Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TOPIK 2

KHULAFAURRASYIDIN

Oleh :
Syabil Gema Syuhada
1119033100011
AFI-2A
Kelompok 1 (Khulafaurrasyidin)

A. Model Pergantian Kepemimpinan Pada Masa Khulafaurrasyidin

Setelah Rasulullah SAW wafat, umat muslim segera mencari pengganti untuk
mengisi tahta kepemimpinan di tengah-tengah mereka. Dalam prosesnya, terpilihlah
beberapa khalifah dari proses pemilihan dengan model yang berbeda-beda. Secara umum,
ada tiga model pemilihan yang diterpkan pada era khulafaurrasyidin.

a. Pemilihan Model Pertama ( Abu Bakar )


Model pertama berasal dari pemilihan khalifah Abu Bakar. Khalifah dipilih lewat
musyawarah wakilwakil dari kalangan Muhajirin dan Anshar secara terbatas (bai’at
in’iqad) pada hari pertama Nabi wafat bertempat di Tsaqifah Bani Sai’dah (kediaman
Sa’ad bin Ubadah di Madinah), kemudian dilanjutkan dengan bai’at ta’at di Masjid
Nawabi pada hari kedua Nabi wafat.

b. Pemilihan Model Kedua ( Umar Bin Khatthab )

Model pertama kedua berasal dari pemilihan khalifah Abu Bakar. Khalifah dipilih
secara langsung oleh khalifah sebelumnya yang dalam hal ini Abu Bakar sebagai khalifah
pertama menunjuk Umar sebagi khalifah penggantinya. Penunjukan tersebut berasal dari
hasil permintaan pendapat Abu bakar kepada Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Affan,
Asid bin Hudhair Al-Anshary, Said bin Zaid serta sahabat-sahabatnya dari kaum
Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya mereka setuju dengan Abu Bakar dan kemudian
disetujui oleh kaum muslim dengan serempak.
c. Pemilihan Model Ketiga ( Ustman Bin Affan )
Model ketiga berasal dari pemilihan khalifah Abu Bakar. Berbeda dengan Umar
bin Khatthab, pemilihan Ustman berdasarkan kepada konsensus dewan pemilihan
khalifah dan juga terdapat dua kandidat kuat yaitu Ustman bin Affan dan juga Ali bin Abi
Thalib yang mana pada akhirnya terpilihlah Ustman sebagai khalifah.

B. Prestasi-prestasi khulafaurrasyidin

A. Abu Bakar

Abu Bakar sebagai khalifah pertama dinilai sukses sebagai pembuka kekhalifaan.
Ketegasannya dalam menumpas kelompok pembangkang sukses menstabilkan keadaan
yang kala kala itu krisis kepemimpinan menimbulkan gejolak perpecahan umat. Ia pun
menetapkan kebijakan yang tegas kepada para pembangkang. Selain itu, atas usulannya
untuk melakukan kodifikasi Al Qur-an melihat banyaknya penghafal yang gugur di
peperangan, akhirnya ayat-ayat yang tadinya terpisah mulai disusun kembali oleh para
sahabat yang dalam prosesnya membutuhkan waktu dan usaha yang besar. Abu Bakar
juga sukses melalukan perluasan wilayah islam hingga menjangkau wilayah yang
dikuasai kekaisaran Persia dan Byzantium.

B. Umar Bin Khatthab

Selama masa pemerintahannya, Umar berhasil melakukan perubahan yang besar


khususnya dalam sektor administrasi dan keungan negara. Melihat perluasan daerah
yang terjadi dengan sangat cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan
mempelajari model yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi
pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi : Makkah, Madinah, Syiria,
Jazirah Basrah, Kuffah, Palestina, dan Mesir. Ia juga membentuk Baitul Mal yang
bertugas mengatur keuangan negara.
Selain itu, Umar juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan yang meliputi
Jazirah Arab, Palestina, Syiria, sebagaian besar wilayah Persia dan Mesir dan
menetapkan kalender Hijriah yang hingga kini digunakan oleh seluruh umat Islam di
dunia.
C. Ustman bin Affan

Pada masa Ustman bin Affan, wilayah Islam sudah sangat luas. Hal ini
menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perbedaan pembelajaran al-Qur’an di
beberapa pelosok wilayah . Perbedaan itu meliputi susunan surahnya atau lafal
(dialeknya). Oleh karena itu, maka dilakukanlah pengkodifikasian Al-Qur’an yang
sebelumnya sudah dimulai pada masa Abu Bakar. Salinan kumpulan Al-Qur’an itu
disebut mushaf yang kemudian diperbanyak dan disebar ke berbagai penjuru. Hal ini
merupakan salah satu prestasi gemilang yang berhasil terlaksana di bawah kekuasaan
Ustman bin Affan.
Selain itu, pada masa Ustman dilakukan juga renovasi masjid Nabawi yang
menjadi salah satu ikon umat islam dan sebagai tempat yang sangat bersejarah. Hal ini
dilakukan melihat semakin banyaknya orang yang memeluk Islam.
Kemudian yang tak kalah penting, wilayah kekuasaan Islam semakin meluas
hingga mancakup Khurasan, Armenia, Tunisia, Ray, dan Azerbeijan. Bersamaan dengan
hal tersebut, dibentuk juga armada Angkatan laut mengingat wilayah Islam sudah
mencapai Konstantinopel. Ini demi menjaga dan mempertahankan wilayah Islam yang
semakin luas.

D. Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat juga tidak kalah dengan prestasi
khalifah-khalifah sebelumnya. Ia banyak membenahi keuangan negara yang pada saat itu
kondisinya sedang tidak kondusif mengingat banyaknya kerabat Ustman yang diberi
fasilitas negara. Khalifah Ali kemudian menyita harta para pejabat tersebut yang
diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan
digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
Selain itu, ia juga memajukan ilmu bahasa khususnya penulisan huruf hijaiyah
yang belum dilengkapi dengan tanda baca (syakal). Khalifah Ali kemudian
memerintahkan Abu Aswad ad-Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu Nahwu
demi memudahkan orang-orang non-Arab dalam mempelajari Al-Qur’an dan Hadis.
Selanjutnya, khalifah Ali juga mengganti pejabat yang kurang cakap. Sebab ia
menginginkan pemerintahan yang efektif dan efisien. Akan tetapi, pejabat-pejabat
tersebut ternya abanyak yang berasal dari keluarga khalifah Ustman bin Affan ( Bani
Umayyah ). Akibatnya, semakin banyak banyak kalangan Bani Umayyah yang tidak
menyukainya.
C. Persamaan dan Perbedaan Sistem pemerintahan yang dilakukan keempat Khalifah

Pada dasarnya, sistem pemerintahan keempat khalifah yang ada memang berbeda.
Masing-masing memiliki coraknya tersendiri sesuai dengan karakter sang khalifah yang
memimpin pada saat itu. Namun, mereka semua memiliki persamaan dalam hal memutuskan
kebijakan yang senantiasa menggunakan asas musyawarah. Di bawah ini akan dijelaskan
terkait dengan perbedaan sistem pemerintahan tiap khalifah.

a. Sistem Pemerintahan Masa Abu Bakar


Kekuasaan yang dijalankan pada masa khalifah Abu Bakar bersifat sentral; yakni
kekuasaan Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif terpusat di tangan Khalifah. Selain
menjalankan pemerintahan, kalifah juga menjalankan hukum. Meskipun demikian, Abu
Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Adapun urusan
pemerintahan diluar kota madinah, khalifah Abu Bakar membagi wilayah kekuasaan hukum
Negara Madinah menjadi beberapa propinsi, dan setiap propinsi Ia menugaskan seorang amir
atau wali (semacam jabatan gubernur).
b. Sistem Pemerintahan Masa Umar bin Khatthab
Sementara itu, Umar bin Khatthab dalam masa pemerintahan cenderung fokus kepada
persoalan Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi: Makkah,
Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masanya mulai diatur
dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka
memisahkan lembaga Yudikatif dengan lembaga Eksekutif. Khalifah Umar menerapkan
prinsip demokratis dalam kekuasaan. Yaitu dengan menjamin hak-hak bagi setiap warga
negara.
Adapun kekuasaan eksekutif dipegang oleh Umar bin Khhattab dalam kedudukannya
sebagai kepala Negara.untuk menunjang kelancaran administrasi dan operasional tugas-tugas
eksekutif, Umar melengkapinya dengan beberapa jawatan,diantaranya:
1. Diwana al-kharaj (jawatan pajak)
2. Diwana alahdats (jawatan kepolisian)
3. Nazarat al-nafi’at (jawatan pekerjaan umum)
4. Diwana al-jund (jawatan militer)
5. Baitul al-mal (baitul mal)
c. Sistem Pemerintahan Ustman bin Affaan
Lain halnya dengan Ustman. Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan di daerah,
khalifah usman mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah atau
provinsi pada masanya kekuasaan wilayah aitul dibagi menjadi 10 provinsi. Sedangkan
kekuasaan aitultive dipegang oleh Dewan Penasehat Syura, tempat khalifah mengadakan
musyawarah dengan para sahabat terkemuka. Prestsai tertinggi masa pemerintahan Usman
sebagai hasil majlis syura adalah menyusun al-quran standar, yaitu penyeragaman bacaan dan
tulisan Al-Quran.Untuk mengisi aitul mal diperoleh dari alfarz, usyri, usyur, zakat dan jizya.
Umar juga melengkapinya dengan beberapa jawatan. Utsman paling berjasa dalam
membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air
ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan
memperluas masjid Nabi di Madinah.

d. Sistem Pemerintahan Ali bin Abi Thalib


Pada masa pemerintahannya, Ali memecat sebagian besar gubernur yang korupsi dan
mengembalikan kebijaksanaan Umar pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Ia
membenahi dan menyusun arsip Negara untuk mengamankan dan menyelamatkan dokumen-
dokumen khalifah dan kantor sahib-ushsurtah, serta mengkoordinir polisi dan menetapkan
tugas-tugas mereka. Ali juga mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Utsman kepada
keluarga-keluarga dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah.

Daftar Bacaan

Ridjaluddin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Pusat Kajian Islam Univ. Muhammadiyah
Jakarta, 2013

Arifin, Zaenul, Biografi Khalifah Rasulullah, Surabaya : PT Serambi Semesta, 2019

Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2019

Ali, K. Sejarah Islam dari awal Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh Pramodern), Jakarta

: PT Raja Grafindo, 2003


Choirul Rofiq, Ahmad, Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern) Ponorogo
: STAIN Ponorogo Press, 2009

Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : PT Pustaka Rizki Putera, 2009

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006

Hitti, Philip K, History Of The Arabs, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, Jakarta: Serambi, 2008.

Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007.
Amstrong, Karen, Islam A Short History, New York: Moder Library, 2000, diterjemahkan oleh.
Ira puspito Rini, Sepintas Sejarah Islam, Yokyakarta: Ikon Teralitera, 2002.
Hasan, Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Penerbit Kota Kembang, 1989.

Anda mungkin juga menyukai