Anda di halaman 1dari 19

FTTM ITB

PERANCANGAN DAN PEMANTAUAN


LUBANG BUKAAN BAWAH TANAH

Ridho Kresna Wattimena


Profil Ridho Kresna Wattimena

Lulus dari Jurusan Teknik Pertambangan ITB pada tahun 1991 dan
mendapatkan gelar magister dari ITB pada tahun 1996, gelar Ph.D. dari
University of Queensland, Australia pada tahun 2003, serta gelar profesi
Insinyur dari ITB pada tahun 2019.
Bekerja di ITB sejak tahun 1993 dan diangkat sebagai Guru Besar bidang
Mekanika Batuan pada tahun 2014. Saat ini menjabat Dekan Fakultas
Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM).
Berpengalaman selama 27 tahun dalam pengajaran, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat dan aktif sebagai:
a. Sekretaris Indonesian Rock Mechanics Society
b. Anggota Dewan Pakar PERHAPI
c. Insinyur Profesional Utama dari PII
d. Anggota Dewan Penasehat BK Teknik Pertambangan PII
e. Anggota Komisi Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Metode Rancangan: Analitik

▪ Mencakup beberapa teknik: solusi bentuk tertutup, metode numerik, dan


analisis struktural.
▪ Cukup efektif karena dimungkinkan melakukan studi parametrik.
▪ Sebaiknya digunakan lebih dari satu pendekatan rancangan analitik.

Kirsch (1898) Wattimena et al. (2015) Wattimena et al. (2012)


Metode Rancangan: Empirik

▪ Penerapan pengalaman praktis dari proyek konstruksi sebelumnya pada desain


proyek yang baru.
▪ Salah satu yang paling sering digunakan adalah klasifikasi massa batuan →
tahap perencanaan dan perancangan awal (pada beberapa kasus, perancangan
akhir).
▪ Klasifikasi massa batuan yang paling sering digunakan:
• Sistem RMR
• Sistem Q
Keduanya dikembangkan dari proyek-proyek teknik sipil dan terlalu konservatif
untuk tambang bawah tanah sehingga perlu disesuaikan
Metode Rancangan: Empirik

Hudchincson & Diederichs (1992) Mathews et al. (1981)


Mawdesley et al. (2001)
Metode Rancangan: Empirik

Wattimena et al. (2004)


Metode Rancangan: Observasi

▪ Bergantung kepada pemantauan pada massa batuan untuk mendeteksi


ketidakmantapan yang terukur.
▪ Jika dibutuhkan, rancangan awal dapat disesuaikan.
▪ Memerlukan database yang besar.

Foto sumbangan PT FI Foto sumbangan PT CSD


Metode Rancangan: Observasi

Wattimena et al. (2005)


Metode Rancangan: Numerik-Empirik

In situ stress regime

Large scale model

NUMERICAL
Induced stresses below/ahead
cave/undercut front

Small-scale model of Small-scale model of


production level undercut level

Induced stresses around Induced stresses around

Wattimena et al. (2003)


production & drawpoint undercut
drifts drifts

Empirical relations Empirical relations

Level of damage and Level of damage and


Strength Reduction Factor Strength Reduction Factor
(SRF) (SRF)
EMPIRICAL

Q classification system Q classification system

Support requirements Support requirements

Validation/calibration data
from block caving mines

Wattimena et al. (2003) Grimstad & Barton (1993)


FINAL FINAL
Support requirements Support requirements

Wattimena et al. (2003)


Metode Rancangan: Numerik-Empirik

In situ stress regime


Penyangga level produksi
Tambang
Large scale model Estimasi Aktual
• Baut batuan 2.3 m • Baut batuan 2.4 m

NUMERICAL
Induced stresses below/ahead

• • Spasi 0.75 m
cave/undercut front
Teniente 4-South, Chile Spasi 1.1 m
Small-scale model of Small-scale model of • Beton tembak 120 mm • Beton tembak 100 mm
production level undercut level

• Baut batuan 2.4 m • Baut batuan 2.4 m


• • Spasi 1.0 – 1. 25 m
Induced stresses around Induced stresses around
production & drawpoint
drifts
undercut
drifts
Palabora, South Africa Spasi 1.5 m
• Beton tembak 50 mm • Beton tembak 50 mm
Empirical relations Empirical relations
• Baut batuan 2.4 m • Baut batuan 2.4 m
Level of damage and
Strength Reduction Factor
Level of damage and
Strength Reduction Factor
Northparkes Lift I, Australia • Spasi 1.6 m • Spasi 1.0 m
(SRF) (SRF)
• Beton tembak 50 mm • Beton tembak 50 mm
• • Baut batuan 2.4 m
EMPIRICAL

Q classification system Q classification system


Baut batuan 2.2 m
Andina Panel II dan III, Chile • Spasi 1.5 m • Spasi 1.0 m
Support requirements Support requirements
• Beton tembak 100 mm • Beton tembak 100 mm
Validation/calibration data
from block caving mines • Baut batuan 2.3 m • Baut batuan 2.3 m
Teniente Esmeralda, Chile • Spasi 1.7 m • Spasi 1.0 m
• • Beton tembak 75 mm
FINAL FINAL
Support requirements Support requirements
Beton tembak 45 mm
Wattimena et al. (2003) Wattimena et al. (2003)
Metode Rancangan: Probabilistik

▪ Kemantapan sebuah konstruksi ~ Faktor Keamanan (FK).


▪ Meskipun FK>1, probabilitas ketidakmantapan tetap ada.
▪ Semakin diterima sebagai bagian dari analisis resiko.

Wattimena et al. (2013) Wattimena (2014)


Penyebab Ketidakstabilan: Struktur Geologi

Alija et al. (2010)

Wattimena et al. (2013)

Perras & Diederichs (2010) Rocsience (2004)


Penyebab Ketidakstabilan: Tegangan Terinduksi

Wattimena (2003)

Weng et al. (2017)


Penyebab Ketidakstabilan: Batuan Lemah

Hoek (2008) Foto sumbangan PT FI


Penyebab Ketidakstabilan: Air Tanah

Zarei et al. (2011)


Pemantauan Lubang Bukaan Bawah Tanah

Tujuan pemantauan Apa yang (sebaiknya) dipantau


▪ Mendapatkan besar dan variasi ▪ Perpindahan adalah salah satu
parameter geoteknik. besaran primer yang diukur pada
▪ Meyakinkan keselamatan selama kegiatan pemantauan di tambang
konstruksi dan operasi. bawah tanah.
▪ Memeriksa validitas perhitungan ▪ Yang diukur: perpindahan absolut
rancangan (asumsi, model atau perpindahan relatif
konseptual, nilai parameter). (convergence).
▪ Mengendalikan pelaksanaan ground ▪ “Stress is a philosophical concept –
treatment dan tindakan perbaikan. deformation is the physical reality”
(Burland, 1967).
Pemantauan Lubang Bukaan Bawah Tanah

Interpretasi Kriteria
▪ Hasil-hasil pemantauan hanyalah ▪ Kriteria yang sering digunakan:
angka, kecuali jika diinterpretasikan • Perpindahan total, utotal
secara tepat. • Laju perpindahan, Du/Dt
▪ Interpretasi data adalah yang Kedua kriteria ini tidak mempunyai
terpenting, tetapi diperlukan kriteria
dasar teori (Sakurai, 2016).
untuk menilai kestabilan.
▪ Setiap lokasi harus memiliki strategi
pemantauan sendiri yang sesuai
dengan kondisi massa batuan lokal.
Pemantauan Lubang Bukaan Bawah Tanah

0.66 6
    100 − RMR 
v r = 2.25 B    
 1000   100 
0.36 3.3
    100 − RMR 
v r max = 3.3 B 0.55    
 1000   100 
vr = kecepatan konvergen kritis (mm/hari)
vrmax = kecepatan konvergen maksimum (mm/hari)
B = lebar roadway (m)
 = density kering batuan (kg/m3)
Ghosh & Ghose (1998)

Chern et al. (1998)


FTTM ITB

TERIMA KASIH
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Indonesian Rock Mechanics Society
Institut Teknologi Bandung Laboratorium Geomekanika dan Peralatan Tambang
Gedung Basic Science Centre B, Lantai 4 Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Jl. Ganesha 10
Bandung 40132 Bandung 40132

Anda mungkin juga menyukai