Anda di halaman 1dari 4

FARINGITIS

No. Dokumen : SOP/BP/03/2017


No. Revisi : 00
SOP
TanggalTerbit : 18-10-2017
Halaman : 1/4
UPT. Puskesmas dr. DENY SETIYAWAN
Dawarblandong NIP. 19820310 200901 1 011
1. Pengertian Faringitis adalah Suatu Kegiatan untuk memberikan pengobatan secara
rasional sesuai dengan keluhan utama dan tanda gejala Faringitis.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penyakit Faringitis.

3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Dawarblandong Nomor :


188.4/ /416-102.11/2017 Tentang Pelayanan Klinis UPT Puskesmas
Dawarblandong.
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
296/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
5. Prosedur/ Prosedur :
Langkah-
Alat dan Bahan :
Langkah
1. Alat tulis kantor
2. Alat kesehatan
3. Rekam medis
4. Resep
Langkah – langkah :
1. Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik meliputi :
 Keluhan
Pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorokan, sakit jika
menelan dan batuk. Gejala dan tanda yang ditimbulkan
faringitis tergantung pada mikroorganisme yang menginfeksi.
Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala
umum seperti lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku dan
sakit pada otot leher.Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu:
a. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan
gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis.
Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.
b. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang
disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai
batuk.
c. Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri
menelan.
d. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering,
gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.
e. Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan
tebal serta mulut berbau.
f. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak
berespon dengan pengobatan bakterial non spesifik.
g. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika,
ditanyakan riwayat hubungan seksual.
2. Penatalaksanaan :
a. Istirahat cukup
b. Minum air putih yang cukup
c. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga
penyebabnya streptococcus group A, diberikan antibiotik
Penicillin G Benzatin 50.000. U/kgBB/IM dosis tunggal bila
pasien tidak alergi penisilin, atau Amoksisilin 50 mg/kgBB
dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x
500 mg selama 6-10 hari, atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari.
d. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan sefalosporin
generasi ke-3, seperti Ceftriakson 2 gr IV/IM single dose.
e. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan
sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi
pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi. Sedangkan, pada
faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik 1 x/hari
selama 3-5 hari.
f. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau
ekspektoran.
g. Selain antibiotik, kortikosteroid juga diberikan untuk
menekan reaksi inflamasi sehingga mempercepat
perbaikan klinis. Steroid yang diberikan dapat berupa
deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan
pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari
selama 3 hari.
3. Konseling dan Edukasi :
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi
dan olahraga teratur.
4. Mencatat hasil pemeriksaan dan terapi di rekam medis

4/4
5. Pasien mengambil obat di ruangan farmasi.

Anamnesa dan Penatalaksanaan

Pemeriksaan fisik
6. Diagram alir Konseling dan
Mengambil Rekam medis
edukasi
obat

1. Ruangan Pemeriksaan Umum


2. Ruangan Gawat Darurat
3. Ruangan Rawat Inap

7. Unit terkait 4. Ruangan Lansia


5. Ruangan Ibu dan KB
6. Ruangan Anak dan Imunisasi
7. Ruangan Farmasi

8. Rekam historis

3/4
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

4/4

Anda mungkin juga menyukai