ yang berarti sangat dibenci Allah. ِّ


disebutkan
َ‫ََبْيَ َو ََاء‬ Allah

menegaskan bahwa jalan yang ditempuh (pernikahan sedarah) sangat tidak


dapat diterima akal dan adat.

16 | P a g e
17 | P a g e
ِّ ‫ت علَي ُكم اَُّمهتُ ُكم وب ن تُ ُكم واَخوتُ ُكم وعمتُ ُكم وخلتُ ُكم وب نت ْاْلَ ِّخ وب نت ْاْلُخ‬
‫ت‬ ْ ُ ََ ُ ََ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ََ ْ ْ ْ َ ْ ‫ُح ِّرَم‬
‫ت نِّ َساىٓ ِِّ ُك ْم َوَرَبىٓ ِِّبُ ُك ُم ال ِّ ْت ِّ ِْف‬ ِّ ‫الرض‬
ُ ‫اعة َواَُّمه‬
ِّ
َ ‫َواَُّمهتُ ُك ُم ال ِّ ْتٓ اَْر‬
َ َ َّ ‫ض ْعنَ ُك ْم َواَ َخوتُ ُك ْم م َن‬
ِِّّ َّ ِّ ِِّّ ِّ ِّ ِّ ِّ
َ َ‫ُح ُج ْورُك ْم م ْن ن َساىِٓ ُك ُم ال ِّ ْت َد َخ ْلتُ ْم ِب َّنٓ فَا ْن َّلْ تَ ُك ْونُ ْوا َد َخ ْلتُ ْم ِب َّن فَ ََ ُُن‬
ٓ ‫اَ َعلَْي ُك ْم‬
ِّ ِّ ‫وح ََىٓ ِِّ ُل اَب ناىٓ ِِّ ُكم الَّ ِّذين ِّمن اَص ََبِّ ُكمٓ واَ ْن ََتمعوا ب ْي ْاْلُخت‬
َ َ‫ْي اَّْل َما َ ْْ ََل‬
َ ْ َْ َ َْ ُْ َ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ ُ َْ ََ
‫ٓ اِّ َّن اللَ َكا َن َف ُو ْورا َّرِّحْيما‬
“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang
perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu
yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu,
saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak
perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang
telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan
sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan
diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan)
mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali
yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’ ayat 23)
Dalam An-Nisa ayat 23 Allah menjelaskan 14 kelompok yang tidak boleh
dinikahi melalui 4 jalur. Tujuh sebab nasab (keturunan), dua sebab rhada’
(saudara persusuan), empat sebab pernikahan, dan satu sebab lainnya.
1. Mahram muabbad (Haram dinikahi selamanya)
1) Disebabkan oleh adanya hubungan kekerabatan atau nasab yaitu
ibu, anak, saudara, saudara ayah, saudara ibu, anak dari saudara
laki-laki dan anak dari saudara perempuan. Abdullah ibn Yusuf
menyampaikan kepada kami, Malik mengabarkan pada kamu,
dari Abi al-Zinad dari Al-A’raj, dari Abi Hurairah R.A berkata :

18 | P a g e
Janganlah kamu mengumpulkan (dalam pernikahan) perempuan
dengan bibinya (dari pihak ayah) dan perempuan dengan
bibinya (dari pihak ibu)
2) Disebabkan adanya hubungan perkawinan yang disebut dengan
hubungan musharah yang meliputi;
(1) Perempuan yang telah dikawini oleh ayah atau ibu tiri
(2) Perempuan yang telah dikawini oleh anak laki-laki atau
menantu
(3) Ibu istri atau mertua
(4) Anak dari istri dengan ketentuan istri telah digauli.
(5) Karena hubungan persusuan; meliputi ibu susuan, anak
susuan, saudara susuan, paman susuan, bibi susuan dan anak
saudara laki-laki atau perempuan susuan.
Yahya ibn Yahya menyampaikan kepada kami, ia berkata :
aku membacakan kepada Malik, dari Abdillah ibn Abi Bakr
dari Amrah bahwasanya Aisyah R.A mengabarkan, ketika
Rasulullah SAW bersamanya, dan ketika ia mendengar suara
laki-laki meminta izin untuk memasuki rumah Hafsah,
Aisyah berkata : aku berkata ; ya Rasulullah, laki-laki itu
meminta izin memasuki rumahmu, maka Rasulullah SAW
bersabda; aku lihat dia adalah si fulan paman sesusuan
Hafsah maka Aisyah berkata; Ya Rasulullah, seandainya
fulan paman sesusuan Aisyah masih hidup, bolehkan ia
masuk ke rumahku ? Rasulullah SAW bersabda; ya,
sesungguhnya susuan mengharamkan apa yang diharamkan
oleh hubungan kelahiran (darah)
(6) Istri yang putus perkawinannya karena li’an
(7) Perempuan yang dikawini waktu iddah.
2. Mahram ghoiru muabbad adalah seseorang yang haram dinikahi
untuk sementara waktu, diantaranya:
1) Mengawini dua orang saudara dalam satu masa

19 | P a g e
2) Poligami di luar batas
3) Larangan karena ikatan perkawinan
4) Larangan karena talak tiga
5) Larangan karena ihram
6) Larangan karena perzinaan (Kawin dengan pezina atau kawin
dengan perempuan hamil karena zina)14
Berdasarkan hasil wawancara kepada HM. Dzulhilmi As’ad, S.Ag
didapatkan data bahwa, “Dalam An Nisa’ ayat 23 ‫ ُح ِّر َمت‬sendiri bentuk
kalimatnyanya merupakan mabni majhul. Tidak disebutkan secara spesifik
perintah tersebut untuk siapa, yang berarti larangan tersebut jelas berlaku
untuk semua orang tanpa terkecuali.”
ِّ ِّ ‫والْمحصنت ِّمن النِّسا ِّء اَِّّْل ما ملَ َكت اَْيانُ ُكم ٓ كِّت‬
َ‫ب الل َعلَْي ُك ْم ٓ َواُح َّل لَ ُك ْم َّما َوَراء‬
َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ُْ َ
‫ ِّمْن ُه َّن فَاتُ ْوُه َّن اُ ُُ ْوَرُه َّن‬ٞ‫اَتَ ْمتَ ْعتُ ْم بِّه‬ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ
ْ ‫ْي ٓ فَ َما‬ َ ْ ‫ذل ُك ْم اَ ْن تَْب تَ غُ ْوا ِّبَْم َوال ُك ْم ُُّّْمصن‬
َ ْ ‫ْي َفْي َر ُم َسافح‬

‫ض ِّةٓ اِّ َّن اللَ َكا َن َعلِّْيما َح ِّكْيما‬ ِّ ِّ


َ ْ‫ م ْنٓ بَ ْعْ الْ َو ِّري‬ٞ‫اضْي تُ ْم بِّه‬
ِّ
َ ‫اَ َعلَْي ُك ْم فْي َما تَ َر‬ َ ْ‫فَ ِّري‬
َ َ‫ضة ٓ َوَْل ُُن‬
“Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami,
kecuali hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki sebagai
ketetapan Allah atas kamu. Dan dihalalkan bagimu selain (perempuan-
perempuan) yang demikian itu jika kamu berusaha dengan hartamu untuk
menikahinya bukan untuk berzina. Maka karena kenikmatan yang telah kamu
dapatkan dari mereka, berikanlah maskawinnya kepada mereka sebagai suatu
kewajiban. Tetapi tidak mengapa jika ternyata di antara kamu telah saling
merelakannya, setelah ditetapkan. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana” (QS. An Nisa’ ayat 24)
Dalam An-Nisa ayat 24 wanita tawanan perang yang suaminya meninggal
boleh ditawan dan diambil menjadi budak atau bisa dikawini jika sudah
menjadi budak orang lain maka tidak boleh dikawini selain izin dari
majikannya.

14
Sholihin Shobroni. 2018. Hukum Pernikahan Islam Modul Matakuliah. Halaman 31-33

20 | P a g e
Dalam ayat di atas disebutkan ‫ْي‬ ِّ ِّ
َ ْ ‫ ُمسافح‬berasal dari kata ‫ ََوح‬yang artinya
َ
menuangkan air. Maksudnya asal usul manusia berasal dari pancaran air. Jika
seorang menikah hanya untuk memancarkan air maka pernikahan tersebut
bisa jadi diharamkan karena tujuannya bisa untuk jadi berzina. Pendapat
tersebut dikemukakan oleh Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc.,
M.A. (2008) dalam kitabnya tafsir Al Mishbah yang sebelum ayat tersebut
sebenarnya Allah telah menjelaskan tentang pernikahan.
Berdasarkan hasil wawancara kepada HM. Dzulhilmi As’ad, S.Ag
didapatkan data bahwa, “Pernikahan sedarah merupakan pernikahan yang
melibatkan seorang laki-laki baik perempuan yang masih memiliki ikatan
sedarah dan sudah jelas dilarang Allah SWT sebagaimana terkandung dalam
Al Qur’an. Alasan diharamkannya karena pernikahan sedarah memiliki
kedekatan (gen tubuh hampir sama) psikologis, kedekatan kekeluargaan, atau
saudara. Namun, jika sudah terlanjur maka lebih baik untuk diceraikan.
Berbeda pada zaman Nabi Adam A.S dimana pernikahan sedarah dihalalkan.
Hal tersebut dikarenakan perbedaan syari’at diamana pada masa Nabi Adam
A.S belum banyak manusia. Sedangkan syariat Nabi Muhammad SAW.
sendiri merupakan menghapus syariat terdahulu. “
Perkawinan antara keluarga dekat dapat melahirkan anak cucu yang lemah
jasmani dan rohani, ada juga yang meninjau dari segi keharusan menjaga
hubungan kekerabatan agar tidak menimbulkan perselisihan atau perceraian
sebagaimana yang dapat terjadi antar suami istri. Ada lagi yang memandang
bahwa sebagian yang disebut di atas, berkedudukan semacam anak, saudara,
dan ibu kandung, yang kesemuanya harus dilindungi dari rasa berahi. Ada
lagi yang memahami larangan perkawinan antara kerabat sebagai upaya Al-
Quran memperluas hubungan antarkeluarga lain dalam rangka mengukuhkan
satu masyarakat.15

15
M. Quraish Shihab. 2007. “Wawasan Al- Qur’an.” Bandung: Mizan. Halaman 259

21 | P a g e
3.2 Dampak Keturunan dari Segi Sains
3.2.1 Dalam Segi Genetika
Tidak ada dua orang yang persis sama. Bahkan kembar identik,
yang memiliki komposisi genetik yang sama, tidak persis sama.
Keunikan tersebut sebagian disebabkan oleh gen yaitu suatu set
instruksi yang tersandi di dalam tubuh kita. Gen dalam tubuh kita
diwariskan dari kedua orang tua kita, separuh dari ibu kita, dan separuh
dari ayah kita. Itulah mengapa seringkali kita tampak lebih mirip
dengan orang tua dan saudara laki-laki atau perempuan kita
dibandingkan dengan orang lain, karena kita dan keluarga memiliki
resep genetik yang mirip. Gen tidak hanya menghubungkan kita dengan
kerabat terdekat (orang tua, kakek-nenek, dan seterusnya). Tetapi juga
dengan kerabat dalam garis evolusi yang sama 16
Disiplin ilmu genetika modern menegaskan bahwa kemiripan
antara anak dan kedua orang tuanya bisa jadi tidak kentara karena silih
bergantinya karakter-karakter fisik dari bapak kita
Ustadz H. Ach. Sholahuddin, S.P. selaku guru mapel biologi
mengatakan “Dampak genetika dari pernikahan sedarah karena
bertemunya homozigot ressesive yang memunculkan kelainan pada
keturunannya.”
Adam dan ibu kita Hawa hingga lahirnya anak manusia. Sebagian
karakter- karakter ini barangkali tampak menonjol (dominan), dan
sebagian lagi terpendam (recessive). Jika kebetulan si ayah dan si ibu
atau leluhur keduanya sama-sama membawa karakter recessive.
(misalnya berkulit hitam) maka akan dipastikan akan ada yang
membawa karakter recessive. Sudah terbukti secara ilmiah bahwa

16
Martin Brookes. 2005. Terj. Anggia Prasetyoputri. Bengkel Ilmu Genetika Jakarta: Erlangga.
Halaman 6

22 | P a g e
keluarga dekat tingkat dua(sepupu/anak-anak paman dan bibi) memiliki
kesamaan gen hingga presentase tertentu, sehingga jika terjadi
perkawinan antara mereka maka tingkat kemunculan karakter recessive
pun meningkat, dan bisa jadi sebagiannya merupakan faktor penyebab
sejumlah penyakit yang membuat keturunan yang dihasilkan lahir
lemah atau cacat. Salah satu penyakit keturunan yang dibawa oleh
karakter recessive dan muncul dengan adanya perkawinan sedarah
tingkat pertama, apalagi yang berlangsung beberapa generasi berturut-
turut, adalah penyakit thalassemia dengan beragam jenisnya (mayor,
minor, alfa, dan beta). Penyakit ini mengakibatkan gejala kekurangan
darah akut dan paling banyak tersebar di kawasan lembah Laut Tengah.
Penyakit sejenis yang ditimbulkan oleh pernikagan sedarah adalah
penyakit “mangalia” yang sama-sama menyebabkan kekurangan darah
akut dan tersebar di negara-negara Afrika yang miskin dan kawasan-
kawasan pandemi malaria17
Begitu pula menurut pendapat Ustadz Mujazin S.Pd., M.Pd.I.
selaku guru eksak, “Dalam dunia genetika kelainan dalam pernikahan
sedarah terjadi dimana wanita carrier yang membawa gen ressesive
bertemu dengan sesama gen recessive. Sehingga memunculkan genotip
yang sebelumnya tertutupi. Bahkan mengakibatkan gen letal (mati). Hal
tersebut yang memunculkan penyakit keturunan seperti hemofilia,
albino, dsb. Pengaruh kelangsungan hidup dari hasil dari pernikahan
sedarah ada yang mengalami sakit, muncul perlahan penyakit
keturunan, atau bahkan langsung menuju kematian. “
Ditinjau dari sudut pandang genetika, perkawinan sedarah atau
berdekatan keluarga disebut inbreeding (cosanguineus). Hal ini berlaku
untuk dua individu yang melakukan hubungan perkawinan dalam suatu

17
Zaghlul An-Najjar. 2007. Pembuktian Sains Dalam Sunnah. Jakarta: Amzah. Cet-1.
Halaman 113

23 | P a g e
keluarga atau dengan keluarga terdekat. Individu hasil inbreeding
disebut indbred sedangkan lawan dari inbreeding adalah outbreeding
(perkawinan random). Derajat keparahan inbreeding tergantung dengan
tingkat kedekatan keluarga, semakin dekat ikatan keluarga akan
semakin memperbesar kesempatan mendapat keturunan yang memiliki
gen recessive (kemungkinan besar cacat). Inbreeding sangat
mempengaruhi komposisi gen keturunan yang dihasilkan, yaitu (a)
Kurangnya fraksi heterozigot secara keseluruhan; dan (b) Fraksi
homozigot akan bertambah (pada manusia yang memiliki gen recessive
homozigot menyebabkan banyak kelainan genetik dan kadang-kadang
letal (mati)).18
Ilmu pengetahuan modern juga menyatakan bahwa perkawinan
antar kerabat akan memunculkan sifat-sifat recessive. Dalam ilmu
genetik, perkawinan dengan sesama kerabat keluarga (sampai sejauh
sepupu II – great grandparents yang sama) disebut dengan
consanguineous marriage. Secara umum consanguineous marriage
diterjemahkan sebagai perkawinan sedarah. Penelitian-penelitian secara
populasional menunjukkan bahwa anak- anak hasil perkawinan sedarah
ini memiliki risiko lebih besar menderita penyakit-penyakit genetic
tertentu. Terutama yang sifat penurunannya autosomal recessive. Pada
penurunan sifat seperti ini, pembawa (carrier) tidak akan menunjukkan
gejala apapun. Sementara itu karena orang-orang dalam satu keluarga
memiliki proporsi materi genetik yang sama, maka suami istri yang
memiliki hubungan saudara juga memiliki risiko membawa materi
genetik yang sama. Anak yang dihasilkan dari perkawinan (sedarah
maupun tidak) dimana kedua orang tuanya adalah pembawa suatu
penyakit genetik autosomal recessive dapat menderita penyakit tersebut
(kemungkinan 25%), dapat menjadi carrier juga (kemungkinan 50%)

Anis Khafidzoh. Jurnal. “Perkawinan Sedarah dalam Prespektif Hukum Islam dan
18

Genetika”(Universitas Sains Al Qur’an) Halaman 74

24 | P a g e
atau sama sekali sehat dan bukan carrier (kemungkinan 25%) (Agung
Hidayat, Tt: 5).
Menurut pendapat Ustadzah Peni Kendarti, S.Pd. selaku guru
eksak mengatakan bahwa, “Dampak pernikahan sendiri dapat
mengakibatkan munculnya penyakit tersembunyi dalam keluarga, untuk
silsilah mengalami kerancuan, akan menimbulkan penyakit yang tidak
ada obatnya, bahkan dapat menghancurkan keluarga sendiri baik segi
ekonomi, sosial, maupun moral. Untuk penyakit yang tidak ada obatnya
bisa terjadi karena ulah dirinya sendiri (masa lalu keturunannya yang
belum terselesaikan) bisa karena ada unsur dosa besar dari
keluarganya, adzab ataupun laknat dari Allah SWT. Untuk kelainan
dari hasil pernikahan sedarah salah satunya adalah gangguan
kejiwaan atau gila. Faktor yang mempengaruhinya karena bertemunya
dua gen yang sama, sehingga memunculkan gen tersembunyi yang
membawa kelainan. Ketersediaan untuk menikah sedarah sendiri juga
sudah merupakan kelainan dari segi psikologisnya. Kelangsungan
hidupnya pun juga akan berbeda. Baik kondisi fisik yang mengalami
kecacatan, maupun cara berpikirnya yang sudah tidak normal.”

3.2.2 Penyakit yang Ditimbulkan


Dijelaskan oleh dr. Devia Irine Putri (2020) berikut ini penyakit
dari dampak pernikahan sedarah bagi masa depan anak
3. Hemofilia
Hemofilia menjadi salah satu penyakit yang juga diduga
dapat terjadi sebagai dampak perkawinan sedarah. Hemofilia
merupakan gangguan pembekuan darah, yang menyebabkan
darah jadi sulit membeku. Ini terjadi karena kurangnya faktor
pembekuan darah atau koagulasi di dalam tubuh. Hemofilia bisa
juga karena faktor genetik (keturunan). Jadi, resiko terjadinya
penyakit ini bisa sangat tinggi jika seseorang lahir di tengah
keluarga yang punya riwayat hemofilia.

25 | P a g e
4. Philadelphoi
Philadelphoi merupakan istilah yang digunakan untuk
pasangan yang menikah dengan saudara kandungan sendiri.
Menurut dr. Devia, tidak ada penjelasan medis yang tepat akan
jenis penyakit yang satu ini. Hanya saja, philadelphoi sering
dihubungkan dengan bayi lahir dalam kondisi meninggal atau
cacat akibat perkawinan sedarah pada zaman Yunani kuno.
5. Fumarase Deficiency
Fumarase deficiency (defisiensi fumarase) atau yang lebih
dikenal dengan poligamist's down merupakan kondisi kesehatan
yang memengaruhi sistem saraf otak. “Penderita fumarase
deficiency lebih berisiko mengalami microcephaly ini merupakan
kondisi langka yang ditandai dengan ukuran kepala bayi lebih
kecil ketimbang anak lain seusianya,” kata dr. Devia
6. Cystic Fibrosis
Cystic fibrosis merupakan penyakit keturunan yang
menyebabkan munculnya lendir di dalam tubuh. Lendir ini
berbentuk kental dan lengket. Dalam keadaan yang normal, lendir
dalam tubuh akan berperan sebagai pelumas. Namun pada
penderita cystic fibrosis, lendir ini akan menyumbat jumlah
saluran di dalam tubuh. Penderita cystic fibrosis akan mengalami
gejala hidung mampet, batuk berdahak, mudah lelah, sesak napas,
dan infeksi saluran napas berulang.

7. Habsburg Jaw
Habsburg jaw merupakan kondisi di mana seseorang lahir
dengan bentuk rahang bawah lebih menonjol keluar. Tidak hanya
itu, kondisi ini juga menyebabkan penebalan bibir bagian bawah
secara ekstrem. “Habsburg jaw atau dalam medis disebut
mandibular prognathism akan menyebabkan penderitanya sulit
mengunyah makanan, berkomunikasi, dan mengalami gangguan

26 | P a g e
pencernaan. Beberapa studi menyebutkan, anak yang lahir dengan
kondisi habsburg jaw juga mungkin akan mengalami
keterbelakangan mental,” ungkap dr. Devia.19
Menurut pendapat HM. Dzulhilmi As’ad, S.Ag., “Dampak
keturunan dari pernikahan sedarah bisa terjadi dalam hal warisan,
atau faktor psikologinya dalam berumah tangga. Pada pernikahan
sedarah hakikatnya manusia kan tidak mempunyai nafsu. Tidak ada
dampak positifnya karena haram menurut agama, maka lebih banyak
sisi negatifnya.”
Begitu juga dengan pendapat dari Ustadzah Peni Kendarti, S.Pd.,
“Tidak ada dampak positif tersendiri bagi pelaku maupun korban dari
pernikahan sedarah. Namun, ada dampak positif tersendiri bagi orang
awam. Seseorang dapat mengambil pelajaran dari dampak negatif
tersebut dan dapat mengambil sikap untuk kelangsungan hidup. Tidak
yang perlu disalahkan, karena pernikahan sedarah terjadi juga
kehendak dari Allah SWT.”
Berbeda dengan pendapat Ustadz Mujazin, S.Pd., M.Pd.I.
mengatakan bahwa “Lahirnya Incest sendiri disebabkan oleh faktor
sosial. Dimana dalam suatu keluarga ada ketakutan hartanya kan
berkurang jika menikah dengan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa
salah satu dampak positifnya yaitu menjaga harta kekayaan, dan
kemurnian nasab.”

3.3 Pandangan Masyarakat Mengenai Pernikahan Sedarah


Perkawinan sedarah atau perkawinan antar spesies yang memiliki gen
sangat dekat memiliki akibat yang sangat serius. Resiko genetik pada
perkawinan sedarah memberikan alasan biologis yang bagus mengapa
perkawinan tersebut merupakan hal yang tabu dilakukan pada sebagian besar
masyarakat.
19
Tamara Anastasia. 2020. “Sederet Penyakit Langka Bagi Anak Hasil Pernikahan Sedarah”
diakses dari https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3644555/sederet-penyakit-langka-bagi-
anak-hasil-pernikahan-sedarah pada tanggal 24 Oktober 2021 puku 21.38

27 | P a g e
Berdasarkan hasil wawancara kami terhadap 4 narasumber. 90%
mengatakan bahwa pernikahan sedarah merupakan hal yang tabu atau tidak
wajar. Hal ini terjadi karena Indonesia sendiri yang mengedepankan agama.
Dan Indonesia sendiri juga menentang adanya pernikahan sedarah tersebut
tercantum dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 yang menjelaskan
tentang perkawinan. Larangan pernikahan sedarah ini juga dipertegas dalam
UU perkawinan pasal 8, yaitu: Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
1. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke
atas;
2. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara
saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang
dengan saudara neneknya;
3. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/bapak
tiri;
4. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara
susuan dan bibi/paman susuan;
5. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan
dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang;
6. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang
berlaku, dilarang kawin.
Pejabat yang ditunjuk berkewajiban menyegah berlangsungnya
perkawinan-perkawinan di atas. Pegawai Pencatat Perkawinan tidak
diperbolehkan melangsungkan atau membantu melangsungkan perkawinan
bila ia mengetahui adanya pelanggaran dari pasal di atas. Walaupun
menurut agama pernikahan tersebut tetap sah, namun negara atau hukum
tidak mengakuinya.
Seperti pendapat Ustadz Mujazin, S.Pd., M.Pd.I. “Tabu tidaknya
suatu perkara tergantung pada daerahnya. Seperti di Indonesia dimana lebih
dominan yang tidak setuju terhadap pernikahan sedarah. Berbeda dengan
negara-negara luar ada yang justru melindungi hal semacam pernikahan
sedarah. Berbeda dengan ilmu eksak yang bersifat state.”

28 | P a g e
Banyak sekali pelaku pernikahan sedarah (incest) di Indonesia yang
hidup dalam pengasingan. Faktor utamanya karena lingkungan masyarakat
yang tidak menerima. Hal tersebut dilakukan karena menikah sedarah
merupakan hal yang tidak normal. Sehingga dikhawatirkan akan
mempengaruhi masyarakat lainnya.

29 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pernikahan sedarah merupakan pernikahan antara laki-laki dan
perempuan yang masih memiliki kedekatan hubungan darah, atau dalam
islam disebut mahram. Dari uraian diatas telah disebutkan bahwa
pernikahan sedarah tidak boleh dilakukan. Bahkan tidak ada toleran untuk
orang yang belum tau hukumnya dan sudah terlanjur melakukan pernikahan
sedarah tersebut, maka jika sudah tau harus diceraikan. Hal tersebut sudah
dipertegas dalam Al Quran surah An Nisa ayat 23 bahwa Allah jelas
menyebutkan haram.
Lalu jika ditinjau dari segi sains, ada banyak sekali dampak keturunan
dari pernikahan sedarah. Dampak yang ditimbulkan menjadi muncul gen
atau penyakit keturunan yang sebelumnya tertutupi, atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian. Hal tersebut dikarenakan bertemunya gen
recessive dengan sesama gen recessive (homozigot recessive). Oleh karena,
banyaknya kemungkinan penyakit yang akan terjadi. Maka lebih baik
pernikahan sedarah itu dihindari.
Sedangkan ditinjau dari segi social kebanyakan lingkungan
masyarakat Indonesia tidak mau menerima pelaku ataupun korban dari
pernikahan sedarah. Hal tersebut dilakukan karena menikah sedarah
merupakan hal yang tidak normal. Dikhawatirkan akan mempengaruhi
masyarakat lainnya. Akibatnya banyak sekali orang-orang tersebut yang
hidup menjauh dari masyarakat atau hidup dalam pengasingan

4.2 Saran
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini diharapkan pembaca
bisa lebih berhati-hati pada pernikahan yang memungkinkan terjadinya
pernikahan sedarah yang mengakibatkan rusaknya kelestarian manusia

30 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Tamara. 2020. “Sederet Penyakit Langka Bagi Anak Hasil Pernikahan Sedarah”
diakses dari
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3644555/sederet-penyakit-langka-bagi-anak-hasil-pe
rnikahan-sedarah pada tanggal 24 Oktober 2021 puku 21.38

Arnani, Mela. “Pernikahan Sedarah, dari Tabu hingga Catatan Sejarah Anak yang Jadi Korban”,
diakses dari
https://sains.kompas.com/read/2019/07/06/085801723/pernikahan-sedarah-dari-tabu-hingga-cata
tan-sejarah-anak-yang-jadi-korban?page=all pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 14:04

Brookes, Martin. 2005. “Bengkel Ilmu Genetika” Jakarta: Erlangga

Elrod L, Susan. 2007. “Schaum’s Outlines Genetika” Jakarta: Erlangga

Ensiklopedia Bebas, Wikipedia Bahasa Indonesia, “Mahram”, diakses dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Mahram#Referensi pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 22:50

Ensiklopedia Bebas, Wikipedia Bahasa Indonesia, “Pernikahan dalam Islam”, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 22:04

Hadi, Abdul. "Pernikahan dalam Islam: Pengertian, Hukum dan Tujuannya", diakses
dari https://tirto.id/gaWS pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 21:58

Khafidzoh, Anis. Jurnal. “Perkawinan Sedarah dalam Prespektif Hukum Islam dan
Genetika”(Universitas Sains Al Qur’an)

Mustofa, Ali. Skripsi: “Status Hak Waris Anak dari Pernikahan Sedarah Prespektif Fiqh
Kontemporer” (Malang:UIN Maulana Malik Ibrahim, 2010)

M. Quraish Shihab. 2007. “Wawasan Al- Qur’an.” Bandung: Mizan

“Pengertian Pernikahan Sedarah Incest”, diakses dari


https://text-id.123dok.com/document/lzgrr627q-pengertian-perkawinan-sedarah-incest.html
diakses pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 23:10

Shobroni, Sholihin. 2018. Hukum Pernikahan Islam Modul Matakuliah

Sugon,Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa


LAMPIRAN-LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA

Berikut merupakan hasil wawancara dengan HM. Dzulhilmi As’ad, S.Ag yang kami
wawancarai tanggal 3 November 2021.

1. Menurut njenengan sendiri pernikahan sedarah niku seperti apa?

“Pernikahan sedarah adalah pernikahan yang melibatkan seorang laki-laki baik


perempuan yang masih memiliki ikatan sedarah. Seperti pada zaman nabi Musa dalam
keluarga istana Firaun.”

2. Bagaimana islam memandang pernikahan sedarah?

“Pandangan Islam terhadap pernikahan sedarah sudah tertuang dalam QS.An-nisa ayat
23 yaitu haram”

3. Mengapa pernikahan sedarah diharamkan?

“Pernikahan sedarah diharamkan karena hubungan darah memiliki kedekatan (gen


tubuh hampir sama) psikologis ,kedekatan kekeluargaan, atau saudara. Persaudaraan
yang boleh dinikah adalah sepupu selebihnya anaknya saudaranya itu diharamkan.”

4. Bagaimana hukumnya jika sudah terlanjur ?

“Hukum jika sudah terlanjur maka tidak apa-apa kan tidak tau, tetapi kalau sudah tahu
semestinya ya wajib diceraikan.”

5. Apa faktor pendorong terjadinya pernikahan sedarah?

“Diantaranya adalah pertama, tidak pahamnya hukum agama. Kedua, tidak peduli
tentang masalah syariat islam. Syariat nabi terdahulu juga mengharamkan. Seperti
zaman nabi Yahya a.s atau Nabi Zakariyya as. ada raja yang menikahi keponakannya
sendiri tetapi ditentang oleh Nabi Yahya a.s raja tersebut mencoba menyuap atau
merayu Nabi Yahya tetapi tetap ditentang oleh beliau.”

6. Bagaimana dampak keturunannya ?

“Dampak keturunan dari pernikahan sedarah bisa terjadi dalam hal warisan, atau faktor
psikologinya dalam berumah tangga. Pada pernikahan sedarah hakikatnya manusia kan
tidak mempunyai nafsu.”

7. Apa dampak positifnya ?

“Tidak ada dampak positif dalam pernikahan sedarah karena sudah perintah agama
haram, maka tidak ada positifnya dan lebih banyak negatifnya.”

8. Apa ada tokoh pemuka islam yang pernah melakukan pernikahan sedarah?

“Tidak ada tokoh yang melakukannya karena sudah jelas larangan Allah. ْ‫ ُح ِّر َمت‬sendiri
bentuk kalimatnyanya merupakan mabni majhul, bukan untuk orang yang dikhususkan
namun berlaku untuk semua orang siapapun itu.”

9. Bagaimana sistem pernikahan pada zaman nabi Adam ?

“ Zaman Nabi Adam a.s berbeda syariat maka diperbolehkan karena gak ada manusia
lagi tetapi harus tetap disilang. Contoh perbedaan syariat misalnya pada zaman Nabi
Khidir a.s berani membunuh anak kecil. Sedangkan secara syariat nabi Musa hal
tersebut melanggar syariatnya. Padahal Nabi Khidir tahu bahwa ketika dewasa anak
tersembut tumbuh menjadi anak yang durhaka. Pada zaman Nabi Muhammad SAW
sendiri syariatnya yaitu menghapus syariat terdahulu.”
10. Menurut njenengan pernikahan sedarah itu termasuk hal yang tabuh atau wajar?

“Pernikahan sedarah merupakan hal yang tidak wajar (tabuh), masih banyak orang lain
yang halal dinikahi kalau bisa dihindari.”
Berikut hasil wawancara dengan Ustadzah Peni Kendarti, S.Pd yang kami wawancari pada
tanggal 15 November 2021

1. Apa pengertian pernikahan sedarah menurut njenengan?

“Secara umum hukum pernikahan sedarah adalah haram karena bisa memunculkan
berbagai penyakit yang tersembunyi dalam keluarga yang belum diketahui sebelumnya
dan tidak ada obatnya (dosa besar, diazab, dilaknat) disembuhkan melalui orang yang
disakiti serta diri sendiri dengan cara meminta maaf dan obatnya kembali pada diri sendiri
serta dibantu oleh orang sekitar dengan cara ngomong pada yang bersangkutan dilhat dari
sorot matanya karena manusianya tidak salah tapi ada kolaborasi jin, iblis dan faktor
keluarga, untuk silsilahnya sendiri tidak bisa disilsilahkan atau rawan.”

2. Apa dampak dari segi biologis?

“Dampak biologis dari pernikahan sedarah ada pada nafsu manusia sendiri.”

3. Apa penyakit atau kelainannya?

“Kelainan yang ditimbulkan dari pernikahan sedarah ada banyak diantaranya: Gila, faktor
gen (sama sama ketemu genetiknya ada gen tersembunyi)”

4. Apa ada pengaruh kelangsungan hidup dari hasil pernikahan sedarah?

“Kita tidak bisa menyalahkan mereka yang melakukan pernikahan sedarah karena itu pola
hidup mereka, factor yang memengaruhi berasal dari mereka sendiri. Bisa jadi karena
factor masa lalu mereka yang belum terselesaikan dan hal tersebut juga terjadi karena dosa
besar, adzab, maupun laknat Allah. Sebenarnya ini bukan salah mereka karena ini takdir
dari Allah. Takdir itu ada yang baik dan buruk. Allah menciptakan takdir buruk tersebut
untuk keseimbangan dunia sendiri ada yang baik ada yang buruk.”
5. Apa ada dampak positifnya?

“Dampak positif dari pernikahan sedarah tidak ada tetapi bagi orang awam ini dapat
menjadi ibrah agar dapat mengambil pelajaran dari kejadian tersebut, kita dapat
mengambil sikap untuk kelangsungan hidup.”

6. Menurut njenengan pernikahan sedarah itu termasuk hal yang tabu atau wajar?

“Tabu atau tidaknya tergantung dari daerah atau negara masing seperti di Indonesia sendiri
pernikahan sedarah termasuk kedalam hal yang tidak tabu karena merupakan aib yang
pelakunya harus disendirikan dari masyarakat, tindakan ini tidak termasuk diskriminasi
karena setiap orang yang tidak teratur, tidak beragama dan semua orang bersalah pasti
disendirikan seperti dipenjara supaya tidak memengaruhi orang yang normal.”
Berikut hasil wawancara dengan Ustadz Mujazin, S.Pd, M.Pd.I yang kami wawancarai
pada tanggal 15 November 2021

1. Apa pengertian pernikahan sedarah?

“Dalama islam, pernikahan sedarah disebut pernikahan dalam satu keluarga (semahram).”

2. Apa dampak dari segi biologis?

“Menimbulkan penyakit keturunan yaitu hemofili. Hemofili adalah kelainan pada manusia
jika terjadi pendarahan pada tubuh manusia tidak bisa berhenti, albino (penyakit kelainan
pada kulit), penyakit gen fenotip.”

3. Apa penyakit atau kelainannya?

“Dalam dunia genetik genotip dapat menimbulakan hemofili (fenotip) sehat bertemu
dengan gen letal yang dapat menyebabkan kematian, Wanita karir, Munculnya penyakit
akibat bertemunya gen resesif dengan resesif.”

4. Apa ada pengaruh kelangsungan hidup dari pernikahan sedarah?

“Pengaruh kelangsungan hidup bagi pelaku pernikahan sedarah yaitu:

a. Mengalami sakit

b. Menyebabkan kematian secara langsung

c. Munculnya penyakit keturunan secara perlahan

d. Mengalami perbedaan kondisi fisik atau kelainan

e. Tidak bisa berpikir secara normal (tempat tinggal kumuh dan berbeda dari manusia
normal)”
5. Apa ada dampak positifnya?

“Lahirnya inces, dalam factor sosial takut hartanya berkurang jika menikah dengan orang
lain yang bukan keluarga sendiri dan untuk menjaga kemurnian nasab.”

6. Menurut njenengan pernikhan sedarah itu termasuk hal yang tabu atau wajar?

“Di Jerman sendiri PSK dilindungi ada ketentuan yang mengaturnya intinya tergantung
dimana kita berada. Jika di Indonesia sendiri yang lebih mengedepankan agama, maka hal
tersebut termasuk tabu.”
Hasil wawancara dengan Ustadz H. Ach. Sholahuddin, S.P. yang kami wawancarai pada
tanggal 12 November 2021

1. Menurut pandangan sains dampak pernikahan sedarah niku pripun?

“Dampak genetika dari pernikahan sedarah karena bertemunya gen ressesive dengan
sesama gen ressesive yang memunculkan kelainan pada keturunannya. Pada dasarnya
kelainan tersebut muncul disebabkan bertemunya homozigot ressesive. Jika gen ressesive
bertemu dengan gen dominan maka hanya sebagai carrier. Nampak secara genotip, tapi
tidak secara fenotip.”
DOKUMENTASI

 Wawancara dengan HM. Dzulhilmi As’ad, S.Ag


 Wawancara dengan Ustadzah Peni Kendarti, S.Pd

 Wawancara dengan Ustadz Mujazin, S.Pd, M.Pd.I

Anda mungkin juga menyukai