Anda di halaman 1dari 160

PROBLEM SOLVING UMRAH

(Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


II  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)
KATA PENGANTAR
DIREKTUR BINA UMRAH DAN
HAJI KHUSUS

Assalamu’alaikum
Wr Wb
Alhamdulillah, puji
syukur kita
panjatkan kepada
Allah SWT karena atas karunia, rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kementerian Agama RI dapat
menerbitkan buku Problem Solving
Umrah. Salawat dan salam senantiasa
kita haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, para sahabat, tabiin dan
kita semua pengikutnya dari awal
sampai akhir zaman. Aamiin Ya
Rabbal’alamin.
Pasca terbitnya Peraturan
Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama, dibentuk
Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus.
Salah satu fungsinya adalah
melaksanakan identifikasi dan
penanganan masalah ibadah umrah.
Penerbitan buku Problem Solving
Umrah yang didasarkan pada PMA 8
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah dibutuhkan
oleh para stakeholder di berbagai
tingkatan sebagai pedoman dan
panduan dalam penanganan masalah
umrah. Selain itu buku ini juga
dilengkapi dengan regulasi yang terkait
dengan permasalahan umrah.
Di samping sebagai panduan
dalam penanganan masalah umrah,
buku ini juga diharapkan mampu
menambah khazanah pengetahuan dan
referensi bagi dunia akademis.
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah sudah barang tentu
akan menerbitkan buku sejenis apa bila
terdapat pembaharuan regulasi yang
menyangkut penyelenggaraan ibadah
umrah.
Semoga bermanfaat dan selamat
membaca.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Jakarta, Mei 2021

Direktur Bina Umrah dan


Haji Khusus
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................... III


DAFTAR ISI .............................................. VI

PROBLEM SOLVING UMRAH


(Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)........I
BAB I PENGETAHUAN UMUM......................... 1
BAB PENDAFTARAN DAN PEMBATALAN UMRAH
..........................................................................8
BAB PENYELENGGARA PERJALANAN IBA­­
DAH
UMRAH (PPIU)............................................... 12
BAB BIAYA UMRAH....................................... 18
BAB PELAYANAN JEMAAH UMRAH............... 22
BAB PPIU SEBAGAI PROVIDER VISA............. 43
BAB PENGAWASAN PENYELENGGARAAN IBA­
DAH UMRAH................................................. 47
BAB PEMBINAAN DAN AKREDITASI PPIU..... 52
BAB PENGADUAN MASYARAKAT DAN SANKSI.... 55

DAFTAR ISI  VI
BAB PIDANA PENYELENGGARAAN IBADAH
UMRAH......................................................... 63

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH
UMRAH...................................................... 69

BAB I KETENTUAN UMUM............................ 75


BAB II PENYELENGGARA PERJALANAN IBADAH
UMRAH......................................................... 78
BAB III BIAYA PERJALANAN IBADAH UMRAH.84
BAB IV PENDAFTARAN DAN PEMBATALAN... 86
BAB V PELAYANAN....................................... 88
Bagian Kesatu Bimbingan Ibadah Umrah...... 89
Bagian Kedua Transportasi Jemaah............... 90
Bagian Ketiga Akomodasi dan Konsumsi....... 93
Bagian Keempat Kesehatan Jemaah.............. 96
Bagian Kelima Perlindungan Jemaah dan Petugas
Umrah........................................................... 98
Bagian Keenam Administrasi dan Dokumentasi
Umrah......................................................... 100

VII  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


BAB VI PENYELENGGARA PERJALANAN IBADAH
UMRAH SEBAGAI PROVIDER VISA................103
BAB VII PENANGANAN PENGADUAN JEMAAH...106
BAB VIII PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN... 107
BAB IX PEMBINAAN.................................... 110
BAB X AKREDITASI..................................... 111
BAB XI TATA CARA PENGENAAN SANKSI AD­
MINISTRATIF............................................... 113
BAB XII KETENTUAN PERALIHAN............... 119
BAB XIII KETENTUAN PENUTUP................. 121

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 719 TAHUN 2020 TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERJALANAN
IBADAH UMRAH PADA MASA PANDEMI
CORONA VIRUS DESEASE 2019................ 125

BAB I KETENTUAN UMUM.......................... 135


BAB II KETENTUAN PENYELENGGARA PER­JALAN­
AN JEMAAH PADA MASA COVID-19 ................. 137
A. PERSYARATAN JEMAAH ................... 137
B. PROTOKOL KESEHATAN .................. 139

DAFTAR ISI  VIII


C. KARANTINA ...................................... 140
D. TRANSPORTASI ................................ 142
E. AKOMODASI DAN KONSUMSI ........... 144
F. KUOTA PEMBERANGKATAN ............. 144
G. BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH UM­
RAH .................................................. 145
BAB III PENGAWASAN DAN EVALUASI ....... 145
BAB IV PELAPORAN ................................... 146
BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN ................... 147

IX PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


BAB I PENGETAHUAN UMUM
1. Apakah definisi ibadah umrah?
Jawaban
Secara bahasa, umrah berarti berziarah
atau mengunjungi.
Secara syar`i, Ibadah Umrah adalah ber­
kunjung ke Baitullah di luar musim haji
dengan niat melaksanakan umrah yang
dilanjutkan dengan melakukan tawaf,
sai, dan tahallul.

2. Bagaimana hukum melaksanakan iba­


dah umrah?
Jawaban
Hukum ibadah umrah adalah wajib
bagi orang yang pertama kali me­ lak­
sa­­
nakan­ nya dan bagi orang yang ber­
na­z ar. Sedangkan bagi orang-orang
yang melaksanakan umrah untuk ke­
dua kalinya dan seterusnya, hukum­nya
adalah sunah.
PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  1
3. Bagaimana sejarah penyelenggaraan
umrah?
Jawaban
Sejarah umrah berawal saat Nabi
Muhammad melakukan ibadah haji
untuk kali pertama. Pada tahun 6 Hijri­
yah Nabi Muhammad SAW me­ la­
kukan
ibadah haji bersama 1.500 sahabatnya
ke Makkah. Mereka berang­ kat dari
Madinah mengenakan pakaian ihram
(kain putih tanpa jahitan) dan mem­bawa
unta sebagai hewan Qurban. Namun
per­jalanan ibadah yang kali pertama
ini tidak berhasil karena Nabi dan para
sahabat dihadang oleh kaum Quraisy di
Hudaibiyah.
Pada tahun berikutnya, tepatnya pada
tahun 7 Hijriyah untuk pertama kalinya
Nabi Muhammad SAW bersama ribuan
orang dalam rombongannya melakukan
umrah ke Baitullah. Nabi Muhammad

2  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


SAW beserta rombongan para sahabat
memasuki Ka`bah dan langsung me­
laku­kan thawaf,. Setelah melakukan
thawaf 7 kali putaran mengelilingi
Ka`bah, Rasulullah melakukan shalat
di makam Nabi Ibrahim As dan minum
air zam-zam. Kemudian melakukan sa`i
atau lari-lari kecil dari Shafa ke Marwa
dan terakhir Nabi melakukan tahallul
atau mencukur sebagian rambut.

4. Bagaimana cara melaksanakan ibadah


umrah?
Jawaban
Ibadah umrah dapat dilaksanakan secara
peseorangan maupun berkelompok me­
lalui PPIU.

5. Apa yang dimaskud dengan PPIU?


Jawaban

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  3


PPIU adalah singkatan dari Penyeleng­
gara Perjalanan Ibadah Umrah yaitu,
biro perjalanan wisata yang telah men­
dapat izin dari Menteri Agama untuk
me­­nyelenggarakan perjalanan ibadah
umrah.
6. Apa dasar hukum penyelenggaraan um­
rah di Indonesia?
Jawaban
Dasar Hukum Penyelenggaraan ibadah
umrah di Indonesia yaitu
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2019 tentang Penyelenggaraan Iba­
dah Haji dan Umrah
b. Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2008.
c. Peraturan Menteri Agama Nomor 8
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah.

4  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


7. Apa saja syarat mendaftar umrah?
Jawaban
Setiap orang yang akan menjalankan
Ibadah Umrah harus memenuhi per­
syaratan:
a. beragama Islam;
b. memiliki paspor yang masih berlaku
paling singkat 6 (enam) bulan dari
tanggal pemberangkatan;
c. memiliki tiket pesawat tujuan Arab
Saudi yang sudah jelas tanggal ke­
berangkatan dan kepulangannya;
d. memiliki surat keterangan sehat dari
dokter; dan
e. memiliki visa serta tanda bukti ako­
modasi dan transportasi dari PPIU.

8. Apa saja hak-hak jemaah umrah?


Jawaban
Jemaah Umrah berhak memperoleh pe­
layanan dari PPIU meliputi:
PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  5
a. layanan bimbingan Ibadah Umrah;
b. layanan kesehatan;
c. kepastian pemberangkatan dan pe­
mulangan sesuai dengan masa ber­
laku visa umrah di Arab Saudi dan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
d. layanan lainnya sesuai dengan per­
janjian tertulis yang disepakati an­
tara PPIU dan Jemaah Umrah; dan
e. melaporkan kekurangan dalam pe­
laya­­n­an penyelenggaraan Ibadah Um­
rah kepada Menteri.
Jemaah juga memiliki hak perlindungan
sebagai warga negara di negara asing
yang harus dipenuhi oleh pemerintah.

9. Apakah prinsip penyelenggaraan ibadah


umrah?
Jawaban
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­

6  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


rah dilaksanakan berdasarkan prin­ sip
profesionalitas, transparansi, akun­ta­bi­
li­tas, dan syariat

10. Apakah tujuan dalam penyelenggaraan


perjalanan ibadah umrah?
Jawaban
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­
rah bertujuan memberikan pem­bi­­naan,
pelayanan, dan perlindungan kepada
Jemaah, sehingga Jemaah dapat me­
nu­­naikan ibadahnya sesuai dengan ke­
tentuan syariah
11. Apakah terdapat standar pelayanan mini­
mal penyelenggaraan ibadah umrah?
Jawaban
Pemerintah menetapkan standar pe­laya­
nan minimal perjalanan ibadah umrah.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  7


BAB PENDAFTARAN DAN PEMBATALAN
UMRAH
1. Kapan masyarakat dapat melakukan
pen­­­daftaran umrah?
Jawaban.
Pendaftaran Jemaah dilakukan setiap
hari.

2. Di manakah masyarakat mendaftar


umrah?
Jawaban.
Pendaftaran Jemaah dilakukan oleh calon
jemaah yang bersangkutan pada PPIU.
3. Apakah terdapat formulir khusus saat
melakukan pendaftaran umrah?
Jawaban
Pendaftaran umrah sesuai dengan for­
mat pendaftaran dan mengisi surat
per­­­­janjian antara calon jemaah dengan
PPIU.

8  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


4. Apakah isi perjanjian yang harus di­
tandatangani oleh jemaah dan PPIU saat
mendaftar umrah?
Jawaban
Isi perjanjian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) paling sedikit memuat hak
dan kewajiban kedua belah pihak.

5. Apakah PPIU harus menjelaskan isi per­


janjian kepada jemaah?
Jawaban
PPIU wajib menjelaskan isi perjanjian
sebagaimana kepada calon jemaah se­
belum ditandatangani kedua belah pi­hak.

6. Apakah PPIU harus menjelaskan paket


umrah yang disepakati kepada jemaah?
Jawaban
PPIU wajib memberikan informasi me­nge­
nai paket umrah kepada calon jema­ah.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  9


7. Apakah PPIU harus memberikan do­ku­
men perjanjian kepada jemaah?
Jawaban
PPIU wajib memberikan dokumen per­
janjian kepada Jemaah segera setelah
di­­­tandatangani kedua belah pihak.

8. Apakah PPIU harus melapor kepada


Kementerian Agama tentang jemaah
um­­­rah yang telah mendaftar umrah?
Jawaban
PPIU wajib melaporkan Jemaah yang
telah terdaftar kepada Direktorat Jenderal
me­lalui sistem pelaporan elek­tronik.

9. Kapan jemaah berangkat umrah setelah


melakukan pendaftaran di PPIU?
Jawaban
PPIU wajib memberangkatkan Jemaah
paling lambat 6 (enam) bulan setelah

10  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


pen­­daftaran.

10. Kapan jemaah umrah berangkat umrah


setelah meluanasi BPIU kepada PPIU?
Jawaban
PPIU wajib memberangkatkan jemaah
paling lama 3 (tiga) bulan setelah pe­lu­
nasan BPIU.

11. Apakah jemaah dapat mengambil BPIU


bila membatalkan keberangkatan umrah?
Jawaban
PPIU wajib mengembalikan BPIU setelah
dikurangi biaya yang telah dikeluarkan
sesuai dengan perjanjian yang telah di­
sepakati bila jemaah membatalkan ke­
berangkatan umrah.

12. Apakah PPIU boleh memberangkatan


jemaah melalui dana talangan?

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  11


Jawaban
PPIU dilarang memfasilitasi keberang­
katan Jemaah menggunakan BPIU yang
berasal dari dana talangan.

BAB PENYELENGGARA PERJALANAN IBA­­


DAH UMRAH (PPIU)
1. Siapakah penyelenggara perjalanan iba­
dah umrah?
Jawaban
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­
rah dapat dilakukan oleh pemerintah
dan/atau PPIU

2. Apa syarat ibadah umrah diselenggarakan


oleh Pemerintah?
Jawaban
Penyelenggaraan ibadah umrah dapat
dilakukan oleh pemerintah dalam ke­
adaan darurat atau luar biasa yang di­

12  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


tetapkan oleh Presiden.

3. Apakah yang dimaksud dengan PPIU?


Jawaban
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­
rah dilaksanakan oleh biro perjalanan
wi­
sata yang memiliki izin operasional
dari Pemerintah sebagai PPIU.

4. Bagaimana persyaratan biro perjalanan


wisata agar mendapatkan izin sebagai
PPIU?
Jawaban
a. dimiliki dan dikelola oleh warga
negara Indonesia beragama Islam;
b. terdaftar sebagai biro perjalanan wi­
sata yang sah;
c. memiliki kemampuan manajerial,
tek­­­­nis, kompetensi personalia, dan
ke­­­mam­puan finansial untuk me­nye­
leng­garakan Ibadah Umrah yang di­­­­
PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  13
buk­tikan dengan jaminan bank;
d. memiliki mitra biro penyelenggara
Iba­
dah Umrah di Arab Saudi yang
mem­­­­peroleh izin resmi dari pe­me­rin­
tah Kerajaan Arab Saudi;
e. memiliki rekam jejak sebagai biro
per­
jalanan wisata yang berkualitas
dengan memiliki pengalaman mem­ ­
be­rangkatkan dan melayani per­jala­
n­an ke luar negeri; dan
f. memiliki komitmen untuk memenuhi
pakta integritas menyelenggarakan
per­­­jalanan Ibadah Umrah sesuai
dengan standar pelayanan minimum
yang ditetapkan oleh Menteri dan
selalu meningkatkan kualitas penye­
leng­­garaan Ibadah Umrah.

5. Apakah hak-hak PPIU?


Jawaban
a. pembinaan dari Menteri;

14  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


b. informasi tentang kebijakan penye­
lenggaraan Ibadah Umrah; dan
c. informasi tentang hasil pengawasan
dan akreditasi.

6. Apakah kewajiban PPIU?


Jawaban
PPIU wajib:
a. menyediakan paling sedikit 1 (satu)
orang pembimbing ibadah setiap 45
(empat puluh lima) orang Jemaah
Umrah;
b. memberikan pelayanan dokumen
per­­­jalanan, akomodasi, konsumsi,
dan transportasi kepada jemaah se­
suai dengan perjanjian tertulis yang
disepakati antara PPIU dan Jemaah
Umrah;
c. memiliki perjanjian kerjasama dengan
fasilitas pelayanan kesehatan di Arab
Saudi;

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  15


d. memberangkatkan dan memulang­
kan Jemaah Umrah sesuai dengan
masa berlaku visa umrah di Arab
Saudi;
e. menyampaikan rencana perjalanan
umrah kepada Menteri secara tertulis
sebelum keberangkatan;
f. melapor kepada Perwakilan Republik
Indonesia di Arab Saudi pada saat
datang di Arab Saudi dan pada saat
akan kembali ke Indonesia.
g. membuat laporan kepada Menteri
Agama paling lambat 10 (sepuluh)
hari setelah tiba kembali di tanah air;
h. memberangkatkan Jemaah Umrah
yang terdaftar pada tahun hijriah
berjalan;
i. mengikuti standar pelayanan mini­
mal dan harga referensi; dan
j. mengikuti prinsip syariat.

16  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


7. Bagaimana bila terdapat perubahan
struktur dalam PPIU?
Jawaban
PPIU wajib melaporkan perubahan su­
su­nan pemilik saham, direksi, dan ko­
mi­saris dan/atau tempat/domisili pe­ru­
sahaan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal paling lama 3 (tiga) bulan se­
telah terjadi perubahan.
8. Apakah PPIU dapat membuka cabang di
luar kantor pusat?
Jawaban
PPIU dapat membuka kantor cabang di
luar domisili perusahaan sebagaimana
ter­cantum dalam keputusan tentang pe­
netapan perizinan PPIU.

9. Bagaimana cara membuka kantor ca­


bang PPIU?
Jawaban

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  17


Pembukaan kantor cabang PPIU wajib
mem­peroleh pengesahan dari Kepala Kan­
tor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
PPIU mengajukan pembukaan kantor
cabang kepada Kepala Kantor Wila­­ yah
Kementerian Agama Provinsi untuk di­
lakukan verifikasi.

10. Apakah PPIU wajib melaporkan pem­


bukaan kantor cabang kepada Menteri?
Jawaban
Pimpinan PPIU wajib melaporkan pem­
bukaan kantor cabang PPIU kepada
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah.

BAB BIAYA UMRAH


1. Apa yang dimaksud dengan BPIU?
Jawaban
BPIU adalah singkatan dari Biaya Pe­nye­

18  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


lenggaraan Ibadah Umrah yaitu sejum­
lah dana yang dibayarkan oleh Jemaah
untuk menunaikan perjalanan Ibadah
Umrah. BPIU dibayarkan kepada PPIU.

2. Apa yang dimaksud dengan BPIU Refe­


rensi?
Jawaban
BPIU Referensi adalah biaya rujukan
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­
rah yang ditetapkan oleh Menteri.

3. Apa sajakah komponen BPIU?


Jawaban
BPIU meliputi seluruh komponen biaya
yang diperlukan untuk pelaksanaan Pe­
nyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­
rah. Komponen tersebut terdiri dari
perlengkapan jemaah (tas, koper, pakai­­
an ihram), kebutuhan pembinaan iba­ ­

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  19


dah, pelayanan jemaah berupa trans­ ­
p o r­t a s i - a k o m o d a s i - k o n s u m s i , d a n
per­­­lin­­dungan je­maah berupa ke­se­ha­tan
mau­pun asuransi.

4. Apakah PPIU diperbolehkan memungut


biaya tambahan di luar BPIU yang di­
sepakati?
Jawaban
PPIU dilarang memungut biaya lain di
luar komponen yang telah disepakati
dengan jemaah.

5. Kapan sajakah BPIU referensi ditetapkan


oleh Menteri Agama?
Jawaban
Menteri Agama menetapkan BPIU Refe­
rensi secara berkala sebagai pedoman
penetapan BPIU.

20  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


6. Apakah PPIU boleh menetapkan BPIU di
bawah BPIU Referensi?
Jawaban
Apabila PPIU menetapkan BPIU di ba­wah
BPIU Referensi, maka PPIU wajib me­
laporkan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah.

7. Bagaimana bila PPIU tidak melaporkan


secara tertulis tentang penetapan BPIU
di bawah BPIU referensi?
Jawaban
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah meminta penjelasan secara
langsung dengan cara memanggil PPIU,
bila PPIU tidak melaporkan secara ter­
tulis penetapan BPIU di bawah BPIU
referensi.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  21


BAB PELAYANAN JEMAAH UMRAH
A. Pelayanan Bimbingan Jemaah
1. Apa saja bentuk pelayanan PPIU kepada
jemaah umrah?
Jawaban
PPIU wajib memberikan pelayanan:
a. bimbingan ibadah umrah;
b. transportasi Jemaah;
c. akomodasi dan konsumsi;
d. kesehatan Jemaah;
e. perlindungan Jemaah dan petugas
umrah; dan
f. administrasi dan dokumentasi umrah.

2. Bagaimana ketentuan bimbingan jemaah


oleh PPIU?
Jawaban
Bimbingan jemaah diberikan oleh pem­
bimbing ibadah sebelum kebe­rangkatan,
dalam perjalanan, dan selama di Arab
Saudi.
22  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)
3. Apa sajakah bimbingan yang diberikan
oleh PPIU kepada jemaah umrah?
Jawaban
Bimbingan Jemaah meliputi materi bim­
bingan manasik dan perjalanan umrah.

4. Berapa kali jemaah menerima bimbingan


sebelum keberangkatan?
Jawaban
Bimbingan Jemaah sebelum ke­ berang­
katan diberikan paling sedikit 1 (satu)
kali pertemuan.

5. Apa bentuk bimbingan yang diberikan


kepada jemaah sebelum berangkat
umrah?
Jawaban
Bimbingan diberikan dalam bentuk teori
dan praktik.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  23


6. Siapa yang wajib menyediakan pem­
bimbing ibadah?
Jawaban
Pembimbing ibadah diangkat oleh pim­
pinan PPIU dan pernah melak­sana­kan
ibadah haji/umrah.

7. Apakah jemaah menerima buku pan­


duan umrah (manasik)?
Jawaban
PPIU wajib memberikan buku paket atau
buku pedoman materi bimbingan mana­
sik dan perjalanan umrah.

8. Bagaimana ketentuan buku manasik


umrah?
Jawaban
Materi bimbingan manasik dan per­
jalanan umrah berpedoman pada bim­
bingan manasik dan perjalanan haji dan

24  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


umrah yang diterbitkan oleh Kemen­
terian Agama.

B. Pelayanan Transportasi
1. Bagaimana ketentuan pelayanan trans­
portasi jemaah umrah?
Jawaban
Pelayanan transportasi Jemaah di­
lakukan oleh PPIU meliputi pelayanan
pem­berangkatan ke dan dari Arab Saudi
dan selama di Arab Saudi.
PPIU wajib menyediakan sarana trans­
portasi bagi Jemaah yang aman, layak,
dan nyaman sesuai dengan perjanjian
yang disepakati.

2. Kapan pemberangkatan dan pemulangan


jemaah umrah?
Jawaban
Pemberangkatan ke dan dari Arab Saudi

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  25


dilaksanakan oleh PPIU sesuai dengan
jadwal yang tertera dalam perjanjian
yang telah disepakati dengan calon
jemaah.

3. Bagaimana cara jemaah membuktikan


kebenaran jadwal keberangkatan dan
pemulangan umrah?
Jawaban
Jadwal pemberangkatan ke dan dari
Arab Saudi dibuktikan dengan tiket
pesawat ke dan dari Arab Saudi.

4. Apa saja jenis layanan transportasi


umrah yang diterima jemaah umrah?
Jawaban
Layanan transportasi yang diterima
jemaah umrah meliputi transportasi
udara dari Indonesia ke Arab Saudi
dan dari Arab Saudi ke Indonesia, serta

26  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


trans­portasi darat atau udara selama di
Arab Saudi.

5. Bagaimana ketentuan transportasi


udara ke dan dari Arab Saudi?
Jawaban
Transportasi udara dari Indonesia ke Arab
Saudi dan dari Arab Saudi ke Indonesia
paling banyak 1 (satu) kali transit dengan
menggunakan penerbangan langsung
atau paling banyak 1 (satu) kali transit
dengan paling banyak 2 (dua) maskapai
penerbangan.

6. Bagaimana ketentuan layanan jemaah


umrah di bandara?
Jawaban
PPIU wajib menyediakan tempat yang
layak dan nyaman bagi Jemaah selama
berada di bandara.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  27


7. Bagaimana bila jemaah mengalami ke­ter­
lambatan keberangkatan pener­bang­an?
Jawaban
PPIU wajib memfasilitasi Jemaah yang
mengalami keterlambatan penerbangan
sesuai dengan ketentuan peraturan per­
undang-undangan.

8. Bagaimana bentuk layanan transportasi


darat jemaah umrah di Arab Saudi?
Jawaban
Transportasi darat selama di Arab Saudi
wajib menggunakan kendaraan yang
layak dan nyaman.

9. Bagaimana ketentuan transportasi darat


jemaah umrah di Arab Saudi?
Jawaban
Transportasi darat selama di Arab Saudi
harus memenuhi standar kelayakan dan

28  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


kenyamana dengan ketentuann:
a. usia bus paling lama 5 (lima) tahun;
b. kapasitas bus paling banyak 50 (lima
puluh) seat/bus; dan
c. memiliki air condition, sabuk pe­nga­
man, tombol manual darurat pem­
buka pintu, alat pemecah kaca, alat
pemadam kebakaran, bagasi yang
terletak di bawah, ban cadangan atau
ban anti bocor, kotak pertolongan
pertama pada kecelakaan lengkap
dengan obat-obatan, pengeras suara,
toilet, dan kulkas seluruhnya dalam
kondisi baik dan berfungsi.

C. Pelayanan Akomodasi dan Konsumsi


1. Kapan pelayanan akomodasi dan kon­
sumsi diterima jemaah umrah?
Jawaban
Pelayanan akomodasi dan konsumsi
wajib dilakukan oleh PPIU selama Jema­

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  29


ah berada di Arab Saudi.

2. Bagaimana akomodasi jemaah sebelum


berangkat ke Arab Saudi?
Jawaban
Bila jemaah harus menginap sebelum
ke­
berangkatan ke Arab Saudi, maka
PPIU wajib menyediakan akomodasi.

3. Bagaimana ketentuan jarak akomodasi


jemaah umrah di Arab Saudi?
Jawaban
Pelayanan akomodasi sebagaimana wajib
dilakukan oleh PPIU dengan me­ nem­
patkan Jemaah paling jauh 1.000 (seribu)
meter dari Masjidil Haram di Makkah dan
di dalam wilayah Markaziyah di Madinah
pada hotel paling rendah bintang 3 (tiga).

4. Bagaimana bila jemaah menerima ako­

30  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


modasi yang berjarak lebih dari 1.000m
dari Masjidil Haram?
Jawaban
Dalam hal Jemaah ditempatkan
lebih dari 1.000 (seribu) meter dari
Masjidil Haram di Makkah, PPIU wajib
menyediakan transportasi selama 24
(dua puluh empat) jam.

5. Bagaimana kapasitas akomodasi di Arab


Saudi?
Jawaban
Kapasitas akomodasi di Arab Saudi diisi
paling banyak 4 (empat) orang dalam
setiap kamar.

6. Bagaimana ketentuan pelayanan kon­


sumsi jemaah umrah?
Jawaban
Pelayanan konsumsi diberikan oleh PPIU

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  31


sebelum berangkat, dalam perjalanan,
dan selama di Arab Saudi.

7. Bagaimana pelayanan konsumsi jemaah


umrah di Arab Saudi?
Jawaban
Konsumsi selama di Arab Saudi wajib
memenuhi persyaratan:
a. pelayanan dengan sistem penyajian
secara prasmanan sebanyak 3 (tiga)
kali sehari;
b. beberapa pilihan menu, termasuk
menu Indonesia; dan
c. segala bentuk konsumsi yang di­
sajikan harus memenuhi standar
higie­nitas dan kesehatan.

8. Bagaimana bentuk layanan konsumsi


jemaah umrah sebelum, dalam per­
jalanan, atau di bandara

32  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


Jawaban
Konsumsi sebelum, dalam perjalanan,
atau di bandara diberikan dalam ke­
masan boks.

D. Pelayanan Kesehatan dan Pelindungan


1. Bagaimana ketentuan pelayanan ke­se­
hatan jemaah umrah?
Jawaban
Pelayanan kesehatan paling sedikit
meliputi:
a. penyediaan petugas kesehatan;
b. penyediaan obat-obatan sesuai
dengan ke­tentuan peraturan per­un­
dang-un­dangan;
c. pemeriksaan kondisi kesehatan awal
Jemaah sebelum keberangkatan;
d. pengurusan bagi Jemaah yang sakit
selama di perjalanan dan di Arab
Saudi;

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  33


e. pengurusan Jemaah yang meninggal
dunia; dan
f. bimbingan kesehatan Jemaah di­
berikan sebelum pemberangkatan ke
dan dari Arab Saudi dan selama di
Arab Saudi.
2. Bagaimanakah kewajiban vaksinasi
meningitis bagi jemaah?
Jawaban
Setiap Jemaah wajib melakukan vak­
sinasi meningitis dan merupakan tang­
gung jawab Jemaah secara individu.

3. Bagaimana kewajiban PPIU dalam vak­


sinasi meningitis jemaah umrah?
Jawaban
PPIU wajib memastikan Jemaah telah
men­dapatkan vaksinasi meningitis se­
suai dengan ketentuan peraturan per­
undang-undangan.

34  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


4. Bagaimana bila terdapat jemaah umrah
yang sakit dan dirawat di Arab Saudi
dan negara transit?
Jawaban
PPIU bertanggung jawab terhadap pe­
rawatan dan pemulangan jemaah yang
dirawat inap di Arab Saudi dan negara
transit.

5. Apakah jemaah umrah berhak men­


dapatkan pelindungan?
Jawaban
Jemaah Umrah mendapatkan pelin­
dungan dalam bentuk:
a. warga negara Indonesia di luar
negeri;
b. hukum;
c. keamanan; dan
d. jiwa, kecelakaan, dan kesehatan.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  35


6. Apakah PPIU memiliki kewajiban
pelindungan jemaah dan petugas?
Jawaban
PPIU bertanggung jawab memberikan
pelindungan kepada Jemaah Umrah
dan petugas umrah sebelum, selama,
dan setelah Jemaah Umrah dan petugas
umrah melaksanakan Ibadah Umrah.

7. Bagaimana ketentuan pemberian pe­


lindungan oleh PPIU?
Jawaban
Pemberian pelindungan dilaksanakan
oleh PPIU sesuai dengan kebijakan
Menteri.

8. Apa bentuk pelindungan jiwa, ke­


ce­


kaan, dan kesehatan bagi jemaah
umrah?
Jawaban

36  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


Pelindungan diberikan oleh PPIU dalam
bentuk asuransi.

9. Berapa lama masa pertanggungan asu­


ransi jemaah umrah?
Jawaban
Masa pertanggungan asuransi dimulai
sejak keberangkatan hingga kembali ke
tanah air.

10. Apa saja Pelayanan perlindungan Jema­


ah dan petugas umrah yang harus di­
tanggung oleh PPIU?
Jawaban
Pelayanan perlindungan Jemaah dan
petugas umrah meliputi:
a. asuransi jiwa, kesehatan, dan ke­
celakaan;
b. pengurusan dokumen Jemaah yang
hilang selama perjalanan ibadah; dan

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  37


c. pengurusan Jemaah yang terpisah
dan/atau hilang selama dalam per­
jalanan dan di Arab Saudi.

11. Sebagai upaya perlindungan kepada


jemaah umrah, apakah PPIU wajib
meyediakan petugas pendamping
jemaah umrah?
Jawaban
PPIU wajib menyediakan paling sedikit
1 (satu) petugas untuk mendampingi
jemaah.

12. Bagaimana ketentuan petugas pen­dam­


ping jemaah umrah?
Jawaban
Petugas pendamping jemaah umrah
tidak dapat dirangkap oleh Jemaah.

38  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


13. Bilamana PPIU wajib menyediakan
petugas kesehatan?
Jawaban
Dalam hal jemaah berjumlah lebih dari
90 (sembilan puluh) orang, PPIU wajib
menyediakan 1 (satu) orang tenaga
kesehatan.

14. Apakah jemaah umrah wajib meng­


gunakan tanda pengenal? Dan bagai­
mana ketentuan tanda pengenal jemaah
umrah?
Jawaban
PPIU wajib menyediakan kartu tanda
pengenal yang memuat paling sedikit
nama Jemaah, nomor paspor, nama
PPIU, penanggung jawab dan nomor
kon­­tak di Arab Saudi, nama muassasah,
nama dan alamat hotel.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  39


15. Apakah PPIU wajib memiliki perwakilan
resmi di Arab Saudi?
Jawaban
PPIU wajib mendaftarkan 1 (satu) orang
perwakilan resmi PPIU di Arab Saudi
kepada teknis urusan haji pada Konsulat
Jenderal Republik Indonesia di Jeddah.

E. Pelayanan Administrasi dan Doku­


men­tasi
1. Apa bentuk pelayanan administrasi dan
dokumentasi jemaah umrah?
Jawaban
Pelayanan administrasi dan dokumen
umrah meliputi:
a. pengurusan dokumen perjalanan
umrah dan visa bagi Jemaah;
b. pengurusan dokumen jemaah sakit,
meninggal, dan ghaib/hilang; dan
c. pengurusan dokumen lain yang di­
anggap perlu.
40  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)
2. Berapa lama batasan masa tinggal
jemaah umrah di Arab Saudi?
Jawaban
Masa tinggal Jemaah di Arab Saudi
sesuai dengan masa berlaku visa. Oleh
karena itu PPIU wajib memastikan masa
tinggal Jemaah di Arab Saudi sesuai
dengan masa berlaku visa.

3. Bagaimana bentuk penelantaran jemaah


umrah?
Jawaban
PPIU dilarang menelantarkan jemaah
umrah yang mengakibatkan jemaah
umrah:
a. gagal berangkat ke Arab Saudi;
b. melanggar masa berlaku visa; atau
c. terancam keamanan dan kese­ la­
ma­
tan­nya.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  41


4. Apa saja ruang lingkup laporan yang
wajib dilakukan oleh PPIU?
Jawaban
PPIU wajib melaporkan Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah kepada Direk­
tur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah yang meliputi rencana per­jalanan
umrah, pemberangkatan, pe­ mulangan,
dan permasalahan khusus.

5. Bagaimana cara pelaporan PPIU kepada


Kementerian Agama?
Jawaban
Laporan Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui sistem
pelaporan elektronik.

6. Berapa lama batas waktu laporan PPIU


kepada Kementerian Agama?

42  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


Jawaban
Batas waktu pelaporan PPIU adalah
a. Laporan rencana perjalanan umrah
dilakukan paling lambat 1x24 (satu
kali dua puluh empat) jam sebelum
Jemaah berangkat dari tanah air.
b. Laporan pemberangkatan dilakukan
paling lambat 1x24 (satu kali dua
puluh empat) jam setelah Jema­ ah
berangkat dari bandara pem­be­rang­
katan International.
c. Laporan kepulangan dilakukan paling
lambat 1x24 (satu kali dua puluh
empat) jam setelah jemaah tiba di
tanah air.

BAB PPIU SEBAGAI PROVIDER VISA


1. Apakah PPIU dapat menjadi provider
visa?
Jawaban
PPIU dapat mengajukan permohonan
PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  43
pe­
ngesahan kontrak sebagai syarat
men­jadi provider visa.

2. Bagaimana cara PPIU mengajukan se­


bagai provider visa?
Jawaban
Permohonan provider visa diajukan se­
cara tertulis kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan:
a. Keputusan izin operasional sebagai
PPIU;
b. Kontrak kerja sama dengan pe­
rusahaan pelayanan umrah di Arab
Saudi;
c. Sertifikat International Air Transport
Association (IATA);
d. Bank Garansi atas nama PPIU yang
diterbitkan oleh bank syariah dan/
atau bank umum nasional yang
memiliki layanan syariah dengan
masa berlaku selama 1 (satu) tahun;
44  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)
e. Laporan keuangan yang telah diaudit
akuntan publik yang terdaftar di
Kementerian Keuangan dengan opini
wajar tanpa pengecualian; dan
f. Pernyataan komitmen menaati ke­
tentuan peraturan perundang-un­
dangan yang dibuktikan dengan
surat pernyataan/pakta integritas.

3. Bagaimana kewajiban PPIU sebagai


Provider visa?
Jawaban
Provider visa wajib:
a. menaati ketentuan peraturan per­
undang-undangan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Indonesia dan Pe­
merintah Arab Saudi;
b. memastikan pelayanan administrasi
akomodasi, konsumsi, dan trans­
portasi di Arab Saudi;
c. memastikan pengurusan visa Jema­

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  45


ah hanya kepada PPIU;
d. memastikan pengurusan Jemaah
yang meninggal dan/atau mengalami
sakit dan dirawat di Arab Saudi dan/
atau di negara transit, dan sampai
kembali ke tanah air;
e. memastikan tiket Jemaah ke dan
dari Arab Saudi; dan
f. memastikan asuransi perjalanan
Jemaah; dan
g. melaporkan pengurusan visa kepada
Direktur Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah paling lama 10
(sepuluh) hari sejak visa diterbitkan.

4. Bagaimana bila provider visa tidak me­


menuhi ketentuan yang berakibat
jemaah terlantar?
Jawaban
Bila provider visa tidak memenuhi ke­
tentuan yang berakibat Jemaah ter­

46  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


lantar, provider visa wajib me­nanggung
seluruh biaya yang timbul sebagai akibat
keterlantaran Jemaah.

BAB PENGAWASAN PENYELENGGARAAN


IBADAH UMRAH
1. Bagaimana pengawasan penyeleng­gara­
an ibadah umrah?
Jawaban
Menteri mengawasi dan mengevaluasi
pe­nyelenggaraan Ibadah Umrah.

2. Bagaimana proses pengawasan penye­


lenggaraan ibadah umrah?
Jawaban
Pengawasan dan evaluasi dilaksanakan
oleh aparatur tingkat pusat dan/atau
daerah terhadap pelaksanaan, pem­bi­naan,
pelayanan, dan pelindungan yang dilaku­
kan oleh PPIU kepada Jemaah Umrah.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  47


3. Bagaimana pola pengawasan penyeleng­
garaan ibadah umrah?
Jawaban
Pengawasan dilakukan secara:
a. terprogram dan berkala;
b. sewaktu-waktu sesuai dengan
kebutuhan; dan/atau
c. terpadu dengan instansi pemerintah/
lembaga terkait.

4. Apa saja ruang lingkup pengawasan pe­


nyelenggaraan ibadah umrah?
Jawaban
Pengawasan mencakup standar pela­
yanan minimal Penyelenggaraan Perja­
lanan Ibadah Umrah yang meliputi pe­
ngawasan terhadap:
a. pendaftaran;
b. pengelolaan keuangan;
c. rencana perjalanan;
d. kegiatan operasional pelayanan Jemaah;
48  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)
e. pengurusan dan penggunaan visa;
f. indikasi penyimpangan dan/atau
ka­­sus tertentu; dan
g. ketaatan terhadap ketentuan per­
aturan perundangundangan.

5. Bagaimana ketentuan pelaksanaan fung­


si pengawasan penyelenggaraan iba­dah
umrah?
Jawaban
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan
dan evaluasi pelaksanaan Ibadah Um­
rah, Menteri dapat membentuk tim
koor­­dinasi pencegahan, pengawasan,
dan penindakan permasalahan penye­
lenggaraan Ibadah Umrah.

6. Bagaimana keterlibatan Kementerian/


Lembaga lain dalam pengawasan penye­
lenggaraan ibadah umrah?
Jawaban
PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  49
Pengawasan Ibadah Umrah dilaksanakan
secara terpadu dengan kementerian/
lem­­baga terkait.

7. Bagaimana pemanfaatan hasil penga­


wasan penyelenggaraan ibadah umrah?
Jawaban
Hasil pengawasan dan evaluasi pelak­
sanaan Ibadah Umrah digunakan untuk
dasar akreditasi dan pengenaan sanksi.

8. Bagaimana bila ditemukan unsur pidana


dalam pengawasan penyelenggaraan iba­­
dah umrah?
Jawaban
Dalam hal hasil pengawasan dan eva­
luasi pelaksanaan Ibadah Umrah ter­
dapat dugaan tindak pidana, hasil pe­
nga­wasan dan evaluasi disampaikan
kepada aparat penegak hukum untuk
ditindaklanjuti.
50  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)
9. Siapakah penanggung jawab pengen­
dalian penyelenggaraan ibadah umrah?
Jawaban
Pengendalian penyelenggaraan ibadah
umrah dilakukan oleh Direktur Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah

10. Apa objek pengendalian penyelenggaraan


ibadah umrah?
Jawaban
Pengendalian penyelenggaraan ibadah
umrah berupa operasional Penye­leng­
garaan Perjalanan Ibadah Umrah di
tanah air, negara transit, dan Arab
Saudi.
Pengendalian dapat dilakukan dalam
bentuk moratorium perizinan dan/atau
dalam bentuk lainnya.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  51


BAB PEMBINAAN DAN AKREDITASI PPIU
1. Siapakah yang berwenang melaksanakan
pembinaan kepada PPIU?
Jawaban
Pembinaan Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah dilakukan oleh Direktur
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah.

2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan


PPIU di daerah?
Jawaban
Dalam melaksanakan pembinaan Direktur
Jenderal dapat dibantu oleh Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi
dan Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.

3. Bagaimana keterlibatan asosiasi dalam


pembinaan PPIU?

52  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


Jawaban
Direktur Jenderal dapat bekerja sama
dengan Asosiasi PPIU dalam melakukan
pem­binaan terhadap PPIU sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-un­dangan.

4. Apakah PPIU harus diakreditasi?


Jawaban
Setiap PPIU wajib diakreditasi.

5. Siapakah pelaksana akreditasi PPIU?


Jawaban
Akreditasi dilakukan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal.

6. Tiap berapa lama PPIU harus melak­


sanakan akreditasi?
Jawaban
Akreditasi PPIU dilakukan setiap 3 (tiga)
tahun.
PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  53
7. Siapakah yang berwenag menetapkan
standar akreditasi PPIU?
Jawaban
Menteri menetapkan standar akreditasi
PPIU.

8. Apa tujuan dan manfaat dilaksanakan


akreditasi PPIU?
Jawaban
Akreditasi dilakukan untuk menilai
kinerja dan kualitas pelayanan PPIU.
Akreditasi dipergunakan sebagai bahan
penilaian terhadap kelayakan dan ku­
alitas pelayanan yang diberikan oleh PPIU.

9. Bagaimana bentuk penilaian pelayanan


dalam akreditasi PPIU?
Jawaban
Kualitas pelayanan ditetapkan dengan
peringkat A (Sangat Baik), B (Baik), C

54  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


(Cukup), dan D (Kurang).

10. Bagaimana bila dalam proses akreditasi,


PPIU mendapatkan peringkat kualitas
pe­layanan D (kurang)?
Jawaban
Bila peringkat kualitas pelayanan men­
dapatkan peringkat D (Kurang), izin ope­
rasional PPIU dicabut.

11. Bagaimana publikasi hasil akreditasi


PPIU?
Jawaban
Menteri memublikasikan hasil akreditasi
kepada masyarakat.

BAB PENGADUAN MASYARAKAT DAN


SANKSI
1. Apakah masyarakat atau jemaah dapat
meng­
adukan pelanggaran penyeleng­

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  55


garaan ibadah umrah?
Jawaban
Masyarakat atau jemaah berhak meng­
adukan pelanggaran penyeleng­garaan
ibadah umrah.

2. Kepada siapakah jemaah mengadukan


pe­
langgaran penyelenggaraan ibadah
umrah?
Jawaban
Jemaah dapat mengadukan pelaksanaan
Pe­nyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­rah
kepada perwakilan pemerintah Republik
Indonesia di luar negeri, PPIU, dan/atau
Kementerian Agama.

3. Bagaimana cara jemaah mengadukan


pelanggaran penyelenggaraan ibadah
umrah?
Jawaban

56  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


Masyarakat atau jemaah dapat meng­
adukan pelanggaran penyeleng­ garaan
ibadah umrah kepada pihak terkait
secara tertulis maupun media dengan
dilengkapi identitas lengkap pelapor dan
bukti yang valid.

4. Apa bentuk tindak lanjut pemerintah


atas pengaduan yang disampaikan oleh
masyarakat atau jemaah?
Jawaban
Direktur Jenderal melakukan klarifikasi
terhadap pelapor, jemaah, pemilik izin
PPIU dan/atau pihak terkait lainnya
yang dilaporkan telah melakukan pe­
lang­ garan terhadap Penyelenggaraan
Per­­jalanan Ibadah Umrah sesuai dengan
ke­tentuan peraturan perundang-un­
dangan.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  57


5. Apakah kewajiban PPIU sebagai pihak
yang dapat menerima pengaduan pe­lang­
garan penyelenggaraan ibadah um­rah?
Jawaban
Dalam menerima pengaduan PPIU wajib:
a. menyediakan sarana penyampaian
pengaduan Jemaah;
b. memiliki mekanisme penanganan
peng­aduan Jemaah; dan
c. membuat berita acara penanganan
pengaduan Jemaah.

6. Bagaimana sanksi yang diberikan bila


PPIU tidak memenuhi kewajiban kepada
jemaah umrah?
Jawaban
PPIU yang tidak memenuhi kewajibannya
dapat dikenai sanksi administratif
berupa:
a. teguran tertulis;
b. pembekuan izin; atau
58  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)
c. pencabutan izin.

7. Bagaimana bila PPIU melakukan peng­


ulangan pelanggaran yang berakibat di­
kenakan sanksi peringatan tertulis?
Jawaban
PPIU yang melakukan pengulangan pe­
langgaran yang berakibat dikenakan
sanksi peringatan tertulis dikenakan
sanksi pembekuan izin penyelenggaraan
paling lama 2 (dua) tahun.

8. Apa sanksi bagi PPIU yang jemaahnya


melebih masa tinggal di Arab Saudi
(over stay) atau menelantarkan jemaah
umrah?
Jawaban
PPIU yang melanggar ketentuan di
atas dikenakan sanksi pencabutan izin
penyelenggaraan.

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  59


9. Apa sanksi bagi PPIU yang meminjamkan
legalitas perizinan kepada pihak lain?
Jawaban
PPIU yang meminjamkan legalitas per­
izinan umrah kepada pihak lain untuk
menyelenggarakan perjalanan ibadah
umrah, dikenakan sanksi pen­ cabutan
izin penyelenggaraan.

10. Apa sanksi bagi PPIU yang menjadi


provider visa dan tidak mematuhi
kewajiban sebagai provider visa?
Jawaban
Provider visa yang melanggar ketentuan
tersebut dikenakan sanksi, tidak dapat
diberikan pengesahan kontrak sebagai
syarat menjadi provider visa untuk
paling lama 2 (dua) kali musim umrah.
11. Bagaimana sanksi bila izin operasional
biro perjalanan wisata yang dimiliki
PPIU dicabut oleh oleh Menteri yang
60  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)
me­­
nyelenggarakan urusan di bidang
pariwisata, Gubernur, Bupati/Wali Kota?
Jawaban
Apabila izin operasional sebagai biro
per­
jalanan wisata dicabut maka izin
sebagai PPIU juga akan dicabut oleh
Mneteri Agama.

12. Bagaimana ketentuan bila izin PPIU


dibekukan atau dicabut oleh Menteri
Agama?
Jawaban
Bila PPIU dikenakan sanksi pembekuan
atau pencabutan, PPIU wajib mengem­
balikan BPIU kepada Jemaah.

13. Apa dasar pemberian sanksi bagi PPIU?


Jawaban
Pemberian sanksi dilakukan berdasarkan
pengaduan masyarakat, hasil akreditasi,

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  61


dan/atau hasil pengawasan terhadap
PPIU yang disampaikan kepada Direktur
Jenderal Penyelenggaraan Hajij dan
Umrah.

14. Bagaimana cara penetapan sanksi admi­


nistrasi kepada PPIU yang me­lakukan
pelanggaran?
Jawaban
Direktur Jenderal atas nama Menteri
menetapkan sanksi administrasi ter­
hadap pemegang izin PPIU yang ter­bukti
melanggar ketentuan peraturan per­
undang-undangan.

15. Apakah penetapan sanksi juga berlaku


bagi pengurus PPIU yang menerima
sanksi adminitratif?
Jawaban
Direktur Jenderal atas nama Menteri me­

62  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


netapkan pemegang saham, komisaris,
dan direksi yang pernah atau sedang
mendapat sanksi atas pelanggaran Pe­
nyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.

BAB PIDANA PENYELENGGARAAN IBADAH


UMRAH
1. Apakah setiap pelanggaran pidana
penye­
lenggaraan ibadah umrah penyi­
dikan perkaranya hanya ilakukan oleh
penyidik dari Kepolisian?
Jawaban
Selain Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan ke­
menterian yang menyelenggarakan uru­
san pemerintahan di bidang agama diberi
wewenang khusus sebagai penyidik
sesuai dengan ketentuan peraturan per­
undang-undangan mengenai hukum
acara pidana.
PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  63
2. Bagaimana kewenangan Pejabat Pe­
nyidik PNS?
Jawaban
Pejabat Penyidik PNS berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebe­
naran laporan atau keterangan yang
berkenaan dengan tindak pidana
yang menyangkut Penyelenggaraan
Ibad­ah Haji dan Umrah;
b. melakukan pemeriksaan terhadap
Setiap Orang yang diduga melakukan
tindak pidana yang menyangkut
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah;
c. melakukan penggeledahan dan pe­
nyitaan barang bukti tindak pidana
yang menyangkut Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah sesuai
dengan ketentuan peraturan per­un­
dang-undangan;
d. meminta keterangan dan barang

64  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)


bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan tindak pidana
yang menyangkut Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah;
e. menangkap dan menahan dalam ko­
or­
dinasi dan pengawasan penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan
per­undang-undangan mengenai hu­
kum acara pidana;
f. membuat dan menandatangani be­
rita acara; dan
g. menghentikan penyidikan apabila
tidak terdapat cukup bukti tentang
adanya tindak pidana yang me­
nyang­ kut Penyelenggaraan Ibadah
Haji dan Umrah.
3. Bagaimana pelaksanaan tugas Pejabat
Penyidik PNS dalam penyidikan perkara
pidana penyelenggaraan ibadah umrah?
Jawaban

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  65


Pejabat Penyidik PNS melaksanakan
tugas dan kewenangannya berkoordinasi
dengan penyidik Kepolisian Republik
Indonesia.

4. Bagaimana ketentuan pidana bagi orang


yang tanpa hak bertindak sebagai PPIU
dengan mengumpulkan dan/atau mem­
berangkatkan Jemaah Umrah?
Jawaban
Setiap orang yang tanpa hak bertindak
sebagai PPIU dengan mengumpulkan
dan/atau memberangkatkan Jemaah
Umrah, dipidana dengan pidana pen­jara
paling lama 6 (enam) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp6.000.000.000,00
(enam miliar rupiah).
5. Bagaimana ketentuan pidana bagi PPIU
yang melakukan perbuatan yang me­nye­
babkan kegagalan keberangkatan, pe­­ne­
lantaran, atau kegagalan kepu­lang­ an
66  PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)
Jemaah Umrah?
Jawaban
PPIU yang dengan sengaja menyebabkan
kegagalan keberangkatan, penelantaran
atau kegagalan kepulangan Jemaah
Umrah, sebagaimana dimaksud dalam
Pa­sal 119 dipidana dengan pidana pen­
jara paling lama 10 (sepuluh) tahun
atau pidana denda paling banyak Rp 10.
000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

PROBLEM SOLVING UMRAH (Sesuai Regulasi dan Kebijakan Pemerintah)  67


68  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.366, 2018 KEMENAG. Peraturan Menteri Agama
tentang Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2018
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERJALANAN
IBADAH UMRAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA


ESA
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  69


Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 45 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2008 tentang Pe­
nyelenggaraan Ibadah Haji
serta Pasal 57 ayat (2) huruf
f dan Pasal 71 Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun
2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2008 tentang ­ Pe­
nye­­­­lenggaraan Ibadah Haji,
perlu menetapkan Peraturan
Menteri Agama tentang Pe­nye­
lenggaraan Perjalanan Iba­dah
Umrah;

Mengingat:1. Undang-Undang Nomor 8


Tahun 1999 tentang Per­
lindungan Konsumen (Lem­
baran Negara Republik

70  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


Indonesia Tahun 1999 Nomor
42 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 3821);
2. Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2008 tentang Penye­
lenggaraan Ibadah Haji
(Lem­­­­­­­baran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor
60, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
No­mor 4845) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-
Un­dang Nomor 34 Tahun 2009
tentang Penetapan Per­­­­­aturan
Pemerintah Peng­ganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2009
tentang Perubahan atas Un­
dang-Undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan
Iba­­dah Haji menjadi Undang-

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  71


Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 142, Tambahan
Lem­­­baran Negara Republik
Indonesia Nomor 5061);
3. Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Ke­pari­
wisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2009, Tambahan Lem­ baran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4966);
4. Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pe­
laya­
nan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
5038);
5. Peraturan Pemerintah No­

72  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


mor 79 Tahun 2012 ten­ tang
Pelaksanaan Un­dang-Undang
Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Pe­nye­lenggaraan Ibadah Haji
(Lem­baran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor
186, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5345);
6. Peraturan Presiden Nomor 7
Tahun 2015 tentang Or­ ga­
nisasi Kementerian Ne­gara
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor
8);
7. Peraturan Presiden Nomor
83 Tahun 2015 tentang Ke­
menterian Agama (Lem­baran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 168);
8. Peraturan Menteri Agama

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  73


Nomor 42 Tahun 2016 ten­­­­
tang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Agama
(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor
1495);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGA­MA
TENTANG PENYE­LENGGARAAN
PERJALANAN IBADAH UMRAH.

74  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud


dengan:
1. Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah
Um­ rah adalah rangkaian kegiatan per­
jalanan Ibadah Umrah di luar musim haji
yang meliputi pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan Jemaah, yang dilak­
sanakan oleh pemerintah dan/atau pe­
nyelenggara perjalanan ibadah umrah.
2. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Um­
rah yang selanjutnya disingkat PPIU
adalah biro perjalanan wisata yang te­
lah men­ dapat izin dari Menteri untuk
menyelenggarakan perjalanan Ibadah
Umrah.
3. Jemaah Umrah yang selanjutnya disebut
Jemaah adalah setiap orang yang ber­

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  75


agama Islam dan telah mendaftarkan
diri untuk menunaikan Ibadah Umrah
sesuai dengan persyaratan yang di­te­tap­
kan.
4. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Umrah
yang selanjutnya disingkat BPIU adalah
sejumlah dana yang dibayarkan oleh
Jemaah untuk menunaikan perjalanan
Ibadah Umrah.
5. BPIU Referensi adalah biaya rujukan
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­
rah yang ditetapkan oleh Menteri.
6. Asosiasi PPIU adalah perkumpulan yang
mengoordinasikan PPIU.
7. Menteri adalah Menteri Agama Republik
Indonesia.
8. Direktur Jenderal adalah Direktur
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah.
9. Direktorat Jenderal adalah Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

76  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


Umrah.
10. Kantor Wilayah adalah Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi.
11. Kepala Kantor Wilayah adalah Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi.

Pasal 2

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


dilaksanakan berdasarkan prinsip pro­ fe­
sionalitas, transparansi, akuntabilitas, dan
syariat.

Pasal 3

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


bertujuan memberikan pembinaan, pela­
yanan, dan perlindungan kepada Jemaah,
se­
hingga Jemaah dapat menunaikan iba­
dah­nya sesuai dengan ketentuan syariat.

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  77


BAB II
PENYELENGGARA PERJALANAN IBADAH
UMRAH

Pasal 4

(1) Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­


rah dapat dilakukan oleh pemerintah
dan/atau PPIU.
(2) Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­
rah oleh pemerintah sebagaimana di­
maksud pada ayat (1), dilaksanakan
oleh Menteri.

Pasal 5

(1) Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Um­


rah dilaksanakan oleh biro perjalanan
wi­
sata yang memiliki izin operasional
sebagai PPIU.
(2) Untuk memiliki izin operasional sebagai
PPIU sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), biro perjalanan wisata harus
78  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
memenuhi persyaratan:
a. memiliki akta notaris pendirian per­
seroan terbatas dan/atau peruba­
hannya sebagai biro perjalanan wisa­
ta yang memiliki salah satu kegiatan
usahanya di bidang keagamaan/per­
jalanan ibadah yang telah mendapat
pengesahan dari Kementerian Hu­
kum dan Hak Asasi Manusia;
b. pemilik saham, komisaris, dan direk­
si yang tercantum dalam akta no­
taris perseroan terbatas merupakan
warga negara Indonesia yang beraga­
ma Islam;
c. pemilik saham, komisaris, dan direk­
si tidak pernah atau sedang di­kenai
sanksi atas pelanggaran Penye­ leng­
garaan Per­jalanan Ibadah Umrah;
d. memiliki kantor pelayanan yang dib­
uktikan dengan surat keterangan
domisili peru­sahaan dari pemerintah

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  79


daerah dan melampirkan bukti ke­pe­
milikan atau sewa menyewa paling
singkat 4 (empat) tahun yang dibuk­
tikan dengan penge­sahan atau legal­
isasi dari Notaris;
e. memiliki tanda daftar usaha pari­
wisata;
f. telah beroperasi paling singkat 2
(dua) tahun sebagai biro perjalanan
wisata yang dibuktikan dengan la­
poran ke­giatan usaha;
g. memiliki sertifikat usaha jasa per­
jalanan wisata dengan kategori biro
perjalanan wisata yang masih ber­laku;
h. memiliki kemampuan teknis untuk
me­nyelenggarakan perjalanan Ibadah
Umrah yang meliputi kemampuan
sum­ ber daya manusia, manajemen,
ser­ta sarana dan prasarana;
i. memiliki laporan keuangan peru­
sahaan 2 (dua) tahun terakhir dan

80  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


telah diaudit akuntan publik yang
terdaftar di Kementerian Ke­
uangan
dengan opini wajar tanpa pengecua­
lian;
j. melampirkan surat keterangan fiskal
dan fotokopi nomor pokok wajib
pajak atas nama perusahaan dan
pim­pinan perusahaan;
k. memiliki surat rekomendasi asli dari
Kantor Wilayah dengan masa berlaku
3 (tiga) bulan; dan
l. menyerahkan jaminan dalam ben­
tuk deposito/bank garansi atas
nama biro perjalanan wisata yang
di­­
terbitkan oleh bank syariah dan/
atau bank umum nasional yang me­
miliki layanan syariah dengan masa
berlaku 4 (empat) tahun.
(3) Izin operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan Ke­
putusan Menteri yang ditandatangani

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  81


oleh Direktur Jenderal.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jami­
nan dalam bentuk deposito/bank
garansi ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal.

Pasal 6

(1) Rekomendasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 ayat (2) huruf k diberikan
setelah dilaksanakan verifikasi terhadap
dokumen persyaratan perizinan dan pe­
ninjauan lapangan oleh Kantor Wilayah.
(2) Peninjauan lapangan sebagaimana di­
maksud pada ayat (1) dilakukan ber­
sama-sama dengan kantor kemen­terian
agama kabupaten/kota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai per­
syaratan rekomendasi oleh Kantor Wi­
la­­
yah ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal.

82  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


Pasal 7

(1) PPIU wajib melaporkan perubahan su­


su­nan pemilik saham, direksi, dan ko­
misaris dan/atau tempat/domisili peru­
sahaan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal paling lama 3 (tiga) bulan se­
telah terjadi perubahan.
(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap
direksi dan tempat/domisili
perusahaan sebagaimana dimaksud pa­
da ayat (1), Menteri menerbitkan pe­ru­
bahan keputusan izin operasional.
(3) Izin operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak menghilangkan ki­
nerja perusahaan.

Pasal 8

(1) PPIU dapat membuka kantor cabang di


luar domisili perusahaan sebagaimana
tercantum dalam keputusan tentang
penetapan perizinan PPIU.
PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  83
(2) Pembukaan kantor cabang PPIU sebagai­
mana dimaksud pada ayat (1), wajib
mem­peroleh pengesahan dari Kepala
Kantor Wilayah.
(3) Pimpinan PPIU wajib melaporkan pem­­ ­
bukaan kantor cabang PPIU se­bagaimana
dimaksud pada ayat (1), kepada Direktur
Jenderal.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara, persyaratan, dan pelaporan pem­
bukaan kantor cabang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Jenderal.

BAB III
BIAYA PERJALANAN IBADAH UMRAH

Pasal 9

(1) PPIU menetapkan BPIU sesuai dengan


fasilitas dan pelayanan yang diberikan.
(2) BPIU meliputi seluruh komponen biaya

84  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


yang diperlukan untuk pelaksanaan
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah
Umrah.
(3) PPIU dilarang memungut biaya lain se­
bagai­mana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 10

(1) Menteri menetapkan BPIU Referensi


secara berkala sebagai pedoman pe­
netapan BPIU.
(2) Dalam hal PPIU menetapkan BPIU di
bawah BPIU Referensi, PPIU wajib me­
laporkan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal.
(3) Dalam hal PPIU tidak melaporkan secara
tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Direktur Jenderal meminta pen­
jelasan.

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  85


BAB IV
PENDAFTARAN DAN PEMBATALAN

Pasal 11

(1) Pendaftaran Jemaah dilakukan setiap


hari.
(2) Pendaftaran Jemaah dilakukan oleh ca­
lon jemaah yang bersangkutan pada
PPIU sesuai dengan format pen­daf­taran
dan perjanjian yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.
(3) Isi perjanjian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) paling sedikit memuat hak
dan kewajiban kedua belah pihak.
(4) PPIU wajib menjelaskan isi perjanjian
se­bagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada calon jemaah sebelum di­ tan­
datangani kedua belah pihak.
(5) PPIU wajib memberangkatkan Jemaah
paling lambat 6 (enam) bulan setelah
pendaftaran.
86  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
(6) PPIU wajib memberikan informasi me­nge­
nai paket umrah kepada calon jema­ah.
(7) PPIU wajib melaporkan Jemaah yang
telah terdaftar kepada Direktorat Jen­
deral melalui sistem pelaporan elek­
tronik.
(8) PPIU wajib memberikan dokumen per­
janjian kepada Jemaah segera setelah
ditandatangani kedua belah pihak.
(9) PPIU hanya menerima pelunasan BPIU
pa­ling lama 3 (tiga) bulan sebelum
waktu/tanggal keberangkatan.
(10) Dalam hal Jemaah yang telah terdaftar
mem­­batalkan keberangkatan, PPIU wa­
jib mengembalikan BPIU setelah di­
ku­­rangi biaya yang telah dikeluarkan
sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai pen­
daftaran Jemaah ditetapkan dengan
Ke­putusan Direktur Jenderal.

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  87


Pasal 12

PPIU dilarang memfasilitasi keberangkatan


Jemaah menggunakan BPIU yang berasal
dari dana talangan.

BAB V
PELAYANAN

Pasal 13

PPIU wajib memberikan pelayanan:


a. bimbingan ibadah umrah;
b. transportasi Jemaah;
c. akomodasi dan konsumsi;
d. kesehatan Jemaah;
e. perlindungan Jemaah dan petugas um­
rah; dan
f. administrasi dan dokumentasi umrah.

88  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


Bagian Kesatu
Bimbingan Ibadah Umrah

Pasal 14

(1) Bimbingan Jemaah sebagaimana dimak­


sud dalam Pasal 13 huruf a, diberikan
oleh pembimbing ibadah sebelum ke­
berangkatan, dalam perjalanan, dan se­
lama di Arab Saudi.
(2) Bimbingan Jemaah sebagaimana dimak­
sud pada ayat (1), meliputi materi bim­
bingan manasik dan perjalanan umrah.
(3) Bimbingan Jemaah sebelum keberang­
katan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan paling sedikit 1 (satu) kali
pertemuan.
(4) Bimbingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diberikan dalam bentuk teori
dan praktik.
(5) Pembimbing ibadah sebagaimana di­
maksud pada ayat (1), diangkat oleh

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  89


pim­­pinan PPIU dan telah melaksanakan
ibadah haji/umrah.
(6) PPIU wajib memberikan buku paket
atau buku pedoman materi bimbingan
manasik dan perjalanan umrah.
(7) Materi bimbingan manasik dan per­
jalanan umrah sebagaimana dimak­ sud
pada ayat (2), berpedoman pada bim­­
­
bingan manasik dan perjalanan haji
dan umrah yang diterbitkan oleh Ke­
menterian Agama.

Bagian Kedua
Transportasi Jemaah

Pasal 15

(1) Pelayanan transportasi Jemaah se­


bagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf b dilakukan oleh PPIU meliputi
pelayanan pemberangkatan ke dan dari
Arab Saudi dan selama di Arab Saudi.

90  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


(2) Pemberangkatan ke dan dari Arab Saudi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh PPIU sesuai dengan
jadwal yang tertera dalam perjanjian
yang telah disepakati dengan calon
jemaah.
(3) Jadwal pemberangkatan ke dan dari
Arab Saudi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dibuktikan dengan tiket pesawat
ke dan dari Arab Saudi.
(4) Transportasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi transportasi
udara dari Indonesia ke Arab Saudi
dan dari Arab Saudi ke Indonesia, serta
transportasi darat atau udara selama di
Arab Saudi.
(5) Transportasi udara dari Indonesia ke
Arab Saudi dan dari Arab Saudi ke
Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) paling banyak 1 (satu) kali transit
dengan menggunakan penerbangan

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  91


lang­sung atau paling banyak 1 (satu)
kali transit denganpaling banyak 2 (dua)
maskapai penerbangan.
(6) PPIU wajib menyediakan tempat yang
layak dan nyaman bagi Jemaah selama
berada di bandara.
(7) PPIU wajib memfasilitasi Jemaah yang
mengalami keterlambatan
penerbangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(8) Transportasi darat selama di Arab Saudi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
wajib menggunakan kendaraan yang
layak dan nyaman.
(9) Transportasi darat selama di Arab Saudi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
harus memenuhi standar kelayakan dan
kenyamanan:
a. usia bus paling lama 5 (lima) tahun;
b. kapasitas bus paling banyak 50 (lima
puluh) seat/bus; dan

92  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


c. memiliki air condition, sabuk penga­
man, tombol manual darurat pem­
buka pintu, alat pemecah kaca, alat
pemadam kebakaran, bagasi yang
ter­letak di bawah, ban cadangan
atau ban anti bocor, kotak pertolon­
gan pertama pada kecelakaan leng­
kap dengan obat-obatan, pengeras
suara, toilet, dan kulkas seluruhnya
dalam kondisi baik dan berfungsi.
(10) PPIU wajib menyediakan sarana trans­
portasi bagi Jemaah yang aman, layak,
dan nyaman sesuai dengan perjanjian
yang disepakati.

Bagian Ketiga
Akomodasi dan Konsumsi

Pasal 16

(1) Pelayanan akomodasi dan konsumsi se­


bagaimana dimaksud dalam Pasal 13

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  93


huruf c wajib dilakukan oleh PPIU se­
lama Jemaah berada di Arab Saudi.
(2) Dalam hal Jemaah harus menginap
sebelum keberangkatan ke Arab Saudi,
PPIU wajib menyediakan akomodasi.
(3) Pelayanan akomodasi sebagaimana di­
maksud pada ayat (1), wajib dilakukan
oleh PPIU dengan menempatkan Jemaah
paling jauh 1.000 (seribu) meter dari
Masjidil Haram di Makkah dan di dalam
wilayah Markaziyah di Madinah pada
hotel paling rendah bintang 3 (tiga).
(4) Dalam hal Jemaah ditempatkan lebih
dari 1.000 (seribu) meter dari Masjidil
Haram di Makkah, PPIU wajib menyedia­
kan transportasi selama 24 (dua puluh
empat) jam.
(5) Akomodasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dalam setiap kamar diisi paling
banyak 4 (empat) orang.
(6) Pelayanan konsumsi sebagaimana di­

94  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


maksud pada ayat (1), diberikan oleh
PPIU sebelum berangkat, dalam perjala­
nan, dan selama di Arab Saudi.
(7) Konsumsi selama di Arab Saudi se­
bagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib
memenuhi persyaratan:
a. pelayanan dengan sistem penyajian
secara prasmanan sebanyak 3 (tiga)
kali sehari;
b. beberapa pilihan menu, termasuk
menu Indonesia; dan
c. segala bentuk konsumi yang di sa­
jikan harus memenuhi standar hi­
gienitas dan kesehatan.
(8) Konsumsi sebelum, dalam perjalanan,
atau di bandara diberikan dalam ke­
masan boks.

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  95


Bagian Keempat
Kesehatan Jemaah

Pasal 17

(1) PPIU wajib memberikan pembinaan, pe­


layanan, dan perlindungan kesehatan
bagi Jemaah sebelum pemberangkatan
ke dan dari Arab Saudi dan selama di
Arab Saudi.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana di­
maksud pada ayat (1) paling sedikit me­
liputi:
a. penyediaan petugas kesehatan;
b. penyediaan obat-obatan sesuai dengan
ketentuan peraturan per­un­dang-un­
dangan;
c. pemeriksaan kondisi kesehatan awal
Jemaah sebelum keberangkatan;
d. pengurusan bagi Jemaah yang sakit
se­lama di perjalanan dan di Arab Saudi;
e. pengurusan Jemaah yang meninggal

96  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


dunia; dan
f. bimbingan kesehatan Jemaah diberikan
sebelum pemberangkatanke dan dari
Arab Saudi dan selama di Arab Saudi.
(3) PPIU wajib memastikan Jemaah telah
mendapatkan vaksinasi meningitis se­
suai dengan ketentuan peraturan per­
un­dang-undangan.

Pasal 18

PPIU bertanggung jawab terhadap perawatan


dan pemulangan jemaah yang dirawat inap
di Arab Saudi dan negara transit.

Pasal 19

(1) Setiap Jemaah wajib melakukan vak­


sinasi meningitis.
(2) Vaksinasi meningitis sebagaimana di­
maksud pada ayat (1), menjadi tanggung
jawab Jemaah secara individu.

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  97


Bagian Kelima
Perlindungan Jemaah dan Petugas Umrah

Pasal 20

(1) Pelayanan perlindungan Jemaah dan


petugas umrah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf e wajib dilakukan
oleh PPIU, meliputi:
a. asuransi jiwa, kesehatan, dan ke­
celakaan;
b. pengurusan dokumen Jemaah yang
hilang selama perjalanan ibadah;
dan
c. pengurusan Jemaah yang terpisah
dan/atau hilang selama dalam per­
jalanan dan di Arab Saudi.
(2) Besaran pertanggungan asuransi/nilai
manfaat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a sesuai dengan ketentuan
dalam asuransi perjalanan.

98  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah


Pasal 21

(1) PPIU wajib menyediakan paling sedikit


1 (satu) petugas untuk mendampingi
jemaah.
(2) Petugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak dapat dirangkap oleh
Jemaah.
(3) Dalam hal jemaah berjumlah lebih dari
90 (sembilan puluh) orang, PPIU wajib
menyediakan 1 (satu) orang tenaga ke­
sehatan.

Pasal 22

(1) PPIU wajib menyediakan kartu tanda


pengenal yang memuat paling sedikit
nama Jemaah, nomor paspor, nama
PPIU, penanggung jawab dan nomor
kontak di Arab Saudi, nama muassasah,
nama dan alamat hotel.
(2) PPIU wajib mendaftarkan 1 (satu) orang
perwakilan resmi PPIU di Arab Saudi
PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  99
kepada teknis urusan haji pada Kon­sulat
Jenderal Republik Indonesia di Jeddah.

Bagian Keenam
Administrasi dan Dokumentasi Umrah

Pasal 23

Pelayanan administrasi dan dokumen um­­


ah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf f meliputi:
a. pengurusan dokumen perjalanan umrah
dan visa bagi Jemaah;
b. pengurusan dokumen jemaah sakit, me­
ninggal, dan ghaib/hilang; dan
c. pengurusan dokumen lain yang dianggap
perlu.

Pasal 24

(1) Masa tinggal Jemaah di Arab Saudi


sesuai dengan masa berlaku visa.

100  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
(2) PPIU wajib memastikan masa tinggal
Jemaah di Arab Saudi sesuai dengan
masa berlaku visa.

Pasal 25

PPIU dilarang menelantarkan jemaah um­


rah yang mengakibatkan jemaah umrah:
a. gagal berangkat ke Arab Saudi;
b. melanggar masa berlaku visa; atau
c. terancam keamanan dan keselamatan­nya.

Pasal 26

(1) PPIU wajib melaporkan Penyelenggaraan


Perjalanan Ibadah Umrah kepada Direk­
tur Jenderal yang meliputi ren­cana per­
jalanan umrah, pem­berang­katan, pemu­
langan, dan permasalahan khusus.
(2) Laporan Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui sistem

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  101
pelaporan elektronik.
(3) Laporan rencana perjalanan umrah
sebagai­
mana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lambat 1x24 (satu kali
dua puluh empat) jam sebelum Jemaah
berangkat dari tanah air.
(4) Laporan pemberangkatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling
lambat 1x24 (satu kali dua puluh empat)
jam setelah Jemaah berangkat dari
bandara pemberangkatan International.
(5) Laporan kepulangan sebagaimana di­
maksud pada ayat (1) dilakukan paling
lambat 1x24 (satu kali dua puluh empat)
jam setelah jemaah tiba di tanah air.

102  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
BAB VI
PENYELENGGARA PERJALANAN IBADAH
UMRAH SEBAGAI PROVIDER VISA

Pasal 27

(1) PPIU dapat mengajukan permohonan


pe­­
ngesahan kontrak sebagai syarat
men­­jadi provider visa.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diajukan secara tertulis
kepada Direktur Jenderal dengan me­
lam­pirkan:
a. keputusan izin operasional sebagai
PPIU;
b. kontrak kerja sama dengan pe­
rusahaan pelayanan umrah di Arab
Saudi;
c. sertifikat International Air Transport
Association;
d. bank garansi atas nama PPIU yang
diterbitkan oleh bank syariah dan/
PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  103
atau bank umum nasional yang
memiliki layanan syariah dengan
masa berlaku selama 1 (satu) tahun;
e. laporan keuangan yang telah diaudit
akuntan publik yang terdaftar di
Kementerian Keuangan dengan opini
wajar tanpa pengecualian; dan
f.pernyataan komitmen menaati ke­
ten­tuan peraturan perundang-un­
dangan yang dibuktikan dengan su­
rat pernyataan/pakta integritas.
(3) Provider visa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), wajib:
a. menaati ketentuan peraturan per­
undang-undangan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Indonesia dan Pe­
merintah Arab Saudi;
b. memastikan pelayanan administrasi
akomodasi, konsumsi, dan trans­por­
tasi di Arab Saudi;
c. memastikan pengurusan visa Jema­

104  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
ah hanya kepada PPIU;
d. memastikan pengurusan Jemaah
yang meninggal dan/atau meng­
alami sakit dan dirawat di Arab
Saudi dan/atau di negara transit,
dan sampai kembali ke tanah air;
e. memastikan tiket Jemaah ke dan
dari Arab Saudi; dan
f. memastikan asuransi perjalanan
Jemaah; dan
g. melaporkan pengurusan visa kepada
Direktur Jenderal paling lama 10
(sepuluh) hari sejak visa diterbitkan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bank
garansi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Ke­
putusan Direktur Jenderal.

Pasal 28

Dalam hal provider visa tidak memenuhi


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  105
Pasal 27 ayat (3) huruf e yang berakibat
Jemaah terlantar, provider visa wajib me­
nanggung seluruh biaya yang timbul sebagai
akibat keterlantaran Jemaah.

BAB VII
PENANGANAN PENGADUAN JEMAAH

Pasal 29

Jemaah dapat mengadukan pelaksanaan


Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
kepada perwakilan pemerintah Republik
Indonesia di luar negeri, PPIU, dan/atau
Kementerian Agama.

Pasal 30

Untuk menerima pengaduan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 29, PPIU wajib:
a. menyediakan sarana penyampaian peng­­
aduan Jemaah;

106  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
b. memiliki mekanisme penanganan peng­
aduan Jemaah; dan
c. membuat berita acara penanganan peng­
aduan Jemaah.

Pasal 31

Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 29 dapat disampaikan kepada
Direktorat Jenderal, Kantor Wilayah, Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 32

(1) Pengawasan dilakukan oleh Direktur


Jen­deral.
(2) Dalam melaksanakan Pengawasan se­
bagai­
mana dimaksud pada ayat (1)
Direktur Jenderal dibantu oleh Kepala

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  107
Kantor Wilayah, kepala kantor ke­
menterian agama kabupaten/kota, dan
staf teknis haji pada Konsulat Jen­deral
Republik Indonesia di Jeddah.
(3) Pengawasan sebagaimana di­mak­sud
pada ayat (1), meliputi penga­wasan ter­
ha­dap:
a.pendaftaran;
b.pengelolaan keuangan;
c.rencana perjalanan;
d.kegiatan operasional pelayanan
Jema­ah;
e. pengurusan dan penggunaan visa;
f. indikasi penyimpangan dan/atau
ka­sus tertentu; dan
g. ketaatan terhadap ketentuan per­
aturan perundang- undangan.
(4) Dalam hal Kepala Kantor Wila­ yah, ke­
pala kantor kementerian agama kabu­pa­
ten/kota, dan staf teknis haji pada Kon­
sulat Jenderal Republik Indonesia di
Jeddah melakukan pengawasan sendiri,
108  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
hasil pengawasan dilaporkan kepada Di­
rektur Jenderal.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dapat bekerja sama dengan
instansi pemerintah/lembaga terkait.

Pasal 33

Pengawasan dilakukan secara:


a. terprogram dan berkala;
b. sewaktu-waktu sesuai dengan kebu­
tuhan; dan/atau
c. terpadu dengan instansi pemerintah/
lembaga terkait.

Pasal 34

(1) Pengendalian dilakukan oleh Direktur


Jenderal terhadap operasional Pe­ nye­
leng­­­garaan Perjalanan Ibadah Umrah di
tanah air, negara transit, dan Arab Saudi.
(2) Pengendalian dapat dilakukan dalam
bentuk moratorium perizinan dan/atau
PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  109
dalam bentuk lainnya.
(3) Moratorium sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan oleh Direktur
Jenderal atas nama Menteri.

Pasal 35

(1) Pengawasan dan pengendalian dilakukan


berdasarkan standar pelayanan minimal
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah
Umrah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pe­
ngawasan dan pengendalian ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Jenderal.

BAB IX
PEMBINAAN

Pasal 36

(1) Pembinaan Penyelenggaraan Perjalanan


Ibadah Umrah dilakukan oleh Direktur
110  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
Jenderal.
(2) Dalam melaksanakan pembinaan se­
bagai­mana dimaksud pada ayat (1)
Direktur Jenderal dibantu oleh Kepala
Kantor Wilayah, kepala kantor ke­ men­
terian agama kabupaten/kota.
(3) Dalam hal diperlukan, Direktur Jenderal
dapat bekerja sama dengan Asosiasi PPIU
dalam melakukan pembinaan terhadap
PPIU sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pem­
binaan ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal.

BAB X
AKREDITASI

Pasal 37

(1) Setiap PPIU wajib diakreditasi.


(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  111
ayat (1) dilakukan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal.
(3) Akreditasi PPIU dilakukan setiap 3 (tiga)
tahun.

Pasal 38

Biro Perjalanan Wisata yang telah ditetapkan


sebagai PPIU dinyatakan memeroleh akre­
ditasi C.

Pasal 39

(1) Akreditasi dipergunakan sebagai bahan


penilaian terhadap kelayakan dan kua­
litas pelayanan yang diberikan oleh
PPIU.
(2) Kualitas pelayanan sebagaimana di­
maksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
peringkat A (Sangat Baik), B (Baik), C
(Cukup), dan D (Kurang).
(3) Dalam hal peringkat kualitas pelayanan

112  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mendapatkan peringkat D (Kurang), izin
operasional PPIU dicabut.

Pasal 40

Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi


ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal.

BAB XI
TATA CARA PENGENAAN SANKSI
ADMINISTRATIF

Pasal 41

(1) PPIU yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1), Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3),
Pasal 10 ayat (2), Pasal 11 ayat (2), ayat
(4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8),
dan/atau ayat (9), Pasal 12, Pasal 14

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  113
ayat (3), ayat (5) dan ayat (6), Pasal 15,
Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 20,
Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal
26 dikenakan sanksi peringatan tertulis.
(2) PPIU yang melakukan pengulangan pe­
langgaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenakan sanksi pembekuan
izin penyelenggaraan paling lama 2 (dua)
tahun.
(3) PPIU yang melanggar ketentuan sebagai­
mana dimaksud dalam Pasal 24 dan
Pa­sal 25 dikenakan sanksi pencabutan
izin penyelenggaraan.
(4) Dalam hal PPIU meminjamkan legalitas
per­izinan umrah kepada pihak lain
untuk menyelenggarakan perjalanan
ibadah umrah, dikenakan sanksi pen­
cabutan izin penyelenggaraan.
(5) Provider visa yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (3) dikenakan sanksi, tidak dapat

114  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
diberikan pengesahan kontrak sebagai
syarat menjadi provider visa untuk
paling lama 2 (dua) kali musim umrah.
(6) Apabila izin operasional sebagai biro
per­­jalanan wisata dicabut oleh Menteri
yang menyelenggarakan urusan di bi­
dang pariwisata, Gubernur, Bupati/
Wali Kota, izin penyelenggaraan umrah
dicabut.
(7) Dalam hal dikenakan sanksi pembekuan
atau pencabutan, PPIU wajib mengem­
balikan BPIU kepada Jemaah.

Pasal 42

(1) Pengenaan sanksi sebagaimana dimak­


sud dalam Pasal 41 ayat (1) sampai
dengan ayat (6), dilakukan berdasarkan
pengaduan masyarakat, hasil akreditasi,
dan/atau hasil pengawasan terhadap
PPIU yang disampaikan kepada Direktur
Jenderal.

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  115
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disampaikan secara ter­
tulis dengan melampirkan identitas diri
pe­­lapor dan bukti pelanggaran.

Pasal 43

(1) Direktur Jenderal melakukan klarifikasi


terhadap pelapor, jemaah, pemilik izin
PPIU dan/atau pihak terkait lainnya yang
dilaporkan telah melakukan pelanggaran
terhadap Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
(2) Dalam hal diperlukan Direktur Jenderal
dapat menugaskan Kepala Kantor Wi­
la­yah untuk melakukan klarifikasi se­
bagai­mana dimaksud pada ayat (1).
(3) Hasil klarifikasi oleh Kepala Kantor
Wilayah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan kepada Direktur
Jenderal sebagai dasar pengenaan sanksi

116  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
administratif terhadap pelanggaran yang
telah dilakukan oleh PPIU.

Pasal 44

(1) Dalam hal diperlukan, Direktur Jenderal


membentuk tim untuk menelaah hasil
klarifikasi.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat melakukan pemanggilan ter­
hadap pelapor, jemaah, PPIU, dan/atau
pihak terkait lainnya untuk meleng­kapi
penelaahan terhadap laporan ter­jadi­­nya
pe­langgaran dalam penye­leng­garaan
per­­­­­jalanan ibadah umrah.
(3) Hasil telaahan tim sebagaimana di­
maksud pada ayat (1), disampaikan
kepada Direktur Jenderal sebagai dasar
pe­ngenaan sanksi administratif ter­
hadap pelanggaran yang telah dilakukan
oleh PPIU.

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  117
Pasal 45

(1) Direktur Jenderal atas nama Menteri


menetapkan sanksi administrasi ter­
hadap pemegang izin PPIU yang ter­
bukti melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Direktur Jenderal atas nama Menteri
menetapkan pemegang saham, komi­
saris, dan direksi yang pernah atau
sedang mendapat sanksi atas pelang­
garan Penyelenggaraan Per­
jala­
nan Iba­
dah Umrah.

Pasal 46

Penetapan sanksi administrasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 45 disampaikan
kepada pimpinan PPIU dan ditembuskan
kepada Kepala Kantor Wilayah.

118  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
Pasal 47

Direktur Jenderal mengumumkan PPIU


yang dikenakan sanksi administratif di me­
dia massa.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 48

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai


berlaku:
a. PPIU yang telah memiliki izin ope­
rasional sebelum berlakunya Per­
aturan Menteri ini, dinyatakan masih
tetap berlaku sampai dilakukan
akreditasi;
b. pelaksanaan akreditasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dilakukan
sebelum izin operasional berakhir;
dan

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  119
c. dalam hal PPIU telah memiliki per­
syaratan minimal hasil akreditasi C,
diterbitkan Keputusan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri ini.
(2) Dalam hal Direktur Jenderal belum
menunjuk lembaga akreditasi PPIU,
akreditasi dilaksanakan oleh Direktur
Jenderal.
(3) Paling lama 2 (dua) tahun sejak
diundangkannya Peraturan Menteri ini,
Direktur Jenderal menunjuk lembaga
akreditasi PPIU.
(4) Paling lama 1 (satu) tahun sejak di­
undangkannya Peraturan Menteri ini,
PPIU wajib memiliki sertifikat usaha
jasa perjalanan wisata dengan kategori
biro perjalanan wisata.
(5) Dalam hal PPIU tidak memenuhi ke­
tentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), izin operasional sebagai PPIU,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

120  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 49

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai


berlaku, Peraturan Menteri Agama Nomor
18 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
366), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 50

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada


tanggal diundangkan.

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  121
Agar setiap orang mengetahuinya, me­
me­rintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Maret 2018

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN

122  PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Maret 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

PMA No. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah  123
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 719 TAHUN 2020
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PERJALANAN IBADAH UMRAH PADA MASA
PANDEMI CORONA VIRUS DESEASE 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  125
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
Menimbang: a. bahwa Pemerintah Keraja-an
Arab Saudi telah membuka
kesempatan umat Islam untuk
menyelenggarakan per­jalanan
ibadah umrah secara ber-ta­
hap sesuai dengan mak-lumat
yang di keluarkan oleh Deputi
Kementerian Bidang Urusan
Umrah Ke-menterian Haji dan
Umrah Kerajaan Arab Saudi;
b. Bahwa Pemerintah Indo-ne­
sia belum mencabut status
pandemi Corona Virus De­
sease 2019 se-hingga perjala­
nan warga negara Indonesia
ke dan dari luar negeri perlu
dilakukan secara hati hati,
selektif, dan sesuai dengan
pro­tokol kesehatan;
c. bahwa Pemerintah Republik
Indonesia wajib memberikan

126  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
perlindungan kepada war­
ga negara yang akan melak­
sanakan menyelenggarakan
per-jalanan ibadah umrah se­
hingga perlu di tetapkan pe­
doman;
d. bahwa berdasarkan per-tim­
bangan sebagaimana dimak­
sud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c, perlu menetap­
kan Keputusan Menteri Aga­
ma tentang Pedoman Penye­
lenggaraan Perjalanan Ibadah
Umrah pada Masa Pandemi
Coro-na Virus Desease 2019;
Mengingat:1. Undang-Undang Nomor 4 Ta­
hun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik ­ Indonesia
Tahun 1984 Nomor 20, Tam­
bahan Lembaran Negara

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  127
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
Republik Indonesia Nomor
3237);
2. Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kese­
hatan (Lembaran Negara Re­
publik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lem­
baran Negara Republik Indo­
nesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 6 Ta­
hun 2018 tentang Kekaran­
tinaan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 128,
Tambahan Lembaran Nega­
ra Republik Indonesia Nomor
6236);
4. Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2019 Tentang Penye­
lenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah (Lembaran Negara

128  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6338);
5. Peraturan Pemerintah Nomor
40 Tahun 1991 tentang Pen­
anggulangan Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3447);
6. Peraturan Pemerintah No­
mor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Rangka Perce­
patan Penanganan Corona Vi­
rus Disease 2019 (COVID19)
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor
91, Tambahan Lembaran Ne­

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  129
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
gara Republik Indonesia No­
mor 6487);
7. Peraturan Presiden Nomor 83
Tahun 2015 tentang Kemen­
terian Agama (Lembaran Ne­
gara Republik Indonesia Ta­
hun 2015 Nomor 168);
8. Keputusan Presiden Nomor
11 Tahun 2020 tentang Pene­
tapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Dis-
ease 2019 (COVID-19);
9. Keputusan Presiden Nomor
12 Tahun 2020 tentang Pen­
etapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) se­
bagai Bencana Nasional;
10. Peraturan Menteri Kese hat­
an Nomor 1501/Menkes/
Per/X/2010, tentang Jenis
130  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
Penyakit Menular Tertentu
yang Dapat Menimbulkan
Wa­bah dan Upaya Penanggu­
langan (Berita Negara Repub­
lik Indonesia Tahun 2010 No­
mor 503);
11. Peraturan Menteri Agama No­
mor 42 Tahun 2016 tentang
Or­
ganisasi dan Tata Kerja
Kerja Kementerian Agama
(Berita Negara Republik In­
donesia Tahun 2016 Nomor
1495);
12. Peraturan Menteri Agama No­
mor 8 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Um­
rah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor
366);

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  131
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI AG­


AMA TENTANG PEDOMAN
PENYE- LENGGARAAN PER­
JALANAN IBADAH UMRAH
PADA MASA PANDEMI CO­
RONA VIRUS DESEASE 2019.
KESATU : Menetapkan Pedoman Pe-
nyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah pada Masa
Pandemi Corona Virus De­
sease 2019 sebagaimana ter­
cantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terp­
isahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Pedoman sebagaimana
di-maksud dalam Diktum
KESATU menjadi acuan bagi
Penyelenggara Perjalanan
Ibadah Umrah Dalam Menye­

132  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
lenggarakan Ibadah Umrah
pada Masa Pandemi Corona
Virus Disease 2019.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Oktober 2020
MENTERI AGAMA REPUBLIK
INDONESIA

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  133
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 719 TAHUN 2020
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PER­
JALANAN IBADAH UMRAH PADA MASA
PANDEMI CORONA VIRUS DESEASE
2019

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PERJALANAN IBADAH UMRAH PADA
MASA PANDEMI COVID-19

BAB I
KETENTUAN UMUM

Dalam Keputusan Menteri ini yang di­mak­


sud dengan:
1. Ibadah Umrah adalah berkunjung ke-
Baitullah di luar musim haji dengan niat
134  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
melaksanakan umrah yang dilanjutkan
dengan melakukan tawaf, sai, dan tahalul.
2. Jemaah Umrah yang selanjutnya disebut
Jemaah adalah seseorang yang me­ lak­
sanakan Ibadah Umrah.
3. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Um­
rah yang selanjutnya disingkat PPIU
adalah biro perjalanan wisata yang me­
mi­liki Perizinan Berusaha untuk menye­
lenggarakan perjalanan Ibadah Umrah.
4. Corona Virus Desease 2019 yang se­
lanjutnya disebut Covid-19 adalah ke­
luarga besar virus yang menyebabkan pe­
nyakit pada manusia dan hewan, berupa
penyakit infeksi saluran pernapasan,
mulai flu biasa hingga penyakit yang serius
seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut
Berat/Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS).
5. Penyakit Penyerta yang selanjutnya di­
sebut Komorbid adalah istilah dalam
KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  135
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
dunia kedokteran yang menggambar-kan
kondisi ada penyakit lain yang dialami
selain dari penyakit utamanya.
6. Protokol Kesehatan adalah aturan dan
ketentuan yang perlu diikuti oleh semua
pihak agar dapat beraktivitas secara aman
dan tidak membahaya-kan kesehatan diri
dan orang lain.
7. Karantina adalah system yang mencegah
per­
pindahan orang dan barang selama
periode waktu tertentu untuk mencegah
penularan penyakit.
8. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah yang selanjutnya disebut
Direk­torat Jenderal adalah satuan kerja
pada Kementerian Agama yang mem­
bidangi penyelenggaraan haji dan umrah.
9. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah yang selanjutnya disebut
Direktur Jenderal adalah Pemimpin
Direk­torat Jenderal.

136  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
10. Menteri adalah menteri yang menye-leng­
garakan urusan pemerintahan di bidang
agama

BAB II
KETENTUAN PENYELENGGARA
PERJALANAN JEMAAH
PADA MASA COVID-19

A. PERSYARATAN JEMAAH
1. Jemaah dapat diberangkatkan pada
masa pandemi Covid-19 setelah
me­­me­­­nuhi persyaratan :
a. Usia sesuai ketentuan Peme­
rintah Arab Saudi;
b. Tidak memiliki penyakit penyerta
(komorbid);
c. Menandatangani surat per­ nya­
taan tidak akan menuntut pihak
lain atas risiko yang timbul
akibat Covid-19 (format surat

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  137
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
pernyataan pada Contoh 1); dan
d. Bukti bebas Covid-19.
2. Persyaratan sebagaimana dimaksud
pada angka 1 huruf b wajib memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh men­
teri yang menyelenggarakan uru­san
peme­rintah di bidang kesehatan;
3. Persyaratan sebagaimana dimaksud
pada angka 1 huruf d dibuktikan
dengan asli hasil PCR/SWAB test
yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit
atau laboratorium yang sudah ter­
ve­rifikasi oleh Menteri yang me­nye­
lenggarakan urusan pemerintah
di bidang kesehatan yang berlaku
72 jam sejak pengambilan sampel
hingga waktu ke­ berangkatan atau
sesuai ketentuan Pe­ me­ rintah Arab
Saudi.
4. Dalam hal Jemaah tidak dapat
memenuhi per­syaratan sebagaimana

138  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
dimaksud pada angka 1 huruf d,
keberangkatannya di­ tunda sampai
dengan Jemaah dapat me­ menuhi
syarat dimaksud.
5. PPIU bertanggung jawab atas validitas
persyaratan dan data Jemaah.

B. PROTOKOL KESEHATAN
1. Seluruh Layanan kepada Jemaah
wajib mengikuti protokol kesehatan.
2. Pelayanan kepada Jemaah selama di
dalam negeri mengikuti ketentuan
protokol kesehatan yang ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang ke­
sehatan.
3. Pelayanan kepada Jemaah selama
di Arab Saudi mengikuti ketentuan
protokol kesehatan yang ditetapkan
oleh Pemerintah Kerajaan Arab
Saudi.

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  139
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
4. Protokol kesehatan selama di dalam
pesawat terbang mengikuti ketentuan
protokol kesehatan penerbangan
yang berlaku.
5. PPIU bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan protokol kesehatan
Jemaah selama di tanah air, selama
dalam perjalanan, dan selama di Arab
Saudi demi perlindungan Jemaah.

C. KARANTINA
1. PPIU bertanggung jawab melakukan
karantina terhadap Jemaah yang
akan berangkat ke Arab Saudi dan
setelah tiba dari Arab Saudi.
2. PPIU bertanggung jawab melakukan
karantina terhadap Jemaah setelah
tiba di Arab Saudi sesuai dengan
ketentuan Pemerintah Arab Saudi.
3. Karantina sebagaimana dimaksud
pada angka 1 dilaksanakan dalam

140  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
rangka proses pemeriksaan sampai
dengan keluarnya hasil tes PCR/
SWAB.
4. Dalam hal Pemerintah Arab Saudi
mewajibkan Jemaah dilakukan PCR/
SWAB test sebelum kepulangan ke
tanah air, PPIU bertanggung jawab
memastikan Jemaah telah dilakukan
PCR/SWAB test sebelum kepulangan
ke tanah air.
5. Selama Jemaah berada dan me­
ninggalkan tempat karantina meng­
ikuti protokol kesehatan.
6. Jemaah wajib mengikuti protokol
kesehatan yang diperuntukkan bagi
pelaku perjalanan dari luar negeri.
7. Pelaksanaan karantina dapat meng­
gunakan asrama haji atau hotel yang
ditunjuk oleh Satgas Covid-19 Pusat
dan Daerah.

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  141
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
D. TRANSPORTASI
1. PPIU bertanggung jawab menye­
diakan sarana transportasi sejak lo­
kasi karantina, bandara keberang­
katan, pesawat terbang pergi pulang,
dan transportasi di Arab Saudi.
2. Transportasi udara dari Indonesia
ke Arab Saudi dan dari Arab Saudi
ke Indonesia dilaksanakan dengan
penerbangan langsung.
3. Dalam hal Jemaah telah mendaftar
dan tertunda keberangkatannya
yang telah memiliki tiket transit di­
ke­­­­cualikan dari ketentuan sebagai­
mana dimaksud pada angka 2.
4. PPIU bertanggung jawab terhadap
kesehatan, keamanan dan kese­
lamatan jemaah di negara transit.
5. Transportasi dari Indonesia ke Arab
Saudi, selama di Arab Saudi, dan
dari Arab Saudi ke Indonesia se­

142  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
bagaimana dimaksud pada angka
1 wajib dilakukan dengan mem­ per­
hatikan protokol kesehatan Covid-19.
6. Pemberangkatan dan pemulangan
Jemaah hanya dilakukan melalui
ban­dara internasional yang telah di­
tetapkan oleh menteri yang menye­
leng­­garakan urusan pe­merintah
di bidang Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
7. Dalam rangka menjamin kepastian
dalam pengendalian dan pengawa­
san pemberangkatan dan pemulang­
an Jemaah pada masa pandemi Cov­
id-19, bandara internasional un­­
tuk
pemberangkatan dan pe­mu­lang­an
Jemaah ditetapkan sebagai berikut:
a. Soekarno-Hatta, Banten;
b. Juanda, Jawa Timur;
c. Sultan Hasanuddin, Sulawesi
Selatan; dan
d. Kualanamu, Sumatera Utara.
KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  143
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
E. AKOMODASI DAN KONSUMSI
1. PPIU bertanggung jawab menye­diak­
an sarana akomodasi Jemaah, baik
di dalam negeri dan di Arab Saudi.
2. PPIU bertanggung jawab menye­
diakan konsumsi Jemaah baik di
dalam negeri maupun di Arab Saudi.
3. Pelayanan akomodasi dan konsumsi
Jemaah dilakukan sesuai dengan
ketentuan Pemerintah Arab Saudi.

F. KUOTA PEMBERANGKATAN
1. Pemberangkatan Jemaah selama
masa pandemi COVID-19 diprio­ritas­
kan bagi Jemaah yang tertunda ke­
berangkatan tahun 1441 H dan me­
menuhi persyaratan yang di­te­tapkan
Pemerintah Arab Saudi.
2. Penentuan jumlah Jemaah yang akan di­
berangkatkan mengacu pada kuota yang
diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi.

144  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
G. BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH
UMRAH
1. Biaya penyelenggaraan ibadah um­
rah mengikuti biaya referensi yang
telah ditetapkan oleh Menteri.
2. Biaya sebagaimana dimaksud pada
angka 1 dapat ditambah dengan biaya
lainnya berupa pemeriksaan kesehatan
sesuai dengan protokol Covid-19, biaya
karantina, pelayanan lainnya akibat
terjadinya pandemi Covid-19.

BAB III
PENGAWASAN DAN EVALUASI

1. Pengawasan dan evaluasi dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan per­
undang-undangan.
2. Hasil pengawasan digunakan sebagai
bahan evaluasi penyelenggaraan umrah
pada masa pandemi Covid-19.
KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  145
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
BAB IV
PELAPORAN

1. PPIU wajib melaporkan rencana ke­ be­


rang­katan, kedatangan di Arab Saudi,
dan kepulangan Jemaah kepada Menteri
secara elektronik.
2. Laporan rencana keberangkatan Jemaah
disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum keberangkatan.
3. Laporan kedatangan di Arab Saudi
disampaikan paling lambat 1 (satu) hari
setelah Jemaah tiba di Arab Saudi.
4. Laporan pemulangan disampaikan paling
lambat 3 (tiga) hari setelah Jemaah tiba di
tanah air.
5. PPIU wajib melaporkan Jemaah yang
sudah mendaftar ibadah umrah pada
tahun 1441 H yang membatalkan ke­
berangkatannya.

146  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Dalam hal Jemaah telah membayar


Biaya Perjalanan Ibadah Umrah sebelum
Ke­putusan Menteri ini ditetapkan, PPIU
dapat menetapkan biaya tambahan.
2. Bagi Jemaah yang tidak bersedia mem­
bayar biaya tambahan diberikan hak
sebagai berikut:
a. mengajukan penjadwalan ulang ke­
berangkatan; atau
b. mengajukan pembatalan keberang-
katan.
3. Bagi Jemaah yang membatalkan ke­
berangkatannya berhak mengajukan pe­
ngem­balian biaya yang telah dibayarkan.
4. Pengembalian biaya umrah sebagaimana
dimaksud pada angka 3 adalah sebesar
biaya paket layanan setelah dikurangi
biaya yang telah dibayarkan oleh PPIU
kepada penyedia layanan yang dibuktikan

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  147
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
dengan bukti pembayaran yang sah.
5. PPIU wajib mengembalikan biaya paket
layanan kepada Jemaah setelah penyedia
layanan mengembalikan biaya layanan
yang telah dibayarkan kepada PPIU.

MENTERI AGAMA
REPUBLIK INDONESIA,

148  KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019
Contoh 1

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ……………………………...
Tempat, Tanggal, Lahir : ……………………………...
Alamat : ……………………………...
Nomor Induk
Kependudukan : ……………………………...
Nomor HP/Telp : ……………………………...
Nama PPIU : ……………………………...
Dengan ini menyatakan bahwa, Saya tidak akan
menuntut pihak lain atas segala risiko yang timbul
apabila saya terpapar Covid-19 dalam melaksanakan
perjalanan ibadah umrah selama di tanah air, dalam
perjalanan, selama di Arab Saudi, hingga kembali di
tanah air.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya untuk memenuhi persyaratan keberang­
katan ibadah umrah.
……......, ................, 2020

Meterai yang
berlaku

…….........................
Calon Jemaah

KMA Nomor 719 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan  149
Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019

Anda mungkin juga menyukai