KERANGKA TEORI
menunjukkan juga perbedaan focus dan locus penelitian serta teori dan metode
yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti teori organisasi. Pembahasan dimulai
dari pandangan teori tradisional pada tahun 1950 - 1960 sampai dengan
signifikan , tetapi sangat sulit untuk mencari yang terbaik karena kompleksitas
efektivitas organisasi dan setiap organisasi memiliki kriteria yang berbeda. Sangat
23
24
kompleks.
yang signifikan ter-hadap pemahaman yang lebih jelas, namun masih sedikit yang
dapat memberikan manfaat secara signifikan kepada para peneliti dan manager
tersebut dimuati dengan serangkaian value judgment yang biasanya saling terjadi
dasar penelitian empiris yang telah dilakukan perlu mengupayakan suatu model
dikutip dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain sebagai berikut :
hal focus penelitian dan locus penelitian. Peneliti mengangkat suatu model yang
karena terdapat perbedaan focus dan locus penelitian, maka dengan sendirinya
hasil penelitian pun menjadi sangat berbeda; dan tidak mungkin terjadi plagiat.
menggunakan teori Tyson & Jackson untuk menyusun konsep dan instrumen
penelitian. Dengan perbedaan teori tersebut maka dengan sendirinya konsep dan
berbeda focus dan locus penelitian, maka hasil penelitian pun menjadi sangat
dan diapresiasi.
yang dikutip dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain sebagai
berikut :
hal focus penelitian dan locus penelitian. Peneliti mengangkat pelaksanaan fungsi
sebagai fokus penelitian dan menjadikan Kota Palub sebagai locus penelitian;
terdapat perbedaan focus dan locus penelitian, maka dengan sendirinya hasil
penelitian pun menjadi sangat berbeda; dan tidak mungkin terjadi plagiat.
organisasi dari Steers sebagai landasan terotik penyusunan konsep dan instrumen
penelitian. Penulis menggunakan teori Tyson & Jackson untuk menyusun konsep
sendirinya konsep dan instrumen penelitian serta hasil penelitian pun menjadi
angat berbeda.
berbeda focus dan locus penelitian, maka hasil penelitian pun menjadi sangat
dan diapresiasi.
Guna menjawab dua pertanyaan penelitian yang diajukan pada awal penelitian
yang dikutip dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain sebagai
berikut :
30
hal focus penelitian dan locus penelitian. Peneliti mengangkat pelaksanaan fungsi
terdapat perbedaan focus dan locus penelitian, maka dengan sendirinya hasil
penelitian pun menjadi sangat berbeda; dan tidak mungkin terjadi plagiat.
organisasi dari Steers sebagai landasan terotik penyusunan konsep dan instrumen
penelitian. Penulis menggunakan teori Tyson & Jackson untuk menyusun konsep
sendirinya konsep dan instrumen penelitian serta hasil penelitian pun menjadi
angat berbeda.
dan locus penelitian, maka hasil penelitian pun menjadi sangat berbeda. Meskipun
demikian, hasil penelitian Saudara Suradi layak dijadikan rujukan dan diapresiasi
Prasarana Keamanan Laut Indonesia yang layak dianggap sebagai the new
reliable knowledge.
Karimun; dan (4) Konsep baru apa yang akan diperoleh dari analisis pengaruh
yang dikutip dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain sebagai
berikut :
35
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas sebagai fokus penelitian dan
organisasi sebagai obyek penelitian; namun karena terdapat perbedaan focus dan
locus penelitian, maka dengan sendirinya hasil penelitian pun menjadi sangat
organisasi dari Tyson & Jackson sebagai landasan terotik penyusunan konsep dan
namun karena focus dan locus penelitian berbeda, maka dengan sendirinya konsep
dan instrumen penelitian serta hasil penelitian pun menjadi angat berbeda.
dan juga karena terdapat perbedaan focus dan locus penelitian, maka hasil
36
Bebas dan Pelabuhan Bebas; konsep baru tentang Struktur Organisasi Pengelola
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas; dan konsep baru tentang
Bebas dan Pelabuhan Bebas yang layak dianggap sebagai the new reliable
knowledge.
yang dikutip dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain sebagai
berikut :
Fungsi Dinas Sosial sebagai fokus penelitian dan menjadikan Dinas Sosial
sebagai obyek penelitian; namun karena terdapat perbedaan focus dan locus
penelitian, maka dengan sendirinya hasil penelitian pun menjadi sangat berbeda;
organisasi dari Steers sebagai landasan terotik penyusunan konsep dan instrumen
teori tersebut dan karena focus dan locus penelitian berbeda, maka dengan
sendirinya konsep dan instrumen penelitian serta hasil penelitian pun menjadi
angat berbeda.
demikian, hasil penelitian Saudara Tati layak dijadikan rujukan dan diapresiasi
Tujuan Administrasi Usaha Kesejahteraan Sosial yang layak dianggap sebagai the
yang dikutip dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain sebagai
berikut :
hal focus penelitian dan locus penelitian. Peneliti mengangkat pengelolaan dana
organisasi sebagai obyek penelitian; namun karena terdapat perbedaan focus dan
locus penelitian, maka dengan sendirinya hasil penelitian pun menjadi sangat
Tyson & Jackson untuk menyusun konsep dan instrumen penelitian. Dengan
perbedaan teori tersebut dan karena focus dan locus penelitian berbeda, maka
dengan sendirinya konsep dan instrumen penelitian serta hasil penelitian pun
perbedaan focus dan locus penelitian, maka hasil penelitian pun menjadi sangat
baru tentang Kompetensi Pengelolaan Dana Desa Berbasis Elektronik yang layak
berikut :
yang dikutip dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain sebagai
berikut :
hal focus penelitian dan locus penelitian. Peneliti mengangkat faktor-faktor yang
terdapat perbedaan focus dan locus penelitian, maka dengan sendirinya hasil
penelitian pun menjadi sangat berbeda; dan tidak mungkin terjadi plagiat.
ekspilisit teori yang dijadikan landasan terotik penyusunan konsep dan instrumen
penelitian. Penulis menggunakan teori Tyson & Jackson untuk menyusun konsep
sendirinya konsep dan instrumen penelitian serta hasil penelitian pun menjadi
angat berbeda.
berbeda focus dan locus penelitian, maka hasil penelitian pun menjadi sangat
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi NTT,
telah memberikan ruang bagi peningkatan kinerja UPT Diklat Koperasi
dan UMKM dalam upaya pengembangan koperasi di Provinsi NTT.
Namun demikian, produktivitas kerja (pelaksanaan diklat) oleh UPT
Diklat Koperasi dan UMKM menurun, diakibatkan oleh keterbatasan
dana serta belum efektifnya proses mutasi ke UPT Diklat Koperasi dan
UMKM (pegawai yang dimutasi ke UPT Diklat Koperasi dan UMKM
bukan yang memiliki kompetensi di bidang Perkoperasian dan UMKM).
yang dikutip dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain sebagai
berikut :
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah sebagai fokus penelitian dan
menjadikan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Nusa
karena terdapat perbedaan focus dan locus penelitian, maka dengan sendirinya
hasil penelitian pun menjadi sangat berbeda; dan tidak mungkin terjadi plagiat.
eksplisit teori yang dijadikan landasan terotik penyusunan konsep dan instrumen
penelitian. Penulis menggunakan teori Tyson & Jackson untuk menyusun konsep
46
sendirinya konsep dan instrumen penelitian serta hasil penelitian pun menjadi
angat berbeda.
berbeda focus dan locus penelitian, maka hasil penelitian pun menjadi sangat
berikut :
yang dikutip dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain sebagai
berikut :
hal focus penelitian dan locus penelitian. Peneliti mengangkat kajian hubungan
namun karena terdapat perbedaan focus dan locus penelitian, maka dengan
sendirinya hasil penelitian pun menjadi sangat berbeda; dan tidak mungkin terjadi
plagiat.
eksplisit teori yang digunakan sebagai landasan terotik penyusunan konsep dan
maka dengan sendirinya konsep dan instrumen penelitian serta hasil penelitian
berbeda focus dan locus penelitian, maka hasil penelitian pun menjadi sangat
berbeda. Meskipun demikian, hasil penelitian Fianda layak dijadikan rujukan dan
diapresiasi.
tabel berikut :
Tabel 2.1
Kompilasi Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti dan Judul Penelitian Metode, Teori, Hasil, Keterangan
terjadi plagiat.
Teori dan Konsep Penelitian :
Peneliti menggunakan teori efektivitas
organisasi dari Steers sebagai landasan
terotik penyusunan konsep dan
instrumen penelitian. Penulis
menggunakan teori Tyson & Jackson
untuk menyusun konsep dan instrumen
penelitian. Dengan perbedaan teori
tersebut maka dengan sendirinya
konsep dan instrumen penelitian serta
hasil penelitian pun menjadi angat
berbeda.
Metode Penelitian : Peneliti
dan penulis sama-sama menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dan
analisis deskriptif. Penulis juga
menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dan analisis deskriptif namun
dikembangkan dengan metode analisis
triangulasi pengamat. Meskipun
terdapat persamaan dalam
menggunakan metodologi penelitian;
namun karena sangat berbeda focus dan
locus penelitian, maka hasil penelitian
pun menjadi sangat berbeda. Meskipun
demikian, hasil penelitian Muhajir
layak dijadikan rujukan dan diapresiasi.
.
9 Fianda Gammahendra, 2011, Object, Focus dan Locus Penelitian :
Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Peneliti dan penulis sama-sama
Efektivitas Organisasi - Studi Pada mengambil efektivitas organisasi
Persepsi Pegawai Tetap Kantor sebagai obyek penelitian; namun
Perwakilan Bank Indonesia Kediri, berbeda dalam hal focus penelitian dan
Jurnal Universitas Brawijaya locus penelitian. Peneliti mengangkat
kajian hubungan kausalitas di antara
Struktur Organisasi dengan Efektivitas
Organisasi sebagai fokus penelitian dan
menjadikan Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Kediri sebagai locus
penelitian; penulis mengangkat
pelaksanaan fungsi pencegahan
radikalisme dan terorisme di Indonesia
sebagai focus penelitian; dan penulis
menjadikan Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme sebagai
locus penelitian. Meskipun sama-sama
mengangkat efektivitas organisasi
sebagai obyek penelitian; namun
karena terdapat perbedaan focus dan
locus penelitian, maka dengan
sendirinya hasil penelitian pun menjadi
sangat berbeda; dan tidak mungkin
terjadi plagiat.
Teori dan Konsep Penelitian :
Peneliti tidak menunjukkan secara
eksplisit teori yang digunakan sebagai
landasan terotik penyusunan konsep
dan instrumen penelitian. Penulis
menggunakan teori Tyson & Jackson
untuk menyusun konsep dan instrumen
penelitian. Dengan perbedaan teori
tersebut maka dengan sendirinya
konsep dan instrumen penelitian serta
59
Kerangka teori terdiri atas grad theory : Ilmu Pemerintahan; middle range
theory : Teori Birokrasi; dan applied theory : Teori Organisasi, Teori Efektivitas
Organisasi. dan Teori Terorisme. Deskripsi tiga kelompok teori tersebut adalah
berikut :
under authority ... how men can be governed.” Menurut Mac Iver, pemerintahan
kekuasaan ... bagaimana manusia itu bisa diperintah. Searah dengan pendapat ini,
angkatan bersenjata, tetapi dua atau sekelompok orang dari sekian banyak
maksud dan tujuan bersama mereka, dengan hal-hal yang memberikan bagi
84) mengatakan :
yang mencakupnya, itu adalah bagian dan (b) monopoli praktis mengenai
kekuasaan paksaan. Menurut Van Poelje (1993:1) : “De bestuurskunde leert, hoe
men de openbare dienst het beste inricht en leidt.” Menurut Van Poelje, ilmu
penunjukkan cara kerja ke dalam dan ke luar struktur dan proses pemerintahan
Administrasi.
diperintah akan jasa publik dan layanan civil, dalam hubungan pemerintahan.
pemerintahan di atas yang bersifat subyektitas yang dikembangkan atas dasar non
ilmiah, mitos, normatif, dan lain-lain. Selain itu terdapat pemahaman dan
adalah pengetahuan yang terjadi dengan cara pemikiran tertentu atau berbagai
cara pemikiran sesuai dengan norma, metode, teknik dan lain-lain yang bersifat
mempunyai kebebasan atau value free yang lebih besar menuju realitas empiris
memerintah secara teoritis, metodik dan empiris yang eruji dan mengandung
2013: 2-3)
uraian dalam ilmu pemerintahan. Ilmu-ilmu yang sekarang kita sebut ilmu-ilmu
(pembedaan) di abab kedua puluh. Di dalam ruang lingkup ilmu-ilmu modern ada
berbagai ilmu pengetahuan pemerintahan yang salin berkait dan tumpang tindih.
keilmuannya yaitu ilmu kealaman, sosial dan humaniora pada dasarnya dalam
keajegan atau konsistensi ilmu harus ditinjau dari pendekatan filsafat lmu.
epistemologi, yaitu subyek, obyek, metode dan kebenaran yang erat kaitannya
dengan karateristik ilmu, dan c) aksiologi atau manfaan dan kegunaan ilmu bagi
Yassin (2013: 4), mempunyai konsistensi ilmia secara filsafat harus dipandang
dari:
harus dilihat dari pandangan ahli tentang definisi atau pemahaman tentang ilmu
baik secara internal maupun secara eksternal. (Supriatna dan Yassin, 2013: 5)
Selain itu, Guru Besar Ilmu Administrasi Publik UGM bernama Soempono
Prof. DR. Moeljarto Tjokrowinoto, MPA (2008: 83) menyatakan bahwa “ilmu
Poelje merupakan ilmu terapan yang mempelajari bagaimana dinas umum dengan
dengan penggunaan istilah kunde. Max Ivec (1958) dalam Yossi Adiwisastra
a science” (kita harus puas memandang pemerintahan lebih sebagai seni daripada
Rosethal (1977) dalam Soempono Djojowadono (2008) sebagai ilmu yang secara
A.Van Braam (dalam Supriatna dan Yassin, 2013: 7-8) mengatakan bahwa
pengetahuan ilmu pasti dan pengetahuan alam terutama pada aban dewasa ini;
tentu berbeda. Kemampuan ini tentu sangat diperlukan dalam mengelola tata
sebagai pengambil putusan dan mereka yang melaksanakan penelitian baik secara
eksternal yang dapat dibuat dalam bentuk matriks. Berikut ini matriks analisis
ASOCA yang cocok dengan negara Indonesia yang majemuk, dan memiliki letak
Faktor
Internal Ability Strength Agility
Faktor (kemampuan) (kekuatan) (kecerdasan)
Eksternal
(A) menggunakan (C) menggunakan (E) menggunakan
Opportunities kemampuan untuk kekuatan untuk kecerdasan untuk
(peluang) memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang
(B) melihat kemampuan (D) menggunakan (F) menggunakan
Culture untuk menghadapi kekuatan untuk tanggap kecerdasan untuk
(budaya) tuntutan lingkungan terhadap pengaruh mensiasati pengaruh
perubahan budaya perubahan budaya perubahan budaya
Gambar menampilkan matriks sebelas kotak yang melihat organisasi dari
faktor internal organisasi yaitu, ability, strength, dan agility serta melihat faktor
konotasi atau makna utama: Salah satunya adalah pandangan tradisional tentang
istilah yang didefinisikan oleh Weber dan dicirikan sebagai model Weberian,
ideal seperti kesatuan komando, garis hierarki yang jelas, pembagian kerja dan
spesialisasi, pencatatan, dan sistem prestasi untuk rekrutmen dan promosi, dan
terakhir, aturan dan regulasi untuk mengatur hubungan dan kinerja organisasi.
Inilah karakterisasi Weber sebagai birokrasi tipe ideal untuk pengembangan dan
modern terkait erat, dan bekerja sama sebagai instrumen organisasi yang
masyarakat, dan publik, birokrasi mengambil peran yang lebih besar karena posisi
keahliannya yang unik dan struktur yang berorientasi pada ketertiban, dan hampir
menuturkan :
keamanan. Birokrasi tipe ideal Weber adalah bentuk organisasi yang paling
Makna kedua dari birokrasi mengacu pada organisasi atau lembaga besar yang
terstruktur dengan misi, fungsi, dan proses serta berdampak signifikan terhadap
lingkungan internal dan eksternal. Ini adalah makna yang juga diadopsi oleh
Waldo (1992), makna yang bersifat kos dan berlaku untuk semua organisasi yang
cukup besar, baik swasta maupun publik, modern atau kuno. Sebenarnya jauh
dan diterapkan dalam penyelidikan ilmu sosial. Birokrasi Persia kuno sering
dicatat sebagai organisasi administrasi publik yang paling efisien dan efektif yang
berbicara tentang birokrasi federal, atau birokrasi lokal, pengertian ini sering kali
berlaku. Sementara tipe ideal Weber dikritik karena kaku, fleksibel, dan tidak
realistis, makna kedua tidak membuat klaim normatif meskipun dengan kinerja
disebutkan dalam akademisi, adalah yang oleh sosiolog dan ilmuwan politik
disebut sebagai "dinamis" dan meluas ke lembaga birokrasi militer dan keamanan
pemerintah dan pemerintahan di sektor publik dan swasta . Meskipun ada bahaya
untuk pemahaman yang lebih baik tentang istilah birokrasi. Kami juga dapat
menambahkan fitur utama dari semua birokrasi — apa pun arti yang kami
terapkan — dan itulah fakta bahwa semua birokrasi adalah bagian dari elemen
konstitutif dari sistem sosial yang lebih luas — masyarakat, pemerintah, dan
73
organisasi ekonomi dan budaya atau agama. Birokrasi, seperti organisasi lainnya,
adalah bagian dari, dan berfungsi di dalam, sistem masyarakat yang lebih luas
yang memperluas dan membatasi lingkungan dan kinerja mereka. Literatur yang
luas tentang birokrasi membuka banyak topik dan bidang penyelidikan dalam
ilmu social.
yang berkembang saat ini, yakni Birokrasi diartikan sebagai aparat yang diangkat
diartikan sebagai sifat atau perilaku pemerintahan yang buruk (patologi); dan
adalah suatu organisasi pemerintahan yang terdiri dari sub-sub struktur yang
memiliki hubungan satu dengan yang lain, yang memiliki fungsi, peran, dan
visi, misi, tujuan, dan program yang telah ditetapkan. Dengan pengertian ini,
sesuai aturan, cepat, tepat, mudah, murah, dan menghasilkan. Birokrasi dalam
dari sistem politik atau kepanjangan tangan dari pihak (partai) berkuasa, yang
koordinasi, resolusi konflik, dll), penetapan kebijakan publik, bersikap netral dan
antar individu. Teori ini juga termasuk dalam tradisi posisisonal karena masih
berada satu payung kajian mahzab klasik, selain teori empat system dari Rensit
pemikiran Max Weber. (Thoha, 1991: 43) Dalam konteks ini, Farazmand (2009:
6) mengemukakan :
birokrasi secara positif sebagai mesin pemerintahan, sistem yang diperlukan dan
sebagai bagian integral dari sistem pemerintahan dan pemerintahan, suatu bentuk
ketertiban dan stabilitas, dan badan eksekutif pemerintah tanpa tandingan. Ini
kontinuitasnya terhadap semua gangguan, dan daya tahan dan keahliannya, serta
kapasitasnya yang besar untuk melakukan tugas skala besar yang tidak dapat
dilakukan oleh organisasi lain ( Weber, 1947; Parsons, 1951; Goodsell, 1985).
Para pendukung birokrasi ini dan lainnya sering mengingatkan kita pada birokrasi
Persia kuno yang merupakan organisasi administrasi paling efisien dan paling
76
efektif dari Kerajaan Negara Dunia Achaemenid yang luas (559–330 SM).
Pandangan ini juga kritis terhadap birokrasi karena tidak demokratis dan tidak
birokrasi datang dari semua lapisan masyarakat: dari sosiologi hingga ilmu
politik, teori organisasi, ekonomi, dan administrasi publik (Merton, 1957; Mosher,
1968; Hummel, 1976). Solusi mereka tidak hanya mendobrak birokrasi dan
77
bisnis. Khas dari perspektif teoretis ini adalah para ahli teori ekonomi dan politik
realistis dan lebih seimbang. Di sini birokrasi dilihat dari sisi positif dan
negatifnya, seperti mata uang yang memiliki dua sisi yang mewakili baik dan
buruk. Literatur tentang perspektif ini juga berat, dengan Waldo mengingatkan
publik, dengan ciri-ciri positif di satu sisi dan negatif di sisi lain (Waldo, 1992;
dan tidak ada alternatif nyata selain birokrasi. Birokrasi baik jika diimbangi
fungsinya yang melayani kepentingan publik yang luas, bebas dari korupsi,
represi, dan kekakuan. Ini buruk bila melayani kelompok kepentingan tertentu —
Contoh semacam ini adalah birokrasi yang mengundang atau bergabung dengan
kediktatoran militer dan bekerja melawan tuntutan rakyat, masyarakat sipil, dan
Tindakan teroris dan terorisme seperti dua sisi pada mata uang yang
sama. Karena itu, diperlukan suatu konsep pemahaman yang komprehensif dan
melawan hukum dengan cara menebarkan teror secara meluas kepada masyarakat
dengan ancaman atau kekerasan, baik yang diorganisir maupun tidak, serta
menimbulkan akibat berupa penderitaan fisik dan atau psikologis dalam waktu
biasa (extra ordinary crime) dan kejahatan terhadap kemanusiaan (crime giants
humanity)
79
dikenal, dan untuk melenyapkan musuh-musuh revolusi yang diberi label. Dengan
sebagai alat politik. Memasuki abad ke-20, rezim Nazi Jerman dan Soviet Rusia,
dan membunuh mereka yang dianggap sebagai musuh negara. Lebih lanjut,
khususnya Chili dan Nikaragua. Sampai saat ini, terorisme sebagian besar,
meskipun tidak secara eksklusif, ditentukan oleh penggunaannya oleh negara. Dan
80
Seperti Irak, Suriah, Israel, Burundi, Rwanda, Zaire, Myanmar, Indonesia, Serbia
dipandang sebagai konsolidasi negara total yang sah. Mengacu pada persoalan
Oleh karena itu, terorisme memiliki sejumlah makna dan tafsir yang
dapat kita gunakan untuk menilai aksi terorisme di era kontemporer. Terorisme
81
adalah konsep yang sangat diperdebatkan dan ini adalah konteks di mana tindak
mengirimkan pesan. Ini adalah efek psikologis dari penggunaan rasa takut, karena
ia bukan korban tindakan teroris. Tapi khalayak yang lebih luas yang menjadi
sipil, sasaran simbolis dan acak dan biasanya, meskipun tidak secara eksklusif,
politik atas nama agama oleh orang-orang yang bermotivasi agama. Sebuah istilah
ada hubungan biasa antara agama dan kekerasan, daripada melihat studi tentang
Melibatkan intimidasi penduduk sipil agar tunduk. Hal ini terjadi ketika pihak
(2015:1) mengatakan :
82
faktor utama yang menghalangi setiap upaya untuk memberikan definisi formal
terorisme termasuk penggunaan istilah tersebut untuk tujuan politik; masalah yang
dimulai dan diakhiri); dan isu-isu yang terkait dengan karakteristik analitis
terorisme. Yang lain berpendapat bahwa sebagian besar kesulitan seputar definisi
pemerintah dan sarjana berusaha untuk mendefinisikan istilah tersebut terlalu luas
memanfaatkan definisi terorisme yang banyak dan beragam, definisi hukum terus
menjadi definisi utama dan yang diakui secara formal yang digunakan oleh
banyak pemerintah dan masyarakat. Mengingat ruang lingkup proyek ini, sangat
penting bahwa istilah-istilah seperti itu kemudian menjadi dasar yang mendasari
laporan ini.
resmi ditetapkan atau dibatasi oleh periode waktu mana pun, tetapi untuk tujuan
diskusi ini, secara kasar akan mencakup istilah dari akhir 1960-an hingga
hampir tidak ada literatur profesional yang didasarkan pada studi empiris.
spekulasi klinis dan formulasi teoritis, yang sebagian besar berakar pada tradisi
terorisme" diyakini didorong oleh motif dan dorongan tak sadar, yang berasal dari
memperhitungkan fakta bahwa ada tren yang merusak, dan oleh karena itu, anti-
sosial dan anti-budaya, dan bahwa dalam sejumlah besar orang ini cukup kuat
tulisan awal tentang dimensi psikologis dari perilaku teroris didominasi oleh
berlaku dalam praktik klinis pada saat itu. Dua tema yang secara konsisten
menjadi inti rumusan ini adalah (1) bahwa motif terorisme sebagian besar tidak
disadari dan timbul dari permusuhan terhadap orang tua dan (2) bahwa terorisme
adalah produk dari pelecehan dan penganiayaan dini. (Borum, 2004: 18)
Salah satu contoh paling awal dari yang pertama adalah Feuer (1969) Teori
sebagai reaksi psikologis anak laki-laki terhadap ayah, fenomena generasi yang
(Crenshaw, 1986, hal 390. 390) -391). Gagasan bahwa terorisme berakar pada
pelecehan masa kanak-kanak (seringkali gejala sisa yang tidak disadari) adalah
tema yang relatif umum, dan masih dipegang oleh beberapa analis kontemporer.
tidak terletak pada kesalahan kebijakan luar negeri Amerika ini atau itu, tetapi
antara narsisme dan terorisme pertama kali dikemukakan oleh Morf (1970) dan
kemudian dibahas oleh Lasch (1979), Crayton (1983), Haynal et al. (1983), Post
menghasilkan rasa diri yang rusak. Inti dari narsisme patologis adalah menilai diri
secara berlebihan dan merendahkan orang lain. Tidak sulit untuk melihat
psikoanalitik tentang narsisme adalah teori yang paling lengkap dan paling
dinamika narsistik adalah rasa diri yang muluk-muluk dan "imago orang tua yang
diidealkan" ("Jika saya tidak bisa sempurna, setidaknya saya menjalin hubungan
pemimpin karismatik dan bahwa beberapa kelompok disatukan oleh rasa diri yang
pengamat sebagai pemicu psikologis utama dari agresi teroris. Dalam konteks
perkembangan cara ini berkembang adalah bahwa sebagai anak-anak teroris yang
baru lahir sangat trauma, menderita pelecehan fisik kronis dan penghinaan
emosional. Hal ini menciptakan rasa takut dan kerentanan pribadi yang mendalam
86
yang menjadi inti konsep diri mereka. Untuk menghilangkan rasa takut ini dan
menciptakan citra diri yang lebih dapat ditoleransi, individu-individu seperti itu
merasa perlu untuk "mematikan" pandangan mereka tentang diri mereka sendiri
merendahkan orang lain. Hasil dari devaluasi terhadap orang lain ini - yang oleh
sebagian orang disebut sebagai "narsisme ganas" - meredam suara internal akal
dan moralitas mereka. Selanjutnya, rasa "harga diri" façade harga diri.
Penghinaan semacam itu dikenal sebagai “luka narsistik” dan merupakan pemicu
umum, dan penekanan pada narsisme secara khusus, telah mereda dalam
ini tidak menghasilkan banyak dukungan empiris. Sebagian besar ahli terkini di
bidang ini telah beralih ke pendekatan lain untuk mencari wawasan yang lebih
akurat dan lebih berguna untuk memahami teroris. (Borum, 2004: 19)
menunjukkan anggapan Laqueur bahwa tidak ada satu terorisme, tetapi banyak
merupakan siaran pers populer pertama yang populer tentang psikologi terorisme.
mereka juga jauh lebih luas daripada para penulis kontemporernya. Bukunya
memperkenalkan tipologi teroris Perang Salib yang sekarang populer dan sehari-
hari (terinspirasi secara idealis dan bertindak untuk tujuan yang lebih tinggi),
Orang gila (sering dimotivasi oleh keyakinan dan persepsi palsu yang timbul dari
penyakit mental mereka ). Hacker segera mencatat (dan dengan benar) "tentu saja,
tipe murni jarang ditemukan." Meski demikian, upaya ini memunculkan anggapan
bahwa terdapat perbedaan antara teroris dan bahwa fenomena dan aktor tidak
Upaya penting kedua dilakukan pada awal 1980-an oleh mantan psikiater
CIA, Jerrold Post. Post (1984) dibangun di atas model sebelumnya yang berusaha
dengan alasan bahwa dua bentuk disfungsi yang berbeda menghasilkan dua pola
orang ini dihipotesiskan berasal dari keluarga yang sangat disfungsional di mana
membalas kesalahan yang dilakukan oleh negara kepada orang tuanya. Intinya,
88
mereka memberontak melawan masyarakat luar karena loyalitas kepada orang tua
teori psikoanalitik, sebagian besar berjalan dengan sendirinya. Kerangka kerja dan
temuannya sebagian besar kurang relevan secara operasional. Pada bagian ini
kami mulai meninjau dan mengevaluasi cara dan sejauh mana penelitian ilmu
untuk, atau teori, terorisme. Ada banyak faktor di tingkat makro dan mikro yang
organik, dan bahkan faktor kebetulan semata. " (Freid,1982). Dengan pengakuan
psikologis dan perilaku dan teori untuk "psikologi terorisme." Hipotesis dan
temuan dari tinjauan ini seputar serangkaian pertanyaan fungsional yang mungkin
89
pelanggaran teroris) dan melepaskan diri dari terorisme ”(Horgan, 2001). Mereka
menganalisis faktor-faktor yang bekerja pada berbagai tahap menjadi, tetap, dan
tertentu yang akan memasuki proses menjadi teroris adalah motif dan kerentanan.
(1985) mencatat, "citra populer teroris sebagai individu yang dimotivasi secara
eksklusif oleh komitmen politik yang dalam dan keras mengaburkan realitas yang
organisasi teroris dan terlibat dalam terorisme sangat bervariasi di berbagai jenis
kelompok, dan juga dalam kelompok - dan mereka dapat berubah seiring waktu.
empat kategori motivasi di antara teroris: (1) kesempatan untuk bertindak, (2)
kebutuhan untuk dimiliki, (3) keinginan untuk status sosial, dan (4) perolehan
90
materi Penghargaan. Post (1990) telah melangkah lebih jauh dengan menyarankan
bahkan bahwa terorisme adalah tujuan itu sendiri, terlepas dari tujuan politik atau
menurut alur penalaran ini, menjadi dasar pemikiran tindakan yang didorong oleh
teroris. Memang, argumen sentral dari posisi ini adalah bahwa individu menjadi
masalah kerentanan dengan cara yang mungkin paling jelas dan berguna sebagai
tinjauan pustaka yang ada, tiga tema motivasi - ketidakadilan, identitas, dan
faktor sentral dalam memahami kekerasan secara umum dan terorisme secara
khusus, sejak beberapa tulisan paling awal. Pada pertengahan 1970-an, Hacker
motivasi dasar untuk terorisme". Keinginan untuk membalas dendam atau balas
kesalahan ketidakadilan yang ditimpakan pada orang lain. Tidaklah sulit untuk
91
membayangkan bahwa “salah satu motivasi terkuat di balik terorisme adalah balas
dendam, terutama keinginan untuk membalas bukan diri sendiri tetapi orang lain.
Pembalasan bisa spesifik atau tersebar, tetapi itu adalah dorongan obsesif yang
merupakan motif kuat untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain, terutama
tersebut dapat berupa masalah ekonomi, etnis, ras, hukum, politik, agama, dan /
atau sosial, dan mungkin ditujukan kepada individu, kelompok, institusi atau
berkembang, stabil, dan keamanan yang teguh dalam nilai-nilai dasar, sikap, dan
pada krisis remaja atau dewasa muda, dan penuh gejolak serta menantang secara
berbagai cara. Seseorang mungkin jatuh ke dalam apa yang oleh psikolog Jim
Marcia disebut "penyitaan identitas" di mana peran dan seperangkat gagasan dan
nilai (identitas) diadopsi tanpa pemeriksaan kritis pribadi. Sifat absolutis, “hitam
dan putih” dari kebanyakan ideologi ekstremis sering menarik bagi mereka yang
merasa kewalahan oleh kerumitan dan tekanan dalam menjalani dunia yang rumit.
identitas atau kepemilikan bagi kepribadian yang rasa identitas dasarnya cacat.”
suatu penyebab, dengan sedikit atau tanpa analisis atau pertimbangan yang
"teroris", "pejuang kemerdekaan", "shahid" atau peran serupa (Della Porta, 1992;
menemukan diri mereka pada saat dalam hidup mereka ketika mereka melihat ke
masa depan dengan harapan untuk terlibat dalam perilaku yang berarti yang akan
peluang untuk maju hampir tidak ada; mereka menemukan beberapa arah untuk
identitas kolektif agama mereka tetapi keadaan komunitas mereka yang sangat
tidak hanya menemukan makna, tetapi juga rasa memiliki, keterhubungan, dan
afiliasi. Luckabaugh dan rekan (1997) berpendapat bahwa di antara calon teroris
kebutuhan yang besar untuk memiliki". Bagi orang-orang yang terasing dari
kepemilikan pertama yang nyata setelah penolakan seumur hidup, dan kelompok
teroris itu menjadi keluarga yang tidak pernah mereka miliki ”(Post, 1984). Rasa
memiliki yang kuat ini sangat penting sebagai faktor pendorong untuk
bergabung, alasan yang kuat untuk tinggal, dan pengaruh yang kuat untuk
(Della Porta, 1995), dan bahwa "bagi individu yang menjadi teroris aktif,
ketertarikan awalnya sering kali pada kelompok, atau komunitas orang percaya,
daripada ideologi abstrak atau kekerasan" (Crenshaw, 1988 59). Memang, citra
kekompakan dan solidaritas yang kuat di antara kelompok ekstremis itulah yang
membuat mereka lebih menarik daripada beberapa kolektif prososial sebagai cara
untuk masuk ke organisasi teroris dan terlibat dalam aktivitas teroris. Beberapa
analis bahkan berpendapat bahwa efek sinergis dari dinamika ini membentuk
atau motivasi psikologis untuk bergabung adalah kebutuhan yang besar untuk
untuk menjadi bagian, bersama dengan identitas pribadi yang tidak lengkap,
adalah faktor umum yang terjadi di seluruh kelompok. " Jerrold Post (1984)
memiliki teori yang sama bahwa "kebutuhan untuk memiliki, kebutuhan untuk
dengan diri sendiri dan dengan masyarakat- adalah konsep penting yang
kelompok dari motivasi dan komposisi yang dianut sangat berbeda. (Borum,
2004: 26)
Tidak ada jawaban yang mudah atau motivasi tunggal untuk menjelaskan
mengapa orang menjadi teroris. Demikian pula, proses dan jalur bagaimana hal itu
terjadi cukup bervariasi dan beragam. Para peneliti telah mulai membedakan
antara alasan bergabung, tetap di, dan keluar dari organisasi teroris, menemukan
bahwa motivasi mungkin berbeda di setiap tahap, dan bahkan tidak selalu terkait
satu sama lain. Tampaknya ada beberapa kerentanan dan persepsi yang sama di
identitas, dan kebutuhan untuk memiliki - meskipun tentu saja ada orang-orang
yang memiliki persepsi ini yang tidak menjadi teroris. Bidang penyelidikan yang
menjanjikan telah difokuskan pada tahapan dan proses umum dalam mengadopsi
disfungsi) atau sindrom kepribadian yang tidak dapat disesuaikan. Seperti Schmid
dan Jongman (1988) mencatat, "Asumsi utama yang mendasari banyak 'teori'
psikologis ... adalah bahwa teroris dalam satu atau lain cara tidak normal dan
bahwa wawasan dari psikologi dan psikiatri adalah kunci yang memadai untuk
hanya faktor risiko sederhana untuk umumkekerasan, dan semuanya tidak relevan
2004: 30)
psikologis aktual hanya memasukkan teroris yang telah ditangkap dan / atau
pada umumnya. Namun demikian, penelitian yang ada cukup konsisten dalam
96
relatif jarang, dan tentunya bukan merupakan faktor utama dalam memahami atau
(1982) telah mengamati, "Bahkan dalam kasus teroris yang jelas-jelas psikotik
dan delusi dalam pemikirannya, kesadaran akan realitas politik dapat memainkan
Menurut Friedland (1992), “Untuk dukungan empiris, sampai saat ini tidak
ada bukti kuat bahwa teroris itu abnormal, gila, atau cocok dengan tipe
kepribadian yang unik. Nyatanya, ada beberapa indikasi yang sebaliknya. " Dua
terorisme adalah dari Ray Corrado (1981) dan Andrew Silke (1998). Meskipun
ditulis terpisah hampir dua puluh tahun, keduanya mencapai kesimpulan yang
berkualitas lebih baik. " Ulasan yang lebih baru dari literatur ilmiah dan
dasarnya adalah bentuk lain dari kekerasan bermotif politik yang dilakukan oleh
orang-orang yang rasional dan jernih yang memiliki motif yang valid. "(Borum,
2004: 30)
97
besar sebagai bentuk perilaku antisosial. Memang bagi para korban dan pengamat,
banyak tindakan yang dapat dilihat sebagai tindakan keji dan para aktor sebagai
sebagai kolektif psikopat (Corrado, 1981). Tentu saja konsep seperti itu digunakan
penyebab ekstremis dapat memberikan titik fokus eksternal untuk semua hal yang
pemeriksaan dari elemen penting psikopati dan cara di mana ciri-ciri tersebut
(ASPD) adalah diagnosis yang diakui secara klinis yang ditandai dengan riwayat
seumur hidup (termasuk sebelum usia 18) dari terlibat dalam berbagai perilaku
nakal dan antisosial, yang mungkin termasuk berbohong , mencuri, agresi, dan
aktivitas kriminal. Psikopati, meskipun secara luas diakui sebagai sindrom klinis,
tidak secara resmi terdaftar sebagai diagnosis dalam Manual Diagnostik dan
98
ASPD, konstruksi psikopati mencakup pola perilaku antisosial dan gaya hidup
impulsif yang sudah berlangsung lama, tetapi sebaliknya ia juga memiliki elemen
berperasaan, penggunaan orang lain, gaya hidup parasit). Hanya sekitar 25%
sindrom psikopat konstruksi psikopati mencakup pola perilaku antisosial dan gaya
hidup impulsif yang telah berlangsung lama, tetapi sebaliknya ia juga memiliki
berperasaan, penggunaan orang lain, gaya hidup parasit). Hanya sekitar 25%
sindrom psikopat konstruksi psikopati mencakup pola perilaku antisosial dan gaya
hidup impulsif yang telah berlangsung lama, tetapi sebaliknya ia juga memiliki
berperasaan, penggunaan orang lain, gaya hidup parasit). Hanya sekitar 25%
Dalam salah satu analisis klinis paling rinci tentang topik tersebut,
Martens (2004) mengakui bahwa tidak semua teroris memiliki ASPD (juga tidak
(TER) (Hudson, 1999) dan orang dengan ASPD (Martens, 1997, 2000) memiliki
karakteristik yang sama seperti: sosial keterasingan, diganggu lebih awal proses
impulsif dan permusuhan, menderita kerusakan dini pada harga diri mereka, sikap
menderita trauma yang dalam, pelepasan moral dengan merendahkan korban. "
dianggap sebagai kelompok yang terpisah di antara teroris (atau orang dengan
2004: 31)
Di sisi lain, jelas bahwa beberapa defisit inti yang umum terjadi pada
teroris. Cooper (1978) yang telah lama dicatat “terorisme, seperti usaha serius
sendiri. Ini adalah banyak kualitas yang kurang pada psikopat. "(Borum, 2004: 32)
tentang tema abadi kelainan teroris dalam penelitian psikologis, Andrew Silke
(19988) mengamati bahwa setelah para peneliti gagal menemukan hubungan kuat
100
antara terorisme dan psikopatologi utama, “sebuah tren telah muncul yang
menyatakan bahwa teroris memiliki banyak ciri kepribadian patologis tetapi tidak
memiliki kelainan klinis yang sebenarnya. Perkembangan ini telah secara efektif
mencemari teroris dengan aura patologi, tanpa menawarkan cara apa pun untuk
dengan mudah menguji atau menyangkal tuduhan itu. (Borum, 2004: 32)
bagian dari konflik sepanjang sejarah dunia, sebagian besar peneliti kontemporer
menandai serangan bunuh diri tahun 1983 di kedutaan besar AS di Beirut, sebagai
awal dari era modern terorisme bunuh diri. Sejak saat itu, “setidaknya ada 188
serangan teroris bunuh diri terpisah di seluruh dunia, di Lebanon, Israel, Sri
Lanka, India, Pakistan, Afghanistan, Yaman, Turki, Rusia, dan Amerika Serikat.
Angka ini meningkat dari 31 pada 1980-an, menjadi 104 pada 1990-an, menjadi
53 pada 2000-2001 saja ”(Pape, 2003). Laju terorisme bunuh diri meningkat,
Warner menggemakan sentimen dari banyak orang yang mengamati tren ini
ketika dia berkata: "Mereka yang akan bunuh diri dalam serangan mereka di dunia
bebas tidak rasional dan tidak terhalang oleh konsep rasional." Data yang tersedia,
antara "calon" penyerang bunuh diri; bahwa motivasi dan dinamika untuk
memilih terlibat dalam serangan bunuh diri berbeda dengan yang ada dalam
fenomena klinis bunuh diri; dan bahwa ada “logika strategis” yang rasional untuk
penggunaan kampanye serangan bunuh diri dalam konflik asimetris. Silke (2003)
101
berpendapat bahwa “seperti teroris lainnya, tidak ada indikasi bahwa pelaku bom
hal lain. Sebaliknya, kepribadian mereka biasanya cukup stabil dan biasa-biasa
Israel Ariel Merari adalah satu dari sedikit orang di dunia yang mengumpulkan
data sistematis dan empiris tentang sampel penting pelaku bom bunuh diri. Ia
meneliti latar belakang setiap pelaku bom bunuh diri era modern (sejak 1983) di
menemukan faktor risiko yang biasanya terkait dengan bunuh diri, seperti
Dalam beberapa hal, tidak adanya faktor risiko bunuh diri di antara para
sebagai salah satu kemartiran, baik karena iman mereka, bangsanya, atau tujuan
mereka. Dalam kasus jihadis, misalnya, “tujuan utama pelaku bunuh diri bukanlah
bunuh diri, karena bagi kelompok teroris, bunuh diri hanyalah sarana untuk
mencapai tujuan dengan motivasi yang bersumber dari amarah dan rasa merasa
benar sendiri. Mereka melihat diri mereka memiliki tujuan yang lebih tinggi dan
diyakinkan akan pahala abadi melalui tindakan mereka ”(Salib, 2003). Borum
membedakan tindakan bunuh diri dari tindakan syahid jihadis. “Orang biasanya
mengakhiri rasa sakit psikologis yang intens dan tak tertahankan biasanya
memotivasi aktor untuk melakukan tindakan semacam itu. Orang lain yang
merawat aktor tersebut biasanya memandang bunuh diri sebagai hasil yang tidak
tersebut dan sering bergumul dengan perasaan malu jika bunuh diri benar-benar
tertinggi dalam agama itu memotivasi aktor tersebut. Orang lain yang peduli
karena aktor melihat tindakan yang tertunda sebagai heroik. Keluarga dan orang
yang dicintai biasanya mendukung perilaku tersebut, dan, jika peristiwa itu
terjadi, keluarga tersebut dihormati. Tidak hanya keluarga seorang martir yang
pendukung sering kali merawat mereka secara sosial dan finansial. " Syekh
perbedaan secara ringkas sebagai berikut: “Dia yang melakukan bunuh diri bunuh
dirinya demi agama dan bangsanya. Mujahed itu penuh harapan. (Borum, 2004:
33)
Terorisme bunuh diri juga bukan hanya taktik ekstremis agama. Sprinzak
LTTE} merupakan bukti paling signifikan bahwa terorisme bunuh diri bukan
hanya fenomena agama dan bahwa dalam keadaan politik dan psikologis yang
kelompok itu sendiri bertanggung jawab atas hampir setengah dari serangan
bunuh diri di seluruh dunia yang terjadi dalam dekade terakhir (Pape, 2003).
Jika serangan bunuh diri tidak didorong oleh penyakit mental atau fanatisme
Tentunya ada keuntungan logistik dan taktis: operasinya relatif murah, penyerang
psikologis pada populasi sasaran dapat sangat merusak. Selain itu, taktik ini telah
9/11 di Amerika, dalam rentang dua dekade antara 1980 dan 2001, serangan
bunuh diri hanya menyumbang 3% dari semua insiden teroris, tetapi mereka
bertanggung jawab atas 48% kematian terkait terorisme (Departemen Luar Negeri
bahwa cara itu berhasil…. Mungkin aspek yang paling mencolok dari bunuh diri
kesimpulan bahwa penyakit mental dan kelainan biasanya bukan faktor penting
mental di antara sampel teroris yang dipenjara adalah rendah atau lebih rendah
daripada populasi umum. Selain itu, meskipun teroris sering melakukan tindakan
104
keji, mereka jarang dianggap sebagai "psikopat" klasik. Teroris biasanya memiliki
hubungan dengan prinsip atau ideologi serta dengan orang lain (termasuk teroris
lain) yang berbagi dengannya. Namun, psikopat tidak membentuk seperti itu
koneksi, mereka juga tidak akan cenderung mengorbankan diri mereka sendiri
ditunjukkan berulang kali untuk memberikan kontribusi yang lebih sedikit pada
kelompok adalah penentu yang jauh lebih penting dari perilaku teroris daripada
masa lalu atas tindakan kekerasan yang ditargetkan mengungkapkan bahwa faktor
yang berhubungan dengan "orang" hanyalah satu bagian dari persamaan, dan
seringkali bukan yang paling kritis. Risiko untuk terlibat dalam terorisme
merupakan produk dari faktor-faktor yang tidak hanya terkait dengan individu,
tetapi juga dengan situasi, setting, dan target potensial (Borum, et al., 1999; Fein
105
& Vossekuil, 1998). Faktor kontekstual seperti dukungan atau penolakan teman
tingkat keamanan atau pengerasan target yang ada, keterkinian atau parahnya
dapat mempengaruhi sifat dan tingkat risiko yang ditimbulkan oleh seseorang
teroris" memiliki daya tarik intuitif, hal itu pasti tidak memiliki dukungan empiris.
beragam dan kompleksnya fenomena itu, dan oleh karena itu betapa sia-sia
teroris." (Reich, 1990). Lebih rumit lagi upaya ini adalah kenyataan bahwa teroris
dapat mengambil banyak peran berbeda - hanya sedikit yang benar-benar akan
pemodal, mungkin berbeda dari administrator atau ahli strategi atau pembunuh.
sistematis dapat dilihat antara mereka yang terlibat dalam terorisme dan mereka
yang tidak; namun pencarian mereka membawa mereka pada kesimpulan bahwa
“teroris aktif secara psikologis tidak berbeda jauh dari non-teroris; dalam istilah
psikologis, tidak ada kualitas khusus yang menjadi ciri teroris. (Borum, 2004: 35)
sebagian besar pengamat setuju bahwa meskipun ciri-ciri kepribadian laten pasti
dapat berkontribusi pada keputusan untuk beralih ke kekerasan, tidak ada satu set
demikian, Marsella (20037) masih berharap bahwa "studi psikologi klasik awal
pribadi lainnya masih dapat memberikan landasan konseptual dan empiris yang
terhadap terorisme oleh akademisi telah mencoba untuk membuat profil teroris,
layu secara psikologis atau melintasi dimensi sosial-politik. (Borum, 2004: 36)
tersebut bukanlah teroris dan tidak akan pernah melakukan tindakan agresi teroris.
bagaimanapun, adalah bahwa ada dan akan ada orang-orang yang berencana dan
bersiap untuk melakukan serangan teroris, yang tidak sesuai dengan profil itu
organisasi teroris" (Silke, 2003). Memang, kelompok teroris yang canggih, seperti
107
al Qa'ida, secara aktif mencari tahu “tipe” orang yang akan menarik kecurigaan
bahwa organisasi tersebut merekrut anggota dari 74 negara berbeda dan di antara
yang menimbulkan ancaman, pembela HAM akan dikalahkan dengan teliti oleh
Istilah dan konsep "profiling" telah memiliki banyak arti yang berbeda.
merujuk pada jenis analisis investigasi kriminal yang disempurnakan oleh anggota
Unit Ilmu Perilaku FBI. Profil investigasi semacam itu berusaha untuk memeriksa
bukti fisik dan perilaku dari suatu pelanggaran setelah pelanggaran itu terjadi dan,
teroris sebelum serangan terjadi. Hal ini menimbulkan tantangan operasional yang
pernah melakukan aksi teroris di masa lalu (terutama jika jumlahnya cukup besar),
dari ciri-ciri umum yang dapat digunakan untuk menemukan teroris di jika tidak,
tumpukan jerami keruh warga yang taat hukum108. Sejumlah peneliti ilmu sosial
108
Taylor
Ringkasan : Tidak ada kepribadian teroris, juga tidak ada profil akurat -
secara psikologis atau sebaliknya - dari teroris tersebut. Selain itu, ciri-ciri
kepribadian saja cenderung tidak menjadi prediktor perilaku yang sangat baik.
teroris. Sejarah pelecehan dan trauma masa kanak-kanak tampaknya tersebar luas.
Selain itu, tema ketidakadilan dan penghinaan sering kali menonjol dalam
biografi teroris dan sejarah pribadi. Tak satu pun dari ini berkontribusi banyak
pada penjelasan kausal terorisme, tetapi dapat dilihat sebagai penanda kerentanan,
memberi teroris motif awal untuk bertindak dan memberikan prisma yang
melaluinya mereka melihat peristiwa dan tindakan orang lain (Drake, 1998).
negatif. Namun pada kenyataannya, istilah ini secara fungsional netral, dan,
secara luas, berlaku untuk banyak orang. Ideologi sering didefinisikan sebagai
seperangkat aturan yang umum dan disepakati secara luas yang dianut oleh
Taylor, 1991). "Aturan" ini, tentu saja, juga terkait dengan (bahkan mungkin
dipandu oleh) keyakinan, nilai, prinsip, dan tujuan seseorang (Drake, 1998)..
bergantung pada perspektif seseorang - mungkin pandangan dunia yang lebih luas
atau kurang terbuka - namun keduanya memiliki fungsi yang sama dalam
bertindak tidak hanya untuk memberikan pedoman bagi perilaku, tetapi juga
isyarat, dan peristiwa di lingkungan kita (Mack, 2002). Banyak agama yang
memeluk atau mendukung sebuah ideologi. Doktrin atau keyakinan inti tentunya
merupakan elemen sentral dari sistem agama, tetapi keyakinan tersebut umumnya
tampaknya ada beberapa kesamaan dalam proses atau struktur ideologi teroris
Aaron Beck (2002) baru-baru ini menerapkan model kognitif pada ideologi teroris
kognitif yang sama yang diamati pada orang lain yang terlibat dalam tindakan
kekerasan, baik hanya sebagai individu atau sebagai anggota suatu kelompok. Ini
termasuk generalisasi yang berlebihan yaitu, dosa yang dianggap musuh dapat
bahwa seseorang itu benar-benar baik atau sangat buruk. Akhirnya, mereka
110
menunjukkan visi terowongan begitu mereka terlibat dalam misi suci mereka
literatur profesional yang ada dan pertimbangan berbagai ideologi ekstremis, saya
bahwa "orang biasanya tidak terlibat dalam perilaku tercela sampai mereka
bertindak dengan cara yang sesuai dengan keyakinan mereka sendiri dan yang
memungkinkan mereka untuk melihat diri mereka pada dasarnya baik. Intinya,
(Cooper, 19777).
Kedua, keyakinan tersebut harus tidak dapat diganggu gugat dan tidak
manusia dan masalah yang muncul ketika ketidakpastian dalam keyakinan tidak
tidak dapat diragukan, dikritik atau diperiksa secara skeptis. Memang, di antara
mereka yang menganut ideologi, “mengandalkan bukti indera dan nalar adalah
”(Hoffer, 1951. Keane (2001) juga mencatat bahwa “agar terorisme berhasil,
pembenaran bagi orang-orang yang melakukan tindakan teror . (Borum, 2004: 41)
Ketiga, perilaku harus diarahkan pada tujuan dan dilihat sebagai melayani
sebab atau tujuan yang berarti. Orang-orang berjuang untuk mendapatkan makna,
dan mungkin tidak ada sebab yang memiliki makna yang lebih besar daripada
polemik perjuangan antara yang baik dan yang jahat, dalam berbagai bentuknya
kebanyakan ideologi teroris. Falk (1988) bahkan menunjukkan bahwa "pola pikir
ideologi seperti itu, “membagi dunia menjadi alam ideal dan alam jahat; ideologi
112
mereka sendiri termasuk dalam alam ideal. Keyakinan gagasan dan perilaku alam
ideologi seperti itu memproyeksikan semua agresi ke kelompok sosial yang jahat,
mereka menilai tindakan orang dan institusi" (Drake, 1998). Untuk menyatakan
kontrol itu terjadi. Ini adalah pertimbangan yang relevan karena merupakan
kekuatan dari kontrol perilaku bukan hanya daya tarik retorika - yang
pasti (karena itu perlu penerimaan yang tidak perlu dipertanyakan lagi). Selain itu,
hasil atau penghargaan harus menjadi motivator atau penguat yang kuat. Artinya,
dan penguatan" (Taylor & Horgan), kontrol ideologis atas perilaku. Para
aturan. Literatur profesional menyarankan hal berikut tentang jenis kepatuhan ini.
penguatan spiritual serta materialistic; 2). Tidak lagi mendengar bahwa praktik
seseorang saat ini menghasilkan sanksi negative; 3). Mendengar bahwa musuh
atau keharusan yang mendorong pengikutnya untuk bertindak. Dua jenis mandat
yang sangat penting: mandat moral dan mandat ilahi. Skitka dan Mullen (2002 150)
114
mendefinisikan mandat moral “sebagai posisi atau pendirian sikap khusus yang
dikembangkan orang dari keyakinan moral bahwa ada sesuatu yang benar atau
salah, moral atau tidak bermoral. Mandat moral berbagi karakteristik yang sama
dengan keyakinan moral. Mandat ilahi adalah salah satu fitur unik - dan
agama. Seperti yang dicirikan oleh Rapoport (1984), “Sumber transenden teror
suci adalah karakteristik pembeda yang paling kritis; dewa dianggap terlibat
langsung dalam penentuan tujuan dan sarana. " Dalam studi ekstensifnya terhadap
250 teroris dan perekrut Palestina, Nasra Hassan mencatat bahwa mereka semua
percaya bahwa tindakan mereka "didukung oleh agama Islam yang diturunkan
aksi kekerasan, Taylor (1991) mengemukakan kombinasi tiga faktor utama yang
dilegitimasi dalam ideologi sebagai alat untuk mencapai tujuan); 2). Totalitas
ideologi - (yaitu, sejauh mana ideologi mengontrol semua perilaku, tidak hanya
umum dan disepakati secara luas yang dianut oleh seorang individu, yang
tidak bisa diganggu gugat dan tidak boleh dipertanyakan atau pun dipertanyakan;
dan perilaku harus diarahkan pada tujuan dan dilihat sebagai melayani sebab atau
tindakan langsung dengan hasil dan penghargaan yang positif di jalan. (Borum,
2004: 47)
lapisan dalam dibangun di atas informasi yang dibuat di lapisan luar (Gambar).
Informasi mengalir dari lingkungan luar (di luar lingkaran) dan secara progresif
benak individu, dan pengetahuan pribadi ini perlu diubah menjadi pengetahuan
dasar untuk tindakan, dan organisasi memilih kursus sesuai dengan aspirasi dan
Gambar 2.1
The Knowing Organization
117
berikut :
informasi utama adalah penafsiran akan isyarat dan pesan mengenai lingkungan.
Anggota harus memilih informasi apa yang penting dan harus diperhatikan;
118
informasi membentuk penjelasan yang mungkin dari pengalaman masa lalu; dan
apa yang mereka ketahui secara intuitif dengan bantuan analogi, metafora, dan
yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Anggota dipandu oleh tempat,
aturan, dan rutinitas informasi dan evaluasi alternatif. Ketiga model penggunaan
merasakan dan merespons lingkungan yang berubah, dan juga membentuk dan
lama; membuat keputusan yang terkadang rasional dan terkadang kreatif untuk
inovasi atau kemampuan baru tersedia); dan tentu saja masuk akal (misalnya,
ketika ancaman atau peluang dirasakan). Akhirnya Choo (2006 :27) memberi
kesimpulan berikut :
dan untuk mendorong pertumbuhan internal. Ini melihat bagaimana orang dan
kelompok bekerja dengan informasi untuk mencapai tiga hasil: (1) menciptakan
identitas dan konteks bersama untuk tindakan dan refleksi, (2) mengembangkan
pengetahuan baru dan kemampuan baru, dan (3) membuat keputusan yang
Sense making constructs a shared context for action (and for thinking
and talking about what is to be done). Sense making brings into focus
problems, opportunities, and issues that the organization needs to work
on. Sense making is a way of seeing but also a way of not seeing: we may
not notice things that we have no categories for, that are not part of our
expectations, or that contradict our beliefs and actions. Organizational
knowledge is different from individual knowledge: in addition to
personal, tacit knowledge, an organization also makes use of explicit
knowledge and cultural knowledge. In knowledge creation, an
organization converts between and combines its different types of
knowledge to develop new capabilities and innovations. Knowledge
creation can extend the range of options available for decision making. It
121
can also introduce options that require new sense making to understand.
The knowledge-based advantage of an organization is temporary and
fragile. The organization needs to continuously expand and refresh its
knowledge-creation capabilities.
untuk tindakan (dan untuk berpikir dan berbicara tentang apa yang harus
yang perlu ditangani oleh organisasi. Penginderaan adalah cara untuk melihat
tetapi juga cara untuk tidak melihat: kita mungkin tidak memperhatikan hal-hal
yang tidak kita kategorikan, yang bukan bagian dari harapan kita, atau yang
pengetahuan dari suatu organisasi bersifat sementara dan rapuh. Organisasi perlu
but also a way of not learning: decision premises and rules encode and
apply past learning, but they can also block new learning.
aturan, tempat, dan rutinitas. Tempat keputusan didasarkan pada nilai atau faktual.
Tempat nilai menentukan kualitas atau kriteria apa yang penting dalam
mengevaluasi alternatif. Premis faktual menentukan fakta apa yang penting dan
organisasi pada suatu tindakan. Pengambilan keputusan adalah cara belajar tetapi
juga cara untuk tidak belajar: tempat keputusan dan aturan menyandikan dan
untuk bertindak.
pengertian ganda yaitu efektivitas organisasi dan efektivitas sumber daya yang
ada dalam suatu organisasi. Demikian pula konsekuensi pengukurannya juga akan
(Ravianto, 1989:113)
specific desired end is attained we shall say that the action is effective. When the
Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa apabila tujuan dari suatu kegiatan
yang telah direncanakan dapat direalisasikan, maka dapat dikatakan kegiatan itu
proses kegiatan tersebut yang tidak diinginkan, yang maknanya lebih penting
dibandingkan hasil yang telah tercapai dan menimbulkan rasa kecewa pada si
pelaksana kegiatan, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan efektif, tetapi tidak
satisfies the motives of the aim, whatever it is effective or not.” Suatu kegiatan
dikatakan efektif bila telah mencapai tujuan yang ditentukan. Kegiatan tersebut
pendorong untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu
(1968:28) mengatakan :
Dari uraian di atas, berarti efektivitas dari usaha kerja sama (antar individu
atau unit kerja) berkaitan erat dengan pelaksanaan tugas untuk mencapai suatu
125
tujuan dalam suatu sistem yang didominasi dengan pandangan dapat memenuhi
kebutuhan sistem tersebut. Sedangkan efisiensi dari suatu sistem kerja adalah hasil
gabungan efisiensi dari upaya setiap individu. Jelasnya bahwa efektivitas dari
kelompok (organisasi) adalah bila tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai
keefektifan itu merupakan suatu tingkat dimana tujuan dari organisasi telah
tercapai.
the extent to which a system achieves its goals. It can be computed by dividing the
goals actually achieved by the total of the stated goals”. Pendapat ini
menunjukkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran dari tingkatan sebuah sistem
pencapaian tujuan yang sebenarnya dengan total dari tujuan yang ditetapkan.
Dalam konteks itu, Gedeian et.al. (1991:61) mengatakan “That is, the
greater the extent it which an organization’s goals are met or surpassed, the
kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi
melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu
organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara
pelaksanaannya.
efektivitas merupakan proses pencapaian tujuan dan sasaran. Tujuan dan sasaran
127
ini tidak hanya terkait dengan kepentingan individu dan kepentingan kelompok
kriteria yang diusulkan sejauh ini dianggap obyektif sifatnya, tidak seperti hampir
semua karya eksperimental lain, dalam hal perubahan organisasi sulit untuk
ini, Tyson & Jackson (2000:233) mengemukakan jenis kriteria efektivitas sebagai
berikut :
penjelasan berikut :
sama lain dan bagaimana saling hubungan ini dapat memperbesar kemungkinan
berhasilnya organisasi. Tiga dimensi utama dari model ini adalah: (1) konsep
optimalisasi tujuan; (2) perspektif sistem; dan (3) tekanan pada perilaku manusia
diakuinya secara eksplisit bahwa organisasi yang berbeda mengejar tujuan yang
berbeda pula. Dengan demikian, niiai keberhasilan atau kegagalan relatif dari or-
pembatas terhadap tingkah laku dan prestasi organisasi, para manajer yang efektif
dianggap menentukan dan mengejar tujuan yang optimal (yaitu, tujuan yang
diinginkan yang telah dibatasi atau dimodifikasi oleh sumber daya yang tersedia).
sehingga setiap tujuan menerima cukup perhatian dan sumber daya selaras dengan
harus dinilai terhadap tujuan yang bisa dilaksanakan ini, dan bukan terhadap kon-
organisasi. Jika hubungan ini dikenal dengan jelas, akan lebih mudah bagi
terakhir dari ancangan yang disarankan di sini adalah tekanan pada pengertian
Dengan perkataan lain, jika kita ingin mendapat gambaran yang lebih jelas
mengenai faktor-faktor penentu efektivitas, kita harus meneliti unit dasar analisis
dalam penentuan ini; kita harus meneliti perilaku pekerja. Jika para anggota or-
tingkat usaha yang mereka tujukan untuk mencapai sasaran-sasaran ini akan
tinggi. Di pihak lain, jika sasaran organisasi sebagian besar tidak cocok dengan
kebutuhan dan tujuan pekerja, sulit untuk percaya bahwa mereka akan
organisasi yang tidak kalah pentingnya untuk dibahas adalah hubungan antara apa
organisasi; (2) ciri lingkungan; (3) ciri pekerja; dan (4) kebijakan dan praktek
manajemen. Penelitian yang diadakan belum lama ini atas berbagai bidang
positif dengan beberapa variabel struktur ini tetapi sikap kerja (khususnya
teknologi yang dipakai. Jika hubungan struktur dan teknologi sudah harmonis -
yaitu jika keduanya dapat bekerja sama - para pekerja akan sedikit saja menemui
ciri organisasi, lingkungan luar dan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh atas
bergantung pada tiga variabel kunci: (1) tingkat keterdugaan keadaan lingkungan;
adaptasi yang dilakukan oleh organisasi. Model ini mempunyai implikasi yang
ekonomi, dan pasar di mana organisasi berusaha mendapatkan sumber daya dan
penting yang ketiga atas efektivitas adalah para pekerja itu sendiri. Pada
paling penting atas efektivitas karena perilaku merekalah yang dalam jangka
Kesadaran akan sifat perbedaan pribadi yang terdapat di antara para pekerja
dengan cara yang berbeda pula atas usaha-usaha manajemen untuk mencapai
organisasi, adalah logis untuk membuat asumsi bahwa baik keterikatan pada
organisasi ataupun prestasi kerja akan meningkat. Di pihak lain, jika para pegawai
sasaran organisasi, usaha pekerja akan diboroskan dengan mudah dengan akibat
organisasi dengan para anggotanya, di mana kedua belah pihak saling membantu
sebagai imbalan atas pertolongan yang diberikan oleh pihak lainnya dalam
pada usaha memaliami mengapa orang bersedia bekerja dan pada hubungan antara
dan mengatur sumber daya bagi pencapaian tujuan organisasi, maka pemilihan
tujuan-tuiuan ini (baik yang operatif maupun operasional) menjadi faktor yang
berlaku umum dan penetapan bagaimana berbagai bagian, kelompok dan individu
dapat memberikan sumbangannya bagi tuju an-tujuan ini. Bila terdapat dukungan
dikeralikannya tingkat usaha yang tinggi bagi tujuan ini cenderung meningkat.
daya, telah diidentifikasi tiga bidang yang saling berhubungan. Pertama, adalah
pedoman ini dianggap adil dan beritikad baik oleh para pekerja. Bila pernyataan
kendali yang menjalankan fungsi gyroskopik demi menjamin agar organisasi tetap
keberhasilan organisasi. Telah lama diakui bahwa tingkah laku dalam organisasi
kerjanya (Lewin, 1938). Jadi, manajer wajib merancang lingkungan kerja yang
137
memberikan fasilitas yang sejauh mungkin konsisten dengan sumber daya yang
tersedia. Yang harus diperhatikan oleh manajemen dalam bidang ini meliputi
perhatian akan: (1) prosedur pemilihan dan penempatan pekerja; (2) pendidikan
dan pengembangan pekerja; (3) desain tugas; dan (4) penilaian dan pemberian
berkembang sampai menjadi seperti sekarang ini. Misalnya, tidak ada presiden
dan teknik komunikasi yang horisontal, ke atas dan ke bawah. Bila kegiatan
berfungsi: (1) menjelaskan harapan organisasi bagi pekerja serta imbalan potensial
untuk prestasi yang berhasil; (2) meningkatkan keikatan psikologis yang dimiliki
mengambil bagian; dan (3) meningkatkan akibat pengaruh sosial atas perilaku
(Ebert & Mitchell, 1975). Tetapi telah dikemukakan pula oleh beberapa peneliti
(Vroom & Yetton, 1973). Artinya, jika para pekerja memiiiki informasi penting
perlu sekali diambil keputusan kilat mengenai persoalan yang hanya sedikit
tidak berfungsi.
perhatian yang lebih besar pada pemilihan pertama dan penempatan manajer.
139
Terlalu sering terjadi bahwa para manajer dipilih berdasarkan senioritas atau
bahwa hanya ada sedikit sekali hubungan antara faktor-faktor ini dengan
walaupun hasilnya tidak sepenuhnya konsisten. Ketiga, sistem imbalan bagi para
pemimpin yang berorientasi pada tujuan. Keempat, sistem imbalan bagi para
diintegrasikan sedemikian rupa sehingga usaha yang ditujukan pada tujuan yang
satu memperlancar tercapainya tujuan yang lain, prestasi dan kepuasan dapat
Misalnya, jika seorang manajer mempunyai kemampuan teknis yang tinggi tetapi
tidak efektif dalam menciptakan iklim kerja yang tepat, mungkin situasi kerjanya
harus diubah sehingga kegiatan-kegiatan teknis yang vital dapat diteruskan tanpa
lingkungan kerjanya.
keharusan bagi para manajer untuk selalu siap menyesuaikan organisasi mereka
oleh banyak orang dianggap sebagai cap efektivitas itu sendiri (Bennis, 1962;
Geogrofoulos & Tannenbaum, 1957). Tapi masalahnya bagi para manajer modern
bukan apakah perubahan itu memang diperlukan tetapi menemukan cara yang
Sebagaimana dikemukakan oleh Katz dan Kahn (1966) dalam paham mereka
mengenai kesamaan hasil akhir, seringkali terdapat banyak cara untuk mencapai
tujuan yang sama. Misalnya, beberapa tahun yang lalu undang-undang yang
produsen mobil memasang tali pengaman pada tempat duduk penumpang. Pada
lampu dan suara peringatan untuk mengingatkan para pengendara agar memasang
mewajibkan para produsen memasang alat yang membuat kendaraan tidak bisa
dijalankan jika tali pengaman itu belum dipakai oleh pengendara. Dari sudut
kesamaan hasil akhir, mungkin jauh lebih sederhana dan lebih efektif
bahwa para manajer harus memeriksa dengan teliti ancangan yang mereka pilih
dalam menghadapi masalah tertentu. Penelitian ini sudah pasti harus meliputi pula
pertimbangan mengenai nisbah laba-rugi yang akan dikeluarkan dan diterima pada
(Huse, 1975). Kegagalan di antara banyak teknik ini, menurut Steers (1985:215),
dengan tepat dan memilih teknik yang cocok daripada kelemahan teknik-teknik
itu sendiri. Bila manajer dapat mendiagnosis masalahnya dengan tepat dan
dan kesediaan serta keterbukaannya untuk setiap aspek persoalan yang timbul, dan
pekerja yang berarahkan tujuan merupakan tugas yang tidak pernah selesai bagi
untuk membina ulang struktur sumber daya yang tersedia, mengubah teknologi,
tujuan itu. Jadi, manajer muncul sebagai pilar utama efektivitas organisasi melalui
kembali pada peranan utama dari ketergantungan dalam setiap diskusi mengenai
menanggapinya dengan cara yang cocok dengan keunikan itu. Kesimpulan yang
sifat situasi tertentu dan menanggapinya dengan cara yang tepat. Dengan tindakan
ini, enerji yang terboroskan dapat ditekan sampai minimum, dan pemanfaatan
yang efisien atas sumber daya organisasi untuk pencapaian tujuan jadi meningkat.
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang terkait
organisasi Tyson & Jackson adalah bahwa kriteria efektivitas organisasi yang
Analisis Efisiensi, (6) Analisis Koordinasi, (7) Analisis Adaptasi, dan (8) Analisis
deradikalisasi.
Dengan uraian tugas pokok dan fungsi yang demikian itu, maka quesi
pertanyaan secara konseptual, dipilih teori efektivitas organisasi Tyson & Jackson
Analisis Adaptasi, dan (8) Analisis Sistem sosial dan harapan perorangan.
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Serangan Terorisme
Tahun 2002, 2004, dan
2016, 2017, 2018, 2019,