Anda di halaman 1dari 2

ANTARA PILANG DAN MALINKUNDANG

Kabupaten Lingga ternyata memiliki kekayaan seni sastra yang cukup tinggi. Salah satunya
adalah legenda. Salah satu legenda yang cukup menarik untuk diamati dan dianalisis adalah
‘’Legenda ‘Pulau Pilang’’’. Pulau pilang sebetulnya hayalah sebuah pulau kecil akan tetapi
memiliki nilai historitical sastra yang cukup tinggi. Nilai tersebut akan semakin terasa bila
dikompilasikan dan dilakukan studi komparatif dengan sebuah legenda dari Ranah Minang
(Sumatera Barat),yaitu ‘’MalinKundang’’.

Apakah mungkin, dua daerah yang berbeda memiliki kesamaan legenda? Apakah mungkin
Pilang adalah Malinkundang,Malinkundang adalah Pilang? Mungkinkah cerita ini disebarkan
dan dikembangkan oleh orang yang sama dulunya? Untuk menjawabnya dibutuhkan analisis
instrinsik kedua legenda tersebut secara cermat. Analisis instrinsik yang dimaksud seperti,tema
cerita, amanat,alur, latar, tokoh, dan watak tokoh yang terdapat pada kedua cerita dimaksud.

Tema

Tema yang terkandung pada cerita ‘Pilang’ adalah tentang seorang anak lelaki Melayu yang
durhaka terhadap orang tuanya (ibu). Karena mersa malu beribukan ibu tua yang sudah
reot,kumuh,dan miskin tega tidak mengakui ibu kandung sendiri di depan istri cantik yang
berlatarbelakang kaya.Tega menghardik ibu kandung sendiri dan mengusir tanpa sedikitpun
merasa hiba walaupun sang ibu telah menyembah-nyembah bahwa ia (Pilang) memang
anaknya.
Tema yang terkandung dalam cerita ‘Malinkundang’ juga sama dengan Pilng,
yaitu tentang seorang anak lelaki Minang yang durhaka terhadap orang tuanya (ibu). Karena
merasa malu beribukan ibu tua yang sudah reot, kumuh, dan miskin tega tidak mengakui ibu
kandung sendiri di depan istri cantik anak seorang saudagar kaya dari tanah seberang.
Kemungkinan yang dimaksud seberang di sini adalah Jakarta. Malin tega menghardik dan tidak
mengaku ibahwa perempuan tua yang sedang dihadapannya adalah ibu kandungnya sendiri.
Walaupun sang perempuan tua itu telah telah menyembah-nyembah dan meyakini bahwa
benar Malin adalah anak lelakinya yang dulu pergi merantau kini telah kembali. Cerita Pilang
dan Malinkundang sama-sama diakhiri sang tokoh (Pilang dan Malinkundang) dikutuk menjadi
batu. Kedua tokoh sama-sama terkena laknat dan harus menanggung akibat perbuatannya.

Amanat

Amanat yang terkandung pada cerita Pilang dan Malinkundang memiliki kesamaan,yaitu (1)
jangan durhaka terhadaap orang tua (ibu atau bapak); (2) jangan lupa diri, sombong, dan
angkuh; (3) anak harus mengabdi kepada orang tua, jika memiliki reski yang lebih wajib
membantu orang tua;(4) ingat dan sadarlah kegagahan yang dimiliki hari ini adalah berkat
ketulusan hati orang tua;dan (5) dekatkanlah diri selalu kepada Allah, agar tidak lupa diri dan
sombong. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang memiliki sikap sombong.

Alur Cerita

Cerita Pilang menggunakan alur maju. Maksudnya, cerita bergerak dari awal hingga akhir. Cerita
dimulai dari kehidupan Pilang bersama ibunya semasa kecil. Setelah dewasa, Pilang memohon
izin ibunya untuk merantau guna memperbaiki kehidupan ekonomi dan membantu orang
tuanya. Di rantau Pilang berhasil menjadi saudagar kaya dan mempersunting gadis cantik. Di
waktu berlayar kapal Pilang terdampar ke tanah kelahirannya sendiri. Ibu Pilang mendapat
informasi bahwa anaknya yang bernama Pilang kini telah menjadi orang yang kaya raya, kini
kapalnya sedang berlabuh di pelabuhan. Pilang tidak menerima kehadiran sang ibu, ia malu
memiliki ibu miskin dan lusuh. Pilang murka kepada ibunya. Ibunya kecewa dan sedih. Pilang
dikutuk menjadi batu.
Model alur yang sama juga terjadi pada cerita Malinkundang. Malin masa
kecilnya hidup dengan ibunya di sebuah gubuk tua di tepi pantai Air Manis Padang. Setelah
dewasa Malin minta izin untuk pergi merantau guna mengubah nasib. Di rantau Malin berhasil
menjadi seorang saudagar kaya. Malin juga berhasil mempersunting seorang gadis cantik. Saat
berniaga kapal Malin terdampar di pantai Air Manis tempat tanah kelahirannya. Ibu Malin
mendapat berita dari tetangganya bahwa Malin telah dating dengan kapalnya dan didampingi
sang istri cantik. Sang ibu sangat berharap Malin menerima kedatanggannya. Malin menolak
dan tidak mengakui nenek tua itu adalah ibunya. Sang ibu putus asa. Saat kapal Malin mau
meninggalkan pelabuhan Pantai Air Manis, kapalnya diterjang badai dan terdampar ke tempat
semula. Ibu Malin sedih sekali karena anaknya telah melupakannya. Ibu Malin mengutuk dan
memohon kepada Tuhan agar kapal anaknya itu menjadi batu. Tak lama kemudian, kapal Malin
tersebut berubah menjadi batu.

Anda mungkin juga menyukai