PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Rangka
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Sarjana Arsitektur
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo Kendari
Oleh:
BAYUN SARTISYA
E1B116076
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaanNya penulisan
tugas akhir dapat terselesaikan tepat waktu. Proposal tugas akhir ini disusun
dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Arsitektur pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari,
dengan judul “PERENCANAAN PONDOK TAHFIDZ QUR’AN DENGAN
PENDEKATAN ARSITEKTUR EKLEKTIK ISLAM DI BUTON UTARA”
Banyak kendala dan masalah yang dihadapi penulis dalam penulisan Proposal
Tugas Akhir ini, namun berkat berbagai pihak Proposal Tugas Akhir ini dapat
selesai dengan segala kekurangan penulis.
Pada kesempatan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang di sajikan
bukanlah merupakan suatu bentuk penulisan yang sempurna baik dari segi ilmiah
maupun sistematika penulisannya, meskipun pada masa persiapan maupun proses
penyusunan, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menampilkan yang
terbaik yang dimiliki oleh penulis, akan tetapi, pengetahuan, maupun keterampilan
yang dimiliki penulis sangat minim dan tidak berarti apa-apa. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................. 5
C. TUJUAN DAN SASARAN PEMBAHASAN ................................... 5
1. Tujuan Pembahasan ...................................................................... 5
2. Sasaran Pembahsan....................................................................... 5
D. BATASAN DAN LINGKUP PERMASALAHAN ........................... 6
E. METODE DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN .......................... 6
1. Tujuan Pembahasan ...................................................................... 6
2. Sistematika Pembahasan ............................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9
A. PENGERTIAN JUDUL .................................................................... 9
B. TEORI PENDUKUNG JUDUL ........................................................ 11
1. Pondok Pesantren ......................................................................... 10
2. Tahfidz Qur’an ............................................................................. 12
3. Arsitektur Eklektik ....................................................................... 13
a. Pengertian Tema Arsitektur Eklektik........................................ 13
b. Interpretasi Tema Arsitektur Eklektik....................................... 14
c. Sejarah Dan Perkembangan Arsitektur Eklektik ....................... 14
4. Jejak Peradaban Islam Pada Arsitektur Banua Tada Wolio............ 19
a. Arsitektur Islam Di Banua Tada ............................................... 20
b. Ciri Khas Arsitektur Banua Tada.............................................. 22
5. Filosofi Bentuk Dan Penerapan Arsitektur Eklektik Buton............ 25
a. Bentuk ..................................................................................... 25
b. Ornament ................................................................................. 26
c. Material ................................................................................... 27
C. STUDI BANDING PONDOK PESANTREN TAHFIDZ QUR’AN .. 28
ii
1. Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an ........................................... 28
2. Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia......................................... 33
3. Pondok pesantren darul huffadh 77 ............................................... 39
D. STUDI BANDING TEMA ARSITEKTUR EKLEKTIK................... 38
1. Masjid Rao-Rao............................................................................ 44
2. Masjid pusdai bandung ................................................................. 46
E. IDE RANCANGAN ......................................................................... 47
1. Fungsi........................................................................................... 47
2. Bangunan Dan Lingkungan .......................................................... 48
BAB III. TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN ................................... 49
A. TINJAUAN UMUM ......................................................................... 49
1. Tinjauan Umum Kabupaten Buton Utara ...................................... 49
2. Rencana tata ruang........................................................................ 53
B. TINJAUAN KHUSUS LOKASI PERENCANAAN ......................... 53
1. Tinjauan Khusus Kecamatan Kulisusu .......................................... 53
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 56
iii
DAFTAR TABEL
1
DAFTAR GAMBAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, dengan
86,7% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Dalam sensus resmi yang
dilirik oleh Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, penduduk Indonesia berjumlah
273,32 juta jiwa dengan 86,93% beragama Islam, 10,55% Kristen (7,47% Kristen
Protestan, 3,08% Kristen Katolik), 1,71% Hindu, 0,74% Buddha, 0,05% Konghucu, dan
0,03% agama lainnya. Mayoritas muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia
(seperti di Jawa dan Sumatra) hingga wilayah pesisir Pulau Kalimantan. (Bappenas,
2021)
Agama Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, dengan
Al-Qur’an sebagai kitab sucinya. Al-Qur’an merupakan dasar utama dalam kehidupan
umat muslim. Oleh karenanya, setiap muslim memiliki kewajiban untuk mempelajari,
memahami, serta mengamalkan kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Al-
Qur’an merupakan sumber dari segala hukum dan pengetahuan. Al-Qur’an bukan hanya
sekedar kitab sejarah yang diturunkan di masa Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah
kitab sepanjang zaman yang berlaku hingga akhir zaman nanti.
Hafalan Al-Qur’an apabila dinisbatkan kepada Allah SWT. Adalah menjaga
kemurnian, perubahan, penyimpangan, dan penambahan dan pengurangan. Sedangkan
kalau dinisbatkan kepada makhluk, maksudnya adalah menalarnya, mengamalkan
ketentuan-ketentuannya, dan disibukkan olehnya baik itu merenungkan, mengajarkan,
mempelajarinya (Fanani, 2016)
Pada zaman sekarang ini kegiatan kaum muslimin untuk menghafalkan ayat-ayat al-
Qur’an, baik itu secara keseluruhan ataupun sebagian semakin meningkat. Indonesia
merupakan negara yang penduduknya mayoritas muslim terbesar di dunia, namun
ironisnya keyataan di lapangan menunjukkan bahwa jumlah umat Islam di Indonesia yang
hafal al-Qur’an tidak sebanding jika dibandingkan dengan jumlah komunitas muslim di
dalamnya, terlebih pada zaman pemuda pemudi sekarang yang cenderung ketergantungan
pada alat-alat komunikasi, apabila di kalkulasikan secara matematik jumlah hafiz al-
Qur’an (orang yang hafal al-Qur’an) di Negara Indonesia belum mencapai 1% dari
seluruh komunitasnya. Menghafal al-Qur’an merupakan suatu keutamaan yag besar, dan
3
posisi itu selalu didambakan oleh semua orang, dan seorang yang bercita-cita tulus, serta
berharap pada kenikmatan duniawi dan ukhrawi agar manusia nanti menjadi warga Allah
dan dihormati dengan penghormatan yang sempurna. Di dalam ajaran Islam para
penghafal ini lebih di utamakan dari pada yang lainya dalam hal memberi fatwa,
pendapat, serta, dalam sebuah pandangan. (Fanani, 2016)
Buton Utara merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Tenggara yang saat ini
sedang menghadapi permasalahan semakin lemahnya pemahaman umat Islam akan
pentingnya nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan, pengaruh budaya asing sangat terasa,
termasuk pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan nilai keislaman. Di Buton Utara
sebenarnya sudah wadah bagi penghafal-penghafal al-qur’an namun dalam
pelaksanaannya hanya sebatas tempat kursus kilat yang mana proses ngajinya hanya siang
hari saja dan para santri tidak tinggal untuk serius menghafal. Hal ini akan membuat para
santri tidak akan focus dalam proses menghafal dan mengkaji Al-Qur’an karena
banyaknya pengaruh dari luar, sejatinya keberadaan pondok pesantren Tahfidz Qur’an
berada di lokasi yang jauh dari intervensi dari luar hal ini dimaksudkan agar para santri
bisa menghafal al-qur’an dengan tenang.
Berdasarkan realita yang ada, untuk mendukung terlaksananya pendidikan para
penghafal Al-Qur’an, diperlukan sebuah fasilitas yang mampu mewadahi kegiatan para
penghafal AL-Qur’an. Maka penulis terdorong untuk merencanakan Pondok Tahfidz
Qur’an di Kabupaten Buton Utara Dengan Pendekatan Arsitektur Eklektik. Pondok
Tahfidz Qur’an adalah sebuah yayasan yang didalamnya secara garis besar untuk belajar
menghafal Al-Qur’an dan tentunya pembelajarannya lebih ke Al-Qur’an. Dengan adanya
Pondok Tahfidz Qur’an ini juga menjadi sarana mengembangkan metode belajar Al-
Qur’an. Di dalam kegiatan belajar mengajar baik secara formal maupun non formal
fasilitas lingkungan juga sangat berpengaruh. Fasilitas yang mewadahi serta Lingkungan
yang tenang dan nyaman dapat membuat kegiatan belajar mengajar menjadi kondusif
terutama menghafal Al-Qur’an.
Dengan pendekatan Arsitektur Eklektik penulis bertujuan agar para santri dan
santriwati selalu mengingat sejarah keislaman buton melalui desain dan tampilan
bangunan yang mengandung nilai historys. Berdasarkan definisi dari Encyclopedia of
American Architecture, arsitektur eklektik berarti suatu gaya atau pergerakan, dimana
bentuk-bentuk dan detail dipilih dari beberapa gaya atau bangunan di masa lalu. Contoh
yang lebih ekstrim, bentuk-bentuk dan detail-detail tersebut dipilih lebih dari satu
4
bangunan atau gaya di masa lalu kemudian dikombinasikan kembali ke dalam suatu
desain bangunan (Dudley, 1980:151).
Hasil akhir dari perencanaan Pondok Tahfidz Qur’an ini yaitu, terwujudnya
lingkungan yang mendukung masyarakat dalam menciptakan Hafidz dan Hafidzah yang
nantinya mampu membantu keberadaan kader dakwah lingkungan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada Perencanaan Pondok Tahfidz Qur’an Dengan
Pendekatan Arsitektur Eklektik Di Buton Utara adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan lokasi yang tepat untuk pembangunan Pondok Tahfidz
Qur’an di Kabupaten Buton Utara?
2. Bagaimana merancang bangunan Pondok Tahfidz Qur’an yang dapat
memberikan kenyamanan kepada para santri untuk melakukan kegiatan sehari-
hari nya selama berada di Pondok?
3. Bagaimana menerapkan konsep arsitektur eklektik pada bangunan Pondok
Pesantren Tahfidz Qur’an di Buton Utara?
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penulis mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Adapun tujuan ini adalah:
a. Menentukan lokasi yang tepat untuk pembangunan Pondok Tahfidz Qur’an di
Kabupaten Buton Utara.
b. Merancang bangunan gedung yang sesuai dan dapat memberikan kesan
kenyamanan kepada para santri dalam melakukan aktifitas sehari-hari sebagai
calon hafidz dan Hafidzah masa depan.
c. Menerapkan konsep arsitektur eklektik pada bangunan Pondok Pesantren
Tahfidz Qur’an di Buton Utara dengan memberikan kesan historys agar para
santri dan santriwati tidak lupa dengan sejarah keislaman Buton.
2. Sasaran Pembahasan
Adapun sasaran pembahasan dalam Perancanaan Pondok Tahfidz Qur’an adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan lokasi Perencanaan Pondok Tahfidz Qur’an yang
strategis dan mudah di jangkau oleh masyarakat dan sesuai dengan tata ruang
daerah Kabupaten Buton Utara
5
b. Untuk mendapatkan perwujudan fisik bangunan yang memenuhi syarat sesuai
dengan fungsi bangunan sebagai Pondok Tahfidz Qur’an dengan pendekatan
Arsitektur Eklektik di Kabupaten Buton Utara
D. Batasan dan Linkup Permasalahan
Adapun sasaran pembahasan dalam perancanaan Pondok Tahfidz Qur’an adalah
sebagai berikut:
1. Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah dan lingkup disiplin Arsitektur dalam
artian tidak tertutup kemungkinan untuk meninjau disiplin ilmu namun tidak akan
dibahas secara mendalam, akan tetapi dibahas secara logika maupun berdasarkan
asumsi-asumsi.
2. Perencanaan Pondok Tahfidz Qur’aan ini akan dibahas berdasarkan permasalahan,
potensi, kebutuhan masyarakat. Selain itu membahas tentang lokasi yang strategis
untuk kemudahan masyarakat dalam akses lokasi akan disesuaikan dengan
kondisi lingkungan di Buton Utara.
3. Fungsi utama dalam Perencanaan Pondok Tahfidz Qur’an ini adalah untuk
menciptakan para hafidz dan hafidzah yang berkualitas dan dapat bermanfaat bagi
masyarakat Buton Utara pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada
umumnya.
E. Metode dan Sistematika Pembahasan
1. Metode Pembahasan
a. Menentukan Ide Pokok
Menentukan ide pokok sebagai ide atau pemikiran awal mengenai obyek
perencanaan dan perancangan. Ide pokok ini diperoleh dengan metode analisa
dari adanya fenomena – fenomena dan permasalahan yang sedang terjadi dan
mengkaitkannya dengan hal-hal yang saling menunjang. Ide pokok dalam
bembahsan ini adalah Perencanaan Pondok Tahfidz Qur’an.
b. Eksplorasi data
Eksplorasi data merupakan upaya mencari dan mengumpulkan data–data,
baik data primer maupun data sekunder yang berkaitan dengan ide pokok yang
dibutuhkan dalam penyusunan konsep perencanaan dan perancangan.
c. Studi Literatur
Studi yang bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder yang telah diteliti
oleh pihak lain melalui studi kepustakaan maupun studi yang telah dilakukan
6
oleh berbagai instansi. Data sekunder tersebut seperti teori-teori yang berkaitan
dengan pembahasan yang berasal dari buku-buku atau jurnal terkait yang di
internet dan Artikel dari media masa. Media pengambilan data:
1) Gambar digital
2) Soft file dari internet
3) Catatan tertulis
d. Studi Kasus
Studi kasus dilakukan untuk menambah latar belakang pengetahuan dengan
membandingkan obyek prancanaan yang sudah ada sebelumnya yang memiliki
latar belakang hampir sama dengan obyek perencanaan yang akan dibuat.
e. Teknik Wawancara tidak terstruktur
Metode ini digunakan agar mendapatkan informasi yang lebih mendetail
mengenai kebutuhan apa saja yang harus disediakan dalam perencanaan Pondok
Tahfidz Qur’an di Buton Utara
2. Sistematika pembahasan
Adapun Sistamatika penulisan dapat dikemukakan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang, rumusan dan batasan masalah, tujuan
dan sasaran pembahasan, pengertian dan batasan judul serta
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Mengemukakan tinjauan khusus suatu perencanaan arsitektural dalam
suatu pembangunan.
BAB III : TINJAUAN TEMPAT PERANCANGAN
Merupakan penjelasan terperinci mengenai titik tolak pendekatan,
yang terdiri atas aspek fungsional, aspek arsitektural, sistem utilitas,
dan konsep perancangan yang akan di pakai, serta alternative -
alternatif desain pada lokasi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Judul
Judul penulisan ini yaitu Perencanaan Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Dengan
Pendekatan Arsitektur Eklektik Islam Di Buton Utara.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah padanan kata asing “planning”, dapat diartikan sebagai suatu
sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai kondisi - kondisi
lingkungan kedalam rencana yang berarti dan dapat di laksanakan dengan teratur
(Shrode, 1974).
2. Pondok pesantren
a. Dhofier (1994: 84) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan
sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
b. Nasir (2005: 80) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga
keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan
dan menyebarkan ilmu agama Islam.
c. Team Penulis Departemen Agama (2003: 3) dalam buku Pola Pembelajaran
Pesantren mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah pendidikan dan
pengajaran Islam di mana di dalamnya terjadi interaksi antara kiai dan ustadz
sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid
atau di halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengkaji dan membahas buku-
buku teks keagamaan karya ulama masa lalu. Dengan demikian, unsur terpenting
bagi pesantren adalah adanya kiai, para santri, masjid, tempat tinggal (pondok)
serta buku-buku (kitab kuning).
3. Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu Tahfidz dan Qur’an, yang mana
keduanya mempunyai arti yang berbeda.
8
a. Tahfidz
1). Tahfidz berarti menghafal. Menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa
arab hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan
sedikit lupa.
2). Abdul Aziz Abdul Rauf (2004: 49), definisi menghafal adalah proses
mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun
jika sering diulang, pasti menjadi hafal.
b. Al-Quran
1). Muhammad A. Summa (1997), Al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat
aturan-aturan yang sangat jelas tentang kehidupan manusia, baik dari segi
lahiriyah maupun batiniyah.
2). ‘Abd al-Wahab al-Khallaf (1972: 30), secara terminologi Al-Qur’an adalah
firman Allah yang diturunkan melalaui Jibril kepada Nabi Muhammad SAW
dengan bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya dan sebagai hujjah
kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam
beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam
mushaf yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan An-Nas,
yang diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir.
Tahfidz Al-Qur’an merupakana cara untuk memelihara, menjaga dan melestarikan
kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammmad SAW diluar
kepala agar tidak terjadi perubahan dan kepalsuan serta dapat menjaga diri dari kelupaan
baik secara keseluruhan maupun sebagian.
4. Arsitektur Eklektik
Berdasarkan Webster’s New World Dictionary & Thesaurus (1998) eklektik adalah
penyeleksian dari beragam sistem, doktrin dan sumber. Eklektisisme adalah sebuah
metode eklektik atau sistem berpikir. Dalam Oxford English Dictionary (1989), eclectic
disinonimkan dengan selective dan to select yang berarti selektif dan dan menyeleksi.
Sementara itu, dalam Kamus Filsafat, eklektisisme berasal dari bahasa Yunani
ekleg;ek berarti keluar dan lego berarti pilih/pilah. Kata kerjanya eklegein yang berarti
memungut atau memilih. Ekletikos berarti seseorang yang memilih. Dalam bahasa
Inggris eklektisisme disamakan dengan eclecticism (Bagus, 2002:181). Dalam bidang
Filsafat, Plott (1989:322) mendefinisikan eklektisisme sebagai pemilihan ide-ide secara
9
tidak sistematis dari beragam sistem, doktrin atau sumber. Dalam bidang seni, Sporre
(1992:224) dalam Perceiving the Arts memberikan pemahaman bahwa eklektisisme
adalah suatu gaya desain yang mengkombinasikan contoh-contoh dari beberapa gaya
yang berbeda dalam sebuah komposisi tunggal.
Dalam bidang arsitektur, berdasarkan Illustrated Dictionary of Architecture, gaya
eklektik berarti pemilihan elemen-elemen dari gaya yang berbeda untuk desain-desain
hiasan yang arsitektural (Burden, 1998:79). Berdasarkan definisi dari Encyclopedia of
American Architecture, arsitektur eklektik berarti suatu gaya atau pergerakan, dimana
bentuk-bentuk dan detail dipilih dari beberapa gaya atau bangunan di masa lalu. Contoh
yang lebih ekstrim, bentuk-bentuk dan detail-detail tersebut dipilih lebih dari satu
bangunan atau gaya di masa lalu kemudian dikombinasikan kembali ke dalam suatu
desain bangunan (Dudley, 1980:151).
Dengan demikian arsitektur eklektik adalah bentuk-bentuk dan detail-detail dari
beberapa gaya atau bangunan-bangunan dari masa lalu, lebih dari satu bangunan yang
kemudian coba diterapkan pada suatu desain bangunan yang mengacu pada prinsip
arsitektur eklektik.
5. Keislaman Buton
Kesultanan Buton adalah kerajaan Islam yang berdiri di Baubau, Sulawesi
Tenggara, antara abad ke-16 hingga abad ke-20. Selama berkuasa, kesultanan ini
memiliki sistem pemerintahan dan undang-undang yang berbeda dari kerajaan-kerajaan
di Nusantara. Selain itu, Kesultanan Buton juga berhasil mempertahan kan
kedaulatannya meski berkali-kali terlibat perang dengan Belanda.
11
sehingga santri bisa secara cepat beradaptasi dalam setiap bentuk perubahan
peradaban dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat
c. Pondok Pesantren Rehabilitasi
1) Pondok Pesantren Rehabilitasi adalah bentuk Pondok Pesantren dengan fungsi
khusus, dan pada umumnya bukan untuk mencetak ulama sebagaimana fungsi
utama sebuah pandok pesantren.
2) Pondok Pesantren Rehabilitasi juga di pimpin oleh seorang kiyai. Tetapi
biasanya kiyai tersebut memiliki kelebihan dalam mengontrol dan mengobati
suatu penyakit mental.
3) Bentuk bentuk Pesantren Rehabilitasi:
a) Pondok Rehabilitasi Narkoba.
b) Pondok Rehabilitasi Penyakit Jiwa.
c) Pondok Rehabilitasi AIDS, atau penyakit yang mematikan sehingga
mengganggu jiwa penderitanya.
d) Pondok Pesantren untuk anak bermasalah, hiperaktif dan kelainan mental.
2. Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan Al-Qur’an, yang mana
keduanya mempunyai arti yang berbeda.
Tahfidz artinya menghafal. Menghafal memiliki kata dasar hafal yang berasal dari
bahasa arab hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit
lupa. Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf (2004 : 49), definisi menghafal adalah
proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika
sering diulang, pasti menjadi hafal. Seseorang yang telah hafal Al-Qur’an secara
keseluruhan di luar kepala, bisa disebut dengan juma’ dan huffazhul Qur’an.
Sedangkan al-Qur’an secara etimologi (asal kata) al-Qur’an berasal dari kata Arab
qaraa ( )ق رأyang berarti membaca, sedangkan al-Farra’ mengatakan bahwa kata al-Qur’an
berasal dari kata qara>in ( )ق رائنjamak dari qari>nah ( )ةن يرقdengan makna berkait-
kait, karena bagian al-Qur’an yang satu berkaitan dengan bagian yang lain. Al-Asy’ari
mengidentifikasi etimologi al-Qur’an berasal dari kata qarn ( ) ن رقyang berarti gabungan
dari berbagai ayat, surat dan sebagainya. Menurut ‘Abd al-Wahab al-Khallaf (1972 : 30),
secara terminologi al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan melalaui Jibril kepada
Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya dan sebagai
hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah
12
serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang dimulai
dengan surat al-Fa>tihah dan diakhiri dengan an-Na>s, yang diriwayatkan kepada kita
dengan jalan mutawatir.Al-Qur’an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW, sehingga al-Qur’an menjadi nama khas kitab itu, sebagai
nama diri. Dan secara gabungan kata itu dipakai untuk nama al-Qur’an secara
keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayat-ayatnya.
3. Arsitektur Eklektik
a. Pengertian Tema Arsitektur Eklektik
Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi
juga menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi tata atur kehidupan
sosial dan budaya masyarakat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur
(Amos Rappoport, 1981). Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura,
arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara unsur
keindahan/estetika (venustas), kekuatan (firmitas), dan kegunaan/fungsi (utilitas), dan
tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya.
Sedangkan menurut Robert Gutman (1976), arsitektur sesungguhnya merupakan
kulit ketiga manusia. Arsitektur merupakan lingkungan buatan yang bukan saja
menjembatani antara manusia dengan lingkungan melainkan sekaligus merupakan
wahana ekspresi kultural untuk menata kehidupan jasmaniah, psikologis dan sosial
manusia.
Eklektik berasal dari bahasa Yunani = “eklegein”, artinya memilih sesuatu.
Menurut Sumalyo, eklektik adalah memilih yang terbaik dari yang sudah ada
sebelumnya. Sumalyo (1997) juga menambahkan bahwa arsitektur eklektisme adalah
aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri.
Arsitektur eklektik bisa dikatakan sebagai hasil karya arsitektur yang
mempergunakan metode merancang secara eklektik. Eklektisme adalah sebuah
pergerakan arsitektur dengan metode menggabungkan (kombinasi) berbagai aspek, ide,
teori maupun yang ditujukan untuk membuat arsitektur terbaik dengan kombinasi yang
ada. Pergerakan ini diawali dari filsafat yang dikaitkan dengan penggabungan berbagai
perspektif pondasi filsafat untuk membentuk filsafat baru yang lebih baik. Metodenya
kemudian diterapkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang lain, diantaranya
kedalam arsitektur (Hindarto, 2009).
13
Maka dapat dipahami bahwa Arsitektur Eklektik berarti suatu pemilihan, perpaduan
unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri dengan menggabungkan berbagai
aspek, ide, teori maupun yang ditujukan untuk membuat kombinasi arsitektur terbaik
yang ada.
Selain itu pada abad ke-18 M, muncul istilah Modern Eclecticism yang
dipublikasikan oleh seorang arsitek terkenal Austria yang bernama Fischer von Erlach
yang diterbitkan tahun 1717 M, di sini terdapat perbedaan substansial antara Alberti
Revivalism dengan buku yang ditulis oleh Erlach tersebut. Pemikiran Alberti muncul
pada masa pergerakan filsafat dan sastra Italia pertengahan abad ke-14 M yang
kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya dengan satu wacana yang
disebut dengan kebudayaan barat modern, di mana gerakan ini selalu merujuk ke
gerakan Humanisme di dalam bidang filsafat yang didasarkan pada kemampuan
intelektual manusia. Sementara itu Erlach sendiri menawarkan pemikiran lain
mengenai eklektisisme ini dan menganggapnya sebagai suatu permainan bebas dalam
arsitektur, ini berbeda dengan Alberti yang menekankan intelektualitas dalam
melakukan eklektisisme.
15
Senada dengan Lesnikowski, Gelernter (1995:92-104) mengemuka kan bahwa
pada abad ke-14 dan 15 M, kaum Humanis Italia menolak pandangan abad
pertengahan yang religius yang menganggap segala sesuatunya adalah refleksi dan
simbolisasi dari Divine Artist atau God (Tuhan), mencoba membangkitkan arstitektur
kuno dan menginginkan kembalinya kejayaan imperium Romawi. Terdapat dua
pemikiran yang bertolak belakang masa tersebut yaitu pemikiran kaum Humanis yang
sekuler dan skolastis yang religius. Renaissance sendiri dimaknai sebagai a romantic
worship of everything ancient, yaitu sebagai sebuah bentuk penghormatan kepada
segala sesuatu yang berbau kuno dalam hal ini Romawi Kuno (ancient Rome
16
Munculnya kembali eklektisisme pada abad ke-20 M juga dilatarbelakangi oleh
berbagai hal. Menurut Klotz (1984:45) munculnya usaha untuk kembali
mengkombinasikan bentuk-bentuk sejarah dalam arsitektur dengan modernisme
(post-modernism, abad ke-20 M) adalah usaha untuk melawan Fungsionalisme dan
gaya Internasional. Menurutnya ekletisisme ini dapat di nilai dari dua titik pandang,
pertama sebagai sebuah sangkalan (antidote) untuk melawan klaim absolut dari
doktrin-doktrin pergerakan modern yang kemudian ternyata mengalami defisiensi.
Modernisme dianggao memiliki kelemahan dalam membentuk karakter (karakteristik)
dalam pergerakan arsitektur modern karena menyumbangkan nilai emosional bahkan
menyumbangkan simbol-simbol yang hilang atau tidak diketahui. Kedua sebagai
bentuk yang representative, suatu kesungguhan, keseriusan, kebesaran untuk
kebebasan memilih dan untuk selera yang bagus atau good taste. Klotz
menambahkan bahwa eklektisisme yang terjadi setelah era modern nampaknya
diarahkan untuk menggali dan menggunakan sumber- sumber sejarah dan
mengadaptasikannya dengan kondisi modern tanpa kontradiksi. Hal tersebut sebagai
usaha untuk mengkarakterkan sejarah sebagai kenang-kenangan (a reminiscence) dari
keruntuhan kehidupan di masa lalu.
18
Gambar II.2. Gereja Protestan Semarang
Sumber: https://www.tripadvisor.co.id
Karakteristik Gereja Protestan Semarang antara lain:
Gereja ini memiliki bentuk denah segi delapan, dipengaruhi oleh arsitektur
Renaissance.
Gereja protestan mempunyai pintu masuk dari keempat arah mata angina,
yang pada setiap pintu masuknya mempunyai konstruksi yang menempel
pada bangunan pertama berupa portico.
Bentuk kubah pada gereja ini mengadaptasi arsitektur Byzanthium dengan
dimensi yang sangat besar sehingga oleh masyarakat setempat lebih dikenal
dengan sebutan “Gereja Blenduk”
Pada bagian tengah gereja memiliki atap pelana dan gable atau dinding
segitiga di ujung atap identic dengan pediment dari portico.
Pengaruh arsitektur Yunani-Romawi tercermin pada kolom-kolom Doric
dan Corinthian Romawi, terlihat pada ruangan koor, keempatpintu masuk
gereja yang mengadaptasi bentuk Parthenon terlihat pada pintu masuk
utama.
Pada gereja tersebut Palladianisme, yaitu merupakan bangunan yang memiliki
ciri simetris untuk memudahkan mendapatkan keselarasan dan keseimbangan
bentuk.
4. Jejak Peradaban Islam Pada Arsitektur Banua Tada Wolio
Dapat dilihat karya-karya arsitektur Islam di berbagai belahan dunia memiliki
tujuan yang satu, yaitu untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah. Walaupun
demikian, dalam tataran bentuk arsitektur Islam yang dilandasi oleh kesatuan tujuan dan
19
nilai-nilai islami itu tidak hadir dalam representasi bentuk fisik yang satu dan seragam,
melainkan hadir dalam bahasa arsitektur yang beragam. Dapat ditinjau secara
keseluruhan, arsitektur telah muncul di mana dia dibutuhkan, serta tidak terbatas di
mana dia didirikan.
Arsitektur pun turut mempengaruhi muncul dan tenggelamnya suatu kebudayaan
dan peradaban. Masyarakat muslim sebagai salah satu peradaban terbesar di dunia pun
tidak ketinggalan dalam menyemarakkan peradaban dengan arsitektur yang
mencerminkan worldview dan nilai-nilai Islam sepanjang sejarah perkembangan dan
perjalanannya di muka bumi ini. Dalam Islam, arsitektur merupakan bagian dari karya
seni yang tidak pernah lepas dari keindahan yang merujuk pada kebesaran Allah sebagai
Sang Maha Pencipta. Hal ini memberi kesadaran, bahwa kita sebagai manusia hanyalah
hamba yang kecil dan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kebesaran Allah.
Bahkan lebih jauh, rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam
arsitektur tak boleh lepas dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran
dan keagungan Allah sebagai Dzat pemilik segala keindahan.
20
berarti rumah siku bertiang empat adalah rumah tempat tinggal para pejabat atau
pegawai istana. Sementara itu, Banua Tada Tare Talu Pale yang berarti rumah siku
bertiang tiga adalah rumah tempat tinggal orang biasa. Bentuk bangunan Banua Tada
Tare Talu Pale tampak dari depan.
Menurut La Ode Ali Ahmadi, petugas arkeologi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Sulawesi Tenggara, konstruksi ketiga jenis bangunan tersebut di atas pada
dasarnya adalah sama karena berasal dari satu konstruksi yang sama, yaitu rumah yang
memiliki siku atau dalam istilah setempat disebut dengan banua tada (rumah siku).
Bentuk bangunan banua Tana Tare Pata Pale tampak dari depan. Masyarakat luas
lebih banyak mengenal Malige sebagai rumah adat masyarakat Buton daripada kedua
jenis rumah adat Buton lainnya, yaitu Banua Tada Tare Pata Pale dan Banua Tada Tare
Talu Pale. Hal ini dikarenakan Malige yang merupakan arsitektur peninggalan
Kesultanan Buton tersebut sarat dengan nilai-nilai dan kearifan budaya serta peradaban
masyarakat Buton di masa lampau. Nilai-nilai ini dapat dipelajari melalui pemaknaan
simbol dan ragam hias pada bangunan tersebut. Fungsi dan makna simbolis pada
bangunan malige banyak dipengaruhi oleh konsep dan ajaran tasawuf.
Masyarakat Buton pada masa itu menganggap bahwa pemilik malige dalam hal ini
Sultan adalah replikasi dari wajah Tuhan (Allah) yang diwujudkan dalam bentuk
Malige, baik secara konstruktif maupun dekoratif. Bentuk rumah adat tradisional orang
Buton diibaratkan tubuh manusia yang memiliki kepala, badan, kaki, dan hati. Bagian
kepala dianalogikan dengan atap rumah, badan dianalogikan dengan badan rumah, kaki
dianalogikan dengan bagian bawah atau kolong rumah, dan hati dianalogikan dengan
pusat rumah.
Menurut keyakinan orang Buton, hati merupakan titik sentral tubuh manusia.
Dengan demikian, sebuah rumah juga harus memiliki hati. Itulah sebabnya dalam
masyarakat Buton terdapat sebuah tradisi memberi lubang rahasia pada salah satu kayu
terbaiknya yang kemudian digunakan sebagai tempat untuk menyimpan emas. Lubang
rahasia tersebut dianggap sebagai simbol pusar yang merupakan titik sentral tubuh
manusia sementara emas adalah simbol hati rumah tersebut. Pengaruh konsep tasawuf
pada bangunan malige muncul sekitar pertengahan abad ke-16 M, yaitu sejak Raja
Buton ke-6, Timbang Timbangan atau Lakilaponto atau Halu Oleo, memeluk agama
Islam dan dilantik menjadi Sultan Buton yang pertama dengan gelar Murhum
Kaimuddin Khalifatul.
21
Beberapa berpendapat bahwa Imam Fathani lah yang mengislamkan lingkungan
Istana Buton sekaligus melantik Raja Lakilaponto sebagai Sultan Buton pertama dengan
gelar Murhum. Kata Murhum diambil dari nama sebuah kampung di Patani yang
bernama Kampung Parit Murhum. Sultan Murhum Kaimuddin menempatkan ajaran
tasawuf sebagai pijakan utama untuk mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan negara
dan masyarakatnya. Beliau bersama gurunya, Syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman
Al-Fathani, menerbitkan undang-undang Martabat Tujuh yang sebagian berisi ajaran
tentang penyucian akhlak sebagai undang-undang tertinggi di negeri itu. Selanjutnya,
nilai-nilai ajaran tasawuf yang terkandung di dalam undang-undang tersebut
diekspresikan baik dalam bentuk manuskrip maupun melalui simbol-simbol yang
dilekatkan pada artefak-artefak, seperti pada Benteng Kesultanan (Benteng Wolio)
maupun pada bangunan malige. Hal lain yang melandasi penataan struktur bangunan
rumah tradisional orang Buton adalah konsep kosmologi. Konsep ini mengajarkan
tentang perlunya keseimbangan di antara seluruh unsur alam semesta. Oleh karena itu,
dalam proses pembuatan sebuah rumah, keberadaan sebuah sistem pengetahuan tentang
kondisi lingkungan sekitar menjadi sangat penting. Dengan sistem pengetahuan yang
dimiliki, masyarakat setempat dapat memilih bahan bangunan yang baik, waktu dan
lokasi mendirikan rumah yang cocok, serta bentuk dan desain rumah yang tepat atau
seimbang sehingga sebuah bangunan rumah dapat selaras dengan alam sekitar.
22
Istana Malige dilengkapi berbagai bentuk serta ornamen yang ada pada bangunan,
seperti pada bagian atap terdapat ornamen berbentuk nenas dan naga. Nenas
melambangkan masyarakat Buton dapat beradaptasi pada lingkungan dimana saja.
Nenas memiliki duri yang merupakan senjata yang melambangkan bahwa masyarakat
Buton dapat mempertahankan diri dari serangan apapun. Selain itu buah nenas memiliki
buah yang manis walaupun bagian luarnya berduri. Sedangkan naga melambangakan
seorang pemimpin harus berani dan berjiwa ksatria dalam pengambilan suatu keputusan.
Kiki Ratnaning Arimbi dalam Berselancar Ke-34 Rumah Adat, Yuk! (2017) rumah
adat ini merupakan rumah panggung yang dibangun dengan bahan kayu, bambu dan
daun. Bagian struktur rumah adat dibangun dengan kayu pohon nangka, jati, dan bayem.
Ketiganya merupakan jenis kayu yang banyak tumbuh di Sulawesi Tenggara. Bagian
sendi dan pondasi rumah memanfaatkan batuan yang diambil dari sungai dan gunung.
Bagian dalam rumah, yaitu lantai dan dinding, dibuat menggunakan bambu dan papan
kayu. Sementara, bagian atap dibuat dari daun rumbia atau nipa. Namun, seiring
berkembangnya zaman, atap rumbia tidak lagi diguakan dan diganti dengan atap seng
yang lebih tahan lama. Atap banua tada adalah bagian yang umumnya menggambarkan
status sosial penghuninya.
Ciri-ciri atap banua tada milik penduduk biasa dengan bangsawan memiiki bentuk
yang berbeda. Menurut Bonnieta Franciska dan Laksmi Kusuma Wardani dalam
"Bentuk, Fungsi, dan Makna Interior Rumah Suku Tolaki dan Suku Wolio di Sulawesi
Tanggara" terdapat tiga jenis banua tada berdasarkan bentuknya. Pertama adalah banua
tada kamali atau mulige (mahligai), yaitu tempat tinggal raja. Kedua adalah banua tada
tare pata pale yang ditinggali oleh pejabat atau pegawai istana. Sementara, yang terakhir
adalah banua tada tare talu pale yang ditinggali oleh orang biasa.
Berikut ciri-ciri yang membedakan ketiganya:
1). Banua Tada Kamali atau Malige
Atap tersusun atas 2 malige;
bangunan biasanya memiliki 3 tingkat;
jumlah jendela menyesuaikan besar ruangan.
2). Banua Tada Tare Pata Pale
Memiliki atap bersusun;
terdiri dari 3 tiang penyangga;
23
memiliki dua jendela kiri dan kanan setiap ruangan.
3). Banua Tada Tare Talu Pale
Memiliki atap simetris dengan tiap penyangganya hanya 3;
terbuat dari papan kayu yang dilapisi tikar dari anyaman rotan;
hanya memiliki 1 jendela di setiap ruangan.
c. Ragam Hias Rumah Tradisional Buton
Ragam hias pada rumah adat suku Wolio atau orang Buton secara garis besar terdiri
dari dua macam yaitu ragam hias dalam bentuk seni pahat (tiga dimensi) dan ragam hias
dalam bentuk seni ukir (dua dimensi) (lakebo,1986:116; Kadir, 2008; Kadir dkk, 2013).
Ragam hias dalam bentuk seni pahat dan seni ukir tersebut biasanya ditempatkan pada
bingkai-bingkai pintu atau jendela pada dinding, dan ujung depan atau belakang
bumbungan atap rumah. Dari segi motif, ragam hias yang paling menonjol pada rumah
orang buton adalah motif flora dan fauna. Tiap-tiap motif memiliki makna simbolis dan
nilai falsafah hidup yang lebih tinggi.
Kedua jenis motif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Motif flora
a) Nanasi (lihat gambar II.4), yaitu hiasan yang berbentuk buah nenas, motif yang
biasanya ditempatkan pada ujung atap rumah bagian depan dan belakang ini
melambangkan keulatan dan kesejahteraan. Tanaman nenas menurut mereka
merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan tidak mudah layu walaupun ditanam
ditanah kering. Simbol nenas menyiratkan bahwa dimanapun orang Buton berada
atau mencari nafkah, dia harus ulet dalam menghadapi segala tantangan alam.
b) Bosu-bosu (lihat gambar II.4) atau buah pohon butun (baringtoniaasiatica), yaitu
sejenis buah yang menyerupai delima. Motif yang biasa ditempatkan pada
tengkebala atau bate (yaitu bagian atap rumah yang berada di bawah cucuran atap)
merupakan simbol keselamatan, keteguhan, dan kebahagian.
24
c) Ake, yaitu motif yang bentuknya seperti patra (daun). Motif ini melambangkan
kesempurnaan. Motif ini juga terdapat pada bangunan malige sebagai lambing
bersatunya Sultan (sebagai manusia) dengan khalik (Tuhan). Makna symbol ini
berasal dari ajaran tasawuf Wahdatul Wujud.
d) Kambang, yaitu sejenis kembang berbentuk kelopak teratai atau matahari yang
melambangkan kesucian. Karena bentuknya seperti matahari, maka orang Buton
menyebutnya lambing Suryanullah (cahaya Allah), yang menggambarkan
kemajuan atau pengembangandari zaman Majapahit ke jaman Islam.
2. Motif fauna
Motif fauna yang palig menonjol pada bangunan rumah adat buton adalah motif
naga. Motif ini biasanya ditempatkan pada bubungan atap rumah karena masyarakat
beranggapan bahwa naga itu tinggal di langit. Motif ini melambangkan kekuasaan dan
pemerintahan. Selain pada bumbungan atap rumah, motif ini juga biasa dipasang pada
pintu depan dan belakang, dengan maksud agar si penghuni rumah terhindar dari
segala macam bahaya, terutama angin jahat (Lakebo, 1986:118).
Gambar II.5. (a) Nanasi (b) Motif naga (c) Ake (d) Bosu-bosu
Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, 2017
5. Filosofi Bentuk Dan Penerapan Arsitektur Eklektik Buton
aspek dari arsitektur eklektik buton yang di terapkan pada bangunan pondok
pesantren tahfidz Al-Qur’an ini yaitu aspek fisik yang terdiri dari bentuk, ornament dan
material
a. Bentuk
Bentuk dasar bangunan yang dominan digunakan adalah bentuk persegi, yang
merupakan bentuk yang simetris, bersifat formil dan tegas, serta bentukan atap yang
akan di implementasikan pada beberapa bangunan seperti asrama dan sekolah
mengambil konsep bentuk rumah adat buton.
25
Gambar II.6. atap rumah adat buton
Sumber: www.google.com
Bentuk dari siku/tada rumah tradisional buton diterapkan pada eksterior massa
bangunan asisten, sebagai struktur yang menopang overstek.
26
Motif naga merupakan motif fauna yang ditempatkan pada bubungan atap pada
bangunan. Perletakannya di atas bubungan karena masyarakat beranggapan bahwa naga
bertempat tinggal di langit.
27
Pada area sudut fasad serta sudut dinding bangunan asisten diterapkan bata tempel
28
3. Unit kepondokan/kesantrian, dikenal sebagai unit Majlis Tarbiyah wat-Ta’lim
(MTT) bertanggang jawab pada pengaturan keberadaan santri dengan segala
aktifitasnya, terutama pada aspek ibadah formal, ekstra kurikuler dan aktifitas-
aktifitas yang berkenaan dengan aspek kesantrian. Bertanggung jawab penuh
dalam pengawasannya 24 jam setiap hari.
4. Unit perpustakaan, untuk meningkatkan kualitas keilmuan (wa ma’nan) nya santri
Madrasatul Qur’an, disediakan berbagai kitab yang kebanyakan berbahasa Arab
terutama bidang Tafsir, Hadits dan Fiqh.
5. Biro santunan, sebagai kepedulian Madrasatul Qur’an terhadap santri yang kurang
mampu dalam keuangan/biaya, mereka bisa diterima pada unit biro santunan
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
6. Kopontren Madrasatul Qur’an, bergerak di bidang usaha peningkatan
perekonomian santri yang dikelola oleh pengurus Kopontren dibawah naungan
Yayasan MQ dan Dinas Perindagkop Kab. Jombang
7. Laboratorium Computer Multimedia dan jaringan internet
8. Unit keuangan, dll.
c. Kurikulum Pendidikan
1. Tahfidh (menghafal Al-Qur’an)
Tabel II.1: Kegiatan Tahfidh (menghafal Al-Qur’an pada Ponpes Madrasatul
Qur’an
2. Binnadhar
a. Tingkat Mubtadi’
1. Materi bacaan/fashahah klasikal adalah surat Al-Baqarah dan Juz 30
2. Materi hafalan adalah surat Ad-Dhuha (93:30)– An-Nas (113:30)
29
3. Materi fashahah/tajwid:
1) Makharijul huruf
2) Mad dan Qashr.
3) Hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati dan nun tasydid.
4) Target capaian:
1) Menguasai dasar-dasar fashahah.
2) Lancar membaca.
b. Tingkat Mutawashith
1. Materi bacaan/fashahah klasikal adalah: Ali Imron (Juz 3) – An-Nas (Juz 30)
2. Materi hafalan: Juz Amma & surat-surat penting
3. Materi setoran Juz 1 - 15
4. Materi fashahah dan tajwid:
1) Hukum bacaan Ra’ dan Lam
2) Tanda-tanda waqof
3) Ahkamul Mad dan Ukurannya.
c. Tingkat Muntadhir
1. Materi bacaan/fashahah klasikal adalah Ash-Shoffat - Adz-Dzariyat
2. Materi hafalan adalah surat-surat penting dan Juz 29 - 30
3. Materi fashahah dan tajwid:
1) Waqof ibtida’
2) Musykilatul Kalimat
3) Hamzah Qotho’ dan Washal
4. Target capaian:
1) Mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan makhraj dan sifatnya
2) Lancar membaca
d. Tingkat Maqbul, materi Muntadhir dan hafalan juz 28
30
Misbah, 2017 sebagai penghalang
sinar matahari
langsung yang jatuh
dalam area tapak
31
5 Asrama Santri google.com/ Pengadaan asrama
maps/Mustop santri terbagi dua,
ahul yaitu asrama santri
Khairudin, putra dan asrama
2018 santri putri. Hal ini
dimaksudkan agar
tidak terjadi
google.com/ percampuran antara
maps/Elsa santri putra dan santri
YellowLife, putri
2019
32
dapat digunakan untuk
bersantai atau
beristirahat sementara
33
a. Program Tahsin adalah program Al-Qur’an pertama yang dijalankan para
santri. Santri tidak diizinkan untuk mengikuti tahfizh sebelum dinyatakan lulus
pada tes tahsin.
b. Program Tahfizh adalah program yang memiliki alokasi waktu paling banyak
yang terbagi dalam 4 waktu; pertama, setelah sholat Subuh yang digunakan
untuk menyetorkan hafalan baru, kedua, setelah sholat Zuhur yang digunakan
untuk menyiapkan setoran murojaah sore, ketiga, setelah sholat Ashar yang
digunakan untuk menyetorkan murojaah, dan keempat, setelah sholat Maghrib
yang digunakan untuk menyiapkan setoran hafalan baru.
c. Program Tafhim adalah program penyempurna dari program tahfizh yang
diawali dengan program Terjemah Al-Qur’an. Dengan program ini diharapkan
para santri dapat memahami dan menghayati hafalan Al-Qur’an yang sudah
disetorkan.
2. Kegiatan Pendidikan Formal yang mengacu kepada Departemen Pendidikan
Nasional (SMPIT dan SMAIT)
3. Kegiatan Pendidikan Formal yang memuat kurikulum pesantren berbasis
pembelajaran Bahasa Arab secara intensif.
Tabel II.3:Jadwal kegiatan rutin harian santri
Waktu Uraian
04.00 – 04.20 WIB Persiapan Sholat Subuh
04.20 – 04.45 WIB Sholat Subuh
04.45 – 06.15 WIB Al-Qur’an (Setoran Hafalan Baru)
06.15 – 07.00 WIB MCK dan Sarapan Pagi
07.00 – 12.00 WIB KBM Formal
12.00 – 12.30 WIB Sholat Zuhur
12.30 – 13.00 WIB Al-Qur’an (Persiapan Murojaah Sore)
13.00 – 13.45 WIB Makan Siang
13.45 – 15.00 WIB Istirahat Siang
15.00 – 15.30 WIB Sholat Ashar
15.30 – 16.30 WIB Al-Qur’an (Setoran Murojaah)
16.30 – 17.15 WIB Olahraga
17.15 – 18.00 WIB MCK dan Makan Malam
34
18.00 – 18.20 WIB Sholat Maghrib
18.20 – 19.00 WIB Al-Qur’an (Persiapan Setoran Hafalan Baru)
19.00 – 19.20 WIB Sholat Isya
19.20 – 20.00 WIB Kosa Kata Bahasa Arab/Inggris
20.00 – 21.30 WIB Belajar Malam
21.30 – 04.00 WIB Istirahat Malam
Sumber:darulquran.sch.id
35
bangunan
mengurangi
kenyamanan para
santri
2 Halaman Parkir google.com/ Halaman parkir yang
maps/Budi disediakan
Sulis, 2018 dipisahkan
berdasarkan jenis
kendaraan yakni
kendaraan roda dua
dan roda empat
36
5 Rumah Dinas Guru google.com/ Rumah Dinas Guru
maps/Aghnas diperuntukan bagi
Aja, 2019 tenaga pengajar yang
tinggal di Pondok
Pesantren Terpadu
Darul Qur’an Mulia
37
sementara
8 Klinik google.com/ Klinik kesehatan
maps/Qonita digunakan sebagai
Taqiyya, saran konsultasi
2017 kesehatan santri dan
memberikan
pertolongan darurat
38
12 Fasilitas Ibadah google.com/ Fasilitas ibadah
maps/Eka sebagai sarana
Ugi Sutikno, meningkatkan
2018 ketaqwaan dan
mendekatkan diri
kepada Allah
39
2 Pkl. 05.15 – 06.00 Shalat Shubuh, para santri menghadapkan
hafalannya
3 Pkl. 06.00 – 06.30 Pemberian kosa kata oleh penggerak bahasa
4 Pkl. 06.30 – 07.30 Persiapan masuk kelas KMI
5 Pkl. 07.30 – 08.30 Mengulang hafalan Alquran
6 Pkl. 08.30 – 12.15 Masuk kelas KMI
7 Pkl. 12.15 – 13.30 Makan siang, Shalat Dhuhur
8 Pkl. 13.30 – 15.30 Masuk Kelas belajar siang
9 Pkl. 15.30 – 16.30 Shalat Ashar, membaca Alquran
10 Pkl. 16.30 – 17.30 Persiapan Shalat Maghrib
11 Pkl. 17.30 – 18.30 Membaca Alquran, Tahsinul Qiroah, Shalat
Maghrib
12 Pkl. 18.30 – 20.00 Makan malam, membaca Alquran, shalat Isya
13 Pkl. 20.00 – 21.00 Membaca Alquran
14 Pkl. 21.00 – 22.00 Belajar malam
15 Pkl. 22.00 – 03.30 Istrahat
Sumber: Dokumen Pesantren Tahun 2015.
40
b. Kurikulum
Pondok Pesantren Darul Huffadh dalam menerapkan kurikulum tidak terlepas dari
panduan yang disusun oleh Departemen Agama. Kemudian pengaturan kurikulum
disesuaikan dengan teknik pelaksanaan yang dipadukan antara bidang studi yang sama.
Secara garis besar materi pelajaran yang diajarkan sebagai berikut:
1. Tafsir, ilmu yang mempelajari tentang tafsir Alquran. Metode yang digunakan
adalah lafziah, kemudian dijelaskan maknanya.
2. Hadis, yaitu ilmu yang mempelajari tentang segala ucapan dan tindakan Nabi
Muhammad SAW.
3. Aqidah, yaitu Ilmu yang mempelajari tentang keyakinan kepada Allah SWT dan
sopan santun kepada sesama.
4. Fiqih, yaitu ilmu yang mempelajari hukum-hukum dalam syariat Islam, baik
hubungan kepada Allah seperti Haji, shalat dan muamalah atau hubungan kepada
sesame.
5. Tauhid, ilmu yang mempelajari tentang keesaan Allah SWT.
6. Sejarah Peradaban Islam.
7. Ushul Fiqhi (dasar-dasar hokum Islam).
8. Bahasa arab (Qawaid, Nahwu, Sharaf).
9. PPKN
10. Bahasa Indonesia
11. Bahasa Inggris
12. Penjaskes (Olahraga)
13. Matematika
14. Ilmu Pengetahuan Sosial
15. Ilmu Pengetahuan Alam.
c. Kelembagaan
Mengenai keadaan Prasarana Pondok Pesantren Darul Huffadh dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel II.7. Keadaan Gedung Pondok Pesantren Darul Huffadh 77
No. Fasilitas Gedung Jumlah Keterangan
1 Gedung Tsanawiah 3 buah Permanen
2 Gedung Aliyah 2 buah Permanen
41
3 Mesjid 2 buah Permanen
4 Kantor sekolah 2 buah Permanen
5 Laboratorium 2 buah Permanen
6 Perpustakaan 1 buah Permanen
7 Asrama 6 buah Permanen
Jumlah 19 buah
Sumber: Dokumen Pesantren Tahun 2015
42
terdapat vegetasi
yang dapat menahan
sinar matahari
langsung dan
menyaring
kebisingan
43
berkesempatan
mengembangkan
skill dan
kemampuan
dibidang olahraga
44
Sumatera Barat, sebuah provinsi di Pulau Sumatera dengan anugerah
peninggalan sejarah yang beragam mewakili berbagai zaman, mulai dari zaman
prasejarah, islam, hingga zaman kolonial. Salah satu kabupaten di Provinsi
sumatera Barat dengan potensi peninggalan sejarah yang melimpah adalah
Kabupaten Tanah Datar. Kabupaten yang terletak di tengah-tengah Provinsi
Sumatera Barat ini memiliki banyak peninggalan terutama peninggalan sejarah
berupa Cagar Budaya. Salah satu yang sangat unik adalah Masjid Rao-rao.
Masjid Raya Rao-rao merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang
masih kokoh berdiri hingga saat ini. Masjid ini sangat mudah untuk dijumpai.
Terletak di Nagari Rao-rao, Kecamatan Sungai Tarab, persis di jalan raya lintas
Batusangkar – Bukittinggi. Masjid dengan luas 16x16 meter ini memiliki keunikan
gaya arsitektur yang memadukan corak arsitektural dari tiga bangsa: Melayu
(Minangkabau), Eropa (Italia dan Belanda), dan Timur Tengah (Persia).
Citra khas Minangkabau terwujud pada atap masjid. Atap masjid bersusun tiga
terbuat dari seng dan di atasnya terdapat menara berbentuk segi empat beratap
gonjong empat yang mengarah pada empat penjuru mata angin. Atap yang segi
empat beratap gonjong empat melambangkan bahwa di Nagari Rao-rao terdapat
empat Suku yaitu Petapang Koto Anyer, Bendang Mandahiliang, Bodi Caniago,
dan Koto Piliang yang hidup saling berdampingan dan menjaga kerukunan.
Sentuhan khas Eropa jelas nampak dari megahnya tiang-tiang masjid serta desain
keramik di lantai masjid yang begitu unik dan sulit untuk ditemukan diera modern
seperti sekarang ini. Pada bagian luar di antara tiang terdapat pola lengkung yang
kental dengan sentuhan arsitektur Hindia Belanda. Adanya unsur arsitektur Eropa
karena mas pembuatan masjid pada masa pemerintahan Belanda. Nuansa khas
Timur Tengah (Persia) kentara pada kekayaan rupa ornamen penghias dinding
bagian luar maupun pembentuk pagar teras masjid.
Jendela pada Masjid Rao-rao berjumlah 13. Jumlah jendela tersebut memiliki
makna perwujudan 13 rukun sholat. Selain jendela, terdapat enam buah pintu, enam
pintu itu memiliki perwujudan enam penciptaan masa alam. Tahun 1932 selesainya
pembuatan mihrab. Mihrab di Masjid Rao-rao cukup unik dimana terdapat
ornamen berupa pecahan-pecahan kaca yang merupakan pecahan kaca dari
keramik kepunyaan keluarga Haji Mutahhib yang pecah saat gempa 1926.
45
Keunikan lain dari mihrab terdapat dua tiang yang berbeda bentuk, tiang tersebut
melambangkan destar penghulu dan tiang satunya melambangkan sorban alim
ulama. Makna dari kedua tiang tersebut menunjukkan keselarasan antara ajaran
adat dengan ajaran agama yang disampaikan oleh khotib di dalam mimbar.
E. IDE RANCANGAN
Ide rancangan lahir dari permasalahan atau fenomena yang terjadi, kebutuhan, dan
aktifitas pengguna yang diwadahi yang kemudian dikomparasikan dengan objek studi
banding, yakni Pada Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (Jombang, Jawa Timur),
Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia (Bogor, Jawa Barat), dan Pondok Pesantren Darul
Huffadh 77 (Bone, Sulawesi Selatan).
1. Fungsi
Bangunan yang dirancang berfungsi sebagai sarana pendidikan formal yang
menggunakan konsep Kurikulum Pondok Pesantren Tahfidz dengan jenjang pendidikan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Bangunan dirancang dengan
47
mempertimbangkan kebutuhan sarana dan parasana pengguna Pondok Pesantren Tahfidz
Al-Qur’an.
2. Bangunan Dan Lingkungan
a. Bangunan dirancang dengan mengutamakan aktivitas dan perilaku pengguna
b. Iingkungan atau suasana yang dirancang dapat menciptakan kesan historys,
nyaman dan edukatif.
c. Taman tersedia sebagai ruang komunal dan sarana edukatif
d. Bangunan aman dan nyaman baik secara arsitektural maupun struktur bangunan.
48
BAB III
TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN
A. TINJAUAN UMUM
1. Tinjauan Umum Kabupaten Buton Utara
e. Letak Geografis
Kabupataen Buton Utara adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi
Tenggara, Indonesia. Ibu kotanya adalah Buranga. Kabupaten Buton Utara
terletak di pulau Buton yang merupakan pulau terbesar di luar pulau induk
Kepulauan Sulawesi. Kabupaten Buton utara atau BUTUR dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007. Kabupaten
Buton utara memiliki luas 1.923,03 km² dan berpendudukan 63.066 jiwa (2018).
49
a) Bagian Barat: Berbatasan dengan Kabupaten Muna
b) Bagian Timur: Berbatasan dengan Laut Banda
c) Bagian Utara: Berbatasan dengan Selat Wawonii
d) Bagian Selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Buton.
Luas daratan Kabupaten Buton Utara seluas 1.923,03 km2 yang terletak di
bagian utara Pulau Buton dan luas wilayah perairan sekitar 2.500 km2. Kabupaten
Buton Utara terdiri dari 6 (enam) kecamatan yang berada di Kabupaten Buton
Utara, Kecamatan Bonegunu merupakan kecamatan yang memiliki wilayah yang
paling luas dibanding kecamatan lainnya, yaitu seluas 491,44 km2 atau 25,56
persen dari seluruh luas Kabupaten Buton Utara. Selanjutnya disusul Kecamatan
Kulisusu Barat seluas 370,47 km2 atau 19,26 persen, Kecamatan Kulisusu Utara
seluas 339,64 km2 atau 17,66 persen Kecamatan Kambowa seluas 303,64 km2
atau 15,78 persen. Selanjutnya dua kecamatan lainnya memiliki wilayah yang
lebih kecil masing-masing Kecamatan Wakorumba seluas 245,26 km2 atau 12,75
persen dan yang terakhir adalah Kecamatan Kulisusu seluas 172,78 km² atau 8,89
persen dari seluruh luas wilayah Kanupaten Buton Utara. Pembagian luas wilayah
daratan menurutan kecamatan masing- masing disajikan dalam table dibawah ini.
50
seluruh wilayah di Buton Utara dengan curah hujan antara 2000-2500 mm/tahun
atau antara 175 – 225 mm/bulan, serta hujan harian antara 120 – 150 hari hujan
per tahun atau 10 – 15 hari hujan per bulan.
51
dalam nilai tambah PDRB sektor industri yaitu sebesar Rp. 14.126,43 juta,
disusul industi barang dari kayu dan hasil hutan lainnya.
3) Pertambangan
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan 7,25%
dengan nilai tambuh menjadi Rp.1.517,17 juta. Sektor listrik, gas dan air
minum tumbuh sebesar 5,59 % dengan nilai tambah menjadi sebesar
1.086,20 juta. Untuk sektor ini bersumber dari sub sektor listrik dengan
perumbuhan sebesar 2,56% dengan nilai tambah masing-masing sebesar
Rp.1.045,67 juta dan Rp. 40,53 juta.
4) Konstruksi dan Bangunan
Sektor konstruksi/bangunan tumbuh 8,49% dengan nilai tambah
Rp.7.823,19 juta. Pertumbuhan sektor pengangkutan tumbuh sebesar 2,00%
dengan nilai tambah sebesar Rp. 6.566,63 juta dan pertubuhan sub sektor
komunikasi sebesar 3,82% dengan nilai tambah Rp. 1.256,56 juta.
5) Perdagangan
Sektor perdagangan tumbuh 3,79% dengan nilai tambah sebesar
Rp.31.159,77 juta. Pertumbuhan sektor perdagangan berasal dari 3(tiga) sub
sektor, yaitu sub sektor perdagangan besar dan enceren yang tumbuh sebesar
17,94% dan restoran tumbuh sebesar 1,55% dengan nilai tambah masing-
masing Rp.30.746,23 juta, Rp.4.47 juta dan 409,07 juta.
6) Keuangan, Penyewaan, dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,19% dengan
nilai tambah sebesar Rp.11.375,53 juta. Pertumbuhan sektor keuangan
bersumber dari pertumbuhan sub sektor bank sebesar 11,81% disusul sub
sektor jasa perusahaan sebesar 6,19%, sewa bangunan sebesar 4,86% dan
lembaga keuangan tanpa bank sebesar 1,68 % 1,68 %.
7) Jasa
Sektor jasa tumbuh 5,61% dengan nilai tambah sebesar Rp. 46.737,134 juta
yang berasal dari pertumbuhan sub sektor jasa pemerintahan umum 5,61%
dengan nilai tambah Rp.44.315,78 juta dan sub sektor jasa swasta tumbuh
sebesar 6,47% dengan nilai tambah Rp. 2.421,35 juta.
52
2. Rencana Tata Ruang
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buton Utara Nomor 51 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton Utara Tahun 2012-
2032, penataan ruang yang bertujuan untuk mewujudkan wilayah kabupaten yang
maju, mandiri dan sejaterah dengan didikung oleh sektor pertanian, kehutanan,
pertambangan, perikanan dan kelautan serta pariwisata menuju pembangunan
yang berkelanjutan.
Wilayah administratif Kecamatan Kulisusu tahun 2018 terdiri dari 16 desa dan 7
kelurahan yang terbagi dalam 49 dusun serta 65 RT.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007
tentang pembentukan Kabupaten Buton Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara maka
Kecamatan Kulisusu terpisah dari Kabupaten Muna dan masuk dalam Wilayah
Kabupaten Buton Utara, dan terdapat 7 unit Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
(LKMD) yang tersebar di masing-masing kelurahan.
Bila kita melihat keadaan prasarana pemerintahan Desa/Kelurahan di Kecamatan
Kulisusu pada tahun 2018 tercatat kantor desa/kelurahan sebanyak 23 unit dan 12
unit balai desa, serta 5 unit sanggar PKK.
Jumlah penduduk di Kecamatan Kulisusu pada tahun 2018 yaitu sebanyak 23.545
orang, dengan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari wanita. Penduduk
terbanyak terdapat di Kelurahan Wandaka yaitu sebanyak 3.032 orang, sedangkan
penduduk paling sedikit terdapat di Desa Waculaea, yaitu sebanyak 449 orang.
Berikut Jumlah desa/kelurahan, Jumlah Penduduk, luas masing-masing, dan
kepadatan tiap desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Kulisusu.
54
7. Bangkudu 0,75 km2 3.552 jiwa 3237.33 jiwa/km2
8. Loji 1,57 km2 1.135 jiwa 600.00 jiwa/km2
9. Kalibu 4,43 km2 833 jiwa 198.42 jiwa/km2
10. EeLahaji 30,50 km2 789 jiwa 25.87 jiwa/km2
11. Jampaka 7,29 km2 585 jiwa 68.59 jiwa/km2
12. Tomoahi 13,27 km2 983 jiwa 67.22 jiwa/km2
13. Wacualaea 40,43 km2 528 jiwa 11.11 jiwa/km2
14. Triwacu-wacu 23,75 km2 480 jiwa 20.21 jiwa/km2
15 Kadacua 7,98 km2 620 jiwa 77.69 jiwa/km2
16 Banu-Banua Jaya 0,13 km2 787 jiwa 6053.85 jiwa/km2
17 luas Wasalabose 3,85 km2 685 jiwa 177.92 jiwa/km2
18 Saraea 3,32 km2 1.824 jiwa 515.06 jiwa/km2
19 Wandaka 0,35 km2 2.904 jiwa 8662.86 jiwa/km2
20 Laangke 1,68 km2 721 jiwa 429.17 jiwa/km2
21 Lemo'ea 1,40 km2 858 jiwa 612.86 jiwa/km2
22 Lantagi 3,04 km2 622 jiwa 189.80 jiwa/km2
23 Malalanda 4,51 km2 593 jiwa 129.49 jiwa/km2
Jumlah/Total 172.78 km2 25.188 jiwa 136.27 jiwa/km2
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kulisusu,_Buton_Utara
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Abdul Rauf. Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah (Jogyakarta:
Araska, 2001),49
Ashak, La. (2021) Perencanaan pondok Pesantren moderen Dengan pendekatan
arsitektur islam Dimuna barat. Skripsi mahasiswa strata satu universitas
halu oleo Kendari. Tidak diterbitkan
Daniswari, Dini. (2022). Mengenal Rumah Banua Tada Di Sulawesi Tenggara,
Keunikan, Bentuk Dan Bahan https://regional.kompas.com/ read/2022/03/
20/200023178/mengenal rumah banua tada di sulawesi tenggara keunikan
bentuk dan bahan?page=all/. Di akses tanggal 21 Januari 2023
Darwis, Harmaini. (2011). Pola Pemikiran Eklektik pada Budaya dan Arsitektur
Lokal Minangkabau. https://visualheritageblog.blogspot.com/2011/02/pola-
pemikiran-eklektik-pada-budaya-dan.html. Di akses tanggal 9 September
2022
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Buton Utara Kecamatan Kulisusu (2020)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kulisusu,_Buton_Utara/ Di akses tanggal 28
Agustus 2022
Firdha, Ruqmana. (2017). Ekspresi Sisi Eklektik pada Arsitektur Masjid PUSDAI.
https://www.scribd.com/document/405994462/Eklektisisme-PadaArsitektur
-Masjid -PUSDAI. Di akses tanggal 12 Januari 2023
Florenza, Tamara. (2017). Arsitektur eklektik pada bangunan Masjid PUSDAI di
Bandung. https://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/3880/ di akses
tanggal 12 Januari 2023
Harisah, Afifah. (2007). Eklektisisme dan Arsitektur Eklektik: Prinsip dan Konsep
Desain. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1097728. Di
akses tanggal 10 Sepetember 2022
Herisman (2021). Pondok Pesantren Modern Di Wakatobi Dengan Pendekatan
Arsitektur Eklektik. Skripsi mahasiswa strata satu Universitas Halu Oleo
Kendari. Tidak diterbitkan.
Hsidik. (2020). Arsitektur Masjid PUSDAI Bandung. https://steemit.com/
indonesia/ @hsidik/ arsitektur-masjid-pusdai-bandung-bt6foshv/ Di akses
tanggal 12 Januari 2023
56
Kania. (2019). https://www.dekoruma.com/artikel/89821/gaya desain dan arsitektur
eklektik/ Di akses tanggal 14 Mei 2022
Michael, Ukas. (2021). Perencanaan Klinik Bersalin di buton utara. Skripsi
mahasiswa diploma tiga Universiteas Halu Oleo Kendari. Tidak diterbitkan.
Nasihah, Kholisatin (2013). Proses Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Di Pondok
Pesantren Raudlatul Falah Ds. Bermi Kec. Gembong Kab. Pati. Skripsi
mahasiswa strata satu IAIN Walisongo Semarang. Tidak diterbitkan
Pinhome (2022). https://www.pinhome.id/kamus-istilah-properti/eklektik/ Di akses
tanggal 14 Mei 2022
Rahman, sukma. (2022). https:// www.academia.edu/ 37782973/ Arsitektur
Eklektisme/ Di akses tanggal 14 Mei 2022
Rosihan, Anwar. (2021). Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 31
Rosna. (2019). Makna Filsafat Arsitektur Rumah Tradisional Buton. https:
//imagebali.net/detail-artikel/732-makna filasafat arsitektur rumah
tradisional buton.php. Di akses tanggal 21 Januari 2023
Satria, Tinggi, DKK. Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Pada Perencanaan
Kantor Bupati Buton Tengah
Welianto, Ari. (2020). https://www.kompas.com. istana malige, rumah adat buton/
Di akses tanggal 15 Mei 2022
Yusrafian (2021). Perencanaan Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Dengan
Pendekatan Arsitektur Islam Di Kota Kendari. Skripsi mahasiswa strata
satu Universitas Halu Oleo Kendari. Tidak diterbitkan.
57
1