Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“KONSEP DAN DASAR HUKUM PAJAK


PENGHASILAN”
Dosen Pengampu : Akhmad Fikri Rosyadi,S.pd.,M.pd.

Mata Kuliah : AUDITING I

Disusun Oleh Kelompok :

Ersyad Nur Ali C1C021248

Rita Ninda Sari C1C021272

Lilis Wahyu Ningsih C1C021277

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat nya kami dapat
menulis makalah ini, tanpa pertolongannya tentu kami tidak dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun umat manusia ke arah
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Terimakasih kepada semua pihak, semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi kita semua, Amiin Ya Rabbal ‘Alamin. Semoga Allah swtsenantiasa
melimpahkan taufiq dan Hidayah-Nya Kepada kita semua, Amiin Ya Rabbal’alamin .

Wassalamu’ala‫ﭐﭐﭐ‬ikumWarrahmatullah Wabarakatuh
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................4
BAB 2.....................................................................................................................6
A. Kaifiyat Wudhu..............................................................................................6
a. Pengertiann wudhu..................................................................................6
b. Hukum-hukum wudhu.............................................................................8
c. Syarat wudhu.........................................................................................13
d. Rukun wudhu.........................................................................................14
e. Sunnah wudhu.......................................................................................15
f. Batalnya wudhu.....................................................................................16
g. Makruh wudhu.......................................................................................16
h. Manfaat wudhu......................................................................................16
B. Tayamum......................................................................................................17
a. Pengertian tayamum..............................................................................17
b. Penyebab tayamum................................................................................18
c. Syarat tayamum.....................................................................................19
d. Rukun tayamum.....................................................................................19
e. Sunnah tayamum...................................................................................20
f. Pembatal tayamum................................................................................21
BAB 3...................................................................................................................22
A. Kesimpulan...................................................................................................22
B. Saran.............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibadah adalah sesuatu pekerjaan yang dicintai Allah swt. dan diridhoi-
Nya. Dalam hukum Islam, bersuci dan segala seluk beluknya adalah ilmu
dan amalan yang sangat penting, karena rukun Islam yang kedua ialah
sholat, sholat tidak sah apabila kita belum bersuci. Thaharah atau
bersuci adalah mengangkat atau menghilangkan hadats dan najis dari
tubuh. Adapun topik yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu wudhu
dan mandi besar, sebagai seorang muslim, kita harus mengetahui mulai
dari hukum, syarat, serta tata cara pelaksanaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan wudhu ?
2. Apa saja hukum-hukum wudhu ?
3. Apa saja syarat wudhu ?
4. Apa sja rukun wudhu ?
5. Apa saja sunnah wudhu ?
6. Apa sja yang mengakibatkan batalnya wudhu ?
7. Apa saja makruh-makruh dalam wudhu ?
8. Apa saja manfaat wudhu ?
9. Apa yang di maksud dengan tayamum ?
10. Apa saja penyebab tayamum ?
11. Apa saja sunnah tayamum ?
12. Bagaiman tata cara tayamum ?
13. Apa saja yang membatalkan tayamum ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan wudhu.
2. Mengetahui hukum-hukum wudhu.
3. Mengetahui syarat wudhu.
4. Mengetahui rukun-rukun wudhu.
5. Mengetahui sunnah-sunnah wudhu.
6. Mengetahui penyebab batalnya wudhu.
7. Mengetahui makruh-makruh dala wudhu.
8. Mengetahui manfaat berwudhu.
9. Mengetahui yang dimaksud dengan tayamum.
10. Mengetahui apa saja yang mengakibatkan bertayamum.
11. Mengetaui apa saja sunnah tayamum.
12. Mengetahui rukun tayamum bertayamum.
13. Mengetahui apa saja yang membatalkan tayamum.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Profesi Akuntan Publik

Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak tahun 1642, tetapi jejak


yang jelas baru ditemui pada pembukuan Amphion Society yang berdiri di
Jakarta sejak tahun 1747. Perkembangan akuntansi yang mencolok baru
muncul setelah undang-undang mengenai tanam paksa dihapuskan pada
tahun 1870.
Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai dikenalkan di Indonesia sejak tahun
1907, yaitu dengan dikirimnya Van Schagen, seorang anggota NIVA
(Nederlands Institute Van Accountants). Tugas pokoknya adalah
menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan. Akuntan internal yang
pertama kali datang ke Indonesia adalah J.W. Labrijn yang sudah ada di
Indonesia pada tahun 1896. Pada zaman penjajahan Belanda tidak banyak
orang Indonesia yang terjun dalam bidang akuntansi. Orang Indonesia
pertama yang bekerja di bidang akuntansi tercatat JD. Massie, yang
diangkat sebagai pemegang buku untuk Jawatan Akuntan Pajak pada
tanggal 21 September 1929.
Dalam masa pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga di
bidang akuntansi. Jabatan-jabatan pimpinan di Jawatan Keuangan yang 90
persen dipegang oleh bangsa Belanda menjadi kosong. Di sepanjang
periode ini, atas prakarsa Mr. Slamet, maka didirikan kursus- kursus untuk
mengisi kekosongan jabatan tadi dengan tenaga-tenaga Indonesia. Pada
masa itu dikenal Kursus A, B, C, dan D. Para pengikut kursus-kursus
inilah yang nantinya merupakan cikal bakal tenaga-tenaga akuntan di
Indonesia. Mengenai sistem akuntansinya, tidak banyak terjadi perubahan
selama zaman Jepang. Setelah Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, kekurangan tenaga akuntan sangat
terasa. Pada tahun 1947, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia,
yaitu Prof. Dr. Abutari.
Dalam masa perang kemerdekaan (1945-1950), kursus-kursus untuk
mendidik tenaga-tenaga di bidang akuntansi dilanjutkan. Setelah
pengakuan kedaulatan oleh Belanda, pemerintah RI (Republik Indonesia)
baru mempunyai kesempatan untuk mengirim putra-putranya keluar negeri
untuk belajar akuntansi. Di dalam negeri sendiri, pendidikan akuntan
mulai dirintis dengan dibukanya jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia pada tahun 1952. Pembukaan ini kemudian diikuti
oleh fakultas-fakultas ekonomi di Universitas Padjadjaran (1961),
Universitas Sumatera Utara (1962), Universitas Airlangga (1962) dan
Universitas Gajah Mada (1964).

B. Sifat Auditing
Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan danmelaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan
kriteria yang telah ditetapkan. Auditingharus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen.
Untuk melakukan audit harus tersedia informasi dalam bentuk yang
dapat diverifikasi danbeberapa satndar (kriteria) yang dapat digunakan
auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut.Kriteria untuk
mengevaluasi informasi juga bervariasi, tergantung pada informasi yang
sedang diaudit.

a. Mengumpulkan dan Mengavaluasi


Bukti Bukti (evidence) adalah setiap informasi yang digunakan
auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditor harus memperoleh
bukti dengan kualitas dan jumlah yang mencukupi,menentukan jenis dan
jumlah bukti yang diperlukan serta mengevaluasi apakah sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan.

b. Orang Yang Kompeten dan Independen


Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang
digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta
jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan
yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Auditor juga
harus memiliki sikap mental independen.

c. Pelaporan
Tahap terakhir dalam proses auditing adalah menyiapkan
laporan audit (audit report),yang menyampaikan temuan-
temuan auditor kepada pemakai. Laporan seperti ini
memiliki sifat yang berbeda- beda, tetapi semuanya harus
memberitahu para pembaca tentang derajat kesesuaian
antara informasi yang telah diaudit dan kriteria yang telah
ditetapkan.

d. Rukun tayamum
Tayamum memiliki 5 rukun, yaitu:
1) Memindahkan debu. Maksudnya memindahkan debu dari
sebuah tempat ke wajah dan kedua tangan.
2) Niat, yaitu berniat melakukan tayamum. Yang diniatkan dalam
tayamum adalah berniat tayamum agar boleh melaksanakan
shalat, bukan untuk menghilangkan hadas, karena tayamum
tidak dapat menghilangkan hadas. Niat dimulai sejak perbuatan
memindahkan debu dan terus berlanjut hingga membasuh
Sebagian wajah. Dianjurkann untuk melafalkan niat tayamum,
yaitu:”Nawaitu tayammuma listibahatis shalati”
3) Membasuh seluruh muka. Tapi tidak diwajibkan atau bahkan
tidak disunahkan mengusap debu hingga tempat tumbuhnya
rambut.
4) Membasuh kedua tangan. Cara yang dianjurkan dalam
membasuh tangan adalah sebagai berikut: letakkan jari-jemari
tangan kiri secara menyilang (horizontal) di punggung jemari
kanan kecuali ibu jari. Tarik tangan kiri kea rah pergelangan.
Sampai di pergelangan genggam pergelangan dengan jemari
dan terus menarik tangan kiri sampai ke siku-siku. Sampai di
siku-siku putarlah telapak tangan hingga berada di bagian
dalam siku-siku lalu Tarik Kembali tangan kiri tersebut ke
pergelangan. Lalu gerakkan ibu jari untuk menyapu punggung
ibu jari kanan. Nabi bersabda yang artinya:”Tayamum itu dua
kali hentakan; hentakan untuk wajah dan hentakan untuk kedua
tangan hingga siku-siku.” (HR. Daruquthni).
5) Tertib antara kedua basuhan, karena tayamum adalah pengganti
wudhu. Maka sebagaimana diwajibkan tertib dalam wudhu
maka diwajibkan pula dalam tayamum.

e. Sunnah tayamum
Setiap perbuatan yang disunahkan dalam berwudhu maka
disunnahkan pula dalam tayamum, kecuali menigakalikan basuhan
dan menyela-nyela jenggot. Selain sunnah-sunnah tersebut,
ditambah pula lima perbuatan yang disunnahkan dalam tayamum,
yaitu:
 Merenggakan jari-jemari
 Mengurangi debu di tangan setelah mengambilnya dengan
cara menepuk kedua telapak tangan atau dengan
meniupnya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ammar
bin Yasir. “Nabi SAW memukulkan dengan kedua telapak
tangannya ke atas tanah kemudian beliau mengurangi
debunya.: Dalam Riwayat lain: “Kemudian beliau
meniupnya.” (HR. Bukhari).
 Tidak mengangkat tangannya dari anggota tayamum
hingga selesai membasuk seluruhnya
 Melepas cincin pada hentakan pertama ke tanah (untuk
mengusap muka), Adapun pada hentakan kedua (untuk
mengusap tangan) maka hukumnya wajib jika dapat
menghalangi debu ke permukaan kulit.
 Tidak menghilangkan debu dari anggota tayamum hingga
selesai shalat

f. Pembatal tayamum
Hal-hal yang membatalkan tayamum ada 4, yaitu:
1) Semua perbuatan yang membatalkan wudhu
2) Murtad, karena tayamum dilakukan untuk kebolehan
melaksanakan shalat sehingga hal itu tidak diperlukan bagi
orang yang murtad. Berbeda dengan wudhu dan mandi
karena keduanya bertujuan menghilangkan hadas bukan
sekedar untuk kebolehan melaksanakan shalat.
3) Menemukan air bagi yang bertayamum karena tidak
terdapat air. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya:”Sesungguhnya debu yang baik adalah alat bersuci
bagi seorang muslim meskipun ia tidak menemukan air
selama sepuluh tahun.
Jika ia menemukannya maka hendaknya ia
menyentuhkannya pada kulitnya karena itu lebih baik
baginya.” (HR. Abu Daud)Jika orang tersebut menemukan
air setelah selesai melaksanakan shalat maka shalatnya akan
sah dan tidak perlu mengulangnya. Begitu pula, jika ia
menemukannya Ketika sudah masuk dalam shalat maka ia
boleh menyempurnakan shalatnya itu. Tapi jika ia
membatalkannya lalu melaksanakan shalat dengan
berwudhu maka itu lebih afdhal.
4) Mampu menggunakan air, seperti orang yang sembuh dari
penyakitnya.
C. Perbedaan Auditing dan Akuntansi
D. Aspek Ekonomi Dalam Permintaan Akan Auditing
E. Jasa Yang Di Berikan Akuntan Publik
F. Tipe Audit dan Tipe Auditor
G. Pengertian, Struktur dan Syarat Membuka Kantor Akuntan Publik di
Indonesia
H. ISA
I. SPAP Standar Pengambilan Mutu

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berwudhu merupakan salah satu syarat penting diterimanya shalat
sebagai bagian dari ibadah mahdhah, jika seseorang telah batal dari
wudunya makadi wajibkan untuk melakukannya kembali. Wudhu adalah
suatu kewajiban bagi orang yang sudah akil baligh ketika akan
melaksanakan shalat, atau ketika akan melakukan sesuatu yang
keabsahannya diisyaratkan harus berwudhu seperti shalat, dan tawaf di
Ka’bah.
Tayamum merupakan sarana bersuci pengganti wudhu (hadas
kecil) dan mandi wajib (hadas besar) ketika terdapat uzur untuk
melakukannya. Tata cara tayamum untuk kedua hadas tersebut adalah
sama. Hanya saja, tayamum karena hadas kecil menjadi batal jika terdapat
hal-hal yang membatalkan wudhu, sementara tayamum dari hadas besar
tidak batal karena terdapat hal-hal tersebut tapi menjadi batal jika
menemukan air dan mampu menggunakannya.
B. Saran
Saran yang bisa diberikan penulis adalah sebagai umat muslim,
kita wajib memperhatikan kesucian dan berthaharah dengan benar, karena
syarat sah nya sholat yaitu suci dari hadats dan najis, kalau tidak bersih
dan suci maka sholat kita tidak sah. Penuis juga mengharapkan para
pembaca dapat memahami materi berwudhu dan tayamum ini dan dapat
mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, jadi para penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ayyub, Hasan. Fiqih Ibadah


Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqh Islam wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011.
El-Sutha, Saiful Hadi. Buku Panduan SholatLengkap, Jakarta: Wahyumedia, 2012.
Lela, dan Lukmawati. “Ketenangan”: Makna Dawawul Wudhu. Dalam Jurnal
Psikologi Islami Vol. 1, No. 2, 2015.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam, Bandung:
SinarBaruAlgensindo, 2014. Sabiq, Sayyid. Fiqh al-
Sunnah, Jilid II, Bairut: Dar al-Firk, 1994.
Samidi. “KonsepAl-Ghusludalam Kitab FikihManhaji”, dalamJurnal Analisa
Vol. 17, No. 1, Januari-Juni 2010.
Sucipto. “Peningkatan Pemahaman Cara Berwudhu Melalui Penerapan Metode
Demonstrasi Dan Simulasi Di Sekolah Dasar”, dalam Jurnal Riset dan
Konseptual, Vol. 2, No. 1, Februari 2017, hlm. 29 diakses melalui link
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKE
wiOvf3HiJrvAhWSb30KHfaGDOEQFjABegQIBBAD&url=https%3A%2F
%2Fjurnal.unub litar.ac.id%2Findex.php%2Fbriliant%2Farticle
%2Fdownload%2F21%2F18&usg=AOvV aw19KUBPvhmVnKyViowMxpwV
pada hari Rabu, 3 Maret 2021, pukul 02.45 wita.
http://fasya.iain-manado.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Modul-Praktikum-
Ibadah.pdf
diakses pada hari Rabu, 3 Maret 2021, pukul 02.30 wita.
http://etheses.uin-malang.ac.id/1742/5/09410088_Bab_2.pdf diakses pada
hari Rabu, 3 Maret 2021, pukul 02.15 wita.

Anda mungkin juga menyukai