Kedekatan Guru DG Siswa 3
Kedekatan Guru DG Siswa 3
2
http://e-journal.lingkarpenaindonesia.com/index.php/lpi E-ISSN. 2774-3225
e-mail: lingkarpenaindonesia@gmail.com pp. 387-392
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,
teratur, dan bercanda dengan maksud mengembangkan perilaku yang diinginkan agar
siswa bisa belajar dengan senang dan nyaman. Sekolah sebagai lembaga formal
merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah,
siswa dapat belajar tentang berbagai pengetahuan yang ada di dunia. Melihat
permasalahan yang di alami siswa dalam memahami dirinya serta kurangnya
kemandirian dalam belajar pada siswa disekolah. Oleh karenanya dibutuhkan pendidikan
yang mampu membina siswa untuk dapat memahami dirinya dengan baik dan
memandirikan dirinya dalam belajar tanpa tergantung pada orang lain. Pemahaman diri
pada siswa sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
dirinya dengan baik.
Pemahaman diri adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengerti dan memahami individu lain sehingga siswa itu sendiri bisa dengan mudah
mengetahui permasalahan pada dirinya. Pemahaman itu sendiri juga bermaksud agar
siswa mengetahui potensi-potensi yang ada padanya. Aiken dalam Hasyim (2012:4)
menyatakan bahwa, manusia dalam kenyataannya berbeda-beda dalam kemampuan
berpikirnya, karakter keperibadiannya dan tingkah lakunya. Pada konteks bimbingan dan
konseli, mengerti dan memahami tersebut dilakukan oleh konselor terhadap konseli yang
bisa memberikan keterangan tentang diri konseli. Pemahaman diri merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi siswa, karena bertujuan agar siswa mampu menerima kondisi
keadaan dirinya apa adanya sekaligus keberadaan dirinya baik dari segi kelebihan
maupun kekurangan. Pemahaman diri sendiri diperlukan kemandirian belajar pada siswa
agar dapat tercapainya tujuan belajar.
Kemandirian adalah suatu perkembangan diri sendiri yang didasari oleh tingkah
laku serta tingkat kepercayaan diri siswa. Kemandirian itu sendiri juga merupakan
perubahan-perubahan komformitas terhadap prinsip moral. Oleh sebab itu, individu yang
mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasi oleh pemahaman terhadap
konsekuensi dari tindakan. Menurut pandangan komformistik, pemahaman mendalam
tentang hukum moralitas menjadi faktor pendukung utama kemandirian. Menurut
Kartadinata dalam Ali dan Asrori (2014: 110) mengemumakan bahwa, kemandirian
merupakan kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu
yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang, dalam situasi itu di mana
perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Dalam belajar agar
mencapai tujuan yang diinginkan diperlukan kemandirian dalam diri setiap siswa.
Kemandirian belajar adalah suatu aktifitas belajar siswa yang mandiri tanpa bergantung
pada orang lain, sehingga siswa mudah menyelesaikan masalahnya dan bertanggung
jawab terhadap masalah-masalah yang ada, dengan demikian uraian diatas dapat
dikatakan bahwa kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar siswa yang mandiri
tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab sendiri
dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar dapat terwujud apabila
siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevalusi dan
selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan
siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran.
Bentuk-bentuk kemandirian belajar adalah berfokus pada kemampuan dalam
mengatasi berbagai masalah individu dalam mengatasi kemandiriannya tanpa melibatkan
orang lain. Menurut Robert Havighurst dalam Desmita (2017: 186) membedakan
kemandirian atas tiga bentuk kemandirian, yaitu; 1) kemandirian emosi, yaitu
kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada
orang lain; 2) kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan
tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain; 3) kemandirian intelektual, yaitu
kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi; 4) kemandirian social,
yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung
pada aksi orang lain.
METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian
menggunakan korelasi product moment. Rancangan penelitian adalah suatu pendekatan
yang digunakan dalam suatu penelitian. Dalam Penelitian dijelaskan bahwa: “Rancangan
pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang
tentang hal-hal yang dilakukan serta dapat pula dijadikan dasar-dasar penelitian baik
oleh peneliti sendiri maupun orang lain terhadap penelitian dan bertujuan memberi
pertanggung jawaban terhadap semua langkah yang diambil” (Sugiyono, 2013:93).
Populasi bisa dikatakan merupakan keseluruhan dari objek dan subjek penelitian.
Sugiyono (2016:80) mengungkapkan, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesumpulannya. Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Mataram sebanyak 168 orang. Sampel
merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diambil. Menurut Sugiyono (2016:81)
sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik propotional
random sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil subyek dari setiap
wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dari masing-
masing wilayah secara acak dan dengan cara menentukkan jumlah siswa yang
bermasalah pada kemandirian dalam belajarnya untuk menjadi sampel penelitian.
Penentuan jumlah sampel tergantung pada, besarnya jumlah populasi. jika populasi
kurang dari 100, dianjurkan agar semuanya dijadikan sampel, namun jika populasi lebih
dari 100, maka dapat diambil 10-15%, 20-25% atau lebih tergantung kemampuan peneliti
(Suharsimi, 2010: 173). Maka dapat diperoleh jumlah sampel dengan perhitungan
168x25%, sehingga jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 68 orang siswa kelas VIII
di SMP Negeri 11 Mataram.
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun instrument penelitian yaitu alat
untuk memperoleh data tentang siswa yang memiliki pemahaman diri dan kemandirian
belajar rendah. Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket sebagai data
primer. Sedangkan observasi dan studi dokumentasi sebagai data skunder. Teknik
analisis data digunakan analisis data yang sudah dikumpulkan untuk memperoleh
kesimpulan. Analisis data yang digunakan untuk menguji hiphotesis dalam penelitian ini
adalah analisis statistik, maka rumus yang dipakai dalam analisis data ini adalah rumus
korelasi product moment untuk menganalisis data pemahaman diri siswa dalam belajar.
Adapun rumus korelasi product moment sebagai berikut.
N . xy ( X )( Y )
rxy =
N . X 2
( X ) 2 N . Y 2 ( Y ) 2
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi product moment
xy : hasil penelitian antara variable x dan variable y
X : variabel pemahaman diri
Y : variabel kemandirian belajar
N : jumlah responden, (Sugiyono, 2015:215).
PEMBAHASAN
Pemahaman diri membantu individu untuk dapat mengetahui bagaimana individu
tersebut berusaha sendiri sehingga dapat mandiri dalam segala hal dikehidupan sehari-
hari termasuk dalam belajar. Ali dan Asrori (2014:114) menjelaskan, kemandirian
merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi.
Sedangkan ahli lain mengatakan, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan” (Hamalik, 2005:27). Pemahaman diri yang dimaksudkan
adalah pemahaman seseorang dalam diri untuk mengetahui yang menjadi tujuan,
sehingga individu dapat mengerti pentingnya kemandirian dalam belajar yang didasari
dengan tekad dan usaha untuk mencapai suatu tujuan belajar.
Faktor pemahaman diri yaitu fokus pada identitas dan karakter yang ada pada diri
siswa. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman diri (Yustiana, dkk 2014)
diantaranya; 1) usia kematangan, faktor usia sangat mempengaruhi kematangan
seseorang sehingga dapat menyesuaikan diri; 2) penampilan diri, penampilan diri yang
rapi menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang diri keperibadian dan
menambah dukungan social; 3) jenis kelamin, menerima keadaan fisiknya dalam
penampilan diri, minat, dan perilaku membantu seseorang mencapai konsep diri yang
baik; 4) nama dan julukan, seseorang peka dan merasa malu bila teman sekelompoknya
menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada
cemoohan; 5) hubungan keluarga, kelompok social pertama yang dikenal anak adalah
keluarga sebagai tempat awal bagi anak untuk mengembangkan keperibadian; 6) teman
sebaya, mempengaruhi pola keperibadian seseorang dari cara pandang teman sebaya
dan pengakuan kelompok; 7) kreativitas, seseorang didorong untuk berkreasi sesuai
keinginan. Hal ini sebaiknya dilakukan pada masa remaja supaya anak menjadi lebih
kreatif sehingga dapat mengembangkan ide dan gagasan tanpa meminta bantuan dari
orang lain.
Hasil penelitian analisis data yang diperoleh, nilai rxy sebesar 0,484 dan nilai rxy
pada tabel pada taraf signifikan 5% dengan N= 68 yang dibulatkan menjadi= 70 sebesar
0,235 lebih besar dari pada nilai rxy pada tabel (0,484>0,235), sehingga hipotesis
alternatif (Ha) yang berbunyi ada hubungan antara pemahaman diri dengan kemandirian
belajar di SMP Negeri 11 Mataram diterima. Hipotesis nol (H0) yang berbunyi tidak ada
hubungan antara pemahaman diri dengan kemandirian belajar di SMP Negeri 11
Mataram ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
pemahaman diri dengan kemandirian belajar di SMP Negeri 11 Mataram. Diketahui
bahwa semakin baik pemahaman diri siswa maka akan semakin tinggi pula kemandirian
belajar. Melalui pemahaman diri siswa dapat dengan mudah mengetahui apa yang
menjadi kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki begitupun juga keadaan pada diri
siswa lainnya. Diketahui bahwa semakin baik pemahaman diri siswa maka akan semakin
tinggi pula kemandirian belajar. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana
siswa secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain.
Dengan otonomi tersebut, siswa diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam hal belajar untuk mencapai tujuan belajar.
SIMPULAN
Hasil penelitian analisis data yang diperoleh, nilai rxy sebesar 0,484 dan nilai rxy
pada tabel pada taraf signifikan 5% dengan N= 68 yang dibulatkan menjadi= 70 sebesar
0,235 lebih besar dari pada nilai rxy pada tabel (0,484>0,235), sehingga hipotesis
alternatif (Ha) yang berbunyi ada hubungan antara pemahaman diri dengan kemandirian
belajar di SMP Negeri 11 Mataram diterima. Hipotesis nol (H0) yang berbunyi tidak ada
hubungan antara pemahaman diri dengan kemandirian belajar di SMP Negeri 11
Mataram ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
pemahaman diri dengan kemandirian belajar di SMP Negeri 11 Mataram.
REKOMENDASI
Peneliti mengajukan beberapa rekomendasi hasil penelitian pengaruh portal rumah
belajar pengaruh model pembelajaran sinetik terhadap motivasi belajar siswa
kelas VII mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Mataram , sebagai
bahan pertimbangan, antara lain; 1) guru bimbingan konseling, diharapkan untuk
menggunakan teknik konseling realita secara lebih intensif dan terprogram; 2) siswa
diharapkan betul-betul memanfaatkan teknik konseling realita yang ada disekolah, serta
memiliki sikap tanggung jawab dalam kemandirian belajar; 3) peneliti selanjutnya,
diharapkan melakukan penelitian terkait aspek-aspek yang belum terungkap dalam
penelitian ini.
REFERENSI
M. Fatihah Al. 2016. “Hubungan antara Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar
PAI Siswa Kelas III SDN Panularan Surakarta”.
http://www.ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/attarbawi/article/download/200/14
6&rct=j&sa.pdf.html. Vol. 1, No. 2, Diakses tanggal 17 April 2018 pukul 14:32
Almuntazi Alvi Min. 2017. “Hubungan antara Pemahaman Diri Dengan Kepercayaan Diri
Siswa Di SMP Pauyatan Daha 2 Kediri Tahun Ajaran 2016/2017.