Anda di halaman 1dari 14

Materi 1

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk memanusiakan manusia yang artinya menciptakan
manusia yang utuh layaknya hakikat manusia itu sendiri. Dalam Islam, pendidikan juga sangat penting
dan berpengaruh besar dalam kehidupan. Allah SWT memberikan pendidikan terlebih dahulu kepada
nabi Adam a.s., sehingga dari ayat tersebut dapat disimpulkan betapa pentingnya pendidikan bagi
seseorang dalam kehidupan, sehingga orang tersebut dapat diharapkan hidup lebih

Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan proses
seseorang untuk mencapai sebuah jawaban keingintahuan. Pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan adanya interaksi antara berbagai komponen seperti
guru, siswa, dan materi pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran yang saling terintegrasi
dengan baik dan dapat mendukung terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Pembelajaran efektif
dapat dicapai dengan keterlibatan siswa yang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran
yang efektif perlu juga didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang kondusif. Guru diharapkan
mampu menguasai materi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan alat peraga pembelajaran
dengan baik sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai sesuai tujuan pembelajaran

Matematika merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan secara umum. Jelas untuk
memahami dunia kita dan kualitas keterlibatan kita dalam masyarakat diperlukan pemahaman
matematika secara baik.

Berdasarkan uraian di atas, kiranya sangat penting siswa mempelajari matematika di sekolah untuk
bekal mereka menjalani kehidupan dimasa mendatang. di sini peneliti lebih menekankan pelajaran
matematika sebab yang menjadi fokus penelitian. Hasil prasurvei dengan guru kelas III SDN 1 Tulus rejo
ibu Ayu Saputri, S.Pd., dan melihat kondisi sekolah, dapat diambil kesimpulan bahwasanya ketersediaan
alat peraga pembelajaran matematika di sekolah sudah ada namun belum semua materi pembelajaran
yang seharusnya menggunakan alat peraga tersedia alat peraga pembelajarannya.

Penulis juga melakukan pengamatan di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung terlihat
siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, Penulis juga melakukan pengamatan di dalam kelas saat
pembelajaran berlangsung terlihat siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, Peneliti melakukan
wawancara dengan siswa kelas III adapun hasil wawancara dengan siswa, bahwa mereka kurang tertarik
belajar matematika karena mereka menganggap matematika mata pelajaran yang paling sulit untuk
dipaham

Untuk mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan suatu pembelajaran yang menarik, serius
namun santai supaya siswa lebih bersemangat dan tidak terlalu tegang saat mengikuti pelajaran di
dalam kelas. Berdasarkan penjelasan Maka perlu adanya penggunaan benda konkret berupa alat peraga
yang sesuai untuk siswa kelas bawah bersifat nyata dalam mengajar diharapkan dapat menjadi salah
satu solusi untuk mengurangi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran Matematika di kelas. pada
akhirnya melalui alat peraga ini siswa dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan hasil belajar
yang baik dan guru dapat mengoptimalkan penggunaan benda alat peraga dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran sejatinya dilakukan melalui interaksi guru dengan siswa dalam suasana lingkungan
belajar. Esensi pembelajaran ini merupakan pendampingan yang dilakukan pendidik untuk
mentransmisikan ilmu kepada peserta didik. Oleh karena itu, secara sederhana pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu proses pencerahan yang dilakukan guru untuk membantu siswa mendapatkan
pembelajaran dan mampu memahami bahan pembelajaran yang diberikan.

Rumusan Masalah

tentang cakupan atau topik-t opik pokok yang diungkapkan yaitu bagaimana penggunaan media gambar
dalam meningkatkan hasil belajar matematika Siswa Kelas III SDN 1 Tulus Rejo Kecamatan Pekalongan

Tujuan masalah

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika setelah menggunakan media gambar pada
siswa kelas III SDN 1 Tulus Rejo.
Bab III

A. Metode penelitian

Jenis penelitian yang gunakan pada penelitian ini yaitu penelitian kualitatif,

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian

Desain Penelitian

1. Interview/Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung
satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban yang
diberikan oleh yang diwawancarai.
Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara mendalam (depth interview).
Wawancara mendalam (depth interview) yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama
2. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen
yang artinya barang barang yang tertulis. Metode dokumentasi dilaksanakan dengan cara
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya

B. Populasi

C. Tehnik Pengumpalan data

Pada penelitian ini menggunakan 2 sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer


Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada pengumpulan
dataSumber data primer pada penelitian. Guru sebagai sumber data primer ditentukan melalui
salah satu teknik pengambilan sampel yaitu quota sample. Teknik sampling ini dilakukan dengan
mendasarkan diri pada jumlah yang ditentukan. Dalam mengumpulkan data, peneliti
menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi. Biasanya yang dihubungi
adalah subjek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder yang
digunakan pada penelitian ini berasal dari buku-buku yang membahas tentang media gambar
dan hasil belajar.

D. Instrumen

 Jenis penelitian
 Desain penelitian
 Popusi penelitian
 Teknik pengumpulan data
 Teknik keabsahan data
 Teknik analisis data

E. Tehnik Analisis data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Pada penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model.

Miles dan Huberman, yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

Tahapan yang di gunakan Miles dan Huberman

1. Tahap reduksi

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya.Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan untuk melakukan
penilaian dan penyederhanaan terhadap data yang telah diperoleh mulai dari awal pengumpulan
data sampai penyusunan laporan penelitian

2. Display data

Mendisplay data paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah teks yang bersifat naratif. Penggunaan display data, akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut

Materi 2

A. Latar Belakang Masalah


Proses pembelajaran melibatkan guru, peserta didik, sarana dan prasarana, strategi dan metode
pembelajaran serta sumber belajar. Guru perlu memahami efektifitas pembelajaran mulai dari
prinsip, komponen Aspek-aspek kunci, pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik,
penegelolaan pembelajaran sampai kepada model-model pembelajaran yang efektif. Salah satu
masalah terbesar yang dihadapi dunia saat ini adalah masalah pendidikan.

Dunia pendidikan adalah lembaga yang berkewajiban mengembangkan individu manusia. Ke


arah mana tujuan hidup seseorang dan hidup yang bagaimana diinginkannya. Sistem pendidikan
nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki spiritual keagamaan, pengabdian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendir

Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.proses belajar terjadi
berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Sedangkan guru, Guru merupakan
komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat
perhatian sentral, pertama, dan utama. Guru sangat menetukan keberhasilan suatu negara.
Berbagai kajian dan hasil penelitian yang menggambarkan tentang peran strategis dan menentukan
guru dalam mengantarkan keberhasilan pendidikan suatu Negara.

Menjadi seorang guru adalah profesi yang sangat mulia. Dalam islam guru mendapatkan derajat
yang paling tinggi yang dijelaskan dalam surat (QS. AL-Mujadillah ayat 11

Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu “berlapang-lapanglah dalam mejelis”,
maka lapangkanlah niscaya allah akan member kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :
“berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan allah maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS:AL-Mujjadillah ayat :11

Guru professional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang berkualitas dalam
rangka mewujudkan manusia yang cerdas dan kompetitif, sebagaimana diamanatkan oleh undang-
undang sistem pendidikan nasional ( UU sisdiknas). Dalam perwujudannya, tanggung jawab perlu
lebih ditekankan, dan dikedepankan.

Pada observasi awal yang lakukan di SDN 66 Kota Bengkulu dengan wali kelas IV mengatakan
bahwa beberapa siswa kelas IV di SDN 66 Kota Bengkulu masih memiliki nilai pembelajaran IPA yang
belum mencapai nilai ketuntasan. Pada metode ini siswa dibagi dalam kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang. Pada metode ini siswa memilih sub topik yang sudah ditentukan oleh
guru, menggunakan metode outdoor study

Peran guru disisni adalah sebagai motivator artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar
secara aktif dan akrab dengan lingkungannya. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang
menitiberatkan kepada pengelompokan siswa dalam tingkat kemampuan akademik yang berbeda
kedalam kelompok-kelompok kecil. Kepada siswa diajarkan keterampilan keterampilan khusus agar
dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok seperti, menjelaskan kepada teman, berdiskusi
dengan teratur, dan siswa yang pandai membantu siswa yang kurang pandai. Selama bekerja dalam
kelompok setiap anggota kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan
memberikan respon terhadap temannya.

Pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar di SDN 66 kota Bengkulu , guru hanya
menggunakan metode ceramah ( sistem satu arah), sehingga mengakibatkan anak-anak kurang
memahami materi yang diajarkan. Siswa banyak sekali mengatakan bahwasannya mata pelajaran
IPA adalah mata pelajaran yang kurang menarik. Hal ini mengakibatkan rendahnya penguasan
materi bagi siswa.

a. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang penulis
teliti adalah: Bagaimana efektifitas metode ourdoor study pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam kelas IV SDN 66 kota Bengkulu?

b. Tujuan masalah

Untuk mengetahui apakah metode Outdoor Study dapat efektif pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam di kelas IV SDN 66 kota Bengkulu
Bab III

A. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Tentang “Efektivitas metode Outdoor
Study dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam di SDN 66 Kota Bengkulu”.Penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci

taktik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generelisasi. Penelitian kualitatif
terdapat beberapa tahap yaitu, tahap orientasi ialah peneliti melakukan kunjungan lapangan untuk
menetapkan fokus penelitian, tahap reduksi ialah peneliti mereduksi data yang ditemukan pada
tahap satu untuk memfokuskan pada masalah tertentu, dan tahap ketiga adalah selection ialah
setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh.

B. Desain Penelitian
C. Populasi
D. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction, data display dan conclucion drawing/verification.

1) Data Reduction (reduksi data)

Mereduksi data bearti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencari bial diperlukan.

2) Data Display (penyajian data)

Setelah data reduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian
kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
katagori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3) Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut miles and huberman adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kridebel

E. Instrumen
 Jenis penelitian
 Desain penelitian
 Popusi penelitian
 Teknik pengumpulan data
 Teknik keabsahan data
 Teknik analisis data

F. Teknik pengumpulan data


1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat prilaku, tindakan manusia,dan
fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan
responden kecil.

2. Interview ( wawancara )

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden, wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,
meliputi buku-buku yang relavan, peraturanperaturan, laporan kegiatan, foto-foto film dokumenter,
data yang relavan penelitian. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Materi 3

A. Latatar belakang

Salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum
pada alinea ke IV pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD RI 1945).
Mencerdaskan kehidupan bangsa dapat diwujudkan melalui pendidikan baik formal, informal, maupun
nonformal.

Seperti yang tertera jelas pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Nomor 20
Bab 1 Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pelaksana pendidikan yang melaksanakan pembelajaran atau yang lazim disebut guru merupakan
subjek yang sangat berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Semakin baik guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran, semakin baik pula hasil belajar siswa dan akan semakin baik pula hasil pendidikan.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat 1
menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5
Ayat 2 menyatakan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Oleh karena itu, setiap warga negara berhak
memperoleh pendidikan, termasuk warga negara yang memiliki kesulitan belajar, seperti kesulitan
membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan menghitung (diskalkulia) serta penyandang ketunaan
(tunanetra, tunarungu, tunagrahita tunadaksa, dan tunalaras). Oleh karena itu, hendaknya proses
pendidikan tidak membeda-bedakan siswa berdasarkan keterbatasan fisik ataupun keterbatasan
mental.

Keterbatasan fisik ataupun mental hendaknya bukan menjadi alasan pemerintah untuk
mengesampingan hak pendidikan yang mestinya diterima oleh warga negara yang memiliki
keterbatasan. Pendidikan inklusif diterapkan menjadi altenatif baru sebagai upaya pemerintah
meningkatkan mutu pendidikan, dengan memperhatikan hak pendidikan bagi semua warga negara.

Selama ini masyarakat sering kali beranggapan bahwa yang layak memperoleh pendidikan yakni
mereka yang terlahir normal dan memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Padahal, anak yang memiliki
keterbatasan atau penyandang cacat juga memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan, dan
dengan fasilitas yang memadai pula. Hal ini mengacu pada ungkapan bahwa setiap anak itu
istimewa,mereka memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.

Perubahan perilaku yang terjadi pada siswa melalui aktivitas belajar, sebagai hasil dari interaksi
siswa dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru disebut belajar. Perubahan perilaku tersebut
meliputi tiga ranah belajar yakni ranah kognitif (pengetahuan), afektif (nilai dan sikap), dan psikomotorik
(keterampilan). Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebagai fasilitator harus mampu mengondisikan
siswa dan lingkungan supaya siswa mampu belajar dan mendapatkan perubahan tingkah laku dari ketiga
ranah tersebut.Ketiga ranah tersebut merupakan pembentuk kepribadian individu.

Tidak semua siswa mampu mencapai ketiga ranah tersebut. Sebagian besar siswa hanya mampu
mencapai hasil belajar pada ranah kognitif (pengetahuan). Siswa belum mampu mencapai ranah afektif
(nilai dan sikap) serta ranah psikomotorik (keterampilan) dengan baik. Ketidakmampuan siswa dalam
mencapai ketiga ranah belajar merupakan bentuk ketidaksempurnaan guru menjalankan perannya
sebagai fasilitator yang seharusnya membantu siswa dalam belajar.

Ketidaksempurnaan guru dalam membantu siswa mencapai ketiga ranah belajar disebabkan oleh
banyak faktor. Faktor yang menjadi penghambat guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat
timbul dari berbagai macam hal. Faktor tersebut yakni mulai dari kurangnya penguasaan guru terhadap
materi ajar, model pembelajaran yang kurang tepat, kurangnya penguasaan guru di dalam kelas,
ataupun kurangnya media dan sarana prasarana yang mendukung.

Pada beberapa mata pelajaran di SD, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang paling
mendasar untuk dikuasai siswa, terutama dalam hal komunikasi. Komunikasi yang dilakukan dengan
sesama manusia ini menggunakan alat komunikasi yang disebut bahasa.

Agar komunikasi mudah dimengerti dan berjalan lancar, perlu adanya pembelajaran bahasa melalui
mata pelajaran bahasa Indonesia.Siswa di SD dilatih untuk menguasai keterampilan berbahasa,
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat keterampilan. Empat keterampilan berbahasa tersebut yaitu
berbicara, menyimak, menulis, dan membaca.

Peneliti mencoba mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor penghambat guru dalam
pelaksanaan pembelajaran membaca puisi, bagi siswa berkebutuhan khusus kelas V di SD Inklusi Kota
Tegal. Pemerintah Kota Tegal telah menetapkan empat sekolah dasar sebagai perwakilan setiap
kecamatan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Keempat sekolah dasar tersebut yaitu SDN
Pekauman 8, SDN Slerok 2, SDN Kalinyamat Kulon 3, dan SDN Bandung 3. Keempat sekolah dasar
tersebut telah menyelenggarakan pendidikan inklusif dalam kurun waktu lebih dari 3-4 tahun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersebut, masalah penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca puisi pada siswa
berkebutuhan khusus kelas V di SD Inklusi Kota Tegal?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
Indonesia materi membaca puisi pada siswa berkebutuhan khusus kelas V di SD Inklusi Kota
Tegal?

C. Tujuan Masalah

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam sebuah
penelitian. Tujuan penelitian sangat diperlukan agar penelitian dapat terarah dengan jelas. Penelitian
survei ini memiliki dua tujuan yakni, tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut akan diuraikan mengenai
tujuan umum dan tujuan khusus penelitian ini

1. Tujuan Umum

Tujuan umum merupakan sesuatu yang ingin dicapai secara menyeluruh. Secara umum, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui secara menyeluruh dari pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
materi membaca puisi. Serta mengetahui bagaimana penyampaian materi membaca puisi pada siswa
berkebutuhan khusus kelas V di SD Inklusi Kota Tegal.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah sesuatu yang ingin dicapai dan diketahui secara lebih detail. Secara khusus
penelitian ini bertujuan:

a. Mengetahui secara rinci mengenai pelaksanaan pembelajaran membaca puisi pada siswa
berkebutuhan khusus kelas V di SD Inklusi Kota Tegal.
b. Mengetahui faktor-faktor penghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
materi membaca puisi pada siswa berkebutuhan khusus kelas V di SD Inklusi Kota Tegal.
Bab III

A. Metode Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yakni metode survei di sekolah dasar
penyelenggara pendidikan inklusif. Metode survei merupakan salah satu dari jenis penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.Metode yang cocok digunakan dalam penelitian
survei ini yakni penelitian deskriptif yang bersifat eksploratif.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Penekanan analisis ini lebih banyak
menganalisis permukaan data dengan memperhatikan proses-proses kejadian suatu fenomena, tanpa
mengurangi tingkat kepentingan data yang bersifat mendalam

Hasil penelitian kualitatif di ranah pendidikan bersifat deskriptif dan disusun secara naratif dengan
penggambaran secara alami dan natural, tanpa rekayasa dan penambahan substansi yang tidak
berkaitan dengan penelitian. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti dituntut memiliki
empat kompetensi kualitatif, yaitu kompetensi komunikatif, kompetensi empatik, kompetensi membuat
catatan kualitatif dan kompetensi menganalisis data

Desain penelitian disusun dengan uraian sebagai berikut:

1. Melakukan tinjauan pustaka


2. Menentukan partisipan yang akan diwawancarai
3. Menentukan aktivitas apa yang akan diobservasi
4. Menentukan dokumen apa saja yang harus didapatkan
5. Melakukan pengumpulan data
6. Menentukan analisis data
7. Merencanakan pemeriksaan keabsahan data
8. Melakukan analisis akhir dan membuat interpretasi data dan kesimpulan penelitian
9. Membuat laporan akhir penelitian.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan dalam penelitian. Agar suatu penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
baik dalam waktu, biaya, dan tenaga perlu menggunakan pendekatan yang tepat, ada tiga tahap dalam
mengumpulkan data yaitu:Obserfasi,wawancara,Dokumentasi

C. Populasi
D. Instrumen
 Jenis penelitian
 Desain penelitian
 Popusi penelitian
 Teknik pengumpulan data
 Teknik keabsahan data
 Teknik analisis data

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kualitatifmerupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasi data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, menyintesiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang diceritakan kepada orang lain. proses analisis data sebagai berikut:

1. Mencatat apapun data yang didapat dalam bentuk catatan lapangan, dengan begitu sumber
datanya dapat ditelusuri apabila membutuhkan data tersebut kembali.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan
membuat indeksnya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan
menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Kesimpulan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Mengutip dari materi ke tiga

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat 1
menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat 2
menyatakan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Oleh karena itu, setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan, termasuk warga negara
yang memiliki kesulitan belajar, seperti kesulitan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan
menghitung (diskalkulia) serta penyandang ketunaan (tunanetra, tunarungu, tunagrahita tunadaksa, dan
tunalaras). Oleh karena itu, hendaknya proses pendidikan tidak membeda-bedakan siswa berdasarkan
keterbatasan fisik ataupun keterbatasan mental.

Anda mungkin juga menyukai