Anda di halaman 1dari 23

Nomor : 2211/RPT/SRI-A/XI/2023

Tanggal Kirim : 22 November 2023

PENDUGAAN POTENSI AIR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN


ADMT type-200s(Berbasis Magnetotelurik)
(Natural Electrical Field Geophysical Instrument)
Lokasi Hotel Asyana Sentul
Ds. Cikeas, Jl. Parung Aleng No. 16, Kec. Sukaraja, Kab. Bogor, Jawa Barat

Smart Resources Indonesia


JL. Rimba Mulya II No 9 Kelurahan Pasir Mulya
Kec Kota Bogor Barat, Kota Bogor. 16118
081571044-09
https://smartresourcesindonesia.com
I. PENGANTAR
Airtanah bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor alam. Geologi dan geomorfologi sangat
menentukan prospek tanah di suatu daerah.
❑ Struktur geologi mempengaruhi arah gerakan airtanah, jenis dan ketebalan akuifer.
❑ Stratigrafi dari beberapa lapisan batuan dapat berpengaruh pada jenis, kedalaman, dan ketebalan akuifer.
Sementara itu, permeabilitas dan konsentrasi ion terlarut dipengaruhi oleh litologi akuifer.
❑ Morfologi relief permukaan bumi mempengaruhi terjadinya dan arah gerakan airtanah. Perubahan
topografi permukaan mempengaruhi kedalaman muka airtanah dan arah gerakan airtanah.
❑ Morfogenesis mempengaruhi permeabilitas, porositas, dan laju infiltrasi.

Kajian regional terhadap aspek-aspek di atas memberikan gambaran potensi akuifer di suatu daerah. Dalam
perkembangannya kajian regional belum cukup untuk menentukan potensi aktual sehingga diperlukan
teknologi tambahan dalam memetakan daerah dan mendapatkan informasi yang lebih akurat (sebelum
dilakukan pemboran dan survey lanjutan).

ADMT adalah instrumen geofisika yang khusus memberikan gambaran detil vertikal resistivitas batuan dan
akuifer dengan cara mengukur medan listrik alami.
II. LINGKUP JASA
Lingkup dalam survey pemetaan air bawah permukaan sebagai berikut :

❑ Mengumpulkan data-data hasil survey dan penelitian terdahulu dilokasi yang akan disurvey
❑ Melakukan kajian literatur semua data-data yang telah terkumpul termasuk kajian regional dan
interpretasi awal (peta geologi, peta produktivitas akuifer, peta litologi akuifer, peta DEMNAS, Peta
NDWI dan referensi lainnya yang terkait)
❑ Melakukan survey sesuai skala peta yg diinginkan dan atau sesuai targetnya.
❑ Melakukan rekonsiliasi, analisa studio dan membuat laporan potensi air bawah permukaan
(akuifer).
Pengolahan menggunakan :

❑ Software yang biasa digunakan Globar Mapper, Google Earth, Surfer, Mapinfo, dan MapSource, dan
Aidu Prospecting Software.
❑ Data/Peta yang digunakan : DemNas/DEM, Peta Sub Sektor Geologi Portal ESDM, Google Earth,
Manual ADMT.
IIIA. PRINSIP KERJA INSTRUMEN

Instrumen ini menggunakan prinsip elektromagnetik dan


mampu mengukur medan listrik alami secara pasif disetiap
penggunaan frekuensi yang berbeda (frekuensi tinggi
hingga rendah dalam satu pengukuran), frekuensi tinggi
akan menghasilkan data resitivitas pada kedalaman yang
dangkal dan frekuensi rendah akan menghasilkan data
resistivitas pada kedalaman yg cukup dalam-sangat dalam
(tergantung tipe instrumen yang digunakan).

Rumusnya dapat digunakan untuk menentukan resistivitas


listrik bumi:

Pada media nonmagnetik rumus Skin Depth adalah


Nilai Resistivitas di Bumi

Nilai range resistivitas tiap batuan sangat lah jauh dan


saling tumpang tindih

Lebih membutuhkan banyak data lagi untuk


memastikan apakah suatu batuan memiliki nilai
resistivitas yang rendah atau tinggi

Data Geofisika tidak berdiri sendiri dibutuhkan pilot model yang sebagai bahan rekonsiliasi bisa
Berupa hasil Pemboran, E-logging (FGDC/GSR), Singkapan, Final Model, Objek langsung dan
sebagainya
IV KAJIAN REGIONAL

Lokasi Hotel Asyana Sentul


Ds. Cikeas, Jl. Parung Aleng No. 16, Kec. Sukaraja, Kab. Bogor, Jawa Barat
III.B INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN
PETA DEMNAS

Berdasarkan Peta DEMNAS menunjukan Lokasi Survey merupakan morfologi perbukitan landai
berada diketinggian ± 223 M Diatas Permukaan Laut (DPL)
❑ Menurut Peta Geologi Regional (sumber Portal ESDM) batuan penyusun bagian atas alluvial
❑ Struktur Geologi lokasi survey masuk kategori sedarhana- moderat
❑ Umur Batuan Kuarter
❑ Batuan penyusun : bagian bawah : Breksi gunungapi, aglomerat dan tuf, bagian bawah : batupasir, kerikil, batulempung dan lanau
❑ Kelulusan batuan : Sedang-tinggi
❑ Umur : Batuan Tersier
❑ Produktivitas Akuifer : Produktif Sedang
❑ Keterusan batuan : rendah
❑ Lokasi survey tidak masuk dalam zona cekungan air tanah (CAT) Potensial
Peta Normalized Different Water Indeks (NDWI)

Potensi Air Tanah


Sangat Rendah

Rendah

Rendah-Sedang

Sedang

Tinggi

Metode identifikasi berbasis penginderaan jauh yang sensitif terhadap


perubahan kadar air pada tanah, tampak di lokasi memiliki potensi air
tanah rendah-sedang
V DOKUMENTASI PENGUKURAN
V.1.1 LINTASAN-01

Azimuth Lintasan-01 Titik Awal Lintasan-01 Situasi Lintasan-01 Rekomendasi Bor-01


V DOKUMENTASI PENGUKURAN
V.1.2 LINTASAN-02

Azimuth Lintasan-02 Titik Awal Lintasan-02 Situasi Lintasan-02 Rekomendasi Bor-02


V DOKUMENTASI PENGUKURAN
V.1.3 LINTASAN-03

Azimuth Lintasan-03 Titik Awal Lintasan-03 Situasi Lintasan-03 Rekomendasi Bor-03


V.2 HASIL PENGUKURAN
V.2.1 LINTASAN-01
BOR

Breksi sisipan tufa dan tufa pasiran

Tufa pasiran sisipan tufa dan breksi

Prediksi Potensi Akuifer


• Kedalaman 20-42m, 67-80m, 95-105m dan 120-132m
Konfigurasi-2 Konfigurasi-0 • Sistem Akuifer : ruang antar butir dan celah
• Produktivitas Akuifer : produktif kecil-sedang
Rekomendasi Pemboran :
• Keterusan : rendah-sedang
▪ Rekomendasi titik bor meter ke 4.0 dari titik awal lintasan
• Kelulusan batuan : sedang-tinggi
▪ Kedalaman titik bor 105m atau 130m
V.2 HASIL PENGUKURAN
V.2.2 LINTASAN-02
BOR

Tufa pasiran sisipan tufa dan breksi

Breksi sisipan tufa dan tufa pasiran

Konfigurasi-2 Konfigurasi-0

Rekomendasi Pemboran : Prediksi Potensi Akuifer


▪ Rekomendasi titik bor meter ke 12.0 dari titik awal lintasan • Kedalaman 23-52m dan 80-90m
▪ Kedalaman titik bor 100m • Sistem Akuifer : ruang antar butir dan celah
• Produktivitas Akuifer : produktif kecil-sedang
• Keterusan : rendah-sedang
• Kelulusan batuan : sedang
V.2 HASIL PENGUKURAN
V.2.3 LINTASAN-03
BOR

Tufa pasiran sisipan tufa dan breksi

Breksi sisipan tufa dan tufa pasiran

Prediksi Potensi Akuifer


• Kedalaman 28-43m, 60-80m, 95-105m
• Sistem Akuifer : ruang antar butir dan celah
Konfigurasi-2 Konfigurasi-0
• Produktivitas Akuifer : produktif kecil-sedang
Rekomendasi Pemboran : • Keterusan : rendah-sedang
▪ Rekomendasi titik bor meter ke 7.5 dari titik awal lintasan • Kelulusan batuan : sedang-tinggi
▪ Kedalaman titik bor 105m
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
❑ Hal yang tidak mendukung potensi air tanah bagus :
• Terdapat batuan kedap (tufa)
• Terdapat batuan keras (breksi kompak)
• Tidak masuk CAT (Cekungan Air Tanah) Potensial
❑ Hal yang menguntungkan (mendukung potensi air tanah bagus) :
• Sebagian hasil survey ADMT setempat memiliki range lebar yang cukup mendukung potensi air tanah.
• Struktur geologi sederhana-moderat memungkinkan terjadi celahan yang terisi air tanah.
• Batuan berumur Kuarter
• Berdasarkan peta satelit yang diolah menjadi peta NDWI menunjukan potensi air rendah-setempat sedang.
❑ Berdasarkan aspek-aspek diatas maka disimpulkan produktivitas akuifer di Lokasi Survey memiliki
produktivitas rendah hingga sedang.
❑ Lapisan Potensi Airtanah di setiap Lintasan sebagai berikut :
• Lintasan-01 : Kedalaman 20-42m, 67-80m, 95-105m dan 120-132m
• Lintasan-02 : Kedalaman 23-52m dan 80-90m
• Lintasan-03 : Kedalaman 28-43m, 60-80m, 95-105m
❑ Saran Titik Rekomendasi Pemboran sebagai berikut :
• Lintasan 1 Rekomendasi titik bor 4.0 m dari titik nol pengukuran dengan Kedalaman : 105m atau 130m.
• Lintasan 2 Rekomendasi titik bor 12 m dari titik nol pengukuran dengan Kedalaman : 100m.
• Lintasan 3 Rekomendasi titik bor 7.5 m dari titik nol pengukuran dengan Kedalaman : 105m.
❑ Urutan prioritas : Lintasan-3, 2, dan 1.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

❑ Saran Lain :
1. Apabila pemboran openhole maka sebaiknya dilakukan pengamatan cutting + E-logging (minimal
SPR) agar bisa direkonsiliasi dengan data ADMT (hasil rekaman pada laporan ini) sehingga bisa tepat
dalam penentuan posisi kedalaman akuifer untuk penentuan Screen saat kontruksi sumur bor air.
2. Selama pelaksanaan pemboran sebaiknya diukur perubahan muka air tanah (MAT) secara berkala
sehingga dapat diketahui apakah posisi kedalaman pemboran sudah atau belum menembus akuifer
(dapat dilihat dari ada dan tidaknya MAT, perubahan MAT, jika MAT naik signifikan maka bisa
diasumsikan menembus Akuifer bertekanan, jika turun signifikan atau hilang bisa diasumsikan water
lost cirulation dikarenakan masuk ke zona rekahan atau berongga).
3. Untuk mengetahui debit optimal yang bisa diambil sebaiknya dilakukan pumping pest untuk
menghindari pumping berlebihan.
4. Sebaiknya dilakukan pemasangan gravel pack diantara Casing dan Dinding Lubang untuk menghindari
penutupan/penyumbatan pori dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai