Anda di halaman 1dari 95

Aspek Geoteknik pada

Konstruksi Teknik Sipil

Dr. Ir. Pintor T. Simatupang, MT.


Indonesian Society for Geotechnical Engineering
Konsep Perencanaan &
Pelaksanaan

Perencanaan
 Ekonomis
 Constructable
 Berfungsi Pelaksanaan Pemeliharaan
 Mudah dipelihara
 Dan lain-lain

Proyek terdahulu
Bagian Isi
• Kekuatan dan Deformasi Tanah
– Parameter kekuatan
– Parameter deformasi
• Problem geoteknik pada bangunan gedung
– Fondasi
– Galian dan dewatering
• Problem geoteknik pada infrastruktur
– Jalan raya dan kereta api
– Jembatan
Kekuatan dan Deformasi
Tanah
Rekayasa Geoteknik (Geotechnical Engineering)
Rekayasa Geoteknik (Geotechnical Engineering) merupakan salah satu
cabang rekayasa (engineering) yang berkenaan dengan prilaku rekayasa
(engineering behavior) material bumi (earth material), yaitu tanah
(soil) dan batuan (rock).

Rekayasa geoteknik sangat penting dalam teknik sipil, namun juga


digunakan oleh kalangan militer, pertambangan, perminyakan atau
cabang rekayasa lain yang terkait dengan konstruksi di atas atau di
dalam tanah
History of Geotechnical Engineering
History of Geotechnical Engineering
History of Geotechnical Engineering
History of Geotechnical Engineering
History of Geotechnical Engineering
History of Geotechnical Engineering
Rekayasa Geoteknik (Geotechnical Engineering)
1. Mekanika Tanah (Sifat dan prilaku tanah)
2. Dinamika Tanah (Sifat-sifat dinamika tanah, rekayasa
gempa, pondasi mesin)
3. Rekayasa Pondasi (Pondasi dangkal dan dalam)
4. Rekayasa Perkerasan (Jalan rel dan jalan raya)
5. Mekanika Batuan (Stabilitas batuan dan terowongan)
6. Perbaikan tanah

Orang pertama yang menulis tentang


prilaku tanah dan pondasi pada masanya.
Melakukan observasi mekanika tanah Leonardo da Vinci
tentang pasir kering yang dihamparkan di
suatu permukaan akan memiliki panjang (15 April 1452– 2 Mei 1519) lahir di
dua kali dari tinginya, hal ini kemudian Italia dan meninggal di Perancis
dikenal sebgai sudut geser tanah,φ= 45
Historical Background
Karl von Terzaghi

(October 2, 1883 – October 25,


1963) was an Austrian-American
civil engineer
Father of Soil Mechanics

Orang pertama yang mengumpulkan potongan-potongan


pengetahuan geoteknik dan menyusunnya menjadi sebuah buku
yang kemudian dikenal dengan Mekanika Tanah
(Erdbaumechanik) pada tahun 1925.
Konstruksi Teknik Sipil Terkait Geoteknik

1. Badan jalan (roadbed)


2. Bangunan dan Jembatan
3. Terowongan
Aspek-aspek Geoteknik

• Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)


• Kestabilan Lereng (Slope Stability)
• Pemadatan dan CBR
• Daya Dukung (Bearing Capacity)
• Settlement
Penyelidikan Tanah
1. Penyelidikan lapangan (site investigation), dan
2. Pengujian tanah di laboratorium

Site

Laboratorium
Penyelidikan Lapangan

 Pengeboran (Boring)
 Test pit
 Standard Penetration Test (SPT)
 Cone Penetration Test (CPT, Sondir)
 Field Vane Shear Test (Uji Baling-Baling Lapangan)
 Pressuremeter Test
 Dilatometer Test
 Plate Bearing Test
 California Bearing Ratio (CBR) Test
Boring

 Soil Drilling (Pengeboran Tanah)


 Soil Samples (Contoh Tanah)
 Soil Samplers (Pengambil Contoh Tanah)
 Sampling Interval and Appropriate Type of
Samplers (Interval contoh tanah dan jenis
pengambil contoh tanah yang tepat)
 Sample Recovery (Pengulangan pengambilan
contoh tanah)
 Sample Identification (Penamaan)
 Relative Strength Test (Uji kekuatan relatif)
 Care and Preservation of Undisturbed Soil
Samples (Penjagaan contoh tanah tak terganggu)
Metode Pengeboran
 Hand boring
Metode Pengeboran
 Bor Mesin
Boring

Single Core
Barrel

Casing

Stang Bor
Boring

Mata Bor Intan

Mata Bor Tungsten


Boring

Contoh Tanah Terganggu (disturbed samples):


Boring
Contoh Tanah Tidak Terganggu (undisturbed samples):

Tabung Tipis Shelby


(Thin Wall Shelby
Tube) – untuk tanah
lempung lunak -
sedang

Tabung Tipis Denison


Test Pit
Contoh Hasil Boring
Insitu Test
Standard Penetration Test
Standard Penetration Test (SPT)
SPT Hammer (63.5 kg)

Split Spoon Sampler

Stang Penghantar Palu SPT 29


Cara Kerja Standard Penetration Test (SPT)

N
Georgia Tech
Standard Penetration Test

Standard Consistency Unconfined Compression


Penetration Strength, qu (kN/m2)
Number, N
0–2 Very soft 0 – 25
2–5 Soft 25 – 50
5 – 10 Medium stiff 50 – 100
10 – 20 Stiff 100 – 200
20 – 30 Very stiff 200 – 400
> 30 Hard > 400
Sondir
Sondir

Bikonus 10 Ton Luas Selimut = 150 cm2

Bikonus 2 Ton
Luas Selimut = 100 cm2
Contoh Grafik Sondir
Pengujian Laboratorium

 Menentukan kadar air (water content)


 Menentukan berat isi, angka pori, porositas dan derajat kejenuhan
 Batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit) dan batas susut
(shrinkage limit). Ketiga jenis pengujian ini biasanya disebut sebagai
batas-batas Atterberg (Atterberg limit)
 Menentukan berat jenis (specifig gravity)
 Analisa ukuran butir (grain size analysis)
 Uji pemadatan (compaction test)
 Uji permeabilitas (permeability test)
 Uji konsolidasi (consolidation test)
 Uji geser langsung (direct shear test)
 Uji Triaxial
 Uji tekan bebas (unconfined compressive test)
Pengujian Laboratorium

Cobbles Gravel Sand Silt and


Boulders
Clay
Coarse Fine Coarse Medium Fine

300 mm 75 mm No.4 No.200

19 mm 4.75 mm No.10 0.075


No.40
mm
2.0 mm
Atterberg Limit

(March 19, 1846 –


April 4, 1916) was
Swedish chemist
and agricultural
scientist

Albert Mauritz Atterberg


Pengujian Laboratorium
Parameter Kekuatan: Shear
Strength
- Kuat Geser Tanah
- Testing Kuat Geser Tanah
- Tegangan Efektif
- Modulus Young dan Poisson’s Ratio
Kuat Geser Tanah

• Kenapa untuk tanah digunakan Kuat


Geser?
• Kenapa bukan kuat tarik, atau kuat
tekan?
Pengujian Kuat Geser Tanah dng Direct Shear Test
Features of Shear Strength

s = normal stress = normal force


area of cross-section of the sample

 = shear strength = resisting shear force


area of cross-section of the sample
Criteria
Charles-Augustin de 
Coulomb

x
x
x 
x
x

Christian Otto Mohr c



s = c + ’ tan 

(14 June 1736 – 23 August 1806)


was French Military Engineer

(October 8, 1835 – October Where ’ = effective normal stress on plane of shearing


2, 1918) was German Civil c = cohesion, or apparent cohesion
Engineer  = angle of friction
Triaxial Testing • CD Consolidated Drained
• CU Consolidated Undrained
• UU Unconsolidated Undrained
Unconfined Compression Test
Parameter Deformasi
Penurunan (Settlement)

• Penurunan elastik
– Tanah pasir
– Tanah lempung
• Penurunan konsolidasi
– Tanah lempung
Penurunan Elastik
Penurunan Konsolidasi
Uji Konsolidasi
Hasil Uji Konsolidasi
Preconsolidation pressure

Compression index

Swelling index
Consolidation Settlement
Normally Consolidated Clay
Consolidation Settlement
Overconsolidated Clay
Problem Geoteknik untuk
Bangunan Gedung
Contents

1 Pembebanan

2 Parameter Tanah

3 Galian & Stabilitas Lereng

4 Fondasi

5 Dewatering
Pembebanan

• Beban tetap (gravitasi)


– Beban mati (DL) + Beban hidup
(LL)
• Beban gempa sedang
• Beban gempa kuat
Kombinasi Beban
A.1. Beban tetap
 
U1 = 1.4 DL
U2 = 1.2 DL + 1.6 LLr
A.2. Beban sementara akibat gempa untuk
struktur atas dengan R = 5.5
 
U = DL + 0.4 LLr + 1.0 E
U3 = 1.2 DL + LLR + EX + 0.3 EY
U4 = 1.2 DL + LLR + EX - 0.3 EY
U5 = 1.2 DL + LLR - EX + 0.3 EY
U6 = 1.2 DL + LLR - EX - 0.3 EY
U7 = 1.2 DL + LLR + 0.3EX + EY
U8 = 1.2 DL + LLR + 0.3EX - EY
U9 = 1.2 DL + LLR - 0.3EX + EY
U10 = 1.2 DL + LLR - 0.3EX - EY
U = 0.9DL + 1.0 E
U11 = 0.9DL + EX + 0,3 EY
U12 = 0.9DL + EX - 0,3 EY
U13 = 0.9DL - EX + 0,3 EY
U14 = 0.9DL - EX - 0,3 EY
U15 = 0.9DL + 0,3EX + EY
U16 = 0.9DL + 0,3EX - EY
U17 = 0.9DL - 0,3EX + EY
U18 = 0.9DL - 0,3EX - EY
A.3. Beban sementara akibat gempa kuat untuk struktur
bawah dengan faktor kuat lebih struktur (f2 = 1,414)
U = 1,2 DL + LLR + E
U19 = 1,2 DL + LLR + 1,414 EX + 0,424 EY
U20 = 1,2 DL + LLR + 1,414 EX – 0,424 EY
U21 = 1,2 DL + LLR - 1,414 EX + 0,424 EY
U22 = 1,2 DL + LLR - 1,414 EX – 0,424 EY
U23 = 1,2 DL + LLR + 0,424 EX + 1,414 EY
U24 = 1,2 DL + LLR + 0,424 EX – 1,414 EY
U25 = 1,2 DL + LLR - 0,424EX + 1,414 EY
U26 = 1,2 DL + LLR - 0,424 EX – 1,414 EY
U27 = 0.9 DL + 1,414 EX + 0,424 EY
U28 = 0.9 DL + 1,414 EX – 0,424 EY
U29 = 0.9 DL - 1,414 EX + 0,424 EY
U30 = 0.9 DL - 1,414 EX – 0,424 EY
U31 = 0.9 DL + 0,424 EX + 1,414 EY
U32 = 0.9 DL + 0,424 EX – 1,414 EY
U33 = 0.9 DL - 0,424EX + 1,414 EY
U34 = 0.9 DL - 0,424 EX – 1,414 EY
Perlapisan Tanah

+ 1.20 (Level Arsitek) Berikut ini soil profile dari area eksiting. -2.50 (Existing Ground Level)
-4.50 (Existing Ground Level)
± 0.00 (Existing Ground Level

MAT = ± 0.00 (Analisa Geotek)


BASEMENT MAT = -2.00 (Februari 2008
MEDIUM STIFF SILTY CLAY - BASEMENT
N = 2 - 10
Medium to Stiff
Bottom PC = -1350 m

Bottom PC = -17.00 m Silty Clay


N = 17 - 47
Very Stiff to Hard
HARD SILTY CLAY
N = 40 - 60
Cemendted, Hard

VERY DENSE SAND


Bore Pile Ø 80 & Ø 100
Lp = 23 m
Lb =
N = 43 s/d > 60
Very Dense
STIFF TO VERY STIFF SILTY CLAY

Parameter Tanah
N = 21 - 41
Very Stiff to Hard
Parameter Tanah

+ 1.20
+ 1.20
0.00

sat = 15.7 kN/m3 Silty Clay


GWL = -5.00 m BASEMENT cu = 36.00 kN/m2 c’ = 0.00 kN/m2 Eu = 4000 kN/m2 Medium Stiff to stiff
(Analisa Galian) Ø = 10 Ø’ = 10 E’ = 2000 kN/m2 N = 2 - 10 BASEMENT

sat = 17.0 kN/m3 -12.00


Bottom PC =-13.50 cu = 113.3 kN/m2 c’ = 0.00 kN/m2 Eu = 11000 kN/m2 Silty clay
m Ø =0 Ø’ = 42 E’ = 7000 kN/m2 Stiff to very stiff
k = 171.2 MN/m3 ε50 = 0.64 % N = 17 - 47
Bottom PC =-17.00 -16.00
m
sat = 17.5 kN/m 3
Cemented silty
Lp cu = 266 kN/m2 c’ = 0.00 kN/m2 Eu = 30500 kN/m2 clay, hard
Ø =0 Ø’ = 28 E’ = 21000 kN/m2 N = 40 - 60
k = 523 MN/m3 ε50 = 0.389 %
-25.00
3
Lb sat = 18.0 kN/m
Very dense sand
cu = 0 kN/m2 c’ = 0.00 kN/m2 Eu = 22000 kN/m2
N = 43 - > 60
Ø = 40 Ø’ = 28 E’ = 15000 kN/m2
k = 35.6 MN/m3 Dr = 78 %

Tip Pile
Tip Pile = -27.50 m
- 42.00
3
sat = 16.5 kN/m
Stiff to very stiff silt,
cu = 140 kN/m2 c’ = 0.00 kN/m2 Eu = 15000 kN/m2
Ø =0 Ø’ = 37 E’ = 10000 kN/m2 N = 21 - 42
k = 235.5 MN/m3 ε50 = 0.56 %
Highrise Building
Tinjauan Geoteknik Stabilitas Basement
Tinjauan:

• Contoh-Contoh Pelaksanaan Konstruksi


Dinding Basement yang Umum Digunakan (di Jkt)
• Parameter Geoteknik untuk Perhitungan
• Estimasi Pergerakan Tanah di Sekitar Galian
• Pemodelan Tahapan Konstruksi Basement
Contoh-Contoh Pelaksanaan Konstruksi
Dinding Basement yang Umum Digunakan:

-Dengan Galian
(Diperkuat dengan Soil Nailing)
- Diapraghm Wall
- Secant Pile
- Braced Wall
Galian dengan
Soil Nailing
Ground Anchor

Davy Sukamta
Ground Anchor
Nilai Minimum FK statik lereng galian
Kondisi Lingkungan Keandalan Parameter Tanah
dan Risiko Kurang Cukup

Sifat Galian: Sementara Tetap Sementara Tetap


Tidak ada hunian
manusia dan bangunan 1.30 1.50 1.25 1.30
disekitar
Banyak bangunan 1.50 2.0 1.30 1.50
disekitar

Catatan: Dalam keadaan gempa, FK tidak boleh lebih kecil dari 1.10 pada
kondisi yang manapun
Pemodelan Struktur Galian

Soldier
pile

4.00 m
Anchor-1

Dasar galian tahap-1

20.00 m
Pemodelan Struktur Galian
SURCHARGE LOAD 20 kN/m2

Soldier

3.75 m
pile

Anchor-1

4.25 m
Anchor-2
Dasar galian tahap-2

16.00 m
Perencanaan Fondasi
1) Penetapan parameter tanah untuk keperluan analisis dan disain
fondasi
2) Penetapan daya dukung fondasi
3) Penetapan penurunan sesaat dan penurunan jangka panjang
fondasi
4) Pengaruh kelompok terhadap daya dukung dan deformasi
5) Analisis detail kelompok tiang terhadap kombinasi beban aksial,
lateral, dan momen dengan kombinasi statik dan dinamik
6) Penetapan konstanta pegas axial sistim fondasi dangkal, rakit,
fondasi tiang, atau sistim tiang-rakit
7) Tekanan tanah lateral, statik maupun dinamik, serta akibat
pekerjaan galian dan timbunan
8) Interaksi antara tanah-fondasi dan bangunan diatasnya baik
terhadap beban statik maupun dinamik
9) Analisis debit untuk pekerjaan pengeringan air, serta
pengaruhnya terhadap daya dukung dan penurunan lokasi di
sekitarnya
10) Analisis untuk tanah yang mempunyai sifat khusus
11) Analisis likuifaksi untuk tanah yang berpetensi mengalami
likuifaksi
Perencanaan
Fondasi

1.Raft Foundation
2.Pile-raft Foundation
3.Pile Foundation
Fondasi Tiang
1. Daya dukung tiang tunggal
• Aksial (Tekan dan Tarik)
• Lateral
2.Daya dukung kelompok tiang
• Kapasitas izin aksial tiang tunggal
• Kapasitas izin lateral tiang tunggal
3.Penurunan kelompok tiang
4.Gaya angkat (uplift) dan cabut akibat
gempa
5.Penurunan differential
Kapasitas aksial tekan tiang tunggal

• Transfer beban dilakukan Q


melalui:
1. gesekan selimut (skin
friction) displacement 0.3-1% D
atau 5-10mm Qs
2. tahanan ujung (end bearing)
displacement 10-20% D W
3. Sering dilupakan bahwa gesekan
selimut dan tahanan ujung
mempunyai nilai maksimum
Qe
Faktor Keamanan Tiang
untuk beban aksial tekan dan tarik
Faktor Keamanan Minimum
Metode penentuan
Daya dukung Kondisi Beban Tekan Tarik

Teoritis atau empiris Beban tetap, beban hidup, dan 2.50 2.50
+ loading test statik tekanan air
Beban tetap, beban hidup gempa 1.50 1.50
rencana dan banjir 50 tahunan
Teoritis atau empiris Beban tetap, beban hidup, dan 3.00 3.00
+ uji PDA tekanan air
Beban tetap, beban hidup gempa 2.00 2.00
rencana, dan banjir 50 tahunan
Teoritis atau empiris Beban tetap, beban hidup, dan 3.50 3.50
tanpa uji beban tekanan air
statik dan PDA
Beban tetap, beban hidup gempa 2.25 2.25
rencana dan banjir 50 tahunan
Penurunan Fondasi

• Penurunan total: dibatasi 15cm


• Kapan boleh/tidak digunakan
equivalent raft (cocok untuk
jumlah tiang yang banyak)
• Gambarkan kontur penurunan
• Differential settlement antara
2 titik dibatasi agar tidak
memberikan sudut lebih besar
dari 1 : 300
Elevasi Perencanaan Muka Air Tanah

Dalam menentukan gaya uplift maksimum pada


perencanaan fondasi harus diperhitungkan faktor-
faktor berikut ini:

1) Kondisi air permukaan


2) Jenis lapisan tanah
3) Tinggi muka air tanah maksimum dengan
memperhatikan fluktuasi muka air tanah selama
usia rencana
4) Pelaksanaan
Dewatering

• Perencanaan harus memperhatikan kemanan lingkungan


• Perencanaan berdasarkan parameter-parameter disain dari
suatu uji pemompoan (pumping test)
• Analisis harus mencakup antara lain:
1) Debit air tanah dan air hujan yang harus dipompa
2) Jumlah dan kapasitas pompa yang diperlukan
3) Sistim dan jaringan pemompaan
4) Radius pengaruh pemompaan dan besarnya
penurunan tanah yang terjadi akibat dewatering
5) Turunnya muka air tanah pada daerah area yang
berada dalam radius pengaruh dewatering
Dewatering

Kondisi permukaan tanah


M.a.t awal
eksisting elv. -1.20 m
-5.00 m
elv. - 1.20 m

Soldier M.a.t setelah


pile dewatering

10 m
Lempung kelanauan, well Lempung kelanauan,
medium stiff H medium stiff
elv. - 11.20 m
Dasar galian rencana elv. – 12.70 m
he ho
Lempung kelanauan, elv. - 13.70 m
hard

10 m
Sum-pit

elv. - 21.20 m

Lapisan pasir sangat padat

elv. - 35.20 m
Pile Load Tests

• Aksial Tekan
• Aksial Tarik
• Lateral
Problem Geoteknik untuk
Infrastruktur
Aspek Geoteknik
Badan Jalan

1. Sifat dan prilaku tanah dasar yang diperlukan untuk menentukan


daya dukung (bearing capacity) dan penurunan (settlement) tanah
dasar
2. Sifat dan prilaku bahan (tanah) timbunan yang diperlukan untuk
menentukan sifat dan kemampuan pemadatan (compaction) tanah
pada saat dikonstruksi dan tingkat kekuatannya dalam bentuk nilai
California Bearing Ratio (CBR)
3. Sifat dan prilaku bahan (tanah) yang akan dijadikan sebagai material
subgrade untuk menentukan kekuatan subgrade yang dinyatakan
dalam nilai CBR.
4. Pemahaman terhadap bahaya keruntuhan lereng (slope failure)
5. Pemahaman terhadap penggunaan konstruksi untuk memproteksi
keruntuhan lereng
6. Pemahaman atas potensi kerawanan (susceptibility) terhadap
gempa, longsor dan bencana alam lainnya.
Menentukan Dimensi
Timbunan

Lebar permukaan formasi

Berm

.
3.0 m
Ketebalan balas
6.0 m
Berm
6.0 m
Single Track
3.0 m

87
Menentukan Dimensi
Timbunan

Lebar permukaan formasi

Berm

.
3.0 m
Ketebalan balas
6.0 m
Double Track
Berm
6.0 m

3.0 m

88
Menentukan Dimensi
Galian

Single Track

89
Menentukan Dimensi
Galian

Double Track

90
ANALISIS STABILITAS

Stabilitas Lereng
 FS (Statik)  1.5
 FS (Gempa)  1.1
Daya dukung
 K30  70 MN/m3 (Lapisan dukung timbunan)
 K30  110 MN/m3 (Tanah asli sebagai subgrade pada daerah galian)

Penurunan maksimum : 20 cm (setelah pengoperasian jalan)

91
Analisis Stabilitas Lereng

Kesalahan

92
Aspek Geoteknik
Jembatan dan Bangunan

1. Fondasi yang dapat berupa pondasi dangkal seperti pondasi


telapak (footings) maupun pondasi dalam seperti pondasi
tiang (pile foundation) dan kaison (caissons).
2. Stabilitas lereng pada pangkal jembatan.
3. Pertemuan antara timbunan dan pangkal jembatan
(approaching structure)
4. Pemahaman atas potensi kerawanan (susceptibility) terhadap
gempa, longsor dan bencana alam lainnya.
Aspek Geoteknik
Terowongan

1. Sifat dan prilaku batuan pada terowongan pegunungan (mountain tunnel)


untuk menentukan stabilitas terowongan dalam rangka desain dan
konstruksi portal, lantai (invert) dan sistim penyokong (supporting) seperti
shotcrete, rock bolt, lining dan baja penyangga
Aspek Geoteknik
Terowongan
1. Sifat dan prilaku tanah di sekeliling terowongan pada terowongan perisai
(shield tunnel) dan terowongan gali timbun (cut and cover tunnel) untuk
menentukan stabilitas dan penurunan terowongan dalam rangka desain
dan konstruksi galian, lining, dinding penahan (retaining wall).
2. Pengaruh konstruksi terowongan terhadap kondisi prasarana di sekitar
terowongan untuk terowongan perisai dan gali timbun.
3. Pemahaman atas potensi kerawanan (susceptibility) terhadap gempa,
longsor dan bencana alam lainnya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai