ADAPTIVE REUSE
BANGUNAN EKS. WARENHUIS
DAERAH KESAWAN MENJADI MIX-USED BUILDING
SKRIPSI
OLEH :
NPM : 1614310029
KONSENTRASI : ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2021
0
i
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Batasan Masalah..........................................................................................6
1.4 Tujuan..........................................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................................7
1.6 Metode Penelitian........................................................................................8
1.7 Sistematika Pembahasan..................................................................................8
1.8 Kerangka Berpikir..........................................................................................11
BAB 2..........................................................................................................................12
STUDI LITERATUR...............................................................................................12
2.1. Pengertian Cagar Budaya dan Bangunan Cagar Budaya..............................12
2.2 Upaya Mempertahankan Bangunan Cagar Budaya.......................................14
2.3 Adaptive Reuse..............................................................................................14
2.4 Sejarah Kesawan............................................................................................15
2.5 Het Warenhuis................................................................................................17
2.6 Studi Preseden................................................................................................18
2.7 Definisi Kantor Sewa.....................................................................................23
2.8 Definisi Penginapan.......................................................................................23
2.9 Definisi Kafe..................................................................................................25
2.10 Mixed-use Building......................................................................................26
BAB 3..........................................................................................................................27
DESKRIPSI PROYEK............................................................................................27
3.1 Data Umum Proyek........................................................................................27
3.2 Kondisi Eksisting Het Warenhuis..................................................................30
3.3 Kondisi eksisting tapak..................................................................................39
3.4 Jarak dan Waktu Pencapaian Lokasi..............................................................42
3.5 Kajian potensi wilayah...................................................................................44
3.6 Lingkup Proyek Medan Warenhuis................................................................47
ii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................48
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Kota Medan merupakan negara yang kaya akan budaya, etnis, seni serta
Mulai dari bangunan tradisional hingga bangunan cagar budayanya. Namun, banyak
bangunan cagar budaya di Kota Medan yang masih dalam kategori terbengkalai.
kelurahan kesawan. Bangunan ini disebut sebagai Gedung Eks. Het Warenhuis yang
sempat terkenal pada masanya. Dahulu bangunan ini merupakan sebuah pusat
semasa zaman kolonial. Bangunan ini dirancang oleh arsitek G. Boss, dan pada 16
Februari 1919, batu pertamanya diletakkan oleh Walikota Medan pertama, Daniel
1
2
Dalam kurun waktu 100 tahun lebih, bangunan ini telah berganti-ganti
Tenaga Kerja tk. I Provinsi Sumatera Utara (1980-1990-an), dan pernah menjadi
rumah tinggal yang terdapat sekitar 10 rumah tangga tinggal di dalam gedung ini.
Bisa dibilang bangunan ini adalah salah satu bangunan yang menarik
dan unik di kota Medan dengan langgam arsitektur art deco nya. Tetapi keindahan
fasad dan nilai arsitektur dari bangunan ini tidak sebanding dengan kondisinya
sekarang. Sejak atapnya terbakar, bangunan peninggalan zaman kolonial ini sekarang
‘rusak berat’ di Dinas Perumahan dan Permukiman Penataan Ruang Kota Medan.
Heritage Kesawan” di situs resmi pemerintah kota Medan. Hal ini dilakukan pemko
Selaku walikota saat itu Akhyar menga takan penataan tidak hanya berfokus kepada
Gedung Warenhuis saja, tetapi juga kawasan di sekitarnya, termasuk penataan parkir,
pedestrian, dan infrastruktur lainnya.. beliau juga berharap gedung eks. Het
masyarakat. Menurut Akhyar, kawasan heritage ini memiliki potensi ekonomi yang
luar biasa. Keberhasilan penataan ini akan membuka lapangan pekerjaan yang baru
Dengan potensi kondisi gedung Eks. Het Warenhuis saat ini sebagai
gedung eks, Het Warenhuis karena sudah termasuk kedalam kategori bangunan cagar
budaya. Hal ini didasari oleh piagam pelestarian Indonesia yang mengajak semua
pihak
4
(2003). Disebutkan juga dalam UU No. 11 tahun 2010 tentang cagar budaya ;
Pasal 1 yang menyatakan : “Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan
berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs
Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau
benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak
Penulis melihat ini sebagai masalah dan juga sebagai peluang dengan
banyaknya potensi yang dapat dimanfaatkan pada bangunan ini baik dari segi nilai
sejarah, arsitektur, maupun dari segi sektor pariwisata dan komersil. Hal ini
Tourism Competitivesness Index pada 2021 yaitu, “tujuan rakornas dan rapat dewan
Competitiveness Index menjadi peringkat 30 pada 2021”[2]. Bahkan gedung eks. Het
Warenhuis termasuk dalam program kerja pemerintah Kota Medan dalam penataan
kawasan heritage di
5
Kesawan. Hal ini dapat menjadi salah satu kesempatan bagi penulis dalam rangka
Adaptive Reuse yaitu dengan memberikan dan merancang fungsi baru dengan tidak
merubah fasad atau wajah gedung tersebut serta tidak menghilangkan statusnya
sebagai bangunan cagar budayanya. Melakukan adaptive reuse juga mengambil andil
keberlajutan sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia. Dalam sebuah
wawancaranya, Kathryn Rogers Merlino yang merupakan direktur dari Center for
Preservation & Adaptive Reuse mengatakan, “Saya sangat percaya bahwa kita dapat
mengambil bangunan tua yang memiliki energi, material yang diekstraksi, material
yang bagus dan masih dapat digunakan dan membuat mereka lebih hijau, membuat
mereka lebih berkelanjutan.” Sudah banyak kota-kota besar bahkan kota kecil yang
sudah menerapkan hal ini. Contoh kota kecil yang menerapkan Adaptive Reuse
pariwisata kota mereka salah satunya adalah Kota Sawahlunto di Sumatera Barat dan
Kota Bandung sebagai contoh kota besar yang menerapkan metode ini terhadap
adalah : “Bagaimana melakukan Adaptive Reuse pada Bangunan Cagar Budaya Eks.
6
Budaya dengan Adaptive Reuse pada gedung Eks. Het Warenhuis saja.
2. Penelitian ini dibatasi untuk mengetahui, memberi dan merancang fungsi baru
bagi gedung Eks. Warenhuis Medan tanpa mengubah nilai arsitektural dari
bangunan tersebut.
3. Penelitian ini dibatasi dari segi arsitektural dan struktural pada gedung Eks.
1.4 Tujuan
Budaya agar sejarah dan nilai-nilai arsitekturnya agar tidak hilang dan terbengkalai
penggunaan kembali bangunan cagar budaya dengan fungsi yang baru dengan
harapan perlakuan Adaptive Reuse ini dapat membantu sektor pariwisata Kota Medan
Indonesia 2003 yang berisi ajakan kepada semua pihak untuk meningkatkan
termasuk
7
generasi muda) tentang pentingnya pelestarian melalui proses Pendidikan (formal dan
menambah ilmu dan wawasan mengenai adaptive reuse karena menguraikan tentang
penelitian dan perancangan proses Adaptive Reuse dari berbagai sumber yang
didapat, baik dari kepustakaan, tulisan peneliti dan hasil wawancara. Penelitian ini
Adapun manfaat penulisan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Adaptive Reuse.
saran dan rekomendasi dalam mengatasi fenomena bangunan cagar budaya yang
3 Manfaat penelitian bagi konservator adalah sebagai harapan dapat menjadi bahan
budaya.
a. Data Primer : data yang diperoleh dengan mengumpulkan data dari lokasi
informasi yang sudah ada. Seperti studi literur dari beberapa sumber
secara lugas
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi laporan ini, maka penulis
9
Bab I Pendahuluan
pembahasan.
1
Topik
(Adaptive Reuse Pengumpulan Data/Survei Lapangan
heritage Building) &
Studi Literatur
Pengolahan Data
Analisa
Desain Development
Skematik Desain
1
BAB 2
STUDI LITERATUR
cagar budaya mengacu pada rambu- rambu kebijakan secara nasional dalam bentuk
lokasi gedung eks. Het Warenhuis berada di Kota Medan maka peraturan regional
akan mengacu pada Perda Kota Medan. Secara garis besar terdapat beberapa rambu-
“Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan
Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan
beratap.[3]
1
bahwa, “ Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi
kriteria:
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan; dan
3. UU No. 11 tahun 2010 tentang kriteria cagar budaya ; Pasal 7 juga menyatakan
1 “Bangunan gedung cagar budaya adalah bangunan gedung yang sudah ditetapkan
Bangunan Cagar Budaya adalah bangunan buatan manusia, berupa kesatuan atau
kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili
masa gaya
1
rambu dan kebijakan dalam perlakuannya, yang diatur dalam peraturan perundangan-
undangan. Salah satunya adalah Undang-undang No. 11 tahun 2010 tentang cagar
mempertahankan:
a. Ciri asli dan/atau muka Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar
Budaya; dan/atau
b. Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah situs Cagar Budaya
bangunan-bangunan lama di daerah jl. Jend. Ahmad Yani, seperti toko-toko, Kantor
Bank kanan, kirinya bagian depannya tidak diperbolehkan dirubah bentuk mukanya.
[4]
budaya dapat dimanfaatkan untuk fungsi yang lebih sesuai tanpa menuntut
kebutuhan ruang untuk fungsi baru maupun sesuatu yang baru atau yang sementara
(kontemporer) tidak terbatas pada arsitektur. Ada beberapa contoh bangunan militer
yang di adaptasi menjadi sekolah; penjara menjadi hotel mewah; istana menjadi
bangunan bersejarah seperti museum dan galeri seni.[7] Disebutkan juga dalam
kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan
terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan
pemilik modal dan pengguna modal, dari hampir seluruh bangsa di dunia dan suku di
Indonesia. Berbagai elemen yang ada pun memainkan perannya secara maksimal
pada bentuk wujud baru tanah Deli ini. Bangsa Arab, Punjab dan Tionghoa
contohnya,
1
yang mereka miliki. Beberapa golongan Tionghoa juga tercatat menjadi ahli dalam
bidang perkayuan di kota baru ini. Suku Jawa, etnis Tamil dan beberapa golongan
Tionghoa menjadi motor dalam memajukan usaha perkebunan di kota Medan sebagai
buruh. Semua elemen ini melebur menjadi satu kesatuan dengan identitas baru yakni
'orang Medan’.
Kesawan”, yaitu kampung yang terdapat di Kesawan sekarang ini hingga sampai ke
perkembangan Acte van Verband itu, maka mulailah dikampung Medan itu
ditempatkan beberapa orang Belanda dan kemudian orang-orang Tionghoa dan India
untuk kepentingan perkebunan dan sejak waktu tersebut kampung itu pun berubah
mengatakan, bahwa sekitar daerah Gang Bengkok atau jalan Mesjid yang sekarang
ini hingga lewat ke arah Sukamulia dibagian tepi singai, asal mulanya adalah tempat
orang bersawah dan perkampungan penduduk adalah disekitar jalan Kesawan yang
kini hingga kebagian sebelah darat, dan disebelah barat kebagian-bagian tinggi
diseberang Sungai Deli dan kabarnya hingga sampai ketepi Sungai Babura, (Sungai
memencil (tiada rapat). Maka karena itulah, ada kaul yang mengatakan bahwa
sebelah darat tadi, ada tumbuh sebatang pohon kayu yang sangat besar, sebangsa
pohon tualang. Pohon besar yang tumbuh dikampung tersebut dizaman itu namanya
“pohon kesawan” dan oleh karena mengambil nama pohon besar yang satu-satunya
Disamping itu ada pula cerita lain yang mengatakan bahwa kata-kata
“Kesawan” itu berasal dari sebutan orang-orang Tionghoa dari suku Hailohong, yang
asal mulanya menjadi pekerja kasar dikebun-kebun tembakau, sehingga kata-kata itu
lazim jadi sebutan lidah orang Tionghoa sampai pada beberapa menyebutkan
“Medan” itu dengan kata-kata “Sawang” atau “Kusawang” yaitu “Kesawan” menurut
Februari 1916 yang dirancang oleh arsitek bernama G. Boss. Setelah resmi dibuka
Walikota Medan pertama, Daniel Baron Mac Kay. Bangunan ini dikenal sebagai
Medan Warenhuis, sebuah pusat perbelanjaan untuk orang Belanda yang tinggal di
Medan pada masa kolonial. Firma dari Jerman, Hüttenbach & Co., yaitu ialah
perusahaan perdagangan asing pertama di kota Medan dan yang tertua di pantai timur
1
ini. Sekarang bangunan tersebut dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan pernah
dua menara, satu di sudut bangunan dan satunya di sayap bangunan, ini merupakan
pengaruh gaya Renaissance. Pada lantai kedua terdapat balko-balkon dengan pagar
berbentuk lengkung dan pada bagian atasnya terdapat hiasan dari stained glass.
terhadap bangunan yang tidak terpakai atau terbengkalai. Berikut adalah contoh yang
berada di luar negeri yang berada di Lezno, Poland. Yang bernama Leszczynski
untuk pertanian dan perternakan yang di ubah menjadi rumah manula yang di support
Joint BBQ oleh MA Studio. Fungsi awal dari bangunan ini merupakan sebuah gudang
tahun 1960 yang di redesain dengan pendekatan adaptive reuse. Bangunan ini
berubah fungsi menjadi tempat pembuatan minuman anggur, restauran dan bar. [9]
Sawahlunto, Sumatera Barat. Bangunan tersebut adalah sebuah Masjid Agung yang
memiliki sebuah ciri khas yang unik dan juga menyimpan sejarah dibalik bangunan
masjid itu sendiri. Sebelum menjadi masjid Agung Sawahlunto, bangunan ini
cerobong setinggi 10 meter yang dibangun pada tahun 1894 oleh Belanda yang
kemudian berubah fungsi menjadi masjid sejak tahun 1952. Sebelum difungsikan
menjadi tempat ibadah, bangunan itu juga sempat difungsikan sebagai tempat
Saat ini masjid saat ini dijadikan pusat pendidikan islam di kota
tambang itu berukuran 60 × 60 meter dan memiliki satu kubah besar di tengahnya
yang dikelilingi oleh empat kubah dengan ukuran lebih kecil. Menara masjid begitu
kentara terlihat seperti cerobong asap, karena bentuknya yang bulat dan tertutup
layaknya cerobong, dilengkapi dengan tangga besi sampai puncak. Begitu memasukki
kawasan masjid
agung ini suasana sejarah mengenai batu bara akan sangan kental. Karena begitu
sampai di area gerbang masjid agung ini kita akan disambut oleh rel kereta api. Di
dekat gerbang masuk kiri sebelum menemui akses tangga kita juga akan disambut
oleh mesin yang digunakan saat zaman belanda untuk mengolah batu bara. Mesin ini
diletakkan di suatu bidang yang ditinggikan agar lebih mudah untuk diamati.
Masjid ini memiliki dua akses gerbang utama. Gerbang pertama ialah
jika ingin langsung menuju masjid. Gerbang kedua areanya lebih lebar dengan tangga
yang lebih luas dan lebar. Tangga ini ditujukan kepada wisatawan agar lebih mudah
saat mengakses lokasi bersejarah tersebut. Jika melewati gerbang yang kedua, kita
palem yang ditata mengikuti pola lantai. Lalu, disebelah kiri masjid atau dibagian
utara kita akan langsung melihat sebuah menara masjid yang berwarna abu-abu
dengan besi besi yang tertanam secara horizontal pada menara yang terus berulang
hingga hamper mencapai ujung menara. Di ujung menara kita masih bisa melihat
dengan mata telanjang ada bentuk bulan dan bintang sebagai logo menara masjid.
Ketinggian menara masjid ini ialah 10 meter. Menara ini memiliki cerita yaitu
sebelum menjadi menara masjid, menara itu berfungsi sebagai cerobong asap batu
bara. Lalu, dibagian timur terdapat monumen berupa lori (gerbong kecil untuk
mengankut batu bara) pengangkut batu bara yang dibuat seakan-akan keluar dari
sebuah terowongan. Di sebelah atas monumen lori (gerbong kecil untuk mengankut
,mesin yang dipajang pada awal memasukki kawasan masjid agung tersebut.
2
Nilai adaptive reuse yang dapat diambil dari bangunan industrial heritage ini
ialah pertama, penggunaan kembali cerobong batu bara menjadi menara masjid.
Kedua, bangunan utama yang dijadikan masjid oleh pemerintah Sawahlunto untuk
mempertahankan nilai sejarah dan identitas sebuah daerah. Ketiga, lanskap yang
ditata sebagai ruang publik. Pada halaman masjid terdapat pohon-pohon palem
dengan pot
2
yang besar sehingga menjadi tempat duduk bagi wisatawan atau pengunjung masjid
ataupun orang-orang yang sekedar ingin beristirahat. Keempat, pada area menara
ataupun administrasi dan tidak ada bagian yang dipergunakan untuk keperluan
hunian, kecuali oleh para penjaga dan pemberasih kantor[10]. Sedangkan kantor sewa
atau rental office merupakan bangunan komersial dengan fungsi utama menyediakan
ruang usaha bagi kegiatan perkantoran maupun bisnis di kota-kota dengan tingkat
dengan rental office. Sementara itu, co-working space dipahami sebagai sebuah
lingkungan/ruang dimana beberapa profesi dapat bekerja dalam suatu area secara
bersamaan baik dalam ruang privat ataupun ruang kerja terbuka [12]. Konsep
coworking sendiri memiliki 5 nilai inti yang dipegangnya, yaitu komuitas, kolaborasi,
dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya
Fred dalam bukunya tentang Hotels and Resorts planning ialah diantaranya
yang dimaksud disini ialah memasarkan permintaan yang meningkatkan daya tarik
bisnis suatu daerah. Di sebagian besar negara, hotel didefinisikan sebagai public
dua layanan dasar: akomodasi dan makan. Fasilitas wisata seperti hotel ini
bergantung pada banyak faktor yang umumnya dapat dikelempokkan dalam lima hal :
akomodasi yang berasal dari pariwisata, rekreasi, dan daya tarik bisnis suatu
daerah.
- ekonomi keadaan ekonomi dan bujukan atau kendala keuangan yang dapat
proyek.
- Perencanaan dan desain perencanaan yang cermat dan desain fasilitas untuk
2
Dalam buku ini sang penulis juga menyatakan perbedaan antara hotel berlayanan dan
akomodasi sewaan semakin kabur. Banyak hotel murah dan pondok restaurant yang
makan[15].
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2014 tentang standar usaha kafe menetapkan
bahwa usaha kafe adalah penyediaan makanan ringan dan minuman ringan dilengkapi
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Gedung juga memiliki
dipaparkan dalam uu no 28 tahun 2002 bab III tentang fungsi bangunan gedung pasal
5, yaitu ; (1) Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya, serta fungsi khusus. (4) Bangunan gedung fungsi usaha
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bangunan gedung untuk perkantoran,
penyimpanan. (7) Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.[17]
perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di
bagian area suatu kota yang memiliki luas area yang terbatas, harga beli tanah yang
relatif mahal, lokasi tanah yang strategis, serta nilai ekonomi tinggi menjadu sebuah
struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas yang memiliki
BAB 3
DESKRIPSI PROYEK
sebagai berikut :
Het Warenhuis
Lokasi tapak berada di antara persimpangan Jalan Jendral Ahmad Yani VII
dan Jalan Hindu, Kesawan, Medan Barat, Kota Medan, Sumatera Utara. Dengan
luasan 5,100 m2 . Lokasi site juga merupakan daerah perkantoran. Lokasi site juga
tidak jauh dari sungai Deli. Lokasi site juga tidak jauh dari PP London Sumatera,
Pasar Hindu, Lapangan Merdeka dan masih banyak lainnya. Sehingga lalu lintas
didaerah site ini sering terjadi kemacetan pada sore hari tepatnya saat jam pulang
kerja.
Dari segi eksisting yang ada, kawasan tersebut merupakan kawasan yang tidak
2
memiliki jalan utama yang begitu lebar, dari data yang sudah didapat lebar jalan
utama selebar ±4𝑚 ditambah lagi dengan minimnya lahan parkir umum didaerah
tersebut membuat kawasan yang strategis ini rawan akan kemacetan lalu lintas saat
Batasan Site :
Utara Toko Alat Tulis Kantor, Toko Alat Kesehatan
Selatan Chinese Food, Restoran Keluarga, Kafe, layanan
hukum, pasar Hindu
Barat Layanan penukaran mata uang, perusahaan,
sungai Deli
Timur Bank, PT. PP Londo Sumatera, konsultan, butik,
lapangan merdeka, restoran fast food, restoran
china, stasiun kereta api
Keberadaan Existing Bangunan zaman kolonial Belanda yang berada
didaerah Kesawan
Iklim Tropis
Cuaca Cerah
Suhu ± 27 – 36 °C
Topografi Datar
Karakter Bangunan Art Deco
Suku Jawa, Batak, Melayu, Tionghoa, Mandailing,
Minangkabau, Karo, Aceh, India
3
Aktivitas (pekerjaan)
Jaringan Listrik PLN
Jaringan Air Bersih PDAM
Jaringan Sirkulasi
Jaringan Transportasi Motor, Mobil, Angkutan Umum, dll
(Sumber : Dokumen Pribadi Penulis 2019)
a. area utara
Pada sisi utara terdapat satu pintu masuk yang juga ditandai dengan
menara. Jika diperhatikan pada eksterior gedung dari arah utara, bangunan ini
dilengkapi oleh dua menara lainnya pada sayap kiri dan kanan bangunan, suatu ide
rancangan yang dipengaruhi oleh gaya Renaissance. Setiap jalur entrance dibuat
menyerupai menara sebagai fokus pada bangunan ini. Pada lantai dua, terdapat
b. area timur
Pada sisi timur lantai dua, juga terdapat balkon dengan balustrade yang dekoratif
Gambar 3.6 Tampak Samping Kiri Gambar 3.7 Tampak Samping Kanan
bearing wall sedangkan pada rangka atap tentunya menggunakan rangka atap kayu.
Lantai bangunan ini menggunakan cor beton dilantai satu dengan asumsi adanya
penutup lantai yang berupa material marmer yang kini sudah hilang. Adanya
beberapa sisa marmer sebagai acuan yaitu pada bagian tangga samping yang
berbahan cor beton dengan penutup lantai yang bermaterial marmer. Sementara pada
lantai dua dominan menggunakan material kayu sebagai lantai. Dapat dilihat pada
gambar 3.8 selasar, mezzanine dan lantai yang terdapat ruang-ruang mengalami
kerusakan yang cukup berat. Begitu juga dengan railing kayu mezzanine yang juga
telah banyak hilang. Pada material dinding menggunakan pasangan batu bata.
3
pertama pada strukturnya. Hal unik terjadi dimana sifat antar kedua material itu
bersifat
3
tarik dalam ilmu struktur. Pada kolom bangunan ini menggunakan bearing wall
sedangkan pada rangka atap tentunya menggunakan rangka atap kayu. Lantai
bangunan ini menggunakan cor beton dilantai satu dengan asumsi adanya penutup
lantai yang berupa material marmer yang kini sudah hilang. Adanya beberapa sisa
marmer sebagai acuan yaitu pada bagian tangga samping yang berbahan cor beton
dengan penutup lantai yang bermaterial marmer. Sementara pada lantai dua dominan
menggunakan material kayu sebagai lantai. Pada selasar lantai dua terdapat railing
Beri penjelasan mengenai kegunaan ruang. Jenis ruang. Seperti void, mezzanine dan
selasar.
Orange : Ruang-ruang
Coklat : Mezzanin
3
Pada bagian ini menjelaskan tentang kerusakan struktur pada lantai kayu yang
Gambar 3.16 Denah Kerusakan Balok Baja & Kayu pada Area Mezzanin
3
Adapun kondisi eksisting tapak medan warenhuis akan dijelaskan dalam uraian
berikut ini :
a. Iklim
datangnya angin hingga arah sinar matahari dari pagi hingga sore. Pada
gambar di bawah dapat dilihat arah angin datang selatan, barat, utara dan
timur laut.
b. Tautan lingkungan
Untuk mengetahui jarak gedung eks. Het Warenhuis dengan berbagai jenis
waktu dan jarak yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan analisa pada fungsi ruang yang akan dibuat dengan pendekatan
Adaptive Reuse.
- Dalam jarak kurang dari 200 meter dari gedung Eks. Het Warenhuis
- Dalam jarak lebih dari 200 meter dari dari gedung Eks. Het Warenhuis
c. Panca indra
Pada bagian ini menjelaskan deskripsi view dari dalam bangunan ke luar
bangunan.
View utara dari dalam keluar dapat user dapat melihat ruko-ruko dengan ciri
khas kolonial. Sedangkan pada view timur user depat melihat deretan ruko
dengan ciri khas kolonial dan ruko yang sudah dibangun ulang.
Waktu
Mobil Motor Angkutan
No. Daerah Lokasi Jarak umum
Data ini diambil untuk melihat peluang lokasi Gedung Eks. Warenhuis dalam
Data jarak dan waktu pencapaian antar BGCB sekitar dibuat dalam bentuk.
4
Jarak/Waktu
Het meni
Warenhuis t
4. Hotel 500 m / 2 menit 450 m / 6 42 menit
Grand Deli meni
t
5. Lonsum 2,1 km / 5 menit 180 meter / 2
menit
6. Stasiun 850 m / 3 menit 550 m / 6
Kereta Api meni
t
7. Lapangan 1,3 km / 5 menit 290 m / 4 1 jam 16 menit
Merdeka meni
t
8. Tjong A Fie 1,7 km / 4 menit 600 m / 7
meni
t
9. Gedung 1,1 km / 4 menit 1,1 km / 14
TVRI menit
10. RSTD 1,4 km / 4 menit 1,4 km / 18
menit
.11. Gedung 2,6 km / 6 menit 700 m / 9
BKS PPS meni
t
12. Istana 3,5 km / 8 menit 2 jam 11 2 jam 22 menit
Maimun menit
13. Masjid 3,9 km / 9 menit 2,2 km / 27
Raya menit
14. Menara 2,3 km / 8 menit 1,5 km / 19
PDAM menit
Tirtanadi
4
metode dalam menganalisa potensi tersebut. Mulai dari potensi sekitar hingga
bangunan itu sendiri. Dalam kasus ini penulis menggunakan metode analisis SWOT
dalam menentukan potensi dan kelemahan yang ada. Analisis SWOT digunakan
untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh
komersial. sementara.
memiliki keunikan yang sudah rusak tren yang sejalan Kota Medan
berbau vintage
seperti coworking
space.
Arsitektural, lokasi
serta sejarah
gedung ini
4
menyebabkan
gedung ini
memiliki potensi
tinggi.
Melakukan
adaptive reuse
akan sejalan
dengan program
pemerintah Kota
Medan dalam
menata kawasan
Heritage di
Kesawan.
4
sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan terhadap fungsi baru bagi bangunan eks. Warenhuis medan.
2. Membuat rencana parkir bagi bangunan eks. Warenhuis medan sehingga tidak
3. Membuat atau memilih material interior dan eksterior yang mendekati yang asli
DAFTAR PUSTAKA
gedung-warenhuis-langkah-pertama-revitalisasi-kawasan-heritage-
kesawan.html
[2] liputan6.com. (2020, 27 November). Menko Luhut Ingin Indonesia Duduki Posisi
luhut-ingin-indonesia-duduki-posisi-30-di-travel-and-tourism-
competitiveness-index
[5] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
[6] Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2012. Pelestarian Bangunan
[7] Eyṻce, D., & Eyṻce, A. (2010). Design Education For Adaptive Reuse. Archnet-
IJAR, 4,420.
adaptive-reuse-projects
[10] Harris, C.M. (2006). Dictionary Of Architecture & Construction, Fourth Edition.
[11] Fauzan, M., & Sulistiowati, A.D. (2019). Perancangan Rental Office Di Jakarta
[12] Pramedesty, R.D., Murdowo, D., Sudarisman, I., & Handoyo A.D. (2018).
[13] Moriset, B.(2013). Building New Places of The Creative Economy. The Rise of
Jakarta.
5
[15] Lawson, Fred. R. (1995) Hotel & Resort (Planning, Design and Refurbishiment.
[16] Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor
Jakarta.
Yogyakarta.