Anda di halaman 1dari 25

Nomor : 1711/RPT/SRI-A/XI/2023

Tanggal Kirim : 17 November 2023

PENDUGAAN POTENSI AIR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN


ADMT type-800HT2 (Berbasis Magnetotelurik)
(Natural Electrical Field Geophysical Instrument)

Lokasi Romansa Kolmas Residence, Citeureup, Kec Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat

The Awani Residence Blok A06,


Jl Cangkorah Batujajar, Bandung Barat
0817-224-135
I. PENGANTAR
Airtanah bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor alam. Geologi dan geomorfologi
sangat menentukan prospek tanah di suatu daerah.
❑ Struktur geologi mempengaruhi arah gerakan airtanah, jenis dan ketebalan akuifer.
❑ Stratigrafi dari beberapa lapisan batuan dapat berpengaruh pada jenis, kedalaman, dan
ketebalan akuifer. Sementara itu, permeabilitas dan konsentrasi ion terlarut dipengaruhi oleh
litologi akuifer.
❑ Morfologi relief permukaan bumi mempengaruhi terjadinya dan arah gerakan airtanah.
Perubahan topografi permukaan mempengaruhi kedalaman muka airtanah dan arah gerakan
airtanah.
❑ Morfogenesis mempengaruhi permeabilitas, porositas, dan laju infiltrasi.

Kajian regional terhadap aspek-aspek di atas memberikan gambaran potensi akuifer di suatu
daerah. Dalam perkembangannya kajian regional belum cukup untuk menentukan potensi aktual
sehingga diperlukan teknologi tambahan dalam memetakan daerah dan mendapatkan informasi
yang lebih akurat (sebelum dilakukan pemboran dan survey lanjutan).

ADMT adalah instrumen geofisika yang khusus memberikan gambaran detil vertikal resistivitas
batuan dan akuifer dengan cara mengukur medan listrik alami.
II. LINGKUP JASA
Lingkup dalam survey pemetaan air bawah permukaan sebagai berikut :

❑ Mengumpulkan data-data hasil survey dan penelitian terdahulu dilokasi yang akan disurvey
❑ Melakukan kajian literatur semua data-data yang telah terkumpul termasuk kajian regional dan
interpretasi awal (peta geologi, peta produktivitas akuifer, peta litologi akuifer, peta DEMNAS, Peta
NDWI dan referensi lainnya yang terkait)
❑ Melakukan survey sesuai skala peta yg diinginkan dan atau sesuai targetnya.
❑ Melakukan rekonsiliasi, analisa studio dan membuat laporan potensi air bawah permukaan
(akuifer).
Pengolahan menggunakan :

❑ Software yang biasa digunakan Globar Mapper, Google Earth, Surfer, Mapinfo, dan MapSource, dan
Aidu Prospecting Software.
❑ Data/Peta yang digunakan : DemNas/DEM, Peta Sub Sektor Geologi Portal ESDM, Google Earth,
Manual ADMT.
IIIA. PRINSIP KERJA INSTRUMEN
Instrumen ini menggunakan prinsip
elektromagnetik dan mampu mengukur medan
listrik alami secara pasif disetiap penggunaan
frekuensi yang berbeda (frekuensi tinggi hingga
rendah dalam satu pengukuran), frekuensi tinggi
akan menghasilkan data resitivitas pada
kedalaman yang dangkal dan frekuensi rendah
akan menghasilkan data resistivitas pada
kedalaman yg cukup dalam-sangat dalam
(tergantung tipe instrumen yang digunakan).

Rumusnya dapat digunakan untuk menentukan


resistivitas listrik bumi:

Pada media nonmagnetik rumus Skin Depth adalah


Nilai Resistivitas di Bumi

Nilai range resistivitas tiap batuan sangat lah jauh dan


saling tumpang tindih

Lebih membutuhkan banyak data lagi untuk


memastikan apakah suatu batuan memiliki nilai
resistivitas yang rendah atau tinggi

Data Geofisika tidak berdiri sendiri dibutuhkan pilot model yang sebagai bahan rekon
Berupa hasil Pemboran, E-logging (FGDC/GSR), Singkapan, Final Model, Objek langsun
sebagainya
III.B INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN
IV KAJIAN REGIONAL

Lokasi Romansa Kolmas Residence, Citeureup, Kec Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat
PETA DEMNAS

Berdasarkan Peta DEMNAS menunjukan Lokasi Survey merupakan morfologi Perbukitan Bergelombang Curam
berada diketinggian ±827M Diatas Permukaan Laut (DPL)
❑ Menurut Peta Geologi Regional (sumber Portal ESDM) batuan penyusun di lokasi survey masuk kedalam
Formasi Tufa Pasiran
❑ Struktur Geologi lokasi survey masuk kategori Moderat
❑ Umur Batuan Kuarter
❑ Litologi penyusun : Tuf, dan Aglomerat
❑ Kelulusan : Sedang-Tinggi
Produktivitas Akuifer
❑ Sistem Akuifer : Celah dan Antar Butir
❑ Produktifitas Akuifer : Setempat Sedang
❑ Keterusan : Rendah-Sedang
Produktivitas Akuifer
❑ Lokasi Masuk Cekungan Air Tanah (CAT potensial) Bandung-Soreang
Peta Normalized Different Water Indeks (NDWI)

Potensi Air Tanah


Sangat Rendah

Rendah

Rendah-Sedang

Sedang

Tinggi

Metode identifikasi berbasis penginderaan jauh yang sensitif terhadap perubahan kadar air
pada tanah, tampak di lokasi memiliki potensi air tanah Rendah-Sedang
V DOKUMENTASI PENGUKURAN
V.1.1 LINTASAN-01

Azimuth Lintasan-01 Titik Awal Lintasan-01 Situasi Lintasan-01 Rekomendasi Bor Lintasan-01
V DOKUMENTASI PENGUKURAN
V.1.2 LINTASAN-02

Azimuth Lintasan-02 Titik Awal Lintasan-02 Situasi Lintasan-02 Rekomendasi Bor Lintasan-02
V DOKUMENTASI PENGUKURAN
V.1.3 LINTASAN-03

Azimuth Lintasan-03 Titik Awal Lintasan-03 Situasi Lintasan-03 Rekomendasi Bor Lintasan-03
V DOKUMENTASI PENGUKURAN
V.1.4 LINTASAN-04

Azimuth Lintasan-04 Titik Awal Lintasan-04 Situasi Lintasan-04 Rekomendasi Bor Lintasan-04
V.2 HASIL PENGUKURAN
V.2.1 LINTASAN-01

BOR

Tufa sisipan Tufa pasiran

Tufa pasiran sisipan tufa dan breksi

Konfigurasi-02 ( skala 10:1) Konfigurasi-0 ( skala 10:1)

Rekomendasi Pemboran : Prediksi Potensi Akuifer


▪ Rekomendasi titik bor 7.5m dari titik nol pengukuran • Kedalaman 26-38m, 41-60m, 78-101m dan 163-200m
▪ Rekomendasi Kedalaman : 100m • Sistem Akuifer : celah dan antar butir
• Produktivitas Akuifer setempat produktif
• Keterusan : rendah-sedang
• Kelulusan batuan : sedang-tinggi
V.2 HASIL PENGUKURAN
V.2.2 LINTASAN-02

BOR

Tufa sisipan Tufa pasiran

Tufa pasiran sisipan tufa dan breksi

Konfigurasi-02 ( skala 10:1) Konfigurasi-0 ( skala 10:1)

Rekomendasi Pemboran : Prediksi Potensi Akuifer


▪ Rekomendasi titik bor 3.0m dari titik nol pengukuran • Kedalaman 23-38m, 43-55m, 64-98m dan 123-140m
▪ Rekomendasi Kedalaman : 100m • Sistem Akuifer : celah dan antar butir
• Produktivitas Akuifer setempat produktif
• Keterusan : rendah-sedang
• Kelulusan batuan : sedang-tinggi
V.2 HASIL PENGUKURAN
V.2.3 LINTASAN-03
BOR

Tufa sisipan Tufa pasiran

Tufa pasiran sisipan tufa dan breksi

Konfigurasi-02 ( skala 10:1) Konfigurasi-0 ( skala 10:1)

Rekomendasi Pemboran : Prediksi Potensi Akuifer


▪ Rekomendasi titik bor 6.0m dari titik nol pengukuran • Kedalaman 36-44m, 63-100m, dan 123-180m
▪ Rekomendasi Kedalaman : 100m • Sistem Akuifer : celah dan antar butir
• Produktivitas Akuifer setempat produktif
• Keterusan : rendah-sedang
• Kelulusan batuan : sedang-tinggi
V.2 HASIL PENGUKURAN
V.2.4 LINTASAN-04
BOR

Tufa sisipan Tufa pasiran

Tufa pasiran sisipan tufa dan breksi

Konfigurasi-02 ( skala 10:1) Konfigurasi-0 ( skala 10:1) Prediksi Potensi Akuifer


• Kedalaman 83-102m, 137-142m, dan 179-185m
• Sistem Akuifer : celah dan antar butir
Rekomendasi Pemboran : • Produktivitas Akuifer setempat produktif
▪ Rekomendasi titik bor 8.0m dari titik nol pengukuran • Keterusan : rendah-sedang
▪ Rekomendasi Kedalaman : 105m • Kelulusan batuan : sedang-tinggi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
❑ Hal yang tidak mendukung potensi air tanah bagus :
1. Terdapat batuan kedap (tufa)
2. Terdapat kemungkinan batuan keras (setempat breksi)
❑ Hal yang menguntungkan (mendukung potensi air tanah bagus) :
1. Hasil survey ADMT setempat memiliki range Lebar yang cukup mendukung potensi air tanah.
2. Struktur geologi Moderat memungkinkan terjadi celahan yang terisi air tanah (sistem akuifer celahan atau sarang)
3. Batuan berumur Kuarter
4. Berdasarkan peta satelit yang diolah menjadi peta NDWI menunjukan potensi air rendah-sedang
5. Masuk Cekungan Air Tanah (CAT Potensial)
❑ Berdasarkan aspek-aspek diatas maka disimpulkan produktivitas akuifer di Lokasi Survey memiliki setempat produtif
❑ Lapisan Potensi Airtanah di setiap Lintasan sebagai berikut :
1. Lintasan-01 : Kedalaman 26-38m, 41-60m, 78-101m dan 163-200m.
2. Lintasan-02 : Kedalaman 23-38m, 43-55m, 64-98m dan 123-140m.
3. Lintasan-03 : Kedalaman 36-44m, 63-100m, dan 123-180m.
4. Lintasan-04 : Kedalaman 83-102m, 137-142m, dan 179-185m.
❑ Saran Titik Pemboran sebagai berikut :
1. Lintasan-01 : Rekomendasi titik bor 7.5m dari titik nol pengukuran dengan Kedalaman : 100m.
2. Lintasan-02 : Rekomendasi titik bor 3m dari titik nol pengukuran dengan Kedalaman : 100m.
3. Lintasan-03 : Rekomendasi titik bor 6m dari titik nol pengukuran dengan Kedalaman : 100m.
4. Lintasan-04 : Rekomendasi titik bor 8m dari titik nol pengukuran dengan Kedalaman : 105m.
❑ Prioritas Pemboran : Lintasan-2, 1, 4, dan Selanjutnya Lintasan 3
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

❑ Saran Lain :
1. Apabila pemboran openhole maka sebaiknya dilakukan pengamatan cutting + E-logging (minimal SPR) agar
bisa direkonsiliasi dengan data ADMT (hasil rekaman pada laporan ini) sehingga bisa tepat dalam penentuan
posisi kedalaman akuifer untuk penentuan Screen saat kontruksi sumur bor air.
2. Selama pelaksanaan pemboran sebaiknya diukur perubahan muka air tanah (MAT) secara berkala sehingga
dapat diketahui apakah posisi kedalaman pemboran sudah atau belum menembus akuifer (dapat dilihat dari
ada dan tidaknya MAT, perubahan MAT, jika MAT naik signifikan maka bisa diasumsikan menembus Akuifer
bertekanan, jika turun signifikan atau hilang bisa diasumsikan water lost cirulation dikarenakan masuk ke
zona rekahan atau berongga).
3. Untuk mengetahui debit optimal yang bisa diambil sebaiknya dilakukan Pumping Test untuk menghindari
pumping berlebihan.
4. Sebaiknya dilakukan pemasangan gravel pack diantara Casing dan Dinding Lubang untuk menghindari
penutupan/penyumbatan pori dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai